• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KUALITAS FISIKA PERAIRAN DI BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUHAN PERIKANAN (BRPPUPP) PALEMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN KUALITAS FISIKA PERAIRAN DI BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUHAN PERIKANAN (BRPPUPP) PALEMBANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

22

MANAJEMEN KUALITAS FISIKA PERAIRAN DI BALAI RISET PERIKANAN PERAIRAN UMUM DAN PENYULUHAN

PERIKANAN (BRPPUPP) PALEMBANG

WATER PHYSICS QUALITY MANAGEMENT AT THE RESEARCH CENTER FOR PUBLIC WATER FISHERIES AND

FISHERIES EXPLANATION (BRPPUPP) PALEMBANG

Agnita Cerentika Sihombing1, Heriansyah2, Arief Hukmanan Rais3, Siswanta Kaban3, Ananingtyas Septia Darmarini2, Nabil Zurba2

1Mahasiswa Program Studi Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UTU

2Program Studi Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UTU

3Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang Korespondensi: heriansyah@utu.c.id

Abstract

The impact of decreasing water quality is not only seen from economic factors but also ecologically, namely a decrease in the productivity of aquatic resources. This is a problem that needs to be taken more seriously. The aspects studied require a more focused systematic so that the impact does not spread.

In measuring the water quality in BRPPUPP Palembang, a method is needed, namely the In-Situ and Ex-Situ measurement methods. In-Situ method is an analysis of measurements obtained directly at the measured point station. The Ex-Situ method is a measurement that is obtained not at the time of sampling, but must use laboratory equipment. The process of the stages of work carried out can be seen from the diagram below.

Water quality for freshwater fish farming must meet several requirements because if the water is not good it will result in optimal maintenance and cause death of the fish. Source of water quality criteria that meet standards such as brightness, TDS, temperature, pH, salinity, dissolved oxygen (DO), BOD, nitrate and phosphate.

Aquaculture water quality determines good and optimal fishery production.

Based on the parameters that have been tested, the fertility level of all stations seen from the brightness parameter has a high fertility level (eutrophic). While the TDS value, temperature, from all stations are still in the quality standard according to PP RI No. 82 of 2001.

Keyword: Water Physics quality, Freswater, fish

(2)

23 I. Pendahuluan

Kondisi ekosistem perairan sangat berperan penting untuk menjaga keseimbangan siklus kehidupan organisme. Air merupakan komponen penting yang dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh mahkluk hidup. Ekosistem perairan dipergunakan untuk kebutuhan guna menunjang kehidupan baik secara fisiologis maupun non fisiologis.

Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) yang berada di Palembang merupakan inkubator perikanan. Kondisi sumberdaya di perairan daerah BRPPUPP (Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan) Palembang sangat mendukung untuk kegiatan budidaya ikan air tawar.

Pemanfaatan yang dilakukan harus memperhatikan titik lokasi yang sesuai agar mengoptimalkan kegiatan budidaya. Aktivitas-aktivitas perekonomian yang berada di lokasi pembudidayaan di khawatirkan menyokong masuknya bahan-bahan polutan.

Kondisi kualitas air dalam perairan merupakan aspek yang penting untuk menentukan status mutu perairan tersebut agar dapat digunakan menurut baku mutu perairan. Pentingnya mengidentifikasi kualitas air adalah untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan akibat penurunan kondisi kualitas air, gambaran umum kondisi perairan serta mengetahui hubungan antara variable ekologi dan kondisi perairan, parameter fisika yang akan diukur adalah suhu, TDS dan kecerahan

Dampak yang ditimbulkan dari penurunan kualitas perairan bukan hanya dilihat dari faktor ekonomis tetapi juga secara ekologis yaitu penurunan produktivitas sumberdaya perairan. Hal ini merupakan masalah yang harus ditangani lebih serius.

Aspek-aspek yang dikaji memerlukan sistematis yang lebih terarah agar dampak yang ditimbulkan tidak meluas.

II. Metode Penelitian

Waktu dan Tempat

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2021 s/d 16 September 2021 di Laboratorium Kimia Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang yang berlokasi di jalan Gubernur H Bastari No. 8, Jakabaring Kecamatan Seberang Ulu 2, Kota Palembang Sumatera Selatan 30111.

Sedangkan survey lapangan dilaksanakan di 5 titik stasiun yang berada di sekitar Kota Palembang.

(3)

24 Gambar 1. Denah Lokasi BRPPUPP

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini secara umum dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan kegiatan

NO Alat/Bahan Manfaat

1. Pena/pensil, Buku

Untuk menulis semua data yang di dapatkan dilapangan saat pengambilan data

2. Laptop Membuat laporan yang telah dicatat waktu pengambilan data lapangan

3. Kamera Alat untuk dokumentasi jika ada gambar yang penting saat pengambilan data lapangan

4. HP Untuk dokumentasi dan merekam suara steakeholder 5. Google Earth Perangkat Lunak untuk membuat peta sebaran 6. Googele Maps Perangkat Lunak untuk membuat Denah Lokasi 7. Microsoft

Excel

Perangkat Lunak Untuk Mengelola Data

8. Data Akustik Data yang akan diolah

Metode Pelaksanaan

Dalam pengukuran kualitas air yang ada di BRPPUPP Palembang di perlukan metode yang dilaksanakan yaitu metode pengukuran secara In-Situ dan Ex-Situ. Metode

(4)

25 In-Situ adalah analisis pengukuran yang didapatkan secara langsung di stasiun titik yang diukur. Metode Ex-Situ adalah pengukuran yang didapatkan tidak pada saat pengambilan sampel, melainkan harus menggunakan alat laboratorium. Proses tahapan kerja yang dilakukan dapat dilihat dari diagram dibawah ini.

Penentuan stasiun pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling yang berarti teknik pengambilan sample dimana peneliti mengandalkan peniliannya sendiri ketika memilih titik lokasi untuk diteliti. Pengambilan sample dilakukan di lima stasiun yang berbeda titik lokasi. Dua stasiun diambil di lokasi kanal, satu stasiun diambil di Daerah Aliran Sungai (DAS), satu stasiun diambil dikawasan danau alami dan satu stasiun diambil di kawasan aliran air pengalihan air sawah.

Cara Kerja

Tabel 2. Alat Dan Metode Penggunaan Parameter Perairan

Variable Parameter Alat Metode Satuan

Kecerahan Fisika Sechi Disk Pengukuran Cm

Suhu Fisika Thermometer Pengukuran °C

Total Dissolved Solid (TDS)

Fisika TDS meter Pengukuran Ppm

Kecerahan

Kecerahan diukur menggunakan secchi disk dengan titik lokasi dari tiap stasiun yang berbeda. Secchi disk diturunkan di titik lokasi sampling, setelah itu dilakukan pengukuran dengan cara dilihat seberapa dalam secchi disk yang tenggelam sampai warna htam putih dari secchi disk tidak terlihat. Satuan pada secchi disk yang digunakan adalah cm.

(5)

26 Suhu

Parameter fisika lainnya yaitu suhu, yang dimana suhu diukur secara langsung dilapangan dengan menggunakan thermometer. Pengukuran suhu dilakukan dengan dua kali pengukuran, yaitu pengukuran suhu air dan pengukuran suhu udara di lokasi.

Thermometer dicelupkan kedalam sample air dilapangan dan diamati perubahan derajat temperature nya sampai stabil selama lebih kurang 2 menit dengan satuan °C.

Total Diaaolved Solid (TDS)

TDS diukur secara In-situ yang dilakukan di laboratorium kimia. Sampel air yang telah dimasukkan kedalam botol sample akan dikirim ke laboratorium kimia. TDS diukur dengan menggunkan TDS meter, dimana sample dimasukkan ke elenmeyer sebanyak 100 ml. Setelah itu diperoleh nilai TDS yang telah diukur dengan satuan yang telah ditentukan yaitu ppm.

III. Hasil dan Pembahasan Deskripsi Lokasi

Setiap lokasi sampling yang telah ditentukan dengan cara purposive sampling memiliki ciri karakteristik yang berbeda. Karakteristik stasiun I, II, III dan V akan berbeda secara spesifik dengan karakteristik lokasi IV. Dimana, lokasi I, II, III dan V adalah perairan mengalir atau lotik dengan kecepatan berbeda sedangkan pada titik lokasi IV merupakan perairan tergenang atau lentik dengan kecepatan arus relative sangat lama.

Stasiun I Wisma Atlet Jakabaring

Daerah pengambilan sample pada titik stasiun I adalah daerah kanal yang terletak di daerah Wisma Atlet Jakabaring. Titik sampling stasiun I berada pada titik koordinat S 03°00.684’ E 104°47.175’ dengan jarak 9 km dari kota Palembang.

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung kanal pada stasiun 1 merupakan aliran dari inlet terbesar yaitu sungai musi. Pada kompleks sekitar titik sampling, terdapat banyak industri, bangunan besar dan rumah penduduk. Hal ini yang dapat memicu faktor perubahan lingkungan perairan dan teresterial. Keberadaan naungan di sekitar titik sampling juga akan mempengaruhi kondisi kualitas perairan dan suhu yang berada di titik sampling.

Gambar 3. Foto Lokasi I Wisma Atlet Jakabaring

(6)

27 Stasiun II Klenteng Pasar Induk

Titik sampling kedua dilakukan didaerah Klanteng Pasar Induk yang dimana daerah ini adalah tempat persinggahan kappa-kapal nelayan masyarakat setempat. Derah ini merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) tempat pertemuan Aliran sungai Musi dan Aliran sungai kecil. Kondisi umum daerah ini adalah berada tepat di belakang pasar besar daerah Jakabaring dengan titik koordinat S 03°01.754’ E 104°46.501’. Kondisi ini akan menyebabkan perubahan kualitas perairan yang cukup signifikan didaerah tersebut karena aktivitas pembuangan limbah dari pasar, tempat persinggahan kapal nelayan masyarakat dan pertumuan dua aliran sungai. Disekitar lokasi sampling juga ditemukan lahan yang dipenuhi tanaman air yang hampir kisarannya cukup banyak.

Gambar 4. Foto Lokasi II Klenteng Pasar Induk Stasiun III Perumahan Amin Mulya

Pada wilayah titik sampling ketiga yang merupakan Daerah kanal yang berada di perumahan Amin Mulya memiki kondisi umum yaitu berada di lingkungan permukiman penduduk. Dengan titik koordinat S 03°02.080’ E 104°46.780’, daerah ini hampir dipenuhi oleh tanaman eceng gondok. Pembuangann limbah industri rumah tangga dari permukiman penduduk akan mempengaruhi suatu kualitas perairan dari segi parameter yang dianalisis. Bukan hanya di titik pengambilan sample, tetapi dapat dilihat bahwa 50 meter dari titik lokasi terdapat hampir seluruh tanaman eceng gondok telah menutupi perairan.

Gambar 5. Foto Lokasi III Perumahan Amin Mulya

(7)

28 Stasiun IV Danau OPI

Danau OPI terletak di perumahan OPI Jakabaring, Sumatera Selatan. Danau OPI merupakan danau kecil yang terbentuk secara alami dengan titik koordinat S 03°02.792’

E 104°47.120’ dan dikelilingi oleh permukiman penduduk. Fungsi ekologi danau ini adalah untuk menyimpan air hujan (water conserver) untuk melindungi permukiman dari bencana banjir akibat curah hujan yang tinggi.

Disamping itu, berfungsi sebagai tempat rekreasi dan habitat kehidupan biota yang ada. Dilihat dari hasil pengmatan di lapangan danau tersebut juga dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat untuk pemiliharaan ikan mengggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Situasi kondisi sekitar danau juga dimanfaatkan oleh warga untuk mencuci motor atau kendaraan lainnya.

Gambar 6. Foto Lokasi IV Danau OPI Stasiun V Jalan Bangka

Lokasi titik sampling yang terakhir ini adalah aliran air daerah rawa yang di alokasikan sebagai daerah persawahan. Selain dari areal persawahan, aliran air yang berada di titik sampling terakhir juga diduga sebagai bekas air limbah buangan industri rumah tangga. Rumah permukiman masyarakat setempat yang berbentuk bangunan panggung juga memanfaatkan aliran air tersebut sebagai tempat untuk mencuci. Dilihat dari hasil pengamatan secara langsung dilapangan bahwa perairan yang berada di lokasi titik sampling sudah dipenuhi oleh tanaman eceng gondok. Bukan hanya tanaman eceng gondok melainkan tanaman air lainnya seperti lumut juga sudah terlihat pada hasil pengamatan secara objektif.

(8)

29 Gambar 7 . Foto Lokasi V Jalan Bangka

Kesesuaian Kondisi Lingkungan

Analisis Kondisi Lingkungan Secara In-Situ dan Ex-Situ Tabel 3. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Perairan

Parameter Kualitas Air

Stasiun Kecerahan (cm) Suhu Air (°C) TDS (ppm)

1 0 29,1 110

2 35 29,1 70

3 37,5 29,5 70

4 23 31,1 80

5 0 30,7 220

Pada Stasiun I suhu udara di lokasi lebih tinggi mencapai 30°c dibandingakan dengan suhu air yang mencapai 29°c. Substrat dasar perairan terdiri dari lumpur dan pasir dengan nilai TDS 110 ppm. Kecerahan air dalam stasiun I ini tidak ada transparansi karena perairan termasuk golongan perairan yang dangkal dan terdapat banyak lumut atau tumbuhan air yang terdapat didalam perairan.

Pada stasiun II Kecerahan perairan di titik sampling berkisar 35 cm dengan suhu udara lebih rendah dari pada suhu air. Suhu udara mencapai nilai 27,5°C sedangkan suhu air lebih tinggi berkisar 29,1°C. Hal ini disebabkan karena ketidak adannya naungan atau pohon disekitar titik sampling. Substrat perairan pada stasiun 2 terdiri dari pasir dan lumpur dengan TDS 70 ppm.

Dari hasil pengamatan langsung pada stasiun III dapat dilihat bahwa warna air yang ada di lokasi titik sampling sangat keruh dan berwarna kecokelatan. Pengambilan titik sampling diambil dari atas menggunakan water sampler. Kecerahan rata-rata yang

(9)

30 dimiliki oleh daerah ini sekitar 37,5 cm dengan padatan substansi (TDS) sebesar 70 ppm. Suhu air di titik samping lebih rendah berkisar 29,5°C dibandingkan suhu udara yang mencapai 30,5°C.

Dari hasil pengukuran kualitas perairan yang diambil secara langsung pada stasiun IV didapatkan nilai kecerahan rata-rata perairan danau mencapai 23 cm dan dapat dilihat bahwa warna air danau yang ada kuning kehijauan. Suhu air yang tinggi mencapai 31,51°C lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara yang berkisar 29,9°C.

Tingginya nilai suhu yang berada di titik lokasi ini dikarenakan tidak adanya naungan di sekitar lokasi. Keberadaan naungan di sekitar perairan akan mempengaruhi nilai suhu yang ada didalam perairan.

Pengambilan sample pada stasiun V terakhir ini diambil dari atas jembatan dengan menggunakan water sampler. Kecerahan air tidak ada transparansi karena perairan yang terlalu dasar. Susbstrat dasar perairan yang dipenuhi lumpur dengan nilai TDS yang sangat tinggi yaitu mencapai 220 ppm juga mempengaruhi warna dari perairan tersebut.

Pembahasan

Kualitas air untuk budidaya ikan air tawar harus memenuhi beberapa persyaratan karena jika air kurang baik akan mengakibatkan pemeliharaan yang optimal dan menyebabkan kematian pada ikan. Sumber kriteria kualitas air yang memenuhin standar seperti kecerahan, TDS, suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), BOD, nitrat dan fosfat. Kualitas air usaha budidaya menentukan produksi perikanan yang baik dan optimal. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas perairan di kota Palembang dapat dilihat pada penjelasan berikut.

a. Kecerahan

Tabel 4. Pengukuran Kualitas Air (Kecerahan) Selama Penelitian

No Lokasi Kecerahan

(cm)

Standar Optimal PP No. 82 Tahun 2001

1. Wisma Atlet Jakabaring -

45 cm

2. Klenteng Pasar Induk 35

3. Perumahan Amin Mulya 37,5

4. Danau OPI 23

5. Jalan Bangka -

Menurut standar baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001 kecerahan yang optimal untuk usaha budidaya adalah 45 cm, karena pada kondisi itu populasi plankton cukup ideal untuk pakan alami dan material terlarut cukup rendah. Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata kecerahan perairan dari masih dalam baku mutu dan belum melewati ambang batas 45 cm. Hal ini dikarenakan perairan dilima stasiun memiliki arus yang relatif lambat maka terjadi penumpukan partikel-partikel lumpur yang cukup besar sehingga mempengaruhi kecerahan perairan.

(10)

31 Kecerahan perairan sangat penting diketahui karena erat kaitannya dengan proses fermentasi yang terjadi di perairan. Koniyo (2020) menyatakan bahwa kecerahan

<3m adalah tipe perairan yang subur (eutrofik), antara 3-6 m kesuburan sedang (mesotrofik) dan >6 m digolongkan pada tipe perairan kurang subur (oligotrofik).

Tingkat kecerahan dan kekeruhan air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan patin Zat atau material terlarut (tersuspensi) seperti lumpur, senyawa, dan anorganik, plankton dan mikroorganisme diduga kuat sebagaipenyebab kekeruhan air. Kekeruhan air menyebabkan sinar yang sampai ke air lebih banyak dihamburkan dan diserap dari pada ditransmisikan disekelilingnya, pengukuran kekeruhan air sering dilakukan dengan melihat tingkat kecerahan air.

Pada analisis yang didapatkan dilapangan bahwa satuan yang digunakan di dalam pengukuran adalah cm. Pada stasiun I, II, III, IV dan V kecerahan perairan dapat diketahui yaitu <3 m yang berarti perairan dilima stasiun ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi (eutrofik).

b. Total Dissolved Solid (TDS)

Tabel 5. Pengukuran Kualitas Air Total Dissolved Solid (TDS) Selama Penelitian No Lokasi TDS (ppm) Standar Optimal PP No. 82

Tahun 2001 1. Wisma Atlet Jakabaring 110

1000 mg/L

2. Klenteng Pasar Induk 70

3. Perumahan Amin Mulya 70

4. Danau OPI 80

5. Jalan Bangka 220

Pada Tabel 5 TDS rata-rata masih berada pada ambang baku mutu standar optimal. Hal ini dikarenakan nilai TDS di pengaruhi oleh kecepatan arus yang lambat sehingga banyak padatan terlarut yang berada di dalam perairan. Menurut PP No.28 Tahun 2011 tentang baku mutu air menetapkan bahwa kadar maksimum TDS yang diperbolehkan dalam penggunaan air untuk budidaya ikan (Kelas II) adalah 1000 mg/l.

Jika dibandingkan dengan baku mutu air tersebut nilai TDS untuk kelima stasiun masih memenuhi standar baku mutu.

c. Suhu

Tabel 6. Pengukuran Kualitas Air suhu Selama Penelitian

No Lokasi Suhu(°C) Standar Optimal PP No. 82

Tahun 2001 1. Wisma Atlet Jakabaring 29,1

27°C-30°C 2. Klenteng Pasar Induk 29,1

3. Perumahan Amin Mulya 29,5

4. Danau OPI 31,1

5. Jalan Bangka 30,7

(11)

32 Suhu air adalah faktor abiotik yang memegang peran penting bagi organisme perairan. Pengukuran suhu sangat diperlukan untuk mengetahui karakteristik perairan.

Penurunan biomasa dan keanekaragaman ikan menurun ketika suhu air meningkat lebih dari 28°C (Jumaidi et al 2017).Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan ikan antara 25°C – 30°C sementara itu, jika suhu air berada dibawah 14°C ikan akan mengalami kematian. Jika suhu air turun hingga dibawah 25°C daya cerna ikan terhadap makanan yang dikonsumsi berkurang. Sebaliknya jika suhu naik hingga 30°C ikan akan stres karena kebutuhan oksigenya semakin tinggi.hal ini ditegaskan pula oleh suhu air yang normal untuk budidaya ikan berkisar antara 25°C – 30°C (Kinoyo, 2020).

Kenaikan muka suhu dibadan air, saluran air, sungai, danau dan sebagainya akan menimbulkan beberapa akibat antara lain:

1. Jumlah oksigen terlarut yang terkandung didalam air menurun 2. Kecepatan reaksi kimia meningkat

3. Kehidupan ikan dan hewan lainnya terganggu

Jika batas suhu yang mematikan melampaui ambang batas, maka akibat yang dialami akan fatal. Suhu didalam perairan akan mempengaruhi proses fotosintesis dimana untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dan secara tidak langsung dapat mengubah struktur hidrologi dalam kolam perairan yang dapat mempengaruhi proses distribusi plankton (Ghufran dan Tancung, 2005). Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa air, stratifikasi suhu di suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu perairan.

Hasil pengukuran yang didapatkan pada stasiun I-V berdasarkan PP RI No 82 Tahun 2001 rata-rata memiliki nilai yang masih berada didalam ambang batas baku mutu perairan budidaya ikan air tawar yang telah ditentukan yaitu 25°C – 30°C yang dimana suhu air tersebut adalah rentang yang baik untuk budidaya ikan air tawar. Dapat dilihat pada tabel hasil pengukuran bahwa pada stasiun IV suhu melewati ambang batas 1,1°C yang dimana hasil nya adalah 31,1°C. Hal ini disebabkan oleh kepadatan permukiman yang berada di sekitar lokasi dan tidak adanya naungan seperti pohon dan sebagainya. Suhu udara yang didapatkan masih berada dibatasan normal yaitu 28,2°C sampai 34,6 °C pada siang hari. Di Indonesia keadaan suhu ini berkisar normal dan suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari atas permukaan laut.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan parameter yang telah diuji, tingkat kesuburan dari semua stasiun dilihat dari parameter kecerahan memiliki tingkat kesuburan tinggi (eutrofik).

Sedangkan nilai TDS, suhu, dari semua stasiun masih berada di standard baku mutu menurut PP RI No 82 Tahun 2001.

(12)

33 Daftar Pustaka

Gayanilo F C, Sparre P, Pauly D. 2005. FAO – ICLARM Stock Assessment Tools Reference Manual User’s Guide. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.

Kilada, R., Webb, J B., McNeel, K W., Slater L M., Smith, Q., Ferguson, J. 2016.

Preliminary assessmment of a direct age-determination method for 3 comercially important crustaceans from Alaska. Fish. Bull. 115: 42 – 49.

Panggabean, A S., Pane, A R P. dan Hasanah, A. 2018. Dinamika Populasi dan Tingkat Pemanfataan Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 24(1): 73 – 85.

Pauly D. 1983. Some simple methods for the assessment of tropical fish stocks. FAO Fisheries Technical Paper. 254: 52pp

Priyambada, A. Fitri, A D P., Ghofar A. 2020. Potential fishing grounds for Portunus pelagicus based on oceanographic factors on the Tukak Sasai Waters, Bangka Belitung, Indonesia. AACL Bioflux. 13(5): 2705 – 2716.

Sparre P. dan Venema S C. Introduction of tropical fish stock assessment, Book 1:

Manual. Center for fisheries research and Development. Jakarta. 438 pp.

Williams, M J. 1982. Natural food and feeding in the commercial sand crab Portunus pelagicus Linnaeus, 1766 (Crustacea: Deccapoda: Portunidae) in Moreton Bay, Queensland. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 59, 165 – 176.

WoRMS Editorial Board. 2016. World Register of Marine Species. Diakses dari http://www.marinespecies.org

Gambar

Tabel 1. Alat dan Bahan kegiatan
Tabel 2. Alat Dan Metode Penggunaan Parameter Perairan
Gambar 3. Foto Lokasi I Wisma Atlet Jakabaring
Gambar 4. Foto Lokasi II Klenteng Pasar Induk  Stasiun III Perumahan Amin Mulya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program penerimaan peserta didik baru sistem real time online. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan model

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 nilai kinerja pelaksanaan anggaran BRPPUPP mengalami penurunan sebesar 0,55 %, angka penurunan tersebut

Sewaktu berbicara tentang larangan perkawinan, pasal 8 huruf “f” UU no mor 1 tahun 1974 yang menyatakan “yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang

tertarik membeli ikan pembudidaya ikan Kelurahan Ujungbatu karena daging ikan tidak berbau lumpur.Hal ini berbeda dengan ikan yang dipelihara di kolam tanah seperti

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat instrumen untuk variabel kinerja karyawan memiliki mean tertinggi terdapat pada pernyataan “Karyawan sudah teliti

Gambar 9 memberikan informasi tentang periode mulai mencari pekerjaan untuk alumni Program Studi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung lulusan tahun

Ketika seseorang dihadapkan pada suatu keadaan yang cenderung menimbulkan perasaan tertekan, maka mereka sangat membutuhkan sebuah kompensasi agar perasaan yang dirasakan

Kaum remaja Jepang juga merupakan kaum yang sangat tergantung pada kehidupan berkelompok dan sangat mudah terpengaruh oleh teman-temannya, oleh karena itu seringkali mereka