• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU MELALUI SOSIOMETRI DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2017-2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN KEPALA MADRASAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU MELALUI SOSIOMETRI DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2017-2018 SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2017-2018

SKRIPSI

Oleh:

Dina Ilma Hadiana T20153083

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

MANAJEMEN PENDIDIKANISLAM

JUNI 2019

(2)

PERAN KEPALA MADRASAH

DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU MELALUI SOSIOMETRI

DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2017-2018

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan Kependidikan Islam

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

Dina Ilma Hadiana NIM. T20153083

Disetujui Pembimbing

RIF’AN HUMAIDI, MP.d NIP. 19790531 200604 1 016

(3)

TAHUN AJARAN 2017-2018

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Kependidikan Islam

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Hari : Kamis Tanggal : 27 Juni 2019

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. H. Mashudi, M,Pd. Mochammad Zaka Ardiansyah, M.Pd.I NIP. 19720918 200501 1 003 NIP. 19740926 199403 1 001

Anggota :

1. Dr. H. Ubaidillah, M. Ad ( )

2. Rif’an Humaidi, M.Pd. I ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd. I NIP. 196405111999032 001

(4)
(5)
(6)

َلِإ ِتَنَمَْلْا اوُّدَؤُ ت ْنَأ ْمُكُرُمْأَي َهَّللا َّنِإ اَََُُْْْْ ْنَأ ِِ َّنلا ََْْ َ ْمََََُُْْ اََِإَو ََِلَْْأ

ِلْدَعْل َِ

ِهَِ ْمَُُظِعَي َِّْعِن َهَّللا َّنِإ

ج

اًرْ يِصََ ًعْ يَِسَ َن َك َهَّللا َّنِإ

ىلق

Artinya:”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’:58)1

1Al- Jumanatul Ali, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: J-ART), 67.

(7)

persembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan semangat dan pengorbanan yang tiada habisnya

2. adik saya Devi Marla Hadiana dan M. Raju Mulku Fahmu Amru yang selalu menjadi penyemangat

3. Bapak Rif’an Humaidi selaku dosen pembimbing yang sudah menyalurkan ilmunya kepada saya

4. terimakasih untuk sahabat seperjuangan yang selalu mendukung dan memberikan konstribusi pemikiran pada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir saya

(8)

KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا للها مسب

Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi yang berjudul “Peran Kepala Madrasah dalam Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Melalui Sosiometri di MTsN 4 Jember” sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor IAIN Jember yang selalu memberi semangat hingga sekarang.

2. Ibu Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Jember yang selalu memberikan arahan serta bimbingan dalam program perkuliahan yang kami tempuh.

3. Bapak Nuruddin, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam IAIN Jember yang selalu memberikan arahan dalam program perkuliahan yang kami tempuh.

4. Bapak Rif’an Humaidi, M.Pd. yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Drs. Syaiful Anwar, M.Pd. kepala Madrasah dan sebagai informan yang membantu dan memberikan izin dalam pembuatan skripsi ini.

(9)

penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT. Skripsi ini jauh dari kata sempurna maka dibutuhkan kritik dan saran guna untuk memperbaikinya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya, sehingga dapat memberikan khazanah keilmuan.

Jember, 29 Mei 2019

Dina Ilma Hadiana NIM. T20153083

(10)

Dina Ilma Hadiana, 2019: Peran Kepala Madrasah dalam Peningkatan Kompetensi Profesionalisme Guru Melalui Soometri di MTsN 4 Jember

Peran kepala madrasah dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru di MTsN 4 jember ini dilakukan melalui sosiometri yakni cara yang dilakukan kepala sekolah untuk mengetahui kritik saran dari siswa mengenai pembelajaran selama di dalam kelas yang tujuannya untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dalam melaksanakan kewajibannya.

Fokus penelitian yang dalam penelitian ini ialah meliputi: 1)Bagaimana peran kepala madrasah sebagai manajer dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri di MTsN 4 Jember Tahun ajaran 2018/2019 2)Bagaimana peran kepala madrasah sebagai inovator dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri di MTsN 4 Jember Tahun ajaran 2018/2019 3)Bagaimana peran kepala madrasah sebagai leader dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri di MTsN 4 Jember Tahun ajaran 2018/2019

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran kepala madrasah sebagai manajer, inovator, leader dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri di MTsN 4 Jember.

Untuk mengidentifikasi fokus masalah tersebut, maka pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pendekatannya menggunakan jenis study kasus.

Sesuai dengan jenis penelitian tersebut pengumpulan data menggunakan Observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisisnya menggunakan analisis Miles And Huberman, Penentuan subjek penelitian menggukan Purposive sampling, sedangkan untuk pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitiannya adalah: 1) peran kepala madrasah dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru di madrasah dilakukan dengan bekerja sama dengan seluruh pihak guru untuk meningkatkan kualitas nya melalui sarana yang sudah di persiapkan oleh kepala madrasah dengan mengadakan rapat setiap 2 minggu sekali untuk mengevaluasi hasil sosiometri 2) pelaksanaan sosiometri ini dilakukan setiap 1 semester untuk mengetahui kritik saran dari siswa yang nantinya dapat dijadikan bahan untuk perbaikan 3)tindak lanjut dari sosiometri ini yaitu mengikutsertakan guru untuk mengikuti kegiatan yang menunjang pembelajaran menjadi lebih baik.

(11)

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Istilah ... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 16

A. Penelitian Terdahulu ... 16

B. Kajian Teori ... 21

(12)

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 50

B. Lokasi Penelitian ... 51

C. Subyek Penelitian... 51

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Analisis Data ... 54

F. Keabsahan Data ... 57

G. Tahap-tahap Penelitian... 58

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 59

A. Gambaran Objek Penelitian ... 59

B. Penyajian Data dan Analisis ... 68

C. Pembahasan Temuan ... 76

BAB V PENUTUP ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

Pradhan sebagaimana dikutip UNESCO dalam buku Global Education Monitoring Report Accountability in Education, sebuah negara disebelah selatan afrika barat kehilangan lebih dari 50 hari bersekolah setiap tahunnya karena penutupan sekolah. Rata-rata hari pertahun guru-guru tidakhadir, karena sinegal 2007-2008, sekolah ditutup karena berbagai alasan 3.5%, ketidak hadiran guru 11.6%, ketidakhadiran untuk tugas administrasi 4.7%, sekolah ditutup pada bulan juni-juli 31.2%, kurangnya sumber daya untuk membuka sekolah 18.1%, mogok kerja 10.7%. 1

Tahun 2013 Indonesia hampir dari setengah ketidakhadiran guru dibebaskan dari waktu untuk belajar, rata-rata perhari guru absen tidak hadir karena sebab: tugas-tugas terkait pengajaran resmi1.2%, resmi tidak mengajar 1.3% di tempat yang telah ditugaskan, kurang sehat/sedang sakit-sakitan 6.7%, merawat orang sakit 2.3%, belajar 18.1%, belum datang/ tidak tepat waktu 1%, pulang lebih awal 1.3%, tidak mengetahui tugasnya 1.6%, dan karena sebab lain.2

MTsN 4 Jember dalam meningkatkan kompetensi profesionalime guru ada beberapa sebab yang terjadi, sehingga membuat kepala sekolah perlu meningkatkan kompetensi profesionalisme guru antara lain, keterlambatan guru ketika masuk jam pelajaran, kurangnya kreativitas guru dalam mengajar

1 Pradhan, Global Education Monitoring Report Accountability in Education, (Paris: UNESCO, 2017), 69.

2Ibid., 69.

(14)

sehingga siswa bosan saat pembelajaran, dan guru yang memberikan soal tanpa menjelaskan terlebih dahulu.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui dan meneliti peran kepala madrasah dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru, yakni dengan membina setiap guru untuk selalu mengikuti kegiatan yang mendukung pembelajaran sehingga hal itu dapat memberikan efek positif kepada segenap guru dan pelaksanaan pembelajaran mampu berjalan efektif dan efisien.

Kepala madrasah di MTsN 4 Jember lebih mengedepankan mufakat untuk menyelesaikan atau memecahkan setiap persoalan di MTsN 4 Jember, sehingga ada kerja sama yang maksimal.3

Sosiometri merupakan alat yang digunakan kepala madrasah untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru di MTsN 4 Jember, dimaksudkan agar program kepala madrasah ini, guru jadi mengetahui hal yang disukai siswa dalam pembelajaran dan dalam hal yang harus diperbaiki oleh guru selama mengajar. Dengan adanya sosiometri inilah yang nantinya memberikan perubahan terhadap kualitas profesional guru dari tahun ke tahun.4

Menariknya sosiometri ini bersifat kolaboratif artinya kepala sekolah tidak hanya menilai secara sepihak namun sosiometri ini dilaksanakan dengan mengikutsertakan seluruh pendapat dari semua siswa, dengan cara mendengar berbagai pendapat mereka saat dalam proses pembelajaran. Selain itu, sosiometri ini memang tidak semua madrasah menerapkannya. Oleh karena itu

3 Observasi, Peran Kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Jember, 19 Februari 2019.

4 Observasi, Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer di MTsN 4 Jember, 19 Februari 2019.

(15)

peneliti merasa tertarik ingin mengetahui mengenai peran kepala sekolah sebagai leader, manajer, dan inovator untuk bisa menciptakan tenaga pendidik yang profesional.

Profesionalisme guru juga tercantum dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, diungkapkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.5 Dengan definisi di atas sudah jelas bahwa pendidikan sebagai jalur untuk mengembangkan individu demi tercapainya kesejahteraan pribadi, masyarakat, dan negara.6

Tujuan pendidikan nasional tersebut harus menjadi tolak ukur institusi pendidikan diseluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia dalam menentukan tujuan pendidikannya, bukan hanya dituntut untuk fokus pada mutu pendidikan, tetapi harus menjadi agen budaya mutu karena pendidikan merupakan lembaga yang harus menyelenggarakan suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, dan

5 UU Sistem Pendidikan Nasional: UU RI NO 20 Tahun 2003 (Jakarta: Refadsi Sinar Grafika, 2014), 7.

6Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), 48.

(16)

kawah candra di muka untuk menciptakan generasi yang saleh sebagai pelopor proses pembudayaan dan pemberdayaan.7

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.

Indikator kepala sekolah efektif secara umum dapat diamati dari tiga hal pokok sebagai berikut: pertama komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya, kedua menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, ketiga senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran dan kinerja guru di kelas (greenfield) hal tersebut dapat dipahami karena proses kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan.8

Kepemimpinan tidak hanya berhubungan dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan, dan kewibawaan seseorang, tetapi berhubungan juga dengan keuletan, kesabaran, serta kekuatan jasmani dan rohani. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan kepemimpinan terdapat berbagai ujian,

7Abd. Muhith, Dasar- Dasar Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan (Yogyakarta: Samudra Biru, 2017), 105-106.

8E Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012),19.

(17)

hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan secara internal ataupun eksternal. Terlebih lagi, kepemimpinan yang berkaitan dengan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan tertentu demi pencapaian tujuan.9

Perilaku individu dalam organisasi adalah sikap dan tindakan tingkah laku dari ungkapan kepribadian seseorang, persepsi dan sikap jiwanya yang dapat mempengaruhi dirinya dan organisasinya. selain seorang pemimpin banyak yang bisa mempengaruhi kemajuan dalam organisasi yakni anggota organisasi, manajer, maupun konsultan luar. akan tetapi peran pemimpin di sini sangatlah penting karena pemimpin adalah pembuat kebijakan.

Jika seorang pemimpin telah mampu memposisikan dirinya sebagai seorang inovator maka ia mampu mengembangkan prilaku anggota organisasi, misalnya memberikan motivasi kepada anggota organisasi atau sekolah baik itu kepada sesama guru, siswa dan anggota-anggota yang terlibat dalam sekolah untuk mengembangkan kepribadian, memberikan reward, memberikan kesempatan mereka untuk melakukan sesuatu untuk organisasi.

dan lain sebagainya yang kesemuanya akan bermuara pada kepercayaan diri, kebanggaan, kebahagiaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan rasa ikut memiliki organisasi. Sedangkan untuk pengembangan pemimpin ia dapat menghasilkan ide-ide, mengkombinasikan ide-ide lama dengan ide-ide baru

9Tatang, Supervisi Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), 16.

(18)

atau mungkin dapat bertindak sebagai katalisator guna mengembangkan dan menerapkan inovasi-inovasi.10

Dengan berbagai upaya yang dilakukan seorang pemimpin juga hendaknya tidak serta merta merubah apa yang menurut pemikiran nya kurang mampu memberikan konstribusi kepada organisasi, akan tatapi juga harus memperhatikan faktor-faktor yang lain, diantaranya faktor komunikasi (baik komunikasi program, proses, monitoring, dan evaluating), sosiologis, psikologis dan historis yang melingkupi organisasi sehingga pada saat seorang pemimpin melakukan perubahan tidak akan terjadi gejolak yang besar di antara para anggota organisasi. Intinya seorang pemimpin harus memperhatikan apa yang ada dan terjadi di sekitarnya, memahami tuntunan anggota dan masyarakat di sekitarnya, mampu mengkomunikasikan apa yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di antara pemimpin dan anggotanya yang akan merugikan organisasinya.11

Perbedaan antara profesi guru dengan profesi lainnya terletak dalam tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggungjawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang di syaratkan untuk memangku profesi tersebut. Usman menyatakan bahwa, guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

Oleh karena itu setiap guru pada suatu lembaga pendidikan harus memiliki berbagai ketentuan atau syarat-syarat untuk menjadi seorang guru.

10 Imam Suprayogo, Kepemimpinan Pengembangan Organisasi Team Building dan Perilaku Inovatif (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2008), 103-104.

11Ibid., 105.

(19)

Salah satu syarat tersebut adalah memiliki kompetensi (kemampuan) untuk melaksanakan kegiatan pengajaran dan pendidikan dengan optimal.

Mulyasa mengemukakan bahwa kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku- perilaku kognitif afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen, juga disebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi itu sendiri merupakan kemampuan dalam menguasai pengetahuan mengenai pendidikan dan memiliki berbagai macam keterampilan baik secara IPTEK maupun non IPTEK, serta harus memiliki perilaku yang luhur karena guru merupakan panutan peserta didik. Kompetensi itu sendiri terdiri dari empat kompetensi yaitu profesional, pedagogik, kepribadian dan sosial.12

Hakikatnya kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah selain mempengaruhi, kepala sekolah dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam perbaikan mutu baik itu mutu di sekolah maupun guru sebagai pemegang masa depan siswa dalam hal ini jika dikaitkan dengan firman Allah SWT dalam Q.S Al-Isra ayat 84 sebagai berikut:

12Imron Fauzi, Etika Profesi Keguruan, (Jember: Delta Fotocopy Digital,2017), 102.

(20)

ِهِتَلِكاَش ىَلَع ُلَمْعَ ي ٌّلُك ْلُق ًلْيِبَس ىَدْهَأ َوُه ْنَِبِ ُمَلْعَأ ْمُكُّبَرَ ف

ىلق

Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. 13

Ayat di atas menjelaskan bahwa kepala sekolah berkewajiban sebagai pemimpin yang harus memberikan perubahan bagi setiap anggota di sekolah sesuai dengan usaha apa yang telah dilakukan.

Kriteria keberhasilan manajemen mutu terpadu pendidikan adalah produktivitas pendidikan yang dapat diukur dari sudut efektivitas dan efisiensi, Efektifitas dapat digambarkan dengan sejauhmana tingkat output yang diinginkan tercapai, Sedangkan, Efisiensi didefinisikan sebagai tingkat output yang diinginkan dengan kemungkinan biaya yang paling rendah.

Dengan kata lain, efisiensi adalah efektifitas dengan keperluan tambahan yang ingin dicapai dengan menempuh kemungkinan cara yang termurah.

Peningkatan mutu sekolah dengan manajemen yang efektif, efisien, dan produktifitas dalam mencapai sasaran tujuan pendidikan dengan mendasarkan pada pengelolaan kurikulum ditujukan untuk menciptakan lulusan (output) yang memiliki kompeten dalam membangun kehidupan diri sendiri, masyarakat bangsa, dan negaranya yang ditandai dengan perwujudan kebiasaan berpikir dan bertindak siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat.14

13 Al-Jumantul Ali, Al-Quran dan Terjemah (Bandung: J-ART, 2005), 291.

14 Aminatul Zahroh, Total Quality Manajemen: Teori dan Praktek manajemen Untuk Mendongkrak Mutu Pendidikan(Yogyakarta: Ar- Ruzz Media,2014), 150-154.

(21)

Terkait peran kepala madrasah sebagai leader dalam memimpin dengan semaksimal mungkin mengoptimalkan kinerjanya, memberikan pengaruh, arahan, serta perintah yang baik, yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat perbaikan mutu di MTsN 4 Jember dan output (siswa) yang berkualitas, dalam hal ini inovasi-inovasi yang dimunculkan oleh kepala madrasah begitu di lembaga yakni dengan mengadakan adanya program sosiometri yang diikuti oleh siswa dalam pengisiannya sehingga dari sana kepala sekolah mengetahui apa yang menjadi keluhan pada setiap murid di madrasah selama pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti mengangkat judul “Peran Kepala madrasah Dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Guru melalui sosiometri di MTsN 4 Jember Tahun Ajaran 2018/2019”

B. Fokus Penelitian

Fokus masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui proses penelitian. Fokus penelitian harus disusun secara jelas, singkat, tegas, spesifik, operasional yang dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.15

Adapun masalah-masalah dalam penelitian ini difokuskan sebagai berikut:

15 Tim Penyusun, Pedoman Karya Ilmiah IAIN Jember, (Jember: IAIN Jember Press, 2017), 44.

(22)

1. Bagaimana peran kepala madrasah sebagai manajer dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri

2. Bagaimana peran kepala madrasah sebagai inovator dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri

3. Bagaimana peran kepala madrasah sebagai leader dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil peneliti dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variabel- variabel penelitian. Rumusan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Tujuan penelitian mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh karena itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan identifikasi masalah, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitiannya.16 Adapun tujuan yang dapat diperoleh yaitu:

1. Mendeskripsikan peran kepala madrasah sebagai manajer dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri 2. Mendeskripsikan peran kepala madrasah sebagai inovator dalam

meningkatkan kompetensi profesionalisme guru melalui sosiometri

16 Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian(Untuk Mahasiswa S-I,S-2 dan S- 3), (Bandung: Alfabeta, 2009),11.

(23)

3. Mendeskripsikan peran kepala madrasah sebagai leader dalam melaksanakan sosiometri.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis.17

Berdasarkan penjabaran di atas maka tersusun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan khususnya untuk kepala madrasah terkait dengan peningkatan profesionalisme guru melalui sosiometri di MTsN 4 Jember Tahun ajaran 2018/2019

2. Manfaat Praktis a. Peneliti

Sebagai bahan studi empiris bagi penyelesaian skripsi di IAIN Jember dan sekaligus sebagai calon kepala madrasah, hal ini akan menjadi kajian dalam mengembangkan pemikiran tentang peran kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru di MTsN 4 Jember

17 Tim Penyusun, Pedoman Karya Ilmiah, 45.

(24)

b. Kepala madrasah MTsN 4 Jember

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan konstribusi pemikiran dan dijadikan sebagai bahan kajian kepala madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru melalui sosiometri

c. Mahasiswa IAIN Jember

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi referensi mahasiswa IAIN Jember dalam meningkatkan profesionalisme guru melalui sosiometri

d. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan profesionalisme guru melalui sosiometri.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.

Adapun tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memudahkan para pembaca dalam memahami secara komprehensif terhadap maksud kandungan serta alur pembahasan bagi judul karya ilmiah ini, yang terlebih dahulu akan dijabarkan mengenai beberapa istilah pokok yang terdapat dalam judul ini, yaitu sebagai berikut:

(25)

1. Peran kepala madrasah

Kepala madrasah merupakan tenaga seseorang yang diberikan tanggung jawab untuk meminpin suatu lembaga pendidikan mulai dari merencakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. terutama dalam setiap proses KBM yang dilaksanakan di madrasah. Peran kepemimpinan dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan atau dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin, dalam hal ini kepala madrasah memiliki peranan penting dalam setiap pengambilan keputusan terbaik yang ada di madrasah demi kemajuan pendidikan yang ada di madrasah. Antara lain perannya sebagai manajer dalam mengorganisasikan kegiatan sosiometri untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dan merencanakan tindak lanjut dari hasil sosiometri yang diisi oleh siswa kemudian, perannya kepala madrasah selaku inovator dalam memberikan contoh ketika ada kritik saran yang ditulis oleh siswa mengenai keterlambatan guru maka di sini peran kepala madrasah memberikan contoh dengan masuk ke kelas tepat waktu sehingga hal tersebut menjadi inovasi bagi guru untuk menerapkan kedisiplinan waktu dalam pembelajaran, dan yang terakhir yakni peran kepala madrasah sebagai leader yakni dengan melakukan pengawasan untuk setiap kegiatan pembelajaran di madrasah, melakukan rapat 2 bulan sekali dan masuk ke kelas untuk mengecek buku siswa.

(26)

2. Peningkatan kompetensi Profesional

Peningkatan kompetensi profesionalisme guru merupakan usaha- usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, berkaitan dengan kinerja kepala madrasah dalam memimpin lembaga pendidikan di sini peran kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru di MTsN 4 dapat dilihat dari hasil tabel mengenai peningkatan kompetensi profesionalisme guru yang diisi setiap 1 semester sekali oleh kepala madrasah sehingga dari sana mengetahui hasil dari sosiometri yang diisi oleh siswa jika ada peningkatan kompetensi profesionalisme guru di MTsN 4 Jember

3. rofesionalisme guru

profesionalisme guru di sini yakni suatu komitmen yang dilakukan guru sesuai pada kemampuan dan memiliki keinginan untuk meningkatkan.

4. Sosiometri

Sosiometri adalah program kritik saran yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru di MTsN 4 Jember dengan bekerja sama dengan BK untuk membagikan quisioner kepada seluruh siswa untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari guru tersebut sehingga mendapatkan data yang nantinya akan disampaikan kepada guru yang bersangkutan agar nantinya ada perbaikan berkelanjutan mengenai kompetensi profesionalnya dalam mengajar.

(27)

F. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini terbagi menjadi 5 bab, yaitu:

Bab satu, pendahuluan. Bab ini membahas latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah.

Bab dua, kajian kepustakaan. Bab ini membahas tentang kajian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang akan peneliti lakukan serta berisi tentang kajian teori yang membahas tentang teori apa saja yang akan dijadikan pijakan dalam penelitian.

Bab tiga, metode penelitian. Bab ini berisi tentang metode penelitian yang akan digunakan selama penelitian berlangsung. Metode penelitiannya meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data serta tahapan penelitian.

Bab empat, penyajian data dan analisis data. Bab ini menguraikan tentang gambaran objek penelitian, penyajian data, analisis data serta pembahasan temuan di lapangan.

Bab lima, penutup. Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian kemudian dilanjutkan dengan saran-saran yang konstruktif dan bermanfaat.

(28)

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Salah satu fase penting dalam penelitian yakni tahap penelusuran pustaka.

Dalam penelitian tampilan pustaka terdahulu kajian digunakan untuk sumber informasi untuk menghindari adanya dugaan duplikasi yang tidak diinginkan serta tudingan plagiat, meskipun itu terjadi atas dasar kebetulan.

Beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan permasalahan yang dikembangkan peneliti antara lain

1. Mufidah Maulida, 2014 dengan judul penelitian “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Mayang Jember Tahun 2014/2015” fokus penelitian dari penelitian ini adalah 1) Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015. 2) Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi sosial guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015. 3) Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015. 4) Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember Tahun Pelajaran 2014/2015.

Adapun hasil dari penelitian ini yaitu 1) Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember dengan mengikut sertakan guru pada kegiatan workshop KTSP dan K-13, pelatihan IT dan sebagainya. 2)

(29)

Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi sosial guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember dengan kepala sekolah melibatkan guru pada kegiatan-kegiatan sosial keagamaan (seperti pemberian zakat fitrah kepada orang-orang miskin setiap 1 bulan sekali), mengikut sertakan guru pada rapat wali murid dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan kelompok kerja guru (KKG). 3) Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember dilakukan melalui keteladanan antara lain kepala sekolah hadir atau melakukan kesalahan kepala sekolah menasehati dengan arif dan bijaksana, membimbing/

membantu guru dan karyawan yang mengalami kesulitan, dan Kultum yang dilakukan setiap selesai shalat dzuhur. 4) Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Wungu Mayang Jember dilakukan melalui penataran, lokakarya, mengadakan, studi banding, dan pelatihan

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama mengedepankan peran kepala madrasah dalam perkembangan kompetensi guru di madrasah dan sama-sama menggunakan metode penelitian observasi, dokumentasi dan wawancara dari keabsahan data penelitiannya pun juga menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber, Sedangkan perbedaan dari penelitian dari peneliti yaitu dalam kajian terdahulu pembahasan lebih melebar mengenai kompetensi guru yaitu kompetensi profesional, sosial, kepribadian, dan pedagogik namun dari peneliti sendiri lebih berfokus pada peningkatan kompetensi profesionalisme guru.18

18 Mufidah Maulida, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Mayang Jember Tahun 2014/2015”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Jember, Jember, 2014),

(30)

2. Sajidatur Rosyidah, 2016 dengan judul penelitian “Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan di MA. Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo Tahun Pelajaran 2016/2017”

fokus penelitian dari penelitian ini adalah 1) Upaya Kepala Madrasah Sebagai Educator dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Pelatihan. 2) Upaya Kepala Madrasah Sebagai Manajer dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Pelatihan. 3) Upaya Kepala Madrasah Sebagai Inovator dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Pelatihan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah 1) Upaya Kepala Madrasah Sebagai Educator dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Pelatihan dengan mengadakan pelatihan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi. 2) Upaya Kepala Madrasah Sebagai Manajer dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Pelatihan yakni dengan melakukan rapat terlebih dahulu mengenai pelaksanaan pelatihan, dan kepala madrasah juga memberi pelatihan di madrasah sendiri dan di luar madrasah. 3) Upaya Kepala Madrasah Sebagai inovator dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru melalui Pelatihan yaitu tindakan kepala madrasah dengan dilaksanakannya pelatihan untuk guru, maka mendapatkan pembaharuan- pembaharuan dalam model pembelajaran yang digunakan oleh guru, dan kepala madrasah selalu standby di setiap kegiatan pelatihan.

Persamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas mengenai peran atau upaya kepala sekolah dalam peningkatan profesionalisme guru, di mana kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kinerja guru di sekolah agar guru yang mengajar di sekolah mampu meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam mengajar di sekolah.

(31)

Sedangkan perbedaan dari penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif sedangkan peneliti sendiri menggunakan penelitian deskriptif, dan perbedaan dalam fokus penelitian pun juga berbeda jika peneliti lebih kepada peran kepala sekolah sebagai leader, inovator dan manajer sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada upaya kepala madrasah sebagai leader, manajer, dan educator dalam pelaksaan nya pun juga berbeda jika peneliti menggunakan sosiometri dalam peningkatan kompetensi profesionalisme guru, namun penelitian ini menggunakan pelatihan dalam peningkatan profesionalisme guru.19

3. Siti Afifatul Mutmainnah, 2016 dengan judul penelitian “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMP 06 Diponegoro Wuluhan Jember Tahun 2016/2017” fokus penelitian ini adalah, 1) Peran kepala sekolah sebagai leader dalam meningkatkan profesionalisme guru, 2) Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan profesionalisme guru, 3) Peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan profesionalisme guru, adapun hasil penelitian ini adalah mendiskripsikan bahwa peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru sangat dibutuhkan, baik peran kepala sekolah sebagai leader, supervisor, maupun motivator.

Persamaan dalam penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama mendeskripsikan tentang peran kepala madrasah dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru, dan persamaan yang lain yakni mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi.

19Sajidatur Rosyidah, “Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan di MA. Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo Tahun Pelajaran 2016/2017”, (Institut Agama Islam Negri Jember, Jember, 2016),

(32)

Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah jika dari peneliti sendiri lebih kepada peran kepala madrasah sebagai leader, manajer, dan inovator dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru.20

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

NO NAMA

PENELITI

JUDUL

PENELITIAN

PERBEDAAN PERSAMAAN

1 Mufidah

Maulida, Institut Agama Islam Negeri Jember, 2014

Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Jadid Tegalgusi Mayang Jember Tahun

2014/2015”

Yang

membedakan penelitian ini adalah

mendeskripsikan tentang peran kepala sekolah dalam

peningkatan kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, profesional

Persamaan dalam penelitian ini sama- sama membahas mengenai peran kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi guru

2 Sajidatur Rosyidah, Institut Agama Islam Negeri Jember, 2016

Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan di MA. Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo Tahun Pelajaran 2016/2017

Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada cara kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru

Persamaan dalam penelitian ini sama-sama menganalisis data

menggunakan model Miles and Huberman

3 Siti Afifatul Mutmainnah, Institut Agama Islam Negeri Jember, 2016

Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMP 06 di Ponegoro Wuluhan Jember Tahun 2016/2017

Yang

membedakan penelitian ini adalah

mendeskripsikan mengenai peran kepala sekolah sebagai leader, Manajer, inovator

Persamaan penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif

20 Siti Afifatul Mutmainnah, “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMP 06 di Ponegoro Wuluhan Jember Tahun 2016/2017”, (Institut Agama Islam Negeri Jember, Jember, 2016),

(33)

B. Kajian Teori

1. Peran Kepala Madrasah

Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada suatu lembaga satuan pendidikan. Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif, kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin yang proses keberadaannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh pemerintah.21

Peran dapat diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Pemimpin di dalam organisasi mempunyai peraturan, setiap pekerjaan membawa serta harapan bagaimana penanggung peran berprilaku. Fakta bahwa organisasi mengidentifikasi pekerjaan yang harus dilakukan dan perilaku peran yang diinginkan berjalan dengan seiring waktu tersebut, juga mengandung arti bahwa harapan mengenai peran penting dalam mengatur perilaku bawahan.

Peran kepemimpinan dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan atau dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin.22

Wahjosumidjo mencatat delapan rangkaian peran kepemimpinan kepala sekolah yaitu adil, memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator, menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi dan terakhir bersedia menghargai. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seharusnya dalam praktik sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan mempraktekkan dalam fungsi kepemimpinan di dalam kehidupan sekolah. Di antaranya yaitu:

21 Abd Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2011),114-115.

22Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003),148-149.

(34)

a. Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan kepada sikap para guru, staf, dan siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan, kepentingan dan tingkat social budaya yang berbeda sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar kelompok.

b. Dalam menghadapi hal semacam itu kepala sekolah harus bertindak aktif, bijaksana, adil dan tidak ada pihak yang dikalahkan atau di anak emaskan.

Dengan kata lain seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staf, dan para siswa (arbitrating).

c. sugesti atau saran sangat diperlukan oleh para bawahan dalam melakukan tugas.

d. Dalam mencapai tujuan setiap organisasi setiap organisasi memerlukan dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan memerlukan berbagai dukungan.

e. Kepala madrasah berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu menimbulkan dan menggerakkan para guru, staf dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan kembali oleh para kepala sekolah (catalysing) sesuai dengan misi yang telah dibebankan kepala sekolah.

Kepala sekolah harus mampu membawa perubahan sikap perilaku intelektual anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan23

23 Zainuddin Al- Haj Zaini, Kepemimpinan Kepala Sekolah Pertaruhan Mutu Pendidikan Yang Terlupakan, (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 53.

(35)

f. Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah sebagai pemimpin harus dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah sehingga para guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas dari segala perasaan kegelisahan, kekhawatiran serta memperoleh jaminan keamanan dari kepala sekolah (providing security)

g. Seorang kepala madrasah sebagai pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan sekolah di mana, dan dalam kesempatan apapun, oleh sebab itu penampilan kepala sekolah harus dijaga integritasnya, selalu percaya, dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya (represeting)

h. Kepala madrasah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa-siswinya . Oleh sebab itu, kepala sekolah harus membangkitkan semangat, percaya guru terhadap para guru, sataf dan siswa sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara tanggung jawab ke arah tercapainya tujuan sekolah (inspiring)

i. Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi maupun kelompok apabila kebutuhannya diperhatikan dan dipenuhi. Untuk itu kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apapun yang menjadi tanggung jawabnya. Penghargaan dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan dan sebagainya (praising)24

24Ibid., 54-55.

(36)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya posisi ataupun kedudukan akan peran kepala sekolah merupakan pengatur dari program yang ada di sekolah. Karena nantinya diharapkan kepala sekolah akan membawa spirit kerja bagi dewan guru, karyawan serta terciptanya budaya sekolah yang baik dalam peningkatan mutu belajar siswa, dengan harapan cita-cita pendidikan nasional bisa tercapai secara maksimal dan bisa menghasilkan output anak didik yang kompetitif dan siap pakai di masyarakat nanti. Sesuai pendapat Tikno Lensufie dalam bukunya leadership Untuk Profesional Dan Mahasiswa, peran kepala sekolah ada 7 macam yaitu:

a. Kepala sekolah sebagai leader

Leadership berasal dari bahasa inggris yang artinya kepemimpinan. leadership memiliki arti luas yaitu meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan. Namun dalam arti yang lebih dalam, Pemimpin yang dimaksudkan dalam leadership harus diartikan sebagai seorang yang memimpin organisasi atau institusi dan terlibat di dalamnya. Pemimpin di sini bukan berarti pemimpin insidentil, misalnya orang yang (sekali saja) membantu serombongan anak menyeberang jalan, Master of ceremony (MC), atau seorang yang mendadak didaulat memimpin doa. Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang diberikan kepada seseorang manusia. Ada unsur visi jangka panjang serta karakter di dalam sebuah kepemimpinan.

yaitu sebagai berikut:25

1) Memiliki kepribadian yang kuat. Sebagai seorang muslim yang taat beribadah, memelihara norma agama dengan baik dan jujur, percaya diri, dapat berkomunikasi dengan baik, tidak egois, bertindak dengan obyektif, penuh optimis, bertanggung jawab demi kemajuan dan

25Tikno lensufiee, Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa, (Jakarta: Esensi dari Erlangga Group, 2010), 2.

(37)

perkembangan, berjiwa besar dan mendelegasikan sebagai tugas dan wewenang kepada orang lain.

2) Memahami semua persoalan yang memiliki kondisi yang berbeda begitu juga kondisi siswanya berbeda dengan yang lain.

3) Memiliki upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan.

4) Mau mendengar kritik, usul, saran yang konstruktif dari semua pihak yang terkait dengan tugasnya baik dari staf, karyawan atau siswanya sendiri.

5) Memiliki visi dan misi yang jelas dari lembaga yang dipimpinnya.

Visi dan misi tersebut disampaikan dalam pertemuan individual atau kelompok.

6) Kemampuan berkomunikasi dengan baik, mudah dimengerti teratur sistematis kepada semua pihak.

7) Kemampuan mengambil keputusan bersama secara musyawarah 8) Kemampuan menciptakan hubungan kerja yang harmonis, membagi

tugas secara merata dan dapat diterima oleh semua pihak b. Kepala sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan sekolah menyeluruh.26

26Nur Aedi, Pengawasan Pendidikan: Tinjauan Teoritik dan Praktik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), 258.

(38)

Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independen, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya.27

c. Kepala sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, kedisiplinan, serta adaptabel dan fleksibel.

Konstruktif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang di kembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan.

Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dilakukan agar para tenaga kependidikan dapat memahami apa-apa yang

27Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016, 48; Idem, Educational Leadership Mewujudkan Efektifitas Kepemimpinan Pendidikan, (Malang: Uin- Malang Press, 2009), 73.

(39)

disampaikan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi sekolah.

Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing.

Integratif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien, dan produktif.

Rasional dan objektif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan objektivitas.

Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan yang dimiliki sekolah.

Keteladanan, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan

(40)

para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya.28

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.

Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya, moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.29

d. Kepala sekolah sebagai manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut, yaitu proses, pendayagunaan seluruh sumber organisasi dan pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

a. Proses adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu.

Manajemen sebagai suatu proses, karena semua manajer bagaimanapun juga dengan ketangkasan dan keterampilan yang khusus, mengusahakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan

28 E Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, 19; Idem, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), 118.

29Ibid., 119.

(41)

tersebut dapat didayagunakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan, baik dalam hal merencanakan tujuan dan tindakan yang harus dilakukan, mengorganisasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah, memimpin dalam setiap melakukan tugas yang esensial, mengendalikan dalam arti kepala sekolah memperoleh jaminan bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan.

b. Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan informasi, maupun sumber daya manusia, yang masing- masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.

c. Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk mencapai tujuan akhir yang bersifat khusus.30

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. sebagai manajer kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus

30 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), 94- 95

(42)

mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggungjawabkan setiap tindakan. Kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.

Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. dalam hal ini, kepala sekolah harus bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya memberi kesempatan kepada bawahan untuk meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas keakraban, dan asas integritas.31

e. Kepala sekolah sebagai Educator

Menurut M. Athiyah al-Abrasyi, seorang pendidik harus mempunyai sifat:

1) Mempunyai sifat zuhud, yaitu tidak mengutamakan untuk mendapatkan materi dalam tugasnya melainkan karena ingin

31Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 103-107.

(43)

mengamalkan ilmu yang diperolehnya dari Allah dan mengharapkan keridloan Allah SWT semata

2) Mempunyai jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk 3) Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya

4) Pemaaf terhadap peserta didiknya

5) Harus menempatkan dirinya sebagai seorang bapak/ibu sebelum dia menjadi seorang guru

6) Mengetahui bakat, tabiat dan watak peserta didik

7) Menguasai bidang studi yang diajarkan. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah, Kepala Sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

Dalam melakukan perannya sebagai educator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.32

f. Kepala sekolah sebagai motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus mendorong kepada setiap tenaga pendidikan yang ada di sekolah untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, baik yang bersifat fisik, pengaturan suasana belajar, disiplin, dorongan, dan penghargaan secara efektif

Memotivasi setiap tenaga pendidik di sekolah untuk menjaga lingkungan fisiknya dalam memperlancar jalannya proses pembelajaran di sekolah baik di perpustakaan, ruang kerja, ruang belajar, ruang

32 M. Athiyah al-Abrasyi, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Falsafatuha (Mesir: Isa al-Babi al- Halabi, 1975), 98-132.

(44)

laboratorium dan lain-lain, pengaturan suasana kerja menciptakan suasana kerja yang harmonis dengan tenaga kependidikan serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan, dorongan artinya kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan kepada setiap pendidik agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya baik dorongan secara fisik, maupun psikologis. Penghargaan, dalam hal ini penghargaan juga dapat meningkatkan semangat tenaga pendidik untuk lebih meningkatkan kompetensi profesionalnya sebagai pendidik.33

g. Kepala sekolah sebagai administrator

Sebagai administrator sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya, seperti membuat rencana atau program tahunan, menyusun organisasi sekolah, melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan melaksanakan pengelolaan kepegawaian.34

Karena kegiatan administratif adalah kegiatan kelompok yang akan menghadapi berbagai situasi berkaitan dengan kelembagaan, maka kemampuan kepala sekolah mengendalikan lembaga untuk bertahan bahkan meningkat pada standar yang ditentukan menjadi sangat penting bagi sekolah sebagai lembaga. Untuk menjamin kualitas kinerja terus meningkat, maka kepala sekolah dengan cara- cara yang objektif dan profesional mendorong dan memfasilitasi setiap guru untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya sendiri. Situasi-situasi sederhana di sekolah seperti lingkungan sekolah, iklim organisasi, interaksi antar personel, kegiatan rutin, budaya kerja dan sebagainya

33Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 98-122.

34 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), 112.

(45)

merupakan hal yang penting dirawat dan senantiasa menjadi perhatian kepala sekolah35

2. Kompetensi guru

Guru (dalam bahasa jawa) merupakan seorang yang harus digugu dan harus ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru harus ditiru, artinya seorang guru menjadi suri teladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara bicara, hingga cara berprilaku sehari-hari. Sebagai seorang yang harus digugu dan ditiru seorang dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid.

Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi. Dianggap sebagai komponen yang paling penting karena yang mampu memahami, mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah guru. Guru juga yang berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid.36

Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang banyak bergaul dan berinteraksi dengan para murid dibandingkan dengan personel lainnya di sekolah. Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat.

Guru mata pelajaran juga harus membantu peserta didik untuk dapat memperoleh pembinaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan

35 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010 ), 119.

36Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media Group,2010), 17.

(46)

yang dimiliki. Guru dapat juga dikategorikan sebagai ilmuan dan cendekiawan.

Kompetensi pada dasarnya menunjukkan kepada percakapan atau kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Sedangkan definisi kedua menunjukkan lebih lanjut bahwa kompetensi itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas(kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan dan sebagainya. untuk mengerjakan apa yang diperlukan. Kemudian definisi ketiga lebih jauh lagi, ialah bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan.37

Upaya guru dalam peningkatan kompetensi di sekolah dalam proses belajar mengajar antara lain

a. Mengikuti organisasi-organisasi keguruan. Organisasi-organisasi keguruan misalnya musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru dalam kelompoknya masing-masing, menyatukan terhadap kekurangan konsep makna dan fungsi pendidikan serta pemecahan terhadap kekurangan yang ada. Di samping itu juga untuk mendorong guru melakukan tugas dengan baik, sehingga mampu membawa mereka ke arah peningkatan kompetensinya.

b. Mengikuti kursus kependidikan. mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu teknik melainkan sebagai alat yang dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah keterampilan guru dalam melengkapi profesi mereka. Dengan mengikuti kursus guru diarahkan ke

37Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2009),44.

(47)

dalam dua hal, Pertama sebagai penyegaran, dan kedua sebagai upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap tertentu.

Dengan demikian, diharapkan guru dapat mengikuti kursus yang berkaitan dengan dunia kependidikan. Misalnya kursus yang keterampilan/kecakapan hidup (life skill) seperti kursus komputer, elektro, jurnalistik (kepenulisan), tata boga, bahasa asing, maupun kursus kepribadian.38

Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan maksimal ketika guru tersebut berusaha untuk meningkatkan kompetensinya baik melakukan pelatihan-pelatihan yang diadakan di sekolah dan mampu berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di sekolah.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 Adapun keempat standar kompetensi tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru. Berikut penjelasan keempat kompetensi tersebut:

a. Kompetensi Pedagogik

Selanjutnya menurut Suparno disebut juga kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.

kemampuan pedagogik merupakan kemampuan yang berhubungan dengan kualitas ilmu yang dimiliki oleh seorang guru. Bagaimana pengetahuannya dalam mengajar, serta inovasi pembelajaran yang

38Saryati, Upaya Peningkatan Kompetensi Paedagogik Guru Sekolah Dasar, (Bahana Manajemen Pendidikan, Vol:, No. 1 2014), 678

Referensi

Dokumen terkait

Taman Bacaan Masyarakat sebagai medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses berbagai bahan bacaan: seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis,

Berdasarkan analisis SW yang telah dilakukan pada UMKM tentang 4 aspek manajemen, yaitu pemasaran, keuangan, operasi, dan sumberdaya manusia, dipero- leh hasil yaitu UMKM

atau pengajuan petisi secara langsung kepada pasangan calon, namun Jama’ah An-Nadzir tentunnya memiliki harapan-harapan terhadap perubahan daerahnya menjadi lebih

Sedangkan dari hasil uji simultan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, desentralisasi dan akuntabilitas publik secara

Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi kadar lemak tubuh anggota Sanggar Senam Rai Sawahlunto sebelum latihan senam aerobik mix impact dari 14 orang sampel dengan 1 orang

“Apabila perbuatan hukum yang merugikan krediutor dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan untuk kepentingan harta pailit,

Hasil kajian juga menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan di antara efikasi-kendiri guru dengan persepsi guru terhadap amalan kepemimpinan

Topologi Jaringan adalah suatu tehnik untuk menghubungkan komputer yang satu dengan komputer lainnya yang merangkai menjadi sebuah jaringan, dimana penggunaan