• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT ABSTRAK. Jurnal Dharma Acariya Nusantara Volume : 1 Nomor : 1 Tahun 2021 Halaman : 19-26

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRACT ABSTRAK. Jurnal Dharma Acariya Nusantara Volume : 1 Nomor : 1 Tahun 2021 Halaman : 19-26"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Perkembangan Kemampuan, Ekonomi dan Peran Partisipasi Anggota Terhadap Kinerja Pembinaan Organisasi MAGABUDHI

Suhendra, Muljadi, Limajatini Universitas Buddhi Dharma-Tangerang Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda-Jakarta

ABSTRACT

This study to analyze the influence of the role of the MAGABUDHI organization on the pattern of member development, the influence of the role of the MAGABUDHI organization on the members development ability, the influence of the role of the MAGABUDHI organization on the members economic development and the influence of the role of the MAGABUDHI organization on member participation. The number of members of the Banten Regional Management MAGABUDHI on October 31, 2020 was 379 members. The number of respondents who gave responses through a questionnaire was 110 people. This study uses data analysis methods using SmartPLS software. PLS (Partial Least Square) is a variant-based structural equation analysis (SEM) that can simultaneously test the measurement model as well as test the structural model.

The measurement model used to test the validity and reliability, while the structural model used to test the causality. The results showed that the role of the MAGABUDHI organization had a positive effect on the role of member participation. The role of the MAGABUDHI organization has a positive effect on the development of members' abilities. The role of the MAGABUDHI organization has a positive effect on the pattern of member development. The role of the MAGABUDHI organization has no effect on the economic development of members. MAGABUDHI organization has a positive role in members participation, encouragement needs to be give continuously. The role of the MAGABUDHI organization has a positive effect on members development ability, periodically conducting guidance on the ability in dhamma knowledge has a great impact on improving the quality of members' knowledge. The role of the MAGABUDHI organization has a positive effect on the pattern members fostering, the organization has taken the appropriate path to provide guidance to members. The role of the MAGABUDHI organization has no effect on the economic development of members. It is hope that the members of the organization will carry out periodic and measurable guidance and training in the economic sector. It is hope that this activity will increase the capacity of members in terms of the economy, both individually and in groups.

Key words : MAGABUDHI, Members, Development, Economy

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh peran organisasi MAGABUDHI terhadap pola pembinaan anggota, pengaruh peran organisasi MAGABUDHI terhadap perkembangan kemampuan anggota, pengaruh peran organisasi MAGABUDHI terhadap perkembangan ekonomi anggota, pengaruh peran organisasi MAGABUDHI terhadap peran partisipasi anggota.

Jumlah anggota MAGABUDHI Pengurus Daerah Banten pada tanggal 31 Oktober 2020 sejumlah 379 orang anggota. Jumlah responden yang memberikan tanggapan melalui kuesioner sebanyak 110 orang. Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan software SmartPLS. PLS (Partial Least Square) merupakan analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural.

Model pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas.

Hasil penelitian menunjukkan peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap peran partisipasi anggota. Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan anggota. Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap pola pembinaan anggota. Peran organisasi MAGABUDHI tidak berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi anggota. Organisasi MAGABUDHI memiliki peran yang positif terhadap partisipasi anggota, dorongan perlu diberikan secara kontinu. Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan anggota, secara berkala melakukan pembinaan terhadap kemampuan dalam pengetahuan dhamma membawa dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas pengetahuan anggota. Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap pola pembinaan anggota, organisasi telah melakukan jalur yang sesuai untuk melakukan pembinaan terhadap anggota. Peran organisasi MAGABUDHI tidak berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi anggota.

Harapan para anggota organisasi melakukan pembinaan dan pelatihan dalam kaitan bidang ekonomi secara periodik dan terukur, diharapkan kegiatan ini meningkatkan kemampuan para anggota dalam hal perekonomian baik secara pribadi maupun berkelompok.

Kata kunci : MAGABUDHI, Anggota, Pembinaan, Ekonomi

(2)

Riwayat Artikel :

Diterima pada tanggal : September 2021 Disetujui pada tanggal : Oktober 2021 Alamat Korespondensi :

Suhendra,

Universitas Buddhi Dharma-Tangerang

Imam Bonjol No.41 Karawaci Ilir , Tangerang 15115 Indonesia E-mail: redaksidhammavicaya@gmail.com

PENDAHULUAN

Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (MAGABUDHI), atau dulunya bernama Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia (MAPANBUDHI), adalah sebuah organisasi Buddha mazhab Theravada di Indonesia.

Didirikan pada tanggal 3 Oktober 1976 di Bandung dan pasamuan agung V tahun 1995 berganti nama menjadi MAGABUDHI. Beranggotakan pandita dan upacarika (calon pandita) yang telah menyatakan tekadnya untuk aktif berpartisipasi dalam segala kegiatan yang menyangkut pembabaran Agama Buddha mazhab Theravada. Tugas dan kewajiban Pandita adalah sebagai berikut: (1) Memberikan pelayanan kerohanian kepada umat Buddha yang meliputi antara lain: membabarkan Buddha Dhamma di dalam maupun di luar tempat ibadah umat Buddha, melaksanakan upacara penyumpahan, pernikahan dan upacara-upacara agama Buddha, membina umat dalam meningkatkan pengamalan ajaran agama Buddha sesuai dengan Kitab Suci Tipitaka Pali. (2) Memberikan penerangan dan penjelasan yang memadai kepada masyarakat luas tentang agama Buddha. (3) Membantu pemerintah setempat dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang mental spiritual. (4) Membina kerukunan intern umat beragama, antar umat beragama dan dengan pemerintah. Sejak dibentuk pada tahun 1976, MAGABUDHI mengabdikan dirinya untuk agama Buddha mazhab Theravada di Indonesia, antara lain: (1) Mewakili umat Buddha Mazhab Theravada pada tahun 1977 di dalam Majelis Agama Buddha Indonesia (MABI).

(2) Bersamasama dengan Sangha Theravada Indonesia mewakili umat Buddha Mazhab Theravada mendirikan WALUBI pada tahun 1979 dan sekaligus menjadi anggota WALUBI. (3) Bekerjasama dengan Sangha Theravada Indonesia dalam pembinaan umat Buddha mazhab Theravada. (4) Bekerjasama dengan Wandani dan Patria dalam bidang kaderisasi dan pembinaan sosial umat Buddha mazhab Theravada. (5) Bekerjasama dengan majelis agama Buddha lainnya mendukung program-program Konferensi Agung Sangha Indonesia. (6) Bekerjasama dengan pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Buddha dengan seluruh jajarannya di seluruh daerah untuk membina umat Buddha mazhab Theravada. (7) Melayani segala kebutuhan umat

Buddha mazhab Theravada dalam bidang keagamaan. Proses keanggotaan MAGABUDHI sebagai berikut:

(1) Upacarika (setelah mengikuti kursus dhammaduta yang diselenggarakan oleh pengurus daerah untuk upasaka/upasika). (2) Setelah dua tahun menjadi anggota aktif maka seorang upacarika dapat diusulkan menjadi pandita muda (setelah mengikuti kursus pandita yang diselenggarakan oleh pengurus pusat dan lulus ujian). (3) Setelah lima tahun pengabdian tanpa henti sebagai pandita muda maka dapat diusulkan menjadi pandita madya (setelah mengikuti kursus upgrading pandita dan lulus ujian). (4) Setelah lima tahun pengabdian tanpa henti sebagai pandita madya maka dapat diusulkan menjadi pandita penuh (setelah memperlihatkan prestasi yang membanggakan dan berkarya). (5) Setelah pengabdian tanpa henti selama lebih dari 20 tahun sebagai pandita dapat diusulkan menjadi maha pandita dalam persamuhan agung. Sejarah MAGABUDHI sebagai berikut: (a) tanggal 3 Oktober 1976 terbentuklah MAPANBUDHI (sekarang MAGABUDHI) dan tanggal 23 Oktober juga terbentuk Sangha Theravada Indonesia (didirikan oleh : Ven Aggabalo, Ven Khemarasano, Ven Sudhammo, Ven Khemiyo dan Ven Nyanavuttho) (b) pada tahun 1977 Pasamuan Agung I MAGABUDHI di Semarang. (c) pada tahun 1978 Mapanbudhi menjadi anggota MABI dan Mapanbudhi berpartisipasi dalam “Lokakarya Pemantapan Agama Buddha dengan Kepribadian Indonesia” bersama dengan lima majelis agama Buddha yang lain. (d) berpartisipasi aktif dalam persiapan mendirikan WALUBI dan tahun 1979 MAPANBUDHI ikut membentuk WALUBI (Perwalian Umat Buddha Indonesia) yang terdiri dari: Sangha Mahayana Indonesia, Sangha Agung Indonesia, Sangha Theravada Indonesia, Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia Buddha Mahayana Indonesia, Majelis Dharmaduta Kasogatan, Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia, Majelis Rohaniawan Tridharma Indonesia,

(3)

Majelis Buddhayana Indonesia, Majelis Agama Buddha Nichiren Shoshu Indonesia. (e) tahun 1980 pasamuan agung II MAGABUDHI di Mendut, Jawa Tengah (f) tahun 1983 hari Waisak menjadi hari libur nasional (g) tahun 1986 pasamuan agung III MAGABUDHI, berpartisipasi dalam kongres WALUBI, dimana Ven Girirakkhito terpilih menjadi ketua umum WALUBI. (h) tahun 1990 pasamuan agung IV MAGABUDHI dan turut berpartisipasi dalam mendirikan Asian Buddhist Congress (ABC), yang berkedudukan di Colombo, Srilanka. (i) tahun 1992 berpartisipasi dalam kongres WALUBI dan kembali memilih ven Girirakkhito menjadi ketua umum WALUBI. (j) tahun 1995 pasamuan agung V MAGABUDHI dan MAPANBUDHI berganti nama menjadi MAGABUDHI. (k) tahun 1998 terbentuk KASI (Konferensi Agung Sangha Indonesia): Sangha Theravada Indonesia, Sangha Mahayana Indonesia, Sangha Agung Indonesia. (l) pada tanggal 23-25 Oktober 2000 pasamuan agung VI MAGABUDHI di Malang, Jawa Timur (m) pada tanggal 03 Oktober 2001 merupakan hari ulang tahun ke dua puluh lima MAGABUDHI dan pada tanggal 10 November 2001 sebagai perayaan hari ulang tahun ke dua puluh lima MAGABUDHI. (n) pada tanggal 06 Oktober 2020 sebagai perayaan HUT ke empat puluh tiga MAGABUDHI dan terakhir pada tahun 2020 MAGABUDHI genap berusia empat puluh empat tahun yang dirayakan pada tanggal 03 Oktober 2020 (Magabudhi, 2020). Jumlah anggota MAGABUDHI seluruh Indonesia per 31 Oktober 2020 berdasarkan jenjang sebagai berikut. Upacarika sejumlah 3.108 orang, Pandita Muda sejumlah 766 orang, Pandita Madya sejumlah 165 orang, Pandita sejumlah 81 orang, dan Maha Pandita sejumlah 4 orang.

Jumlah Pengurus Daerah sebanyak 25 dan jumlah Pengurus Cabang berjumlah 130. Jumlah anggota MAGABUDHI Pengurus Daerah Banten per 31 Oktober 2020 berdasarkan jenjang sebagai berikut. Upacarika sejumlah 280 orang, Pandita Muda sejumlah 60 orang, Pandita Madya sejumlah 29 orang, Pandita sejumlah 5 orang, dan Maha Pandita sejumlah 1 orang. Untuk Kota Serang dengan 3 Pandita Muda dan Kabupaten Pandeglang 1 Upacarika.

Landasan Teori

Perilaku Organisasi menurut Robbins dan Judge (2017) adalah bidang studi yang mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas organisasi. Perilaku organisasi adalah studi yang mengambil pandangan mikro memberi tekanan pada individu-individu dan kelompok-kelompok kecil. Perilaku organisasi memfokuskan diri kepada perilaku di dalam organisasi dan seperangkat prestasi dan variabel mengenai sikap yang sempit dari para pegawai, dan kepuasan kerja adalah yang banyak diperhatikan. Topik-topik mengenai perilaku individu, yang secara khas dipelajari dalam perilaku organisasi adalah persepsi, nilainilai, pengetahuan, motivasi, serta kepribadian. Pemimpin transformasional merupakan kemampuan pemimpin memberikan inspirasi dan memotivasi pengikutnya untuk mencapai hasil yang lebih besar daripada yang direncanakan dan lebih untuk imbalan internal. Kepemimpinan ini mendorong pengikut untuk mengerjakan sasaran transendental daripada kepentingan diri jangka pendek, dan untuk pencapaian aktualisasi diri daripada sekedar mencari keamanan.

Pengembangan faktor-faktor kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh (Bass, 1999). Lima faktor tersebut adalah: (a) Karisma (charisma), dimana pemimpin mampu menanamkan secara bertahap sense of value, respect, pride dan mengartikulasi visi. (b) Perhatian individual (individual attention), dimana pemimpin memperhatikan kebutuhan karyawan dan memberikan proyek yang bermanfaat sehingga bawahan tumbuh secara personal. (c) Rangsangan intelektual (intellectual stimulation), dimana pemimpin membantu bawahannya memikirkan kembali cara-cara yang rasional untuk menguji situasi (mendorong bawahannya untuk menjadi kreatif). (d) Penghargaan yang tergantung kondisi (contingent reward), dimana pemimpin menginformasikan kepada bawahan tentang apa yang harus dilakukan untuk menerima reward yang mereka inginkan. (e) Manajemen dengan pengecualian (management by exception), dimana pemimpin mengizinkan bawahan untuk melaksanakan pekerjaannya tanpa melakukan intervensi kecuali kalau tugas tersebut tidak selesai pada waktunya dan dengan biaya yang wajar. Kelompok-kelompok yang terbentuk dan terbina dengan sendirinya terjadi karena adanya komitmen dan kesepakatan bersama dalam masyarakat yang merupakan wadah berkumpulnya masyarakat dinamakan kelembagaan sosial (Uphoff, 1986). Dengan kata lain pemberdayaan menunjukkan pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur social (Swift dan Levin, 1987). Dimana pemberdayaan adalah suatu cara mengarahkan rakyat, organisasi dan komunitas agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984). Pemberdayaan mengacu pada usaha untuk menumbuhkan keinginan pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri, melakukan mobilitas ke atas, serta memberikan pengalaman psikologis yang membuat seseorang merasa berdaya (Bookman dan Morgen, 1988). Pelaksanaan

(4)

strategi pemberdayaan masyarakat terdapat empat kategori kebijakan yang diselenggarakan secara terpadu yaitu:

(1) Kebijakan perluasan kesempatan (promoting opportunity) berkaitan dengan penciptaan iklim dan lingkungan yang kondusif dalam rangka penanggulangan kemiskinan. (2) Kebijakan pemberdayaan masyarakat (community empowerment) berkaitan dengan upaya penguatan masyarakat beserta organisasi dan kelembagaannya untuk mampu mengakses dan terlibat dalam pengambilan kebijakan dan perencanaan publik. (3) Kebijakan peningkatan kemampuan (capacity building) berkaitan dalam upaya peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, permodalan, prasarana, teknologi, serta informasi pasar. (4) Kebijakan perlindungan sosial (social protection) berkaitan dengan upaya memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat miskin, utamanya kelompok masyarakat yang paling miskin yang disebabkan bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi dan konflik sosial yang diarahkan melalui kemampuan kelompok masyarakat dalam menyisihkan sebagian dari penghasilan melalui mekanisme tabungan kelompok (Esman dan Uphoff, 1984). Sesuai dengan permasalahan masyarakat kebijakan yang paling tepat mestinya yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran dengan memberikan modal usaha dengan berbagai pertimbangan dan disesuaikan dengan sumber daya yang ada.

Kata kebudayaan berasal dari kata Budh dalam bahasa sansekerta yang berarti akal kemudian menjadi kata Budhi (Tunggal) atau Budhaya (Majemuk) sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.

Robbins dan Judge (2017) mendefinisikan budaya sebagai sistem makna bersama yang dianut oleh anggota- anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi yang lain. Daft (2008) mengartikan budaya sebagai sekumpulan nilai kunci, kenyakinan, pemahaman, dan norma pokok yang dibagi bersama oleh anggota suatu organisasi. Budaya merupakan pola nilai dan asumsi bersama mengenai bagaimana sesuatu hal dapat dilakukan dalam sebuah organisasi. Pola ini dipelajari oleh para anggota karena mereka berhubungan dengan persoalan ekternal dan internal, sekaligus mengajarkan anggota baru bahwa pola ini merupakan cara yang benar untuk diterima, dipikirkan, dan dirasakan. Prijosaksono dan Erningpraja (2003) menyampaikan bahwa spiritualitas adalah kebutuhan tertinggi manusia. Argumen ini didapat dari teori Abraham Maslow, yang menggunakan istilah aktualisasi diri sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia.

METODE

Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah desain penelitian kausal dan deskriptif.

Desain penelitian kausal digunakan untuk mengukur Peran Organisasi MAGABUDHI terhadap perkembangan Pengetahuan Agama dan Ekonomi Anggota. Desain penelitian deskriptif digunakan untuk memaparkan atau menjelaskan variabel-variabel yang diteliti serta melihat hubungan dan ketergantungan variabel pada sub-sub variabelnya. Variabelvariabel yang diuji pada penelitian ini diukur dengan pertanyaan-pertanyaan yang diadopsi dari instrumen-instrumen yang digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu. Meskipun instrumen yang digunakan pada penelitian ini ditunjukkan memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, namun beberapa kelemahan yang melekat pada penelitian survei menjadi pertimbangan dalam perancangan instrumen penelitian ini. Secara khusus, ada dua kelemahan yang mendapat perhatian yaitu; (1) kemungkinan terjadinya respon bias, dan (2) tingkat pengembalian kuesioner yang rendah.

Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan software SmartPLS versi 3.0.m.

PLS (Partial Least Square) merupakan analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural. Model pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi). Covariance based SEM yaitu in admissible solution and factor indeterminacy (Tenenhaus et al., 2005).

HASIL

Jumlah responden yang memberikan tanggapan melalui kuesioner sebanyak 110 orang dengan pola distribusi dimana untuk responden laki-laki sebanyak 81 orang dan perempuan sebanyak 29 orang. Rentang usia responden terdiri dari usia 25-35 sebanyak 15 orang, usia 36-45 sebanyak 29 orang, usia 46-55 sebanyak 42 orang, usia 56-65 sebanyak 22 orang dan usia diatas 66 tahun sebanyak 2 orang. Kriteria lama bergabung di MAGABUDHI untuk dibawah 5 tahun sebanyak 42 orang, diantara 5-10 tahun sebanyak 26 orang dan diatas 10 tahun sebanyak 42 orang.

Responden dari anggota MAGABUDHI Kabupaten Tangerang sebanyak 29 orang, Kota Tangerang sebanyak 41

(5)

orang dan Kota Tangerang Selatan sebanyak 40 orang. Pekerjaan responden paling banyak dari kalangan pegawai swasta sebanyak 44 orang, disusul profesi lainlain seperti dokter, konsultan dan profesi bebas lainnya sebanyak 28 orang, wiraswasta sebanyak 23 orang, guru atau dosen sebanyak 11 orang dan dari pegawai negeri sebanyak 4 orang. Peta sebaran yang ada menunjukkan bahwa anggota MAGABUDHI memiliki sebaran rentang usia dan juga profesi yang beragam. Rentang usia dan juga lama tergabung dalam organisasi MAGABUDHI merupakan hal menarik, bahwa usia rentang 36-45 baru tergabung dalam MAGABUDHI. Hal ini terlihat dari jumlah anggota yang tergabung dalam rentang dibawah 5 tahun sebesar 42 orang. Perlu ada langkah-langkah lanjutan dalam hal perekrutan anggota baru di MAGABUDHI.

Tabel 4.1 Jawaban Responden Setiap Variabel

Posisi Variabel Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan baku

Variabel endogen PO 110 1,00 5,00 4,35 0,84 Variabel eksogen PP 110 1,00 5,00 3,96 0,84 Variabel eksogen PK 110 1,00 5,00 4,01 0,90 Variabel eksogen PE 110 1,00 5,00 3,23 0,96

Sumber : Data diolah

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari jawaban responden adalah pada angka 3,90, dapat dikatakan bahwa responden dalam penelitian ini cenderung setuju pada setiap butir instrumen pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. Rata-rata responden mengakui bahwa peranan organisasi melalui pola pembinaan terhadap perkembangan kemampuan, perkembangan ekonomi dan peran partisipasi anggota tergolong baik. Hal ini dapat dijadikan interpretasi awal bahwa ratarata responden memiliki kepercayaan terhadap kemampuan organisasi.

Tabel 4.2 Jawaban Responden Setiap Variabel

Construct Reliability and Validity

Cronbach's rho_A CR AVE

Peran Organisasi _Magabudhi 0,876 0,881 0,906 0,618 Peran Partisipasi _Anggota 0,778 0,781 0,871 0,692 Perkembangan Ekonomi _Anggota 0,899 0,909 0,930 0,769 Perkembangan Kemampuan

_Anggota

0,834 0,836 0,883 0,601 Pola Pembinaan _Anggota 0,834 0,852 0,890 0,670

Tabel 4.1 Jawaban Responden Setiap Variabel

Posisi Variabel

R Square R Square Adjusted

Peran Partisipasi _Anggota 0,222 0,208

Perkembangan Ekonomi _Anggota 0,416 0,405

Perkembangan Kemampuan _Anggota 0,745 0,740

Pola Pembinaan _Anggota 0,464 0,459

Berikut untuk pengujian Inner model dapat dilakukan dengan melihat nilai Q2 (predictive relevance). Untuk menghitung Q2 dapat digunakan rumus:

Q2 =1-(1-R12) (1-R22)…(1-Rp2 )…

Q2 =1-(1-0,222) (1-0,416) (1-0,745) (1-0,464)

(6)

Q2=1- (0,778*0,584*0,255*0,536)=0,937

Evaluasi Goodness of Fit model diukur menggunakan R2 variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi: GoF= 0,618x0,745=0,678 lebih besar dari 0,38, Dari pengujian R2 , Q2 dan GoF terlihat bahwa model yang dibentuk adalah robust. Sehingga pengujian hipotesa dapat dilakukan.

Gambar 4.1 Gambar Hasil Olah Data Model Struktural

TABEL 4.4HIPOTESIS

Hipotesis T Statistics P Values

Peran Organisasi _Magabudhi -> Peran Partisipasi _Anggota

2,611 0,005

Peran Organisasi _Magabudhi -> Perkembangan Ekonomi _Anggota

0,363 0,358

Peran Organisasi _Magabudhi -> Perkembangan Kemampuan _Anggota

4,577 0,000

Peran Organisasi _Magabudhi -> Pola Pembinaan _Anggota

17,535 0,000

Pola Pembinaan _Anggota -> Peran Partisipasi _Anggota

0,659 0,255

Pola Pembinaan _Anggota -> Perkembangan Ekonomi _Anggota

6,440 0,000

Pola Pembinaan _Anggota -> Perkembangan Kemampuan _Anggota

11,421 0,000

Hasil pengolahan data dihasilkan pembahasan sebagai berikut:

1. Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap peran partisipasi anggota, artinya organisasi telah membawa anggota untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan.

2. Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan anggota, artinya organisasi telah membawa anggota untuk pelatihan dan juga secara berkala melakukan pembinaan terhadap kemampuan dalam pengetahuan dhamma.

3. Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap pola pembinaan anggota, artinya

organisasi telah melakukan jalur yang sesuai untuk melakukan pembinaan terhadap anggota.

(7)

4. Peran organisasi MAGABUDHI tidak berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi anggota, artinya organisasi hanya berfokus pada pembinaan dan perkembangan kemampuan dhamma dari para anggotanya, tetapi untuk bidang-bidang lain masih banyak yang harus digarap.

5. Pengujian pengaruh tidak langsung peran organisasi MAGABUDHI terhadap perkembangan kemampuan anggota, perkembangan ekonomi anggota dan peran partisipasi anggota melalui pola pembinaan anggota.

a) Peran organisasi MAGABUDHI terhadap peran partisipasi anggota melalui pola pembinaan anggota, untuk pengaruh peran organisasi terhadap peran partisipasi anggota dengan nilai koefisien jalur langsung sebesar 0,397. Pengaruh tidak langsung dihitung dari perkalian antara peran organisasi MAGABUDHI terhadap pola pembinaan anggota dengan pola pembinaan anggota terhadap peran partisipasi anggota. Koefisien pengaruh peran organisasi MAGABUDHI terhadap pola pembinaan anggota adalah 0,681. Koefisien pengaruh pola pembinaan anggota terhadap peran partisipasi anggota adalah 0,100. Hasil perkalian keduanya adalah 0,681x0,100 = 0,0681. Koefisien pengaruh langsung 0,397 lebih besar dibanding koefisien pengaruh tidak langsung 0,068. Dengan demikian dapat disimpulkan bawah pengaruh langsung peran organisasi terhadap peran partisipasi anggota lebih kuat dibanding dengan pengaruh tidak langsung melalui pola pembinaan anggota.

b) Peran organisasi MAGABUDHI terhadap peran perkembangan kemampuan anggota melalui pola pembinaan anggota, untuk pengaruh peran organisasi terhadap peran perkembangan kemampuan anggota dengan nilai koefisien jalur langsung sebesar 0,285. Pengaruh tidak langsung dihitung dari perkalian antara peran organisasi MAGABUDHI terhadap pola pembinaan anggota dengan pola pembinaan anggota terhadap perkembangan kemampuan anggota. Koefisien pengaruh peran organisasi MAGABUDHI terhadap pola pembinaan anggota adalah 0,681. Koefisien pengaruh pola pembinaan anggota terhadap perkembangan kemampuan anggota adalah 0,643. Hasil perkalian keduanya adalah 0,681x0,643= 0,438. Koefisien pengaruh langsung 0,285 lebih kecil dibanding koefisien pengaruh tidak langsung 0,438. Dengan demikian dapat disimpulkan bawah pengaruh tidak langsung melalui pola pembinaan umat lebih kuat dibanding dengan pengaruh langsung peran organisasi MAGABUDHI terhadap peran perkembangan kemampuan anggota.

c) Peran organisasi MAGABUDHI terhadap peran perkembangan ekonomi anggota melalui pola pembinaan anggota, untuk pengaruh peran organisasi terhadap peran perkembangan ekonomi anggota dengan nilai koefisien jalur langsung sebesar -0,066. Pengaruh tidak langsung dihitung dari perkalian antara peran organisasi MAGABUDHI terhadap pola pembinaan anggota dengan pola pembinaan anggota terhadap perkembangan ekonomi anggota.

Koefisien pengaruh peran organisasi MAGABUDHI terhadap pola pembinaan anggota adalah 0,681. Koefisien pengaruh pola pembinaan anggota terhadap perkembangan ekonomi anggota adalah 0,688. Hasil perkalian keduanya adalah 0,681x0,688 = 0,468. Koefisien pengaruh langsung -0,066 lebih kecil dibanding koefisien pengaruh tidak langsung 0,468.

Dengan demikian dapat disimpulkan bawah pengaruh tidak langsung melalui pola pembinaan umat lebih kuat dibanding dengan pengaruh langsung peran organisasi MAGABUDHI terhadap peran perkembangan ekonomi anggota.

SIMPULAN

Dari hasil analisis dan pembahasan, kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut: (1) Organisasi MAGABUDHI memiliki peran yang positif terhadap partisipasi anggota, dorongan perlu diberikan secara kontinu. Pembinaan yang dilakukan tidak signifikan membangkitkan partisipasi anggota. (2) Peran

(8)

organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan anggota, secara berkala melakukan pembinaan terhadap kemampuan dalam pengetahuan dhamma membawa dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas pengetahuan anggota. (3) Peran organisasi MAGABUDHI berpengaruh positif terhadap pola pembinaan anggota, artinya organisasi telah melakukan jalur yang sesuai untuk melakukan pembinaan terhadap anggota. (4) Peran organisasi MAGABUDHI tidak berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi anggota, menunjukkan organisasi masih belum memberikan perhatian terhadap ekonomi para anggota.

Untuk meningkatkan peran organisasi, dari hasil penelitian didapatkan saran-saran untuk kedepan antara lain adalah (1) Pola kegiatan yang ada sekarang tidak serta merta membangkitkan keinginan anggota untuk turun berpartisipasi dalam setiap kegiatan ataupun organisasi. Sosialiasi serta aktivitas para pengurus untuk turun melakukan pembinaan merupakan sarana yang sesuai dalam mengatasi hal ini. (2) Organisasi perlu melakukan skema pelatihan dan pembinaan, petunjuk dari para pengurus organisasi meskipun memiliki pengaruh positif, melalui media pelatihan yang terstruktur dalam bentuk pembinaan akan memberikan dampak yang lebih unggul dibanding organisasi yang langsung memberikan peranannya. (3) Sebaiknya organisasi melakukan pembinaan dan pelatihan dalam kaitan bidang ekonomi secara periodik dan terukur, diharapkan kegiatan ini meningkatkan kemampuan para anggota dalam hal perekonomian baik secara pribadi maupun berkelompok.

DAFTAR RUJUKAN

Pengelolaan referensi artikel menggunakan Mendeley, dengan Style APA 6th edition

Abdillah, W., & Hartono, J. (2015). Partial Least Square (PLS) - Alternatif Structural Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. (Dwi Prabantini, Ed.) (1st ed.). Yogyakarta: ANDI.

Bass, B. M. (1999). Two Decades of Research and Development in Transformational Leadership. European Journal of Work and Organizational Psychology, 8(1), 9–32.

https://doi.org/10.1080/135943299398410

Bookman, A., & Morgen, S. (1988). Women and Politics of Empowerment (1st ed.). Philadelphia: Temple University Press.

Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2014). Business Research Methods.

Daft, R. L. (2008). Management. South Western Educational Publishing.

Esman, M. J., & Uphoff, N. T. (1984). Local Organizaitons: Intermediaries in Rural Development. Ithaca: Cornell University Press.

Hair, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., & Sarsteadt, M. (2014). A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). https://doi.org/10.1016/j.lrp.2013.01.002

Magabudhi. (2020). Sejarah Magabudhi. https://magabudhi.or.id/sejarah.

Prijosaksono, A., & Erningpraja, I. (2003). Enrich Your Life Everyday. Elex Media Komputindo.

Rappaport, J. (1984). Studies in Empowerment: Introduction to the Issue. Prevention in Human Services, 3(2–3), 1–7.

https://doi.org/10.1300/J293v03n02_02

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2017). Organizational Behavior. Pearson Education Limited.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business (A Skill-Building Approach) (Vol. 7).

Swift, C., & Levin, G. (1987). Empowerment: An Emerging Mental Health Technology. Journal of Primary Prevention, 8(1), 71–94. https://doi.org/10.1007/BF01695019

Tenenhaus, M., Vinzi, V. E., Chatelin, Y.-M., & Lauro, C. (2005). PLS Path Modeling. Computational Statistics &

Data Analysis, 48(1), 159–205.

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.csda.2004.03.005

Uphoff, N. T. (1986). Local Institutional Development : an Analytical Sourcebook with Cases. West Hartford, Ct.: Kumarian Press.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Kontraktor di PT.. Surabaya: Universitas

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dapat disimpulkan bahwa terdakwa memaksa korban untuk melakukan perbuatan cabul dengan cara mengocok kemaluan terdakwa,

1) Data observasi aktivitas guru dan siswa digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu bagaimana proses penggunaan media roda keberuntungan dalam

PPS Desa Kedungjambangan dalam rangka Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD PPS Desa Kedungjambangan dalam rangka Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota Tahun 2014.

Masjid Jami Nurul Farah Masjid Al-Islam RS-PELNI Masjid Al-kheir SDN 01,03 petamburan Pos Forkabi 1.. JAKARTA TIMUR Pos FPI. Rusun Petamburan

Variabel - variabel yang diamati yaitu analisa pH, viskositas, spesific gravity, kadar padatan, kadar formaldehida bebas dan analisa senyawa dengan menggunakan

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif karena peneliti ingin memaparkan data-data dan menganalisis data

a) Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu Kegiatan ini dianggarkan sebesar Rp. 30.000.000,00 Kegiatan ini melaksanakan pengadaan pakaiankhusus hari-hari tertentu sebanyak