• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI 6 KABUPATEN/KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGI NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI 6 KABUPATEN/KOTA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STRATEGI

NASIONAL SANITASI TOTAL BERBASIS

MASYARAKAT DI 6 KABUPATEN/KOTA

(2)

Laporan Kegiatan Penelitian

Analisis Implementasi Kebijakan Strategi Nasional

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 Kabupaten/Kota

OLEH

MUGENI SUGIHARTO, SKM MKes ANGGOTA APKESI NO : 20120210319

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PUSAT HUMANIORA DAN MANAJEMEN KESEHATAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ii SUSUNAN TIM PENELTIAN

Mugeni Sugiharto,SKM.,M.Kes Nur Edi Widya Sukoco, MPS., MSc,PH

Ilham Akhsanu Ridho,SKM.,MKes Riris Diana Eachmawati ,SKM,M.Kes Dr.Sukma Sahadewa, SH., MH., Mkes.

(8)

iii PERSETUJUAN ETIK

(9)

iv PERSETUJUAN ATASAN Pembuat laporan (Mugeni Sugiharto,SKM.,M.Kes) NIP: 19680428 198811 001 Mengetahui Menyetujui

Kepala PusatHumaniora Kebijakan Kesehatan dan Ketua PPI Pemberdayaan Masyarakat

(Dr. H. Dede Anwar Musadad, SKM, M.Kes) (Dra. Suharmiati,Apt.MSi) NIP. 195709151980121002 NIP.195807131989032001

(10)

v KATA PENGANTAR

Atas berkat pertolongan Allah SWT jualah sehingga laporan hasil kegiatan penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 Kabupaten/Kota” telah dapat kami selesaikan.

Penelitian ini untuk sudah memperoleh surat persetujuan dari Komis Etik Penelitian Badan Litbang Kemenkes RI No. LB.02.01/5.2/341/2016. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab mengapa masih rendah cakupan BAB di jamban, rendahnya akses kepemilikan jamban, dan masih ada masyarakat yang BAB di sungai, padahal program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sudah dilaksanakan sejak tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian kebijakan dengan dasar teori kebijakan tentang penelitian implementasi menurut Georgia C. Edward dalam Subarsono (2010) melalui empat faktor determinan menentukan keberhasilan implementasi program yaitu (1) Communication; (2) Resources; (3) Dispositions/attitude; (4) Bureucratic Structure.

Hasil penelitian dalam laporan ini belum dapat diolah, karena kegiatan penelitian ini hanya baru pada tahap persiapan daerah dan uji coba kuesioner saja dan belum sampai pada tahapan pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data tidak dapat dilanjutkan, karena dihentikan oleh institusi, yang disebabkan adanya penghematan uang negara sesuai Surat Kemenkes RI No.PR 02.01./1923/2016 tertanggal 31 Agustus 2016 yang mengacu pada Inpres Nomor 8/2016.

Kami menyadari penelitian tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, tim mengucapkan terima kasih dan secara khusus tim mengucapkan terima kasih kepada Badan Litbang Kesehatan dan Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang telah memfasilitasi hingga terlaksananya kegiatan penelitan ini sampai tahapan uji coba kuesioner.

Surabaya, 4 Januari 2016

(11)

vi DAFTAR ISI

Halaman

Judul Penelitian ... i

Susunan Tim ... ii

Persetujuan Etik ... iii

Persetujuan Atasan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vi

Ringkasan Peneliitian ... vii

BAB I Pendahuluan ... 1 1.1 Latar Belakang ………... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.3.1 Tujuan Umum ………….………. ... 4 1.3.1 Tujuan Khusus ... 5 1.4 Manfaat Penelitian 5 BAB II Metode Penelitian ... 6

2.1 Kerangka Teori ………. ... 6

2.2 Kerangka Konsep Penelitian………... 8

2.3 Disain Penelitian ... 9

2.4 Tempat dan waktu Penelitian ……… ... 9

2.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 10

2.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 10

2.7 Variabel ... 11

2.7.1. Variabel dalam peneltian dan cara memperoleh data ………... 11

2.7.2. Defenisi Operasional ………. 13

2.8 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ... 14

2.9 Pengawasan Kualitas data ... 14

2.10 Manajemen Data ... 15

2.11 Analisis Data ... 15

2.12 Langkah-Langkah Penelitian ... 15

2.13 Pertimbangan IzinPenelitian ... 15

2.14 Pertimbangan Etik Penelitian .. ... 15

BAB III Hasil ... 16

3.1 Tahapanpersiapan daerah ... 16

3.1 Ujicoba kuesioner ... 20

Daftar Pustaka ... 21

(12)

vii 4. RINGKASAN PENELITIAN

Pendahuluan: Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat telah di kembangkan di Indoensia sejak 6 tahun yang lalu (dimulai tahun 2008) berdasarkan Kepmenkes No.852/2008, sebagai upaya untuk mengatasi sanitasi buruk di Indonesia Prinsip utama STBM adalah memberikan pemicuan pada masyarakat, agar tumbuh kesadaran perilaku hidup dan turut berpartisifasi aktif dalam melaksanakan STBM di wilayah masing-maisng.Tujuan penelitian adalah menganalisi implementasi kebijakan strategi nasional Sanitasi total berbasis masyarakat Di 6 kabupaten/kota.

Metode penelitian secara diskriptif dengan rancangan penelitian bersifat crossectional. Populasi adalah institusi puskemas, Sampel adalah puskesmas yang dipilih secara random dari cakupan yang baik dan rendah STBM. Infroman dalam penelitian ini adalah fasilitator STBM dan Masyarakat. Lokasi peneltian ditetapkan 6 provinsi ( 6 kabupten) seperti provinsi Jambi di Kab. Muaro Jambi, Prov. Jawa Barat di Kab. Sumedang, Prov. Jawa Timur di Kabupaten Magetan, Prov.Bangka Belitung di Kab. Bangka Barat, Prov. NTB di Kab Lombok Barat, Prov. Sulawesi Barat di Kab. Majene. Lama waktu 11 bulan.

Hasil penelitian belum dapat dilaporkan secara keseluruhan (analisis data), karena kegiatan penelitian dihentikan oleh institusi, karena adanya penghematan uang negara. Lapora ini hanya sampai pada kegiatan persiapan daerah dan ujicoba kuesioner. Persiapan daerah sudah dilakukan di 6 kabupaten dan diterima dengan baik oleh pemegang program dan kesiapan membantu pengumpulan data. Ujicoba kuesioner sudah dilakukan dan tim sudah melakukan perbaikan kuesioner.

(13)

1 BAB.I.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menurut UU No.36 /2009 pasal 11, setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Upaya pemerintah untuk mewujudkan perilaku hidup sehat di masyarakat, salah satunya melalui menyelenggarakan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)sejak tahun 2008 berdasarkan Kepmenkes No.852 tahun 2008. Prinsip gerakan STBM sesuai Kepmenkes No.852/2008adalah mengubah perilaku masyarakat saniter dan higienis menggunakan metodepemicuan(trigger). Pemicuan menurut Permenkes No. 3 tahun 2014adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku hygiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu ataumasyarakat.Selain itu implementasi gerakan STBM merupakan upaya pemerintah untuk mendukung agenda MDGs 2015 agenda ke4 yaitu penurunan angka kematian anak menjadi 2/3 bagian, dan MDGs agenda ke 7 yaitu mengurangi minimal separuh penduduk yang tidak teraksessanitasi dasar pada tahun 2015.

Gerakan STBM menggunakan pendekatan yang mengedepan kanpartisifasi (peran serta) masyarakat dalam mengatasi masalah sanitasi diwilayah masing-masing. Kebijakan peningkatan kesehatan masyarakat melalui peningkatan peran serta masyarakat itu sendiri sangat sesuai dengan Ottawa Charter.1986 dalam Beaglehole, R; Bonita,R and Kjellstrom, T (1986) diantaranya peningkatan partisipasi aktif dari masyarakat, peningkatan ketrampilan dari anggota-anggota masyarakat dan peningkatan lingkungan sehat. Di dalam program STBM, peran serta masyarakat ditujukan untuk memajukan sanitasi, sedangkan pemerintah bertindak sebagai fasilitator pemicuan, untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk berperilaku saniter dan higienes.

Pemerintah daerah sangat berperan penting mendorong masyarakatnya berperilaku saniter dan higienes, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang diubah menjadi UU No 12/2008, bahwa penanganan masalah sanitasi didaerah merupakan kewenangan daerah. Namun hingga kini masih banyak pemerintah kabupaten/kota yang belum maksimal mengurus sanitasi dan higiene di wilayahnya, bahkan tidak jarang hanya menjadi isu pinggiran (marginal)/tidak prioritas dalam pembangunan di daerahnya(Kemenkes RI - Ditjend P3LP 2013).Oleh karen aitu melalui

(14)

2 Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 132 tahun 2013 tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang ditujukan bagi para Gubernur ini, Menteri Kesehatan menyampaikan perlunya pemerintah daerah memverifikasi desa/kelurahan STBM dan minimal tercapai satu desa/kelurahan terverifikasi Stop BABS (ODF/SBS) setiap tahunnya untuk setiap wilayah kerja Puskesmas. (http://www.indriany.com/tag/sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm)

Akibatnya lemahnya dukungan pemerintah daerah, sehingga kondisi sanitisi di Indonesia saat ini masih buruk, meski sudah 6 tahun dilaksanakan sejak tahun 2008. Masih ada perilaku masyarakat yang buang air besar sembarangan di badan air, sementara badan air yang sudah tercemar tersebutjuga digunakan untuk mandi, cuci dan kegiatan rumah tangga lainnya. Perilaku seperti ini sangat membahayakan kesehatan masyarakat itu sendiri, karena hasil penelitian Leksono Bowo(2008), sebanyak 47,50 persen dari air yang telah direbus ternyata masih mengandung bakteri Eschericia coli (bakteri tinja) penyebab diare.

Buruknya kondisi sanitasi buruk menjadi penyebab kematian anak di bawah umur 3 tahun sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal, karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi Indonesia, pada tahun 2006 perkiraan mencapai Rp 56 triliun setara dengan 2,3% Gross Domestic Product atau GDP (Kemenkes .2013). Dampak rendahnya sanitasi lingkungan, menurut WHO, telah menyebabkan 6 juta anak meninggal, karena diare (studi World Bank, 2007 di dalam Buku Diklat STBM (http://www.bapelkescikarang.or.id). Di Indonesia penyakit diare sebagai salah satu penyebab kematian anak dan diare merupakansalah satu dari 10 jenis penyakit yang berpotensi menjadi KLB (kejadian Luar Biasa) menurut Permenkes NO.1501/Menkes/Per/2010.

Terkait kondisi sanitasi di Indonesia saat ini, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,sebanyak4,3 persen rumah tangga masih menggunakan air untuk kebutuhan keluarga berasal dari air sungai, irigasi. Sebanyak 46,7 persen rumah tangga di Indonesia berperilaku membuang limbah langsung ke got, perilaku cuci tangan yang benar baru mencapai 47 persen,perilaku benar buang air besar (BAB) di jamban baru mencapai 82 persen. Padahal perilaku cuci tangan yang tidak benar, berpotensi menjadi rantai transmisi (penularan) penyakit diare menurut Kemenkes RI (2014).

Menurut Riskesdas 2013, Provinsi Bangka Belitung salah satu provinsi yang cukup tinggi menggunakan air minum yang tidak layak mencapai 37,47 % dan BAB

(15)

3 tidak di septic tank 28,2%, khususnya Kabupaten Bangka Barat untuk buang air besar sembarangan (BABS) mencapai 17,63% lebih tinggi dari kab yang lain, namun saat ini sudah ada desa`percontohan STBM di Desa Sinarsari. Prov. NTBkondisi sanitasi layak baru mencapai 19,36 % termasuk nomor 2 terendah di Indonesia dan Kabupaten Lombok Barat akses ke jamban baru mencapai 52,51% dan BABS masih cukup tinggi mencapai 47,5%. Prov. Sulawesi Baratpenggunaan air minum layak baru 50,8% (No.3 terendah di Indonesia) dan Kab. Majene akses jamban baru mencapai 46,14 dan BABS mencapai 53,86% (www.stbm-indonesia/org/monev).

Selain masalah perilaku tidak sehat di atas, permasalahan kesehatan lingkungan saat ini semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kegiatan industrialisasi diberbagai bidang, pencemaran limbah medis seiring dengan berkembangnya kegiatan pelayanan medik (Curative Services/CS). Berkembangnya pelayanan medik di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), berimplikasi pada melemahnya pelaksanaan program sanitasi dan higiene (Depkes RI. 1991 ; HusodoAdi Heru. http://hpm.fk.ugm.ac.id/ _lingkungan.pdf. ).

Program STBM yang sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan sanitasi di Indonesia pada dasarnya menganut model CLTS (Community Led Total Sanitation) dengan metode Participatory Rural Appraisal atau PRA yang diciptakan oleh Kamal Kar tahun 2000dan sudah terbukti berhasil meningkatkan perbaikan sanitasi di Bangledesh dan India (IrwantoroWano.2012 ; WSP - TSSM worldbank.org. 2012). Selanjutnya dilakukan pengembangan model CLTS menjadi STBM sesuai Permenkes No. 3/2014 di tetapkan 5 pilar sasaran STBM yaitu (1) SBS atau Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) atau open defication free (ODF); (2) Cuci tangan pakai sabun; (3) Pengelolaan air minum dan Makana rumah tangga; (4) Pengamanan sampah rumah tangga; (5) Pengamanan limbah cair rumah tangga. Prinsip tujuan STBM adalah menuju perubahan perilaku yang higienis dan sanitasi masyarakat dari BABS, SBS (Stop buang air besar sembarangan), perilaku higienes dan sanitasi sampai mencapai sanitasi total (Kemenkes. 2015). Awal implementasi STBM menurut Permenkes 852/2008 di Indonesia, terlebih dahulu dilakukan di uji coba d beberapa daerah diantaranyayaitu Prov.Jambi di Kab. Muaro Jambi, Prov. Jawa Barat di Kab. Sumedang dan Prov. Jawa Timur di Kabupaten Magetan.

Pelaksanaan STBM di Indonesia sudah berjalan 6 tahun, sehingga perlu direview dan dianalisis implementasi STBM yang sudah dilaksanakan. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui impact STBM dalam memberikan kontribusi perubahan

(16)

4 perilaku higienis dan sanitasi masyarakat, permasalahan/kendala yang dihadapi, model-model alternative dan inovatif yang dikembangkan daerah. Salah satu caraanalisis yang dapat dilakukan adalah melalui penelitian kebijakan denganmenggunkan pendekatan normative menurut teori Dunn (1998) yaitu pendekatan yang menekankan penjelasan sebab dan akibat serta memberikan rekomendasi.

Untuk melakukan analisis/review implementasi dalam riset dapat digunakan teori analisis implementasi oleh George C. Edwart (1980) dalam Subarsono (2010). Menurut GC.Edwart terdapat 4 variabel untuk mengukur implementasi suatu kebijakan dan keempat variabel tersebut saling berinteraksi yaitu (1) communication/komunikasi; (2)resources / sumber daya; (3) disposition atau attitude dan (4) bereucratic structur atau struktur birokrasi. Unsur komunikasi seperti sosialisasi, unsur sumber daya seperti sumber daya manusia, saran dan pembiayaan, unsur disposition seperti komitmen dan unsur struktur birokrasi seperti struktur birokrasi dan standart operasional perosedur (SOP).

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Adapun yang pertanyaan penelitian dalam riset ini adalah :

1. Bagaimana implementasi STBM yang dilakukan petugas sanitasi di masing-masing daerah, dalam mencapai visi STBM?

2. Bagaimana advokasi, model sharing, tahapan pemicuan, model alternative dan inovatif yang dikembangkan di masing-masing daerah?

3. Apakah dampak implementasi kebijakan strategi nasional STBM didaerah dalam menumbuhkan perilaku higienes dan sanitasi, cakupan kejadian penyakit berbasis lingkungan dan kejadian luar biasa?

4. Bagaimana upaya pemerintah daerah untuk keberlangsungan gerakan STBM di masing-masing daerah?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis implementasi kebijakan strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 Kabupaten /Kota.

(17)

5 1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi dukungan kebijakan lokal berupa pearauran-peraturan yang mendukung program STBM

2. Menganalisis implementasi (model komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi) strategi nasional STMB disetiap daerah.

3. Mengetahui advokasi, model sharing, tahapan pemicuan, model alternative dan inovatif pemicuan yang dikembangkan di masing-masing daerah.

4. Mengetahui manfaat implementasi STBM didaerah terkait menumbuhkan partisifasi masyarakat berperilaku higienes dan saniter, serta cakupan kasus penyakit berbasis lingkungan dan kejadian luar biasa (KLB)

5. Mengetahui upaya yang dilakukan daerah untuk keberlangsungan STBM

1.4.MANFAAT PENELITIAN

Kegiatan penelitian inihasilnya bermanfaat untuk : 1. Mendukung tupoksi insitusi melaksanakan penelitian.

2. Memberi masukan pada penentu kebijakan dan pemegang program imunisasi. 3. Sebagai referensi ilmiah terkait implementasi programimunisasi di puskesmas.

HIPOTESIS PENELITIAN

(18)

6 BAB.II.

METODA PENELITIAN

2.1. Kerangka Teori Kerangka Teori STBM

Gambar 1. Alur piker STBM

Sumber : Ditjend PPPLP, Kemenkes RI, 2013

Kerangka teori partisifasi masyarakat dalam helath promotionmenurut Ottawa Charter.1986 dalam Beaglehole, R; Bonita,R and Kjellstrom, T 1986 untuk mewujudkan masyarakat sehat adalah :

Outcome : Menurunnya kejadian diare dan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku melalui penciptaan kondisi sanitasi

Output : Meningkatnya pembangunan sanitasi higiene melalui peningkatan demand dan supplay Pilar 1. Stop BABS (Buang air Besar Sembarangan Pilar2. CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) Pilar3. PAM RT (Pengolahan Air Minum RT) Pilar 4. Pengolahan Sampah rumah tangga Pilar 5 Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga

Komponen dasar STBM : 1) Perubahan perilaku ; 2) Peningkatan akses sanitasi yang berkelanjutan ; 3) Pengelolaan berbasis masyarakat yang berkelanjutan ;

4) Dukunganinstitusi kepada masyarakat (enabling environment)

1. Peningkatan partisipasi aktif dari masyarakat 2. Peningkatan ketrampilan dari

anggota-anggota masyarakat

3. Peningkatan lingkungan sehat 4. Re-orientasi pelayanan kesehatan

5. Pembuatan kebijakan sehat untuk masyarakat yang hal itu disertai :

 Pemberian kesempatan atau peluang (enable) bagi semua warga

 Pelaksanaan mediasi

(19)

7 Kerangka teori variabel implementasi kebijakan menurut George C. Edward III,

1980

Gambar 3. Model Implementasi Kebijakan

Sumber :George C. Edward III (1980 ) dalam Subarsono (2010)

Terdapat empat komponen STBM seperti mengutamakan perubahan perilaku masyarakat yang hygiene dan saniter, sehingga akanterjadi peningkatan akses sanitasi di masyarakat yang berkelanjutan, adanya pengelolaan kebutuhan sanitasi menjadi yang berbasis masyarakat, ketiga komponen masyarakat tersebut harus dapat dukungan institusi (enabling environment). Konsep ke empat kompenen tersebut melaksanakan 5 pilar STBM yaitu SBS, CTPS, PAM RT, pengolahan sampah dan pengolahan limbah cair RT, hingga akhirnya terjadi peningkatan pembangunan sanitasi higiene melalui peningkatan demand (kebutuhan) dan supplay (penyediaan sarana kebutuhan sanitasi), yang berdampak pada terjadinya lingkungan sehat dan menurunkan kejadian penyakit diare disetiap wilayah di Indonesia. Penyakit diarer sebagai indikator STBM, karena diare merupakan salah satu penyakit penyebab kematian anak Indonesia dan merupakan jenis penyakit yang mudah menjadi KLB, akan tetapi dapat dicegah dengan kondisi kondisi sanitasi dan perilaku higienes (bersih dan sehat).

Prinsip STBM adalah meningkatkan partisifasi masyarakat, melalui pemicuan untuk menumbuhkan kesadaran berperilaku sanitasi dan hygiene. Hal ini sesuai dengan prinsip partisifasi masyarakat untuk hidup sehat yang dikembangkan dalam Ottawa charter. Terdapat lima pilar yaitu peningkatan partisipasi aktif dari masyarakat, peningkatan ketrampilan dari anggota-anggota masyarakat, peningkatan lingkungan sehat, re-orientasi pelayanan kesehatan, pembuatan kebijakan sehat untuk masyarakat

Communicati on Resources Bereucratic structur Implementatio n Disposition

(20)

8 melalui :pemberian kesempatan atau peluang (enable) bagi semua warga, pelaksanaan mediasi, pelaksanaan advokasi.

Mengukur impelementasi suatu kebijakan menurut George C. Edwarat(1980), dilakukan dengan 4 variabel yaitu communication (komunikasi), resources( sumber daya), disposition(komitmen) dan beurecratic structur(struktur birokrasi) yang saling berinteraksi timbal balik secara langsung. Kekuatan keberhasilan implementasi sangat ditentukan komunikasi dan struktur birokrasi. Subarsono (2010) mendiskripsikan implementasi di akhir skema tersebut adalah target yang ingin dicapai /dihasilkan dari implementasi program. Struktur birokrasi sebagai panduan koordinasi tindakan,sehingga sangat penting tersedianya peraturan dan standart operasional prosedur (SOP) untuk menjadi pedoman yang ringkas mempermudah pelaksanaan. Disposisi komtmen dan salah bentuk komitmen penentu kebijakan adalah melakukan kegiatan supervise, monitoring dan evaluasi. Sumber daya meliputi ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan sarana dan prasarana, serta ketersediaan anggaran.

2.2. Kerangka Konsep

(21)

9 2.3. Disain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian diskriptif dengan pendekatan normative menurut teori Dunn (1998) yaitu pendekatan yang menekankan penjelasan sebab dan akibat serta memberikan rekomendasiRancangan penelitian adalah crossectional (pontong lintang)

2.4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang dipilih pada penelitian ini terbagi 2 di tentukan secara purposif yaitu 3 provinsi yang di pilih secara random dari 6 provinsi daerah uji coba STBM menurut Permenkes 852/2008 dan 3 provinsi dan kabupaten yang memiliki status sanitasi rendah menurut Riskesdas 2013 dan Monev STBM 2015 (www.stbm-indonesia/org/monev) yang sudah dijelaskan dalam pendahulaun, berikut kelompok tempat pelaksanaan penelitian :

1.Provinsi yang pernah menjadi tempat uji coba STBM yaitu a. Prov.Jambi : Kab. Muaro Jambi b. Prov. Jawa Barat : Kab. Sumedang c. Prov. Jawa Timur : Kabupaten Magetan 2.Provinsi yang masih rendah capaian desa STBM .

a. Prov.Bangka Belitung : Kab. Bangka Barat b. Prov. NTB : Kab Lombok Barat c. Prov. Sulawesi Barat : Kab. Majene Keterangan mimilih kabupaten :

a. Kab. Bangka Baratkeluarga buang air besar semabaranagn (BABS) 17,063% lebih tinggi dari kabupaten yang lain dan di kabupaten ini sekarang sudah ada desa`percontohan STBM bertempat di Desa Sinarsari

b. Kab.Lombok Barat termasuk kabupaten yang masih tinggi keluarga BAB tidak di septic tank yaitu sebesar 47,49% (tahun 2014) dan memperoleh kemajuan hingga tahun 2015 berkurang menjadi 17,20%

c. Kab. Majene termasuk kabupaten yang tinggi keluarga tidak BAB di septic tank sebesar 53,86% (tahun 2014) dan mengalami kemajuan hingg apada tahun 2015 menjadi penurunan menjadi 32,07%.

Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan penelitian ini adalah 10 (sepuluh) bulan dimulai dari bulan Pebruari s/d Desember 2015.

(22)

10 2.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah institusi puskesmas. Sampel ddi tentukan secara purposive yaitu (1) provinsi dan kabupaten daerah uji coba; (2) provinsi dan kabupaten dengan status sanitasi terendah menurut Riskesdas 2013 dan kabupaten dengan akses jamban rendah hasil monev STBM 2015 oleh Ditjend P2P. Setiap provinsi akan dipilih 1 kabupaten, setiap kabupaten, dipilih 2 Puskesmas yang sudah melaksanakan STBM dengan capaian Stop buang air besar sembarangn (SBABS) atau cakupan keluarga dengan akses jamban diantara yang tinggi dan yang rendah dilakukan random sampling sederhana.

Adapun responden di setiap institusi dan masyarakat adalah :

1. Dinas Kesehatan yaitu Kepala Dinas Kesehatan dan Penanggung Jawab STBM Kabupaten/ Fasilitator STBM Kabupaten.

2. Puskesmas yaitu pimpinan puskesmas dan 2 orang fasilitator STBM di puskesmas.

3. Fasilitator STBM di kecamatan yaitu aparat pemerintah desa dan tokoh masyarakat atau kader sanitasi yang sampai saat ini berfungsi sebagai fasilitator didesa membantu fasilitator puskesmas.4 orang

4. 1 orang petugas monev STBM di wilayah desa yang melaksanakan STBM. 5. Masyarakat yang terpicu STBM 15 orang.

2.6.Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Prinsip kriteria inklusi penelitian bukanlah berlawanan dengan kriteria ekslusi, oleh karena itu yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

2.6.1. Kriteria inklusi dan eksklusi menurut wilayah penelitian 2.6.1.1. Kriteria inklusi wilayah

a. Provinsi dan kabupaten sebagai daerah uji coba STBM tahun 2008

b. Provinsi dengan status sanitasi terendah menurut Riskesdas 2013 dan kabupaten dengan akses jamban rendah hasil monev STBM 2015 oleh Ditjend P2P.

c. Provinsi dan kabupaten yang bersedia menjadi daerah penelitian.

d. Kabupaten dan kecamatan adalah kabupten dan kecamatan yang mudah akses tranfortasi.

e. Desa yang dipilih adalah desa yang sudah melaksanakan STBM

2.6.1.2. Kriteria Eksklusi wilayah

(23)

11 b. Wilayah penelitian daerah yang tidak terjangkau informasi dan daerah terpencil

dan sangat terpencil

c. Wilayah penelitian diluar wilayah NKRI

2.6.2. Kriteria inklusi dan eksklusi informan /responden 2.6.2.1. Kriteria inklusi informan

a. Fasilitator STBM di Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas yang sudah bekerja minimal 2 tahun dan berkualifikasi minimal D3 AKL/Kesmas bukan perawat/bidan.

b. Petugas monev STBM di desa yang melaksanakan STBM minimal 2 tahun c. Petugas pemerintah desa/tokoh masyarakat yang menjadi fasilitator didesa STBM

dan masih membantu fasilitator puskesmas untuk pemicuan STBM d. Masyarakat yang terpicu STBM

e. Bersedia menjadi responden dan berdomisili di tempat tugas saat penelitian berlangsung.

2.6.2.2.Kriteria eksklusi informan /responden penelitian

a. Tenaga STBM (Fasilitator) di Dinas Kesehatan Kabupaten dan puskesmas masih cuti atau bidan yang tidak ada di tempat, karena sebab lain pada saat penelitian dilakukan seperti tugas belajar/ijin belajar.

b. Petugas monev tidak berada di tempat saat penelitian, karena alasan lain-lain c. Petugas fasilitator pemerintah desa /tokoh masyarakat/kader kesehatan yang buta

huruf (Tidak bisa baca tulis)

d. Masyarakat dari desa lain yang tidak mengenal STBM

2.7. Variabel

2.7.1. Variabel dalam penelitian dan ca\ra memperoleh data

Tabel 1. Variabel dalam penelitian dan cara memperoleh data adalah :

No Variabel Bentuk kegiatan Instrumen

yang digunakan 1 Komunikasi Kegiatan sosialisasi(transmisi kebijakan STBM,

kejelasan kebijakan, konsistensi kebijakan) Pemicuan (model dan tahapan pelaksanaan )

Media yang digunakan.dalam sosialisasi dan pemicuan.

Advokasi : advokasi dilaksanakan fasilitator STBM kepada pemerintah kabupaten dan kecamatan, model

Kuesioner (Data primer dan sekunder) Dokumen advokasi jika

(24)

12 advokasi, demand masyarakt terhadap advokasi,

advokasi untuk peningkatan sanitasi, advokasi untuk lingkungan yang kondusif ( sesuai arahan road mao STBM).

Mediasi yang digunakan.

Model sharing yaitu model berbagi ilmu, cara fikir dan cara pandang yang dikembangkan fasilitator STBM.

ada (data sekunder)

2 Struktur birokrasi

Ketersedian peraturan pusat dan daerah terkait STBM Model struktur birokrasi khusus implementasi STBM SOP STBM sebagai pedoman operasional pelaksana STBM di tingkat kabupaten/Kota dan Kecamatan (Puskesmas ).

Buku pedoman atau juknis implemnetais STBM yang dikembangkan daerah

Model koordinasi STBM hingga ke desa STBM Penyebaran tanggung jawab pelaksana STBM (Fasilitator ke masyarakat) Kuesioner (Data primer) Dokumen SOP dan struktur birokrasi data sekunder) 3 Disposisi Komitmen fasilitator (puskesmas dan desa) dan

komitmen masyarakat terkait pelaksanaan STBM Kegiatan supervisi / bimbingan tekhnis dan feed back fasilitator

System demokrasi yang dibangun fasilitator. Motivasi melaksanakan desa STBM

Model alternative dan inovasi yang dikembangkan Monitoring dan evaluasi implementasi STBM

Kuesioner (Data primer)

4 Sumber daya Sumber daya manusia ( tenagafasilitator di Dinkes, puskesmas dan masyarakat)) terkait jumlah, jenis kelamin , pendidikan, pelatihan, seminar/kursus dan sekolah ke jenjang lebih tinggi.

Sarana yang disediakan untuk implementasi STBM (kendaraan, alat dan media pemicuan)

Pembiaya

an sebagai operasional mengimplementasikan STBM

Kuesioer (Data primer) Sarana dan pembiayaan ( data sekunder) 5 Data STBM Terkait perkembangan jumlah desa yang sudah

STBM Kuesioner kompilasi (Data sekunder) 6 Cakupan 5 pilar STBM untuk melihat output peningkatan sarana sanitasi

Jumlah KK di desa/kel STBM (sekurang-kurangnya data 2 tahun terkahir)

1. SBS (laporan kemajuan sanitasi : jamban sehat permanen, jamban sehat semi permanen, sharing/numpang, BABS)

2. CTPLS

3. PAM RT (Pengolahan air minum rumah tangga) 4. Pengolahan sampah rumah tangga

5. Pengolahan limbah cair rumah tangga

Kuesioner kompilasi (Data sekunder) 7 Demand dan supplay

Demand : kebutuhan desa yang mengajukan untuk menjadi desa STBM, desa mengajukan fasilitator STBM, kebutuhan fasilitas STBM (kebutuhan fasilitas

Road map STBM Kuesioner

(25)

13 5 pilar STBM di desa), kegiatan STBM di sekolah,

Supplay :kegiatan di masyarakat untuk memenuhi sarana STBM, seperti penyediaan closet, pembuatan jamban sehat bersama, tempat sampah, pengolahan limbah. kompilasi (Data sekunder) 8 Penyakit akibat sanitasi yang buruk utamanya diare

Penyakitmenular melalui air (water borne) seperti diare data minimal 2 tahun terkahir diutamakan data sebelum STBM dan sesudah STBM.

a. Cakupan diare (jumlah kasus, tertolong/sembuh, meninggal

b. Peristiwa KLB (jumlah, tertolong/sembuh, meninggal) c. Monev Kuesinoer kompilasi ( Data sekunder) 9 Partisifasi masyarakat

Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai) hidup sehat

Peningkatan ketrampilan anggota masyarakat di desa STBM dalam pemenuhan kebutuhan sanitasi,

Pemberian kesempatan atau peluang (enable) bagi semua warga terlibat dalam program STBM,

Kuesioner (Data primer)

10 Keberlangsungan STBM

Pendapat fasilitator STBM dan masyarakat di desa yang melaksanakan STBM

Kuesioner (Data primer)

2.7.2. Definisi Operasional Variabel Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

Variabel Uraian

Komunikasi Transfer informasi atau penyampaian pesan atas kebijakan yang akan diimplementasikan kepada seseorang atau kelompok. Kegiatan dapat berupa sosialisasi dan advokasi

Sumber daya Sumber daya terbagi 3 dalam implemnetasi yaitu

1. Sumber daya manusia yang mengimplementasikan program STBM

2. Sumber daya sarana : khusus sarana pendukung pelaksanaan STBM

3. Sumber daya anggaran: khusus yang mendukung STBM

Disposisi/sikap Komitmen, demokrasi, motivasi, inovasi yang kesemuanya dikhususkan paa penyelenggaraan STBM .

Struktur organisasi Ketersediaan struktur organisasi dan SOP/juknis untuk mempermudah koordinasi dalam pelaksanaan STBM.

Regulasi/kebijakan Regulasi/kebijakan yang terkait dengan STBM baik reegulasi pusat maupun daerah, bahkan kecamatan.

SOP Standar operasional prosedur yaitu pedoman opersioanal yang meringkas dan mempermudah pekerjaan dan koordinasii.

(26)

14 SIM STBM Sistem Informasi Manajemen STBM

Cakupan Hanya di batasi cakupan diare (penyakita akibat sanitasi buruk)

Wabah Serangan penyakit yang cepat dan menyerang banyak orang pada daerah yang luas.

Kejadian luar biasa (KLB)

Peningkatan kejadian penyakit di suatu daerah secara cepatatau disebut juga unusual event atau letusan penyakit (outbreak).

Inovasi dan model alternatif

Kemampuan daerah/desa mengembangkan model tersendiri sesuai kearifan lokal dalam melaksanakan SBM

Model alternative yaitu beberapa skenario yang di buat facilitator untuk memicu STBM di masing-maisng desa.

Demand dan supplay Demand : kebutuhan, khusus kebutuhan yang mendukung terlaksananya STBM

Supplay : penyediaan sarana oleh masyarakat mendukung pelaksanaan STBM di desa

Partisipasi Peran serta masyarakat secara sadar, berpengetahuan dan bertangguung jawab dalam melaksanakan STBM

Keberlangsungan Kontinyuitas kegiatan STBM

2.8. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data 2.8.1. Data Primer

Terdapat cara memperoleh data primer yaitu

A. Data primer dalam implementasi STBM diperoleh melalui kuesioner dengan model pilihan ganda (lihat 9.7 di atas)

B. Fasilitator dilakukan indepth interview, dan masyarakat pelaku STBM dilakukan FGD menggunakan pedoman (guide) wawancara.

2.8.2. Data skunder

Data yang sudah tersedia di Dinas Kesehatan dan puskesmas, yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner kompilatif(lihat 9.7 di atas).

2.9. Pengawasan Kualitas Data

Kualitas data dilakukan oleh peneliti bersama tim seperti :

1. Petugas pengumpul data adalah peneliti dan tim dalam penelitian ini

2. Instrumen/kuesioner di buat peneliti untuk memperoleh informasi dari informan. 3. Data yang sudah diperoleh akan di analisis dan disimpan di Pusat Humaniora,

Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

(27)

15 2.10. Manajemen Data

1. Data yang sudah diperoleh, akan dikumpulkan menjadi rahasia negara

2. Data akan di olah komputer Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakatdan diarsipkan jika semua sudah selesai.

3. Data yang sudah diolah akan menjadi sebuah laporan ilmiah institusi.

2.11.Analisis Data

Analisis data secara diskriptif (cross tabulation), sedangkan untuk wawancara mendalam dan FGDakan dianalisis secara naratif.

2.12.Langkah – Langkah Penelitian

Langkah-langkah Penelitian, meliputi :

a. Persiapan meliputi kegiatan penyusunan proposal, penyempurnaan protokol, mengusulkan ijin etik (ethical clearance) , mengusulkan ijin lokasi, pengadaan bahan, alat dan instrumen, uji coba, dan persiapan daerah

b. Pelaksanaan pengumpulan data meliputi kegiatan pengumpulan data di lapangan sesuai jadual yang sudah ditetapkan, serta mengirmkan permohoanan permintaan data pada tim manajemen data Riskesdas 2013 Balitbang Kemenkes RI.

c. Pengolahan data dan pelaporan meliputi kegiatan mengelompokkan data tiap daerah, cleaning manual data di kuesioner, mengentri data, analisis data, penulisan laporan, diseminasi, dan penulisan artikel.

2.13. PERTIMBANGAN IZIN PENELITIAN

Untuk mendukung keabsahan penelitian ini, maka diperlukan persetujuan etik penelitian dari Komisi Etik. Pada tanggal 24 Mei 2016, penelitian ini sudah memperoleh persetujuan etik dari Komis Etik Penelitian Badan Litbang Kemenkes RI No. LB.02.01/5.2/341/2016

2.14. PERTIMBANGAN ETIK PENELITIAN

Penelitian ini hanya akan dikerjakan setelah secara resmi memperoleh pertimbangan peneltian dan izin penelitian dari Komisi Etik, dan setelah terbit surat ijin penelitian dari daerah.

(28)

16 BAB III.

HASIL

Penelitian ini sudah memperoleh persetujuan dari komisi etik Badan Litbang sesuai surat Komis Etik Penelitian Badan Litbang Kemenkes RI No. LB.02.01/5.2/341/2016. Atas dasar surat komisi etik tersebut tim melakukan serangkaian kegiatan penelitian sesuai dengan jadual kegiatan penelitian dan rencana anggaran belanja (RAB) yang sudah disetujui institusi. Kegiatan yang sudah dilakukan adalah persiapan daerah di 6 kabupaten/kota dan uji coba kuesioner. Penelitian ini seharusnya berlanjut pada kegiatan pengumpulan data, tetapi dengan adanya perintah penghentian dari pimpinan Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan, maka penelitian STBM ini pun dihentikan. Dasar penghentian penelitian adalah penghematan uang negara, sesuai surat Kemenkes RI No.PR 02.01./1923/2016 tertanggal 31 Agustus 2016 yang mengacu pada Inpres Nomor 8/2016.

Akibat penghentian itu, maka seluruh kegiatan penelitian di stop di antaranya pengumpulan data, analisis data, pengolahan data, pembuatan laporan dan desiminsasi, sehingga laporan ini dibatasi hanya laporan kegiatan penelitian yang sudah dilakukan. Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan dan sebagai bahan pembuatan laporan adalah (1) persiapan daerah dan (2) ujicoba kuesioner.

3.1. Tahapan Persiapan Daerah

Sebelum melakukan persiapan daerah, tim menyempurnakan protokol dan kuesioner untuk diajukan ke komisi etik, karena kegiatan penelitian hanya bisa dilakukan setelah adanya surat persetujuan dari komisi etik. Selanjutnya setelah memperoleh persetujuan komisi etik, penelitian dilanjutkan ke tahapan persiapan daerah. Sebanyak 6 Kabupaten /Kota sudah dikunjungi oleh tim peneliti. Kunjungan persiapan daerah selalu dilakukan bersamaa koordinator daerah. Koordinator daerah diberikan tanggung jawab penuh terhadap penyelenggaraan penelitian didaerah sampai tahapan analisis data dan penyusunan laporan, hingga pembuatan artikel.

Adapun pembagian koordinator wilayah penelitian sebagai berikut

Ilham AR. sebagai koordinator wilayah Kabupaten Lombok Barat (Prov NTB) dan Kabupaten Majene (Prov Sulbar)

(29)

17 Riris Diana E sebagai koordinator wilayah Kabupaten Bangka Barat (Prov

Bangka Belitung) dan Kabupaten Muaro Jambi (Prov Jambi) Sukma S sebagai koordinator wilayah Kabupaten Sumedang (Prov

Jawa Barat) dan Kabupaten Magetan (Prov Jawa Timur)

Hasil yang dapat kami laporkan terkait kegiatan persiapan daerah di 6 kabupaten tersebut, secara umum adalah di setiap kabupaten, tim peneliti melakukan pertemuan dengan Kadinkes dan pemegang program PPL serta fasilitator STBM Dinas Kesehatan (tingkat kabupaten). Pada pertemuan itu tim memperkenalkan rombongan, menjelaskan maksud kedatangan. Pada khusus fasilitator STBM, tim bersama fasilitator STBM Dinkes menentukan sampel puskesmas secara purposive untuk 2 puskesmas yang memenuhi kriteria yaitu 1 puskesmas terendah cakupan STBM dan 1 puskesmas yang tertinggi cakupan STBM.

Setelah ada kesepakatan terhadap puskesmas yang akan menjadi sampel penelitian, tim peneliti dengan didampingi 1 orang fasilitator STBM Dinkes Kab/Kota melakukan kunjungan di dua puskesmas tersebut. Di puskesmas tim menemui pimpinan puskesmas, fasilitator STBM puskesmas. Seperti di Dinkes Kab/Kota tim memperkenalkan rombongan, menjelaskan maksud kedatangan. Selanjutnya tim bersama fasilitator STBM puskesmas menarik sampel 2 desa secara purposiv dengan kriteria 1 desa yang sudah berhasil melaksanakan STBM minimal 1 pilar utamanya adalah pilar ODF dan 1 desa yang lain adalah desa masih sulit mengajak masyarakatnya untuk melaksanakan STBM atau cakupan STBMnya rendah. Khusus komplek perumahan nasional (perumnas) tidak di masukkan kriteria, karena sudah pasti mempunyai jamban.

Berikut laporan kegiatan persiapan daerah di masing-masing di 6 Kabupaten/Kota :

1. Kab. Lombok Barat Prov NTB

Kegiatan di maksimalakan sesuai dengan schedule waktu di RAB untuk persiapan yaitu 3 hari, termasuk waktu berangkat dan pulang. Hari Pertama, 11 April 2016, berangkat dari Surabaya ke Lombak Barat Prov NTB. Tim melanjutkan perjalanan menuju Dinkes Kab Lombok Barat untuk melakukan kegiatan persiapan daerah. Selama di Dinkes dilakukan kegiatan diskusi, rencana waktu pengumpulan data, penentuan sampel puskesmas secara random 1 dari 3 puskesmas terbaik cakupan STBM. Puskesmas yang di random adalah Puskesmas

(30)

18 Meninting, Gunung Sari dan Labu Abi yang akhirnya terpilih sebagai puskesmas sampel adalah Puskesmas Gunungsari. Selanjutnya 1 dari 3 puskesmas cakupan STBM terendah yang di random adalah Puskesmas Penimbun, Sedau dan Linsar, yang akhirnya terpilih sebagai puskesmas sampel adalah Puskesmas Linsar

Petugas yang ditemui adalah (1) Fasilitator STBM ( Kasie PL dan PKA) Faisal Sirajuddin ,SKM,Mkes ; (2) Fasilitator STBM : Ahmad Mujahiddin dan Edi Setia Budi

Untuk selanjutnya tim peneliti dengan di dampingi fasilitator STBM Dinkes ( Bapak Edi) melakukan kunjungan ke puskesmas yang sudah terpilih yaitu Puskesmas Gunung Sari dan Puskesmas Linsar, melakukan diskusi, rencana waktu puldat, menentukan sampel desa, jumlah masyarakat sampel dan tokoh desa/tokoh agama. Tim selama di Puskesmas Gunungsari bertemu dan berdiskusi dengan Ka.Puskesmas Admal Rosa Malik dan Fasilitator : Rita dan Atik. Ketika di Puskesmas Linsar tim bertemu dan berdiskusi dengan H.Billia Milkan,SST dan Fasilitator STBM Puskesmas: Tahet dan Mustiani

2. Kabupaten Muara Jambi Prov Jambi

Tim peneliti berangkat dari Surabaya ke i Prov Jambi dan dilanjutkan bersama ke Dinkes Kab Muaro Jambi. Kegiatan diskusi, penentuan waktu pengumpulan data, penentuan sampel pada daerah uji coba CLTS/STBM. Hasil kesepakatan penetapan puskesmas yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Puskesmas Sie Duren Desa Muara Pijoan Dusun Suka Merdeti dan Puskesmas penyengat olak di Sie duren dan Puskesmas Pir 2 Bejubang.

Selama di Dinkes tim bertemu dan berdiskusi dengan : (1) Sekretaris Dinkes : Yes Usman,SKM,Mkes; (2) Kasie Kesling dan Pemukiman : Arifin ,SE; (3) Kabid Promkes dan Kesling : Nadiawan,SKM.,Mkes. Tim juga melakukan pertemuan dengan pegawai (staf) di institusi Bangkesbangpol untuk mengurus ijin penelitian di daerah.

Pada kunjungan ke Puskesmas Pir 2 Bejubang dan Puskesmas Kunjungi puskesmas Penyengat olak, menjelaskan target puldat yang akan datang dan menetapkan sampel 2 desa yang terpilih sesuai kriteria.. Selama di Puskesmas Kertemu dengan: (1) Pimpinan Puskesmas,; (2) petugas STBM puskesmas : Afrizal dan (3) Ka.TU : Semawi Anwar,SKM

(31)

19 Selama kunjungan Puskesmas Sie Durian, tim peneliti bertemu dan berdiskusi dengan Kertemu dengan petugas STBM puskesmas Sie Duren yaitu Pak Kusnadi, sedangkan di puskesmas Pir 2 Bejubang tim peneliti bertemu dan berdiskusi dengan Pimpinan Puskesmas : Islahimufus,SST. MPd dan fasilitator STBM Puskesmas yaitu Vera

3. Kabupaten Sumedang Prov Jawa Barat

Tim melakukan pertemuan dan berdiskusi dengan Kasi Kesling dan staf yang keduanya adalah fasilitator STBM Dinkes Kab.Sumedang. Kasie Kesling : Ekki Riswandiyah,SKM. HP. NO. 082115023221 dan Rahmat Hendra P.No. 085322817704. Saat di Dinkes tim menyepakati waktu pengumpulan data bulan september, 2 puskesmas terpilih menjadi sampel adalah Puskesmas Ganeas dan Puskesmas Situraja. Pada saat persiapan daerah tim sempat mengikuti kegiatan pemicuan di hotel, karena Dinkes melakukan pemicuan dengan petugas puskesmas (sanitasi, promkes dan gizi) dan kecamatan,

4. Kab.Bangka Barat Prov. Bangka Belitung

Tim berangkat dari Tg Pandan ke Tj Pinang dan ke Kab Bangka Barat menuju Dinkes setempat Kegiatan. Di Dinkes tim menjelaskan maksud kedatangan, penentuan sampel puskesmas secara porposiv. penentuan waktu pengumpulan data, penentuan sampel pada daerah uji coba CLTS/STBM. Hasil kesepakatan penetapan puskesmas yang menjadi sampel dalam penelitian

Di Dinkes tim bertemu dan berdiskusi dengan Kasi PL : M.Putro K,SKM, Fasilitator STBM : Ibu Dina dan staf terkait.

Puskesmas yang ditetapkan menjadi sampe adalah Puskesmas Munthok di temui dan Puskesmas Sekarbiru. Tim selanjutnya dengan didampingi fasilitator STBM Dinkes mendatangi Puskesmas Munthok dan bertemu serta berdiskusi dengan Kapus : Distri dan fasilitaor STBM (Guntur). Pada ouskesmas Sekarbiru, tim bertemu dan berdiskusi di Kepala TU Pusk Sekarbiru yaitu Eny,Amd dan fasilitator STBM adalah Yesi.

5. Kabupaten/Kota Magetan Prov Jawa Timur

Kegiatan di Dinkes Kab.Magetan, tim bertemu dan berdiskusi dengan Kadinkes Majene (Sapto Dwiyonoi,ST) dan fasilitator STBM Dinkes. Di Dinkes

(32)

20 tim menjelaskan maksud kedatangan, penentuan sampel puskesmas secara porposiv. penentuan waktu pengumpulan data, penentuan sampel. 2 Puskesmas yang dipilih sebagai sampel adalah Puskesma Poncol dan Puskesmas Panekan,

Di Puskesmas Poncol tim bertemu dan berdiskusi dengan fasilitator STBM (Sardji) Dan di Puskesmas Panekan tim bertemu dan berdiskusi dengan dr.Nurhayati Triyasih, selaku kepala puskesmas setempat. Di puskesmas tersebut tim menjelaskan maksud kedatangan, menentukan sampel desa. Tim juga menjelaskan metode penelitian yang akan dilakukan kepada responden institusi dan masyarakat

6. Kabupaten/Kota Majene Prov Sulewesi Barat

Kegiatan di Dinkes Kab.Majene, tim bertemu dan berdiskusi dengan Kadinkes Majene (dr. Evawaty,MKes), Kabid Kesmas : Uswati,SST,Mkes, Fasilitator STBM : Maswarah,SKM

Di Dinkes, tim menjelaskan maksud kedatangan, penentuan sampel puskesmas secara porposiv. penentuan waktu pengumpulan data, penentuan sampel. 2 Puskesmas yang dipilih sebagai sampel adalah Puksesmas Pamboang dan Puskesmas Salutambung

Puksesmas Pamboang dan Puskesmas Salutambung. Di instansi tersebut tim menjelaskan maksud kedatangan, menentukan sampel sampel desa. Tim juga menjelaskan metode penelitian yang akan dilakukan kepada informan institusi dan masyarakat, Di puskesmas Pambuang tim bertemu dan berdiskusi dengan Kapus: Hj.Hasmiati,Ssos,Msi dsn Fasilitator STBM : Milan ,SKM dan di Puskesmas Salutambung tim bertemu dan berdiskusi dengan fasilitator STBM (Sarifuddin).

3.2. Tahapan Ujicoba kuesioner

Kegiatan ujicoba kuesioner, dilakukan di kabupaten Lumajang. Tim

bertemu dengan Kabid P2MPSD Agus Hariwidodo SKM,Mkes (NIP 196208201986011001) dan

fasilitaor STBM Dinkes yaitu Sofyam Hadi, Nurul Alfiyah dan Dian Rasyidatu melakukan uji coba kuesioner ke para informan.

Kunjungan tim2 di puskesmas, bertemu dengan fasilitator STBM Puskesmas dan Ka.TU puskesmas seperti Dwi Nur Azizah,Amd.KL dan Agus Lestariyono,Amd.Kep Kepala Ds Gucialit : Suwono

Pelaksanaan ujicoba kuesioner di Kabupaten Lumajang sudah dapat berjalan dengan baik. Masukan yang diberikan akan menjadi dasar tim melakukan perbaikan kuesioner. Informan yang dikunjungan adalah institusi Dinkes, Puskesmas dan fasilitator desa ( natural leader) dan masyarakat .

(33)

21 DAFTAR KEPUSTAKAAN

Beaglehole, R; Bonita,R and Kjellstrom, T 1986.Ottawa Charter for HealthPromotion, in Basic Epidemiology, World Health Organization, Geneva.

Depkes RI. 1991. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III.Jakarta dan KRT.

Depkes RI. 2008. Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Jakarta.

Depkes RI. 2008. Permenkes No. 3 tahun 2014 Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Jakarta.

Depkes RI. 2008. Pelaksana Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dalam Program Pamsimas, Depkes RI. Jakarta

Dunn WN. Analisa Kebijaksanaan Publik, Penerbit PT. Hanindita, Yogyakarta, 1988. Husodo Adi Heru.Kebijakan Lingkungan Untuk Kesehatan Masyarakat. UGM.

Yogyakarta. http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/sesi_5_kesehatan_ lingkungan.pdf. diunduh 28 Nopember 2014

Indriany. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di IndonesiaAvailable fromhttp://www.indriany.com/sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm-di-indonesia/ di unduh 26 November 2014.

Irwantoro Wano (WSP - TSSM) worldbank.org, 2012. CLTS sebagai Metode Andalan dalam Pelaksanaan STBM.Available fromhttp://www.stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=2549.

Kemenkes RI. Badan Litbangkes. 2013 Riskesdas 2013. Jakarta.

Kemenkes RI. 2012. Buku Diklat STBM. http://www.bapelkescikarang.or.id /administrator /kurmod /materidasar/md-1%20modul%20 kebijakan%20 kesehatan %20 lingkungan.pdf

Kemenkes RI,2011.Situasi Diare di Indonesia. Jakarta.

Kemekse RI. Ditjend P2P. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta Kemenkes RI.Ditjend P2P. 2015. Road Map STBM. Jakarta

Kemenkes RI. Ditjend P2P. 2015. Moenv STBM. www.stbm-indonesia/org/monev. Diunduh 5 Maret 2016

Leksono Bowo.2008. Majalah Percik Desember 2008 edisi Mencapai Target MDG Sanitasi melalui STBM.Available from http://www.indriany.com/sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm-di-indonesia/Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia di unduh 26 November

(34)

22 Surat Edaran Menteri Kesehatan no 132 tahun 2013, tentang Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). http://www.indriany.com/tag/sanitasi-total-berbasis-masyarakat-stbm. Diunduh 5 Maret 016.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang diubah menjadi UU No 12/2008, tentang Otonomi Daerah

(35)

23

Lampiran 1

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

Jl Indrapura No.17 Surabaya2014

NASKAH PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Penelitian

Analisis Implementasi Kebijakan Strategi Nasional

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di 6 Kabupaten/Kota

Terima kasih kami ucapkan atas perkenan Bapak/Ibu untuk berpartisifasi dalam peneltian yang dilakukan Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, pada tahun 0156 ini akan melakukan penelitian tentang :

“Analisis Implementasi Kebijakan Strategi NasionalSanitasi Total Berbasis Masyarakat Di 6 Kabupaten/Kota

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan strategi nasional STBM yang sudah dilaksanakan di berbagai daerah, diantaranya di lokasi ini yaitu di Provinsi Jambi, jawa barat, Jawa Timur, Bangka Belitung, NTB dan Sulewesi Barat. Lama waktu penelitian 11 bulan sejak pembuatan proposal hingga laporan penelitian.

Pengumpulan data menggunakan wawancara, indepth intervieuw pada fasilitator STBM dan pada masyarakat menggunakan kuesioner dan FGD. Waktu yang diperlukan untuk wawancara sekitar60 menit.

Partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dalam penelitian ini bersikap sukarela dan bila tidak berkenan sewaktu waktu dapat menolak tanpa dikenakan sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu/Sdr/Sdri telah menyelesaikan wawancara akan diberikan uang kontak sebesar Rp.50.000,- (seratus ribu rupiah). Semua informasi berkaitan dengan hasil penelitian ini disimpan dan dirahasiakan di Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan.Informasi ini juga sebagai bahan masukan untuk pembuata kebijakan STBM di pusat dan daerah..

Bila Bapak/Ibu/Sdr/Sdri memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, dapat menghubungi Mugeni Sugiharto,SKM.,M.Kes. ( 081331813580) pada Kantor Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Jl. Indrapura No.17 Surabaya telpon 031-3528748, fax 031-3528749, email : mugeni_p3skk@yahoo.com

(36)

24

Lampiran 2.

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)* (INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai penelitian “Analisis Implementasi Kebijakan Strategi NasionalSanitasi TotalBerbasis Masyarakat Di 6 Kabupaten/Kota

dari peneliti Pusat Humaniora dan Manajemen Kesehatan. Saya menyetujui terlibat berpartisifasi dalam peneltian ini dengan sukarela.

No Nama responden Tgl/bln/thn Tanda tangan/ cap

jempol sendiri

Tanda tangan/ cap jempol wali

Nama saksi** Tgl/bln/thn Tanda Tangan

Keterangan

*PSP dibuat 2 rangkap, untuk : - Responden

- Tim pewawancara

**Diluar tim pewawancara, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga atau Ketua RT

(37)

Gambar

Gambar 1. Alur  piker STBM
Gambar 3. Model Implementasi Kebijakan
Gambar 4. Kerangka Konsep
Tabel 1. Variabel dalam penelitian dan cara memperoleh data adalah :

Referensi

Dokumen terkait

a) Perancangan barang dan jasa. Perancangan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas dan sumber

KPA Nasional melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana terangkum dalam Perpres No.75 Tahun 2006, yang terdiri atas: pengembangan kebijakan, langkah strategis,

Untuk mengetahui tingkat keuntungan tiap jenis produk yang dihasilkan dari usaha pengolahan kedelai khususnya pembuatan tahu, tempe, dan tauco sebaiknya dilakukan

Struktur Birokrasi ialah hal yang krusial tentang kebijakannya, saat melaksanakan hal tersebut dan daya mampu pada prakteknya. Dalam pelaksanaan pembangunan jamban sehat di

Judul : Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STOP BABS di Puskesmas Bonandolok I, Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2019. Prosedur penelitian ini tidak

Inisiatif ini juga akan digunakan untuk mempromosikan program lainnya, seperti misalnya menghimbau rumah tangga untuk menggunakan alat-alat rumah tangga yang hemat energi

Pendaftaran Ulang dilaksanakan di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, pada tanggal 31 Mei 2013, mulai pukul 07.00 WIB dengan.. menunjukkan bukti

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah “Bagaimana Implementasi Kebijakan Program Sanitasi Total Berbasis