• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 17 ME.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 17 ME."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIK SISWA DI KELAS VII SMPNEGERI 17 MEDAN

Oleh: Betty Rumondang

NIM 4104111001

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri 17 Medan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr. Edi syahputra, M.Pd, sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

(4)

v

Medan, Ibu Elpi Dahniar, S.Pd, selaku guru Matematika SMP Negeri 17 Medan, serta guru-guru yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda A. Sagala (+), dan Ibunda M. Br. Situmorang tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, doa, semangat, motivasi, perhatian dan pengertian yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Unimed, terkhusus juga kepada, Bang Erwin, Kak Ika, Bang Dolly, Adik Indah dan keluarga besar yang senantiasa membantu serta memberikan dukungan dan semangat.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat dikala suka dan duka Adelina, Adriani, Adha, Doriani, Aziza, Fatuljannah dan teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas A Reguler 2010 yang telah banyak membantu, memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, Desember 2014 Penulis,

(5)

vi

2.1.4 Kemampuan Penalaran Matematik 14

2.1.5 Model Pembelajaran Think-Talk-Write 17

2.1.5.1 Model Pembelajaran 17

2.1.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif 19

2.1.5.3 Model Pembelajaran Think-Talk-Write 25

2.1.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran TTW 28

2.1.5.5 Alur Pembelajaran TTW 32

2.1.5.6 Hubungan Penalaran Matematik Dengan Model Pembelajaran

Think-Talk-Write ( TTW) 32

(6)

vii

2.3 Kerangka Konseptual 41

2.4 Hipotesis Penelitian 42

BAB III METODE PENELITIAN

4.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 43

4.2.1 Subjek Dan Objek Penelitian 43

3.2.1 Subjek Penelitian 43

3.4.1.2 Perencanaan Tindakan I 44

3.4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 45

3.4.1.4 Observasi I 45

3.4.1.5 Analisis Data I 46

3.4.1.6 Refleksi I 46

3.4.2 Siklus II 46

4.5.1 Instrumen dan Alat Pengumpulan Data 47

3.5.1. Tes 47

3.8.1 Analisis Data Kemampuan Penalaran Matematik 49

3.8.2 Persentase Ketuntasan Klasikal 51

3.8.3 Analisis Hasil Observasi 51

3.8.4 Analisis Hasil Angket 52

4.9.1 Paparan Data 53

(7)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 55

4.1.1 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 55

4.1.1.1 Permasalahan I 55

4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 60

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 62

4.1.1.4 Observasi I 64

4.1.1.5 Analisis Data I 65

4.1.1.5.1 Paparan Data 65

4.1.1.5.1.1 Analisis Data dan Observasi Kegiatan Guru dan Siswa 65

4.1.1.5.1.2 Analisis Data Tes Keampuan Penalaran I 68

4.1.1.5.1.3 Analisis Data Angket Respon Siswa 75

4.1.1.6 Refleksi I 76

4.1.2 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Siklus II 77

4.1.2.1 Permasalahan II 77

4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan 78

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 79

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 94

5.2 Saran 95

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 23

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran TTW 29

Tabel 3.1. Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap 50

Tabel 3.2 Kriteria Kemampuan Penalaran 50

Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Belajar 51

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Observasi 52

Tabel 3.5 Kriteria Respon Siswa 53

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 55

Tabel 4.2 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Awal 56

Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus I 66 Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Pembelajaran Siswa Siklus I 67 Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Penalaran I 69 Tabel 4.6 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Penalaran I 70 Tabel 4.7 Hasil Uji Validasi Tes Kemampuan Matematik Siswa I 75 Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa Siklus I 75 Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus II 83 Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siswa Siklus II 84 Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Penalaran II 86 Tabel 4.12 Hasil Uji Validasi Tes Kemampuan Matematik Siswa II 86 Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa Siklus II 87 Tabel 4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Penalaran Siswa Pada Tes Awal

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jawaban Siswa Pada Tes Awal Nomor 1 5

Gambar 1.2 Jawaban Siswa Pada Tes Awal Nomor 2 5

Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Think-Talk-Write 32 Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 46 Gambar 4.1 Diagram Tingkat Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada

Tes Diagnostik 56

Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada

Tes Penalaran I 69

(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 98 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 111

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa 1Siklus I 118

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa 2 Siklus I 121

Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 1 Siklus II 124

Lampiran 6 Kisi-Kisi Tes Awal 127

Lampiran 7 Tes Awal Penalaran Matematik 128

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Tes Awal 127

Lampiran 9 Pedoman Penskoran Tes Awal 131

Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematik 133 Lampiran 11 Tes Kemampuan Penalaran Matematik I 134 Lampiran 12 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematik I 136 Lampiran 13 Tes Kemampuan Penalaran Matematik II 139 Lampiran 14 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematik II 141 Lampiran 15 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik 144

Lampiran 16 Kisi-Kisi Angket Respon 146

Lampiran 17 Angket Respon Siswa 147

Lampiran 18 Lembaran Validasi Tes Awal 149

Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran I 152 Lampiran 20 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran II 155

Lampiran 21 Lembar Validasi Angket Respon 158

Lampiran 22 Lembar Observasi Guru Pertemuan I Siklus I 167 Lampiran 23 Lembar Observasi Guru Pertemuan II Siklus I 169

Lampiran 24 Lembar Observasi Guru Siklus II 171

Lampiran 25 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I 173 Lampiran 26 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan II 175

Lampiran 27 Lembar Observasi Siswa Siklus II 177

Lampiran 28 Daftar Nama Siswa 179

(11)

xii

Lampiran 30 Analisis Hasil Tes Kemampuan Awal 181

Lampiran 31 Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran I 183 Lampiran 32 Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus I 185 Lampiran 33 Reabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus I 187 Lampiran 34 Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran II 189 Lampiran 35 Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus II 191 Lampiran 36 Reabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus II 193 Lampiran 37 Skor Kemampuan Penalaran Matematik Siswa 195 Lampiran 38 Grafik Peningkatan Tes Penalaran Matematik Siswa 196 Lampiran 39 Deskripsi Persentase Kemampuan Penalaran Siswa 197 Lampiran 40 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Siklus I 198 Lampiran 41 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Siklus II 200 Lampiran 42 Daftar Nama-Nama Kelompok Siswa 202

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap lingkungan alam sekitarnya.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu titik berat pembangunan di bidang pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global. Suatu pendidikan dikatakan bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif dan menghasilkan individu-individu atau sumber daya manusia yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa. Pendidikan satu-satunya wadah kegiatan yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Sumber daya manusia yang bermutu ditandai dengan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan handal dalam beradaptasi untuk menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat dan memiliki kemampuan mengusai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

(13)

2

“Ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan : (1)sarana berfikir yang jelas dan logis, (2)sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3)sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5)sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Menurut pemaparan Liebeck (dalam Abdurrahman, 2009:253) “ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematik (mathematics calculation) dan penalaran matematik (mathematics reasoning)”.

Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika.Depdiknas (dalam Shadiq, 2004:3) menyatakan bahwa matematika dan penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dapat dipahami dan dilatih melalui belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal tersebut senada dengan penjelasan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009:14) yang menyatakan indikator-indikator penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain:

“(1) kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, dan gambar; (2) kemampuan melakukan memanipulasi matematik; (3) kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen; (4) kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan”.

(14)

3

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2009:252) bahwa:

“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar, dan lebih–lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Karena siswa merasa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya kemampuan penalaran matematik siswa akan mempengaruhi kualitas belajar siswa, yang berdampak pula pada rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah. Hal ini terlihat dari prestasi siswa dalam belajar matematika memberikan hasil yang kurang menggembirakan, yang ditunjukkan dengan rendahnya prestasi siswa Indonesia dalam matematika yang diungkapkan oleh hasil tes PISA 2006 yang menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 52 dari 57 negara.

Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay.

Kemampuan rata-rata peserta didik Indonesia pada tiap dominan ini masih jauh di bawah negara tetangga Malaysia, Thailand dan Singapura. Rata-rata persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah pada domain kognitif pada level penalaran (reasoning) yaitu 17%. Rendahnya kemampuan matematika peserta didik pada domain penalaran perlu mendapat perhatian.

(15)

4

lainnya berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Dengan tingkat kemampuan sangat tinggi terdapat 0 orang (0%), 5 orang (15,625%) siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 0 orang (0%) kemampuan cukup, 19 orang (59,375%) siswa yang memiliki kemampuan kurang, dan 8 orang (25%) memiliki tingkat kemampuan sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam penalaran.Ini terlihat dalam mengerjakan tes diagnostik dengan materi bilangan bulat, siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan.

Berikut adalah soal yang dipakai untuk tes diagnostik kemampuan penalaran matematik siswa dengan materi bilangan bulat:

1. Rumah Rina berada 5 km di sebelah kanan dari sekolah dan rumah Susi berada 3 km disebelah kiri dari rumah Rina. Jika sekolah berada di titik nol pada garis bilangan, gambarkanlah pada garis bilangan tersebut! 2. Dalam suatu pertandingan, seorang anak bermain sebanyak 6 kali dan

memperoleh skor masing-masing tiap pertandingan sebagai berikut -20, 80, -70, x, -60, dan 80. Total skornyayang diperoleh adalah 50. Berapakah nilai skor yang keempat (x) ?

3. Periksalah kebenaran dari penyelesaian soal di bawah ini. Jika tahap-tahap penyelesaian soal tersebut ada yang salah, berikan jawaban yang benar menurut anda.

2 + (-5) = -3 -5 + 2 = 7 2 + (-5) -5 + 2

4. Jika a dan b adalah dua bilangan bulat, dimana a = 5, b = 4. Berapakah a + b dan b + a serta a – b dan b – a? Berikan kesimpulkan dari jawaban yang kamu peroleh!

(16)

5

Gambar 1.1 Jawaban siswa pada tes awal nomor 1 dan nomor 2

Selain itu, siswa kurang memahami maksud dari soal yang diberikan sehingga tidak dapat memeriksa kesahian suatu argumen dan siswa tidak dapat menarik kesimpulan.

.

Gambar 1.2 Jawaban siswa pada tes awal nomor3 dan nomor 4

(17)

6

kesimpulan dari pernyataan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Pada kesempatan tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 17 Medan (Ibu Elpi Dahniar, S.Pd) mengatakan :

“siswa masih kurang mampu untuk mengerjakan soal–soal yang diberikan. Soal–soal yang gampang maupun soal yang susah. Banyak siswa masih kurang mampu menerjemahkan soal–soal yang diberikan guru kedalam bentuk matematika sehingga tidak mampu menjawab soal tersebut”.

Trianto (2011:1) menyatakan bahwa salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini Nampak rerata hasil belajar hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Pada pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru

“teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif”.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang bermakna yang melibatkan peran siswa secara aktif. Salah satu pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan penalaran adalah pembelajaran think-talk-write. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Huinker dan Laughlin (dalam maula, 2012) bahwa :

Model pembelajaran think-talk-write (TTW) membangun pemikiran, merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis.Alur model pembelajaran think-talk-write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta didik menulis.

TTW dalam pelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang pada

dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara dan menulis. Secara garis besar alur TTW dalam pelajaran matematik dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir

(18)

7

matematik (think), selanjutnya berbicara dengan membagi ide (sharing) dengan temannya (talk) untuk menyelesaikan masalah/soal matematik tersebut, lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 orang. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama teman, kemudian mengungapkan /menuliskan kembali hasil diskusi melalui tulisan (write).

Peranan dan keutamaan TTW serta tugas-tugas yang dilakukan guru dan siswa dalam menggunakan pembelajaran ini, secara rasional diharapkan bahwa pembelajaraan TTW dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Ini berarti dalam proses pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi tekanan pada terampil menghitung. Perhatian khusus juga harus diberikan pada bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan pembelajaran yang merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya. TTW ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Sedangkan melalui TTW ini siswa diharapkan belajar dengan cara mengalami bukan menghapal sehingga memungkinkan para siswa memahami arti pelajaran yang mereka pelajari.

Dari hasil diagnostik yang dilakukan, diperoleh kemampuan penalaran matematik siswa masih sangat rendah, dimana siswa masih terbiasa dengan kebiasaan menghafal materi sehingga tidak mampu menggunakan penalarannya untuk memecahkan suatu masalah. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write. Dimana dengan model think-talk-write ada tiga tahap yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa yaitu berfikir (think), berbicara (talk), dan menulis ( write).

(19)

8

bilangan bulat, khususnya soal dalam bentuk cerita. Siswa mengalami kesulitan untuk memahami bentuk permasalahan dan cara penyelesaian soal dalam bentuk cerita tersebut.

Bertitik tolak dari hal diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri 17 Medan.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Siswa menganggap matematika sulit 2. Rendahnya hasil belajar matematik siswa

3. Kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah 4. Pembelajaran matematik masih didominasi oleh guru 1.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, serta mengingat masalah tersebut harus dipecahkan berdasarkan uregensinya maka penelitian ini terbatas pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write untuk meningkatkan penalaran matematik siswa pada materi bilangan

bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

(20)

9

2. Bagaimana efektifitas pembelajaran model think-talk-write terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP

Negeri 17 Medan.

2. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pembelajaran model think-talk-write terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa pada

pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan. 1.6 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat yang berarti yaitu :

1. Bagi guru : sebagai bahan masukan untuk dapat memahami dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi siswa : melalui penerapan model pembelajaran tipe think-talk-write diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa khususnya pada materi bilangan bulat.

3. Bagi sekolah : dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran guna meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama dibidang matematika.

(21)

10

1.7 Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write untuk meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa

diKelasVII SMP Negeri 17 Medan.

1. Kemampuan penalaran dalam matematik adalah suatu kemampuan mengunakan aturan, sifat atau logika matematik (berpikir induktif dan deduktif) untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar. Adapun Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, kemampuan melakukan memanipulasi matematika, kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen, dan kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.

(22)

94 . BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan hasil observasi dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write, kemampuan penalaran matematik siswa pada materi bilangan bulat kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dari siklus I ke siklus II. Pada tes awal, diperoleh 5 orang siswa (15,625%) yang mencapai kentuntasan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh 17 orang siswa (53,125%) yang mencapai kentuntasan dengan nilai rata-rata 2,445. Selanjutnya, setelah dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II diperoleh 28 orang siswa (87,50%) yang mencapai kentuntasan dengan nilai rata-rata 3,07. Ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan.

(23)

95

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran matematika disarankan guru menggunakan Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan penalaran matematik siswa.

2. Kepada siswa SMP Negeri 17 Medan khususnya siswa yang berkemampuan penalaran matematik rendah agar lebih banyak berlatih, membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk dalam kelompok jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi tersebut ikut terlibat sehingga akan memudahkan guru dalam penguasaan kelas. Hal ini dikarenakan dengan adanya penguasaan kelas yang baik maka diharapkan pembelajaran dengan Model pembelajaran think-talk-write (TTW) dapat berlangsung dengan efektif dan dapat

(24)

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta Jakarta.

Ansari, B.I., (2009), Komunikasi Matematika (Konsep dan Aplikasi), Penerbit Pena, Banda Aceh.

Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.

Debdikbud, (2013), Matematika Kelas VII, Kurikulum 2013, Politeknik Negeri Media Kreatif, Jakarta

FMIPA Unimed., (2010), Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed, Medan.

Isjoni, (2011), Cooperatif Learning, Alfabeta, Bandung.

Maula, (2012), http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/01model-pembelajaran Think-Talk-Write-ttw.html (diakses tanggal 22 Januari 2014).

Nurkancana, W., (1986), Menjadi Guru Profesional, Bumi Aksara, Jakarta.

Rochmad, (2008), Teori Belajar vygotsky, http://rochmad-unesblogspot.com (diakses tanggal 20 Mei 2014)

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran, Grafindo, Jakarta

Sanjaya, Wina.,(2008), Kurikulum Dan Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta.

Setyono, (2008), http://setyono.blogspot.com/2008/07/bab-ipendahuluan_09.html (diakses Tanggal 20 Mei 2014)

Shadiq, F., (2004), Pemecahan Masalah, Penalarann dan Komunikasi. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar tanggal 6-19 Agustus di PPG Matematika.

Shadiq, F., (2007), Penalaran atau Reasoning. Mengaapa Perlu Dipelajari Para Siswa di Sekolah ?. http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/ok-penalaran gerbang.pdf

(25)

97

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta

Sukino, Wilson, S. (2007), Matematika Untuk SMP Kelas VII, Erlangga, Jakarta Sumaryono, E., (2012), Dasar-Dasar Logika, Kanisius, Yogyakarta

Suprijono, A., (2009), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta

Trianto, (2011), Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, kencana, Jakarta

Gambar

Gambar 1.2 Jawaban Siswa Pada Tes Awal Nomor 2
Gambar 1.2 Jawaban siswa pada tes awal nomor3 dan nomor 4

Referensi

Dokumen terkait

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan

Lanjut usia yang merasa putus asa dengan kehidupannya di hari tua berarti lanjut usia tersebut tidak mempunyai citra diri yang positif dan juga rasa optinmis dalam dirinya

Lembar Kerja Peserta Didik ( LKPD ) yang diterbitkan umumnya berisi pertanyaan yang untuk menjawabnya hanya dibutuhkan kemampuan kognitif. Model LKPD ini,

Hasil penilaian rata-rata dari pengujian kegunaan aplikasi yang dilakukan oleh 15 responden menghasilkan rata-rata penilaian mencapai skala 4.7 bahwa aplikasi ini

Berdasarkan ketiga tahapan dalam pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata di Desa Sukawening dapat dikatakan bahwa masyarakat mulai memiliki semangat dan

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

Maju Jaya Berkarya masih merekap data penjualan kedalam buku penjualan maka dari itu peneliti akan membuat program penjualan barang dengan menggunakan bahasa pemograman PHP

Fotografi digital tidak membuat foto yang jelek menjadi bagus, tetapi untuk memperoleh tampilan terbaik dari sebuah foto yang baik.. Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka