• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA SUMPIT SAMBUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR SEDERHANA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB C DI SLB B/C TUT WURI HANDAYANI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA SUMPIT SAMBUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR SEDERHANA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB C DI SLB B/C TUT WURI HANDAYANI."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor: 003/PKh-S1/FIP-UPI/Agustus/2013

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN MEDIA SUMPIT SAMBUNG UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR SEDERHANA

BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB C

DI SLB B/C TUT WURI HANDAYANI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

HABIBIE DJAENUDIN

0609007

PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Nomor: 003/PKh-S1/FIP-UPI/Agustus/2013

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Media Sumpit Sambung

Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Datar Sederhana Bagi Anak

Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB-C di SLB-B/C Tut Wuri Handayani”, ini

sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari

karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan.

Bandung, Juni 2013

(3)

Nomor: 003/PKh-S1/FIP-UPI/Agustus/2013

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN MEDIA SUMPIT SAMBUNG UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR SEDERHANA

BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Penelitian Single Subject Research Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB-C

di SLB B/C Tut Wuri Handayani)

HABIBIE DJAENUDIN (0609007)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Maman Abudrahman SR, M.Pd. NIP. 19570613 198503 1 001

Pembimbing II

Dr. Iding Tarsidi, M.Pd. NIP.19660104 199301 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)

Nomor: 003/PKh-S1/FIP-UPI/Agustus/2013

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Drs. Sunaryo, M.Pd.

NIP. 19560722 198503 1 001

PERNYATAAN EXPERT JUDGEMENT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Sri Redjeki, S. Pd

NIP : 195808291982032001

Jabatan : Guru Kelas

Bersedia memberikan “Expert Judgement” atas instrumen penilaian (Soal Tes) yang diajukan oleh,

Nama : Habibie Djaenudin

NIM : 0609007

Dan skripsi yang berjudul,

PENGGUNAAN MEDIA SUMPIT SAMBUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR SEDERHANA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II SDLB C DI SLB-B/C TUT WURI HANDAYANI”

Berdasarkan analisis, saya menyatakan bahwa penelitian ini layak digunakan untuk

keperluan proses penelitian skripsi.

Bandung, Juli 2012

Mengetahui,

Guru Penilai

(5)

Nomor: 003/PKh-S1/FIP-UPI/Agustus/2013

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(6)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Aspek perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak tunagrahita ringan dalam belajar. Salah satu kemampuan kognitif yang sangat penting dikuasai oleh anak termasuk anak tunagrahita adalah kemampuan dalam pelajaran matematika terutama dalam hal mengenal bentuk bangun datar sederhana. Belajar mengenal bentuk bangun datar sederhana bagi anak tunagrahita ringan tentunya harus dilakukan dengan cara yang konkrit serta menyenangkan bagi anak itu sendiri. Untuk itu penulis melakukan penelitian pada dua siswa tunagrahita ringan kelas dua SDLB-C di SLB-B/C Tut Wuri Handayani dengan permasalahan yaitu mengenal bentuk bangun datar sederhana.

Berbagai penelitian dilakukan terkait dengan penerapan media pembelajaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan anak tunagrahita ringan dalam mengenal bentuk bangun datar sederhana. Begitu halnya pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan media Sumpit Sambung sebagai media pembelajaran Matematika dalam meningkatkan kemampuan anak tunagrahita ringan mengenal bentuk bangun datar sederhana.

Metode penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research dengan desain A-B-A. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media sumpit sambung dapat meningkatkan kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana terutama pada permasalahan menunjukan, menyebutkan dan mengelompokan bentuk bangun datar sederhana sehingga dapat menjadi alternatif bagi guru dalam pengembangan kemampuan mengenal bentuk bangun datar pada anak tunagrahita ringan.

Setelah dilakukan analisis data secara keseluruhan, diketahui bahwa hasil penggunaan media sumpit sambung dapat memperbaiki atau meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk bangun datar sederhana pada anak tunagrahita ringan. Hal ini terlihat jelas pada perubahan level subjek (FJ) pada kondisi awal yaitu 30% setelah diberikan intervensi menjadi 60% sementara pada subjek (AL) juga mengalami peningkatan pada kondisi awal 40% setelah diberikan intervensi menjadi 70%. Dengan demikian target behavior pada penelitian ini terjawab dengan adanya peningkatan pada kemampuan anak tunagrahita ringan dalam mengenal bentuk bangun datar sederhana. Hasil dari penelitian ini peneliti rekomendasikan bagi peneliti selanjutnya agar tidak terfokus pada satu atau dua subjek namun dilakukan dengan subjek yang lebih banyak, hal ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh media sumpit sambung terhadap beberapa subjek yang satu sama lain memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda, sehingga hasilnya lebih komperhensif.

Kata Kunci : Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana, Media Sumpit

(7)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

F. Target Behavior ... 7

BAB II MEDIA SUMPIT SAMBUNG UNTUK MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR SEDERHANA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN A. Definisi Sumpit Sambung ... 8

B. Deskripsi Teori ... 10

C. Kerangka Berfikir... 18

D. Hipotesis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian & Paradigma Penelitian ... 20

B. Metode Penelitian... 22

C. Subjek Penelitian ... 25

(8)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Teknik Pengolahan Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Analisis Data ... 40

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ... 56

B. Rekomendasi ... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel :

4.1 Data Baseline 1 (A-1)... 36

4.2 Data Intervensi (B) ... 38

4.3 Data Baseline 2 (A-2) ... 39

4.4 Data Panjang Kondisi ... 41

4.5 Data Estimasi Kecenderungan Arah ... 42

4.6 Data Kecenderungan Stabilitas ... 43

4.7 Data Jejak Data ... 43

4.8 Data Level Stabilitas dan Rentang ... 44

4.9 Data Perubahan Level ... 45

4.10 Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi ... 45

4.11 Data Jumlah Variabel Yang Diubah ... 46

4.12 Data Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 47

4.13 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 47

4.14 Data Perubahan Level ... 48

4.15 Data Persentase Overlap ... 50

(10)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik :

4.1 Hasil Baseline 1 (A-1) ... 37

4.2 Hasil Intervensi (B) ... 38

4.3 Hasil Baseline 2 (A-2) ... 39

4.4 Perkembangan Kemampuan Mengenal Bangun Datar ... 40

4.5 Estimasi Kecendrungan Arah ... 41

4.5 Data Overlap A-1 dan B ... 49

4.6 Data Overlap B dan A-2 ... 50

(11)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang secara sengaja dilakukan untuk

memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk terciptanya suatu tujuan,

yaitu tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran, kondisi atau

situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan

dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Tugas guru bukan

menyuapi anak dengan materi tetapi guru sebagai fasilitator, antara lain

tugasnya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa giat belajar.

Anak tunagrahita adalah anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan itelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasan mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikutu progam pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut, (Soemantri 2006:105).

Peranan guru sebagai pendidik sangat penting dan dibutuhkan, namun

dengan keadaan anak yang khusus seperti ini dimaksimalkan kreativitas guru

dan media pembelajaran harus menarik perhatian anak. Anak tunagrahita

cenderung cepat bosan dan tingkat perhatian terhadap mata pelajarannya

cenderung rendah. Pendidikan luar biasa, sebagai salah satu bentuk

pendidikan yang khusus menangani anak-anak berkelainan sebagai objek

formal dan materialnya dari berbagai jenis kelainan, termasuk anak

tunagrahita, secara sadar terus berupaya meningkatkan pelayanan dengan

sebaik-baiknya.

Keresahan dalam pembelajaran anak tunagrahita adalah kejenuhan anak

saat belajar, strategi pembelajaran yang diberikan guru monoton, dan

(12)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

semenarik mungkin dan dipergunakan pada saat anak tunagrahita

membutuhkannya. Guru harus kreatif memberikan strategi pembelajaran yang

berbeda dan menarik bagi siswa, apakah itu dengan meningkatkan strategi

pembelajaran ataupun dengan media-media yang sesuai dengan kebutuhan

anak tunagrahita. Tugas seorang guru adalah sebagai fasilitator menciptakan

kondisi yang memungkinkan siswa giat belajar,khususnya permasalahan pada

saat kegiatan belajar matematika. Strategi pembelajaran yang diberikan guru

kepada siswanya salah satunya adalah dengan membuat media pembelajaran

yang harus sesuai dengan kebutuhan siswa dan media tersebut haruslah

menarik perhatian siswa. Observasi di sekolah tersebut anak kurang responsife

terhadap mata pelajaran matematika, karena seringkali pelajaran matematika

adalah menjadi suatu pelajaran yang menakutkan bagi para siswa, sehingga

mengakibatkan tidak adanya peningkatan hasil belajar, khususnya pada materi

mengenal bentuk bangun datar sederhana.

Saat peneliti melakukan pra-penelitian di Sekolah Luar Biasa B/C Tut

Wuri Handayani, mendapatkan pengalaman baru dan data-data yang

dibutuhkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan secara tidak terstuktur,

peneliti banyak mendapatkan data tentang bagaimana perilaku siswa saat

berlangsungnya kegiatan belajar. Peneliti mendapatkan beberapa

permasalahan yang terjadi, yaitu kurangnya peningkatan hasil belajar pada

pelajaran matematika dan kurangnya perhatian dari siswa terhadap mata

pelajaran tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut

dengan memberikan inovasi media pembelajaran kepada guru yang

disesuaikan dengan kebutuhan siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB di

SLB-B/C Tut Wuri Handayani.

(13)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tingkat kecerdasan yang rendah berdampak pada perkembangan

kognitif anak tunagrahita. Tingkat kecerdasan yang rendah pada anak

tunagrahita sebagai faktor bawaan potensial yang dinyatakan dalam bentuk

hasil tes pada satuan ukuran yang disebut IQ di bawah rata-rata IQ anak pada

umumnya. Tingkat IQ di bawah rata-rata menyebabkan lambannya anak

tunagrahita dalam mempelajari hal-hal yang baru, kesulitan mempelajari

pengetahuan abstrak dan cepat lupa dengan apa yang dipelajari apabila tanpa

diberikan perlakuan latihan terus menerus.

Pembelajaran untuk anak tunagrahita harus menarik dan menyenangkan,

karena dengan proses pembelajaran seperti itu anak tidak akan cepat bosan

dan berpaling perhatiannya dari mata pelajaran yang diajarkan. Pembelajaran

yang menyenangkan harus mencerminkan suasana hati anak. Jika tidak, maka

guru menemukan tingkah laku anak yang mencerminkan ketidaksenangan atau

kurangnya ketertarikan anak pada kegiatan pembelajaran. Akhirnya siswa

memperlihatkan sikap pasif, jenuh dan tidak memperhatikan materi yang

diajarkan.

Kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana dalam kehidupan

seorang manusia sangat penting terutama pada anak tunagrahita, karena anak

dapat menyebutkan, menunjukan dan mengelompokan bentuk bangun datar

yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Misalnya pada bentuk

rambu-rambu lalu lintas mungkin anak sering melihat di jalan raya, dan

banyak lagi manfaat mengenal bentuk bangun datar yang dapat diaplikasikan

pada kehidupan anak sehari-hari. Dengan demikian peneliti bermaksud

mengadakan penelitian yang berjudul, “penggunaan media sumpit sambung

untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana

bagi siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB-C di SLB B/C Tut Wuri

(14)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjang, karena media ini dapat memberikan inovasi yang dapat

berpengaruh pada peningkatan hasil belajar anak dalam mengenal bentuk

bangun datar sederhana.

Keuntungan dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan bagi

peneliti tentang media pembelajaran sumpit sambung yang akan diterapkan

pada anak tunagrahita ringan. Keuntungan bagi siswa adalah dapat melatih

anak secara tidak langsung memori dan konsentrasinya dengan mengingat

bentuk apa yang telah diperlihatkan, sehingga anak dapat menyebutkan,

menunjukan dan mengelompokan bentuk bangun datar dengan benar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,

sebenarnya ada beberapa media atau strategi pembelajaran lain yang dapat

menunjang keberhasilan anak dalam peningkatan kemampuan mengenal

bentuk bangun datar sederhana, misalnya media kertas berwarna yang di

gunting sehingga membuat bentuk bangun datar dan ditempelkan pada buku

gambar yang telah diberikan pola bentuk bangun datar, lalu ada juga strategi

pembelajaran dengan membuat bentuk bangun datar pada papan tulis atau

pada white board, dan strategi pembelajaran yang di modifikasi semenarik

mungkin untuk anak belajar tentang mengenal bentuk bangun datar, namun

berdasarkan hasil observasi di sekolah peneliti mendapatkan kejanggalan saat

menerima penjelasan dari guru kelas bahwa media dan strategi pembelajaran

tersebut kurang dapat membuat anak merespon dengan baik sehingga pada

hasil belajarnya pun kurang mendapatkan peningkatan dan dari penjelasan

guru pun bahwa media dan strategi tersebut memerlukan waktu yang cukup

lama agar anak dapat mengenal bentuk bangun datar yang setidaknya anak

dapat menyebutkan dan menunjukan bentuk bangun datar dengan benar. Ada

juga media pembelajaran dengan menggunakan puzel yang bentuk-bentuk

bangun datarnya di cocokan dengan cetakan yang ada pada wadahnya, media

ini cukup baik untuk meningkatkan motorik halus anak namun kurang dapat

(15)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sederhana. Dari banyaknya permasalahan yang ada, peneliti melakukan

identifikasi masalah. Adapun indentifikasi masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Siswa tunagrahita mengalami kekurangan atau keterbatasan dari segi

mental intelektualnya, rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan

dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena

memerlukan layanan pendidikan khusus.

2. Keterbatasan media pembelajaran yang mendukung serta atmosfir

pembelajaran yang dapat mempengaruhi psikologi siswa tunagrahita

dalam mempelajari pelajaran matematika khususnya pada pokok

bahasan mengenal bentuk bangun datar sederhana.

3. Anak tunagrahita ringan pada umumnya kondisi fisiknya tidak berbeda

dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50

s/d 70, kondisi ini dapat menunjang keberhasilan penggunaan media

sumpit sambung, karena dengan idealnya kondisi fisik yang tidak

berbeda dengan anak normal lainnya, anak akan memiliki keterampilan

untuk membuat bentuk bangun datar menggunakan sumpit.

Dengan berbagai macam penjelasan di atas, maka peneliti bermaksud

ingin memberikan solusi atas keterbatasannya waktu dan biaya, peneliti

mengajukan bahwa dengan penggunaan media sumpit sambung bagi siswa

tunagrahita ringan kelas II SDLB C yang akan peneliti terapkan pada strategi

pembelajaran di SLB B/C Tut Wuri Handayani dapat meningkatkan hasil

belajar anak tunagrahita dalam mengenal bentuk bangun datar sederhana

dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan media dan strategi pembelajaran

lainnya.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada identifikasi masalah, ada dua variabel

batasan masalah yang akan di bahas oleh peneliti yaitu:

(16)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

datar segitiga, persegi, persegi panjang dan jajaran genjang.

2. Dengan penggunaan media sumpit sambung anak dapat menyebutkan,

menunjukan dan mengelompokan bentuk bangun datar sederhana dengan

benar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah penggunaan media sumpit sambung dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengenal bentuk bangun datar

sederhana pada siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB C di SLB B/C Tut

Wuri Handayani?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umun

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media sumpit sambung

terhadap peningkatan kemampuan mengenal bentuk bangun datar

sederhana bagi siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB C di SLB B/C

Tut Wuri Handayani.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pemahaman tentang mengenal bentuk bangun datar

sederhana pada siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB-C di

SLB-B/C Tut Wuri Handayani sebelum dan setelah diberikan

pembelajaran menggunakan media sumpit sambung.

2) Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penggunaan media

sumpit sambung terhadap peningkatan pemahaman mengenal bentuk

bangun datar sederhana pada anak tunagrahita ringan kelas II

SDLB-C di SLB-B/SDLB-C Tut Wuri Handayani.

2. Kegunaan Penelitian

(17)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan menggunakan media sumpit sambung ini diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB-C di

SLB-B/C Tut Wuri Handayani dalam halmengenal bentuk bangun datar

sederhana sehingga anak dapat mengelompokan, menyebutkan dan

menunjukan bentuk bangun datar sederhana dengan benar.

b. Bagi Guru

Sebagai masukan bagi para guru SLB C Tut Wuri Handayani tentang

efektivitas penggunaan media sumpit sambung pada anak tunagrahita

ringan kelas II SDLB C pada mata pelajaran matematika khususnya pada

pokok bahasan mengenal bentuk bangun datar sederhana.

c. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat mendukung dan memfalisitasi penggunaan media

sumpit sambung dalam meningkatkan prestasi belajar Matematika

khususnya dalam pokok bahasan mengenal bentuk bangun datar

sederhana.

d. Bagi Peneliti

1) Meningkatkan pengetahuan peneliti dalam memahami pokok bahasan

yang akan di teliti.

2) Meningkatkan pengetahuan peneliti dalam memahami penggunaan

media sumpit sambung.

3) Sebagai pengalaman peneliti dalam mengaplikasikan teori dengan

pengalaman di lapangan.

F. Target Behavior

Target behavior yang ingin dicapai peneliti yaitu kemampuan anak

tunagrahita ringan kelas II SDLB dalam mengenal bentuk bangun datar

sederhana. Mengenal bentuk bangun datar itu sendiri di bagi menjadi 3

klasifikasi yaitu:

1. Menyebutkan bentuk bangun datar sederhana dengan benar,

(18)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(19)

20

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Paradigma Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

a. Variabel bebas (variabel independen) yaitu yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(Sugiono, 2008:39), dan yang menjadi variabel bebas dalam penelitian

ini adalah pengaruh penggunaan media sumpit sambung terhadap

kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana bagi siswa

tunagrahita ringan kelas II SDLB C di SLB B/C Tut Wuri Handayani.

b. Variabel terikat (variabel dependen) yaitu variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2008:39).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “kemampuan anak tunagrahita ringan dalam mengenal bentuk bangun datar sederhana”.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media sumpit sambung, yang

dimaksud dengan media sumpit sambung adalah adalah sebuah media

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya

pada pokok bahasan mengenal bentuk bangun datar. Media sumpit

sambung ini terdiri atas potongan-potongan sumpit yang di antara

sudut-sudutnya disambungkan dengan menggunakan lem kayu yang beralaskan

kertas berwarna sehingga membuat bentuk bangun datar sederhana seperti

persegi, persegi panjang, segitiga, jajaran genjang, segi lima dan segi enam.

b. Variabel Terikat

Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mengenal

bentuk bangun datar sederhana yaitu kemampuan anak tunagrahita ringan

(20)

21

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesimpulan dan

Rekomendasi dengan benar tanpa diberikan bantuan dari guru.

3. Paradigma Penelitian

Sugiyono (2001:25) mengemukakan bahwa “paradigma penelitian sebagai pandangan atau model, atau pola pikir yang dapat menjabarkan

berbagai variabel yang akan diteliti kemudian membuat hubungan antar

suatu variabel dengan variabel yang lain,sehingga dapat dengan mudah

dirumuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang relevan, rumusan

hipotesis yang diajukan, metode/strategi penelitian, instrument penelitian,

teknik analisa data yang akan dipergunakan serta kesimpulan yang

diharapkan.

Bentuk paradigma dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Hubungan antara variabel

Gambar 3.1 Paradigma Analisa Data

X Y

Media Sumpit Sambung Mengenal Bentuk Bangun Datar

X = Variabel bebas, yaitu media sumpit sambung

Y = Variabel terikat, yaitu mengenal bentuk bangun datar sederhana

Sedangkan system alur pemikiran dalam penelitian ini dan hubungan

antara variabel adalah sebagai berikut:

Anak tunagrahita Media Mengenal Temuan Ringan kelas II Sumpit Bentuk Bangun Penelitian SDLB TutWuri Sambung Datar Sederhana

Handayani

Keterangan:

= Tinjauan permasalahan yaitu pengaruh media

(21)

22

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematika pada pokok bahasan mengenal bentuk

bangun datar sederhana.

B. Metode Penelitian

Pemilihan metode didasarkan pada rumusan masalah yang harus dicari

dan dibuktikan dengan penelitian yang dilaksanakan. Metode pada dasarnya

adalah cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan

suatu penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi). Menurut (Sugiyono, 2006:107),

metode penelitian eksperimen adalah “metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Selanjutnya, Arikunto, S. (2006:3) mengemukakan pendapatnya tentang

eksperimen sebagai berikut :

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua factor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisikan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari perlakuan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari

suatu perlakuan, yaitu untuk melihat hasil belajar siswa setelah diberikan

perlakuan penggunaan media sumpit sambung pada pelajaran matematika

khususnya pada pokok bahasan mengenal bentuk bangun datar sederhana.

Secara garis besar, disain penelitian eksperimen dapat dibedakan

menjadi dua kelompok, yaitu disain kelompok (group design) dan disain

subyek tunggal SSR (single subject research). Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Rosnow dan Rosenthal, (Sunanto, 2006:41) sebagai

berikut:

(22)

23

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disain subyek tunggal memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian.

Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka penelitian ini termasuk

penelitian eksperimen dengan subyek tunggal (single subject). Hal ini

dikarenakan penelitian ini tidak bermaksud untuk membandingkan kinerja

(performance) antar kelompok individu, melainkan ingin membandingkan

kondisi yang berbeda pada subyek yang sama. Hal ini sebagaimana

dikemukakan oleh Sunanto, (2006:41) bahwa: “Perbandingan tidak dilakukan

antar individu maupun kelompok, tetapi perbandingan dilakukan pada subyek

yang sama dalam kondisi yang berbeda. Yang dimaksud kondisi di sini adalah

kondisi baseline dan kondisi intervensi”.

Disain penelitian pada bidang modifikasi perilaku dengan kasus tunggal

secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu (1) disain dengan

pengulangan (reversal) yang terdiri atas tiga macam, yaitu (a) disain A-B, (b)

disain A-B-A, (c) disain A-B-A-B. DeMario dan Crowley (Sunanto, 2006:42)

dan (2) disain baseline jamak (multiple baseline), yang terdiri atas (a) disain

baseline jamak antar kondisi (multiple baseline cross condition), (b) disain

baseline jamak antar variable (multiple baseline cross variabels), dan (c) disain

baseline jamak antar subyek (multiple baseline cross subjects). Johnson dkk

(Sunanto, 2006:42)

Disain yang dipilih dan digunkan dalam penelitian ini adalah disain

dengan pengulangan (resversal) A – B – A. Disain ini merupakan salah satu

pengembangan dari disain dasar A – B. Disain A – B – A menunjukkan adanya

hubungan sebab akibat antara variable terikat dan variable bebas yang lebih

kuat dibandingkan dengan disain A – B. Secara visual, disain A – B – A ini

tampak pada grafik di bawah ini:

(23)

24

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2. Disain Pengulangan (reversal) A – B – A.

Keterangan :

= Observasi

= Perlakuan (Intervensi)

A1 = Merupakan kondisi awal (baseline). Fase ini bertujuan untuk mengetahui

keadaan awal subyek sebelum diberi perlakuan (intervensi). Keadaan

awal yang dimaksud terkait dengan target behavior sekaligus sebagai

variable terikat dalam penelitian. Pemahaman tentang bentuk bangun

datar sederhana yang dilakukan sebanyak 5x sesi, data yang

dikumpulkan dengan cara memberikan tes tertulis dengan bentuk

pertanyaan yang diarahkan pada jawaban mengelompokan bentuk

bangun datar sederhana. Gambaran pencatatan yang digunakan pada

baseline (A-1) adalah pencatatan produk permanen yang artinya setiap

sesinya akan dicatatat berapa kali hasil jawaban benar siswa, semua

jawaban benar akan dihitung pada jumlah skor tiap sesinya, hal ini untuk

mempermudah mengetahui kestabilan yang akan diukur melalui baseline

(A-1).

B = Merupakan kondisi intervensi. Berdasarkan data yang diperoleh

sebagaimana tergambar pada fase baseline, maka dalam fase ini, subyek

diberi perlakuan (intervensi). Setelah diberi perlakuan kemudian

dilakukan pengetesan sampai diperoleh kondisi yang stabil. Dalam fase

ini peneliti memberikan perlakuan yaitu penggunaan media sumpit

sambung yang dilakukan selama 5x sesi. Pengukuran dan pencatatan

kemampuan siswa dilakukan seperti halnya pengukuran dan pencatatan

pada fase baseline (A-1)

A2 = Merupakan pengulangan kondisi awal atau (baseline). Langkah yang

ditempuh pada fase ini sama seperti yang dilakukan pada fase A1, yang

(24)

25

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subyek memiliki pengalaman sebagaimana pada fase B dan dilakukan

selama 6x sesi, sedangkan pada fase A1, subyek sama sekali belum

diberikan perlakuan. Tujuan fase pengulangan ini adalah untuk

meyakinkan ada tidaknya pengaruh intervensi atau penggunaan media

sumpit sambung.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang anak dengan gangguan

pekembangan kecerdasan taraf ringan. Berdasarkan hasil pemeriksaan

psikolog, diperoleh skor IQ 60. FJ adalah seorang siswa SDLB-C kelas II (dua)

di SLB Tut Wuri Handayani dan dia berusia 11 tahun.

FJ tidak dapat menyampaikan permintaan atau keinginannya kepada

orang lain. Sebagai contoh ketika ia menginginkan makanan yang sedang

dipegang orang lain, maka makanan itu langsung diraihnya tanpa meminta

terlebih dahulu. Dia memiliki konsentrasi yang kurang saat mengikuti

pelajaran, karena FJ memiliki kekurangan dalam melihat, FJ hanya dapat

menulis atau membaca dalam keadaan mata dekat dengan tulisan. Maka jika

dalam proses belajar guru tersebut memberikan metode pengajaran pada papan

tulis hasilnya konsentrasi dia sering terganggu akibat terganggunya penglihatan

anak. Juga keadaan kelas tempat dimana FJ mengikuti kegiatan belajar kurang

kondusif dikarenakan tidak adanya sekat atara kelas FJ dengan kelas lain.

Dan AL adalah teman sekelas FJ yang mengalami hambatan yang tidak

jauh berbeda dengan FJ, namun AL tidak mengalami penglihatan yang kurang

jelas karena penglihatan AL normal. Hanya saja pada keadaan fisik AL

mengalami kekurangan yaitu AL tidak dapat menggunakan motorik halusnya

dikarenakan AL selain tunagrahita ringan AL juga mengalami Cerebal Palsy.

D. Instrumen Penelitian & Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu pengumpul data yang digunakan pada waktu

penelitian (Arikunto, S. 2010 : 192). Instrumen atau alat bantu yang digunakan

(25)

26

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui peningkatan pemahaman siswa tunagrahita ringan mengenai

bentuk bangun datar sederhana menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal

pertanyaan, selain itu peneliti melampirkan RPP matematika tentang mengenal

bentuk bangun datar sederhana menggunakan media sumpit sambung, adapun

langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelititian ini adalah sebagai

berikut :

a. Membuat kisi-kisi

Peneliti berupaya untuk menyesuaikan kurikulum tingkat satuan

pendidikan dengan kemampuan anak. Kisi-kisi instrumen inilah yang

menjadi acuan dalam pengukuran peningkatan pemahaman strutur

kaliamt siswa tunarungu yang menjadi subjek penelitian ini

b. Penyusunan Rencana Program Pembelajaran

Penyusunan RPP disesuaikan dengan kisi-kisi yaitu berdasarkan

pada kemampuan awal anak.

c. Kriteria penilaian

Kriteria penilaian dilakukan melalui tes tertulis dengan pertanyaan

berjumlah 10 soal. setiap jawaban yang benar akan diberikan skor 1 dan

setiap jawaban yang salah akan diberikan skor 0 (nol).

Setelah menyusun insttrumen penelitian maka peneliti mengadakan

justifikasi instrument oleh tim ahli, validasi dan realibilitas

1) Justifikasi Instrumen Oleh Tim Ahli

Justifikasi instrument oleh tim ahli atau expert judgement bertujuan

untuk melihat layak atau tidaknya instrument tersebut menjadi alat

tes dalam penelitian. Proses justifikasi melibatkan 3 orang ahli

diantaranya 1 dosen PLB-UPI dan 2 guru SLB-C Tut Wuri

Handayani

2) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010 : 211).

(26)

27

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketepatan sebuah instrumen dalam megukur yang sebenarnya

hendak di ukur.

Penelitian ini memilih validitas isi menggunakan teknik penilaian

ahli dimana penilaian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan

instrument yang telah disusun peneliti, data yang diperoleh dari

penilaian tim ahli dinilai validitasnya menggunakan rumus sebagai

berikut :

x100%

Ket :

∑ : Jumlah cocok

∑ : Jumlah penilaian tim ahli

P : Presentase

(Hasil penilaian validitas tersebut dilampirkan)

3)Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkak kelayakan sebuah instrumen

sehingga menghasilkan data yang dapat dipercaya, dalam penelitian

ini reliabilitas merujuk pada kelayakan intrumen untuk mengukur

kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana.

Instrumen yang baik harus dapat mengungkap data yang bisa

dipercaya, oleh karena itu dalam penelitian ini instrumen yang telah

disusun diujicobakan, hal ini bertujuan untuk mengetahui reliabilitas

instrumen.

Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas

internal, karena dalam uji coba instrument peneliti menganalisis data

dari satu kali pengetesan. Metode yang digunakan adalah metode

belah dua (Split Half Method) ganjil genap dengan cara menghitung

(27)

28

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

∑ ∑ ∑

{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Keterangan :

rb = Koefisien korelasi

n = Jumlah Siswa

X = Jumlah skor butir ganjil untuk setiap subjek

Y = Jumlah skor butir ganjil untuk setiap subjek ∑

Perhitungan tes secara keseluruhan menggunakan rumus

Spearmen-Brown dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

r = Koefisien internal seluruh item

rb = Korelasi product moment antar belahan

Tingkat reabilitas data dianalisis dengan kriteria sebagai berikut :

Kriteria Interpretasi

0.00 – 0.20 Sangat rendah

0.21 – 0.40 Rendah

0.41 – 0.60 Cukup

0.61 – 0.80 Tinggi

0.81 – 1.00 Sangat Tinggi

(28)

29

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel di atas menunjukkan tingkat reabilitas sebuah instrumen sebagai

alat pengumpul data, apakah instrumen tersebut layak atau tidak untuk

digunakan dalam penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melauli tes tertulis

dengan bentuk soal pertanyaan berjumlah 10 soal. Kriteria penilaian yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah skor 1 (satu) diberikan jika siswa

dapat menjawab soal dengan benar, dan skor 0 (nol) diberikan jika siswa

tidak dapat menjawab soal dengan benar. Data yang terkumpul maka skor

akan dihitung dengan menggunakan rumus :

E. Prosedur Penelitian

Ada beberapa prosedur yang akan ditempuh oleh peneliti dalam

penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan/ observasi, untuk mengetahui dan

memperoleh gambaran secara jelas tentang subjek penelitian yang ada

dilapangan, observasi inilah yang mendasari penelitian untuk

mempertimbangkan bebagai aspek penelitian. Dari hasil observasi peneliti

menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan sebagai bahan penelitian

yang diambil dari kurikulum 2004 mata pelajaran matematika tunagrahita

ringan, kemudian menyusun rancangan rencana pembelajaran (RPP) yang

sesuai dengan pokok bahasan yang ditentukan, lalu membuat media

(29)

30

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengurus surat perijinan untuk kelancaran penelitian.

3. Menyusun instrument penelitian.

4. Uji coba media sumpit sambung dengan meminta pendapat ahli/ penilaian

ahli mengenai media sumpit sambung yang akan digunakan dalam

penelitian.

5. Uji coba instrument dengan meminta pendapat ahli/ penilaian ahli

(Judgment) mengenai instrument yang akan digunakan dalam penelitian.

Adapun hasil pengujian validitas instrument dalam bentuk persentase.

Pelaksanaan judgment ini dilakukan oleh tiga orang yang dianggap ahli,

yaitu guru kelas II SDLB C Tut Wuri Handayani (Sri Redjeki, S.Pd dan

Yulia Farida, S.Pd) yang dipandang memahami kriteria penelitian dengan

cara melengkapi tabel spesifikasi dan satu orang dosen yang benar-benar

memahami tentang media pembelajaran.

Sesuai Ragu-ragu Tidak Sesuai

1 0 -1

Tabel 3.2 Spesifikasi Uji Validitas

Keterangan :

a. Apabila butir pertanyaan dinyatakan cocok, diberi nilai (+1)

dengan diberi tanda checklist ( ) pada kolom sesuai (S).

b. Apabila butir pertanyaan dinyatakan ragu-ragu, diberi nilai ( 0 )

dengan memberi tanda checklist ( ) pada kolom ragu-ragu (R)

c. Apabila butir pertanyaan tidak sesuai, diberi nilai (-1) dengan

member tanda checklist ( ) pada kolom tidak sesuai (TS)

Hasil pengisian tabel spesifikasi kemudian dihitung dengan

menggunakan persentase, dengan rumus sebagai:

N = Jumlah skor / Jumlah penilai x 100%

(30)

31

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah data hasil penelitian terkumpul, selanjutnya peneliti melakukan

pengolahan dan analisis data. Berbeda dengan penelitian eksperimen pada

umumnya, pada penelitian eksperimen dengan subyek tunggal ini analisis data

menggunakan statistik deskriptif yang sederhana. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Sunanto, (2006:65) bahwa: „Dalam penelitian eksperimen, analisis data pada umumnya menggunakan teknik statistik inferensial

sedangkan pada penelitian eksperimen dengan subyek tunggal menggunakan statistik deskriptif yang sederhana.‟

Analisis data dalam penelitian subyek tunggal bertujuan untuk

mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran (target behavior).

Tentang hal ini Sunanto, (2006:65) mengemukakan sebagai berikut:

Tujuan utama analisis data dalam penelitian dibidang modifikasi perilaku adalah untuk mengetahui efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Metode analisis yang digunakan lazim disebut inspeksi visual dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik.

Oleh karena metode inspeksi visual ini melakukan pengamatan secara

langsung terhadap data yang ditampilkan dalam grafik, maka perlu diketahui

komponen-komponen dasar yang harus dipenuhi dalam membuat grafik.

Menurut Sunanto, (2006:30) beberapa komponen penting dalam membuat

grafik adalah:

Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukan

satuan untuk waktu (misalnya sesi, hari, tanggal).

Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukan satuan

untuk variable terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi, dan

durasi).

Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai

titik awal skala.

Skala garis- garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukan

(31)

32

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Label kondisi,yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen

misalnya baseline atau intervensi

Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya

perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera

diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Bentuk dasar grafik garis yang sering digunakan dalam penelitian

eksperimen dengan subyek tunggal sebagaimana diuraikan di atas, tampak

pada gambar berikut:

Gambar 3.3 Bentuk Dasar Grafik

Komponen analisis inspeksi visual terdiri dari:

1. Analisis dalam kondisi

Analisis dalam kondisis merupakan analisis perubahan yang terjadi dalam

suatu kondisi, misalnya dalam kondisi baseline atau kondisi intervensi.

Adapun komponen-komponen yang akan dianalisis dalam kondisi tersebut

(32)

33

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Panjang kondisi menunjukkan banyaknya data dalam kondisi tersebut.

Banyaknya data dalam suatu kondisi juga menggambarkan banyaknya

sesi yang dilakukan pada suatu kondisi. Tidak ada ketentuan yang pasti

dalam menentukan jumlah sesi pada kondisi baseline, namun demikian

pengumpulan data dilakukan sampai diperoleh data yang stabil dan

menunjukkan arah yang jelas.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah dapat dilihat dari arah garis yang melintasi seluruh

data dalam suatu kondisi. Ada tiga kemungkinan arah garis dalam suatu

kondisi, yaitu mendatar, naik, dan turun. Arah garis akan mendatar

apabila dalam suatu kondisi tidak ada perubahan data yang jelas dari satu

sesi ke sesi berikutnya, misalnya pada kondisi baseline diperoleh

frekuensi data sebagai berikut: sesi pertama 3 kali, sesi kedua 3 kali, sesi

ketiga 3kali, sesi keempat 3 kali dan sesi kelima 3 kali. Dari contoh data

tersebut akan diperoleh arah garis yang mendatar. Arah garis akan naik,

apabila data dari satu sesi ke sesi berikutnya bertambah, misalnya sesi

pertama 3 kali, sesi kedua 5 kali dan seterusnya. Arah garis akan turun

apabila data dari satu sesi ke sesi berikutnya berkurang, misalnya sesi

pertama 7, sesi kedua 5, sesi ketiga 4 dan seterusnya.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data yang terdapat

dalam suatu kondisi. Tingkat stabilitas data ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Menentukan kecenderungan stabilitas, dalam hal ini mengguanakan

kriteria stabilitas 15%. Perhitungannya seperti ini

Skor tertinggi X Kriteria stabilitas = Rentang stabilitas

(33)

34

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menghitung mean level dengan cara:

Misalnya terdapat data dalam baseline sebagai berikut:

18+20+16+14+18+18+16+19=139

139:8=17,35 (mean level)

Menentukan batas atas dengan cara:

17,35 (mean level)+setengah dari rentang stabilitas (1,5) diperoleh 18,85

Menentukan batas bawah dengan cara:

17,35 (mean level)-setengah dari rentang stabilitas (1,5) diperoleh 15,85.

Persentase 85% sampai 90% dikatakan stabil (Sunanto, 2006:79).

d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan merupakan besarnya perubahan antara dua data. Hal

ini dapat ditentukan baik dalam kondisi maupun antar kondisi. Perubahan

data dalam kondisi adalah selisih antara data pertama dengan data

terakhir. Sedangkan perubahan data antar kondisi adalah selisih antara

data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi

berikutnya.

e. Jejak data (data path)

Jejak data dapat ditentukan dengan menelusuri serentetan data dari mulai

sesi pertama sampai sesi terakhir pada suatu kondisi.Jika diperhatikan

jejak data ini sesungguhnya sama dengan kecenderungan arah, dimana

data memiliki tiga kemungkinan yaitu mendatar, menaik atau menurun.

f. Rentang

Pada prinsipnya rentang ini sama dengan tingkat perubahan, yaitu

memberikan informasi tentang jarak antara data pertama dengan data

terakhir.

2. Analisis antar kondisi

Analisis antar kondisis merupakan analisis perubahan yang terjadi antara

dua kondisi, misalnya dalam kondisi baseline atau kondisi intervensi.

Adapun komponen-komponen yang akan dianalisis dalam kondisi tersebut

(34)

35

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Variabel yang diubah

Pada bagian ini analisis difokuskan pada ada tidaknya variable yang

diubah dari satu kondisi ke kondisi berikutnya, misalnya dari kondisi

baseline ke kondisi intervensi.

b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Makna kecenderungan arah dalam analisis antar kondisi, menunjukkan

perubahan perilaku sasaran (target behavior). Perubahan tersebut

merupakan akibat diberikannya intervensi. Kemungkinan perubahan

kecenderungan arah antar kondisi ini adalah:

1) Mendatar ke mendatar

Adapun pemaknaan terhadap perubahan tersebut akan sangat tergantung

dari tujuan pemberian intervensi.

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data merupakan tingkat kestabilan perubahan sekelompok data.

Data dapat dikatakan stabil jika data tersebut menunjukkan arah yang

konsisten. Maksud konsisten di sini adalah menunjukkan arah mendatar,

menaik atau menurun secara meyakinkan.

d. Perubahan level data

Dalam analisis antar kondisi, perubahan level data ditunjukkan dengan

besarnya selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data

pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menunjukkan seberapa

(35)

36

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Data yang tumpang tindih (overlap)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi misalnya kondisi baseline

dan kondisi intervensi adalah terdapat data yang sama pada kedua

kondisi tersebut. Jumlah persentase data yang tumpang tindih ini dapat

dijadikan indikator dalam menentukan ada tidaknya pebgaruh intervensi.

Misalnya jika data lebih dari 90% tumpang tindih, maka hal ini

menunjukkan bahwa intervensi tidak memberikan pengaruh terhadap

(36)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data dan analisis data yang diperoleh

peneliti dalam penelitian ini, dapat disimpulkan secara umum bahwa

penggunaan media sumpit sambung dalam penelitian ini secara umum

berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk bangun datar

sederhana pada anak tunagrahita ringan.

Peningkatan kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana pada

anak tunagrahita ringan kelas II SDLB-C di SLB-B/C Tut Wuri Handayani ini

terlihat dari hasil keseluruhan penelitian pada setiap fasenya, dimana dari hasil

pengolahan data dan analisis data menunjukan, bahwa mean level rata-rata

persentase dari dua subjek pada fase baseline 1 (A-1) sebesar 29%, rata-rata

persentase mean dari dua subjek pada intervensi (B) sebesar 58% sedangkan

ketika dilakukan baseline 2 (A-2) mean rata-rata dari dua subjek tersebut

menjadi 47,5%. Data penelitian tersebut belum menunjukan perubahan

perilaku yang stabil di setiap fasenya, hanya pada fase baseline A-1 saja yang

menunjukan datanya stabil, di fase intervensi dan baseline A-2 data masih

variabel (belum stabil).

Dari data tersebut terlihat nilai/skor baseline A-2 lebih besar dari pada

nilai baseline A-1, ini artinya telah ada peningkatan kemampuan mengenal

bentuk bangun datar sederhana pada anak tunagrahita ringan tersebut setelah

diberikan intervensi berupa penggunaan media sumpit sambung pada

pembelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan mengenal bentuk

bangun datar sederhana.

Kemudian secara khusus peneliti dapat menyimpulkan diantaranya

adalah:

1) Bahwa peneliti dapat mengetahui sejauh mana pemahaman anak

(37)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang mengenal bentuk bangun datar sederhana sebelum dan setelah

diberikannya media sumpit sambung.

2) Peneliti dapat mengetahui kelebihan media sumpit sambung yang

telah diterapkan pada anak tunagrahita ringan kelas II SDLB-C di

SLB-B/C Tut Wuri Handayani yaitu anak tidak cepat bosan

mengikuti proses pembelajaran dan anak tidak cepat lupa karena

media ini memberikan bentuk dan warna yang dapat meningkatkan

daya ingat anak.

3) Peneliti juga dapat mengetahui kekurangan dari media ini yaitu media

sumpit sambung hanya dapat memperlihatkan bentuk bangun datar

seperti segi empat, segi tiga, persegi panjang, segi enam dan jajaran

genjang sedangkan untuk lingkaran dan bentuk bangun datar lainnya

yang tidak memiliki sudut media sumpit sambung ini tidak dapat

berfungsi dengan baik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, rekomendasi yang dapat diberikan

kepada guru dan peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penggunaan media sumpit sambung dengan baik diharapkan mampu

memberikan sumbangan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa

tunagrahita ringan kelas II SDLB-C di SLB-B/C Tut Wuri Handayani dalam

mengenal bentuk bangun datar sederhana. Media sumpit sambung dapat

dijadikan sebagai salah satu alternatif guna memperbaiki kemampuan

mengenal bentuk bangun datar sederhana pada anak tunagrahita ringan,

sehingga dapat meningkatkan motivasi pada guru untuk terus mengadakan

inovasi dalam menangani kesulitan belajar matematika khususnya pada pokok

bahasan mengenal bentuk bangun datar sederhana yang dialami peserta

(38)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penerapan alternatif media sumpit sambung ini akan berpengaruh pada

peneliti selanjutnya, dimana hasil dari penelitian ini akan dijadikan masukan

dalam melakukan penelitian serupa, namun diharapkan penelitian selanjutnya

mampu mengembangkan penggunaan media ini kedalam permasalahan yang

lebih kompleks dengan target behavior yang berbeda dan jumlah

sampel/subjek yang lebih banyak. Sehingga diperoleh hasil penelitian yang

lebih komperhensif mengenai pengaruh dari penggunaan media sumpit

sambung dalam peningkatan kemampuan mengenal bentuk bangun datar

(39)

Habiebie Djaenudin,2013

Penggunaan Media Sumpit Sambung Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Bagi Anak Tunagrahita Ringan Kelas II SDLB C

Di SLB B/C Tut Wuri Handayani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Rieneka Cipta.

Alimin, Z. dan Rochyadi, E. (2007). Hambatan Belajar dan Perkembangan anak. Modul (tidak diterbitkan). Bandung : UPI.

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2000. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Delphie, B. (2009). Bimbingan perilaku adaptif (anak dengan hendaya

perkembangan fungsional). Klaten: Intan Sejati.

Fathani, A. H. (2009). Matematika Hakikat & Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz media

Myers, P.I., dan Hammil, D.D. 1976. Methods for Learning Disorder. Canada: John Wiley and Sons.

Negoro, S.T. dan Harahap, B. (2004). Ensiklopedia Matematika. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rochyadi, E., dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan program Pembelajaran

Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Sagala, S. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sugiono. (2006). Metode penelitian pendidikan (pendekatan, kuantitatif, kualitatif

dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sunanto, J. et.al. (2006). Penelitian dengan subjek tunggal. Bandung: UPI Press.

Sunanto, J.et.al. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Tsukuba: CRICED University of Tsukuba

Sutjihati, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Gambar

Tabel :
Grafik : 4.1   Hasil Baseline 1 (A-1)  ............................................................................
Gambar 3.1 Paradigma Analisa Data
Tabel 3.1 Kriteria dan Intervensi (Spearmen-Brown)
+4

Referensi

Dokumen terkait

sehingga muncullah rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu “ Apakah penggunaan permainan Harta Karun dapat meningkatkan kemampuan prasyarat matematika

Kelebihan menggunakan media ini yaitu dalam proses belajar melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran selain itu media grafis menyajikan materi secara real dalam bentuk

Rizki Mulyono. PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MENARA HITUNG TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS D3 SLB C YSSD SURAKARTA TAHUN AJARAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan media film animasi terhadap kemampuan memahami cerita pada anak tunagrahita ringan kelas VI di

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang kegiatan perencanaan danpelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penggunaan Ice Breaker dalam pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media game edukasi dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa tunagrahita di kelas IV (empat) di SLB

Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran diantaranya sebagai berikut: 1 guru dalam pembelajaran matematika dengan materi yang sulit dipahami atau abstrak

Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dengan pembelajaran anak tunagrahita dalam mengenal abjad melalui metode visuomotor yang mana dalam prosesnya anak diberikan media gambar oleh