• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO RISKAYANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN OBJEK WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO RISKAYANA"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

WISATA ALAM PANTAI KARSUT DI DESA KAMPALA KECAMATAN ARUNGKEKE KABUPATEN JENEPONTO

RISKAYANA

Nomor Stambuk : 105640149211

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh RISKAYANA

Nomor Stambuk : 105640149211

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

ii

(3)
(4)

iv

(5)

Nomor Stambuk : 105640149211

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelas akademik.

Makassar, Agustus 2015 Yang Menyatakan

Riskayana

v

(6)

objek wisata alam Pantai Karsut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Dan untuk mengetahui apa faktor yang menghambat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

Jenis penelitian adalah kualitatif dan analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara informan dalam penelitian ini mulai dari : Kepala Desa Kampala 1 orang, Pemilik Pantai 1 orang, Anggota Pokdarwis 2 orang, pengurus pantai 1 orang, dan masyarakat 2 orang.

Maka jumlah semua informan yang ada yaitu 7 0rang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto harus memperhatikan apa yang menjadi indikator dari partisipasi masyarakat yaitu peranserta atau keikutsertaan dalam perencanaan pengelolaan, pemberian sumbangan berupa ide/pendapat serta tenaga dan juga tanggungjawab.

Ketiga indikator ini belum berjalan maksimal dapat terlihat dari keikutsertaan masyarakat Desa Kampala yang sudah mulai berkurang, dikarenakan apa yang mereka inginkan tidak sesuai dengan harapan mereka. Adapun faktor yang menghambat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto yaitu keterbatasan dana, tidak adanya keterlibatan pemerintah daerah, serta sarana dan prasarana yang belum memadai.

Kata Kunci: Partisipasi, Masyarakat, Pengelolaan, Objek ,Wisata.

vi

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. A.Luhur Prianto, S.IP, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 3. Abdul Kadir Adys, SH,MM selaku pembimbing I dan Rudi Hardi, S.Sos,

M.Si. Selaku pembimbing II yang telah berkenang meluangkan waktu dan tenanganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

vii

(8)

yang tiada hentinya menjadi teman diskusi dan teman dalam segala hal mengenai urusan kampus dan perkuliahan.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, Agustus 2015 Penulis

Riskayana

viii

(9)

Halaman Penerimaan Tim ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Partisipasi ... 7

1. Pengertian Partisipasi ... 7

2. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 10

3. Bentuk dan Jenis Partisipasi ... 12

4. Tujuan Partisipasi ... 13

B. Konsep Pengelolaan Pariwisata ... 14

1. Pengertian Pengelolaan ... 14

2. Pengertian Pariwisata ... 15

3. Pengertian Objek Wisata Alam ... 17

4. Jenis-jenis Pariwisata ... 21

5. Industri Pariwisata ... 22

6. Peneglolaan Pariwisata ... 26

C. Kerangka Pikir ... 32

D. Fokus Penelitian ... 34

E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 34

ix

(10)

C. Sumber Data ... 36

D. Informan Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik analisis Data ... 38

G. Kengabsahan Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Kecamatan Arungkeke ... 41

B. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto ... 44

1. Peranserta dalam Perencanaan ... 44

2. Sumbangan (ide/gagasan dan tenaga) ... 47

3. Tanggungjawab ... 56

C. Faktor Yang Menghambat Dalama Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto ... 59

1. Keterbatasan Dana ... 59

2. Tidak Adanya Kerjasama Dengan Pemerintah Daerah ... 62

3. Sarana dan Prasarana Yang Belum Lengkap ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran-Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

x

(11)

Pariwisata merupakan sumber daya alam yang tidak akan pernah habis.

oleh karena itu sektor pariwisata harus dirawat dan dijaga keberadaannya. Dan sektor pariwisata juga merupakan salah satu penyumbang pendapatan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Memasuki abad sekarang perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi masyarakat setempat yang menerima kedatangan wisatawan (tourist reseiving countries).

Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berfikir maupun sifat perkembangan itu sendiri.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kekayaan alam yang melimpah tidak terkecuali di Kabupaten Jeneponto, yang memiliki potensi alam yang tentunya dapat dimanfaatkan dalam bidang kepariwisataan sebagai sektor komoditi yang sangat baik bagi perekonomian masyarakat.

Indonesia merupakan negara bahari dengan luas 7,7 juta km2 yang terbagi atas kawasan berupa lautan 75 % (5,8 juta km2) yang berupa dataran yang terdiri dari 17.508 buah pulau yang terdiri atas pulau-pulau besar maupun kecil.

Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) lautan terbesar didunia karena memiliki ekosistem-ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, dan padang lamun yang sangat luas dan beragam.

1

(12)

dalam perairan pesisir dan dalam Indonesia. Indonesia juga memiliki panjang garis pantai 81.000 km dengan berbagai potensi. Jika melihat kekayaan pesisir pantai tersebut, maka kawasan pesisir berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata (DTW), antaranya yaitu wisata pantai.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ataupun pengelolaan pariwisata bukan hanya berarti pengarahan tenaga kerja masyarakat secara sukarela, akan tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan mau memperbaikki kualitas hidupnya. Partisipasi berarti peran serta dalam proses pengelolaan objek wisata baik dalam bentuk kegiatan, serta ikut memanfaatkan objek wisata yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Pelaku partisipasi sangat tergantung pada besar dan mutu peransertanya dalam proses pembangunan tergantung tingkat kemampuan serta kesempatannya untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan pengelolaan pariwisata tersebut (Hilyana, 2001:29).

Menurut Undang-Undang No.10/2009 Tentang Kepariwisataan dalam sebuah pengelolaan pariwisata perlu direncanakan secara matang dengan memperhatikan segala aspek yang saling mempengaruhi agar tidak terjadi kesalahan yang akan berakibat pada objek wisata tersebut. Apalagi objek wisata tersebut memiliki nilai jual yang sangat berharga baik dari sejarahnya atau pun karena jumlahnya yang terbatas di dunia ini. Hal tersebut dapat dimulai dari potensi yang dimiliki suatu wilayah, adat istiadat, perkembangan ekonomi, sampai aspek politik.

(13)

Menurut Isbandi (2007:27) Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dapat diukur secara nyata dalam aktivitas riil yang merupakan perwujudan program yang telah digariskan didalam kegiatan fisik. Dengan demikian ukurannya adalah bagaimana masyarakat memberikan sumbangan dalam hubungannya dengan kegiatan. Sumbangan tersebut dapat berupa uang, material (barang) dan juga tenaga. Dan sumbangan tersebut tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan secara ketiga-tiganya.

Mengukur peranserta masyarakat dapat dilakukan dengan mengukur tingkat keterlibatan individu dalam kegiatan bersama yang diukur dengan skala yang dikemukakan oleh Chapin dan Goldhamer (Slamet, 1994:82-89), yaitu : a. Keanggotaan dalam organisasi

b. Kehadiran dalam pertemuan c. Membayar iuran/sumbangan d. Keanggotaan dalam pengurusan

e. Kedudukan keanggotaan dalam kepengurusan

Tujuan dari partisipasi masyarakat untuk menghasilkan ide dan persepsi yang berguna untuk masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (Center dalam Santoso, 1990:4) sebab dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak

(14)

dari kegiatan, dari cara mengambil keputusan, kebutuhan dari pengharapan kelompok masyarakat, dan kelompok masyarakat itu menuangkannya dalam suatu konsep. Reaksi dari pandangan masyarakat saja akan membantu masyarakat itu sendiri dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas, arah dan kepentingan yang positif dari berbagai faktor.

Pantai karsut ini awalnya adalah sebuah tempat pemancingan milik pribadi Andi Tahal Fasni Karaeng Sutte. Karena lokasinya yang berdekatan dengan pantai dan melihat banyaknya orang yang datang kesana maka masyarakat Desa Kampala berinisiatif memberikan ide/gagasan maupun saran kepada pemilik tempat untuk menjadikan pantai itu sebagai objek wisata. Setelah tempat pemancingan milik Andi Tahal Fasni Karaeng Sutte beralih menjadi sebuah tempat objek wisata maka partisipasi masyarakat sudah mulai berkurang terlihat dari sudah tidak adanya lagi masyarakat di Desa Kampala yang ingin ikut berpartisipasi dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut, mulai dari pemberian tenaga maupun sumbangan lainnnya. Padahal awalnya masyarakatlah yang pertama kali mengusulkan untuk menjadikan tempat pemancingan tersebut sebagai objek wisata. Hal itu dikarenakan tidak sesuainya antara tujuan dengan harapan masyarakat lagi sehingga pengelolaan objek wisata Pantai Karsut sudah kurang optimal lagi.

Pengembangan potensi wisata alam dalam daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dengan melibatkan peran pemerintah daerah dalam pengelolaan wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala. Dengan demikian pendapatan asli daerah yang merupakan gambaran potensi keuangan pada

(15)

umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa objek wisata. Selain itu jika dilihat objek wisata yang ada di Pantai Karsut memilik ini jual yang sangat tinggi dan dapat menarik minat para wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

Serta dapat membuka peluang bisnis bagi warga setempat yang tinggal di sekitar Pantai Karsut. Sehingga mampu meningkatkan perekonomian bagi masyarakat Desa Kampala. Dan juga apabila pemerintah daerah ikut berpartisipasi dalam pengelolaan objek wisata yang ada di Desa Kampala, otomatis pendapatan asli daerah (PAD) akan bertambah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto?

2. Apa faktor yang menghambat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

(16)

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

sesuai dengan disiplin ilmu penelitian, maka peneliti yang dilaksanakan berdasarkan atas bidang ilmu pemerintahan, dan terkhusus membahas membahas masalah “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto”.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

b. Untuk mengetahui apa faktor yang menghambat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

2. Kegunaan Penelitian

Dari hasl penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut : a. Penelitian ini akhirnya dapat berguna bagi masyarakat di Desa

Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto agar bsa meningkatkan partisipasinya terutama dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut.

b. Penelitian ini selanjutnya dapat mengembangkan dan melanjutkan pada ruang lingkup yang lebih luas.

(17)

1. Pengertian Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa latin partisipare yang mempunyai arti mendalam dalam bahasa Indonesia mengambil bagian atau turut serta.

Partisipasi adalah “keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggungjawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.” (Sastrodipoetra 1988). Sedangkan menurut White dalam Sastrodipoetra (1988) partisipasi diartikan, “keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan.

Menurut Koentjaraningrat dalam Slamet (1994) terdapat dua (2) pengertian mengenai partisipasi, dalam kaitannya dengan pembangunan antara lain : (i) partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam aktivitas-aktivitas dalam proyek-proyek pembangunan khusus. (ii) partisipasi sebagai individu di luar aktivitas dalam pembangunan.

Rahardjo dalam Mardijono (2008:19) mengemukakan partisipasi diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Lebih lanjut dijelaskan partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan.

Pada dasarnya partisipasi dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi yang bersifat simobilisasikan. Partisipasi

7

(18)

swakarsa mengandung arti bahwa keikutsertaan dan peran sertanya atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri, sementara partisipasi yang dimobilisasikan memiliki arti keikutsertaan dan berperan serta atas dasar pengaruh orang lain.

Pusic dalam Purnamasari (2008:51-52), menyatakan bahwa Perencanaan pembangunan tanpa memperhatikan partisipasi masyarakat akan menjadi perencanaan di atas kertas. Berdasarkan pandangannya, partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari 2 hal yaitu:

a. Partisipasi dalam perencanaan

Segi positif dari partisipasi dalam perencanaan adalah program- program pembangunan yang telah direncanakan bersama sedangkan segi negatifnya adalah adanya kemungkinan tidak dapat dihindari pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat menunda atau bahkan menghambat tercapainya keputusan bersama. Disini dapat ditambahkan bahwa partisipasi secara langsung dalam perencanaan hanya dapat dilaksanakan dalam masyarakat kecil, sedangkan untuk masyarakat yang besar sukar dilakukan. Namun dapat dilakukan dengan sistem perwakilan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan

Segi positif dari Partisipasi dalam pelaksanaan adalah bahwa bagian terbesar dari program (penilaian kebutuhan dan perencanaan program) telah selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah kecenderungan menjadikan warga negara sebagai obyek pembangunan, dimana warga hanya dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan menyadari

(19)

permasalahan yang mereka hadapi dan tanpa ditimbulkan keinginan untuk mengatasi masalah. Sehingga warga masyarakat tidak secara emosional terlibat dalam program yang berakibat kegagalan seringkali tidak dapat dihindari.

Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mutlak harus dilakukan dalam partisipasi dan bukan hanya keterlibatan mental semata, tetapi harus disertai dengan keterlibatan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan.

Satropoetro dalam Apriyani (2012:34), mengemukakan ada tiga buah unsur penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan partisipasi yaitu :

1. Bahwa partisipasi, keikutsertaan, keterlibatan atau peranserta, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmani.

2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota dengan segala nilainya.

3. Unsur ketiga adalah unsur tanggungjawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Diakui sebagai anggota artinya ada rasa (sense of belongingnes).

Senada dalam Purnamasari (2008:56-57), mengemukakan kriteria- kriteria dari perencanaan partisipatif sebagai berikut:

1. Adanya pelibatan seluruh stakeholder.

(20)

2. Adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan legitimate.

3. Adanya proses politik melalui negosiasi yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan kesepakatan bersama (collective agreement).

4. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran kolektif yang merupakan bagian dari proses demokratisasi.

Pembangunan adalah proses partisipasi, secara lebih luas, partisipasi dipandang sebagai suatu proses yang dinamis dan berdimensi jamak.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengarahan tenaga kerja masyarakat secara sukarela, akan tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan- kesempatan memperbaiki kualitas hidupnya. Partisipasi berarti peranserta dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Besarnya manfaat pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat pelaku partisipasi sangat tergantung pada besar dan mutu peransertanya dalam proses pembangunan itu, sedangkan besar dan mutu peransertanya dalam proses pembangunan tergantung pada tingkat kemampuan serta kesempatannya untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan tersebut (Hilyana 2001:29).

2. Pengertian Partisipasi Masyarakat

Menurut Habitat defenisi tentang partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut : “participation is a proses of involving people; especially

(21)

those directly effected, to define the problem involve solutions with them”.

(Habitat 1997;29)

Partisipasi masyarakat dapat simpulkan sebagai pembentukan kerja sama yang berdasarkan pada kepercayaan dan keterbukaan. Menutut Habitat partisipasi masyarakat bukanlah untuk ;

a. Menyuruh masyarakat untuk melakukan pekerjaan pada proyek-proyek pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat.

b. Menanyakan pendapat masyarakat tentang program yang telah dipersiapkan, untuk selanjutnya membuat perubahan-perubahan kecil.

c. Meminta masyarakat untuk membayar sebagaian biaya proyek atau kegiatan yang dilakukan (Habitat;1997:32)

Menurut Isbandi (2007:27) Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan masyarakat dalam proses pengevaluasi perubahan yang terjadi.

Manurut Slamet (1994) tipe partisipasi masyarakat digolongkan menjadi 9 penggolongan diantaranya a) Partisipasi berdasarkan pada derajat kesukarelaan b) Penggolongan berdasarkan pada cara keterlibatan c) Penggolongan berdasarkan pada keterlibatan dalam berbagai tahap proses pembangunan d) Penggolongan berdasarkan tingkat organisasi e) Penggolongan berdasarkan pada intensitas dan frekuensi kegiatan f)

(22)

Penggolongan berdasarkan pada lingkup kegiatan g) Penggolongan berdasarkan pada efektivitas h) penggolongan berdasarkan pada siapa yang terlibat. i) Penggolongan berdasarkan gaya partisipasi.

Untuk mengukur peranserta masyarakat dapat dilakukan dengan mengukur tingkat keterlibatan individu dalam kegiatan bersama yang diukur dengan skala yang dikemukakan oleh Chapin dan Goldhamer (Slamet, 1994:82-89), yaitu :

f. Keanggotaan dalam organisasi.

g. Kehadiran dalam pertemuan.

h. Membayar iuran/sumbangan.Keanggotaan dalam pengurusan.

i. Kedudukan keanggotaan dalam kepengurusan.

Dari skala tingkat peran serta individu dapat disimpulkan secara singkat bahwa untuk mengukur peran peranserta masyarakat berdasarkan aspek :

1. Frekuensi kehadiran anggota kelompok dalam pertemuan.

2. Keaktifan anggota kelompok dalam berdiskusi dalam pembahasan permasalahan.

3. Keterlibatan anggota dalam kegiatan fisik.

4. Kesedian memberikan iuran atau sumbangan berbentuk uang yang telah ditetapkan.

3. Bentuk Dan Jenis Partisipasi Masyarakat

Davis (dalam Oktami, 2013:16) mengemukakan bentuk dan jenis partisipasi masyarakat sebagai berikut. Bentuk Partisipasi: (a) konsultasi, jasa;

(23)

(b) sumbangan spontan dalam bentuk barang dan jasa; (c) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan industri/ instansi yang berada di luar lingkungan tertentu; (d) mendirikan proyek yang bersifat berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh komunikasi (rapat desa); (e) sumbangan dalam bentuk kerja biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat;

(f) aksi swasta; (g) mengadakan pembangunan dikalangan sendiri. Jenis jenis partisipasi: (a) pikiran (phychological participation); (b) tenaga (physical participation); (c) pikiran dan tenaga (physichological and physical participation); (d) keahlian (participation with skill); (e) barang (material participation); (f) uang (money participation).

4. Tujuan Partisipasi Masyarakat

Tujuan dari partisipasi masyarakat untuk menghasilkan ide dan persepsi yang berguna untuk masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (Center dalam Santoso, 1990:4) sebab dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak dari kegiatan dari cara mengambil keputusan, kebutuhan dari pengaharapan kelompok masyarakat, dan kelompok masyarakat itu menuangkannya dalam suatu konsep. Reaksi dari pandangan masyarakat saja akan membantu masyarakat itu sendiri dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas, arah dan kepentingan yang positif dari berbagai faktor.

(24)

B. Konsep Pengelolaan Pariwisata 1. Pengertian Pengelolaan

Pengertian pengelolaan dalam kamus umum bahasa Indonesia memberikan penjelasan sebagai berikut :

a. (1) proses, cara pembuatan mengelola, (2) proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain, (3) proses yang membentuk merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi, dan (4) proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan.

b. Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atau perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasaan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pengelolaan adalah suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasaan.

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu pemeliharaan yang berhubungan dengan waktu yang akan datang dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan- kegiatan yang diusulkan demi mencapai hasil yang dikehendaki.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan, dan pegaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan.

(25)

c. Pelaksanaan (Acuntting)

Pelaksanaan adalah usaha agar setiap anggota kelompok mengusahakan pencapaian tujuan dengan berpedoman dengan pada perencanaan dan usaha pengorganisasian.

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang seharusnya diselesaikan yaitu penilaian, pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif agar pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana.

2. Pengertian Pariwisata

Secara etimologi pariwisata berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “Pari” dan “Wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara beputar-putar, berulang-ulang atau berkali-kali.

Kemudian dijelaskan oleh (Pitana I Gede, 2009 : 5) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafka ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

(26)

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. The Association International Des Experts Scientifique Du Tourisme (AIEST) mendefinisikan pariwisata sebagai keseluruhan hubungan dan fenomena yang timbul akibat perjalanan dan pertinggalan (stay) pada pendatang, namun yang dimaksud pertinggalan bukan berarti untuk bermukim tetap .

Menurut Kurt Morgentroth dalam Yoeti (1984:117), Pariwisata dalam arti sempit adalah lalu-lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonamian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayannya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya.

Gunawan, M.P. dalam Suwantoro, (2004:115) mengemukakan bahwa pengertian pariwisata adalah kegiatan perjalanan seseorang yang tinggal di tempat lain di luar lingkungan tempat tinggalnnya untuk waktu kurang dari satu tahun terus-menerus dengan maksud bersenang-senang, berniaga dan keperluan-keperluan lainnya.

Pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu pengertian pariwisata yaitu suatu kegiatan yang melibatkan orang-orang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu dalam kurun waktu tertentu dan bukan mencari nafka.

(27)

3. Pengertian Objek Wisata Alam

Objek wisata dan atraksi wisata atau tourism resource adalah segala sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Secara pintas produk dengan objek wisata serta atraksi wisata seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan `secara prinsipil.

Menurut Yoeti, (1996 : 172) menjelaskan bahwa diluar negeri terminology objek wisata tidak dikenal, disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan nama Tourist Attaction sedangkan negara Indonesia keduanya dikenal dan keduanya memiliki pengertian masing-masing.

Menurut Fandeli dalam Widyasmi (2012:17), objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan objek wisata alam adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya. Adapun pengertian objek wisata yaitu : semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja. Sedangkan pengertian dari pada atraksi wisata yaitu: sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati, dan

(28)

dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan.

Mengenai pengertian objek wisata, maka dapatlah dilihat beberapa sumber acuannya, antara lain:

1. Peraturan Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

2. SK. MENPARPOSTEL No: KM. 98/PW.102/MPPT-87 menjelaskan bahwa objek wisata adalah : tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

(Ismatanti.2008:10)

Namun pada dasarnya objek wisata dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu. Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu menarik untuk dikunjungi, yaitu:

a. Adanya Something to see maksunya adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat.

b. Adanya Something to maksudnya adalah sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli.

(29)

c. Adanya Something to do maksudnya sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan ditempat itu.

Ketiga hal diatas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di tempat lain.

b. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali bidang pembangunan dan pengembangan.

c. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai cirri-ciri khas tersendiri.

d. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat. (Editor : N. Raymond Frans)

Konsep dan defenisi tentang pariwisata, serta klasifikasinya perlu ditetapkan dikarenakan sifatnya yang dinamis. Dalam kepariwisataan menurut Liper dalam Cooper et.al (1998:5) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan tersebut bisa terjadi yaitu:

a. Wisatawan adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa didalam kehidupan.

b. Elemen Geografi pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografis seperti berikut ini:

(30)

1. Daerah Asal Wisatawan (DAW) daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika ia melakukan aktivitas keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain.

2. Daerah Transit (DT)

Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu, namun seluruh wisatawan akan melalui daerah tersebut sehingga peranan daerah transitpun penting.

c. Daerah Tujuan Wisata : Daerah ini sering dikatakan sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepat.

Dalam undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang akan dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi pengembangan pribadi.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisatawan.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

d. Kepariwisatawaan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud setiap orang.

(31)

4. Jenis-Jenis Wisata

a. Wisata Agro ; ragam pariwisata baru yang dikaitkan dengan industri pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turun terjun aktif menanam padi dan memandikan kerbau disungai.

b. Wisata Belanja ; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya bandung dengan pusat Jens di Jl.Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat tas di Tanggulangin.

c. Wisata Budaya ; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi misalnya mudik lebaran setahun sekali atau ada pariwisata budaya yang digelar pada saat-saat tertentu, misalnya : Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap, Pemakaman Jenazah di Tana Toraja.

d. Wisata Ikllim ; bagi negara yang beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dilakukan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya untuk “berburu” pada sinar matahari. Begitu juga untuk masyarakat tropis seperti Indonesia, penduduk kota pantai berwisata ke pegunungan dan sebaliknya.

e. Wisata Karya ; jenis pariwisata yang parawisatawannya berkunjung dengan maksud dinas atau tugas-tugas lain, misalnya : peninjauan/inspeksi daerah, segi lapangan.

f. Wisata Kesehatan ; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit.

(32)

g. Wisata Konvensi atau Seminar ; dilakukan dengan sengaja memilih salah satu daerah tujuan wisata (DTW) sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya pengembangan DTW yang bersangkutan.

h. Wisata Niaga ; berkaitan dengan kegiatan perniagaan (usaha perdagangan), wisatawan datang karena ada urusan perniagaan ditempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada disana.

5. Industri Pariwisata

Industri Pariwisata adalah gambaran suatu industri suatu bangunan pabrik yang mempunyai cerobong dan menggunakan mesin-mesin tetapi industri pariwisata merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lain. Produk industri pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahaan, semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat kediamannya, sampei di tempat tujuan, hingga ke tempat asalnya. Sedangkan produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang salin terkakit, yaitu jasa yang dihasilakan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial), dan jasa alam.

Sejak calon wisatawan memilih-milih destinasi yang akan di kunjungi dan merencanakan meninjau obyek dan melakukan berbagai kegiatan di daerah tujuan, mulailah industri informasi memasuki lahan kepariwisataan. Selanjutnya, sepanjang perjalanan dari rumah sampai

(33)

destinasi dan kembali ke rumah, berbagai macam produk industri menjadi bagian pariwisata. Pengangkutan, perhotelan, perbankan, rumah makan, pertokoan, produk seni budaya, komunikasi pakaian dan lain-lain.

(Suswantoro : 2007)

1. Sektor Daya Tari/Atraksi Wisata ( The Attaction Sector)

Sektor ini berfokus pada daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan.

Lokasi utamanya berada pada daerah tujuan wisatawan di daerah transit. Misalnya taman budaya, hiburan, even olah raga, dan peninggalan budaya.

2. Sektor Tour Operator (The Tour Operator Sector ) mengcakup perusahaan penyelenggaraan dan penyedia paket wisata. Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata)

3. Sektor Pendukung/rupa-rupa (The Miscellaneous Sector) sektor ini mengcakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di negara/tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/tempat tujuan wisata. Misalnya toko oleh-oleh (Souvenir).

4. Sektor Pengkoordinasi/regulator (The Coordinatting Sector) mengcakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik ditingkat lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam industri pariwisata. Disamping itu,

(34)

pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan antar berbagai elemen yang saling berinteraksi dan mempengaruhi prinsip-prinsip keseimbangan yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut : (Kodyat H, 2010 : 5-13)

a. Pembangunam versus konvers pariwisata

tidak hanya menyangkut bagaimana membangun dan mengelola suatu kawasan menjadi objek wisata, namun mengelolanya harus mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan proteksi baik terhadap aspek ekonomi, budaya dan lingkungan. Keseimbangan antara pembangunan dan konservasi menjadi faktor yang esensial bagi keberlanjutan pariwisata.

b. Penawaran versus permintaan

Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan keseimbangan antara sisi penawaran (supply) dan pemerintah (daymand). Penawaran mewakili produk pariwisata seperti wisata alam, akomodasi, dan gaya lokal, sarana rekreasi, aktivitas budaya dan sebagainya. Sedangkan permintaan mengacu kepada pasar pariwisata, yaitu wisatawan tipe apa yang akan disasar, berapa jumlah yang akan berwisata, dimana mereka akan menginap, berapa uang yang mereka akan keluarkan, kegiatan menarik apa yang mereka lakukan, dan sebagainya.

Menmyeimbangkan penawaran dan permintaan merupakan salah satu kunci untuk tetap suksesnya pariwisata. Penekanan salah satu atas lainnya akan membawa masalah di masa yang akan datang.

(35)

c. Keuntungan versus biaya

Pengelolaan pariwisata harus memperhatikan dan memastikan bahwa ada keseimbangan distribusi keuntungan (benefit) dan biaya (cozt). Hal ini menyangkut investasi yang cukup pengalokasian fee untuk mengatasi dampak aktivitas pariwisata, pengembalian yang oktimal atas biaya sosial, ekonomi dan budaya bagi penduduk lokal, insentif dan bersasaran pajak yang wajar. Dalam rangka menciptakan pengelolaan pariwisata yang mampu membiayai diri sendiri (economically self-sufficient) perlu di susun kebijakan financial dan fiscal yang wajar disamping juga harus memperlihatkan faktor non ekonomi seperti biaya menjadi salah satu penentu keberlanjutan pariwisata.

d. Manusia versus lingkungan

Tatanan pengelolaan pariwisata dalam mencari keseimbangan antara tradisional ways dengan practices. Disamping beberapa kawasan wisata, penduduk lokal kadang belum bahkan tidak menerapkan metode konservasi dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Hal itu mungkin disebabkan oleh ketersediaan sumber daya di masa lalu. Cepat atau lambat kondisi itu tidak akan bertahan mengingat pertumbuhan penduduk yang begitu cepat yang secara alami akan memerlukan ruang dan sumber daya untuk hidup dan penghidupannya.

Keberagaman pariwisata dapat diarahkan sebagai wahana penyeimbang antara kepentingan kebutuhan manusia dan kelestarian

(36)

lingkunga. Pariwisata hendaknya menyediakan metode untuk mengelola lingkungan yang lestari baik melalui konsep kawasan konservasi, pembaharuan sumber daya alam, daur ulang dan sebagainya. Tentu saja usaha pelestarian lingkungan ini bisa berjalan jika sejalan dengan tata nilai dan norma yang dianut komunitas lokal.

Melalui proses pendidikan dan pembelajaran dapat diusahakan perubahan perilaku dan kebiasaan komunitas lokal yang merugikan lingkungan, seperti pembuangan sampah sembarangan, penghancuran terumbu karang dan perusakan pantai, pembalakan liar, pengambilan sumber daya yang melebihi kapasitas normal, serta praktek-praktek tradisional yang merugikan lainnya. Sebaliknya penekanan dan penguatan atas nilai-nilai lokal yang mendukung kelestarian lingkungan perlu diakui.

6. Pengelolaan Pariwisata

Menurut Sastrayuda (2010:6-7) mengemukakan dalam perencanaan pengelolaan meliputi :

a. Pendekatan Participatory Planning, dimana seluruh unsur yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan kawasan objek wisata diikutsertakan baik secara teoritis maupun praktis.

b. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersediaan produk budaya yang dapat mendukung keberlanjutan pengelolaan kawasan objek wisata.

c. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan

(37)

kemampuannya agar tercapai kemampuan baik yang bersifat pribadi maupun kelompok.

d. Pendekatan kewilayahan, faktor keterkaitan antar wilayah merupakan kegiatan penting yang dapat memberikan potensinya sebagai bagian yang harus dimiliki dan diseimbangkan secara berencana.

e. Pendekatan optimalisasi potensi, dalam optimalisasi potensi yang ada di suatu desa seperti perkembangan potensi kebudayaan masih jarang disentuh atau digunakan sebagai bagian dari indikator keberhasilan penggembangan.

Menurut Spillane dalam Sari (2011:45-47) ada lima unsur industri pariwisata yang sangat penting, yaitu:

a) Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, keratin, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-festival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah.

b) Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat

(38)

tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan.

Fasilitas-fasilitas dan jasa pelayanan yang diperlukan untuk pengembangan objek wisata, antara lain meliputi:

a. Operasional tour dan travel,

b. Restoran, kafe dan tempat sejenis lainnya,

c. Toko atau penjual barang-barang kerajinan, souvenir dan kebutuhan sehari hari,

d. Bank, money changer, serta fasilitas jasa keuangan lainnya, e. Kantor informasi objek wisata,

f. Jasa layanan pribadi,

g. Fasilitas dan jasa pelayanan kesehatan, h. Fasilitas keamanan (kantor polisi),

i. Fasilitas kemudahan masuk dan keluar area wisata & imigrasi.

c) Infrastructure (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.

Sebagai pelengkap, infrastruktur antara lain:

a. Air, Listrik, Telekomukasi,

(39)

b. Persampahan dan Pembuangan Limbah.

d) Transportations (transportasi)

Dalam objek wisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.

Fasilitas dan jasa layanan transportasi, antara lain meliputi:

a. Akses transportasi masuk ke area pengembangan,

b. Sistem transportasi internal penghubung lokasi wisata dan area pengembangannya,

c. Transportasi dalam area pengembangan,

d. Semua jenis fasilitasi dan layanan yang berkaitan dengan transportasi darat, air dan udara

e) Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.

(40)

Pengertian objek wisata adalah sumberdaya alam, buatan dan budaya yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan. Pada umumnya daya tarik wisata menurut Suwontoro (2007) dipengaruhi oleh :

a. Adanya sumber atau objek yang dapat menimbulkan rasa senang, nyaman, dan bersih.

b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjungi. Adanya arti khusus yang bersifat langka.

c. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

d. Objek wisata alam mempunyai daya tarik yang tinggi karena keindahannya, seperti keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.

Menurut Mariotto dalam Arsyadha (2002:27) yang merupakan objek dan atraksi wisata adalah :

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang istilah pariwisata disebut dengan natural amenities

b. Hasil cipta manusia (man made supply) c. Tata cara hidup (the way of life)

Tersedianya objek wisata dan daya tarik wisata merupakan salah satu syarat yang harus tersedia dalam pengembangan pariwisata. Karena objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Jadi, dalam pengelolaan objek wisata alam pantai karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten

(41)

Jeneponto harus memperhatikan potensi objek wisata yang ada, serta daya tarik wisata yang tersedia. Pengelolaan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang usaha da kerja. Peluang tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restaurant, warung, pedagang asongan, sarana dan olahraga, jasa dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat pesisir untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya (Suwantoro dalam Aziz, 2003: 17).

Selanjutnya Suwantoro dalam Aziz (2003:17-18) mengemukakan bahwa pertumbuhan pariwisata telah mampu memberikan berbagai keutungan sosial, ekonomi, dan lingkungan pada berbagai wilayah pesisir.

Kecenderungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir telah mendorong pertumbuhan di wilayah tersebut, mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan fasilitas dan aksesibilitas.

Menurut Suwantoro dalam Aziz (2003:19-20) manfaat pembangunan pariwisata, yaitu :

1. Bidang ekonomi, yaitu (a) dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung; (b) meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain;

(42)

(c) meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung; (d) meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar; dan (e) menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cenderung tidak terpusat di kota melainkan pesisir, dengan demikian sangat berperan dalam menunjang pembangunan daerah.

2. Bidang sosial budaya, dengan keanekaragaman sosial budaya merupakan modal dasar bagi pengembangan pariwisata. Oleh karena itu harus mampu melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada.

3. Bidang lingkungan hidup, karena pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah lingkungan yang menarik, maka penhembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan yang teratur dan terarah.

C. Kerangka Pikir

Pengelolaan pariwisata harus merupakan pengelolaan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomis, sosial dan kultural. Pengelolaan tersebut harus mengintergrasikan pengelolaan pariwisata dalam program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata alam Pantai Karsut sangat ditentukan oleh bagaimana partisipasi masyarakat dalam

(43)

keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan proses pelaksanaan. Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada unsur-unsur partisipasi yang menekankan nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal.

Dalam partisipasi ada unsur-unsur penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan partisipasi yaitu: unsur pertama bahwa partisipasi, keikutsertaan, keterlibatan atau peranserta, sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari itu semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmani. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa kesukarelaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota dengan segala nilainya. Unsur ketiga adalah unsur tanggungjawab.

Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota.

Diakui sebagai anggota artinya ada rasa (sense of belongingnes).

Namun untuk melaksanakan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata ini, tidak akan berjalan semudah yang dibayangkan, akan selalu ada faktor yang menghambat dalam pelaksanaanya maka pelaksanaan pengelolaan akan lebih cepat begitupun sebaliknya. Ketika pengelolaan yang dilakukan berjalan dengan baik, maka hasilnya adalah meningkatkan efektivitas partisipasi masyarakat. Dan akhirnya akan berimbas kepada masyarakat setempat yang tinggal disekitar Pantai Karsut dan itu menandakan keberhasilan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dalam

(44)

upaya pengelolaan obyek wisata, khususnya Obyek Wisata Alam Pantai Karsut.

Bagan Kerangka Pikir

D. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto. Dan apa faktor yang menghambat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

E. Deskripsi Fokus Penelitian

Yang menjadi deskripsi fokus penelitian adalah : 1. Partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat Dalam

Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut.

Indikator 1. Peranserta

(Perencanaan) 2. Sumbangan 3. Tanggungjawab

Faktor penghambat 1. Keterbatasan Dana

2. Tidak ada kerjasama dengan pemerintah daerah.

3. Sarana dan prasarana yang belum lengkap.

Efektivitas Partisipasi

(45)

a. Peranserta dalam perencanaan pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut.

b. Sumbangan yang dimaksud adalah materi, barang dan jasa

c. Tanggungjawab yang dimaksud dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut adalah tanggungjawab dalam pengelolaaan keuangan yang masuk di Pantai Karsut.

2. Perencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peralihan objek dari tempat pemancingan menjadi objek wisata

3. Sumbangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian ide/gagasan maupun materi.

4. Tanggungjawab yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan objek wisata alam Pantai Karsut.

5. sFaktor-faktor yang menghambat dalam penelitian ini adalah a. Keterbatasan dana untuk mengelola Pantai Karsut.

b. Tidak adanya kerjasama dengan pemerintah daerah.

c. Fasilitas sarana dan prasarana yang belum lengkap.

(46)

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini kurang lebih 2 bulan dan adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arugkeke Kabupaten Jeneponto. Alasan pemilihan lokasi ini berdasarkan pada keinginan penulis untuk melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan obyek wisata di Pantai Karsut serta faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pengelolaan obyek wisata alam Pantai Karsut.

B. Tipe dan Dasar Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam Pantai Karsut di Desa Kampala Kecamatan Arugkeke Kabupaten Jeneponto

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Obyek Wisata Pantai Alam Karsut.

C. Sumbar Data

1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawangcara langsung dari informan berupa informasi dan persepsi serta tanggapan yang

36

(47)

berkaitan dengan penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara (interview) dengan beberapa informan yang terkait.

2. Data Sekunder adalah mengcakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang mewujud laporan dan sebagainya. Dalam hal ini yang menjadi data sekunder yaitu buku-buku yang berhubugan dengan masalah yang diteliti yang berisi informasi penting.

D. Informan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan purposive sampling atau dengan sengaja penulis memilih informan. Informan merupakan sasaran objek peneliti yang akan menjadi sumber informasi dalam pengumpulan data-data primer melalui proses observasi dan wawancara lapangan. Target peneliti yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah betul-betul warga yang memahami langsung dalam pengelolaan objek wisata pantai karsut dikabupaten jeneponto. Dalam ini yang dimaksud adalah :

Tabel 01 Nama-Nama Informan

No Nama Jabatan Ket

1 Hj. Rosmiati Karaeng Kenang Kepala Desa Kampala 1 Orang 2 Dr.A.Tahal Fasni Karaeng Sutte Pemilik Pantai Karsut 1 Orang 3 Bakri Dg Jarre Penjaga Pantai Karsut 1 Orang 4 Suryati Anwar Wakil Ketua Pokdarwis 1 Orang

5 Muh Ilyas Anggota Pokdarwis 1 Orang

6 Jufri Ady Masyarakat 1 Orang

7 Muh. Ramli Masyarakat 1 Orang

Jumlah 7 Orang

(48)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung dilapangan.

2. Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung terhadap informan yang telah ditentukan.

3. Dokumentasi adalah pemanfaatan informasi melalui dokumen-dokumen tertentu yang dianggap mendukung.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Dalam model ini terdapat 3 (tiga) komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiono : 2012) ketiga komponen tersebut yaitu : 1. Reduksi data merupakan komponen pertama analisis data yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membangun hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

2. Sajian data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis agar makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat

(49)

peraturan-peraturan sebab akibat dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertanggung jawabkan.

G. Keabsahan Data

Validitas data sangat mengdukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi bermakna silang yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

Menurut Wiliam (Dalam Sugiyono 2011) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu.

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada data sumber lain yang telah diperoleh sebelumnya.

b. Triangulasi metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.

c. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu yang dilakukan disini dengan menguji kredibilitas data yang dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan

(50)

wawancara, observasi, atau teknik lainnya dalam waktu dan situasi yang berbeda.

(51)

1.1 Letak geografis dan Batas Wilayah

Kecamatan Arungkeke merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan Kecamatan Batang di sebelah utara, Laut Flores di sebelah timur, Kecamatan Binamu di sebelah barat dan Laut Flores di sebelah selatan dengan Kota Kecamatan di Desa Arungkeke.

PETA IV. 1.1

KECAMATAN ARUNGKEKE

Perkembangan desa/kelurahan di Kecamatan Arungkeke tahun 2014 terdiri dari 4 Desa/Kelurahan dengan klasifikasi swakarya dan 3 Desa/Kelurahan lainnya tergolong swasembada. Seluruh Desa/Kelurahan di Kecamatan Arungkeke tergolong Desa berkembang, namun demikian masih ada 3 Desa/Kelurahan yang termasuk Desa tertinggal. Ini berarti program

41

(52)

pemerintah daerah belom membawahasil positif bagi masyarakat pedesaan di Kecamatan Arungkeke. Dilihat dari sumber mata pencaharian menunjukan bahwa dari jumlah penduduk yang bekerja, sebanyak 4.758 orang adalah petani pangan, sedangkan peternak sebanyak 288 orang. Tambak dan nelayan sebanyak 843 orang. Penduduk yang bekerja diluar sector pertanian antara lain pedagang sebanyak 638 orang, industri 482 orang, angkutan 713 orang, dan jasa hanya 253 orang. Adapun penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ABRI sebanyak 240 orang.

Menurut jaraknya, maka letak Desa Kampala berjarak 5 km dari pusat Ibu Kota Jeneponto. di Desa Kampala terdiri dari 4 Dusun yaitu : Dusun Monroloe, Dusun Penyang Ka’bung, Dusun Buntulu dan Dusun Kalukuang yang dimana masing-masing Dusun memilik jarak yang berbeda-beda. Desa Kampala memiliki luas wilayah 3,94 km2 yang dimana masing-masing Dusun memilik jarak yang berbeda-beda. Tingkat klasifikasi Desa Kampala tahun 2014 terdiri dari 4 Dusun dengan klasifikasi swakarya dan 3 Dusun lainnya tergolong swadaya. Seluruh Dusun di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke tergolong Desa berkembang.

1.2 Sejarah Pantai Karsut

Pantai karsut yang terletak di Desa Kampala, Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto, lokasi Pantai Karsut berjarak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Jeneponto, pemberian nama Pantai Karsut ini diambil dari nama pemilik lahan Andi Tahal Fasni Karaeng Sutte. Pantai karsut ini adalah merupakan kaki gunungnya Sulawesi Selatan konong katanya jika kita

(53)

bernasar dan mandi di Pantai Karsut maka nasarnya kita akan terwujud. Oleh karena itu banyak orang yang penasaran dan datang ke Pantai Karsut untuk membuktikanya sendiri. Untuk menunjang keberhasilan Pantai Karsut maka berbagai sarana dan prasarana wisata keluarga tersedia dikawasan ini, dan itu tentu saja akan memudahkan anda berserta keluarga menikmati kesejukan udara pantai. Jejeran baruga atau balai dapat anda sewa dengan harga yang terjangkau. Balai-balai ini sebagai tempat untuk menikmati hamparan laut sehabis berenang/mandi. Selain keindahan pantai pengunjung juga dapat berenang di kolam yang sudah disediakan oleh masyarakat setempat yang mengelola pantai tersebut.

1.3 Jumlah pengunjung yang datang dari 2010 sampai 2015

Tabel 02 Jumlah Pengunjung Pantai Karsut.

No Tahun Pengunjung

1 2010 415 kepala keluarga

2 2011 432 kepala keluarga

3 2012 297 kepala keluarga

4 2013 143 kepala keluarga

5 2014 125 kepala keluarga

Sumber Data Dari Kelompok Sadar Wisata singaken 2014

Tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengunjung yang datang dari tahun ketahun mengalami penurunan dikarenakan sudah banyaknya fasilitas sarana dan prasarana yang mulai rusak serta masih banyak lagi hal yang membuat para pengunjung malas untuk datang berekreasi. Pantai Karsut

(54)

ramai dikunjungi hanya saat waktu-waktu libur dan tanggal mereh sedangkan saat hari-hari biasa pengunjung yang datang sangat sedikit.

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Pantai Karsut Di Desa Kampala Kecamatan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.

1. Peranserta dalam Perencanaan

Perencanaan merupakan proses yang mempersiapkan seperangkat keputusan untuk melakukan tindakan dimasa depan. Tahap perencanaan merupakan tahapan awal dalam proses pelaksanaan pengelolaan objek wisata.

Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan akan memberikan arah, langkah atau pedoman dalam proses pembangunan pengelolaan objek wisata. Pada tahapan ini akan ditelusuri aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dimulai dari keterlibatan mereka dalam rencana program pembangunan pengelolaan objek wisata.

Peralihan dari Tempat Pemancingan menjadi Objek Wisata

Pariwisata merupakan sumber daya alam yang tidak akan pernah habis.

Oleh karena itu sektor pariwisata harus dirawat dan dijaga keberadaannya.

Objek wisata adalah fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.

Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik disuatu daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil wawancara langsung yang penulis lakukan dengan beberapa informan yang ada terkait dengan peralihan tempat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitan ini bertujuan untuk : (1) untuk mengetahui keadaan sarana objek wisata Pantai Mutiara 88 Desa Kota Pari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwa pengelolaan dan pengembangan objek wisata Pantai Depok melalui Matrik IE menggambarkan jaga dan pertahankan, dengan menggunakan

Sebelumnya literasi pariwisata masyarakat masih rendah yakni pada awal pembangunan objek wisata, namun seiring berjalannya waktu bisa diminimalisir sebab pengelola utama objek

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan daya tarik wisata Pantai Pandawa untuk mengetahui tahapan dan tingkatan partisipasi masyarakat yang diterapkan pada daya tarik

3.4 3.5 Analisis partisipasi responden terhadap kegiatan wisata pantai Mengetahui partisipasi responden terhadap kawasan wisata pantai dibutuhkan beberapa kriteria penilaian yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan dilapangan terkait Pengelolaan Objek Wisata Pantai oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga dalam Meningkatkan

Sesuai dengan pengertian prasarana diatas maka prasarana pengelolaan objek wisata Bono tentang studi pengelolaan objek wisata Bono bagi masyarakat Kelurahan Teluk Meranti Kecamatan

Selanjutnya untuk wujud dari partisipasi masyarakat pada tahap pengambilan keputusan dapat dilihat melalui aktivitas kerja bakti yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Desa Wisata