ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN PERPAJAKAN, PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN, DAN PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI MOTIVASI WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK
Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Karina Krisnadia
NIM : 122114079
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YORYAKARTA
i
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN PERPAJAKAN, PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN, DAN PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI MOTIVASI WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK
Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh : Karina Krisnadia
NIM : 122114079
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YORYAKARTA
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur”. [Filipi 4:6]
Bukan dengan kekuatanku, ku dapat jalani hidupku Tanpa Tuhan yang disampingku, ku tak mampu sendiri Engkaulah kuatku yang menopangku [Sari Simorangkir]
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia
tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau". [Ulangan 31:6]
Ku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Ayahku Stefanus Cipto Subagio, dan Ibuku Yuli Indirawati Adikku Suryo Agung Pamungkas, Imanuel Wahyu Jati,
Wahyu Herlambang, dan Yemima Christy
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisn skripsi ini bertujuan untuk memeuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan
kepribadian di Universitas Sanata Dharma kepada penulis.
2. A. Yudi Yuniarto, S.E., MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian di
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
kepada penulis.
4. Nicko Kornelius Putra SE., M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang
viii
5. Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A., Selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi.
6. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah II dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Purworejo yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Ayah, ibu, adik, keluarga besar Yohanes Soehardji beserta keluarga besar
Maridjan tercinta atas doa, kasih sayang, perhatian, masukkan dan
pengorbanan yang begitu besar secara moral maupun material sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Om Bayu, Mbak Erlina, Om Max, Bulek Wiwid, Vino, Dek Rani, Bulek
Nunuk, Mas Satrio, Mas Thomas, Nuel, Mbak Galih, Pak Kris, Bu Titik,
Wulan, Amink, Ika yang selalu memberi dukungan serta motivasi.
9. Sahabat dan teman seperjuanganku Tesa, Nia, Alang, Riska, Anin, Nanda,
Vina, Karlen, Anya, Ensa, Mbak Agatha, Kak Aven, Kak Dita, Mbak Maria,
Kak Stella, Mbak Fanny, Mas Marion, Vidi, Nurma, Tata, Kristo, Agil dan
teman-teman MPAT Kelas H terimakasih telah menemani, memberi motivasi
dan berproses bersama sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... x
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xvi
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xviii
ABSTRACT ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak... ... 6
2. Bagi Universitas Sanata Dharma... ... 6
3. Bagi Penulis... ... 6
F. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Pajak ... 9
1. Definisi Pajak ... 9
2. Fungsi Pajak ... 10
3. Sistem Pemungutan Pajak ... 10
B. Pajak Penghasilan (PPh) ... 11
1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) ... 11
2. Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) ... 12
3. Subjek Pajak ... 13
C. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 13
1. Pengertian NPWP ... 13
2. Fungsi NPWP ... 13
D. Pengetahuan Perpajakan ... 14
1. Pengertian Pengetahuan Perpajakan ... 14
2. Indikator Pengetahuan Perpajakan ... 15
E. Kualitas Pelayanan ... 17
F. Tingkat Pendidikan ... 19
1. Pengertian Pendidikan ... 19
xi
G. Motivasi Wajib Pajak ... 23
1. Pengertian Motivasi ... 23
2. Indikator Motivasi ... 26
H. Persepsi ... 28
I. Penelitian Terdahulu ... 29
J. Kerangka Pemikiran ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Definisi Operasional Variabel ... 38
1. Persepsi Pengetahuan Perpajakan ... 38
2. Persepsi Kualitas Pelayanan ... 38
3. Persepsi Tingkat Pendidikan ... 38
4. Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 39
E. Data Penelitian... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
G. Populasi dan Sampel... 40
H. Variabel Penelitian ... 41
1. Variabel Independen ... 41
2. Variabel Dependen ... 42
3. Pengukuran Variabel ... 42
I. Instrumen Penelitian ... 43
J. Teknik Pengujian Instrumen... 44
1. Uji Validitas ... 44
2. Uji Reliabilitas ... 45
K. Teknik Analisis Data ... 46
1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 46
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 46
3. Uji Normalitas Data ... 46
4. Uji Korelasi Spearman Rank ... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA ... 49
A. Sejarah dan Profil Singkat KPP ... 49
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ... 50
C. Peran Strategis KPP Pratama Purworejo ... 55
1. Rencana Strategis ... 55
2. Visi ... 56
3. Misi ... 57
4. Nilai-nilai ... 58
5. Sumber Daya ... 59
6. Sumber Daya Manusia ... 60
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 62
1. Jenis Kelamin Responden ... 62
2. Usia Responden ... 63
xii
4. Pekerjaan Responden ... 64
5. Kepemilikan NPWP ... 65
B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 65
1. Persepsi Pengetahuan Perpajakan ... 66
2. Persepsi Kualitas Pelayanan ... 67
3. Persepsi Tingkat Pendidikan ... 67
4. Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 68
C. Pengujian Instrumen ... 69
1. Uji Validitas ... 69
1. Variabel Persepsi Pengetahuan Perpajakan ... 69
2. Variabel Persepsi Kualitas Pelayanan ... 69
3. Variabel Persepsi Tingkat Pendidikan ... 70
4. Variabel Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 70
2. Uji Reliabilitas ... 71
1. Variabel Persepsi Pengetahuan Perpajakan ... 71
2. Variabel Persepsi Kualitas Pelayanan ... 72
3. Variabel Persepsi Tingkat Pendidikan ... 73
4. Variabel Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 75
D. Analisis Data ... 75
1. Uji Normalitas ... 75
2. Korelasi Spearman Rank ... 76
a. Hubungan Persepsi Pengetahuan Perpajakan dengan Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 76
b. Hubungan Persepsi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 77
c. Hubungan Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 79
E. Pembahasan ... 80
1. Hubungan Persepsi Pengetahuan Perpajakan dengan Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 80
2. Hubungan Persepsi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 83
3. Hubungan Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 85
BAB VI PENUTUP ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Keterbatasan Penelitian ... 88
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kepatuhan WPOP ... 4
Tabel 2.1 Tarif Pajak ... 16
Tabel 3.1 Kisi-kisi/Matrik Instrumen Penelitian ... 43
Tabel 3.2 Batasan Skor Reliabilitas Alpha Cronbach ... 45
Tabel 3.3 Sifat Koefisien Korelasi Rank Spearman ... 47
Tabel 4.1 Perilaku Utama Nila-nilai Kementrian Keuangan ... 58
Tabel 4.2 Data Jumlah Desa Per Kecamatan ... 59
Tabel 4.3 Data Jumlah Pegawai Perseksi ... 60
Tabel 4.4 Data Jumlah Pegawai Menurut Jabatan ... 60
Tabel 4.5 Data Jumlah Menurut Tingkat Pendidikan... 60
Tabel 4.6 Data Jumlah Pegawai Menurut Pangkat/Golongan ... 61
Tabel 5.1 Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 62
Tabel 5.2 Data Responden berdasarkan Usia ... 63
Tabel 5.3 Data Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 63
Tabel 5.4 Data Responden berdasarkan Pekerjaan ... 64
Tabel 5.5 Data Responden berdasarkan Kepemilikan NPWP ... 65
Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Penelitian ... 65
Tabel 5.7 Rekapitulasi Jawaban Responden Pengetahuan Perpajakan ... 66
Tabel 5.8 Rekapitulasi Jawaban Responden Kualitas Pelayanan ... 67
Tabel 5.9 Rekapitulasi Jawaban Responden Tingkat Pendidikan ... 67
Tabel 5.10 Rekapitulasi Jawaban Responden Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 68
Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Pengetahuan Perpajakan .... 69
Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kualitas Pelayanan ... 69
xv
Tabel 5.14 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Motivasi WP Dalam
Membayar Pajak ... 70
Tabel 5.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi
Pengetahuan Perpajakan ... 71 Tabel 5.16 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Kualitas Pelayanan ... 72
Tabel 5.17 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Tingkat Pendidikan... 73 Tabel 5.18 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Motivasi WP Dalam
Membayar Pajak ... 74
Tabel 5.19 Hasil Uji Normalitas... 75 Tabel 5.20 Rekapitulasi Uji Normalitas ... 75
Tabel 5.21 Uji Korelasi Persepsi Pengetahuan Perpajakan dengan Persepsi Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 76 Tabel 5.22 Uji Korelasi Persepsi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi
Motivasi WP Dalam Membayar Pajak ... 78
Tabel 5.23 Uji Korelasi Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ... 94
LAMPIRAN 2 Kuesioner Penelitian ... 95
LAMPIRAN 3 Tabulasi Data Kuesioner ... 105
LAMPIRAN 4 Hasil Pengolahan Data Responden ... 116
LAMPIRAN 5 Hasil Pengolahan Data Variabel Penelitian ... 118
LAMPIRAN 6 Hasil Pengujian Validitas ... 121
LAMPIRAN 7 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 127
LAMPIRAN 8 Hasil Pengujian Normalitas ... 130
LAMPIRAN 9 Hasil Pengujian Korelasi ... 135
xviii ABSTRAK
ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI PENGETAHUAN PERPAJAKAN, PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN, DAN PERSEPSI TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PERSEPSI MOTIVASI WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK
Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo
Karina Krisnadia NIM : 122114079 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi pengetahuan perpajakan, persepsi kualitas pelayanan, dan persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling. Pada penelitian ini analisis data yang digunakan untuk mengkaji hubungan antar variabel adalah korelasi Spearman-Rank.
Hasil pengujian korelasi Spearman-Rank menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Persepsi Pengetahuan Perpajakan, Persepsi Kualitas Pelayanan, dan Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Motivasi Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo.
xix ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF TAX KNOWLEDGE, SERVICE QUALITY, AND LEVEL OF EDUCATION PERCEPTION WITH PERCEPTION OF
TAXPAYERS’ MOTIVATION TO PAY TAXES
An empirical study at the Office of Pratama Tax Services, Purworejo
Karina Krisnadia Student Number : 122114079
Sanata Dharma University Yogyakarta
2017
This research aimed to find out the relationship perceptions of tax knowledge, service quality, and level of education with perception of
taxpayers’ motivation to pay taxes at the Office of Pratama Tax Services,
Purworejo.
The type of this research was an empirical study. Convenience sampling was used as the sampling technique. The data analysis was done by using Spearman Rank correlation test to discover the association among variables.
Spearman Rank correlation showed that there was a positive relationship perceptions of tax knowledge, service quality, and level of education with
perception of taxpayers’ motivation to pay taxes at the Office of Pratama Tax Services, Purworejo.
Keywords: Perception, Individual Taxpayer, Tax Knowledge, Service Quality,
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya pajak memiliki peran penting dalam sumber
penerimaan negara, karena pendapatan terbesar negara datang dari sektor
pajak. Pajak sendiri sudah dipungut sejak zaman nenek moyang kita, pajak
ini dulunya dikenal dengan istilah upeti, yang berarti pemberian hasil bumi
kepada raja sebagai tanda bakti rakyat kepada raja (Bayuprima, 2010). Hal
inilah yang menjadi latar belakang pemungutan pajak sampai dengan saat
sekarang ini.
Di Indonesia, sekarang ini sedang dilakukan pembangunan
disegala bidang. Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh
pemerintah bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
rakyatnya dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang
mandiri. (Istanto, 2010) Kemandirian secara ekonomi tanpa bantuan dari
negara lain merupakan salah satu parameter yang sering dilihat dalam
menentukan posisi suatu bangsa dalam pergaulan Internasional. Banyak
usaha-usaha yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk
memaksimalkan penerimaan pajak seperti sensus pajak yang diharapkan
semua wajib pajak pribadi maupun badan yang belum melaksanakan
kewajiban perpajakannya dapat segera melaksanakannya sesuai dengan
Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Ketentuan Hukum dan
Tatacara Perpajakan (KUP), intinya perubahan sistem pemungutan pajak
dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System tujuannya adalah memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban pajaknya
kepada negara dengan kesadaran sendiri. Hal ini menjadikan motivasi
menjadi hal penting dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak. Jika
masyarakat tidak merasakan manfaat dari kepatuhan membayar pajak,
upaya pendidikan, penyuluhan dan sebagainya tidak akan berarti banyak
dalam membangun kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya (Istanto, 2010). Kesadaran masyarakat untuk membayar
pajak terutama tergantung pada pengetahuan masyarakat mengenai
perpajakan dan tingkat pendidikan.
Pengetahuan pajak adalah informasi pajak yang dapat digunakan
Wajib Pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan
untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajibannya dibidang perpajakan (Caroko, 2015).
Masyarakat sendiri dalam kenyataannya tidak suka membayar pajak. Hal
ini disebabkan masyarakat tidak pernah tahu wujud konkret imbalan dari
uang yang dikeluarkan untuk membayar pajak (Lovihan, 2010).
Salah satu upaya dalam meningkatkan penerimaan pajak adalah
dengan memberikan suatu pelayanan yang bermutu terhadap Wajib Pajak
dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan
kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan. Jika pelanggan puas dengan
pelayanannya maka otomatis Wajib Pajak akan termotivasi untuk
menjalankan kewajibannya. Dalam hal ini pegawai pajak bisa bekerja
sama dengan instasi pendidikan atau kelurahan untuk mengadakan suatu
kegiatan pengenalan pajak bagi pelajar atau masyarakat setempat.
Motivasi menurut Yulianawati dalam Caroko (2015) “Kesadaran
atau motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak akan meningkat
bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak”.
Menurut Maulida dalam Caroko (2015) motivasi dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak merupakan sesuatu yang timbul
dari dalam benak Wajib Pajak untuk selalu dapat memenuhi kewajiban
perpajakan secara teratur dan tanpa terbesit sedikitpun dalam benak
mereka untuk melakukan kecurangan dalam aktivitas perpajakannnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi Wajib
Pajak adalah daya dorong yang ada pada Wajib Pajak secara eksternal
maupun internal untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya mulai
dari mendaftarkan diri hingga membayarkan pajak terutangnya.
Meskipun pemerintah telah meningkatkan pelayanan perpajakan
terhadap Wajib Pajak yang dimaksud agar dapat meningkatkan motivasi
Wajib Pajak namun pada kenyataannya hal ini masih dirasa kurang
maksimal (Ghania, 2010: 5). Seperti halnya di dalam dunia usaha, yang
Direktorat Jendral Pajak, para Wajib Pajak merupakan pelanggan yang
harus dijaga hubungannya dengan baik. Pentingnya faktor kinerja
pelayanan perpajakan layak diperhitungkan sebagai upaya meningkatkan
motivasi Wajib Pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya (Sartika,
2008). Jika masyarakat Wajib Pajak merasa puas akan pelayanan fiskus,
diharapkan para Wajib Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya
dengan baik, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan penerimaan
pajak.
Tabel 1.1 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi KPP Pratama Purworejo Tahun 2013-2016
No Tahun
Wajib Pajak Realisasi Penyampaian
SPT
Rasio Kepatuhan
(%) Terdaftar Wajib SPT
1 2013 50.843 45.439 34.297 75,48
2 2014 60.875 49.777 36.171 72,67
3 2015 67.682 51.076 36.306 71,08
4 2016 75.289 61.123 42.916 70,21
Sumber: Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Purworejo
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa rasio kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam pelaporan SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Purworejo tiap tahun mengalami penurunan tetapi sudah
mencapai (>70%). Hal tersebut mengindikasi bahwa upaya yang dilakukan
KPP Pratama Purworejo untuk meningkatkan penerimaan pajak belum
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas,
maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan persepsi pengetahuan perpajakan dengan
persepsi motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak?
2. Bagaimana hubungan persepsi kualitas pelayanan pajak dengan
persepsi motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak?
3. Bagaimana hubungan persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi
motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah seringkali diberikan dalam penelitian agar tidak
terlalu luas dalam menjelaskan suatu masalah, sehingga peneliti bisa lebih
terfokus.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain: karakteristik
pekerjaan, lingkungan kerja, karakteristik individu, prestasi kerja,
sumber daya manusia dan fasilitas lingkungan kerja. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan
perpajakan, kualitas pelayanan dan tingkat pendidikan.
Variabel-variabel tersebut digunakan untuk menganalisis hubungan dengan
variabel dependen yaitu motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak.
variabel dependen/motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak tidak
digunakan.
D. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis hubungan persepsi pengetahuan perpajakan dengan
persepsi motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak.
2. Menganalisis hubungan persepsi kualitas pelayanan pajak dengan
persepsi motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak.
3. Menganalisis hubungan persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi
motivasi Wajib Pajak dalam membayar pajak.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi KPP yang diteliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukkan bagi kebijakan pemerintah pusat dan bahan evaluasi dalam
pelaksanaan peraturan perpajakan.
2. Bagi Universitas, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai referensi untuk bahan acuan untuk menambah pengetahuan di
bidang perpajakan.
3. Bagi penulis, hasil penelitian ini merupakan sarana untuk melakukan
analisis dan menambah wawasan serta pengetahuan di bidang
F. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II: Landasan Teori
Bab ini menguraikan penjelasan mengenai teori-teori yang
digunakan, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran
sebagai dasar dalam penelitian ini.
Bab III: Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian subjek dan objek penelitian, data penelitian,
teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, variabel
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengujian
instrumen, dan teknik analisis data.
Bab IV : Gambaran Umum KPP Pratama
Bab ini menjelaskan sejarah dan profil singkat KPP
Pratama Purworejo, Visi, Misi, Nilai-nilai Kementerian
Keuangan, Tugas dan Fungsi, Struktur Organisasi, dan
Bab V: Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini terdiri atas deskripsi karakteristik responden,
deskripsi variabel penelitian, pengujian instrumen, analisis
data, dan pembahasan.
Bab VI : Penutup
Bab ini terdiri atas kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pajak
1. Definisi Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam Mardiasmo
(2011: 1) dan Sari (2013: 34), pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur:
a. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak
hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang);
b. Berdasarkan undang-undang pajak dipungut berdasarkan atau
10
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontrapretasi individual oleh pemerintah;
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak dibagi menjadi dua (Mardiasmo 2011: 1), yaitu:
a. Fungsi penerimaan (budgetair), sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (regulerend), sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011: 7) sistem
pemungutan pajak, yaitu:
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
(menghitung dan menetapkan) besarnya pajak yang terutang
yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya yaitu
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus; Wajib Pajak bersifat pasif; dan utang pajak timbul
11 b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan (menghitung
dan menetapkan) sendiri besarnya pajak yang terutang dan
membayarnya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam peraturan yang berlaku. Ciri-cirinya yaitu wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib
Pajak sendiri; Wajib Pajak aktif; mulai dari menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang; dan fiskus
tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib
Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan (menghitung dan
menetapkan) besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya adalah wewenang menentukan besarnya pajak
yang terutang ada pada pihak ketiga.
B. Pajak Penghasilan (PPh)
1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada
orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau
12
dimaksud dengan penghasilan menurut Pasal 4 ayat (1) UU PPh,
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapai dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian, penghasilan itu
dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah dan lain
sebagainya.
2. Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh)
Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008
dalam Mardiasmo (2011: 155) mengatur pengenaan Pajak Penghasilan
terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak akan dikenai pajak
apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek Pajak
tersebut disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun atau
dapat dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak
apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam
tahun pajak. Undang-Undang PPh menganut asas materiil, artinya
penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada
13 3. Subjek Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 2, yang
menjadi subjek pajak adalah:
a. 1) orang pribadi;
2) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak;
b. badan;
c. bentuk usaha tetap (BUT).
C. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 1. Pengertian NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (Mardiasmo,
2011: 25).
2. Fungsi NPWP
Fungsi dari NPWP antara lain sebagai berikut (Sari, 2013: 180)
a. Sarana dalam administrasi perpajakan.
b. Tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak
14
c. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan. Setiap dokumen
perpajakan sebagai contoh Surat Setoran Pajak (SSP), Faktur
Pajak, Surat Pemberitahuan, harus mencantumkan NPWP.
d. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
e. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan pencantuman NPWP dalam dokumen yang diajukan,
seperti Dokumen Impor.
f. Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya paspor,
kredit bank dan lelang.
D. Pengetahuan Perpajakan
1. Pengertian Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seorang Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
menurut Murti (2014: 391) dalam Nugroho (2016: 23). Pengetahuan
dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor pendidikan formal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini akan menentukan
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif makin positif terhadap
15
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Istanto, 2010).
2. Indikator Pengetahuan Perpajakan
Indikator untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman Wajib
Pajak terhadap peraturan perpajakan, meliputi: pengetahuan mengenai
unsur pajak, peran pajak, tarif pajak, manfaat pajak dan sistem pajak
yang berlaku. Dalam pernyataan diatas pengetahuan yang dimiliki
Wajib Pajak dapat diukur melalui pengetahuan, mengenai:
a. Pengetahuan mengenai unsur pajak
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah
(Istanto, 2010).
b. Pengetahuan mengenai peran pajak.
Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
daerah. Peran pajak ini digunakan sebagai penunjang
16
c. Pengetahuan mengenai tarif pajak.
Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, Undang-undang No.36
tahun 2008, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya
dengan menggunakan tarif progresif sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tarif Pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%
Di atas Rp. 50.000.000,00 – Rp. 250.000.000,00 15% Di atas Rp. 250.000.000,00 - Rp. 500.000.000,00 25%
Di atas Rp. 500.000.000,00 30%
Sumber: Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan pada pasal 17 ayat 1(a).
d. Pengetahuan Manfaat Pajak
Tinggi rendahnya pengetahuan manfaat pajak terhadap
kesediaan membayar pajak dapat diketahui dari pengukuran
sebagai berikut (Anggraeni, 2011):
1) Pengetahuan manfaat pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin.
2) Pengetahuan manfaat pajak sebagai alat untuk melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi.
3) Pengetahuan manfaat pajak merupakan sumber utama APBN.
17
e. Pengetahuan mengenai sistem pajak yang berlaku.
Sistem pajak yang berlaku sekarang ini adalah self
assessment system. Perubahan sistem pajak menjadi self assessment system bertujuan untuk memberi kepercayaan lebih
kepada Wajib Pajak untuk melaporkan kewajiban pajaknya
(Istanto, 2010).
E. Kualitas Pelayanan
Definisi pelayanan pajak menurut Boediono (2003: 60) dalam
Caroko (2015) “adalah suatu proses bantuan kepada Wajib Pajak
dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan”.
Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar
pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara
terus menerus, menurut Hardiningsih (2011) dalam Situmorang (2016).
Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya
manusia (SDM), ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan.
Standar kualitas pelayanan akan terpenuhi jika SDM melakukan tugasnya
secara profesional, disiplin, dan transparan.
Hakikat pelayanan umum adalah komitmen setiap aparat untuk
18
kepentingan masyarakat dengan cara-cara, menurut Istanto (2010) dalam
Supriyatna (2008):
1) Meningkatkan mutu dan produktifitas pelaksanaan tugas atau
fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.
2) Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata pelaksanaan
pelayanan, sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara
lebih berdaya guna.
3) Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa, dan peran serta
masyarakat dalam membangun serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat luas.
Menurut Parasuraman, et al (1994) yang dikutip oleh Istanto (2010)
terdapat lima dimensi yang digunakan dalam menilai suatu kualitas
pelayanan, yaitu:
1) Kehandalan (Reliability)
Kehandalan merupakan kemampuan untuk memberikan jasa seperti
yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya sesuai yang
diharapkan pelanggan tercermin dari ketetapan waktu, layanan
yang sama untuk semua orang dan tanpa kesalahan.
2) Ketanggapan (Responsiveness)
Instansi berupaya untuk membantu dan memberikan pelayanan
yang cepat. Jika mengalami kegagalan dengan cepat menangani
19 3) Jaminan (Assurance)
Yaitu pengetahuan, keramahan dan kemampuan para karyawan
dalam melaksanakan tugas secara spontan yang menjamin kinerja
yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan dan keyakinan
masyarakat.
4) Empati (Emphaty)
Berusaha memahami keinginan pelanggan dengan memberikan
perhatian atau sentuhan secara ikhlas kepada setiap pelanggan.
5) Wujud Fisik (Tangibility)
Perusahaan harus bisa memberikan bukti awal kualitas pelayanan
yang tercermin dari penampilan fasilitas fisik yang dapat
diandalkan.
F. Tingkat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat, menurut Meliono dkk (2007)
dalam Istanto (2010: 19). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
20
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan Wajib Pajak merupakan dasar pengetahuan Wajib
Pajak dalam merespon segala informasi tentang hakekat dan makna
pembayaran pajak bagi kepentingan pembangunan nasional. Pada
dasarnya pendidikan adalah perbuatan mendidik, sedangkan mendidik
itu sendiri berarti membimbing pertumbuhan dan perkembangan
anak-anak dengan sengaja agar menjadi seorang yang dewasa, bertingkah
laku baik dan berbudi pekerti yang luhur sehingga timbul
kesadarannya guna berbakti kepada orang tua, bangsa dan tanah air,
menurut Riyono (2011) dalam Kurniasari (2016: 18). Melalui
pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang, boleh dikatakan
hampir seluruh kelakuan individu dipengaruhi oleh orang lain, karena
pada hakekatnya kelakuan manusia hampir semua bersifat sosial.
Menurut Rustyaningsih (2011) dalam Ernawati (2014) Tingkat
pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan
masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat
pendidikan yang rendah juga akan berpeluang Wajib Pajak enggan
melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman
21 2. Indikator Tingkat Pendidikan
Adapun indikator yang digunakan dalam mengukur variabel
tingkat pendidikan adalah:
1) Pemahaman Wajib Pajak.
Wajib Pajak memahami ketentuan dan peraturan perundang
undangan di bidang perpajakan.
2) Kemampuan dalam mengisi SPT.
Kemampuan dalam mengisi SPT oleh Wajib Pajak dapat
menentukan seberapa paham dan mengerti Wajib Pajak akan
pengetahuan dan menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara terlebih dalam kejujuran perhitungan pajak.
3) Pemahaman pengertian penyelundupan pajak.
Penyelundupan pajak yang dimaksud adalah penggelapan pajak.
Pemahaman ini untuk mengetahui seberapa paham Wajib Pajak
tentang peraturan dan ketentuan perundang-undangan perpajakan
bahwa penggelapan pajak merupakan penghematan pajak secara
melawan hukum.
4) Minimnya tingkat pengetahuan Wajib Pajak.
Wajib Pajak yang memiliki pendidikan rendah berpeluang enggan
melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya
22
5) Tingginya tingkat pendidikan Wajib Pajak.
Wajib Pajak yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dianggap
sudah mengerti akan tanggungjawab, hak dan kewajiban sebagai
warga negara yang baik terutama dalam tanggungjawab sebagai
Wajib Pajak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan
dimungkinkan seseorang itu akan lebih bertanggung jawab, lebih
mengerti, lebih banyak menyerap pengetahuan, keterampilan,
kecakapan, pengalaman, serta lebih sadar akan hak dan
kewajibannya baik sebagai warga negara maupun sebagai warga
masyarakat. Pendidikan juga dipandang sebagai jalan untuk
mencapai kedudukan yang lebih baik di dalam masyarakat, makin
tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka makin besar
harapan untuk mencapai tujuan tersebut, Johanes (2011) dalam
Ernawati (2014).
Apabila dikaitkan dengan pembayaran pajak maka sudah
sewajarnyalah jika tingkat pendidikan masyarakat tinggi, kesadaran
untuk membayar pajak tersebut juga akan lebih baik dibandingkan
mereka yang berpendidikan lebih rendah. Bagi mereka yang
berpendidikan tinggi tentunya lebih mengerti dan lebih paham tentang
pentingnya membayar pajak sebagai salah satu kewajiban sebagai
23 G. Motivasi Wajib Pajak
1. Pengertian Motivasi
Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan, yang
berasal dari bahasa latin yakni “movere”. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut
merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan
tertentu (Istanto, 2010: 36). Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang
dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
Menurut kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan
Muhammad Ali, motif diartikan sebagai: Sebab-sebab yang menjadi
dorongan tindakan seseorang; dasar pikiran dan pendapat; sesuatu yang
menjadi pokok. Dari pengertian motif tersebut dapat diturunkan
pengertian motivasi sebagai sesuatu yang pokok, yang menjadi
dorongan bagi seseorang untuk bekerja (Arep, 2003: 12). Berbicara
tentang motivasi, maka yang hakiki pada setiap orang, menurut pakar
dari Barat, motivasi adalah Self concept realization, yaitu
merealisasikan konsep dirinya. Self concept realization bermakna bahwa seseorang akan selalu termotivasi jika: (1) ia hidup dalam suatu
cara yang sesuai dengan peran yang lebih ia sukai, (2) diperlakukan
sesuai dengan tingkatan yang lebih ia sukai, dan (3) dihargai sesuai
dengan cara yang mencerminkan penghargaan seseorang atas
24
Secara umum, keluhan/komplain cenderung lebih cepat muncul
daripada kepuasan. Atau secara psikologis perilaku manusia, perasaan
tak puas akan tercermin dalam pekerjaannya. Penelitian menunjukkan
bahwa jika satu orang merasa puas, ia akan menceritakan kepada tiga
orang lainnya. Sementara itu, jika satu orang merasa tak puas, maka ia
akan menceritakan kepada sepuluh orang lainnya. Oleh karena itu,
motivasi wajib dilakukan ketika perasaan tak puas muncul ke
permukaan (Arep, 2003).
Metode membangkitkan potensi diri seseorang dapat ditempuh
dengan memberikan penekanan pada: (1) manajemen fisik, yaitu
bagaimana secara fisik seseorang tetap segar dan sigap serta lincah
dalam bekerja, (2) manajemen intelektual, yaitu bagaimana seseorang
mengelola intelektualnya, sehingga kemampuan intelektual tersebut
tidak menjadi bumerang terhadap dirinya sendiri, (3) manajemen
rohani, yaitu bagaimana seseorang mengelola tingkat kedekatannya
dengan Tuhan dalam bekerja sehari-hari, (4) manajemen emosi, yaitu
bagaimana seseorang mengendalikan emosinya pada waktu yang tepat
tempat yang tepat, dan situasi yang tepat, dan (5) manajemen konflik,
yaitu bagaimana konflik yang terjadi tidak bermuara pada penurunan
kinerja, tetapi malah peningkatan kinerja (Arep, 2003).
Model motivasi yang dikembangkan oleh Abraham Maslow
sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut
25
kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi agar ia termotivasi untuk
bekerja. Menurut A.H Maslow (Arep, 2003) pada umumnya terdapat
lima hierarki kebutuhan manusia, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis (fisik), merupakan kebutuhan pertama dan
utama yang wajib dipenuhi pertama-tama oleh individu. Karena
dengan terpenuhinya kebutuhan ini orang dapat mempertahankan
hidup dari kematian. Kebutuhan utama inilah yang mendorong
setiap individu untuk melakukan pekerjaan apa saja karena ia akan
memperoleh imbalan, baik berupa uang maupun barang yang akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan utamanya.
2) Kebutuhan keamanan/perlindungan (safety needs). Setelah
kebutuhan pertama terpenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan
kebutuhan keamanan / perlindungan.
3) Kebutuhan akan kebersamaan (kebutuhan sosial), tiap manusia
senantiasa merasa perlu pergaulan dengan sesama manusia lain.
Selama hidup manusia di dunia ini tak mungkin lepas dari bantuan
pihak lain. Walaupun sudah terpenuhi kebutuhan pertama dan
kedua, jika ia tidak dapat bergaul dengan pihak lain, maka pasti ia
akan merasa sangat gelisah hidupnya.
4) Kebutuhan penghormatan dan penghargaan (kebutuhan harga diri).
Sejelek jeleknya kelakuan manusia, tetap mendambakan
26
melakukan pekerjaan/kegiatan yang memungkinkan ia mendapat
penghormatan dan penghargaan masyarakat.
5) Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri
sendiri. Inilah kebutuhan puncak paling tinggi, sehingga seseorang
ingin mempertahankan prestasinya secara optimal.
2. Indikator Motivasi
Menurut Purwoko (2008) dalam Istanto (2010), motivasi dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Motivasi intrinsik adalah motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, antara lain:
a) Sukarela, rela hati dalam melakukan kewajiban
perpajakannya.
b) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP, sebagai
identitas Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban
perpajakannya.
c) Pengabdian kepada Negara, secara tidak membantu
pemerintah dalam pembangunan nasional.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motif yang menjadi aktif karena
adanya rangsangan dari luar, antara lain:
a) Sosialisasi perpajakan, menambah pengetahuan Wajib
27
b) Sanksi perpajakan, membuat Wajib Pajak semakin tepat
waktu dalam melakukan kewajibannya.
c) Hadiah/penghargaan, menjadikan motivasi Wajib Pajak
dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
d) Fasilitas pelayanan, memberikan kepuasan kepada
Wajib Pajak selaku pelanggan.
e) Tarif pajak, memberi kesempatan Wajib Pajak untuk
menghitung jumlah pajaknya dengan benar.
Pajak merupakan sumber pendapatan Negara terbesar yang
hasilnya bisa dipergunakan untuk melaksanakan pembangunan nasional
yang bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Oleh karena
itulah, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak terus
menggalakkan berbagai program yang tujuannya untuk menyadarkan
para Wajib Pajak agar termotivasi lagi untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Selain itu, pemerintah juga terus meningkatkan
transparansi kepada masyarakat agar dapat meminimalisir penggelapan
pajak yang mungkin dilakukan oleh fiskus sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah (Ghania,
2010: 34).
Jika hal ini dikaitkan dengan Teori Maslow maka sesungguhnya
tidak ada jaminan bahwa seseorang yang berpenghasilan besar akan
lebih patuh pajak bila dibandingkan dengan yang berpenghasilan
28
berpenghasilan lebih besar akan lebih royal untuk membayar pajak
karena ia menganggap bahwa pajak hanya akan mengurangi sedikit dari
penghasilan yang diterimanya. Selain itu, ia pun akan menyadari jika ia
tidak ingin membayar pajak maka ia akan mendapatkan sanksi
perpajakan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan ia pun akan
menyadari bahwa pajak yang akan ia bayar nanti hasilnya akan
dinikmati sendiri dan orang lain meskipun tidak secara langsung. Maka
sebagai bentuk penghargaan fiskus kepada Wajib Pajak yang patuh
maka fiskus akan memberikan penghargaan kepada Wajib Pajak teladan
yang diharapkan mampu memotivasi Wajib Pajak lainnya agar berbuat
seperti itu.
H. Persepsi
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 1061) dalam
Octariani (2015: 17) persepsi adalah:
1. Tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; serapan.
2. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya.
Slameto (2010: 109) dalam Octariani (2015: 18) menyatakan bahwa:
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus
29
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui indera atau juga disebut sensoris stimulus merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang
berperan dalam persepsi dalam dikemukakan adanya beberapa faktor menurut
Walgito (2010: 101) dalam Octariani (2015: 18) yaitu:
1. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang
langsung mengenai syarat penerima yang bekerja sebagai reseptor.
Namun, sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
2. Alat indera, syarat, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan
respon diperlukan syaraf motoris.
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
30
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan
kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
I. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai Motivasi Wajib Pajak dalam membayar
pajak telah dilakukan oleh peneliti-peneliti. Fery Istanto (2010) melakukan
penelitian mengenai analisis pengaruh tentang pajak, kualitas pelayanan
pajak, ketegasan sanksi perpajakan, dan tingkat pendidikan terhadap
motivasi wajib pajak dalam membayar pajak studi pada wajib pajak yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran
Lama. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil penelitian bahwa hanya
tingkat pendidikan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
motivasi wajib pajak dalam membayar pajak dengan nilai signifikansi
0,743. Sedangkan variabel yang lain seperti pengetahuan tentang pajak,
kualitas pelayanan pajak, dan ketegasan sanksi perpajakan secara
individual berpengaruh terhadap motivas wajib pajak dalam membayar
pajak dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,014; 0,037;
0,002. Akan tetapi ketika dilakukan pengujian secara bersama-sama,
semua variabel berpengaruh secara signifikan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Ghania (2010) tentang analisis
pengaruh kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan
31
dalam memenuhi kewajiban perpajakan studi pada wajib pajak yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Kebayoran Lama dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Pasar Minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variable kecerdasan spiritual, kinerja pelayanan perpajakan, dan
modernisasi sistem administrasi perpajakan secara individual mempunyai
hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Riva Yusnira (2014) tentang pengaruh
pengetahuan pajak, persepsi penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual
terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
studi dikota Semarang Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan wajib pajak berdasarkan undang-undang pajak, persepsi
penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual memiliki pengaruh yang
positif terhadap taypayers motivasi ketika mereka harus memenuhi
kewajiban membayar pajak penghasilan. Uji regresi parsial (uji t)
menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang pajak, persepsi
penyelewengan pajak dan kecerdasan spiritual mempengaruhi taypayers
motivasi ketika mereka harus memenuhi kewajiban membayar pajak
penghasilan. Besarnya efek yang disebabkan oleh Adjusted R2 oleh tiga
Variabel bersama-sama 49,1% dari variabel dependen, 2 sedangkan 50,9%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian
32
Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2014) tentang pengaruh
tingkat pendidikan, pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus terhadap
kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bulukumba. Berdasarkan hasil
analisis data dengan bantuan SPSS 20 menunjukkan bahwa hasil uji
hipotesis secara parsial (t-test) membuktikan bahwa variabel tingkat
pendidikan (X1), tingkat pendapatan (X2), dan kualitas pelayanan fiskus
(X3) berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Caroko (2015) tentang pengaruh
pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan, dan sanksi pajak terhadap
motivasi wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak di KPP
Pratama Singosari. Berdasarkan pada hasil uji parsial diketahui bahwa
ketiga variabel bebas yang diujikan antara lain Pengetahuan pajak,
kualitas pelayanan perpajakan, dan sanksi perpajakan memiliki
pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel terikat
(motivasi wajib pajak).
Penelitian yang dilakukan oleh Gia Riessyta Damayanti (2015) tentang
pengaruh sanksi perpajakan dan sosialisasi perpajakan terhadap motivasi
membayar pajak bumi bangunan perkotaan dan pedesaan (PBB P2) di
Kelurahan Airlangga Kota Surabaya. Berdasarkan pada hasil uji
didapatkan bahwa kedua variabel mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Motivasi membayar Pajak Bumi Bangunan Perkotaan dan
pedesaan yaitu Sanksi Pajak Bumi Bangunan Perkotaan dan pedasaan
33
Penelitian yang dilakukan oleh Muchsin Ihsan (2013) tentang
pengaruh pengetahuan wajib pajak, penyuluhan pajak, kualitas pelayanan
pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak badan di
Kota Padang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan
Wajib Pajak, penyuluhan pajak, kualitas pelayanan pajak, dan
pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Badan di Kota Padang.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Melvin Titus Nugroho (2016)
tentang analisis hubungan persepsi pengetahuan pajak, persepsi kualitas
pelayanan, persepsi konsultasi account representative (AR) dengan
persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Sleman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk pengujiannya menggunakan uji
koefisien korelasi sederhana yang hasilnya persepsi pengetahuan pajak
memiliki hubungan positif yang cukup kuat dengan persepsi kepatuhan
wajib pajak orang pribadi, presepsi kualitas pelayanan account
representative memiliki hubungan positif yang cukup kuat dengan persepsi
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dan presepsi konsultasi account
representative memiliki hubungan positif yang cukup kuat dengan presepsi
kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Happy Kurniasari (2016) tentang
hubungan persepsi self assessment system, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang
34
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif persepsi self assessment
system, persepsi sosialisasi perpajakan, persepsi tingkat pendidikan
dengan persepsi kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Surakarta.
J. Kerangka Pemikiran
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa variabel
dependen yaitu persepsi motivasi Wajib Pajak dalam membayar
pajak, sedangkan variabel independen yaitu persepsi pengetahuan
perpajakan, persepsi kualitas pelayanan dan persepsi tingkat
pendidikan. Penjelasan variabel-variabel dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran diatas, berikut ini adalah kajian yang
dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Hubungan Persepsi Pengetahuan Perpajakan dengan Persepsi
Motivasi Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Pengetahuan perpajakan digunakan oleh Wajib Pajak
sebagai informasi pajak dalam melakukan tindakan pajak seperti Persepsi Motivasi Wajib Pajak Dalam Membayar
Pajak (Y) Persepsi Pengetahuan Perpajakan
(X1)
Persepsi Kualitas Pelayanan (X2)
35
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
jumlah pajak yang disetorkan. Pengetahuan Wajib Pajak mengenai
aturan dan ketentuan perpajakan yang berlaku diharapkan akan
meningkatkan motivasi Wajib Pajak, informasi yang dimiliki Wajib
Pajak akan mempengaruhi mereka terhadap motivasi Wajib Pajak,
semakin luas pengetahuan Wajib Pajak biasanya semakin besar
pula motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban
pajaknya (Istanto, 2010).
2. Hubungan Persepsi Kualitas Pelayanan dengan Persepsi Motivasi
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Kualitas pelayanan merupakan kemampuan suatu pihak
yang menawarkan manfaat kepada pihak lain yang pada dasarnya
tidak berwujud untuk memenuhi pangharapan dan kebutuhan dari
pihak lain. Kualitas pelayanan dalam hal ini pelayanan perpajakan
dapat mempengaruhi motivasi Wajib Pajak dalam membayar
pajak. Apabila kualitas pelayanan pajak yang diberikan oeleh
pegawai pajak kepada Wajib Pajak sangat baik, maka biasanya
memotivasi Wajib Pajak untuk membayar pajaknya juga semakin
36
3. Hubungan Persepsi Tingkat Pendidikan dengan Persepsi Motivasi
Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Pendidikan Wajib Pajak merupakan dasar pengetahuan
Wajib Pajak dalam merespon segala informasi. Tingkat pendidikan
Wajib Pajak yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat
lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan. Sudah sewajarnyalah jika tingkat
pendidikan Wajib Pajak tinggi, motivasi untuk membayar pajak
tersebut juga akan lebih baik dibandingkan Wajib Pajak yang
berpendidikan lebih rendah. Bagi Wajib Pajak yang berpendidikan
tinggi tentunya lebih mengerti dan lebih paham tentang pentingnya
membayar pajak sebagai salah satu kewajiban sebagai warga
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi empiris di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Purworejo. Teknik studi empiris adalah suatu cara atau metode yang
dilakukan yang bisa diamati oleh indera manusia, sehingga cara atau metode
yang digunakan tersebut bisa diketahui dan diamati juga oleh orang lain
(Sugiyono: 2013).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Purworejo yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman No.25,
Pangenjurutengah, Kec. Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merupakan waktu yang menunjukkan kapan penelitian
ini dilaksanakan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember
2016 sampai Maret 2017.
C. Subjek dan Objek Penelitian
38
2. Objek penelitian adalah persepsi pengetahuan perpajakan, persepsi kualitas pelayanan dan persepsi tingkat pendidikan dengan persepsi motivasi Wajib
Pajak dalam membayar pajak.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Persepsi Pengetahuan Perpajakan (X1)
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seorang Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Selanjutnya pemahaman tersebut diimplementasikan terhadap motivasi
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
2. Persepsi Kualitas Pelayanan (X2)
Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar
pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara
terus menerus.
3. Persepsi Tingkat Pendidikan (X3)
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
39 4. Persepsi Motivasi Wajib Pajak (Y)
Motivasi adalah Self concept realization, yaitu merealisasikan
konsep dirinya. Self concept realization bermakna bahwa seseorang akan selalu termotivasi jika: (1) ia hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan
peran yang lebih ia sukai, (2) diperlakukan sesuai dengan tingkatan yang
lebih ia sukai, dan (3) dihargai sesuai dengan cara yang mencerminkan
penghargaan seseorang atas kemampuannya.
E. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui penelitian langsung ke
KPP Pratama Purworejo untuk memperoleh data kuantitatif (Istanto, 2010).
Metode ini dilakukan dengan cara menggunakan instrumen kuesioner yang
akan disebarkan kepada responden (Wajib Pajak) pada KPP tersebut.
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh
pihak lain. Data sekunder berupa sejarah singkat dan profil KPP Pratama
Purworejo, serta dengan cara membaca dan mengutip baik secara langsung
maupun tidak langsung dari literatur-literatur yang berhubungan dengan
variabel penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
40
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2007: 199). Kuesioner dalam
penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang sudah
dievaluasi dan dilakukan perbaikan. Kuesioner yang disebarkan berisi
pernyataan-pernyataan yang bersifat tertutup. Kuesioner terdiri dari dua
bagian yaitu bagian pertama berisikan pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum untuk mendapatkan data tentang responden, dan bagian kedua
berisikan pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan variabel-variabel
penelitian untuk mendapatkan data penelitian.
G. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2007: 115), “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah 75.289 Wajib Pajak
Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Purworejo sampai dengan 31 Desember
2016.
Sampel adalah suatu prosedur di mana hanya sebagian populasi saja
yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang
dikehendaki dari suatu populasi (Siregar 2010: 145). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Menurut Siregar (2010: 148), convenience sampling adalah teknik penentuan
41
dan bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel atau peneliti memilih
orang-orang terdekat saja. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 100 Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di KPP Pratama
Purworejo. Hasil tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus Slovin
(Siregar, 2010: 149):
Keterangan: n = Sampel
N = Jumlah populasi = 75.289 orang e = Perkiraan tingkat kesalahan = 10%
H. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 58), variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
1. Variabel Independen
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
42
2007: 59). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi
pengetahuan perpajakan (X1), persepsi kualitas pelayanan (X2), dan
persepsi tingkat pendidikan (X3).
2. Variabel Dependen
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007: 59). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah persepsi motivasi Wajib Pajak dalam
membayar pajak (Y).
3. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel penelitian ini menggunakan skala Likert.
Menurut Siregar (2010: 138), “Skala Likert adalah skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang suatu objek atau fenomena tertentu”. Menurut Sugiyono (2007:
133), pengukuran dapat dilakukan dengan memberikan skala pada
masing-masing poin jawaban, yaitu:
a. SS merupakan jawaban Sangat Setuju diberi skor 5
b. S merupakan jawaban Setuju diberi skor 4