1
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI RELIGIUS PESERTA DIDIK DI MAN 1 KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Oleh:
A. MACITA MAULIANA. S NIM: 20100119007
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2023
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang tertanda tangan di bawah ini:
Nama : A. Macita Mauliana. S
NIM : 20100119007
Tempat/Tgl Lahir : Sua/15 Juni 2001
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Jln. Poros Villa Samata, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa
Judul : “Implementasi Nilai-nilai Religius Peserta Didik di MAN 1 Kota Makassar”
Menyatakan dengan sesungguhnya serta penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri, apabila di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan tiruan, duplikat, dan plagiat, atau dibuat orang lain atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata, 04 Januari 2023 Penyusun,
A. Macita Mauliana. S NIM: 20100119007
iii
iv
KATA PENGANTAR
ُة َلََّصٌاَٚ ،ِْٓيِّدٌاَٚ اَئُّْدٌا ِرُُِٛأ ٝهٍَع ُْٓيِعَتْطَت ِٖٗبَٚ ، َْٓيٌَِّا هعٌْا ِّبَر ِ هِّلِل ُدَّْحٌَْا ٝهٍُع َُ َلََّطٌاَٚ
َٚ َْٓيِعِباَّتٌاَٚ ِٖٗباَحْصَأَٚ ٌِٖٗآ ٝهٍَعَٚ ٍَََُّضَٚ ِْٗيٍََع ُالله ٍََّٝص ٍدََّّحُِ إَِّيِبَٔ ، َْٓيٍَِضْرٌُّْا ِفَرْشَأ َِْٓ
ُدْعَبَٚ ،ِْٓيِّدٌا ََِْٛي ٝهٌِإ ٍْاَطْحِإِب َُُْٙعِبَت
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt,. Tuhan semesta, kepada-Nyalah kita senantiasa meminta pertolongan atas segala urusan di muka bumi, shalawat menyertai salam semoga senantiasa dilimpahkan atas baginda Nabiullah Muhammad saw., dan seluruh keluarganya, para sahabatnya, para tabi'in, dan seluruh ummat manusia yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari pembalasan. Wa ba'd"
Karya tulis ini membahas mengenai “Implementasi Nilai-nilai Religius Peserta Didik di MAN 1 Kota Makassar”. Penulis secara sadar menyadari bahwa sejak tahap awal, hingga memasuki tahap akhir, tidak terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi maupun segala kekurangan dari penulis. Berkat, Rahmat, Hidayah, Karunia dari Allah swt,. dan arahan dari berbagai pihak, sehingga segala bentuk kesulitan dan tatangan yang diperhadapkan oleh penulis dapat teratasi dengan baik.
Melalui tulisan ini penulis menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pihak yang ikut merasakan secarik suka dan duka selama menyelesaikan skripsi ini.
Dari lubuk hati yang teramat curam penulis juga mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda A. Sopyan dan ibunda Nurhaya yang telah menjaga, mendidik, membiyayai dan senantiasa mendoakan kebaikan, dan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang turut telibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah swt,. membalas segala kebaikan dan memberikan rahmatnya kepada kita semua Amin.
v
Tersusunnya skripsi ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada berbagai pihak terutama kepada:
1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor 1, Prof. Dr. H.
Wahyuddin Naro, M.Hum., selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., selaku Wakil Rektor III, dan Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., selaku Wakil Rektor IV, yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar sebagai tempat penulis menuntut ilmu.
2. Dr. H. Andi Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ketenaga pendidikan UIN Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. M. Rusdi, M.Ag., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan, Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, yang telah membina penulis selama proses penyelesaian studi.
3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B, S.Pd.I., M.Pd.I., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan ilmu, petunjuk dan arahannya selama penyelesaian studi di Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Prof. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag selaku Pembimbing I dan Dr. Besse Ruhaya, M.Pd.I. selaku Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, bimbingan dan pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini, dan membimbing dan memberikan masukan membagun kepada penulis hingga tahap penyelesaian.
vi
5. Dr. Nuryamin, M.Ag., selaku dewan penguji I dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. selaku dewan penguji II, yang telah memberikan banyak masukan, saran dan kritik untuk kebaikan skripsi ini.
6. Kepada Kepala Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ketenaga pendidikan serta kampus peradaban UIN Alauddin Makassar beserta segenap staf yang telah menyediakan berbagai referensi bacaan dan memberikan akses yang mudah untuk memanfaatkan perpustakaan secara baik dan maksimal demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Kepada saudara-saudaraku yang teramat kusayangi A. Reski Nahriyanti. S, A.
Riska Nahriyani. S, dan A. Nisma Jaya. S terima kasih karena senantiasa memberikan motivasi dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Rekan-rekan yang berjuang bersama di Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2019 tanpa terkecuali, khususnya kepada Inna Safaah, A. Masyita Rokayya, Rasafira, Muh Ihsan H.S, Ammar Dzulkarnain dan juga seluruh teman-teman PAI yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih karena telah memberikan bantuan, semangat sehingga peneliti sampai pada tahap ini.
9. Kepada Irfadillah, S.Sos, Ardi, S.M, Ahmad Suryadi, S.Pd., M.Pd., Moh Ansar, S.Pd. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya sehingga peneliti mampu mencapai tahap ini.
10. Kepada kepala sekolah, staf, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik di MAN 1 Kota Makassar. Peneliti ucapkan terima kasih banyak telah
vii
meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada pihak Beasiswa BIDIKMISI peneliti sangat berterima kasih atas bantuan berupa materi yang sangat membantu peneliti dalam peneyelesaian skripsi ini.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu peneliti ucapkan terima kasih atas partisipasi dan sumbangsi kepada peneliti
Penyusunan dan penulisan skripsi telah diupayakan dan dilakukan dengan maksimal. Olehnya itu, demi kesempurnaan skripsi ini, sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya semoga skripsi ini memberi manfaat bagi semua pembaca, dan terkhusus kepada penulis sendiri.Aamiin Allahumma Aamiin.
Samata, 04 Januari 2023 Penulis,
A. Macita Mauliana. S NIM: 20100119007
viii DAFTAR ISI
HALAMAN DAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... .... ii
PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... x
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1-15 A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 8
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Kajian Pustaka ... 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 14
BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 16-37 A. Nilai Religius ... 16
B. Implementasi Nilai-nilai Religius ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38-48 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 38
B. Pendekatan penelitian ... 40
C. Sumber Data ... 40
D. Metode Pengumpulan Data ... 41
E. Instrumen Penelitian ... 43
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 45
G. Pengujian Keabsahan Data ... 47
BAB IV IMPLEMENTASI NILAI-NILAI RELIGIUS PESERTA DIDIK DI MAN 1 KOTA MAKASSAR ... 49-74 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49
B. Nilai-nilai Religius ... 54
1. Nilai Ibadah ... 54
2. Nilai Akhlak ... 61
3. Nilai Kemasyarakatan ... 71
BAB V PENUTUP ... 75-76 A. Kesimpulan ... 75
ix
B. Implikasi Penelitian ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 77-81 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya kedalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا Alif Tidakdilambangkan Tidak dilambangkan
ب Ba B Be
ث Ta T Te
ث s\a s\ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)
خ Kha Kh Ka dan ha
د Dal D De
ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)
ر Ra R Er
ز Zai Z Zet
ش Sin S Es
ظ Syin Sy es dan ye
ص s}ad s} es (dengan titik di bawah)
ض d{ad d} de (dengan titik di bawah)
ط t}a t} te (dengan titik di bawah)
ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)
ع „ain „ apostroft erbalik
غ Gain G Ge
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ن Kaf K Ka
ي Lam L El
َ Mim M Em
ْ Nun N En
ٚ Wau W We
ـٖ Ha
H Ha
xi
Hamzah (ء) yang terletak diawal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak ditengah atau diakhir, maka ditulis dengan tanda (‟).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab,sepertivocal bahasa Indonesia , terdiriatas vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong.
Vokal tu tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Contoh:
َفْيَو: kaifa َي َْٛ٘ : haula
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
ء Hamzah ‟ Apostrof
ٜ Ya Y Ye
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َا fath}ah A A
ِا Kasrah I I
ُا d}amah U U
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َْٝى fath}ah danya>‟
Ai a dan i
َْٛى fath}ah
danwau Au a dan u
HarakatdanHuru
f Nama HurufdanTa
nda Nama
ٜ
ﹶ ... اﹶ ... fath}ah dan alif atauya>‟ a> a dangaris di atas
ٝى Kasrah danya>‟ i> i dangaris di atas
ُٛى d}amah danwau u> i dangaris di atas
xii Contoh:
َثاَِ : ma>ta
ََِٝر : rama>
ًَْيِل : qi>la ُث َُّْٛي : yamu>tu
4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>‟ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>‟ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t].
Sedangkan ta>‟ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>‟ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>‟marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
ِياَفْطَ ْلْا ُتَضَْٚر : raud}ah al-at}fal>
ُتٍَِضاَفٌْا ُتَْٕيِدٌََّْا : al-madi>nah al-fa>d}ilah ُتَّْىحٌَْا : al-h}ikmah
5. Syaddah (Tasdi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonang anda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
َإَّبَر :rabbana>
إَْيَّجَٔ :najjaina>
ُّكَحٌَْا : al-haqq َُِّعُٔ : nu“ima ُٚدَع : „aduwwun
Jikahuruf ٜ ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ّيِى makaia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.
Contoh:
يٍَِع : „Ali> (bukan „Aliyyatau „Aly)
يِب َرَع : „Arabi> (bukan „Arabiyyatau „Araby)
xiii 6. Kata Sandang
Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan hurufيا(alif lam ma„arifah).Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
ُصَّّْشٌَا : al-syamsu (bukanasy-syamsu) ُتٌََسٌَّْسٌَا : al-zalzalah (bukanaz-zalzalah)
ُتَفَطٍَْفٌَْا : al-falsafah ُدَلَِبٌَْا : al-bila>du
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‟) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
َْ ُْٚرُِ ْأَت : ta‟murun>
ُع ٌََّْٕٛا : al-nau„
ء ْيَش : syai‟un ُث ْرُِِأ : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur‟an (darial- Qur‟a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditrans-literasi secara utuh.
Contoh:
Fi>Z{ila>l al-Qur‟a>n Al-Sunnahqabl al-tadwi>n
9. Lafz} al-Jala>lah(الله)
xiv
Kata “Allah” yang didahului partike lseperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
ِالله ُْٓيِد :di>nulla>hلِل اِبbilla>h
Adapun ta>‟ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepadalafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
ُُْ٘
ِالله ِتَّْحَر ْيِف :hum fi> rah}matilla>h 10. Huruf Kapital
Walau system tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diritersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, makahurufAdari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadunilla>rasu>l
Inna awwalabaitinwud}i„alinna>silallaz\i> bi Bakkatamuba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i>unzila fi>h al-Qur‟a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibn (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibn Rusyd, ditulis menjadi: IbnRusyd, Abu> al- Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibn) Nas}r H{a>mid Abu> Zaid, ditulis menjadi: Abu> Zaid, Nas}r H{a>mid (bukan:
Zaid, Nas}r H{ami>d Abu>)
xv B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subh}a>nahu>wata„a>la>
saw. = s}allalla>hu „alaihiwasallam a.s. = „alaihi al-sala>m
H = Hijriah
M = Masehi
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<l „Imra>n/3: 4 HR = Hadis Riwayat
xvi ABSTRAK Nama : A. Macita Mauliana. S
NIM : 20100119007
Fak/Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam Judul : Implementasi Nilai-nilai Religius Peserta Didik
di MAN 1 Kota Makassar
Penelitian ini membahas tentang implementasi nilai-nilai religius peserta didik di MAN 1 Kota Makassar. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui implementasi nilai Ibadah peserta didik di MAN 1 Kota Makassar. 2. Mengetahui implementasi nilai Akhlak peserta didik di MAN 1 Kota Makassar. 3. Mengetahui implementasi nilai Kemasyarakatan peserta didik di MAN 1 Kota Makassar.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif atau penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini yakni peserta didik dan tenaga pendidik mata pelajaran Akidah Akhlak, sedangkan data sekunder dalam penelitian ini ialah buku, dokumen, dan tenaga pendidik mata pelajaran lain di MAN 1 Kota Makassar. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi serta triangulasi, sumber, teknik dan waktu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa secara garis besar implementasi nilai- nilai religius peserta didik di MAN 1 Kota Makassar yaitu nilai ibadah, nilai akhlak dan nilai kemasyarakatan secara umum telah terealisasi dengan baik. Adapun saat penelitian ditemukan peserta didik mengimplementasikan nilai ibadah seperti salat duha, salat duhur berjama‟ah, salat Jum‟at berjamaah serta ibadah lainnya seperti berselawat, mengaji dan berdoa. Kemudian implementasi nilai akhlak telah terlaksana, ditemukan peserta didik sopan dalam berucap dan santun dalam bertingkah laku seperti membuang sampah pada tempatnya, tepat waktu dalam mengumpulkan tugas, namun dari aspek kedisiplinan masih kurang maksimal lantaran masih ditemukan peserta didik yang terlambat datang ke sekolah.
Selanjutnya impementasi nilai kemasyarakatan seperti gotong royong telah terealisasi namun masih kurang maksimal lantaran sebagian besar kebersihan lingkungan sekolah di bersihkan oleh tukang kebersihan sampah di MAN 1 Kota Makassar.
Implementasi nilai-nilai religius peserta di MAN 1 Kota Makassar terlihat pada tahap implikasi penelitian ini adalah jika tenaga pendidik Akidah Akhlak mampu mengimplementasikan nilai-nilai religius di lingkungan sekolah MAN 1 Kota Makassar maka potensi peserta didik untuk berprilaku sesuai dengan ajaran Islam tercapai dengan maksimal. Kegiatan keislaman berupa implementasi nilai-nilai religius akan sangat bermanfaat bagi tumbuh kembangnya karakter religus peserta didik di MAN 1 Kota Makassar. Kepada peneliti diluar sana yang hendak melakukan penelitian yang berhubungan dengan implementasi nilai-nilai religius diharapkan memperbanyak referensi buku terkait dengan objek penelitian yang akan diteliti.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang damai, lurus, dan sempurna, mengajarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memerintahkan senantiasa berserah diri kepada-Nya. Orang yang beragama Islam mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah swt., dan Nabi Muhammad saw., adalah utusan Allah swt., yang bertugas me- nyampaikan risalah kepada ummat manusia. Dalam kehidupan manusia, Islam mengatur berbagai aspek, termasuk mengatur antara relasi manusia dengan Tuhan yang disebut hablum minallah dan relasi manusia dengan manusia yang disebut hablum minan-nas, semua diatur dalam kehidupan manusia secara harmoni/
seimbang.
Akidah ialah simpul keyakinan yang kokoh, mengikat dan mengandung perjanjian. Akidah berkenaan dengan dzat Allah swt., adalah bahwa Dia berhak disembah sepanjang masa.1 Kepercayaan manusia akan adanya Tuhan dan Rasul merupakan salah satu bentuk keimanan dan ketakwaan. Meyakini bahwa segala bentuk ujian adalah ketentuan Allah swt., yang tidak dapat diganggu gugat. Relasi manusia dengan Tuhan meliputi ibadah salat, zakat, puasa dan lainnya. Sedangkan relasi manusia dengan manusia meliputi interaksi antar satu individu dengan individu lainya, saling tolong-menolong dalam kebaikan, saling menasehati dalam kesabaran serta sentiasa menjaga hubungan baik sesama manusia. Kebaikan yang diamalkan
1Syaikh Jamaluddin Al-Qasimi, Buku Putih Ihya Ulumuddin Imam Al-Gazali (Cet. I; Bekasi:
PT. Darul Falah, 2010), h. 13.
2
manusia akan berbuah kebaikan pula dikemudian hari, olehnya itu manusia hendaknya mengedepankan akhlak dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Amri, dkk yaitu sebagai kehendak yang dibiasakan. Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlaq itu ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia, sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang berulang-ulang sehingga mudah melakukannya.2 Contohnya apabila membiasakan diri bersedekah baik kepada orang terdekat maupun orang lain, maka dengan sendirinya menciptakan akhlak karim atau kemurahan hati. Kata akhlak secara bahasa kerap kali memicu persamaan kata dengan tingkah laku, etika, moral dan karakter. Di dunia pendidikan beberapa elemen penting dari akhlak kiranya diterapkan dimanapun kita berada terutama dalam lingkungan sekolah. Akhlak sudah menjadi materi pokok dalam membentuk kepribadian peserta didik menjadi lebih baik. Tujuan akhlak untuk melahirkan insan berderajat tinggi dan sempurna, hal demikianlah yang membedakan manusia dengan makhluk Tuhan lainya. Penerapan akidah akhlak harus dibiasakaan sejak dini terutama kepada anak, sebagaimana yang tercantum dalam QS Luqma>n/31:13 sebagai berikut:
ُْيِظَع ٍُُْظٌَ َن ْرِّشٌا َِّْاۗ ِ هّلِلاِب ْنِرْشُت َلِ َّيَُٕبهي ُٗٗظِعَي ََُٛ٘ٚ ِْٖٕٗب ِلِ ُٓ هّْمٌُ َياَل ْذِاَٚ
Terjemahnya:
“Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya: ketika ia menasehati anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu syirik (mempersekutukan Allah), sesungguhnya syirik adalah zalim yang besar”.3
2Muhammad Amri,dkk., Akidah Akhlak (Cet. I; Yogykarta: Semestaksara, 2019), h. 76.
3Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung:Sinar Baru Algensindo Bandung, 2009), 851 h .
Lukman al-Hakim mengutamakan pendidikan agama terhadap anaknya serta menanamkan pemahaman akidah yang kokoh. Lukman al-Hakim senantiasa menyeru kepada anaknya agar tidak berbuat syirik kepada Allah swt., Syirik adalah dosa yang tidak akan terampuni, syirik menyekutukan Allah swt., hal yang harus dihilangkan.4 Pendidikan menjadi kebutuhan manusia yang tak kalah penting karena dalam pendidikan memiliki tugas utama yakni mencerdaskan manusia, menambah wawasan, dan juga melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang mampu berkecimpung di tengah masyarakat dan memberi banyak manfaat terhadap lingkungan sekitarnya.
Fitrah manusia secara ideal sebagai generasi penerus seharusnya mereka mudah menerima kebenaran, menguak kebenaran ilmu pengetahuan dapat diperoleh di bangku sekolah. Sering terdengar bahwa Al-Ummu madrasatul ula yaitu ibu merupakan madrasah (sekolah) pertama. Ibu banyak mengajarkan pendidikan terhadap anak-anaknya. Namun untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup orang tua akan memasukkan anaknya pada lembaga formal contohnya madrasah. Tujuan utama dibangunnya madrasah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama Islam serta wadah menyerap ilmu pengetahuan.
Dunia pendidikan merupakan bagian dari budaya keseluruhan yang di ciptakan oleh manusia dalam perannya sebagai subjek utama terhadap kehidupan nyata di dalam dunia ini. Pendidikan tidak hanya dimaknai secara fundamental yang berorientasi pada hasil atau produk saja, namun lebih daripada itu ia merupakan subtansi dari proses menjadi manusia seutuhnya (humanisasi). Karena sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak
4Muhammad Amri, dkk Aqidah Akhlak, h. 70.
4
mendapatkan pendidikan, maka semua warga negara Indonesia berhak dijadikan sebagai manusia yang seutuhnya (humanisasi) melalui proses pendidikan.5
Undang-undang di atas \ dengan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 yang isinya sebagai berikut:
“Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan”.6 Menurut analisis peneliti berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah di atas bahwa pendidikan agama memegang peran yang fundamental terhadap upaya penanaman nilai-nilai religius bagi peserta didik. Pada lingkup madrasah upaya penanaman nilai-nilai religius dapat ditempuh melalui pembelajaran Akidah Akhlak.
Secara kelembagaan, institusi madrasah merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, sebab awal mula kemerdekaan sampai saat sekarang ini peraturan perundang-undangan pemerintah Republik Indonesia, telah mengatur tentang madrasah. Titik keberhasilan perjuangan madrasah mengaktualkan keberadaannya di tengah-tengah lembaga pendidikan formal diawali dengan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri Agama, Menteri pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri pada tanggal 24 Maret 1975 menegaskan
5Muhammad Ahyan Yusuf Sya‟bani., Profesi Ketenaga Pendidikan: Menjadi Tenaga pendidik yang Religius dan Bermartabat (Cet. I; Kulon Gresik: Caremedia Communication, 2018), h.
1.
6Republik Indonesia, “ Undang-Undang RI Nomor 55 Tahun 2007, tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan”, h. 2.
bahwa “kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lainnya”.7
Madrasah telah menyebar ke berbagai pelosok yang ada di tanah air, kehadiran madrasah membantu mengembangkan potensi peserta didik menjadi tunduk, berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa, berilmu, memiliki kreativitas, berakhlak mulia, memegang teguh nilai-nilai religius, aktif dan bertanggung jawab.
Pada sekolah yang berciri madrasah, terdapat mata pelajaran Islam yang wajib dipelajari seperti Qur‟an hadis, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Bahasa Arab dan Akidah Akhlak. Terkhusus pada pembelajaran akidah akhlak di anjurkan merealisasikan perilaku yang mencerminkan akhlakul karimah, peserta didik di perkenankan untuk saling mengamalkan amr ma‟rufnahi munkar yakni mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan.
Pendidikan Islam mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter religius peserta didik.. Sikap religius yang terdapat dalam diri manusia akan terlihat dalam cara berpikir dan bertindak yang menjadi orientasi moral dan keimanan.
Generasi bangsa yang memiliki moralitas rendah seringkali memicu persoalan didalam masyarakat. Terlebih banyak tayangan pemberitaan yang memuat berbagai perilaku amoral siswa seperti, bullying, perkelahian antar pelajar, pergaulan bebas, mengabaikan kewajiban sebagai peserta didik, penyalahgunaan narkoba, bunuh diri dan perbuatan amoral lainnya.8
7Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan (MP3A), Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama RI, “Revitalisasi Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global”, Jurnal Pendidikan Islam Vol 1,2, no 3 (2006), h. 12.
8Beny Prasetiya, Metode Pendidikan Karakter Religius Paling Efektif di Sekolah (Sekaran- Lamongan: Academia Publication, 2021), h. 2.
6
Implementasi nilai-nilai religius dan akhlak sangat penting karena saat ini kita berada pada era modern, perkembangan zaman sangat pesat, pun pergeseran budaya dan akhlak semakin terlihat. Pendidikan hendaknya mampu mengatasi dan mengimbanginya dengan penerapan akhlak mulia agar perbuatan menyimpang dapat dicegah dan diminimalisir.
Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian nilai religius ialah sesuatu yang berguna dan dilakukan oleh manusia, berupa sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.9
Tujuan belajar akidah akhlak adalah menghasilkan output yang berkualitas salah satunya terwujud pada peningkatan akhlak karimah, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.10 Nilai-nilai religius yang dikembangkan berorientasi pada sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.11 Secara umum implementasi nilai-nilai religius pada peserta didik dapat dilakukan melalui dua metode yaitu metode pembiasaan dan nasihat.12 Sedangkan dimensi dari religiusitas menurut Muhaimin ada lima macam yakni dimensi
9Jakaria Umro, “Penanaman Nilai-nilai Religius di Sekolah yang Berbasis Multikultural”, Jurnal Al- Makrifat Vol 3, no. 2, (2018): h.5-6.
10M. Hidayat Ginanjar, “Pembelajaran Akidah Akhlak Dan Korelasinya Dengan Peningkatan Akhlak Al-Karimah Peserta Didik” Jurnal Edukasi Islami Vol. 06, no.12, (2017): h. 101.
11Pupuh Fathurrohman, Pengembangan Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013).
12Fadhlurrahman, “Internalisasi Nilai Religius Pada Peserta Didik; Kajian Atas Pemikiran Al- Ghazali dan Relevansinya Dalam Pendidikan Islam”, Journal of Research and Thounght of Islamic Education, Vol 3, no. 1 (2020): h. 84.
keyakinan, dimensi praktik agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan beragama dan dimensi pengamalan akhlak dan konsekuensi.13
Berdasarkan pengamatan peneliti di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Makassar pada tanggal 27 oktober 2021 bahwa penerapan nilai-nilai religius dilakukan oleh tenaga pendidik di MAN 1 Kota Makassar terkhusus pada tenaga pendidik Akidah Akhlak melalui pembiasaan salat duha di lingkungan sekolah. Peserta didik diajarkan untuk bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam serta menerapkan nilai-nilai religius seperti nilai Ibadah, dan nilai Akhlak dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun realitasnya dalam pelaksanaan nilai-nilai religius di MAN 1 Kota Makassar ditemukan masih ada peserta didik yang tidak melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada nilai-nilai religius.
Data di lapangan menunjukkan bahwa pada implementasi nilai religius yaitu nilai Ibadah masih ada peserta didik yang tidak melaksanakan salat duha di Masjid Maulana Rauf yang juga berada pada lingkungan sekolah tersebut. Hal itu disebabkan karena mereka belum matang pemahamannya terkait pentingnya menerapkan nilai- nilai religius dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya terlihat pada implementasi nilai religius yaitu nilai akhlak, ditemukan di lapangan bahwa masih ada peserta didik yang kurang sopan dalam berucap dan bertingkah laku, hal ini dibuktikan saat berinteraksi terdapat peserta didik yang berucap kasar seperti umpatan terhadap teman sebaya. Dan dalam bertingkah laku juga dibuktikan saat tenaga pendidik mengarahkan tepat waktu dalam mengumpulkan tugas mereka bersikap acuh tak acuh dan terlambat mengumpulkan
13Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 167.
8
tugas, membuang sampah tidak pada tempatnya dan masih ada peserta didik yang melanggar aturan sekolah seperti terlambat datang ke sekolah. Selanjutnya pada implementasi nilai kemasyarakatan seperti gotong royong di temukan peserta didik ada yang tidak ikut andil dalam kegiatan kebersihan di MAN 1 Kota Makassar.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik mengangkat penelitian dengan judul: Implementasi Nilai-nilai Religius Peseta Didik di MAN 1 Kota Makassar.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
Fokus penelitian dan deskripsi fokus yakni implementasi nilai-nilai religius.
Adapun deskripsi fokus penelitian ini adalah implementasi nilai-nilai religius yang dimaksudkan oleh peneliti ialah penerapan nilai-nilai religius meliputi nilai ibadah, nilai akhlak dan nilai kemasyarakatan. Nilai ibadah seperti melaksanakan ibadah salat duha, salat duhur berjamaah. Kemudian nilai akhlak, yang diamksudkan seperti sopan dalam berucap dan santun dalam bertingkah laku tepat waktu mengumpulkan tugas, disiplin atau tepat waktu datang ke sekolah. Selanjutnya nilai kemasyarakatan, seperti gotong royong di lingkungan sekolah MAN 1 Kota Makassar.
Tabel 1.1 : Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
Fokus Penelitian Deskripsi Fokus
Implementasi Nilai-nilai Religius 1. Implementasi nilai Ibadah peserta didik di MAN 1 Kota Makassar
2. Implementasi nilai Akhlak peserta didik di MAN 1 Kota Makassar
3. Implementasi nilai Kemasyarakatan peserta didik di MAN 1 Kota Makassar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi nilai ibadah peserta didik di MAN 1 Kota Makassar?
2. Bagaimana implementasi nilai akhlak peserta didik di MAN 1 Kota Makassar?
3. Bagaimana implementasi nilai kemasyarakatan peserta didik di MAN 1 Kota Makassar?
D. Kajian Pustaka
Dalam menyusun penelitian ini, peneliti menemukan literatur yang relevan dengan skripsi peneliti sehingga mampu dijadikan bahan acuan dalam telaah pustaka antara lain:
1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Lutfiyah Nuraini pada tahun 2021 dengan judul “Implementasi Nilai-nilai Religius di MI Ma‟arif Lemahduwur Kuwarasa”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Implementasi nilai-nilai religius pada siswa MI Ma‟arif Lemahduwur dilakukan dengan program pengembangan diri yang terdiri dari kegiatan-kegiatan rutin yang terdapat dua proses implementasi yaitu proses pembelajaran dan diluar proses pembelajaran kemudian yang diteliti adalah nilai tauhid dan nilai kedisplinan.14 Persamaan penelitian yang dilakukan di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah sama-sama meneliti tentang
14Lutfiyah Nuraini, “Implementasi Nilai-nilai Religius di MI Ma‟arif Lemahduwur Kuwarasa”, Skripsi. (Kebumen: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2018), h. 64.
10
implemntasi nilai-nilai religius. Adapun perbedaan penelitian ialah pada penelitian di atas berfokus pada implementasi nilai religius berupa tauhid dan kedisplinan di MI Ma‟arif Lemahduwur Kuwarasa sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti ialah implementasi nilai-nilai religius peserta didik yaitu nilai ibadah dan nilai akhlak.
2. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Vivi Washilatul‟ Azizah pada tahun 2020 dengan judul “Startegi Tenaga pendidik dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Trenggalek” Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa bentuk karakter religius yang ditanamkan pada peserta didik di MA Negeri Trenggalek ialah dimensi keyakinan yang meliputi berdoa, membaca ayat suci al-Qu‟ran, dan membaca asmaul husna. Adapun upaya tenaga pendidik yang digunakan dalam membentuk karakter religius dengan pengetahuan atau ilmu.15
Persamaan penelitian yang dilakukan di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah keduanya meneliti terkait religius/ketuhanan.
Adapun perbedaanya, judul penelitian di atas membahas mengenai strategi tenaga pendidik dalam pembentukan karakter religius sedangkan yang akan dilakukan peneliti adalah implementasi nilai-nilai religius peserta didik di MAN 1 Kota Makassar.
15Vivi Washilatul‟ Azizah, “Startegi Tenaga pendidik dalam Pembentukan Karakter Religius Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Trenggalek”, Skripsi, (Malang, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2020), h. 95.
3. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Irma Sulistiyani pada tahun 2017 dengan judul “Penanaman Nilai-nilai Religius Melalui Kegiatan Siswa di SMP PGRI 1 Sempor Kebumen”. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa penanaman nilai-nilai religius yang ditanamkan di SMP PGRI 1 Sempor Kebumen yang mencangkup nilai aqidah, nilai syariah, dan nilai akhlak dengan menggunakan dua cara yaitu pembelajaran didalam kelas dan diluar kelas, disampaikan dengan berbagai metode yang digunakan meliputi metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, perhatian, reward dan punishment.16
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah keduannya merupakan penelitian kualitatif dan sama-sama meneliti tentang nilai-nilai religius. Perbedaan penelitiannya adalah terletak pada judul, redaksi kata yang digunakan oleh peneliti di atas yaitu penanaman nilai-nilai religius sedangkan redaksi kata yang di gunakan oleh peneliti ini adalah implementasi nilai-nilai religius.
4. Penelitian yang di lakukan oleh Noviana Dewi dengan judul “Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik di MI Quraniyah 8 Palembang” Hasil penelitian di atas ialah dalam pembentukan karakter religius peserta didik di Madrasah Ibtidiyah Quraniyah 8 Palembang dibentuk melalui kegiatan sehari- hari yang dilaksanakan di sekolah seperti tenaga pendidik memberikan teladan
16Irma Sulistiyani, “Penanaman Nilai-nilai Religius Melalui Kegiatan Siswa di SMP PGRI 1 Sempor Kebumen”, Skripsi (Purwokerto, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2017), h. 129.
12
yang baik bagi peserta didik, memberikan nasihat dan penjelasan tentang nilai-nilai religius baik itu secara langsung ataupun menerapkan dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, membiasakan peserta didik untukberdoa baik sebelum belajar maupun sesudah belajar, melaksanakan salat duha dan duhur berjamaah, bersedekah setiap hari jumat, kegiatan hafal Al-Quran, ketika mendapatkan nikmat dari Allah swt., maka mengucapkan hamdalah, belajar dengan giat, hormat terhadap orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, senantiasa berbuat kebajikan dan saling mengingatkan kebaikan serta saling tolong menolong sesama teman, jujur kepada kedua orang tua, menepati janji, tidak sombong, tepat waktu masuk kelas,datang tepat waktu, bertutur kata lemah lembut, hidup sederhana, menyelaraskan pertemanan, peduli kepada teman yang sedang kesusahan, taat dan patuh kepada orang tua.17 Persamaan penelitian di atas dengan yang akan dilakukan oleh peneliti ialah kedua penelitian merupakan penelitian jenis kualitatif dan juga sama-sama meneliti terkait nilai religius. Adapun perbedaannya terletak pada lokasi tempat penelitian di lakukan. Penelitian di atas berlokasi di Palembang sedangkan penelitian yang akan dilakukaan oleh peneliti berlokasi di Kota Makassar.
17Noviana Dewi, “Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik di MI Quraniyah 8 Palembang”, Skripsi (Palembang: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2020), h. 73.
5. Penelitian yang di lakukan oleh Wenni Yuliastutik dengan judul “Upaya Pembentukan Karakter Relgius Siswa Melalui Pembiasaan Membaca Asma Al- Husna dan Shalat berjamaan di SMP Maarif 9 Grogol Sawoo Ponorogo”.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa nilai-nilai religius yang ditanamkan melalui kegiatan membaca asmaul husna dan shalat berjamaah di SMP Ma‟arif 9 Sawoo adalah nilai ibadah, dengan ibadah mahdoh yaitu melalui ssshalat berjamaah, pembacaan asmaul husna, kegiatan muhadoroh, dan kegiatan istighozah, nilai jihad (ruhul jihad) denganbersungguhsungguh mencari ilmu didalam kelas maupun diluar kelas, nilai akhlak dan kesopanan, bertemu tenaga pendidik menyapa dan berjabat tangan dan kedisiplinan dengan beribadah tepat waktu, berangkat sekolah tepat waktu.18 Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang religius/keagamaan dan jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kualitatif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wenni Yuliastutik adalah peneliti fokus pada implementasi nilai-nilai religius peserta didik sedangkan Wenni Yuliastutik fokus pada upaya pembentukan karakter religius Siswa.
18Wenni Yuliastutik, “Upaya Pembentukan Karakter Relgius Siswa Melalui Pembiasaan Membaca Asma Al- Husna dan Salat berjamaan di SMP Maarif 9 Grogol Sawoo Ponorogo”, Skripsi (Ponorogo, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2020), h. 81.
14
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjabarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada rumusan masalah. Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasi nilai Ibadah peserta didik di MAN 1 Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui implementasi nilai Akhlak peserta didik di MAN 1 Kota Makassar.
c. Untuk mengetahui implemenatsi nilai Kemasyarakatan peserta didik di MAN 1 Kota Makassar.
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah
Dalam penelitian ini tentu diharapkan dapat membantu pemahaman sekaligus berguna dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan implementasi nilai-nilai religius peserta didik terkhusus pada nilai ibadah, akhlak dan nilai kemasyarakatan secara objektif dan penalaran yang dijabarkan secara sistematis.
b. Kegunaan Praktis 1) Bagi masyarakat
Dapat menjadi motivasi dalam mengembangkan akhlak dan mengaplikasikan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari.
2) Bagi lembaga terkait
Sebagai sumber data atau bentuk masukan bagi MAN 1 Kota Makassar agar peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai religius dengan baik dan benar.
3) Manfaat bagi UIN Alauddin Makassar
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu pijakan dan bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya, serta untuk memperluas wawasan keilmuan tentang implementasi nilai-nilai religius.
4) Bagi Jurusan Pendidikan Agama Islam
Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi pembelajaran bagi mahasiswa dan mahasiswi jurusan pendidikan agama Islam agar senantiasa mengaplikasikan nilai-nilai religius dalam lingkungan kampus serta dalam kehidupan sehari-hari.
5) Bagi Peneliti
Sebagai latihan pembelajaran untuk menyusun suatu pikiran secara tertulis dan sistimatik dalam sebuah bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan pembanding bagi peneliti lain yang meneliti masalah yang relevan.
16 BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Nilai Religius
1. Pengertian Nilai-nilai Religius
Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valaere (bahasa Latin) yang berarti:
bermanfaat, mampu akan, berdaya, berlaku dan kuat. Nilai merupakan kualitas suatu hal yang dapat menjadikan hal itu disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan. Adapun pendapat dari Steeman dan Sjarkawi yang dikutip oleh Jakaria Umro bahwa nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang sedangkan menurut Rokech dan Bank dalam Asmaun Sahlan, bahwasannya nilai merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada pada suatu lingkup sistem kepercayaan yangberada dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang dianggap pantas atau tidak pantas ini berarti pemaknaan atau pemberian arti terhadap suatu objek. Sedangkan keberagamaan merupakan suatu sikap atau kesadaran yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu agama.
Jadi nilai menjadi pengarah, pengendali dan sebagai penentu perilaku seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan.
Kata dasar religius berasal dari bahasa latin religare yang berarti menambatkan atau mengikat. Dalam bahasa Inggris disebut dengan religi dimaknai dengan agama. Dapat dimaknai sebagai agama bersifat mengikat, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-nya. Berdasarkan ajaran Islam hubungan itu tidak mutlak sekedar hubungan dengan Tuhan-nya melainkan juga meliputi hubungan
dengan manusia lainnya, masyarakat atau alam lingkungannya. Dari segi isi, agama adalah seperangkat ajaran yang merupakan perangkat nilai-nilai kehidupan yang harus dijadikan barometer para pemeluknya dalam menetapkan pilihan tindakan dalam kehidupannya, dengan kata lain, agama mencakup totalitas tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang dilandasi dengan iman kepada Allah swt., sehingga seluruh tingkah lakunya berlandaskan keimanan dan akan membentuk sikap positif dalam peribadi dan perilakunya sehari-hari. Religius ialah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Religius merupakan penghayatan dan pelaksanaan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian nilai religius ialah sesuatu yang berguna dan dilakukan oleh manusia, berupa sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, secara umum makna nilai-nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku sesuai dengan aturan- aturan agama dalam mencapai keselamatan dan kesejahteraan serta kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.1
1Jakaria Umro, “Penanaman Nilai-nilai Religius di Sekolah yang Berbasis Multikultural”
Jurnal Al-Makrifat Vol 3, no. 2, (2018): h. 5-6.
18
2. Nilai-nilai Religius
Nilai religius sebenarnya berasal dari kata religion atau religious yang berarti agama dalam bahasa Inggris. Kata ini awalnya bersumber dari istilah latin religie berarti kembali dan ligere artinya terkait atau terikat. Menurut Sauri yang dikutip oleh
Mardan Umar bahwa agama atau religi merupakan suatu sistem ajaran tentang Tuhan,
di MANa penganutnya melakukan tindakan-tindakan ritual, moral, atau sosial atas dasar aturan-aturan-Nya. Oleh sebab itu, secara substansial, agama mencakup aspek kredial (doktrin), ritual (cara berhubungan dengan Tuhan), moral (aturan berperilaku) dan sosial (aturan hidup bermasyarakat. Dengan demikian, seorang yang beragama harus memiliki nilai-nilai keberagamaan (religiusitas) yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.2
Menurut Nurkholis Majid sebagaimana yang dikutip oleh Amru Almu‟tasim bahwa agama bukanlah sekedar tindakan–tindakan ritual seperti salat dan membaca al-Qur‟an serta membaca do‟a. Agama lebih dari itu, yaitu keseluruhan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang dilakukan semata-mata demi mendapat ridho Allah swt., Dengan demikian sehingga pegertian agama merupakan keseluruhan tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur atasdasar percaya atau iman kepada Allah swt., dan tanggung jawab dihari kemudian.3
Menurut Abdullah yang dikutip oleh Framz Hardiansyahia membagi nilai religius dalam 3 aspek yaitu sebagai berikut:
2Mardan Umar, “Urgensi Nilai-nilai Religius dalam Kehidupan Masyarakat Heterogen di Indonesia” Jurnal Civic Education, Vol 3, no 1 (2019): h. 73.
3Amru Almu‟tasim, “Penciptaan Budaya Religius Pertenaga pendidikan Tinggi Islam Berkaca Nilai Religius UIN Maulana Malik Ibrahim Malang” Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 3, no 1 (2016): h. 109.
a. Aqidah
Aqidah secara etimologis berasal dari kata „aqada-ya‟qidu-„aqdan-aqidatan.
Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh sedang aqidah berarti keyakinan.4 Dengan demikian, aqidah diartikan sebagai ketetapan hati yang di dalamnya tidak terdapat keraguan terhadap orang yang mengambil keputusan, baik benar maupun salah.5 Menjurut Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dikutip oleh Galuh Nasrullah dia mengatakan bahwa aqidah mempunyai sebuah makna yakni suatu hal atau perkara yang hendaknya dibenarka oleh hati , dengan demikian jiwa manusia menjadi tenang, dan akhirnya jiwa itu menjadi yakin dan mantap tanpa adanya keragu-raguan di dalamnya dan tanpa sedikitpun kebimbangan di hatinya. Dengan kata lain keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang meyakini nya sehingga jika hal tersebuh tidak sampaipada keyakinan yang kokoh maka tidak dinamakan aqidah.6
Berdasarkan analisis peneliti bahwa suatu kepercayaan atau aqidah tidak dikatakan aqidah yang kokoh apabbila di dalam kepercayaan tersebut masih terdapat kebimbangan dan keraguan, sehingga untuk mencapai aqidah yang baik hendaknya manusi senantiasa mempercayai sesuatu dengan hati yang bersih, kokoh dan tanpa dibarengi dengan kebimbangan. Sehingga Aqidah merupakan iman dan yakin kepada Allah swt., sebagai tuhan yang wajib disembah. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS Ta>ha>/20: 14 yang berbunyi:
4Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Cet. I ;Yokyakarta: Suara Muhammadiyah, 2020), h.
18.
5Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), h. 13.
6Galuh Nashrullah Kartika Mayangsari, “Pendidikan Aqidah dalam Perspektif Hadist”.
Jurnal Islamic Sharia,Vol I, no 1 ( 2017): h. 4.
20
 
Terjemahnya:
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu.7
Berdasarkan tafsir al-Qur‟an ayat di atas menjelaskan bahwa:
Allah-lah yang berhak untuk di ibadahi , dan Dzat yang melekat pada-Nya sifat tersebut. Sebab Dia maha sempurna dalam nama-nama dan sifatnya, Esa dengan perbuatan-perbuatannya., tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada bandingan, padanan, dan Dzat yang sama dengan-Nya. “Maka sembahlah Aku,”
dalam segala macam ibadah, yang zahir maupun yang batin, ibadah yang prinsip ataupun yang bersifat sekunder. Selanjutnya, Allah menyebutkan salat secara khusus , meskipun sudah termasuk dalam bingkai ibadah, karena keutamaan dan kemuliaannya serta muatannya yang mengandung penghambaan hati, lisan dan anggota tubuh lainnya. “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. Maksudnya, tegakkanlah salat untuk tujuan yang paling agung. Dengan itulah hati menghambakan diri kepada Allah dan kebahagiaan tergapai. Hati kosong tanpa dzikir niscaya akan menjadi kosong dari segala kebaikan. Ia benar-benar telah mengalami kerusakan yang parah., maka Allah menggariskan berbagai macam ibadah yang ditujukan untuk mengingat-Nya, terutama pada salat.8
Adapun yang dituntut Aqidah Islam kepada penganutnya ialah mempercayai dengan sepenuh hati yakni dua kalimat syahadat,karena hal tersebut merupakan asas terpenting dari aqidah Islam. Pengucapan syahadat merupakan hal atau tema penting yang bernaung dibawahnya akidah Islamiyah. Dua kalimah syahadat ini berarti tidak ada Tuhan selain Allah swt, sebagai yang paling hak untuk disembah dan di takuti karena Allah swt., merupakan zat yang Mutlak dan satu atau tunggal, tidak memiliki lawan, tidak memiliki saingan, merupakan Tuhan yang awal maupun akhir, wujud tanpa akhir, serta yang Zahir dan yang batin, Tuhan yang Qadim tanpa awalan, Azali tanpa suatu permulaan. Allah swt memiliki sifat kebesaran yang tidak ada
7Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h 625.
8Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir al-Qur‟an (Cet VI; Jakarta: Darul Haq, 2016), h. 480-481.
tandingannya. Serta memiliki jesempurnaan. Tidak ada satupun yang menyerupai dan meyamainya. Ia tidak memiliki kemiripan apapun terhadap makhluknya maupun hal lainnya, segala yang ada di bumi dan langit tidak ada yang menyerupainya. Sumpah terhadap keesaan Allah swt., serta dengan ucapan mengakui Ruhubiyyah maupun Uluhiyyah yang ada pada diri Allah swt. Begitu juga dalam dua kalimat syahadat sangat jelas bahwa Allah Esa, kepatuhan dan keyakinan tentang kebenaran risalah nabi Muhammad saw., dan juga dari segi hukum yang dibawa oleh Rasulullah mengandung kebenaran. Adanya pengakuan terhadap risalah nabi Muhammad saw., sehingga mampu membawa manusia terhadap tingkat beriman dengan kebenaran al- Qu‟ran dan yang diterangkan oleh wahyu seperti para rasul, dan malaikat dan hari akhirat.9 Nilai aqidah/ibadah yaitu meliputi tidak syirik atau menduakan Allah swt., dengan suatu yang lain, kemudian dibuktikan dengan melaksankan salat duhur berjamaah, senantiasa mengikuti kajian keagamaan, membaca doa bersama-sama sebelum maupun sesudah pembelajaran, mengadakan acara isra mikraj dan maulid nabi serta acara hari besar keagamaan Islam, membaca surah yasin, khatam al-Qur‟an setiap bulan, sholat idul fitri dan idul adha berjamaah di sekolah. Dengan demikian Aqidah memiliki peranan penting dalam aspek kehidupan manusia mejadikan manusia lebih konsisten dalam menetapkan kepercayaan dan hidup lebih terarah.
b. Syariah
Syariah dari segi bahasa berasal dari kata, syari‟ yang berarti tempat berjalan, jalan yang lurus, aliran mata air tempat orang-orang datang dan mengambil airnya untuk diminum. Syariah secara terminologis berarti sistem norma yang mengatur
9Sabiruddin,” Akidah Asas Kesempurnaan Insan”. Jurnal al-Hikmah Vol 4 (2012), h. 106- 107.
22
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Syariat berisi aturan-aturan hukum yang merupakan implementasi dari kandungan Al-Qur‟an dan Sunnah. Syariat adalah hukum yang mengatur kehidupan manusia di dunia dalam rangka menggapai bahagia di dunia dan akhirat.10
Secara harfiyah kata syariah dalam bahasa arab berarti jalan yang lurus.
Syariah juga dapat diartikan sebagai jalan menuju sumber air dan tempat orang-orang menikmati air minum, dengan demikian berarti sesuatu jalan yang jelas untuk diikuti.
Menurut istilah perkataan syariah pada mulanya mempunyai arti luas, tidak hanya berarti fikih dan hukum akan tetapi mencangkup pula aqidah dan segala yang diperintahkan Allah swt, dengan demikian syariah adalah mengesakan Allah swt., menaati perintah-Nya beriman kepada rasul-rasul-Nya dan kitab-kitabnya dan hari pembalasan.11
Dalam Islam terdapat hukum al-Alamiyah berarti yang berarti universal, bahwa segala hukum dan asas syariat lslam memiliki sifatuniversal, insaniyah yaitu rahmat bagi seluruh alam, hidayah untuk seluruh manusia di mukabumi ini dan diturunkan untuk segenap umat manusia.Syariat lslam tidak terbatas untuk satu etnis manusia saja atau untuk satu daerah saja dimuka bumi, akan tetapi untuk sekalian manusia, suku, bangsa, warna kulit, bahasa, dan daerah.Semua manusia sama kedudukannya dan tidak ada kelebihan antara satu dengan lainnyakecuali yang paling taqwa. Syariat hukum al-Alamiyah adalah hukum Allah dibuat oleh manusia. Hukum
10Farhat Abdullah, “Keutamaan Syariat Islam”. Jurnal AL-Risalah Vol 10, no 1. (2019,): h.
131.
11Azman, Penerapan Syariat di Indonesia (Cet. I; Makassar: All Rights Reserved, 2013), h.
128-129.
buatan manusia bersifat subyektif, dapat dipengaruhi oleh berbagai situasi dan kondisi,seperti lebih mementingkan diri sendiri, kelompok, suku, golongan, dan partai politiknya. Seluruh syariat lslam ditegakkan di atas dasar persamaan. Semua wajib tunduk dan patuh kepada Hukum Allah. Dalam syariat lslam, kedudukan seluruh manusia sama dalam bidang taklif, hukum dan pengadilan. Segala ketentuan hukum dan sanksi tetap harus dijalankan, suku, ras, kasta, dan semuanya juga akan sama dalam memperoleh hak dan menunaikan kewajiban12
Belakangaan kata syariah digunakan untuk menunjuk pengertian sebagaimana didefinisikan oleh ualma pada umumnya yaitu semua firman Allah swt., yang berhubungan dengan aktivitas manusia (baik berbuat ataupun tidak berbuat, aktif maupun pasif), baik berupah perintah ataupun larangan , atau pilihan untuk berbuat atau tidak berbuat.13
Berdasarkan analisis penulis bahwa syariah adalah serupa hukum Islam, yang di dalamnya terdapat sebuah aturan-aturan yang berhubungan dengan akidah, tingkah laku dan moral dalam menentukan baik dan benar suatu perbuatan ya ng dilakukan oleh seseorang..
Allah swt., berfirman dalam QS al-An‟a>m/6:38 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Tiadalah kami melupakan sesuatupun dalam Al-Kitab kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.14
12Farhat Abdullah, “Keutamaan Syariat Islam”. Jurnal AL-Risalah, h. 134.
13Abdul Rahman Dahlan, Ushul Fiqh (Cet. V; Jakarta: AMZAH, 2018), h. 2.
14Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 275.
24
Berdasarkan ayat di atas dalam kitab tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa:
Kata al-Kita<b dalam firman-Nya: Tiadalah Kami melupakan sesuatu di dalam al- Kita<>b dipahami oleh sementara ulama dalam arti al Lauh al- Mahfuzh, sedangkan al Lauh al- Mahfuzh ada yang memahaminya sebagai sesuatu yang dihimpun yang telah, sedang dan akan terjadi sejak awal kejadian hingga akhir masa. Ada juga yang memahaminya sebagai lambing menunjuk kepada Allah swt. Maka pernyataan ayat di atas adalah sesuatu yang sangat lurusdan tepat, karena tidak sesuatu walau sekecil apapun yang luput dari ilmu Allah swt.
Firmannya: “Kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan” maksudnya ialah akan dibangkitkannya binatang-binatang walaupun tujuan kebangkitannya tidak sepenuhnya sama dengan manusia. Ada juga ulama yang memahami ayat di atas bahwa akan dihimpunnya binatang dalam arti majazi yakni symbol kesempurnaan Allah swt. Pendapat lain juga menyatakan bahwa yang dibangkitkan hanyalah makhluk berakal saja.15
Berdasarkan tafsir tersebut di atas maka dapat penulis disimpulkan bahwa sebagai ummat Islam telah jelas bahwa Allah swt., memberikan aturan dan jalan yang benar melalui kitab al-Qur‟an dan al-Qur‟an tidak meninggalkan sedikitpun atau lupa dalam memberikan informasi yaitu masalah syariah, iman dan semua yang mencangkup ilmu pengetahuan sehingga dengan demikian sudah sepatutnya kita mengikuti aturan dan jalan yang benar tersebut. Dan semua makhluk akan dihimpun.
Nilai syariah yaitu meliputi tidak berkelahi, membantu teman yang sedang mengalami musibah atau dalam keadaan sakit, membantu korban bencana alam berupa bakti sosial yang di adakan oleh sekolah, meaati semua aturan yang ada di sekolah, menanam tanaman toga setiap akhir pekan.
c. Akhlakul Karimah
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologis
15M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Qur‟an”, Jurnal Vol. 1V, (Jakarta: Lentera Hati, 2002): h. 87-88
definisi akhlak menurut Imam al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Yunahar Ilyas bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.16
Akhlakul karimah merupakan suatu sikap manusia yang mengatur tata cara berintraksi dengan Tuhan, berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya dengan dasar saling mencintai dan tidak membenci.17 Kata Akhlak lebih luas artinya dari moral atau etika yang digunakan dalam bahasa Indonesia sebab akhlak meliputi segi- segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang, namun ada pula yang menyamakan kedua hal tersebut lantaran keduannya membahas masalah baik dan buruk tingkah laku manusia.18 Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik harus diperhatikan dan disempurnakan, serta kebiasaan yang buruk harus dihilangkan, karena merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk karaker manusia yang berakhlak.19
Akhlak merupakan tingkah laku ataupun perbuatan seseorang yang dikerjakan oleh manusia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan, dengan lancar tanpa merasa kesulitan ia lakukan. Sehingga perbuatan dan tindakan tersebut yang dilakukan dengan terpaksa atau merasa berat untuk berbuat tidaklah dikatakan akhlak.
Orang yang bersikap ramah, lapang dada, bergaul dengan baik, menyayangi orang
16Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Cet. IX ;Yokyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Lingkar Barat, 2009), h 1.
17Framz Hardiansyah, “Implementasi Nilai Religius Melalui Budaya Sekolah: Studi Fenomenologo” Jurnal Pengembangan Pendidikan Dasar, Vol. 4, no 1 (2020): h. 21.
18Rosihon Anwar dan Saehudin, Akidah Akhlak, h. 13
19Buhari Pamilangan, “Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak”
Jurnal Istiqra‟ Vol. VI, no 1, (2018): h. 7.