• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Tentang Teori Kewarganegaraan Republikan

Ronald Beiner (1995:13 ) Menekankan ikatan “kewarganegaraan “.Dari sudut pandang kedua perspektif liberal dan komunitarian yang saling berkaitan, teori ini membahas tentang komunitas politik yang tidak dapat di reduksi menjadi agregasi individu, tidak menjadi konjungsi untuk mengidentifikasi kelompok yang membentuk kelompok. Kewarganegaraan republican menekankan pada ikatan-ikatan sipil (civic bonds), suatu hal yang berbeda dengan ikatan individual (tradisi liberal ataupun ikatan kelompok (tradisi komunitarian). Teori ini menyatakan pentingnya partisipasi warga di dalam pengambilan keputusan di wilayah publik bukan hanya sebagai hak dan kewajiban tetapi sebagai esensi dari adanya ikatan sipil.

Di sini penulis mengacu pada teori kewarganegaraan republikan karena dalam mendukung optimalisasi Musrenbangdes sangatlah membutuhkan partisipasi masyarakat sipil. Di dalam teori kewarganegaraan republikan menekankan ikatan-ikatan sipil dalam pembentukan masyarakat.masyarakat di jadikan sebagai komunitas politik atau pusat kehidupan politik. Teori repubikan juga sangat cocok jika diterapkan dalam lingkungan desa, dikarenakan teori ini menekankan pada musyawarah dalam pengambilan keputusan.

Disini teori republikan juga mendukung “Civic Engagement” dalam pemerintahan desa, yang mana dalam pengawasan program pemerintahan desa sangatlah dibutuhkan keaktifan masyarakat dalam hal permusyawaratan program yang membangun desa. Bentuk republikan sangat cocok di dalam masyarakat desa, di dalam teori ini menekan adanya musyawarah dalam mengambil keputusan. Yang mana dapat mendukung musyawarah perencanaan pembangunan desa, melalui keaktifan masyarakat desa.

8

(2)

2. Tinjauan Tentang Civic Engagement

a. Pengertian civic engagement

Di dalam pendefinisian civic engagement (keterlibatan warga negara) bergantung terhadap perspektif dan kepentingan pembuat definisinya.( Jacoby, 2009; Adler & Goggin,2005) mengutip pendapat Jacoby (2009) bahwa “ civic engagement is a complex and polyonymous concept”. Keterlibatanan warga negara dalam kehidupan sosial menjadikan harapan untuk mewujudkan cita- cita masyarakat, civic engagement merupakan salah satu konsep utama dalam community civics untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan publik (Gusmadi, 2018:33).

Definisi civic engagement sebenarnya sangat beragam karena memiliki karakteristik atau ciri khas tertentu yang disesuaikan dengan fokus kegiatan komunitas. Pernyataan tersebut merujuk pada pendapat Ramaley dalam Adler dan Goggin (2005:237) tentang pengertian civic engagement bahwa “...the term civic engagement is a term being used to describe many different philosophies of citizenship and many different kinds of activities” atau dialihbahasakan istilah civic engagement mendeskripsikan berbagai macam perbedaan sudut pandang warga dan aktivitas yang beragam. Sehubungan dengan pemahaman tersebut, berikut disajikan empat pengertian sebagai bentuk civic engagement yang dirangkum Adler dan Goggin (2005: 238-239).

a. civic engagement as community service

Beberapa definisi keterlibatan masyarakat menekankan partisipasi dalam layanan sukarela untuk komunitas local seseorang, baik oleh seseorang, baik oleh seseorang individu yang bertindak secara mandiri atau sebagai peserta dalam suatu kelompok. Keterlibatan warga negara merupakan suatu tugas individu untuk memikul tanggung jawab kewarganegaraan dengan kewajiban untuk berpartisipasi aktif, sendiri atau bersama orang lain dalam kegiatan layanan sukarela yang memperkuat komunitas lokal.

(3)

b. civic engagement as collective action

merupakan suatu tindakan yang diambil secara kolektif untuk meningkatkan kehidupan dalam masyarakat. Keterlibatan sipil dapat didefinisikan sebagai sarana yang mana seseorang individu, melalui aksi kolektif dapat mempengaruhi masyarakat yang lebih besar

c. civic engagement as political involvement

Keterlibatan warga negara berbeda dari etika layanan individu kearah tindakan kolektif dalam memecahkan masalah melalui proses politik.

d. civic engagement as social change.

Keterlibatan warga negara menjelaskan bagaimana warga negara aktif berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat untuk membantu membentuk masa depanya. Dan pada akhirnya keterlibatan warga negara harus mencakup dimensi perubahan sosial. (Adler & Goggin, 2005:237).

Penelitian ini masuk kedalam bentuk civic engagement as social change hal tersebut dikarenakan dalam penelitian ini membahas tentang partisipasi warga masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa, yang mana dalam musyawah tersebut akan membahas tentang program dan kegiatan yang bisa memajukan masyarakat desa.

Selain keempat pengertian civic engagement di atas, menurut Adler dan Goggin (2005:236) civic engagement didefinisikan berikut ini.

Civic engagement refers to the ways in which citizens participate in the life of a community in order to improve conditions for others or to help shape the community’s future. Atau dialihbahasakan keterlibatan aktif warga mengacu pada cara di mana warga berpartisipasi dalam kehidupan komunitas untuk meningkatkan kondisi sesama warga demi membangun masa depan yang lebih baik.

Sedangkan dalam konteks pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Ehrlich (2000,vi) berikut ini.

Civic engagement means working to make a difference in the civic life of our communities and developing the combination of knowledge, skills, values, and motivation it make that difference. It means promoting the quality of life in a community, through both political and non political process. Atau dialih bahasakan

(4)

keterlibatan aktif warga adalah kegiatan untuk membuat perubahan dalam kehidupan warga ataupun komunitas dan mengkombinasikan aspek pengetahuan, sikap, ketrampilan, nilai dan motivasi guna membuat perubahan tersebut. Keterlibatan aktif warga ini merupakan usaha untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat baik melalui proses politik maupun non-politik.

(Rusnaini,2018:43).

Menurut RGK Center for Philanthropy and Community Service (2016: 2) menyebutkan bahwa Civic engagement is broadly defined as individual and collective actions designed to identify and address issues of public concern. Civic engagement reflects volunteerism and engagement in community, philanthropic activity, access to culture and the arts, and political participation. Atau dialih bahasakan Keterlibatan masyarakat di definisikan secara luas sebagai tindakan individu dan kolektif yang di rancang untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang menjadi perhatian publik. Keterlibatan masyarakat mencerminkan kesukarelaan dan keterlibatan dalam komunitas, aktivitas filantropis, akses ke budaya dan seni, dan partisipasi politik. Adapun menurut Thomas Ehrlich (dalam Abdillah Fauzi : 21) menegaskan bahwa: civic engagement berarti bekerja untuk membuat perbedaan pada kehidupan masyarakat sipil dan mengembangkanya dengan kombinasi pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan motivasi untuk membuat perbedaan itu.

Segala aktivitas yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kehidupan di masyarakat, baik melalui proses politik ataupun proses non-politik.

Hal ini sejalan dengan Adler & Goggin ( 2005:242) yang menyatakan bahwa civic engagement describes how an active citizen participates in the life of a community in order to improve conditions for other or to help shape the community’s future. Hal ini sejalan dengan Rusnaini dalam Prosiding Seminar Nasional, (2018:27), yang mengungkapkan bahwa : “Civic engagement merupakan proses menghubungkan individu dengan individu dalam masyarakat, untuk berbagi kepentingan bersama dan bekerja untuk kebaikan bersama”

(5)

Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa civic engagement adalah suatu tindakan yang di lakukan oleh masyarakat secara individu atau kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi atau menganalisis masalah publik dan untuk kepentingan publik. Masyarakat akan terlibat dalam urusan- urusan publik untuk bisa merubah masa depanya menjadi lebih baik. Salah satu factor yang sangat mempengaruhi civic engagement adalah tingkat pengetahuan masyarakat. apabila tingkat pengetahuan masyarakat tinggi maka obsesi terhadap suatu perubahan kearah yan g lebih baik akan semakin terlihat.

Civic engagement merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh masyarakat secara individu maupun kelompok untuk bisa membuat suatu perubahan.

Keterlibatan mereka dalam suatu hal selalu didasarkan oleh kepentingan publik. Mereka akan melakukan tindakan-tindakan yang bersifat politik atau non-politik dalam usahabya merubah suatu kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan publik.

b. Karakteristik civic engagement

Jacoby (dalam Abdillah Fauzi : 26) menjabarkan gagasan dari Coalition For Civic Engagement and Leadership bahwa diperlukan beberapa hal dibawah ini untuk bisa di sebut untuk bisa disebut sebagai civic engagement, antara lain:

1. Belajar dari yang lain, diri sendiri, dan lingkungan untuk mengembangkan perspektif informasi tentang-tentang isu-isu social

2. Menghargai keragaman dan membangun jembatan di dalam perbedaan 3. Berperilaku dan bekerja melalui kontroversi dengan kesantunan 4. Mengambil peran aktif dalam proses politik

5. Berpartisipasi aktif dalam kehidupan public, berupaya dalam memecahkan masalah public, berupaya dalam memecahkan masalah publik dan pelayanan masyarakat,

6. Bertindak dalam kepemimpinan dan keanggotaan pada organisasi,

7. Mengembangkan empati, etika, nilai dan rasa atas tanggung jawab sosial, 8. Mempromosikan keadilan sosial secara lokal dan global.

(6)

Berdasarkan pengertian civic engagement di atas menegaskan kembali adanya karakteristik atau ciri khas yang saling membedakan. Misalnya antara pengertian civic engagement sebagai collective action dengan civic engagement sebagai political involvement. Meskipun keduanya menggunakan istilah civic engagement, pengertian dari masing-masing istilah tersebut sangat berbeda. Hal itu dikarenakan pengertian civic engagement difokuskan pada upaya individu agar dapat terlibat aktif dalam komunitas.

C.Indikator-indikator Civic Engagement

Adapun S. Mark Pancer menyebutkan tiga indikator ( dalam Abdillah Fauzi 2016:26) sebagai berikut :

1. Civic activities yaitu termasuk aktivitas menolong orang, meningkatkan komunitas local. Terdiri dari tingkah laku seperti bekerja sebagai volunteer atau bekerja dengan kelompok local untuk memecahkan masalah di masyarakat.

2. Electoral activities yaitu berkaitan dengan proses politik, masyarakat memberikan dukungan dan kampanye.

3. Political voice yaitu aktivitas di mana memperlihatkan sudut pandang terkait isu sosial yang penting dengan melakukan protes atau memboycott produk tertentu.

Akan tetapi menurut pengamatan Adler dan Goggin (2005:242) semua komponen yang disebutkan dalam penelitian Keeter, dkk (2002) hanya dua kategori yang digunakan yakni civic indicators dan electoral indicators.

Meskipun demikian, Adler dan Goggin (2005) menambahkan bahwa setiap indikator atau komponen yang dijadikan parameter dalam civic engagament tetap berguna bagi peneliti untuk mengetahui keberadaan civic engagement dalam suatu komunitas. Hal itu dipahami karena tidak ada komponen atau inti indikator yang dijadikan parameter civic engagement yang bersifat mutlak.

(7)

Penulis disini merujuk pada indicator yang ditulis oleh mark pancer, karena civic engagement karena civic engagement merupakan suatu usaha yang perubahan sosial yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu, civic voice, electoral voice, dan political voice. Ketiganya merupakan indikator suksenya civic engagement di dalam lingkungan masyarakat.

3. Tinjaun Tentang Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa

Musyawarah Perencanaan Pembangunan desa yang selanjutnya disingka Musrenbangdes adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desanya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya (Hanif Nurcholis dkk 2009:97).

Musrenbang Desa sebagaimana yang dijelaskan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No.050-187/Kep/Bangda/2007 yaitu :

“Musrenbang desa/kelurahan adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa/kelurahan (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa/kelurahannya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan tahunan anggaran berikutnya".

Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes) adalah suatu program tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa untuk menyerap aspirasi, gagasan, dan pandangan masyarakat desa yang mana bertujuan untuk merumuskan pembangunan desa.

Musrenbang yang memiliki konsep yaitu perencanaan-penganggaran partisipatif (participatory planning and budgeting) akan berjalan dengan baik apabila dalam pelaksanaan nya mengikuti prinsip Musrenbang yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri No.050-187/Kep/Bangda/2007. Prinsip–

prinsip tersebut adalah: prinsip kesetaraan, prinsip musyawarah, prinsip keberpihakan, prinsip anti-dominasi, prinsip anti diskriminasi, prinsip pembangunan desa secara holistik.

(8)

Prinsip-prinsip Musrenbang desa, berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Musrenbang, baik untuk pemandu, peserta, maupun narasumber. Prinsip-prinsip ini tidak boleh dilanggar agar Musrenbang desa benar-benar menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam rangka menyusun program kegiatan pembangunan desa.

1. Prinsip kesetaraan. Peserta musyawarah adalah warga desa, baik laki- laki, perempuan, kaya, miskin, tua maupun muda, dengan hak yang setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara, dan dihargai meskipun terjadi perbedaan pendapat. Sebaliknya, juga memiliki kewajiban yang setara untuk mendengarkan pandangan orang lain, menghargai perbedaan pendapat, dan menjunjung tinggi (menghormati) hasil keputusan forum meskipun tidak sependapat.

2. Prinsip musyawarah. Peserta Musrenbang desa memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar belakang, kelompok usia, jenis kelamin, dan status sosial-ekonomi. Perbedaan dan berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak dan desa di atas kepentingan individu atau golongan.

3. Prinsip anti-dominasi. Dalam musyawarah, tidak boleh ada individu/

kelompok yang mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi melalui proses musyawarah semua komponen masyarakat secara seimbang.

4. Prinsip keberpihakan. Dalam proses musyawarah, dilakukan upaya untuk mendorong individu dan kelompok yang paling ’diam’ untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin, perempuan, dan generasi muda.

5. Prinsip anti-diskriminasi. Semua warga desa memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam menjadi peserta Musrenbang. Kelompok marjinal dan perempuan, juga punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikirannya dan tidak boleh dibedakan.

(9)

6. Prinsip pembangunan desa secara holistik. Musrenbang desa dimaksudkan untuk menyusun rencana pembangunan desa, bukan rencana kegiatan kelompok atau sektor tertentu saja. Musrenbang desa dilakukan sebagai upaya mendorong kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan desa secara utuh dan menyeluruh sehingga tidak boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam menentukan prioritas kegiatan pembangunan desa

Berdasarkan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa :

(1) Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat Desa.

(2) Dalam menyusun perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Desa wajib menyelenggarakan musyawarah perencanaan Pembangunan Desa.

(3) Musyawarah perencanaan Pembangunan Desa menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

(4) Prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dirumuskan berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa yang meliputi:

b. peningkatan kualitas dan akses terhadap pelayanan dasar;

c. pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya lokal yang tersedia;

d. pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif;

e. pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan ekonomi; dan

(10)

f. peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat Desa berdasarkan kebutuhan masyarakat Desa.

Adapun tahapan-Tahapan Musrenbangdes menurut Rianingsih Djohani ( 2008:8) yaitu:

1. Pengorganisasian Musrenbang, terdiri atas kegiatan-kegiatan:

a. Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang (TPM);

b. Pembentukan Tim Pemandu Musrenbang desa oleh TPM (2-3 orang);

c. Persiapan teknis pelaksanaan Musrenbang desa yaitu:

d. Penyusunan jadwal dan agenda Musrenbang desa;

e. Pengumuman kegiatan Musrenbang desa dan penyebaran undangan kepada peserta dan narasumber (minimal 7 hari sebelum Hari-H);

f. Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi, alat, dan bahan).

2. Pengkajian desa secara partisipatif, terdiri atas kegiatan-kegiatan:

a. Kajian kondisi, permasalahan, dan potensi desa (per dusun/RW dan/atau per sektor/isu pembangunan) bersama warga masyarakat;

b. Penyusunan data/informasi desa dari hasil kajian oleh tim pemandu.

3. Penyusunan draf Rancangan Awal RKP Desa, terdiri atas kegiatan- kegiatan:

a. Kaji ulang (review) dokumen RPJM Desa dan hasil-hasil kajian desa oleh TPM dan Tim Pemandu;

b. Kajian dokumen/data/informasi kebijakan program dan anggaran daerah oleh TPM dan Tim Pemandu;

c. Penyusunan draf Rancangan Awal RKP Desa dengan mengacu pada kajian tadi oleh TPM dan Tim Pemandu.

Menurut Handayaningrat (1981: 127) dalam melakukan perencanaan terdapat tata bagian atau unsur perencanaan yang merupakan sistematika berpikir dalam perencanaan yaitu :

(11)

1. Hasil akhir (the end) yaitu spesifikasi dari tujuan-tujuan atau sasaran target perencanaan. Disini ditentukan apa yang ingin dicapai, bilamana kita akan mencapainya,

2. Alat-alat (the means) yaitu meliputi pemilihan dari kebijaksanaan, strategi, prosedur dan prakteknya. Disini ditentukan bagaimana menyelesaikan rencana,

3. Sumber-sumber (the resources) adalah meliputi kuantitas, mendapatkan dan mengalokasikan bermacam-macam sumber antara lain tenaga kerja, keuangan, material, tanah dan sebagainya,

4. Pelaksanaan (implementation) yaitu menentukan prosedur pengambilan keputusan dan cara mengorganisasikannya sehingga rencana tersebut dapat dilaksanakan dan,

5. Pengawasan (control) adalah menentukan prosedur apa yang akan dilakukan dalam menentukan kesalahan, kegagalan daripada rencana dan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan untuk selanjutnya.

4. Tinjauan Tentang Pemerintahan Desa

Pemernitah Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 ayat adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun berdasarkan Peraturan Bupati Kebumen Nomor 37 Tahun 2018 Pasal 1 ayat (7) Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kepala desa di bantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. (Peraturan Bupati Kebumen Nomor 37 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 8).

Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pemerintahan desa adalah suatu suatu lembaga pemerintahan yang di beri amanat oleh Undang- undang untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam lingkup desa.

(12)

B. Penelitian Relevan No Identitas

Skripsi

Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

1 Setiawan Guswadi

“Keterlibatan warga Negara (Civic

Engagement) Dalam Penguatan Karakter Peduli Lingkungan”

 Membahas mengenai Civic Engageme nt

(Keterlibat an

Masyaraka t)

 Tujuan penelitian adalah penguatan karakter peduli lingkungan

 Keberhasilan memberdaya kan

masyarakat dalam

memperbaiki kerusakan lingkungan

 Kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan diwujudkan dengan keterlibatan masyarakat dalam program mangrove center.

2 Noerma Alifahrani Bahtiar

“Partisipasi Masyarakat Dalam

 Membahas mengenai program Pemerintah Desa

 Terfokus pada Anggaran Dana Desa

 Partisipasi masyarakat dalam pengawasan program ADD

(13)

Pengawasan Program

Alokasi Dana Desa di Desa Panjunan, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo”

ditunjukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi berbentuk aspirasi dalam proses perencanaan, materi atau uang, tenaga, dan juga menikmati hasil

pembanguna n

3 Budiman Djoma “Peran Pemerintahan Desa Dalam Meningkatkan Pengawasan Masyarakat Dalam

Pembangunan Desa Mamuya, Kecamatan Mamuya”

 Membahas Mengenai pembangu nan desa

 Focus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu

membahas Civic Engagement dalam Musrenbang des

 Pemerintahan Desa

Mamuya melibatkan masyarakat tidak hanya dalam

perencanaan program pembanguna n saja tetapi dalam pelaksanaan dan

(14)

pengawsan

C. Kerangka Berpikir

Pemerintahan desa adalah suatu suatu lembaga pemerintahan yang di beri amanat oleh Undang-undang untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam lingkup desa. Pemerintahan desa dalam menuyusun perencanaan pembangunan desa, wajib mengadakan musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes).

Musyawarah Perencanaan Pembangunan desa yang selanjutnya disingka Musrenbangdes adalah forum musyawarah tahunan stakeholder desa (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desanya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya (Hanif Nurcholis dkk 2009:97).

Musywarah Perencanaan Pembangunan Desa merupakan suatu wadah yang diberikan oleh pemerintahan desa dalam bentuk forum permusyawaratan untuk menentukan prioritas, program, dan semua kegiatan-kegiatan yang ada di lingkup desa.

Civic engagement merupakan suatu tindakan yang di lakukan oleh individu atau kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahn di dalam masyarakat. Di dalam lingkungan masyarakat sangatlah di perlukan keterlibatan masyarakat, salah satunya dalam hal musyawarah perencanaan pembanguanan desa. Hal tersebut sangatlah penting di karenakan perlunya keterlibatan masyarakat desa agar hasil musyawarah menjadi lebih optimal.

Dalam hal ini yang di optimalkan adalah musyawarah perencanaan pembangunan desa. problematika yang timbul di dalam masyarakat Desa Surorejan yaitu; kurangnya keterlibatan masyarakat dalam Musrenbangdes mengakibatkan kurang optimalnya aspirasi yang terserap di dalam forum musyawarah, sehingga mengakibatkan pemerintahan desa/ perangkat desa terlalu mendominasi jalanya musyawarah..

(15)

. Civic Engagement

Konstruksi Atas Hasil Elaborasi Musrenbangdes

Pemerintah Desa

Hasil Penelitian

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui strategi civic engagement dalam mendukung optimalisasi Musrenbangdes dan mengetahui factor-faktor penghambat

civic engagement dalam mendukung optimalisasi Musrenbangdes di Desa Surorejan, Kecamatan Purimg, Kabupaten Kebumen.

Dominasi Pemerintahan Desa/ Perangkat

Kurangnya Keterlibatan masyarakat desa

Faktor-faktor Penghambat

Strategi

(Gambar 2.1 Kerangka Berpikir)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

sahnya jual beli telah terpenuhi, untuk menjual kepada Pihak Kedua, yang --- berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama: --- Sebidang tanah Hak Guna Bangunan Nomor

Biomassa yang berasal dari limbah hasil pertanian dan kehutanan merupakan bahan yang tidak berguna, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi bahan bakar

Pendahuluan: Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat telah di kembangkan di Indoensia sejak 6 tahun yang lalu (dimulai tahun 2008) berdasarkan Kepmenkes

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Transfer momentum akan lebih efektif pada periode hujan dibandingkan pada periode kemarau karena perbedaan besarnya kecepatan angin pada kedua periode tersebut

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..