• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH STANDARISASI WORKSHOP

N/A
N/A
Samsudin

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH STANDARISASI WORKSHOP"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

STANDARDISASI WORKSHOP

DISUSUN OLEH :

SAMSUDIN, ST

PT PIPIT MUTIARA JAYA MAINTENANCE DEPARTMENT

SITE SEBAKIS

2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Workshop atau bengkel di areal pertambangan dapat didefinisikan sebagai suatu tempat atau ruang kerja untuk melakukan perbaikan, perawatan, pembuatan, pemasangan atau pengujian peralatan dan pekerjaan teknik lainnya.

Berdasarkan jenis pekerjaan yang dapat dilakukan maka workshop pada umumnya dikategorikan dalam tiga tipe, yaitu:

- Workshop tipe A, yaitu Workshop yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, perbaikan besar, serta perbaikan chassis dan body.

- Workshop tipe B, yaitu Workshop yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, serta perbaikan chassis dan body.

- Workshop tipe C, yaitu workshop yang mampu melakukan jenis pekerjaan perawatan berkala dan pekerjaan kecil.

Sedangkan untuk workshop yang merupakan suatu bagian atau divisi dari suatu perusahaan industri, dapat dikategorikan berdasarkan jumlah aset perusahaan berupa peralatan atau machine yang ditangani, sebagai berikut:

- Workshop kecil, untuk jumlah aset kurang dari 50 unit.

- Workshop menengah, untuk jumlah aset antara 50 s/d 100 unit.

- Workshop besar, untuk jumlah aset lebih dari 100 unit.

Pada KEPMEN 555.K/26/M.PE/1995 pasal 159 disebutkan tentang Ketentuan Umum Perbengkelan dan Pabrik, yaitu: “Setiap bengkel harus dioperasikan dan dipelihara dalam keadaan bersih, rapi sehingga tidak menimbulkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan serta tidak mengganggu atau mengotori lingkungan”. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu acuan atau referensi tentang standar minimum suatu workshop atau bengkel agar kegiatan operasional workshop dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, serta memenuhi aspek-aspek K3 dan lingkungan, seperti yang telah dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3)

BAB II

BANGUNAN DAN FASILITAS WORKSHOP

II.1. BANGUNAN

Bangunan workshop harus terbuat dari struktur yang kuat dan kokoh dan tidak boleh ada bagian yang mungkin rubuh. Bangunan harus terbuat dari material yang tidak mudah terbakar dan lantai harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan kimia yang merusak, datar dan tidak licin. Kekuatan lantai juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan agar memiliki ketahanan terhadap pembebanan yang diberikan kepadanya oleh aktifitas pekerjaan di workshop.

Tinggi bangunan workshop harus dapat memberikan ruang udara yang cukup bagi pekerja. Bila bangunan workshop dirancang sebagai bangunan tertutup maka diperlukan ventilasi-ventilasi udara untuk memenuhi kebutuhan udara bagi pekerja. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk workshop berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 03-6572-2001 adalah sebesar 18 m3/jam per orang. Syarat-syarat lainnya mengenai sirkulasi udara pada suatu ruang termasuk workshop telah diatur dalam standar tersebut.

Bila karena sifat pekerjaannya yang mengharuskan dilakukan dibawah unit,

misalnya pekerjaan pemeliharaan periodik (periodic service), maka pada lantai perlu dibuat suatu selokan (ditch) untuk memudahkan pekerjaan tersebut dilakukan. Syarat-syarat pembuatan suatu selokan (ditch) adalah sebagai berikut:

a. Ukuran panjang dari selokan disesuaikan dengan panjang rata-rata bidang kerja dibawah unit, dan harus tersedia jalan masuk dan keluar yang bebas bagi pekerja.

b. Lebar selokan ±80 centimeter, untuk memberikan keleluasan gerak bagi pekerja.

c. Kedalaman selokan ±115–120 centimeter, yang didasari oleh pertimbangan jarak jangkauan rata-rata pekerja berdasarkan tinggi badan, serta pertimbangan faktor posisi ergonomis pekerja.

d. Harus tersedia tangga untuk akses turun dan naik dengan bebas.

(4)

e. Tersedia penerangan yang cukup untuk aktifitas pekerjaan di dalam selokan (ditch).

II.2. DEMARKASI LINE

Demarkasi adalah tanda berupa garis yang terdapat di lantai dan ditandai dengan perbedaan warna sesuai dengan kegunaannya. Standar Nasional Indonesia tentang

demarkasi ini diatur dalam SNI 13-6350-2000, dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Demarkasi pada lorong

Yang dimaksud dengan lorong adalah jalan kecil dalam area kerja. Seluruh lorong harus diberi demarkasi dengan warna kuning terang dengan lebar 75 mm.

b. Jalan lintas

Jalan lintas adalah jalan yang dikhususkan bagi pejalan kaki. Jalan lintas harus diberi demarkasi dengan garis warna merah tua dengan lebar 75 mm.

c. Daerah tempat penyimpanan peralatan K3 harus didemarkasi dengan latar belakang warna putih desertai garis miring warna hijau dengan lebar 75 mm dan jarak antaranya 75 mm.

d. Daerah yang bebas dari tumpukan barang di depan panel listrik tidak boleh kurang dari 800 mm. Daerah ini harus didemarkasi dengan warna hijau selebar 75 mm di lantai di depan panel listrik.

e. Seluruh daerah penyimpanan barang harus diberi garis demarkasi berwarna abu-abu dengan lebar 75 mm dibagian dalam dan berdampingan dengan garis tepi berwarna kuning selebar 75 mm.

II.3. PENERANGAN

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan kerja secara efektif. Penerangan yang baik adalah

penerangan yang memungkinkan pekerja melihat objek-obyek yang dikerjakan dengan lebih jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.

Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu penerangan buatan (penerangan artifisial) dan penerangan alamiah (sinar matahari).

(5)

Untuk mengurangi pemborosan energi disarankan untuk mengunakan penerangan alamiah, akan tetapi harus pula disediakan penerangan buatan yang memadai. Hal ini untuk menanggulangi kekurangan intensitas penerangan bila aktifitas workshop berlangsung di malam hari serta bila kondisi cuaca mendung di siang hari.

Syarat intensitas penerangan sebuah workshop berdasarkan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 adalah sebesar 300 lux, karena aktivitas pekerjaan di workshop termasuk aktifitas kerja yang memerlukan ketelitian yang cukup tinggi.

Penempatan titik-titik lampu juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan workshop agar dapat menghasilkan penyinaran yang optimum, serta tidak menyebabkan terjadinya kesilauan dan bayangan.

II.4. KEBISINGAN

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Standar tingkat kebisingan di ruang kerja menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 adalah maksimal 85 dB. Resiko yang dapat timbul akibat terpapar kebisingan dengan tingkat tekanan bunyi diatas nilai ambang batas adalah dapat merusak indera pendengaran. Oleh karena itu, dalam perencanaan suatu workshop perlu mempertimbangkan masalah kebisingan ini yang sangat

berpengaruh pada kesehatan serta tingkat kenyamanan pekerja, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

- Mengatur jarak wilayah aktifitas workshop dengan sumber kebisingan yang biasanya berasal dari generator dan compressor.

- Membuat ruangan kontrol yang terpisah dari ruangan generator sehingga pakerja atau operator generator tidak terpapar langsung dalam waktu yang cukup lama dengan kebisingan generator.

- Menyediakan alat pelindung diri berupa ear plug ataupun ear muf bila pekerjaan dilakukan dekat dengan sumber kebisingan.

(6)

- Bila memungkinkan, memasang peredam suara pada dinding dan langit-langit.

II.5. ALAT PEMADAM KEBAKARAN

Kebakaran merupakan salah satu kecelakaan yang paling sering terjadi pada suatu workshop. Hal ini karena didalam suatu workshop terdapat sumber-sumber panas yang berasal dari mesin-mesin kerja ataupun dari suplai listrik yang ada di workshop. Juga terdapat material-material yang mudah terbakar diantaranya adalah solar, oli dan batere.

Sebagai langkah antisipasi terhadap potensi bahaya kebakaran tersebut, maka pada suatu workshop wajib untuk menyediakan alat-alat pemadam api yang diantaranya adalah APAR dan Hydrant. APAR merupakan salah satu alat pemadam kebakaran yang sangat efektif untuk memadamkan api yang masih dalam skala kecil untuk mencegah semakin besarnya api tersebut. Sedangkan Hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan, yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran (Depnaker, 1995).

Syarat-syarat tentang jenis, jumlah, pemasangan serta pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR) telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No:

PER.04/MEN/1980.

II.6. TATA LETAK (LAYOUT)

Perencanaan tata letak (layout) suatu workshop merupakan salah satu tahap dalam perencanaan suatu fasilitas workshop yang bertujuan untuk mencapai suatu sistem alur kerja yang efisien dan efektif, untuk menghasilkan produktifitas workshop yang tinggi dan ekonomis.

Tujuan perencanaan tata letak suatu workshop adalah:

a. Keselamatan kerja yang tinggi b. Aliran proses kerja menjadi lancar

c. Ruang gerak yang cukup untuk aktivitas workshop d. Pemakaian ruang yang efisien

e. Pemanfaatan peralatan yang optimal

f. Penggunaan jumlah tenaga kerja yang minimum

(7)

g. Suasana kerja yang baik

h. Pengendalian limbah workshop yang baik

Pemodelan tata letak suatu workshop dapat digolongkan menjadi 2 model, yaitu:

1. Tata letak fungsional (fungsional layout), yang merupakan suatu perencanaan tata letak dengan melakukan pengelompokan peralatan berdasarkan fungsi atau jenis pekerjaan.

Dengan model tata letak ini, maka pada workshop akan terdapat beberapa section (bay) berdasarkan jenis dan fungsinya. Tabel berikut menunjukkan contoh

pengelompokan section pada suatu workshop berdasarkan pemodelan tata letak proses:

Jenis Pekerjaan Ruang Lingkup Nama Area

Mekanikal - Alat berat & supporting - Alat ringan

- Overhaul

Bay-1 Bay-2 Bay-3 Elektrikal Semua jenis pekerjaan

elektrikal

Bay-4 Fabrikasi Semua pekerjaan fabrikasi Bay-5 Machinery Semua pekerjaan machinery Bay-6

Tabel 1. Contoh pemodelan tata letak fungsional

Kelebihan dari pemodelan tata letak fungsional ini adalah:

- Memungkinkan utilitas peralatan yang tinggi

- Investasi yang lebih rendah karena dapat mengurangi duplikasi pengadaan peralatan

- Lebih fleksibel dalam mengalokasikan personel maupun peralatan Sedangkan kekurangan dari pemodelan ini antara lain adalah:

- Pada umumnya memerlukan area workshop yang lebih luas - Pengawasan dan pengendalian aktifitas kerja lebih sulit - Total waktu kerja produktif yang lebih lama

- Meningkatkan kebutuhan material handling karena aliran proses yang beragam 2. Tata letak terpusat (centrally layout), yang merupakan suatu perencanaan tata letak

dengan penempatan dan pengaturan semua fasilitas workshop dalam satu area tertentu (terpusat pada satu section).

Kelebihan dari pemodelan tata letak terpusat adalah:

(8)

- Proses material handling dapat berlangsung dengan lancar dan sederhana - Total waktu yang diperlukan untuk suatu pekerjaan perbaikan ataupun

pemeliharaan lebih singkat

- Kemudahan dalam pengawasan dan pengendalian aktifitas kerja Kekurangan dari tata letak terpusat adalah:

- Kurang fleksibel dari tata letak untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu atau khusus.

- Kerusakan pada salah satu peralatan dapat mengakibatkan terhentinya semua proses kerja

- Ruang kerja yang padat dapat mengurangi kenyamanan dan konsentrasi dalam bekerja

Penataan workshop yang paling baik adalah sebisa mungkin merupakan gabungan dari kedua model penataan letak workshop tersebut. Dengan demikian, aliran proses kerja tetap dapat berjalan lancar, produktifitas yang lebih efisien serta pengendalian,

pengawasan dan kenyaman kerja yang lebih baik.

Beberapa hal berikut juga harus menjadi perhatian penting dalam penataan letak suatu workshop, yaitu:

- Bila dilengkapi dengan Fuel Station, maka letak fuel station harus terpisah dari bangunan utama dan dilengkapi dengan fuel trap. Dan dikarenakan oleh sifat density fuel yang lebih ringan dari air, maka desain dari fuel trap dalam hal ini dapat dianggap sama dengan desain oil trap.

- Karena sifat pekerjaannya, maka lokasi body repair dan pengelasan ditempatkan terpisah dan sekurang-kurangnya berjarak 60 meter dari fuel station untuk meminimalisir potensi bahaya kebakaran.

- Jalur evakuasi darurat harus direncanakan dengan baik dan bebas hambatan sehingga proses evakuasi dapat berjalan lancar bila terjadi suatu keadaan darurat.

- Smooking area ditempatkan dilokasi yang jauh dari fuel station ataupun material- material yang mudah terbakar, serta memiliki sirkulasi udara yang baik.

(9)

- Area pencucian (washing area) ditempatkan terpisah dari bangunan utama untuk melokalisir kandungan lumpur maupun limbah-limbah B3 yang dihasilkan dalam proses pencucian, sehingga memudahkan dalam penanganannya.

II.7. SANITASI LINGKUNGAN

Sanitasi di lingkungan workshop adalah suatu usaha untuk mewujudkan kualitas lingkungan kerja yang sehat baik lingkungan tanah, air maupun udara, sehingga dapat memberikan aspek kesehatan dan kenyamanan bagi pekerja di lingkungan kerja tersebut maupun masyarakat disekitar lokasi kerja tersebut.

Hal ini telah menjadi salah satu persyaratan mutlak dalam perencanaan suatu lingkungan atau area kerja, yang mana juga telah diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku. Beberapa aspek-aspek penting dalam upaya mewujudkan kualitas lingkungan workshop yang baik adalah aspek pengelolaan limbah, fasilitas pencucian serta fasilitas toilet.

II.7.1. Pengelolaan Limbah

Pengelolaan limbah baik berupa limbah gas, limbah cair maupun limbah padat harus ditentukan tata kelolanya agar memenuhi standar baku mutu lingkungan hidup yang telah diatur di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Limbah yang dihasilkan oleh suatu aktifitas kerja di workshop dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Berdasarkan wujudnya:

- Limbah padat, contohnya: batere, majun, komponen bekas serta sisa-sisa makanan - Limbah cair, contohnya: oli bekas, air buangan toilet serta air sisa pencucian unit - Limbah gas, contohnya gas buang mesin generator, fume atau asap hasil proses

pengelasan serta butiran-butiran cat yang sangat halus akibat proses pengecetan.

b. Berdasarkan jenis senyawanya:

(10)

- Limbah organik, contohnya: sisa-sisa makanan, kertas, daun kering, dll - Limbah non organik, contohnya: plastik, karet, besi, pipa paralon, dll c. Berdasarkan sifat pencemarannya:

- Limbah non B3, yang terdiri dari semua jenis limbah yang belum terkontaminasi dengan zat-zat beracun dan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

- Limbah B3, yaitu terdiri dari semua jenis limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan hidup dan dapat membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Contoh limbah B3 adalah oli bekas, batere bekas, air sisa pencucian unit yang mengandung oli, filter-filter bekas, majun yang telah terkontaminsai oli, dan lain sebagainya.

Pengendalian Limbah Gas

Pengendalian limbah gas diarea workshop mutlak harus dilakukan untuk memberikan jaminan kualitas udara yang baik bagi kesehatan para pekerja di area workshop ataupun masyarakat sekitar. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan limbah gas atau polusi udara, yang paling banyak dihasilkan oleh fasilitas generator yang ada di workshop, diantaranya adalah:

a. Melakukan uji emisi berkala untuk memastikan bahwa baku mutu emisi dihasilkan oleh fasilitas generator memenuhi standar yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2008.

b. Melakukan pemeliharaan berkala terhadap mesin generator agar efisiensi pembakaran oleh mesin generator tetap maksimal, sehingga gas buang yang dihasilkannya pun tetap memenuhi baku mutu emisi gas buang.

c. Menyediakan ruang sirkulasi udara yang baik khususnya di area pengelasan (welding) dan pengecetan (painting), serta mewajibkan pemakaian masker di area tersebut.

d. Melakukan penanaman pohon disekitar area workshop sebagai media penyerapan gas- gas yang berbahaya bagi kesehatan pekerja.

(11)

Pengendalian Limbah B3

Langkah-langkah dalam pengendalian limbah B3 yang dihasilkan oleh suatu aktifitas workshop adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pemisahan limbah berdasarkan jenisnya. Pemisahan tersebut berdasarkan penggolongan jenis limbah seperti yang telah diuraikan diatas, yaitu limbah cair dan limbah padat, kemudian limbah organik, limbah non organik serta limbah B3.

b. Menyediakan perangkap oli (oil trap) yang berfungsi untuk memisahkan kandungan hidrokarbon seperti oli dan solar pada air limbah workshop. Contoh desain oil trap ditunjukkan pada lampiran 4.

Parameter-parameter standar dalam desain suatu oil trap berdasarkan standar API (American Petroleum Institute) adalah:

- Kecepatan aliran air limbah yang masuk ke oil trap ≤ 1,5 cm/s atau sama dengan

±15 tetes per detik.

- Kedalaman oil trap tidak lebih dari 1 meter untuk mengurangi turbulensi.

- Lebar oil trap ≤ 1,8 meter.

- Rasio antara kedalaman oil trap terhadap lebar oil trap antara 0,3 – 0,5.

- Panjang oil trap sekurang-kurangnya 2 kali dari lebar oil trap untuk mengurangi efek turbulensi pada inlet maupun outlet.

c. Menyediakan sediment trap untuk menangkap pasir dan lumpur agar tidak masuk ke oil trap. Contoh desain dari sediment trap ditunjukkan pada lampiran 4.

d. Menyediakan bak penampungan oli untuk meminimalisir tumpahan oli pada lantai workshop.

e. Menyediakan sistem drainase workshop yang terpisah dari sistem drainase air hujan agar ceceran limbah oli maupun hidrokarbon lainnya tidak terbawa oleh air hujan dan mencemari lingkungan.

II.7.2 Fasilitas Pencucian (Washing Area)

(12)

Fasilitas pencucian (washing area) merupakan fasilitas yang diperuntukkan untuk memudahkan dalam pembersihan unit atau peralatan sebelum proses perbaikan atau pemeliharaan dilakukan. Pencucian unit sebelum proses perbaikan ataupun pemeliharaan tersebut dilakukan bertujuan untuk meningkatkan ketelitian dalam proses inspeksi

komponen suatu unit atau peralatan sebagai bagian dalam preventive dan prediction maintenance.

Fasilitas pencucian juga bertujuan untuk melokalisir material lumpur dan limbah yang dihasilkan dalam proses pencucian unit atau peralatan. Dengan demikian, kwantitas lumpur dan limbah yang masuk ke area utama workshop dapat dikurangi, sehingga kebersihan workshop tetap dapat dikendalikan.

Suatu fasilitas pencucian (washing area) akan terdiri dari:

a. Pompa, slang (hose) dan hose gun, yang berfungi sebagai peralatan utama dalam proses pencucian unit atau peralatan.

b. Tangki utama, sebagai tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pencucian.

c. Sediment trap yang berfungsi untuk menangkap tanah dan lumpur sebelum dialirkan ke oil trap.

d. Oil trap yang berfungsi untuk memisahkan kandungan oli ataupun solar dari air sebelum dialirkan ke tangki atau kolam daur ulang.

e. Tangki atau kolam daur ulang, yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan pengendapan akhir sebelum air dialirkan kembali ke tangki utama.

Diagram proses suatu fasilitas pencucian (washing area) ditunjukkan pada bagan berikut:

(13)

Dalam merencanakan suatu fasilitas pencucian (washing area), maka beberapa hal berikut harus dipertimbangkan dalam perencanaan:

- Area pencucian ditempatkan terpisah sekurang-kurangnya 60 meter dari area utama workshop agar percikan ataupun semprotan air bertekanan tidak sampai

menjangkau ke area utama worshop serta pekerja yang ada didalamnya.

- Lantai area pencucian harus terbuat dari bahan yang keras, datar dan tidak licin sehingga tumpahan air yang mengandung lumpur dan limbah B3 tidak langsung merembes ke tanah.

- Kemiringan lantai harus dibuat sedemikian rupa sehingga air tumpahan terarah ke saluran pembuangan yang menuju ke sediment trap, serta dibagian tepi lantai harus dibersi slop sekurang-kurangnya 20cm agar air tumpahan tidak mengalir langsung ke tanah.

- Untuk pencucian kendaraan ringan seperti light vehicle, dapat dibuat suatu panggung (stage) setinggi ≤1 meter serta terbuat dari material yang kuat untuk menahan berat kendaraan.

II.7.3 Fasilitas Toilet

Fasilitas toilet merupakan fasilitas wajib yang harus ada pada suatu workshop. Hal ini telah diatur dalam Pasal 6 pada Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964.

Beberapa hal penting dalam peraturan tersebut adalah:

a. Toilet harus terbuat dari bahan yang kuat serta harus mendapat penerangan dan sirkulasi udara yang cukup.

b. Toilet harus dibuat terpisah untuk laki-laki dan perempuan.

c. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area kerja dan letaknys harus dinyatakan dengan jelas.

d. Jumlah toilet disesuaikan dengan jumlah pekerja dengan ketentuan satu toilet untuk 15 orang pekerja.

e. Harus tersedia air bersih dan toilet harus dibersihkan sekurang-kurangnya 2-3 kali dalam sehari.

(14)

II.8. MANAJEMEN SISTEM INFORMASI

Manajemen sistem informasi dalam kegiatan operasional suatu workshop berfungsi agar seluruh alur proses kegiatan workshop dapat berjalan dengan konsisten, lancar dan terkendali dengan baik. Manajemen sistem informasi workshop mencakup hal- hal berikut:

a. Pengendalian informasi mengenai data-data perbaikan, pemeliharaan dan aktifitas lainnya yang dilakukan di workshop, yang akan diperlukan untuk keperluan-keperluan analisa ataupun perencanaan pemeliharaan di masa mendatang.

b. Informasi terkait dengan petunjuk-petunjuk keselamatan kerja, rambu-rambu, tanda- tanda bahaya, instruksi kerja, rencana kerja, dan lain sebagainya. Informasi yang disajikan disini merupakan informasi umum yang ditempatkan di titik yang mudah dilihat oleh semua orang yang beraktifitas di workshop.

BAB III PERALATAN KERJA

Dalam setiap kegiatan perbaikan maupun pemeliharaan suatu unit (equipment) di workshop, maka diperlukan peralatan-peralatan kerja untuk membantu kelancaran kegiatan tersebut serta untuk keselamatan pekerja. Jenis-jenis peralatan kerja standar yang harus ada pada suatu workshop digolongkan menjadi peralatan kerja tangan (hand tools), Peralatan kerja listrik (power tool), peralatan angkat (lifting tools), peralatan kerja khusus (special tools) serta peralatan pengukuran (measuring tools)

III.1. PERALATAN KERJA TANGAN (HAND TOOLS)

Peralatan kerja tangan (hand tool) adalah alat bantu dasar yang digunakan dalam proses kerja di workshop dan dalam aplikasinya menggunakan kekuatan tangan pekerja.

Beberapa jenis peralatan kerja tangan pada suatu workshop diantaranya adalah:

(15)

a. Spanner, yaitu peralatan untuk mengendurkan atau mengencangkan baut dan mur tipe hexagonal. Jenis-jenis spanner adalah open-end spanner, tappet spanner, ring spanner, combination spanner, dan shifting spanner.

b. Allen Key, digunakan untuk melepaskan dan memasang setscrew, guide pin, drain plug dan jenis-jenis recessed hex head screw lainnya.

c. Socket, digunakan untuk mencapai area dimana spanner ataupun tool yang lainnya tidak dapat menjangkau area tersebut. Socket dapat dipergunakan pada bermacam- macam tool seperti rachet, speeder handle, breaker bar, dan lain sebagainya.

d. Rachet, digunakan bersama dengan socket dan memiliki tuas pemutar untuk mengatur arah putaran pada head.

(16)

e. Breaker Bar, digunakan bila diperlukan gaya yang agak besar untuk melepas dan memasang baut dan mur.

f. Speed Bar, memiliki lengkungan berbentuk U ditengah-tengah yang berfungsi sebagai handle untuk memutar socket.

g. Sliding “T” Bar, memiliki drive lug yang tetap dan head yang memiliki lubang tempat slinding bar terpasang. Tool ini digunakan untuk mengendorkan plug, baut atupun mur dimana ruangan terbatas untuk menggunakan rachet ataupun breaker bar.

h. Socket Extension, merupakan steel bar sederhana dengan drive lug pada salah satu ujung dan internal drive socket pada ujung lainnya. Tool ini digunakan untuk menjangkau baut dan mur di ruang yang cukup jauh kedalam.

i. Plier, merupakan tool yang digunakan untuk memegang atau mencengkram

komponen, serta untuk memotong kawat dan kabel. Jenis-jenis plier terdiri atas slip joint plier, long nose plier, side cutter, multi grip, interlocking joint plier dan circlip plier.

(17)

j. Screwdriver, digunakan untuk membuka atau memasang sekrup (screw). Beberapa screwdriver dilengkapi dengan shank yang lebih panjang pada screw slot untuk membersihkan karat, cat ataupun kotoran.

`

k. Hammer, digunakan untuk memberikan tumbukan (pukulan) pada suatu permukaan.

Jenis-jenis hammer adalah Ball pen hammer, soft tipped hammer serta claw hammer.

l. Punch, digunakan bersama-sama dengan hammer untuk memberikan gaya pukulan pada suatu permukaan. Punch digunakan untuk mengeluarkan pin dari lubang, mensejajarkan lubang-lubang pada bagian komponen saat perakitan, serta untuk menandai suatu bagian komponen.

m. Chisel, digunakan bersama-sama dengan hammer untuk memotong, melakukan chipping pada logam, mengeluarkan mur dan kepala baut, mengeluarkan kepala paku

(18)

keling, dan sebagainya. Jenis-jenis chisel adalah flat chisel, cross-cut chisel, round nose chisel, diamond point chisel, serta side cutting chisel.

n. Scraper, digunakan untuk melepaskan material gasket ketika membersihkan komponen, juga dapat digunakan untuk membersihkan cat, karat dan grease.

o. Magnet Assembly, digunakan untuk mengangkat benda-benda kecil seperti sekrup, washer, mur, dan baut yang jatuh ke tempat yang sulit dijangkau.

p. File (kikir), digunakan untuk membentuk bagian-bagian kecil, mengurangi ukuran sebuah komponen sehingga dapat sesuai dengan yang lainnya, membuang bekas-bekas pengerjaan yang dibuat oleh pengikisan chisel dan mesin, persiapan permukaan untuk scrapping ataupun polishing dan berbagai penggunaan lainnya.

q. Hacksaw, digunakan untuk pekerjaan pemotongan benda.

III.2. PERALATAN KERJA LISTRIK (POWER TOOLS)

Peralatan kerja listrik adalah jenis peralatan yang digerakkan oleh tenaga listrik.

Penggunaan peralatan ini akan mengefisiensikan waktu kerja, sehingga menjadi suatu kebutuhan yang penting pada suatu workshop dimana intensitas pekerjaan perbaikan maupun pemeliharaan cukup tinggi.

(19)

Jenis-jenis peralatan kerja listrik adalah sebagai berikut:

a. Portable Electric Drill, digunakan terutama untuk pekerjaan membuat lubang ataupun reamer. Beberapa perlengkapan dan assesoris memungkinkan drill digunakan untuk banyak tujuan lainnya.

b. Portable Power Grinder, digunakan untuk menggerinda hasil pengelasan, menghaluska permukaan dan membersihkan karat.

c. Electric Impact Wrench, digunakan untuk melonggarkan dan mengencangkan baut dan mur. Penggunaan portable impact wrench akan sangat meningkatkan efisiensi waktu dibandingkan dengan penggunaan wrench/spanner standar.

d. Abrasive Cut Of Saw, digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan pemotongan berbagai jenis material. Pemilihan jenis wheel atau mata gergaji tergantung pada jenis material yang akan dipotong.

e. Bench Drill, digunakan untuk membuat lubang ataupun reamer. Dilengkapi dengan sebuah meja yang memungkinkan benda kerja dapat dijepit, dan dengan memutar

(20)

meja dan swivel pada shank akan memungkinkan benda kerja digeser dibawah mata drill tanpa melepaskan cekaman.

III.3. PERALATAN KHUSUS (SPECIAL TOOLS)

Peralatan khusus (special tools) merupakan peralatan yang didesain untuk fungsi- fungsi serta pekerjaan-pekerjaan khusus dimana tidak dapat dilakukan dengan tools standar. Beberapa jenis special tools adalah sebagai berikut:

a. Torque Wrench, digunakan untuk mengencangkan baut dan mur hingga standar kekencangan (torque) tertentu. Torque Wrench memiliki handle, dial, dan drive untuk socket. Dial menunjukkan jumlah torque ketika baut dikencangkan. Pada umumnya satuan yang digunakan adalah newton meter (Nm) dan pound feet (lb-ft).

b. Torque Multiplier, digunakan untuk meningkatkan torque diatas kapasitas torque wrench dan diatas kemampuan manusia. Torque Multiplier digunakan dengan torque wrench. Sebuah socket diletakkan pada torque multiplier yang kemudian dipasang pada bolt.

c. Air Impact Wrench, sama halnya dengan electric impact wrench, digunakan untuk melonggarkan dan mengencangkan baut dan mur. Perbedaannya adalah pada tenaga penggeraknya yang menggunakan udara bertekanan. Torque yang dihasilkan oleh air impact wrench lebih besar dibandingkan dengan electric impact wrench.

(21)

d. Pipe Wrench, didesain hanya untuk digunakan pada pipa dan tidak cocok untuk digunakan untuk mengencangkan baut dan mur hexagonal.

e. Filter Strap, digunakan untuk melepaskan dan memasang fuel filter dan oil filter jenis spin on.

f. Chain Wrench, digunakan untuk melepas dan memasang threaded crown pada hydraulic cylinder. Tool ini dapat juga digunakan pada pipa berulir berdiameter besar.

g. Sledge Wrench, digunakan untuk melonggarkan atau mengencangkan baut dan mur berukuran besar dalam aplikasi-aplikasi yang memerlukan torque yang sangat kuat.

Shank pada tool ini dirancang untuk dapat menahan pukulan yang lebih keras.

h. C Spanner, digunakan untuk melepas dan memasang spanner nut, cylinder rod head pada hydraulic cylinder, sprocket retaining nut, dan sebagainya.

i. Track Shoe Wrench, digunakan untuk menahan track bolt nut ketika melepas dan memasang track shoe.

(22)

j. Sledge Hammer, digunakan untuk melakukan pemukulan yang berat dalam aplikasi dimana hammer standar tidak cukup kuat untuk melakukannya. Contoh aplikasinya seperti memasang track assembly, melepaskan track master pin dan sprocket, dan pengaturan posisi komponen berat selama assembly.

k. Tap Wrench, terdiri dari head tap dan sebuah shank dengan rectangular vice yang berbentuk V untuk mencengkeram head tap. Tap wrench digunakan untuk membuat ulir pada lubang hasil pengeboran atau untuk memperbaiki thread yang rusak.

l. Screw Extractor, hanya digunakan untuk melepaskan stud, sekrup dan baut yang patah.

m. Stud Remover, digunakan hanya untuk melepaskan dan mengganti stud.

n. Puller, digunakan untuk menarik komponen dari suatu shaft atau menarik komponen dari suatu counter bore apabila sudah ditekan ditempatnya. Puller terdiri dari dua atau tiga jaw yang memiliki jarak yang sama . Bagian tengah disebut ear yang memiliki engsel yang terhubung ke jaw oleh arm. Terdapat sebuah forcing screw pada bagian tengah yang memiliki head segi empat diujung luar sehingga dapat diputar dengan menggunakan spanner/wrench.

(23)

o. Vice, terdiri dari beberapa ukuran serta konstruksi yang disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Vice digunakan untuk mencengkeram benda kerja baik secara horizontal maupun vertikal.

p. Compressor, merupakan suatu alat untuk menghasilkan udara bertekanan yang diperlukan untuk menggerakkan air tool seperti air impact wrench dan diaphragm pump, ataupun digunakan dalam pembersihan komponen.

q. Pressure Washer, terdiri dari pump, hose, nozzle, serta power unit yang akan

menghasilkan air bertekanan yang digunakan untuk membersihkan komponen atau machine sebelum dikerjakan di workshop.

(24)

III.4. PERALATAN PENGUKURAN (MEASURING TOOLS)

Peralatan pengukuran digunakan untuk melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda kerja ataupun terhadap suatu bidang. Beberapa jenis alat pengukuran pada suatu workshop adalah sebagai berikut:

a. Steel Rule, yaitu penggaris dari bahan baja yang merupakan alat pengukuran standar yang digunakan untuk pengukuran-pengukuran dengan tingkat presisi yang tidak terlalu tinggi.

b. Measuring Tape, terbuat dari bahan yang lentur, dan seperti halnya steel rule, digunakan untuk pengukuran-pengukuran dengan tingkat presisi yang tidak terlalu tinggi.

c. Vernier Caliper, terdiri dari fixed jaw, beam atau rangka (frame) yang memiliki sebuah skala pengukuran dan sebuah jaw yang dapat digerakkan di sepanjang frame. Vernie caliper digunakan untuk pengukuran bidang luar, bidang dalam serta kedalaman suatu bidang ukur. Tool ini memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi dari mistar standar.

d. Micrometer, merupakan suatu alat ukur dengan tingkat presisi yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari vernier caliper, yang digunakan untuk mengukur ketebalan, diameter dalam, diameter luar, ataupun kedalam suatu bidang ukur.

(25)

e. Combination Set, merupakan alat ukur serbaguna yang dapat digunakan untuk pengukuran panjang, ketinggian, kedalaman, sudut, serta untuk penentuan titik tengah.

f. Inside & Outside Caliper, digunakan untuk mengukur dimensi dalam dan luar suatu benda kerja atau komponen. Prinsip dari penggunaan alat ukur ini adalah

memindahkan ukuran dari suatu bidang ukur ke alat ukur skala (mistar, vernier caliper, micrometer,dll). Keakuratan hasil pengukuran tergantung pada feeling pada saat caliper menyentuh bidang ukur.

g. Dial Indicator, digunakan untuk mengukur dimensi dan gerakan halus, untuk

memastikan apakah permukaan yang rata atau bulat dalam keadaan halus, dan untuk memastikan apakah permukaan tersebut sejajar. Dial indicator beroperasi ketika ditekan sedikit pada titik kontak.

h. Thread Pitch Gauge, digunakan untuk mengukur dan memeriksa thread setelah dikerjakan dengan mesin. Juga digunakan untuk memeriksa tingkat keausan thread.

(26)

i. Tread Wear Gauge, digunakan untuk mengukur tingkat keausan ban.

j. Tyre Pressure Gauge, digunakan untuk mengukur tekanan ban.

k. Pressure Gauge, digunakan untuk mengukur tekanan fluida pada suatu sistem.

l. Feeler Gauge, digunakan untuk menyetel celah clearance, memeriksa keausan komponen, ataupun untuk mengukur celah kecil (groove).

III.1. PERALATAN ANGKAT (LIFTING TOOLS)

Peralatan angkat dapat didefinisikan sebagai suatu peralatan yang didesain dan dibuat untuk memindahkan atau mengangkat muatan baik bahan atau barang secara vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.

(27)

Jenis-jenis peralatan angkat yang umumnya digunakan pada suatu workshop antara lain adalah:

a. Jib Crane

Jib crane adalah jenis pesawat angkat dengan satu tiang penyangga pada dinding dan hanya dapat berputar 180o dalam arah horizontal, dengan maksimum beban yang dapat diangkat adalah 1-2 ton.

b. Hoist Crane

Hoist crane adalah jenis pesawat angkat yang ditempatkan pada langit-langit dan bergerak maju dan mundur diatas rel pada satu lintasan lurus horizontal. Hoist crane memiliki kemampuan angkat yang lebih besar dari Jib Crane.

c. Chain Hoist (Chain Block)

Chain hoist dapat digunakan untuk mengangkat muatan yang berat tanpa tenaga mesin, tenaga listrik ataupun tenaga hidrolis. Chain hoist terdiri dari serangkaian katrol beban (load sheave) yang didesain untuk melipatgandakan tenaga teknisi yang menarik rantai pulley.

(28)

d. Ratchet Hoist (Lever Block)

Rachet hoist memilikii mekanisme yang hampir sama dengan chain hoist.

Perbedaannya adalah Rachet hoist didesain dengan rantai tunggal dan memiliki satu tuas pada sisi body untuk menggerakkan katrol beban (load sheave). Rachet hoist dapat digunakan untuk mengangkat ataupun menarik beban ke berbagai arah.

e. Hydraulic Jack

Hydraulic jack adalah alat angkat dengan sistem hidrolis yang ditempatkan dibawah unit atau komponen dengan tujuan pengangkatan.

f. Guard Jack

Guard jack adalah salah satu jenis hydraulic jack dengan penyangga atas yang membentuk jack table. Guard jack digunakan untuk menahan crankcase dan transmission guard saat pembongkaran dan pemasangan.

g. Jack Stand/Lift Stand

(29)

Jack stand adalah penyangga vertikal yang kuat yang dapat disetel dengan ketinggian yang berbeda-beda. Jack stand umunya digunakan untuk menahan unit setelah hydraulic jack mengangkat unit tersebut, sehingga tumpuan beban ditahan oleh jack stand selama proses pekerjaan berlangsung.

Dalam aplikasinya, peralatan angkat seperti crane ataupun hoist digunakan bersama dengan komponen-komponen pengangkatan yang beberapa diantaranya dijelaskan sebagai berikut:

a. Rantai (chain)

Pemilihan jenis rantai yang akan digunakan didasarkan atas pertimbangan berikut:

- Beban (massa) yang akan diangkat

- Sifat pekerjaan, yaitu dari ringan ke menengah atau berat

- Cara mengaitkan beban yaitu secara langsung dikaitkan, dengan melingkari beban dan mengaitkan di belakang, dsb.

- Efek perbedaan sudut yang ada antara kaki-kaki dari sling.

Ukuran kekuatan dari rantai dinyatakan dalam SWL (Safe Working Load). Tabel berikut menunjukkan Safe Working Load maksimum untuk jenis rantai Alloy Grade T (80) dalam satuan ton (1 ton = 1000 kg):

(30)

b. Synthetic Fibre Sling

Lifting sling yang dibuat dari bahan sintetis tersedia dalam tiga bentuk umum, yaitu rope sling, flat webbing dan round sling. Kemampuan angkat maksimum dinyatakan dalam Working Load Limit (WLL). Tabel berikut menunjukkan Working Load Limit dari ketiga jenis sling tersebut:

(31)
(32)

c. Shackle

Shackle adalah alat bantu pengait antara mata sling dengan pengait obyek tertentu dan terbuat dari bahan baja (steel). Shackle berfungsi untuk menghubungkan sling dengan pengait obyek. Dua jenis shackle adalah Dee Shackle dan Bow Shackle. Kedua jenis shackle ini dapat menahan beban dengan tarikan lurus tetapi hanya jenis Bow Shackle yang dirancang untuk menahan beban dari dua atau beberapa sling dengan sebuah sudut.

d. Hook

Hook adalah alat untuk mengaitkan rantai, lifting sling ataupun eye bolt dalam proses pengangkatan suatu benda. Beberapa jenis hook yang sering digunakan adalah sling hook, safetylock hook, latchlock hook, dan grab hook.

e. Eye bolt

Digunakan sebagai tempat pengaitan hook pada benda yang akan diangkat. Eye Bolt digunakan hanya untuk benda-benda kategori ringan yang beratnya tidak lebih dari 100 kg.

(33)

f. Swivel

Swivel sebuah alat yang memiliki bentuk seperti dua buah cincin yang terhubung bersama serta dapat berputar bebas secara bersama pula. Swivel digunakan sebagai alat untuk menyeimbangkan beban saat berputar, dan juga untuk mencegah kusutnya sling.

Semua jenis-jenis peralatan kerja yang disebutkan diatas tidak semuanya merupakan peralatan-peralatan kerja wajib yang harus ada pada suatu workshop.

Kebutuhan akan peralatan-peralatan kerja tersebut didasarkan pada klasifikasi worksop seperti yang ditunjukkan oleh matrik peralatan kerja pada lampiran 1. Penggolongan jenis dan macam peralatan kerja pada matrik tersebut digolongkan berdasarkan huruf:

A = dimiliki B = layak dimiliki

C = diperlukan tetapi tidak pada tahap awal

BAB IV PENUTUP

Keberadaan suatu workshop atau bengkel baik sebagai bentuk pelayanan umum

(bengkel umum) maupun sebagai bengkel khusus (dalam perusahaan industri), wajib mematuhi peraturan-peraturan pemerintah mengenai tata kelola suatu workshop dimana aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan menjadi hal yang paling utama dalam pengelolaan suatu workshop.

Tata letak dalam suatu workshop juga memiliki peran yang penting agar kegiatan operasional workshop mulai dari material handling, pengecekan (inspection), perbaikan dan pemeliharaan, hingga proses finishing dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dan yang tak

(34)

kalah pentingnya adalah ketersediaan peralatan kerja yang memadai agar proses perbaikan dan pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan baik, serta meningkatkan nilai keselamatan dan kenyamanan pekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi Nomor 555.K/26/M.Pe/1995, “KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN UMUM”, 22 Mei 1995

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, “PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP”, 2009

Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964, “SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN DALAM TEMPAT KERJA”, 12 September 1964

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/Sk/Xi/2002, “PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN DAN INDUSTRI”, 2002

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2008, “BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL”, 2008 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No: PER.04/MEN/1980, “SYARAT-SYARAT

PEMASANGAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN”, 1980

Standar Nasional Indonesia (Sni) Nomor 13-6350-2000, “Demarkasi di lorong, jalan pintas, daerah bebas rintangan, dan tempat penyimpanan barang”, 2000

PT Trakindo Utama Divisi Training Center, “BASIC TRAINING HANDBOOK”

Koes Solistiadji, “TEKNOLOGI MEKANISASI PENGELOLAAN UPJA (MANAJEMEN BENGKEL)”, 5 Juni 2006 American Petroleum Institute, Publication 421, Feb. 1990, “DESIGN & OPERATION OF OIL/WATER

SEPARATORS”, Appendix 5

(35)

Lampiran 1: Matrik Kebutuhan Peralatan Kerja Berdasarkan Klasifikasi Workshop Keterangan:

B.K : Bengkel Kecil A : Dimiliki B.M : Bengkel Menengah B : Layak dimiliki

B.B : Bengkel Besar C : Diperlukan tapi tidak pada tahap awal

JENIS PERALATAN B.K B.M B.B

I. Peralatan Kunci (Wrench) a. Tappet spanner (mm)

- Ukuran kecil: 4 5 6 7 8 9

- Ukuran kecil: 10 11 12 13 14 15 16 17 - Ukuran medium: 18 19 22 24 27 - Ukuran besar: 30 32 36 41 - Ukuran besar: 46 50 55 60 b. Ring Spanner (mm)

- Ukuran kecil: 10 11 12 13 14 17 - Ukuran medium: 19 22 24 27 - Ukuran besar: 30 32 36 41 - Ukuran besar: 46 50 55 60 c. Socket dan drive tools (mm)

- Drive 1/4”: 4 4,5 5 5,5 6 7 8 9 10 11

- Drive 3/8”: 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 19 - Drive 1/2”: 10 11 12 13 14 15 17 19 22 24 27 30 - Drive 3/4”: 22 24 27 30 32 36 41 46 50

- Drive 1”: 32 36 41 46 50 55 60 d. Allen Key (mm)

- Ukuran kecil: 4 5 6 8 10 - Ukuran besar: 12 14 17 19 e. Adjustable spanner

- Ukuran nominal 6”

- Ukuran nominal 8”

- Ukuran nominal 12”

- Ukuran nominal 18”

- Ukuran nominal 24”

- Ukuran nominal 36”

f. Pipe Spanner

- Ukuran nominal 6”

- Ukuran nominal 10”

- Ukuran nominal 18”

- B A C - B B - - - - C - - B B - B A - - - - A A

A A A B C A A C - C B A A C A A A A A B B C B A A

A A A A A A A A C B A A A B A A A A A A A B A A A

(36)

- Ukuran nominal 36”

g. Screw Drivers

- Tipe machinist dengan berbagai macam ukuran - Tipe electrician dengan berbagai macam ukuran h. Pliers

- Slip joint ukuran 5” 12”

- Long nose ukuran 2” 6”

- Combination ukuran 8”

- Side cutter

- Multi grip ukuran 7”

- Multi grip ukuran 10”

- Interlocking ukuran 250 mm - Circlip

i. Torque Wrench

- Kapasitas 0 – 50 ft/lb: ukuran 1/2”

- Kapasitas 0 – 150 ft/lb: ukuran 1/2”

- Kapasitas 0 – 300 ft/lb: ukuran 3/4”

j. Chisel

- Flat chisel dengan bermacam ukuran - Round nose chisel ukuran 3/8 x 5/16 x 6 - Diamond point ukuran 1/2 x 1/4 x 6 - Rivet buster ukuran 3/4 x 3/4 x 10 k. Punches

- Solid tapper ukuran 1/2 x 5/16 x 6 - Time up ukuran 5/8 x 1/4 x 10 - Pin drift ukuran 5/16 x 1/16 x 4 - Drift brass ukuran 1/2 x 6 - Center drift ukuran 1/2 x 5½”

- Nail puller - Case opener l. Hammer

- Ball pen hammer berat 3/4 lb - Ball pen hammer berat 2 lb - Sledge hammer berat 5 lb - Raw hide hammer berat 1/2 lb - Plastik tip hammer berat 3/4 lb - Cooper hammer berat 1 lb m. Scraper ukuran 37x150 mm

n. Files (kikir) berbagai bentuk dan ukuran o. Tapper dengan berbagai ukuran

p. Hack Saw ukuran panjang 10” dan 12”

q. Portable electric drill

r. Power Grinder berbagai ukuran

- A - - - A A - B - - - - A B - - - A - - - A A A - B C - - - A A - A C B

- A B B B A A A A - B - A A A C C C A B A A A A A A A A B - - A A A A A A

C A A A A A A A A B A C A A A B B B A A A A A A A A A A A C C A A A A A A

(37)

s. Bench drill untuk ukuran lubang diatas 1/2”

t. Impact wrench

II. Peralatan Ukur (Measuring Tools) a. Steel rule ukuran 24” dan 1 m b. Vernier caliper

c. Micrometer d. Dial indicator e. Thread pitch gauge f. Feeler gauge

g. Telescoping gauge h. Tachometer

III. Peralatan Test (Testing Tools) a. Compression gauge b. Vacum pressure gauge c. Spring Tester

d. Oil leakage tester e. Pressure test gauge

IV. Vices (Tanggem)

a. Plain screw vices ukuran 4” 5”

b. Ofset vices c. Swivel vices d. Pipe vices

V. Peralatan Angkat (Lifting Tools) a. “A” frame kapasitas 3-5 ton b. Hidraulic jack

- Kapasitas 1,5 ton - Kapasitas 3 ton - Kapasitas 5 ton - Kapasitas 10 ton c. Jack stand

- Kapasitas 2,5 ton - Kapasitas 5 ton

d. Guard jack kapasitas 2,5 ton e. Chain Block

- Kapasitas 1,5 ton - Kapasitas 2,5 ton - Kapasitas 3 ton - Kapasitas 5 ton f. Jib Crane

C C

A - - - - - - -

- - - - -

A - - -

- B - - - - - - A - - - -

A B

A A B B B A A A

A B C C B

A B - -

A B A A B A B C B A A B C

A A

A A A A A A A A

A A B B A

A A B B

A B A A A A A A B A A A B

(38)

g. Overhead Crane h. Forklift

VI. Compressor

a. Ukuran besar: 150 psi, 20 cfm, 40 gallon, 5 HP b. Ukuran medium: 150 psi, 15 cfm, 30 gallon, 3 HP c. Ukuran kecil: 100 psi, 4 cfm, 1/2 HP

d. Pipa/selang compressor ukuran 1/4” atau 5/16”, 200 psi, panjang 25 ft

e. Sambungan pipa/selang semprot tekanan tinggi f. Oil gun

g. Air filter gun VII. Peralatan Pembersih

a. Satu set alat pencuci: pump 5 gpm-300 psi, sprayer pipe, selang 0,5”, panjang 30 ft.

b. Alat cuci dengan uap bertekanan tinggi beserta assesoris: 100 gph pada tekanan 100 psi.

VIII. Peralatan Pelumas dan Bahan Bakar a. Oil pump

b. Grease pump c. Oil can

d. Fuel transfer pump

IX. Peralatan Las (Welding)

a. Mesin las listrik kapasitas 300 A b. Mesin las listrik kapasitas 150 A

c. Mesin las karbit dengan dua nozzle pemotong logam d. “C” clamp

e. Meja las ukuran 1,2 x 1,8 meter X. Peralatan perbaikan klep

XI. Peralatan perbaikan cylinder

XII. Peralatan perbaikan sistem kelistrikan XIII. Peralatan perbaikan sistem bahan bakar

XIV. Peralatan perbaikan sistem transmisi

- -

- - B C C - C

- -

- B A A

- C C A - - - - - - -

B -

C A B A A A A

B B

A A A A

B A A A A A A C C C C

A C

B A B A A A A

A A

A A A A

A B A A A A A A B B B

(39)

XV. Peralatan perbaikan sistem hidraulis

Lampiran 2: Contoh Layout Workshop

(40)

Lampiran 3: Workshop Flow Process

(41)

Lampiran 4: Contoh desain Sediment d an Oil Trap

Referensi

Dokumen terkait

Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak

Mesin pemindah bahan ( material handling equipment ) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ketempat lain dalam jarak yang tidak

Forklift berguna sebagai mesin pemindah bahan yang memiliki daya angkat beban maksimum yang sudah ditentukan, bergerak mengangkat barang yang ditopang pada garpu (fork

Peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan atau bahan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak jauh merupakan definisi dari alat atau mesin

Mesin Pemindah Bahan (Material Handling Equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak

Alat pemindahan bahan ( material handling equipment ) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak

Menurut Zainuri (2006) mesin pemindah bahan (material conveying equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain

5 2.1 Pengertian Alat Angkut Alat angkut pemindah barang adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam jarak yang