• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Stres Lansia terhadap Penyakit Kronik Degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gambaran Tingkat Stres Lansia terhadap Penyakit Kronik Degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Tahun 2018"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Tingkat Stres Lansia terhadap Penyakit Kronik Degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Tahun

2018

Dina Aprilia1), Meirina2) Email : dinaplaw@gmail.com

Prodi Keperawatan Bogor Poltekkes Kemenkes Bandung

ABSTRAK : Manusia dalam kehidupannya mengalami tahap perkembangan dan lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia, lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas yang mengalami proses menua yaitu mengalami penurunan fungsi dari berbagai organ-organ tubuh sehingga rentan mengalami penyakit kronik degeneratif, penyakit kronik degeneratif adalah penyakit yang tidak ditularkan, mengiringi proses penuaan karena terjadi seiring bertambahnya usia dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan jiwa pada lansia yaitu stres. Lansia dengan penyakit kronis di Indonesia memiliki jumlah yang cukup tinggi, yaitu sebanyak 28,53% lansia berusia 60-69 tahun memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit kronis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres lansia terhadap penyakit kronik degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.

Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel 52 responden dengan jumlah drop out 58 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 27 lanjut usia (53%) memiliki tingkat stres sedang terhadap penyakit kronik degeneratif, hampir setengahnya yaitu 24 lanjut usia (45%) memiliki tingkat stres ringan terhadap penyakit kronik degeneratif dan sebagian kecil yaitu 1 lanjut usia (2%) memiliki tingkat stres berat terhadap penyakit kronik degeneratif. Responden didominasi oleh tingkat stres sedang.

Kata Kunci : Tingkat Stres, Lansia, Penyakit Kronik Degeneratif

Description of Elderly Stress Levels to Degenerative Chronic Disease in RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Bogor Tahun 2018

Abstract: Humans in their life is a process that is in the process of human recycling, the elderly is someone who has 60 years ahead who experience a change of function of various organs of the body are susceptible to degenerative chronic diseases, degenerative chronic disease is a disease that is not transmitted, accompanied the aging process because it occurs with increasing time and increasing mental health problems in the elderly are stress. Elderly with chronic disease in Indonesia has a fairly high number, ie as many as 28.53% elderly people 60-69 years who have health similar to chronic illness. The purpose of this study was to determine the degenerative chronicles in RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Subdistrict Bogor Barat City Bogor. The research method that the researcher use is descriptive research method with simple random sampling technique. Number of sample 52 respondents with the number of drop out 58 respondents. The research instrument is questionnaire. The results showed that more than half of 27 minutes (53%) had

(2)

moderate stress levels of chronic degenerative disease, nearly half of which were 24 (again 45%) had mild degrees of stress on chronic degenerative disease and a fraction of 1 day (2% ) using chronic degenerative diseases. Conference respondents by moderate stress levels.

Keywords: Stress Level, Elderly, Degenerative Chronic Illness.

(3)

Pendahuluan

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas dan lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan dan berisiko mengalami penyakit kronis dikarenakan penurunan fungsi tubuh pada lansia. (Azizah, 2011).

Terjadi perubahan-perubahan fisiologis pada lansia yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif diantaranya, perubahan pada panca indera yaitu indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap lidah terhadap rasa asin, asam, dan pahit terutama rasa manis dan asin sehingga dapat memicu lansia mengkonsumsi banyak garam yang dapat menyebabkan hipertensi, pada sistem kardiovaskuler meningginya tekanan darah akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat.

Pada sistem endokrin, kelenjar pankreas yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam pengaturan gula darah menurun sehingga dapat menimbulkan diabetes melitus. Pada sistem muskuloskeletal kekuatan dan

stabilitas tulang menurun, terutama vertebra, pergelangan dan paha yang dapat memicu timbulnya osteoporosis.

Pada sistem pencernaan rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun, dan waktu pengosongan lambung menurun, fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama karbohidrat) biasanya penyakit yang sering terjadi pada saluran pencernaan lansia antara lain adalah gastritis dan ulkus peptikum. Pada sistem pernapasan otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, menjadi kaku, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan kedalaman bernapas menurun sehingga menyebabkan sulit bernapas, penyakit paru-paru yang sering dijumpai pada lansia adalah pneumonia. (Nugroho, 2012)

Lansia dengan penyakit kronis di Indonesia memiliki jumlah yang cukup tinggi. Sebanyak 28,53% lansia berusia 60-69 tahun memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit kronis. Persentase ini terus meningkat pada kelompok usia yang lebih tua (Badan Pusat Statistik, 2011)

(4)

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan, penyakit ini terjadi seiring bertambahnya usia. (Notoatmodjo, 2010)

Lansia memiliki berbagai keluhan kesehatan seiring dengan bertambahnya umur karena mengalami proses penuaan, keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah, diabetes dan lain-lain. (32,99%) (Buletin lansia kemenkes RI, 2013)

Bagi tubuh lansia yang rentan adanya penyakit kronik menambah beban tubuh akibat tubuh lansia tidak mudah mengkompensasi seperti masa mudanya. Bagi psikologis lansia, penyakit kronik yang tidak dapat sembuh dapat menimbulkan nyeri yang menyiksa. Rasa tersiksa yang tidak terkoping dengan baik akan berdampak pada keputusasaan dan berujung pada stres, depresi, bahkan tindakan bunuh diri lansia (Santi, 2015)

Berdasarkan hasil penelitian Beningtyas dan Dwi (2016) mengenai penyakit kronik lebih dari satu dapat menimbulkan peningkatan perasaan cemas pada lansia di kecamatan

Cibinong, dengan hasil 63.4% lansia yang memiliki lebih dari satu penyakit kronis merasakan kecemasan. Hasil uji statistik didapatkan adanya hubungan yang siginifikan antara jumlah penyakit kronis yang dimiliki dengan kecemasan pada lansia dengan penyakit kronis.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 16 Maret 2018 di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kota Bogor ditemukan bahwa dari 5 responden, 3 responden mengalami perasaan gelisah, sering memikirkan mengenai penyakit yang dideritanya dan merasa stres.

Nasir (2011) mengemukakan beberapa faktor yang dianggap sebagai stresor yaitu genetika, case history, pengalaman hidup, tidur, diet, postur tubuh, penyakit, persepsi, emosi, situasi psikologis, lingkungan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

Menurut Cohen (1994), tingkat stres seseorang dibagi dalam 3 tingkatan yaitu stres ringan, stres sedang dan stres berat.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, dimana peneliti hanya mendapatkan gambaran tingkat stres lansia terhadap penyakit kronik

(5)

degeneratif. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Pada penelitian ini populasinya sejumlah 58 responden dan sampelnya sejumlah 52 responden.

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Probability Sampling teknik ini mengambi sampel dengan memberikan peluang yang sama pada setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih anggota sampel (Setiadi,2013). Dalam Probability Sampling peneliti menggunakan teknik simple random sampling.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dengan bentuk pertanyaan yang terstruktur melalui kuesioner yang memang sudah ditetapkan untuk mengukur tingkat stres yaitu Perceived Stres Scale, Cohen (1994).

Analisa yang digunakan peneliti adalah analisa univariat. Karakteristik yang diteliti antara lain : usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan, pekerjaan, jenis penyakit kronik dan lama tidur. Untuk variabel tingkat stres, jawaban responden akan diinterpretasikan sesuai pilihan yaitu

mengenai perasaan yang dirasakan responden selama satu bulan terakhir mengenai perasaan cemas, gelisah, tertekan dan sres, dimana terdapat 10 pertanyaan dengan jawaban tidak pernah, hampir tidak pernah, kadang- kadang, hampir sering, sangat sering dengan nilai (0-4) kemudian dikonvensi ke dalam tabel. Hasil penelitian akan dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu dengan rentang skor 0-13 dianggap stres ringan, skor 14-26 dianggap stres sedang dan skor dari 27-40 dianggap stres berat.

Hasil

Responden pada penelitian ini adalah lansia dengan penyakit kronik degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Tahun 2018, berjumlah 58 orang.

Tabel 1. Karakteristik Lansia dengan Penyakit Kronik Degeneratif berdasarkan usia

Karakteristik Jumla h

Persenta se Usia

60-74 tahun 75-90 tahun Di atas 90 tahun

44 13 1

76%

22%

2%

(6)

]

Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan penyakit kronik degeneratif sebagian besar 44 orang lanjut usia (76%) berusia 60-74 tahun, dan sebagian kecil 1 lanjut usia (2%) berusia di atas 90 tahun.

Tabel 2. Karakteristik Lansia dengan Penyakit Kronik Degeneratif berdasarkan jenis kelamin Karakteristik Jumlah Persentase Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

37 21

64%

36%

Tabel 2 menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan penyakit kronik degeneratif lebih dari setengahnya 37 orang lanjut usia (64%) berjenis kelamin perempuan, dan hampir setengahnya 21 orang lanjut usia (36%) berjenis kelamin laki- laki

Tabel 3. Karakteristik Lansia dengan Penyakit Kronik Degeneratif berdasarkan pendidikan

Karakteristik Jumlah Persentase Pendidikan

Tidak tamat SD

15 27%

SD SMP SMA

35 6 2

60%

10%

3%

Tabel 3 menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan penyakit kronik degeneratif lebih dari setengahnya 35 orang (60%) lanjut usia berpendidikan SD, dan sebagian kecil 2 orang (3%) lanjut usia berpendidikan SMA.

Tabel 4. Karakteristik Lansia dengan Penyakit Kronik Degeneratif berdasarkan status pekerjaan

Karakteristik Jumlah Persentase Status

Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja

9 49

16%

84%

Tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan penyakit kronik degeneratif sebagian kecil 9 orang (16%) lanjut usia bekerja,dan sebagian besar 49 orang (84%) lanjut usia tidak bekerja.

Tabel 5. Karakteristik Lansia dengan Penyakit Kronik Degeneratif berdasarkan pekerjaan

(7)

Karakteristik Jumlah Persentase Pekerjaan

Pedagang Buruh

5 4

56%

44%

Tabel 5 menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan penyakit kronik degeneratif hampir setengahnya 4 orang (44%) lanjut usia bekerja sebagai buruh, lebih dari setengahnya 5 orang (56%) lanjut usia bekerja sebagai pedagang.

Tabel 6. Karakteristik Lansia dengan Penyakit Kronik Degeneratif berdasarkan penyakit kronik Karakteristik Jumlah Persentase Penyakit

Kronik Diabetes Melitus Hipertensi Penyakit Sendi Stroke

Lain-lain

4

13 27 4 10

7%

22%

47%

7%

17%

Tabel 6 menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan penyakit kronik degeneratif sebagian kecil 4 orang (7%) lanjut usia memiiki penyakit stroke dan 27 orang (47%) lanjut usia memiliki penyakit sendi.

Tabel 7. Karakteristik Lansia dengan Penyakit Kronik Degeneratif berdasarkan lama tdur Karakteristik Jumlah Persentase Lama Tidur

<6 jam 6-7 jam

30 28

52%

48%

Tabel 7 menunjukkan bahwa karakteristik lansia dengan penyakit kronik degeneratif hampir setengahnya 28 orang (48%) lanjut usia memiliki lama tidur 6-7 jam, dan lebih dari setengahnya 30 orang (52%) lanjut usia memiliki lama tidur < 6 jam.

Tabel 8. Tingkat Stres Lansia terhadap Penyakit Kronik Degeneratif Tingkat Stres Jumlah Persentase Stres Ringan

Stres Sedang Stres Berat

26 31 1

45%

53%

2%

Tabel 8 menunjukkan gambaran tingkat stres lansia terhadap penyakit kronik degeneratif. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa terdapat lebih dari setengahnya yaitu 31 lanjut usia (53%) memiliki tingkat stres sedang, hampir setengahnya yaitu 26 lanjut usia (45%) memiliki tingkat stres ringan dan sebagian kecil yaitu 1 lanjut usia (2%) memiliki tingkat stres berat.

Responden didominasi oleh tingkat

(8)

stres sedang yang dialami lansia terhadap penyakit kronik degeneratif.

Pembahasan

Pada penelitian ini, situasi psikologis berpengaruh terhadap tingkat stres seseorang, didapatkan hasil nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner terdapat pada pertanyaan mengenai perasaan gelisah dan tertekan yang dirasakan oleh responden, terdapat lebih dari setengahnya yaitu 38 responden (66%) mengalami perasaan gelisah dan tertekan ≥3 kali dalam satu bulan terakhir. Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep teori bahwa situasi berupa konflik, frustrasi, dan situasi tertentu dapat mempengaruhi penilaian yang memberikan ancaman bagi individu.

Emosi juga dapat

mempengaruhi tingkat stres seseorang, dibuktikan dalam penelitian ini terdapat lebih dari setengahnya yaitu 36 responden (62%) lanjut usia sering marah karena sesuatu yang tidak terduga, dan marah karena adanya masalah yang tidak dapat dikendalikan selama satu bulan terakhir. Hal ini sejalan dengan konsep teori yaitu stres dan emosi mempunyai

keterikatan yang saling mempengaruhi keduanya, seperti marah, sedih, rasa bersalah, dan lain-lain.

Pada penelitian ini tingkat stres lanjut usia terhadap penyakit kronik degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor di dapatkan hasil 44 orang (76%) usia responden 60-74 tahun, 13 orang (22%) usia 75-90 tahun dan 1 orang (2%) usia diatas 90 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep teori bahwa lanjut usia beresiko mengalami penyakit kronis dikarenakan penurunan fungsi tubuh pada lansia (Azizah, 2011) dan Badan Pusat Statistik yang mengungkapkan bahwa sebanyak 28,53% lansia berusia 60-69 tahun memiliki keluhan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit kronik dan persentase terus meningkat pada kelompok usia yang lebih tua.

Tingkat stres lansia juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan hasil lebih dari setengahnya 37 orang lanjut usia (64%) berjenis kelamin perempuan, dan hampir setengahnya 21 orang lanjut usia (36%) berjenis kelamin laki-laki.

Menurut pendapat Saroson dalam

(9)

Ibrahim (2012) wanita lebih sering menggunakan perasaan dalam menghadapi berbagai hal dan cenderung menggunakan feeling dalam memutuskan suatu masalah sehingga rentan mengalami stres.

Diperkuat dengan teori bahwa pada wanita semakin meningkatnya usia maka akan terjadi peningkatan level hormon kortisol yang merupakan hormon stres dan makin meningkat levelnya makin sensitif individu tersebut terhadap stres. Di dukung juga banyak penelitian yang menyatakan bahwa wanita lebih banyak mengalami stres daripada pria.

(Ibrahim, 2012)

Pada penelitian ini tingkat stres lanjut usia terhadap penyakit kronik degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor didominasi oleh stres sedang karena dipengaruhi oleh tingkat pendidikan lanjut usia. Pada penelitian ini lebih banyak pendidikan SD (60%) dan tidak tamat SD (27%). Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rendah kemungkinan mengalami stres.

(Nasir,2011) Peneliti berpendapat

tingkat pendidikan memberi dampak yang berarti pada pengetahuan seseorang dalam memahami suatu masalah, tingkat pendidikan yang rendah pada lansia menyebabkan kurangnya kemampuan dalam memahami suatu masalah dan menyebabkan stres yang disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh.

Terdapat kesesuaian antara teori dan hasil penelitian. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hantrini (2014) mengenai gambaran tingkat stres pada lansia yang menderita penyakit hipertensi dengan jumlah populasi 53 responden didapatkan hasil tingkat stres berdasarkan tingkat pendidikan yang paling tinggi berada pada tingkat pendidikan SD (79,2%) dan paling rendah berada pada tingkat pendidikan SMA (3,7%).

Pada penelitian ini di dapatkan hasil 49 orang (84%) responden tidak bekerja, dan 9 orang (16%) bekerja, dan pekerjaan lanjut usia didominasi oleh pedagang yaitu sebanyak 5 orang (56%). Pada hasil penelitian ini terdapat kesesuaian antara teori dan hasil penelitian. Teori mengatakan proses penuaan menyangkut terjadinya berbagai perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, kehilangan pekerjaan atau pensiun

(10)

pada lansia apabila tidak mampu atau lambat menyesuaikan perubahan tersebut akan menimbulkan stres.

Didukung oleh penelitian Ibrahim (2012) pada lansia yang tidak bekerja, maupun sebagai ibu rumah tangga mengalami tingkat stres sedang yang signifikan sebanyak 13 orang (28,9%) lansia yang tidak bekerja ataupun menjadi ibu rumah tangga lebih banyak mengalami stres, kemungkinan karena mempunyai waktu luang yang lebih banyak daripada lansia yang bekerja, sehingga akan lebih mudah muncul pikiran negatif yang dapat menjadi beban pikiran dan menimbulkan stres.

Menurut Nasir (2011) Kebutuhan tidur mempengaruhi tingkat konsentrasi, semangat dan gairah individu terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Penderita insomnia mempunyai kerentanan terhadap stres yang lebih berat. Pada penelitian ini didapatkan hasil 30 lanjut usia (52%) memiliki lama tidur < 6 jam, dan 28 lanjut usia (48%) memiliki lama tidur 6- 7 jam. Dari uraian diatas ada kesesuaian teori dan hasil penelitian, bahwa kurang tidur lebih rentan terkena stres.

Menurut Nasir (2011) penyakit yang membutuhkan proses penyembuhan dalam jangka waktu panjang dapat menjadi stresor bagi penderitanya. Dan menurut Santi (2015) bagi psikologis lansia, penyakit kronik yang tidak dapat sembuh dapat menimbulkan nyeri yang menyiksa.

Rasa tersiksa yang tidak terkoping dengan baik akan berdampak pada keputusasaan dan berujung pada stres, depresi maupun tindakan bunuh diri. Pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat 4 orang (7%) lansia menderita Diabetes Melitus, 13 orang (22%) menderita Hipetensi, 27 orang (47%) menderita penyakit sendi, 4 orang (7%) menderita penyakit stroke, dan 10 orang (17%) menderita penyakit kronik lain. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Hantrini (2014) mengenai gambaran tingkat stres pada lansia yang menderita hipertensi di Gandu Sendang Tirto Berbah Sleman Yogyakarta dengan jumlah populasi responden 53 orang didapatkan hasil 3 orang (5,7%) mempunyai tingkat stres ringan, 27 orang (50,9%) mengalami tingkat stres sedang dan 23 orang (43,4%) mempunyai tingkat stres berat. Dapat disimpulkan bahwa tingkat stres pada

(11)

lanjut usia di Yogyakarta mayoritas dengan stres sedang.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa penyakit kronik degeneratif pada lanjut usia dapat menimbulkan stres yang didukung oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, tidur, dan juga penyakit kronik itu tersendiri.

Responden memiliki perasaan tegang, gelisah dan stres dikarenakan tidak mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya sehingga diperlukannya pendidikan kesehatan serta cek kesehatan mengenai penyakit kronik degeneratif, serta kebiasaan sehari-hari responden yang buruk memacu timbulnya perasaan stres. Puskesmas pancaasan dapat meningkatkan kerjasama dengan institusi kesehatan dalam mengatasi stres yang terjadi pada lanjut usia dengan penyakit kronik degeneratif dengan manajamen stres serta kegiatan olahraga. Hasil penelitian menunjukan lanjut usia dengan penyakit kronik degeneratif didominasi oleh stres sedang maka peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya yaitu meneliti tentang

“Gambaran tingkat stres lansia dan mekanisme koping terhadap penyakit

kronik degeneratif” dikarenakan mekanisme koping pada penyakit kronik degeneratif menarik untuk diteliti.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Gambaran Tingkat Stres Lansia terhadap Penyakit Kronik Degeneratif di RW 08 Kelurahan Pasir Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Tahun 2018” maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik usia responden 58 orang lanjut usia didominasi usia 60-74 tahun, jenis kelamin responden 37 orang lanjut usia berjenis kelamin perempuan, untuk tingkat pendidikan responden 35 orang lanjut usia didominasi oleh pendidikan SD, status pekerjaan responden terdapat 49 orang lanjut usia tidak bekerja, pekerjaan lansia didominasi oleh pedagang yaitu sebanyak 5 orang lanjut usia, penyakit kronik yang diderita oleh responden terdapat 27 orang lanjut usia menderita Penyakit Sendi, untuk lama tidur responden tiap harinya 30 orang lanjut usia didominasi tidur < 6 jam, 38 lanjut usia mengalami perasaan gelisah dan tertekan ≥3 kali dalam satu bulan terakhir dan terdapat 36 lanjut usia sering marah karena

(12)

sesuatu yang tidak terduga, dan marah karena adanya masalah yang tidak dapat dikendalikan selama satu bulan terakhir.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 31 lanjut usia (53%) memiliki tingkat stres sedang, hampir setengahnya yaitu 26 lanjut usia (45%) memiliki tingkat stres ringan dan sebagian kecil yaitu 1 lanjut usia (2%) memiliki tingkat stres berat..

Responden didominasi oleh tingkat stres sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011).

Keperawatan Lanjut Usia.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.

Jakarta : Kementrian

Kesehatan Republik

Indonesia.

Format Referensi Elektronik

Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik Penduduk Usia Lanjut.

www.bps.go.id di unduh pada 13 Februari 2018 pukul 21.00 WIB.

Kemenkes RI (2013). Gambaran

Kesehatan Lansia

Indonesia.www.depkes.go.iddo wnload.phpfile=downloadpusdat inbuletinl-lansia.Diakses pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 20.00 WIB.

Hantrini (2014). Gambaran tingkat stres pada lansia yang menderita hipertensi di Gandu Sendang Tirto Berbah Sleman Yogyakarta.(Naskah

dipublikasikan). Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.

(http://digilib.unisayogya.ac.id diakses pada 28/06/2018 pukul 21.00 WIB)

Ibrahim (2012). Hubungan stres psikososial dengan mekanisme koping pada lansia hipertensi di wilayah posyandu lanjut usia, Desa Trimurti Srandakan Bantul. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Universitas gadjah

mada Yogyakarta.

(https://www.fk.ugm.ac.id

diakses pada 28/06/2018 pukul 20.00 WIB)

(13)

Kharisma, Beningtyas dan Nurviyandari, Dwi. Penyakit kronis lebih dari satu menimbulkan peningkatan perasaan cemas pada lansia di kecamatan cibinong. Jurnal Keperawatan Indonesia, 1(19), 49-54.

Nasir, abdul & muhith, abdul. (2011).

Dasar-dasar keperawatan jiwa.

Jakarta. Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).

Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, Wahjudi. (2012).

Keperawatan gerontik &

geriatrik. Jakarta : EGC

Santi, A.A (2015). Hubungan penyakit kronis dengan risiko abuse pada lansia di Kecamatan Matraman, Jakarta Timur tahun 2015 (Skripsi, tidak dipublikasikan) FIK-Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: graha ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini proses administrasi tugas akhir pada STMIK Dumai masih terkomputerisasi secara sederhana, hal ini menyebabkan bagian akademik mengalami beberapa kesulitan

Untuk menghitung luasan hutan kota mendatang, dalam hal ini sampai tahun 2050 maka perlu dihitung perkembangan penduduk tahun berikutnya serta perhitungan konsumsi

Analisis Pengaruh Customer Relationship Marketing Pemasaran Hubungan Pelanggan Dalam Meningkatkan Kepuasan Dan Loyalitas (Survei Pada Nasabah Bank Tabungan Pensiunan

Astra Daihatsu Motor sebagai salah satu perusahaan otomotif dengan produksi terbesar di Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk mendesain

5.46: Penari badut dari Bali, dalam arja cowok (arja dengan pemain semua laki-laki biasanya dengan perempuan juga) yang memakai pakaian yang dibuat khusus untuk menari, bukan pakaian

Pembebasan dari pesaing (gulma). Gulma yang tumbuh disekitar semai cendana perlu dikurangi, tetapi tidak perlu disiangi sampai bersih, karena dikhawatirkan ada beberapa gulma

Mengenai hal ini, Alkitab mencatat bahwa “langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada

Minuman energi merupakan larutan yang bersifat asam dengan pH rendah yang dapat mempercepat degradasi struktur resin komposit yaitu pada monomer Bis- GMA, dan TEDGMA yang