• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN MIMIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN MIMIKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN MIMIKA

Devilia Lita Palumpun1 Hasan Basri Umar2 hasanbasri@feb.uncen.ac.id

P.N. Patinggi3

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi telah mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor primer ke sektor tersier, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Mimika. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat dilihat sebagai suatu perubahan yang berkaitan dengan komposisi pergeseran kontribusi terhadap PDRB suatu wilayah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor- sektor unggulan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mimika dengan menggunakan metode DLQ dan Shift Share. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Mimika, BAPPEDA Kabupaten Mimika dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua. Hasil analisis DLQ diketahui bahwa dari sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Mimika yang dapat diharapkan menjadi sektor unggulan dimasa yang akan datang adalah sektor Keuangan - Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 3.96, sektor Perdagangan - Hotel dan Restoran sebesar 3.59, sektor Jasa-jasa sebesar 3.30, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 2.65, sektor Pertanian sebesar 2.07, sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 1.92, sektor Industri Pengolahan sebesar 1.51, dan sektor Bangunan sebesar 1.38. Hasil dari analisis shift share menunjukkan bahwa adanya pergeseran kontribusi terhadap PDRB dari sektor pertanian sebesar 939,353.27 atau 1,32% ke sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,498,452.56 atau 9,14%. Ini berarti di Kabupaten Mimika telah terjadi pergeseran sektoral dari perekonomian tradisional menjadi perekonomian modern.

Kata Kunci : Sektor Unggulan, Pertumbuhan Ekonomi

PENDAHULUAN

Saat ini hampir semua negara maupun bangsa menginginkan adanya peningkatan pembangunan ekonomi. Pembangunan pada umumnya bersifat multi dimensional, yakni tidak hanya meliputi pembangunan ekonomi, melainkan juga mencakup perubahan mendasar dalam struktur sosial, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan yang dilaksanakan secara terus menerus menuju ke arah yang lebih baik.

Pembangunan ekonomi dapat tercermin dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat dicapai jika pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan cukup tinggi, akan tetapi jika pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu bangsa atau negara itu rendah maka akan memperlambat laju pembangunan ekonomi itu sendiri. Menurut Jhingan (1999:58) bahwa pertumbuhan ekonomi modern dapat diartikan sebagai kenaikan tajam dalam produk perkapita dan dalam jumlah penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong penyediaan berbagai sarana dan prasarana perekonomian yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi adalah

1 Alumni Magister Ilmu Ekonomi FEB UNCEN

2 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Ekonomi FEB UNCEN

3 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Ekonomi FEB UNCEN

(2)

sumber daya manusia. Sumber daya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak dalam kandungan hingga akhir hidupnya.

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia saja, tetapi lebih menekankan pada efisiensi mereka (Jhingan, 1999:75). Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) dapat berdampak pada rendahnya tingkat produktivitas dan tingkat partisipasi sumber daya manusia yang terlibat dalam dunia kerja atau tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang terlibat dalam dunia kerja atau tenaga kerja yang ikut terlibat dalam proses produksi, akan menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah, sehingga mengakibatkan tingkat pendapatan suatu daerah ikut meningkat akibat barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan hal ini akan memberi dampak terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad,1999).

Perubahan konsep pemerintahan dari sentralistis menjadi desentralistis sejalan dengan konsep otonomi daerah yang diterapkan dewasa ini. Otonomi daerah pada dasarnya merupakan suatu bentuk kebijakan desentralisasi pemerintahan dan fiskal. Desentralisasi pemerintahan membawa implikasi suatu daerah diberi wewenang yang lebih luas dalam proses perencanaan sampai dengan pengawasan atas pembangunan yang terjasi di daerahnya. Sedangkan desentralisasi fiskal lebih menitikberatkan pada kemampuan daerah dalam menciptakan dan mengelolah keuangan.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Kedua Undang- Undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat.

Didalam perencanaan suatu wilayah haruslah memiliki kemampuan untuk menganalisis potensi ekonomi wilayahnya. Hal Ini terkait dengan kewajiban disatu sisi dapat menentukan sektor-sektor riil mana yang perlu dikembangkan agar perekonomian daerah tersebut dapat tumbuh dengan cepat dan disisi lain mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat potensi sektor tertentu rendah dan dapat menentukan apakah langkah-langkah yang diprioritaskan untuk menanggulangi kelemahan tersebut.

Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten dari 29 kabupaten/kota di Provinsi Papua.

Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan luas untuk mengelolah, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal.

Berikut ini ditampilkan data PDRB atas dasar harga konstan dan data Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha di Kabupaten Mimika tahun 2010- 2014.

Tabel 1.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Mimika Tahun 2009 – 2014

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Pertanian 140,368.59 150,006.57 157,004.31 163,839.62 170,986.83 973,672.96 2 Pertambangan

dan Penggalian 11,370,054.39 9,331,852.30 6,925,189.43 5,555,631.81 7,007,237.12 44,690,163.29

(3)

3 Industri

Pengelolaan 6,630.25 7,690.01 8,211.40 8,594.88 9,035.28 80,847.15 4 Listrik dan Air

Bersih 7,901.79 8,352.03 8,807.04 9,292.32 9,921.11 13,278.59

5 Bangunan 239,496.68 286,067.69 290,673.38 302,233.14 319,878.51 1,040,689.75 6 Perdangan, Hotel

dan Restoran 306,036.83 340,440.17 374,703.40 412,581.97 457,850.10 1,263,512.49 7 Pengangkutan

dan Komunikasi 257,689.69 305,657.84 355,023.30 401,527.34 432,305.08 1,562,160.59 8 Keuangan

Persewaan dan

Jasa perusahaan 46,251.18 117,323.28 99,223.54 104,176.53 117,302.38 823,773.47 9 Jasa-Jasa 65,549.56 76,283.08 85,903.64 99,054.14 110,293.00 121,369,59 PDRB 12,439,987.96 10,623,672.97 8,304,739.44 7,056,931.75 8,636,749.41 50,569,467.88 PDRB Tanpa

Tambang 1,069,924.57 9,331,852.20 6,925,189.43 1,501,299.94 1,629,512.29 5,879,304.59 Sumber : BPS Kabupaten Mimika, 2014

Pada tahun 2014 nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Mimika sebesar 39,73 triliun rupiah. Selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 nilai PDRB Kabupaten Mimika dengan memasukkan sektor pertambangan terus mengalami peningkatan sedangkan tahun 2011 dan 2012 ini nilai PDRB mengalami penurunan sebesar 15.35 persen dari nilai PDRB tahun 2011.

Begitu pula tanpa memasukkan sektor pertambangan nilai PDRB Kabupaten Mimika selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan setiap tahun. Yang dimaksud PDRB tanpa tambang adalah nilai PDRB yang tidak memasukkan nilai tambah dari sektor pertambangan dari hasil produksi PT. Freeport Indonesia. Pada tahun 2012 nilai PDRB Kabupaten Mimika tanpa tambang sebesar 3,73 triliun Rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 12,92 persen.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 tanpa tambang sebesar 5,93 persen dipicu oleh kenaikan laju ekonomi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 16,31 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,06 persen dan sektor jasa sebesar 12,61 persen. Untuk beberapa sektor yang lain juga mengalami kenaikan antara 0,6-10 persen. Pada tahun 2012 peranan sektor tambang sebesar 90,89 persen apabila sektor tanpa sektor pertambangan peranan terbesar adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi yakni sebesar 30,66 persen.

Tabel 2.

Laju Pertumbuhan Produtk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Mimika Tahun 2009 – 2014

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Pertanian 9.41 6.87 4.66 4.35 4.33 1.12

2 Pertambangan

Dan Penggalian 34.42 -17.93 -25.79 -19.78 26.13 3.93 3 Industri

Pengelolaan 14.43 15.98 6.78 4.67 5.12 3.05 4 Listrik dan Air

Bersih 5.54 6.70 5.45 5.51 6.77 4.27

5 Bangunan 17.54 19.45 1.61 3.98 5.84 2.02

6 Perdangan, Hotel

dan Restoran 12.12 11.24 10.06 10.11 10.97 12.87 7 Pengangkutan

dan Komunikasi 18.26 18.61 16.15 13.10 8.16 9.00 8 Keuangan

Persewaan dan

Jasa Perusahaan 36.12 153.67 -15.43 4.99 12.60 9.00 9 Jasa-Jasa 26.79 16.37 12.61 15.31 11.35 10.94

(4)

PDRB 32.61 -14.50 -21.83 -15.03 22.39 3.04 Sumber : BPS Kabupaten Mimika, Mimika Dalam Angka 2014

Berdasarkan tabel diatas maka analisis sektor ekonomi potensial dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Mimika dengan melakukan perbandingan terhadap kondisi perekonomian Provinsi Papua sangat penting untuk dikaji secara lebih terinci sehingga kegiatan ekonomi potensial Kabupaten Mimika dapat lebih dikembangkan. Dengan mengetahui potensi ekonomi yang layak dikembangkan maka penyusunan perencanaan pembangunan Kabupaten Mimika diharapkan lebih terarah sehingga merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan.

TINJAUAN PUSTAKA Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999). Sehingga persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan terus berlanjut.

Beberapa pakar ekonomi membedakan pengertian antara pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk atau perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang terjadi dalam suatu negara dibarengi oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (transformasi struktural). Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

Menurut Kuznets dalam Jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting (Arsyad, 1999) seperti akumulasi modal yang merupakan semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia (human resources) akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.

Akumulasi modal akan menambah sumber daya-sumber daya yang baru dan akan meningkatkan sumber daya-sumber daya yang telah ada. Kemudian pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi bergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara produktif. Selain faktor-faktor tersebut kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

Kuznets (Todaro, 2000) juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat pertambahan output perkapita dan pertambahan penduduk yang tinggi, tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi khususnya produktivitas tenaga kerja. Kemudian tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi dan tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi juga merupakan ciri proses pertumbuhan ekonomi. Selain itu adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku.

(5)

Teori Pembangunan Ekonomi

Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis tetapi merupakan perubahan yang spontans dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000).

Sadono Sukirno, (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.

Menurut Todaro (Tarmidi, 1992) pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multi dimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional, maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.

Pembangunan ekonomi juga berskaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional.

Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000).

Hoover dan Giarratani (1984) dalam Sirojuzilam (2010) mengatakan beberapa aktivitas ekonomi di dalam suatu wilayah secara khusus merupakan aktivitas-aktivitas basis ekonomi, yaitu dalam arti pertumbuhannya memimpin dan menentukan perkembangan wilayah secara keseluruhan sementara aktivitas-aktivitas lainnya yang non basis adalah secara sederhana merupakan konsekuensi dari keseluruhan perkembangan wilayah tersebut. Teori ini merupakan salah satu pendekatan yang bertujuan untuk menjelaskan perkembangan dan pertumbuhan wilayah.

Glason (1978) dalam Sirojuzilam (2010) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas basis adalah aktivitas-aktivitas yang mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ke tempat-tempat di luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa mereka kepada orang-orang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan aktivitas-aktivitas non basis adalah aktivitas-aktivitas yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal didalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut, demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut.

Konsep kunci dari teori basis ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan.

(6)

Tumbuh tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar.

Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non-basis adalah analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:

1. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis).

2. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut dinamakan sektor tidak potensial (non basis).

Pengertian Sektor Unggulan

Pengertian sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup internasional suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001). Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno, 2000).

Menurut Tumenggung (1996), sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi, 1997).

Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).

Sambodo (dalam Firman, 2007), ciri-ciri sektor yang memiliki keunggulan adalah sebagai berikut:

1. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

2. Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar.

3. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan depan ataupun kebelakang.

4. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Sektor unggulan di suatu daerah (wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan. Karena di dalam PDRB terkandung informasi yang sangat penting diantaranya untuk melihat output sektor ekonomi (kontribusi masing-masing sektor) dan tingkat pertumbuhan dalam suatu daerah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota.

Kriteria Penentuan Sektor Unggulan

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana daerah memiliki kesempatan serta kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah.

Adapun kriteria sektor unggulan menurut Sambodo dalam Usya (2006) yaitu pertama sektor unggulan memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kedua sektor unggulan memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar, ketiga sektor unggulan memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang dan keempat sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Menurut Rachbini (2001), ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yaitu:

(7)

1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut.

2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.

3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.

4. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.

Menurut Ambardi dan Socia (2002), kriteria komoditas unggulan suatu daerah, diantaranya:

1. Komoditas unggulan harus mampu menjadi penggerak utama pembangunan perekonomian. Artinya komoditas unggulan dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan, maupun pengeluaran.

2. Komoditas unggulan mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat, baik sesama komoditas unggulan maupun komoditas lainnya.

3. Komoditas unggulan mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi, kualitas pelayanan, maupun aspek- aspek lainnya.

4. Komoditas unggulan daerah memiliki keterkaitan dengan daerah lain, baik dalam hal pasar (konsumen) maupun pemasokan bahan baku (jika bahan baku di daerah sendiri tidak mencukupi atau tidak tersedia sama sekali).

5. Komoditas unggulan memiliki status teknologi yang terus meningkat, terutama melalui inovasi teknologi.

6. Komoditas unggulan mampu menyerap tenaga kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala produksinya.

7. Komoditas unggulan bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, pertumbuhan, puncak hingga penurunan. Di saat komoditas unggulan yang satu memasuki tahap penurunan, maka komoditas unggulan lainnya harus mampu menggantikannya.

8. Komoditas unggulan tidak rentan terhadap gejolak eksternal dan internal.

9. Pengembangan komoditas unggulan harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan. Misalnya dukungan keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas insentif/disinsentif dan lain-lain.

10. Pengembangan komoditas unggulan berorientasi pada kelestarian sumber daya dan lingkungan.

Pengembangan Sektor Unggulan Sebagai Strategi Pembangunan Daerah

Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan- kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu anggapan ini masih bisa dibenarkan dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus. Dan untuk ini diperlukan faktor-faktor lain diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001).

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat

(8)

dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju pertumbuhan yang cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya khususnya sektor sekunder.

Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain.

Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001).

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota).

Dengan bantuan data PDRB maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan, Rachbini (2001).

Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi, 1997).

Rumusan Masalah

Penelitian ini mencoba menggambarkan pola perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian serta menentukan sektor-sektor unggulan sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan di Kabupaten Mimika. Berdasarkan permasalahan di atas muncul beberapa pertanyaan:

1. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian Kabupaten Mimika periode tahun 2009-2014?.

2. Bagaimana perubahan dan pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Mimikaperiode tahun 2009- 2014?.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian Kabupaten Mimika periode tahun 2009-2014;

(9)

2. Untuk mengethaui dan menganalisis perubahan dan pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Mimika periode tahun 2009-2014.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Pemilihan lokasi penelitian di Kabupaten Mimika dipilih secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Mimika merupakan kabupaten yang mempunyai potensi sumber daya alam yang dapat dikelola untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan wilayah.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu data PDRB sektor- sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kabupaten Mimika dari tahun 2009 sampai tahun 2014 dan data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Provinsi Papua 2009-2014. Data ini diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Mimika, BPS Provinsi Papua, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA Kabupaten Mimika), berbagai literatur, situs resmi Pemerintah Kabupaten Mimika dan Pemerintah Provinsi Papua, serta sumber-sumber lainnya yang relevan.

Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa cara antara lain sebagai berikut:

Studi Pustaka (Library Research)

Penelitian ini diarahkan untuk memperoleh landasan teori untuk digunakan dalam analisis masalah.

Dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulis melakukan penelitian ke tempat-tempat yang mnyediakan data-data sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika yang dipakai untuk mengetahui data PDRB Kabupaten Mimika dengan data tahun terkini atas dasar harga konstan, gambaran umum dan kondisi umum perekonomian Kabupaten Mimika serta data-data komoditas unggulan lainnya.

Metode Analisis

Untuk mencapai tujuan penelitian digunakanlah metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan metode yang tidak menggunakan rumus-rumus tetapi berupa keterangan atau penjelasan. Sedangkan analisis kuantitatif merupakan metode menggunakan rumus atau perhitungan.

Location Quotient (LQ)

Location Quotient disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor atau industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2004). Selain itu, menurut Arsyad (1999) analisis LQ merupakan suatu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah artinya bahwa analisis ini digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan.

Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basis.

2. Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani pasar di daerah tersebut, jenis industri ini dinamakan industri non basis atau industri lokal.

Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut : LQ=𝐱𝐢 𝐏𝐃𝐑𝐁𝐢

𝐗𝐈 𝐏𝐃𝐑𝐁𝐈

Dimana :

xi = Nilai tambah sektor i Kabupaten Mimika

PDRBi = Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mimika XI = Nilai tambah sektor i Provinsi Papua

PDRBI = Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua

(10)

Dari perhitungan LQ suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah:

1. Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis. Sektor tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam daerah Kabupaten Mimika saja namun juga kebutuhan di luar daerah Kabupaten Mimika karena sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan.

2. Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis dan perlu impor produk dari luar daerah Kabupaten Mimika karena sektor ini kurang prospektif untuk dikembangkan.

3. Jika nilai LQ = 1, maka sektor tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan di daerah Kabupaten Mimika saja.

Teknik LQ dapat dibedakan menjadi dua, yaitu LQ statis (Static Location Quotient, SLQ) dan LQ dinamis (Dynamic Location Quotient, DLQ). Dalam penelitian ini yang digunakan hanya LQ dinamis.

Static Location Quotient (SLQ)

Kelemahan SLQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis, artinya hanya memberikan gambaran pada satu titik waktu tertentu saja. Rumus untuk menghitung SLQ adalah sebagai berikut :

SLQ =𝐕𝐢𝐤 𝐕𝐤

𝐕𝐢𝐩 𝐕𝐩

Dimana:

Vik = Nilai output (PDRB) sektor i Kabupaten Mimika Vk = PDRB total semua sektor di Kabupaten Mimika Vip = Nilai output (PDRB) sektor i Provinsi Papua Vp = PDRB total di semua sektor Provinsi Papua Kemungkinan nilai SLQ yang diperoleh adalah:

1. SLQ > 1, berarti daerah Kabupaten Mimika memiliki spesialisasi disektor i dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah Provinsi Papua.

2. SLQ < 1, berarti sektor i bukan merupakan spesialisasi daerah Kabupaten Mimika dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah Propinsi Papua.

3. SLQ = 1, berarti bahwa sektor i terspesialisasi baik di daerah Kabupaten Mimika maupun daerah Propinsi Papua.

Dynamic Location Quotient (DLQ)

Dinamic Location Quotient (DLQ) sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan LQ statis, hanya untuk mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan asumsi bahwa nilai tambah sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-sendiri selama kurun waktu antara tahun (0) sampai tahun (t). Sedangkan formula untuk DLQ adalah :

DLQ =!

(𝟏#𝐠𝐢𝐣) (𝟏#𝐠𝐣) (𝟏#𝐆𝐢) (𝟏#𝐆)

"=𝐈𝐏𝐏𝐒𝐢𝐣

𝐈𝐏𝐏𝐒𝐢

Dimana:

IPPS ij = Indeks potensi perkembangan sektor i Kabupaten Mimika IPPS i = Indeks potensi perkembangan sektor i Provinsi Papua g ij = Laju pertumbuhan sektor i KabupatenMimika

g j = Rata-rata laju pertumbuhan KabupatenMimika G i = Laju pertumbuhan sektor i Provinsi Papua G = Rata-rata laju pertumbuhan Provinsi Papua t = Rentang tahun proyeksi

Penafsiran DLQ sebenarnya masih sama dengan LQ, kecuali perbandingan ini lebih menekankan pada laju pertumbuhan.

1. DLQ = 1, berarti laju pertumbuhan sektor (i) terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah (j) Kabupaten Mimika sebanding dengan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB Provinsi Papua.

2. DLQ < 1, berarti proporsi laju pertumbuhan sektor (i) terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah (j) Kabupaten Mimika lebih rendah dibandingkan proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi Papua.

3. DLQ > 1, berarti proporsi laju pertumbuhan sektor (i) terhadap PDRB daerah (j) Kabupaten Mimika

(11)

lebih cepat dibandingkan dengan proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi Papua.

Shift Share

Arsyad (1999) menjelaskan pada dasarnya analisis shift-share menggambarkan kinerja dan produktivitas sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah dengan membandingkannya dengan kinerja sektor-sektor wilayah yang lebih besar (provinsi/nasional). Analisis ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi regional (kota/kabupaten) dengan laju pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi tingkatannya (provinsi).

Analisis Shift Share adalah analisis yang bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional).

Bentuk umum dari persamaan shift-share adalah sebagai berikut:

D ij = Nij + M ij + C ij N ij = E ij . r n M ij = E ij ( r in – r n) C ij = E ij ( r ij – r in) Keterangan :

i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti j = Variabel wilayah yang diteliti

D ij = Perubahan sektor i Kabupaten Mimika N ij = Pertumbuhan provinsi sektor i Provinsi Papua M ij = Bauran industri sektor sektor i Kabupaten Mimika C ij = Keunggulan kompetitif sektor i Kabupaten Mimika r ij = Laju pertumbuhan sektor i Kabupaten Mimika r in = Laju pertumbuhan sektor i Provinsi Papua

r n = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi Papua

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur perekonomian Kabupaten Mimika pada tahun 2014, didominasi oleh sektor ekonomi yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan – hotel dan restoran, sektor bangunan. Kontribusi PDRB tertinggi tahun 2014 ada pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 44.690.163,29 atau 88,37%, pada posisi kedua diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 1.562.160,59 atau 3,09%. Selanjutnya pada posisi ketiga lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 1.263.512,49 sedangkan pada tempat keempat adalah sektor bangunan sebesar Rp. 1.040.689,75. Dengan demikian, perekonomian Kabupaten Mimika masih di dominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian karena sektor ini mempunyai peranan lebih besar dari sektor lapangan usaha lainnya.

Pada tahun 2014, struktur perekonomian Provinsi Papua masih didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar Rp. 7.447.375,93 atau 28,24 persen, pada posisi kedua terdapat sektor pertanian Rp. 4.769.540,20 atau 18,09 persen, di posisi ketiga terdapat sektor jasa-jasa dengan kontribusi sebesar Rp. 3.659.650,30 atau 13,88 persen. Pada posisi keempat ditempati oleh sektor bangunan sebesar Rp. 3.456.031,64 atau 13,11 persen, sedangkan sektor lainnya berkontribusi dibawah 10 persen terhadap perekonomian Papua.

Berdasarkan laju pertumbuhannya di tahun 2014, sektor atau lapangan usaha dengan laju pertumbuhan tertinggi di Kabupaten Mimika adalah sektor perdagangan – hotel dan restoran sebesar 12.87 persen kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa 10.94persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 9.00persen , sektor keuangan – persewahan dan jasa perusahaan 7,46 persen , sektor listrik dan air bersih sedangkan sektor pertambangan hanya mengalami pertumbuhan sebesar 3.93 persen. Pada tingkat Provinsi Papua, sektor dengan laju pertumbuhan paling tinggi adalah sektor keuangan – persewahan dan jasa perusahaan sebesar 21.88 persen, diikuti sektor industri pengolahan sebesar 17.08 persen, sektor

(12)

pengangkutan – komunikasi 8.82 persen, sektor jasa-jasa 8.63 persen, sektor bangunan 8.56 persen, sektor listrik dan air bersih 6.25 persen, sektor pertanian 5.79 persen,sedangkan sektor lainya mengalami pertumbuhan dibawah 5 persen.

Dynamic Location Quotient (DLQ)

Pada umumnya perhitungan Dynamic Location Quatient (DLQ) ini digunakan untuk melihat keunggulan laju pertumbuhan sektor dari suatu daerah dibanding daerah lainnya, disamping sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu sektor digolongkan ke dalam sektor basis atau sektor bukan basis.

Besaran nilai DLQ dapat digunakan sebagai indikator awal untuk melihat laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang potensial (apakah memiliki atau tidak memiliki keunggulan) dibandingkan dengan keadaan secara rata-rata pada tingkat daerah diatasnya (dalam hal ini Kabupaten Mimika dibandingkan dengan Provinsi Papua).

Konsep DLQ menyatakan bahwa bila besaran DLQ pada suatu sektor lebih besar dari satu (DLQ >

1) maka proporsi laju pertumbuhan sektor (i) terhadap PDRB daerah (j) lebih cepat dibandingkan dengan proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDRB wilayah referensi. Sebaliknya bila besaran DLQ lebih kecil dari satu (DLQ < 1) maka proporsi laju pertumbuhan sektor (i) terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah (j) lebih rendah dibandingkan proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDRB wilayah referensi. Sektor ini tidak memiliki keuntungan lokasi dan cenderung mengimpor dari wilayah lain karena tidak mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Sedangkan DLQ = 1, berarti laju pertumbuhan sektor (i) terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah (j) sebanding dengan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB wilayah referensi.

Dengan menggunakan data laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Mimika dan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Papua selama kurun waktu 2009 - 2014, maka diperoleh besaran DLQ pada masing- masing sektor ekonomi di Kabupaten Mimika seperti tabel dibawah.

Tabel 3.

Perhitungan DLQ Kabupaten Mimika tahun 2009 – 2014

Berdasarkan hasil analisis DLQ pada tabel di atas, maka:

1. DLQ > 1, terdapat delapan sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan sektor lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang sama pada Provinsi Papua. Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan memiliki nilai paling tinggi yaitu 3.96, yang berarti laju pertumbuhannya paling cepat. Disusul dengan sektor perdagangan dan perhotelan dengan nilai 3.59, dan seterusnya sektor jasa-jasa dengan nilai 3.30, sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai 2.65, sektor pertanian dengan nilai 2.07, sektor listrik dan air bersih dengan nilai 1.92, sektor industri pengolahan dengan nilai 1.51, sektor bangunan dengan nilai 1.38.

yang berarti kedelapan sektor diatas adalah sektor basis atau sektor unggulan.

No. Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pertanian 6.16 0.99 0.99 -0.08 2.13 2.23 2.07

2 Pertambangan dan Penggalian 3.47 0.71 0.94 -0.46 2.82 -20.97 -2.25

3 Industri Pengolahan 8.08 1.64 1.11 -0.07 -3.30 1.59 1.51

4 Listrik dan Air Bersih 1.78 0.94 0.94 -0.09 2.77 5.16 1.92

5 Bangunan 3.41 0.70 0.16 -0.03 1.78 2.24 1.38

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.41 0.67 0.93 -0.07 4.72 11.87 3.59 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.10 0.86 1.11 -0.08 2.71 7.23 2.65 8 Keuangan Persewaan dan Jasa

Perusahaan 3.02 12.78 -1.36 -0.05 5.02 4.33 3.96

9 Jasa-jasa 5.48 0.73 0.86 -0.11 4.03 8.81 3.30

Sumber: Data diolah

(13)

2. DLQ < 1, terdapat satu sektor yang laju pertumbuhannya sangat lambat dengan nilai -2.25 yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan demikian sektor tersebut dinamakan sektor non basis Analisis Shift Share

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran struktur ekonomi daerah terhadap struktur ekonomi regional atau nasional. Sehingga dapat diketahui kinerja perekonomian di suatu daerah dibandingkan dengan kinerja yang lebih luas (regional atau nasional). Apabila dari perbandingan tersebut terdapat penyimpangan positif maka daerah tersebut ada keunggulan kompetitif dan apabila penyimpangan dari perbandingan tersebut negatif maka daerah tersebut tidak ada keunggulan kompetitif. Nij adalah pengaruh pertumbuhan ekonomi regional, Mij adalah pergeseran proporsional (proportionsl shift) atau pengaruh bauran industri, Cij adalah keunggulan kompetitif yaitu sektor unggulan sektor unggulan di daerah yang mampu bersaing dengan daerah yang lain, sedangkan Dij adalah pertumbuhan ekonomi tiap sektor. Hasilnya dapat dilihat pada perkekonomian Kabupaten Mimika, sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan mampu bersaing dengan daerah yang lain yaitu pada tabel berikut menyajikan sektor-sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif, adanya pertumbuhan regional, pengaruh bauran industri dan PDRB nyata. Berikut adalah perhitungan analisis shift share Kabupaten Mimika tahun 2009 – 2014.

Tabel 4.

Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Mimika Tahun 2009 – 2014

Pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua terhadap perekonomian Kabupaten Mimika menunjukkan nilai yang positif terhadap semua sektor ekonomi dengan total nilai output yakni sebesar 94,779,016.17, hal ini mengandung arti bahwa perekonomian Kabupaten Mimika tumbuh lebih cepat dari pada pertumbuhan rata-rata Provinsi Papua. Sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat di Kabupaten Mimika dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata Provinsi Papua adalah sektor pertambangan dengan angka komponen Ns (N ij) yang paling tinggi dari seluruh sektor ekonomi di Kabupaten Mimika yakni sebesar 83,952,181.69.

Pergeseran Proporsional (Proportional Shift); Secara keseluruhan atau total maka perekonomian regional Kabupaten Mimika tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dalam nilai PS (M ij) total yang negatif -66,516,054.88. Jika di tinjau secara sektoral maka sembilan sektor yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,220,459.23, sektor bangunan dengan jumlah 2,939,568.76, di susul sektor perdagangan hotel dan restoran yaitu 1,964,223.68, kemudian sektor keuangan persewahan dan jasa perusahaan dengan jumlah 1,708,852.54, sektor jasa-jasa sebesar 587,472.49, dan sektor industri

N ij (rata-rata) M ij (rata-rata) C ij (rata-rata) D ij (rata-rata)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian 1,503,838.16 93,975.89 -658,460.78 939,353.27

2 Pertambangan dan

Penggalian 83,952,181.69 -77,188,380.72 42,282,461.61 49,046,262.57 3 Industri Pengolahan 100,004.33 147,921.53 -146,723.08 101,202.78

4 Listrik dan Air Bersih 52,639.28 9,851.72 -8,691.16 53,799.84

5 Bangunan 2,112,186.81 2,939,568.76 -2,484,098.21 2,567,657.36

6 Perdagangan, Hotel

dan Restoran 2,775,622.57 1,964,223.68 1,386,896.27 6,126,742.53 7 Pengangkutan dan

Komunikasi 2,810,168.12 3,220,459.23 467,825.21 6,498,452.56

8 Keuangan Persewaan

dan Jasa Perusahaan 971,937.42 1,708,852.54 1,704,517.17 4,385,307.13

9 Jasa-jasa 500,437.78 587,472.49 276,122.96 1,364,033.23

PDRB 94,779,016.17 -66,516,054.88 42,819,849.99 71,082,811.28

Sumber: Data diolah

2009 - 2014 Lapangan Usaha

No.

(14)

pengolahan yaitu 147,921.53, selanjutnya sektor pertanian dengan jumlah 93,975.89, kemudian sektor listrik gas dan air sebesar 9,851.72, dan terakhir adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar - 77,188,380.72. Tetapi kalau ditinjau dari delapan sektor lainnya perekonomian di Kabupaten Mimika memiliki kemajuan atau pertumbuhan.

Pergeseran Diferensial (Differential Shift) ; Secara keseluruhan atau total maka perekonomian regional Kabupaten Mimika memiliki daya saing atau keunggulan kompetitif regional yang tinggi atau kuat terhadap perekonomian Provinsi Papua. Hal ini terlihat pada nilai DS (C ij) total yang positif 42,819,849.99. Secara sektoral maka ada lima sektor ekonomi di Kabupaten Mimika memiliki nilai DS yang positif. Dan sektor yang memiliki nilai DS yang positif sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima sektor ini memiliki daya saing yang kuat dan mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi terhadap sektor yang sama pada level perekonomian Provinsi Papua. Sektor-sektor yang memiliki nilai DS yang negatif (ada 4 sektor) mengandung arti bahwa sektor-sektor ekonomi tersebut memiliki daya saing yang lemah atau memiliki keunggulan kompetitif yang rendah dibandingkan dengan sektor yang sama pada lingkup perekonomian Provinsi Papua.

Nilai Dij yang positif baik secara sektoral maupun total mengandung arti bahwa selama kurun waktu 2009-2014 maka perekonomian regional Kabupaten Mimika tetap mengalami pertambahan nilai absolut atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah sebesar 71,082,811.28

Dengan menggunakan Analisis Shift Share antara tahun 2009 sampai tahun 2014 pada Kabupaten Mimika memperlihatkan pergeseran sektoral dari sektor pertanian ke sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan – hotel dan restoran, sektor, sektor keuangan – persewahan dan jasa perusahaan, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa.

PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan dengan Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Mimika dengan pendekatan PDRB dapat ditentukan beberapa kesimpulan. Dengan mengunakan Metode Dynamic Location Quotient (DLQ) dan Shift Share (SS) di Kabupaten Mimika dengan kurun waktu tahun 2009-2014 dapat diambil kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil analisis perhitungan DynamicLocation Quotient (DLQ) didapatkan delapan yang memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan yang sama pada Provinsi Papua yaitu sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, dan diikuti dengan sektor pengangkutan dan komunikasi, dan listrik dan air bersih. Pertumbuhan sektor diatas lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama pada Provinsi Papua maka bisa dikatakan sektor ini menjadi sektor basis atau unggulan. Sektor non basis adalah sektor pertambangan dan penggalian Kabupaten Mimika.

2. Dari hasil perhitungan Analisis Shift Share memperlihatkan pergeseran sektoral dari sektor pertanian ke pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan – persewahan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan – hotel dan restoran, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa guna mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika.

3. Dari hasil analisis DLQ dapat disimpulkan bahwa delapan sektor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mimika antara lain sektor Keuangan - Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 3.96, sektor Perdagangan - Hotel dan Restoran sebesar 3.59, sektor Jasa-jasa sebesar 3.30, sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 2.65, sektor Pertanian sebesar 2.07, sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 1.92, sektor Industri Pengolahan sebesar 1.51, Bangunan sebesar 1.38.

Saran

Saran yang dikemukakan oleh penulis kepada pemerintah Kabupaten Mimika dan pihak-pihak yang terkait adalah sebagai berikut:

1. Daerah Kabupaten Mimika yang merupakan lokasi yang strategis perlu adanya upaya yang lebih

(15)

menunjang dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Produk (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 guna pengembangan sektor basis dalam perencanaan dan pelaksanakan pembangunan di Kabupaten Mimika.

2. Pemerintah Kabupaten Mimika harus meningkatkan kinerja yang lebih baik lagi terhadap sektor non basis sehingga menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi yang siginifkan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R, (2005). Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta;

Arsyad, Lincolin, (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta;

Ambardi, U.M dan Socia, P. (2002). Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Pengembangan Wilayah, Jakarta;

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. (2015). PapuaDalam Angka 2015. BPS Provinsi Papua;

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika. (2015). Kabupaten Mimika dalam Angka 2015. BPS Kabupaten Mimika. Papua;

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mimika. (2015). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Mimika. BAPPEDA Kabupaten Mimika. Papua;

Boediono, (1999). Teori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE, Yogyakarta;

Fachrurrazy, (2009). “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan;

Glasson, J. (1977). Pengantar Perencanan Regional (terjemahan Paul Sitohang). LPFEUI, Jakarta;

Jhingan, ML. (1999). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo Persada, Jakarta;

Richardson, H. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Jakarta;

Sjafrizal, (2008). Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Badouse Media, Cetakan Pertama, Padang;

Soepono, Prasetyo, (1993). Analisis Shift-Share Perkembangan dan Penerapan, JEBI, No.1, Tahun III;

Sukirno, Sadono, (1985). Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. LPFEUI, Jakarta;

Suryana, (2000). Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta;

Tambunan, T.T.H. (2001). Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta;

Tarmidi, Lepi T, (1992). Ekonomi Pembangunan. Pusat Antar Universitas FE-UI, Jakarta;

Todaro, Michael P, (2000). Ekonomi Untuk Negara Berkembang Suatu Pengantar Tentang Prinsip-Prinsip Masalah dan Kebijakan Pembangunan. Bumi Aksara, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang akan digunakan oleh peneliti metode Numbered Head Together (NHT) yang merupakan model pembelajaran yang bersifat berkelompok dengan Discovery Learning

sistem atau kontrol untuk menghentikan/memutuskan pengeluaran arus yang terus menerus apabila baterai telah mencapai kondisi minimum (kosong), hal ini dapat

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Retribusi Jasa Usaha yang meliputi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Grosir dan/atau

Pengujian dilakukan untuk menentukan apakah sistem informasi yang dibangun sesuai dengan kebutuhan fungsional sistem yang telah ditentukan pada awal proes

b) menyadari bahwa Proposal ini akan digunakan sebagai dasar dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari polis yang akan diterbitkan, oleh karenanya Tertanggung

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) Teridentifikasi ada 73 spesies tumbuhan obat dari 38 famili; 2) Cara pengolahan tumbuhan obat yang paling dominan

Dalam analisis harmonik ada beberapa indeks penting yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh harmonik terhadap sistem tenaga listrik yaitu THD (Total Harmonic Distortion)

Dari cuplikan wawancara di atas terlihat Suaidi bermaksud memberikan detail mengenai hubungan antara Islam dan larangan mengangkang, namun Najwa membelokkannya