• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIPA 2 SMAN 8 JENEPONTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIPA 2 SMAN 8 JENEPONTO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

“PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

MIPA 2 SMAN 8 JENEPONTO”

Alwi asmin

Prodi Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi perlu dilakukannya perbaikan guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dalam proses pembelajaran, respon siswa masih rendah, baik dalam proses ataupun hasil belajarnya. Sebagian guru masih menggunakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tradisional sehingga membutuhkan perubahan dalam proses pembelajaran. Keadaan tersebut berpotensi menimbulkan kebosanan dan menurunkan motivasi dan hasil belajar siswa.Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model siklus Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian ini adalah hasil belajar belajar peserta didik kelas X MIPA 2 SMAN 8 Jeneponto. Kriteria keberhasilan tindakan penelitian ini adalah persentase dari skala motivasi belajar mencapai ≥ 75%.

Kata kunci: hasil belajar,PBL

(2)

PENDAHULUAN

Manusia dalam hidupnya senantiasa mengalami berbagai perubahan,

khususnya karena pengalaman, pengetahuan, dan kepentingannya. Oleh karena itu, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia selalu dinamis sejalan dengan perjalanan waktu dan kebutuhannya. Dalam hal ini terjadi proses yang disebut pendidikan, dan pendidikan tersebut terus berjalan sepanjang manusia itu hidup dan sadar tentang keberadaannya dalam suatu lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut, maka konsep pendidikan sepanjang hayat sangat penting dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 ayat 3 menyebutkan bahwa, pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Implikasi dari konsep pendidikan sepanjang hayat telah mengubah paradigma pendidikan, bahwa tidak ada istilah terlambat, terlalu tua, ataupun terlalu dini untuk belajar, sebab pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Pendidikan sepanjang hayat sebagai azas baru, kesadaran baru, dan harapan baru, membawa implikasi kepada perlunya aktivitas individual- mandiri guna senantiasa mendapat pengetahuan, pengalaman, dan pemikiran baru, kapanpun dan dimanapun. Di samping itu juga berimplikasi kepada perlunya pemerintah dan masyarakat mengembangkan berbagai layanan pendidikan yang bisa menjawab aneka ragam latar belakang (usia, pekerjaan, tingkat pengetahuan, minat, bakat, kesempatan).

Minat yang rendah terhadap suatu pelajaran akan berdampak pada prestasi belajar peserta didik. Minat belajar berkaitan erat dengan motivasi, sugesti,

(3)

dan dukungan dari guru ( Olivia, 2007: XV). Salah satu cara yang dilakukan guru untuk membangkitkan minat peserta didik yaitu dengan menggunakan pembelajaran yang satu arah ( Surya, 2009:11). Pembelajaran sejarah yang selama ini berlangsung hanya berupa penyampaian materi (transfer of knowledge) dan terpusat dalam satu arah. Proses belajar mengajar masih menempatkan guru sebagai media pembelajaran yang sederhana.

Penyampaian materi dengan media pembelajaran sederhana (guru) secara terus-menerus mengakibatkan peserta didik tidak berminat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Minat merupakan faktor penting, karena secara tidak langsung minat berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik.

Menurut M. Dalyono (2007: 56-57) minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya jika minat belajar kurang cenderung menghasilkan prestasi yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, guru harus bisa membangkitkan minat peserta didik secara maksimal dalam proses pembelajaran.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian tindakan (action researc) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya.

PTK berfokus pada kelas atau berfokus pada proses belajar mengajar yag terjadi dikelas (Arikunto, 2011: 58)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi aktivitas guru dan observasi aktivitas siswa dianalisis secara kualitatif (deskriptif). Menurut Soedarsono (2001: 26) mengatakan: jika yang dikumpulkan berupa data kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses tersebut dilakukan melalui tahap:

menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi

(4)

(mengaitkan gejala) secara sistematis dan logis, serta membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis

Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif, cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya (Soedarsono, 2001: 26).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang diperoleh mengungkapkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik, 66% peserta didik nilainya masih dibawah KKM yang ditentukan, hasil belajar dan motivasi peserta didik di kelas X MIPA 2 masih rendah.Hal ini terbukti dengan masih jarang peserta didik yang mengajukan pertanyaan, belum melakukansanggahan, belum berani maju ke depan saat pembelajaran berlangsung, belum mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, dan tidak adanya partisipasi peserta didik baik langsung maupun tidak langsung.

Sementara itu, rendahnya hasil belajar dilihat dari banyaknya nilai peserta didik yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 70. Guru kurang mengemas dan memadukan dengan media pembelajaran yang lainnya. Sehingga peserta didik kurang memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Rendahnya motivasi belajar peserta didik akan berpengaruh terhadap hasilbelajar.

Tabel 4.2. Hasil belajar peserta didik pada Siklus I

NO NAMA PESERTA NILAI PESERTA DIDIK

1 ABI PRATAMA PUTRA 60

2 AHMAD PADIL 70

3 DEA ANANDA 70

4 FIKA 70

5 HERMANSYAH 60

6 ILHAM 70

7 IRFAN 60

8 M.PADIL MANNARAI 70

9 MIZWAR REZA 60

(5)

10 NURINDAH PRATAMA JAYA 75

11 NURUL HIKMAH 70

12 NURVINA 65

13 RADIT MAULANA CAHYONO 65

14 RESKY AMAELIA 70

15 RISKAYANTI NUR 75

16 SUCI RAHMADANI 70

17 SYAM HARIRA RAPID 70

18 WULAN RAHMADHANI 70

19 WULANSARI 70

JUMLAH NILAI 1.290

NILAI RATA RATA 67,8

TUNTAS 12 (68,5)

TIDAK TUNTAS 6 (31,5)

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa pada siklus I rata-rata peserta didik mencapai tuntas 67,8 % dengan 13 peserta didik mencapai ketuntasan belajar dan 6 peserta didik tidak tuntas atau sebesar 31,5 %.

Tabel 4.4 Hasil belajar peserta didik siklus II

NO NAMA PESERTA NILAI PESERTA DIDIK

1 ABI PRATAMA PUTRA 70

2 AHMAD PADIL 80

3 DEA ANANDA 80

4 FIKA 80

5 HERMANSYAH 70

6 ILHAM 80

7 IRFAN 70

8 M.PADIL MANNARAI 80

9 MIZWAR REZA 70

10 NURINDAH PRATAMA

JAYA 85

11 NURUL HIKMAH 80

12 NURVINA 75

13 RADIT MAULANA

CAHYONO 75

(6)

14 RESKY AMAELIA 80

15 RISKAYANTI NUR 85

16 SUCI RAHMADANI 80

17 SYAM HARIRA RAPID 80

18 WULAN RAHMADHANI 80

19 WULANSARI 80

JUMLAH NILAI 1580

NILAI RATA RATA 83,1

TUNTAS 19 (100%)

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui rata-rata peserta didik mencapai 83,1 % dengan 19 peserta didik tuntas belajar atau sebesar 100%.

(7)

Tahapan penelitian ini yaitu, pertama adalah perencanaan, kedua adalah tindakan, ketiga observasi, dan yang keempat adalah refleksi. Pada refleksi dilakukan mengenai kekurangan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada siklus I. Hasil revisi dari siklus I akan diujikan pada siklus II.

Tahapan-tahapan tersebut sesuai dengan model penelitian yang dikemukakan menurut Kemmis dan Mc Taggart.

Hasil penelitian dengan menggunakan media pembelajaran powerpoint menunjukkan peningkatan pencapaian aktivitas belajar. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase rata-rata aktivitas peserta didik, seperti tampak pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Peningkatan aktivitas peserta didik Siklus I dan Siklus II Aktivitas Peserta Didik

Siklus I Siklus II

Pertemuan siklus I : 66% Pertemuan siklus II : 85%

Berdasarkan Tabel 4.5 aktivitas peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada persentase rata-rata dari aktivitas peserta didik siklus I sebesar 66% pada RPP 1 sedangkan siklus II meningkat 85% pada RPP 1.b Peningkatan tersebut disebabkan pemanfaatan media pembelajaran powerpoint memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran materi pengolahan data.

Hal tersebut sesuai hasil penelitian, dimana melalui media pembelajaran powerpoint dapat menunjukkan keberhasilan peningkatan pencapaian aktivitas peserta didik.

(8)

Implementasi pembelajaran dengan media powerpoint selain berpengaruh terhadap meningkatnya aktivitas peserta didik juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Pembelajaran dengan media powerpoint apabila dilaksanakan dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Peningkatan hasil belajar siklus I, II Hasil Belajar Siklus I Siklus II

Rata-rata 66 85

Tuntas 13(68,5%) 19(100%)

Tidak tuntas 6 (31,5%) 0 (0%)

Berdasarkan tabel 4.6 rata-rata hasil belajar siklus I 66 menjadi 85 pada siklus II dengan ketuntasan siklus I 68,5 % (13 peserta didik) dan 100% (19 peserta didik) pada siklus II.

Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berdampak positif terhadap hasil belajar, sehingga semakin tinggi aktivitas dalam pembelajaran semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai.

(9)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam Penerapan Model Problem Based Learning melalui media power point pada siswa kelas X MIPA 2 SMAN 8 Jeneponto dalam Meningkatkan Hasil Belajar, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan Model Problem Based Learning, mampu meningkatkan hasil belajar siswa, karena model Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan. Peranan siswa yang lebih aktif dalam memecahkan masalah membuat pembelajaran lebih menarik, sehingga mereka dapat merespon materi pembelajaran dengan baik dan dapat memenuhi tujuan pembelajaran.

2. ketuntasan hasil belajar secara klasikal peserta didik yang memenuhi kriteria keberhasilan pada siklus I sejumlah 13 peserta didik atau 68,5%

peserta didik di siklus I dan 100% di siklus II. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Sadiman. dkk, 2011. Media Pendidikan.Pengertian, Pengembangan danPemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press

Catur Hadi Purnomo. 2008. Panduan Belajar Otodidak Microsoft Power Point 2007 Mudah, Praktis dan Lengkap. Jakarta: Media Kita

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Ki Hajar Dewantara. 2013. Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka.

Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Peserta didik

Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model PembelajaranSesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Nurmawati. 2016. Evaluasi Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka Media.

Safitri, Rahayu 2020.Penerapan Metode Inquiry Market Place Activity Dalam Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran (Studi Kasus Materi Pai Pada Siswa Kelas XI Di MAN 2 Tangerang)

Susanto. 2014. Manajemen Strategi Komprehensib. Erangga.

Syar’i Ahmad. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, Pustaka Firdaus.

Wardoyo, Sigit Mangun. (2013). Penelitian Tindakan Kelas.

Yogyakarta:Graha Ilmu.

(11)
(12)

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan hidayah dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis dengan judul : Rancang Bangun Website

Selain contoh dua gerakan yang secara masif dilakukan masyarakat sipil baik kelompok yang terorganisir maupun di tingkat individu dan komunitas, masih banyak contoh- contoh

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalaah intrumen terstruktur, sehingga pengamat hanya membutuhkan () pada penerapan program inlis lite dan dampaknya terhadap

diaplikasikan dalam tataran operasional, tentunya dengan sejumlah penyesuaian- penyesuaian dilapangan sesuai dengan budaya dan lingkungan kerja perusahaan. Analisis

Berdasarkan pendahuluan penelitian yang dilakukan di sekolah berkebutuhan khusus bangun bangsa Surabaya, peneliti menemukan 5 anak asperger syndrome dan mereka mengalami

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) gaya bunyi; (2) gaya kata; (3) gaya bahasa; (4) citraan; (5) nilai pendidikan budi pekerti yang

Pengomposan blotong dengan penambahan vinasse dan menggunakan starter mikrobia dapat meningkatkan kandungan unsur N, P, K di dalam kompos yang dihasilkan. Hasil optimum