• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM MASA PEMILU PRESIDEN 2014 PADA TEKS BERITA DI SITUS RAKYAT MERDEKA ONLINE: SUATU KAJIAN SOSIOPRAGMATIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESANTUNAN IMPERATIF DALAM MASA PEMILU PRESIDEN 2014 PADA TEKS BERITA DI SITUS RAKYAT MERDEKA ONLINE: SUATU KAJIAN SOSIOPRAGMATIK."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

Tiara Ayudia Virgiawati

NIM 1006505

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM MASA PEMILU PRESIDEN 2014 PADA TEKS BERITA DI SITUS RAKYAT MERDEKA ONLINE:

SUATU KAJIAN SOSIOPRAGMATIK

Oleh

Tiara Ayudia Virgiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Tiara Ayudia Virgiawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

1006505

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM MASA PEMILU PRESIDEN 2014 PADA TEKS BERITA DI SITUS RAKYAT MERDEKA ONLINE:

SUATU KAJIAN SOSIOPRAGMATIK

disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

Dr. Aceng Ruchendi S., M. Hum. NIP 195608071980121001

Pembimbing II

Dra. Nunung Sitaresmi, M. Pd. NIP 1962201091987031004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xxi

DAFTAR DIAGRAM ... xxii

DAFTAR GAMBAR ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.7 Asumsi Dasar ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ... 11

2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.2 Landasan Teoretis ... 14

2.2.1 Sosiolinguistik ... 14

(5)

2.2.1.2 Ranah Tutur ... 15

2.2.2 Pragmatik ... 16

2.2.2.1 Aspek Situasi Tutur ... 17

2.2.2.2 Tindak Tutur ... 18

2.2.2.3 Jenis Tindak Tutur ... 19

2.2.2.4 Konsep ‘Face’ Muka ... 20

2.2.2.5 Prinsip Kesantunan ... 22

2.2.3 Sosiopragmatik ... 24

2.2.4 Kalimat Imperatif dalam Bahasa Indonesia ... 24

2.2.4.1 Kalimat dalam Bahasa Indonesia ... 24

2.2.4.2 Imperatif dalam Bahasa Indonesia ... 25

2.2.4.3 Strategi Kesantunan Imperatif ... 26

2.2.5 Sekilas Gambaran Tentang Situs Berita Rakyat Merdeka Online ... 26

2.2.5.1 Situs Berita Online ... 26

2.2.5.2 Rakyat Merdeka Online ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Desain Penelitian ... 28

3.2 Sumber dan Korpus Data ... 29.

3.3 Definisi Operasional ... 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5 Teknik Pengolahan Data ... 31

3.5.1 Klasifikasi Data ... 31

3.5.2 Analisis Data ... 31

3.6 Teknik Penyajian Data ... 34

3.7 Instrumen Penelitian ... 34

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 41

(6)

4.2 Analisis Tuturan Imperatif Para Politisi dan Masyarakat

dalam Masa Pemilu Presiden 2014 pada Teks Berita

di Situs Rakyat Merdeka Online ... 105

4.2.1 Analisis Tuturan Imperatif Politisi dan Masyarakat

Berdasarkan Klasifikasi Wujud dan Makna Sosiopragmatik ... 105

4.2.1.1 Analisis Wujud dan Makna Sosiopragmatik Tuturan Imperatif

Politisi ... 105

4.2.1.2 Analisis Wujud dan Makna Sosiopragmatik Tuturan Imperatif

Masyarakat ... 147

4.2.2. Analisis Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Imperatif Tuturan

Politisi dan Masyarakat ... 168

4.2.2.1 Analisis Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik

Imperatif Tuturan Imperatif Politisi ... 169

4.2.2.2 Analisis Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Sosiopragmatik

Imperatif Tuturan Imperatif Masyarakat... 171

4.2.3 Analisis Wujud Kesantunan Sosiopragmatik Imperatif Tuturan

Imperatif Politisi dan Masyarakat ... 173

4.2.3.1Analisis Wujud Kesantunan Sosiopragmatik Imperatif Tuturan

Imperatif Politisi ... 174

4.2.3.2 Analisis Wujud Kesantunan Sosiopragmatik Imperatif

Tuturan Imperatif Masyarakat ... 189

4.2.4 Analisis Strategi Kesantunan Tuturan Imperatif Politisi dan

Masyarakat ... 200

4.2.4.1 Analisis Strategi Kesantunan Tuturan Imperatif Politisi ... 201

4.2.4.2 Analisis Strategi Kesantunan Tuturan Imperatif Masyarakat ... 242

4.2.5 Analisis Tanggapan Publik Terhadap Kesantunan Imperatif

Politisi dan Masyarakat ... 263

4.2.5.1 Analisis Tanggapan Publik Terhadap Kesantunan Imperatif

Politisi ... 264

4.2.5.2 Analisis Tanggapan Publik Terhadap Kesantunan Imperatif

(7)

4.3 Pembahasan Tuturan Imperatif Para Politisi dan Masyarakat

dalam Masa Pemilu Presiden 2014 pada Teks Berita

di Situs Rakyat Merdeka Online ... 296

4.3.1 Pembahasan Tuturan Imperatif Politisi dan Masyarakat Berdasarkan Klasifikasi Wujud dan Makna Sosiopragmatik ... 297

4.3.2. Pembahasan Frekuensi Kemunculan Setiap Makna Imperatif Tuturan Politisi dan Masyarakat ... 299

4.3.3 Pembahasan Wujud Kesantunan Sosiopragmatik Imperatif Tuturan Imperatif Politisi dan Masyarakat ... 302

4.3.4 Pembahasan Strategi Kesantunan Tuturan Imperatif Politisi dan Masyarakat ... 303

4.3.5 Pembahasan Tanggapan Publik Terhadap Kesantunan Imperatif Politisi dan Masyarakat ... 305

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 309

5.1 Simpulan ... 309

5.2 Saran ... 314

DAFTAR PUSTAKA ... 315

LAMPIRAN ... 317

(8)

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM MASA PEMILU PRESIDEN 2014 PADA TEKS BERITA DI SITUS RAKYAT MERDEKA ONLINE:

SUATU KAJIAN SOSIOPRAGMATIK ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Kesantunan Imperatif dalam Masa Pemilu

Presiden 2014 pada Teks Berita di Situs Rakyat Merdeka Online: Suatu Kajian

Sosiopragmatik”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui klasifikasi dan deskripsi makna sosiopragmatik imperatif, frekuensi kemunculan setiap makna imperatif, wujud kesantunan, strategi kesantunan, dan tanggapan publik terhadap kesantunan imperatif politisi dan masyarakat pada teks berita pemilu presiden 2014 di situs berita Rakyat Merdeka Online.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan metode analisis kualitatif. Sumber data dari penelitian ini adalah berita pemilu presiden 2014 yang terdapat di situs berita Rakyat Merdeka Online dari tanggal 19 Mei - 21 Agustus 2014. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 12 jenis makna sosiopragmatik imperatif dalam tuturan politisi dan 9 jenis makna sosiopragmatik imperatif dalam tuturan masyarakat. Frekuensi kemunculan tertinggi dalam tuturan politisi adalah makna sosiopragmatik imperatif desakan dan anjuran dengan jumlah 16,86%. Adapun frekuensi tertinggi dalam tuturan imperatif masyarakat adalah makna sosiopragmatik imperatif anjuran dengan jumlah 25,64%.

(9)

ABSTRACT

This study, entitled "Politeness Politicians and Public Imperative in the text in the 2014 Presidential Election News News Site Rakyat Merdeka Online: An Assessment Sosiopragmatics". The purpose of this study to determine the classification and description of the meaning of imperatives sosiopragmatik, the frequency of occurrence of each meaning imperatives, a form of politeness, politeness strategies, and public response to the imperatives of politeness politicians and the public in the 2014 presidential election news text in Rakyat Merdeka Online news site.

The approach used in this study was a descriptive approach with a qualitative analysis method. The data source of this study is the 2014 presidential election news contained in Rakyat Merdeka Online news website from the date of 19 May to 21 August 2014. The data collection techniques in the research done by the documentation.

Based on the results of the study, found 12 types of meaning sosiopragmatics imperative in political speech and 9 kinds of meaning sosiopragmatics imperative in public speech. The highest frequency of occurrence in the speech of politicians is imperative insistence and suggestion sosiopragmatics meaning the number of 16,86%. The highest frequency in the speech community is imperative imperative suggestion sosiopragmatics meaning the amount of 25,64%.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa

demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi

di bidang birokrasi dan ekonomi, tetapi juga reformasi di bidang konstitusi.

Gintings (2006, hlm. 241) menyebutkan bahwa reformasi konstitusi menyangkut

hal-hal krusial, misalnya pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden,

pembagian kekuasaan negara secara jelas, pemilihan anggota legislatif melalui

pemilihan umum, dan pemilu presiden dan wakil presiden secara langsung oleh

rakyat.

Dalam catatan sejarah politik Indonesia, pemilu presiden dan wakil

presiden secara langsung oleh rakyat dimulai tahun 2004. Pemilu Presiden 2004

merupakan pemilu presiden pertama setelah amandemen konstitusi. Menurut

Gintings (2006, hlm. 245) masa pemilu presiden merupakan akhir dari masa

transisi pascareformasi sekaligus awal dari masa kematangan demokrasi di

Indonesia.

Pemilu presiden 2004 diiikuti oleh lima pasangan calon presiden dan wakil

presiden. Pada pemilu presiden kali ini dilakukan melalui dua putaran. Putaran

kedua pemilu presiden dilakukan pada tanggal 20 September 2004 yang

memenangkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf

Kalla menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia dengan masa bakti

2004-2009 (Ubaedillah dan Rozak, 2010, hlm. 83).

Kondisi yang tidak jauh berbeda terjadi pada Pemilu presiden tahun 2009.

Pada pemilu presiden 2009 diikuti oleh lima calon pasangan presiden dan wakil

presiden yang dilakukan dua putaran. Pemenang pemilu presiden kali ini adalah

incumbent Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono. Pada Pemilu Presiden 2009 muncul gugatan sengketa hasil pemilu presiden oleh peserta pemilu presiden

(11)

Konstitusi. Hingga akhirnya Mahkamah Konstitusi menolak gugatan dari kubu

Mega-Prabowo dan SBY-Boediono tetap menjadi presiden dan wakil presiden

dengan masa bakti 2009-2014.

Sampailah pada tahun 2014, akhir masa bakti pemerintahan yang dipimpin

SBY-Boediono sebagai presiden dan wakil presiden. Tentu saja ada suksesi

kepemimpinan yang dilangsungkan melalui pemilu. Ada hal menarik dengan

Pemilu Presiden 2014 ini. Dari segi jumlah, pemilu presiden kali ini hanya diikuti

oleh dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yaitu pasangan nomor urut

1 Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa serta pasangan nomor urut 2 Joko Widodo

dan Jusus Kalla. Dukungan rakyat Indonesia pun terpecah menjadi dua bagi

nomor urut 1 atau 2.

Dari segi proses, pemilu presiden kali ini menyita perhatian khalayak

karena dalam rangkaian proses memuat persoalan yang dikhawatirkan memicu

konflik antarpendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Masa

kampanye dimulai 13 Juni 2014, namun sudah marak terjadi kampanye hitam bagi

kedua kubu. Hal tersebut dibuktikan dalam berita yang terdapat dalam berita di

situs berita Rakyat Merdeka Online.

(12)

3

Gambar 1.1 Berita terkait Kampanye Hitam yang Marak Terjadi

Sebagai contoh, di bawah ini adalah contoh kampanye hitam berupa

memuat tulisan dan gambar yang menyudutkan pasangan lain.

(Sumber: google.com)

Gambar 1.2 Kampanye Hitam yang Ditujukan Kepada Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Hatta

(Sumber: google.com)

(13)

Di hari pencoblosan pada 9 Juli 2014 muncul kembali persoalan, yaitu

adanya perbedaan hasil perhitungan cepat (quick count) di media yang satu dan

yang lain. Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden saling mengklaim

kemenangan berdasarkan hasil hitung cepat yang bersumber dari lembaga survei

yang berbeda. Hal tersebut menimbulkan kembali kebingungan dan ketegangan

antarpendukung calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 dan 2.

Keputusan hasil pemilu yang sah bersumber dari hasil rekapitulasi

nasional yang diumumkan oleh KPU pada 22 Juli 2014. Pada rangkaian proses

ini, kubu Prabowo-Hatta menarik diri dari proses rapat terakhir bersama KPU. Hal

ini juga memicu kembali ketegangan antarpendukung calon presiden dan wakil

presiden nomor urut 1 dan 2.

Proses pemilu presiden telah usai hingga pengumuman pemenang Pemilu

Presiden 2014, yaitu pasangan nomor urut 2 Jokowi-JK sebagai presiden dan

wakil presiden masa bakti 2009-2014. Namun, ternyata hal tersebut bukan puncak

dari ketegangan selama pemilu presiden. Kubu Prabowo-Hatta mengajukan

gugatan sengketa hasil Pemilu Presiden 2014 ke Dewan Kehormatan Pengawas

Pemilu (DKPP) dan Mahkamamah Konstitusi. Hingga akhirnya sidang DKPP

memutuskan beberapa angkota KPU dijatuhi sanksi dan Mahkamah Konstitusi

menolak seluruh gugatan Tim Prabowo-Hatta.

Dari paparan sebelumnya perihal keseluruhan rangkaian Pemilu Presiden

2014 yang rawan terjadinya konflik horizontal antarpendukung, nampaklah

perebutan kekuasaan untuk menjadi RI 1 dan 2 dalam Pemilu Presiden 2014 ini

terbilang sengit. Perbedaan situasi dan masalah dalam penyelenggaraan Pemilu

Presiden 2014 dengan pemilu presiden tahun 2004 dan 2009 menarik untuk

dicermati dan dikaji, tidak hanya dari segi politik, sosial, budaya tetapi juga dari

segi bahasa.

Tentu saja dalam rangkaian proses pemilu tersebut, baik pasangan calon

presiden dan wakil presiden nomor urut 1 dan 2, maupun anggota tim sukses

masing-masing yang notabene sebagai politisi menggunakan bahasa sebagai

(14)

5

dan Wareing (2007, hlm. 19) bahwa kekuasaan sering kali ditunjukkan lewat

bahasa, dan bahkan kekuasaan diterapkan atau dilaksanakan lewat bahasa.

Leech (1993, hlm. 20) mengungkapkan bahwa tuturan dalam bahasa

dipandang sebagai suatu aktivitas dan tindak verbal. Tuturan yang digunakan para

politisi dalam masa Pemilu Presiden 2014 merupakan realisasi verbal dari

aktivitas dan tindak verbal dari sikap politik yang dimiliki. Tuturan dari politisi

pun turut memberi dampak bagi keadaan politik yang penuh ketegangan ini. Dari

berbagai jenis tuturan, terdapat tuturan yang berisi ajakan, imbauan, perintah,

permohonan, dan desakan para politisi. Tuturan-tuturan tersebut memiliki daya

untuk memberikan pengaruh bagi para pendukungnya untuk menyamakan

persepsi dan sikap serta melakukan apa yang diucapkan para politisi tersebut.

Berikut ini adalah kutipan dari pernyataan yang diungkapkan oleh para politisi

dalam menanggapi masalah selama rangkaian pemilu presiden berlangsung.

(1) Mari berpolitik santun dan dewasa. Kampanye-kampanye hitam itu

membodohi masyarakat namanya.

(2) Kami mengimbau Kapolri Jendral Sutarman agar menginstruksikan jajaran

kepolisian untuk melakukan langkah-langkah yang bersifat antisipatif untuk mencegah agar teror serupa tidak tidak terjadi lagi menjelang Pilpres 2014. (3) Saya instruksikan saksi Prabowo-Hatta yang sedang hadir di KPU untuk

tidak lagi lanjutkan proses rekapitulasi KPU.

(4) Mohon kepada keduanya untuk tidak tergesa-gesa mengumumkan

kemenangan. Kedua kandidat memiliki tim riset survei dengan hasil quick count hasilnya berbeda-beda.

(5) Saya tegaskan bahwa sikap DMI sebagai organisasi harus netral dalam

pilpres 2014 nanti.

Kutipan di atas menunjukkan ajakan, imbauan, perintah, permohonan, dan

desakan para politisi. Tuturan-tuturan tersebut memiliki daya untuk memberikan

(15)

melakukan apa yang diucapkan para politisi tersebut. Dalam Pragmatik, tuturan

tersebut termasuk tuturan yang memiliki daya perlokusi berisi ajakan, imbauan,

desakan, perintah, dan harapan. Tuturan yang berisi ajakan, imbauan, desakan,

perintah, dan harapan bermakna imperatif (Rahardi, 2009, hlm. 12). Makna

imperatif menurut Rahardi (2005, hlm. 9) memiliki skala kesantunan yang dapat

dilihat dari langsung atau tidak langsungnya sebuah tuturan. Prinsip kesopanan

yang diterapkan oleh para politisi dan masyarakat melalui tuturan bermakna

imperatif di situasi sosial dan kelas sosial yang berbeda, sehingga pendekatan

yang tepat dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiopragmatik (Leech,

1983, hlm. 15)

Proses demokrasi tidak hanya melibatkan politisi, tetapi juga melibatkan

masyarakat sebagai subjek dan objek dari proses demokrasi itu sendiri.

Masyarakat adalah partisipan dalam penyelenggaraan pemilu. Ketika

penyelenggaraan pemilu berakhir dan terpilihnya pemimpin baru, masyarakat

adalah pihak yang menjadi objek untuk melaksanakan kebijakan dari pemimpin

baru tersebut. Maka dari itu, dalam masa pemilu presiden ini masyarakat diberi

keleluasaan ruang untuk mengemukakan aspirasinya yang bersifat anjuran,

larangan, desakan, harapan, ataupun ajakan. Masyarakat umum atau publik pun

memiliki ruang yang luas untuk terlibat dalam diskusi politik untuk menanggapi

sikap pernyataan elite politik atau saling menanggapi dengan sesama publik.

Ruang yang sangat memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan

aspirasi tersebut adalah ruang publik di dunia maya. Diskusi politik informal

tersebut bisa dilakukan di grup-grup diskusi, misalnya saja pada kolom tanggapan

yang terdapat di dalam berita situs online. Di situs berita online, berita yang

disajikan oleh media dengan mudah bisa ditanggapi oleh masyarakat. Salah satu

situs berita online yang memuat berita sekaligus tanggapan dari publik adalah

situs Rakyat Merdeka Online. Dalam situs Rakyat Merdeka Online, berita terkait

politik, terutama Pemilu Presiden 2014 lebih banyak diulas. Tanggapan publik

untuk berita di situs berita Rakyat Merdeka Online cukup tinggi dibandingkan

(16)

7

Maka dari itu, penelitian mengenai kesantunan berbahasa, khususnya

kesantunan imperatif politisi dan masyarakat di masa Pemilu Presiden 2014 ini

dirasa perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa santun bahasa yang digunakan

para politisi dan masyarakat. Dengan adanya penelitian yang mengkaji tuturan

imperatif politisi dan masyarakat di situasi politik tertentu diharapkan

memperkaya kajian linguistik, khususnya tentang kesantunan dalam wacana

politik dengan pendekatan sosiopragmatik. Kesantunan imperatif adalah sebagian

kecil dari berbagai hal yang memberikan gambaran tentang proses demokrasi di

Indonesia dari sudut pandang kesantunan bahasa. Kematangan demokrasi yang

santun dan beradab tercermin dari para politisi dan rakyat Indonesia memiliki

sikap, baik ucapan maupun perilaku yang santun. Maka dari itu, peneliti tertarik

untuk meneliti kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat selama masa

pemilu presiden 2014 yang terdapat di situs berita online dengan pendekatan

sosiopragmatik.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengidentifikasian masalah. Adapun

identifikasi masalah dalam penelitian ini terkait tuturan imperatif politisi dan

masyarakat pada teks berita Pemilu Presiden 2014 dengan telaah sosiopragmatik.

1.3 Batasan Masalah

Masalah pada penelitian ini akan dibatasi pada persoalan berikut ini.

Tuturan-tuturan imperatif tersebut diklasifikasikan terlebih dahulu berdasarkan

penutur. Dalam hal ini pengklasifikasian penutur didasarkan oleh status sosial dari

penutur tersebut. Secara garis besar, dalam ranah pemerintahan (politik) terdapat

tiga jenis penutur, yaitu politisi, birokrat, dan masyarakat. Tuturan-tuturan

tersebut juga dianalisis dari segi lingual. Hanya saja analisis pada bagian ini

dibatasi hanya pada tataran sintaksis, yaitu jenis kalimat berdasarkan isi kalimat

(kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, eksklamatif, dan emfatik). Lalu

(17)

konstruksi kalimatnya nonimperatif. Kemudian, kalimat bermakna imperatif

tersebut diklasifikasikan berdasarkan wujud makna imperatif yang berjumlah 17

macam menurut Rahardi (2006).

Setelah tuturan-tuturan imperatif tersebut diklasifikasikan berdasarkan

jenis maknanya. Kemudian, semua tuturan itu dihitung frekuensi kemunculan

makna imperatif berdasarkan jenis makna. Perhitungan frekuensi kemunculan

makna imperatif ini menggunakan rumus statistik sederhana untuk mengetahui

makna imperatif mana yang seing digunakan oleh politisi dan masyarakat saat

Pemilu Presiden 2014.

Adapun untuk mengetahui apakah tuturan imperatif politisi dan

masyarakat tergolong tuturan imperatif yang santun atau tidak, analisis data

selanjutnya adalah analisis wujud kesantunan makna sosiopragmatik

menggunakan teori jenis tindak tutur berdasarkan bentuk menurut Wijana (1996)

dan teori skala kesantunan Leech (1983). Kemudian tuturan imperatif tersebut

dianalisi strategi kesantunan tuturan imperatif menurut Rahardi (2009) yang

memiliki dua wujud kesantunan, yaitu kesantunan linguistik imperatif dan

kesantunan pragmatik imperatif. Analisis terakhir yakni bagaimana publik

menanggapi kesantunan imperatif politisi dan masyarakat dengan menggunakan

teori face “muka” Brown dan Levinson (1987).

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut.

a) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi makna sosiopragmatik imperatif tuturan

imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks

berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

b) Berapa frekuensi kemunculan setiap makna sosiopragmatik imperatif yang

terdapat dalam tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu

(18)

9

c) Bagaimana wujud kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada

masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka

Online?

d) Bagaimana strategi kesantunan imperatif yang digunakan politisi dan

masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita

Rakyat Merdeka Online?

e) Bagaimana tanggapan publik terhadap kesantunan imperatif politisi dan

masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita

Rakyat Merdeka Online?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a) penjelasan klasifikasi makna sosiopragmatik imperatif tuturan imperatif

politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di

situs berita Rakyat Merdeka Online?

b) penjelasan frekuensi kemunculan setiap makna sosiopragmatik imperatif yang

terdapat dalam tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu

Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

c) penjelasan wujud kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada

masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka

Online?

d) penjelasan strategi kesantunan imperatif yang digunakan politisi dan

masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita

Rakyat Merdeka Online?

e) penjelasan tanggapan publik terhadap kesantunan imperatif politisi dan

masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita

(19)

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis

maupun manfaat praktis. Berikut ini adalah uraian dari manfaat teoretis dan

manfaat praktis.

a) Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan ilmu

pengetahuan mengenai penerapan sosiopragmatik dalam mengetahui

kesantunan imperatif para politisi pada Pemilu Presiden 2014. Selain itu,

penelitian ini bisa menjadi referensi bagi peneliti yang tertarik kajian

sosiopragmatik, khususnya terkait penggunaan bahasa pada wacana politik.

b) Secara praktis, hasil penelitian ini bisa dijadikan gambaran bagaimana sebuah

kesantunan dalam berkomunikasi juga ditunjukkan dengan kesantunan dalam

menggunakan konstruksi kalimat imperatif. Bagi para politisi tentu sebaiknya

memperhatikan hal tersebut agar tercitra sebagai politisi santun. Hasil

penelitian ini adalah salah satu rujukan yang bisa dipakai oleh politisi untuk

mempelajari strategi komunikasi dalam tuturan imperatif yang santun. Adapun

bagi masyarakat, hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui aspek

kesantunan berbahasa, baik itu politisi maupun masyarakat dalam proses

berdemokrasi di Indonesia, khususnya pada momen Pemilu Presiden 2014.

1.7 Asumsi Dasar

Tuturan yang dituturkan oleh penutur tidak mungkin lepas dari konteks

dan pasti memiliki maksud tertentu. Sama halnya dengan tuturan imperatif politisi

dan masyarakat yang terdapat dalam bentuk tulisan pada teks berita Pemilu

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pengertian metode menurut Mardalis (2010, hlm. 24) adalah suatu cara

atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Di dalam penelitian bahasa

umumnya harus dipertimbangkan dua segi metode, yaitu pengumpulan data

beserta cara, teknik, dan prosedur yang ditempuh; segi lain adalah metode kajian

(analisis) yang melibatkan pendekatan teori sebagai alat analisis data

(Djajasudarma, 2006, hlm. 1). Adapun hal-hal yang berkaitan dengan metode

dalam penelitian meliputi: (1) pendekatan penelitian, (2) sumber dan korpus data,

(3) teknik pengumpulan data, (4) teknik pengolahan data, (5) teknik penyajian

hasil analisis data, dan (6) instrumen penelitian. Berikut adalah uraian secara

terperinci dari metode penelitian ini.

3.1 Desain Penelitian

Dalam pemahaman penelitian, pendekatan atau approach menurut

Zainurrahman (2011, hlm. 84) adalah cara peneliti mendekati sesuatu dari satu

segi atau sudut pandang. Dalam penelitian ini, kesantunan imperatif politisi dan

masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 akan melibatkan pendekatan teori

pragmatik berupa teori kesantunan dan teori imperatif bahasa Indonesia yang

diaplikasikan dalam salah satu ranah sosial dalam teori kajian sosiolinguistik,

yaitu ranah pemerintahan. Oleh karena itu, pendekatan sosiopragmatik akan

digunakan untuk pengkajian masalah dalam penelitian ini.

Pendekatan kualitatif menurut Mahsun (2007, hlm. 257) bertujuan untuk

memahami fenomena sosial, termasuk fenomena kebahasaan yang tengah diteliti.

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan ini menggunakan metode analisis kualitatif yang berfokus pada

penunjukkan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data pada

konteksnya masing-masing dan sering kali menggambarkannya dalam bentuk

kata-kata daripada dalam angka-angka (Mahsun, 2007, hlm. 257). Hal tersebut

(21)

Djajasudarma (2007, hlm. 10) penelitian kualitatif di dalam linguistik selalu

ditunjang dengan kuantitatif dari segi perhitungan. Pengembangan analisis

kuantitatif dalam penelitian kualitatif menurut Mahsun (2007, hlm. 258)

bertujuan untuk mengembangkan, mempertajam sekaligus memperkaya analisis

kualitatif.

3.2 Sumber dan Korpus Data

Data penelitian (Mahsun, 2007, hlm. 19) adalah objek penelitian beserta

konteksnya. Data penelitian yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data

kualitatif yang disajikan dalam berwujud kata-kata. Data penelitian tersebut tentu

diperoleh dari satu atau berbagai sumber.

Data dalam penelitian ini berwujud tulisan. Sumber data diperoleh dari

teks berita Pemilu Presiden 2014 di situs berita Rakyat Merdeka Online. Adapun

korpus penelitian ini adalah tuturan langsung para politisi dan masyarakat pada

teks berita dalam menanggapi situasi politik pada Pemilu Presiden 2014 dan

tuturan yang menyatakan sikap politiknya yang ditengarai memuat makna

imperatif. Waktu pengambilan data dimulai dari masa pendaftaran capres dan

cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 19 Mei 2014 hingga

putusan MK mengenai sengketa Pilpres 2014 pada tanggal 21 Agustus 2014.

3.3 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah yang akan dijelaskan pada

bagian berikut.

a) Tuturan imperatif adalah tuturan yang memiliki yaitu perintah, suruhan,

permintaan, permohonan, desakan, bujukan, imbauan, persilakan, ajakan,

permintaan izin, mengizinkan, larangan, harapan, umpatan, pemberian ucapan selamat, anjuran, dan „ngelulu‟.

b) Politisi dalam penelitian ini merujuk pada orang yang berkecimpung di bidang

politik dan menjadi bagian dari anggota suatu partai politik, baik itu hanya

sebagai anggota biasa maupun pengurus di struktur organisasi partai serta

(22)

30

c) Masyarakat dalam penelitian ini merujuk pada masyarakat khusus yang

dimintai tanggapannya perihal Pemilu Presiden 2014 oleh wartawan

RMOL.CO, dengan lingkup profesi sebagai pengamat ilmu politik, anggota

atau ketua organisasi masyarakat, mahasiswa, relawan dan tim sukses

capres-cawapres, serta pejabat militer dan kepolisian.

d) Publik adalah masyarakat umum yang menanggapi kolom komentar pembaca

dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online.

e) Wujud sosiopragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif yang

dikaitkan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Dalam

tuturan-tuturan imperatif para politisi dan masyarakat yang terdapat dalam teks berita

Pemilu Presiden 2014 di situs berita Rakyat Merdeka Online (RMOL.CO)

memiliki wujud pragmatik imperatif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan atau penyediaan data menurut Mahsun (2007, hlm. 32)

adalah tahapan penyediaan atau pengumpulan data berkaitan dengan kegiatan

menyediakan dan tersedianya data. Adapun waktu pengumpulan data penelitian

dilakukan selama tiga bulan, pada bulan Mei sampai Agustus 2014. Pemilihan

waktu tiga bulan didasarkan pada waktu dimulainya pemilu presiden hingga akhir

proses pemilu yang diakhiri oleh putusan MK. Proses pemilu presiden dimulai

sejak masa pendaftaran capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU)

pada tanggal 19 Mei 2014 hingga putusan MK mengenai sengketa Pilpres 2014

pada tanggal 21 Agustus 2014.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara

dokumentasi. Dokumentasi data menurut Sugiyono (2005, hlm. 83) bisa berupa

tulisan, gambar, dan karya. Adapun untuk mendokumentasikan data bahasa

berupa tuturan objek penelitian, peneliti menggunakan teknik dokumentasi

dengan mencatat teks tuturan langsung para politisi dan masyarakat yang terdapat

(23)

3.5 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, kemudian masuklah ke tahapan dan prosedur

selanjutnya yakni pengolahan data. Adapun uraian mengenai teknik pengolahan

data adalah sebagai berikut.

3.5.1 Klasifikasi Data

Tahap pertama yaitu menentukan objek. Objek penelitian ini adalah

tuturan langsung para politisi yang terdapat dalam teks berita. Data ini diperoleh

dari teks berita terkait pemilu presiden 2014 di situs berita Rakyat Merdeka

Online (RMOL.CO). Setelah itu, data tersebut diklasifikasikan.berdasarkan jenis kalimat (kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, eksklamatif, dan emfatik). Lalu

mengklasifikasikan tuturan-tuturan yang memiliki makna imperatif walaupun

konstruksi kalimatnya nonimperatif. Kemudian, kalimat bermakna imperatif

tersebut diklasifikasikan berdasarkan wujud makna imperatif yang berjumlah 17

macam (Rahardi, 2006).

3.5.2 Analisis Data

Analisis data (Mahsun, 2007, hlm. 32) adalah tahapan yang dilakukan

seteleh pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini, proses analisis data baru

dilakukan setelah tahap pengklasifikasian data. Data berupa tuturan imperatif

tersebut kemudian dianalisis dari segi lingual. Hanya saja analisis pada bagian ini

dibatasi hanya pada tataran sintaksis, yaitu jenis kalimat berdasarkan isi kalimat

(kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, eksklamatif, dan emfatik). Lalu

mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang memiliki makna imperatif walaupun

konstruksi kalimatnya nonimperatif. Kemudian, kalimat bermakna imperatif

tersebut diklasifikasikan berdasarkan wujud makna imperatif yang berjumlah 17

macam menurut Rahardi (2006).

Setelah tuturan-tuturan imperatif tersebut diklasifikasikan berdasarkan

jenis maknanya. Kemudian, semua tuturan itu dihitung frekuensi kemunculan

makna imperatif berdasarkan jenis makna. Perhitungan frekuensi kemunculan

(24)

32

makna imperatif mana yang seing digunakan oleh politisi dan masyarakat saat

Pemilu Presiden 2014.

Adapun untuk mengetahui apakah tuturan imperatif politisi dan

masyarakat tergolong tuturan imperatif yang santun atau tidak, analisis data

selanjutnya adalah analisis wujud kesantunan makna sosiopragmatik

menggunakan teori jenis tindak tutur berdasarkan bentuk menurut Wijana (1996)

dan teori skala kesantunan Leech (1983). Kemudian tuturan imperatif tersebut

dianalisi strategi kesantunan tuturan imperatif menurut Rahardi (2009) yang

memiliki dua wujud kesantunan, yaitu kesantunan linguistik imperatif dan

kesantunan pragmatik imperatif. Analisis terakhir yakni bagaimana publik

menanggapi kesantunan imperatif politisi dan masyarakat dengan menggunakan

teori face “muka” Brown dan Levinson (1987).

Secara singkat, proses pengolahan data penelitian digambarkan dalam

(25)

Transkrip tuturan langsung politisi dan masyarakat pada teks berita di situs berita

Rakyat Merdeka Online

Lingual (Aspek Sintaksis)

Jenis Kalimat Berdasarkan Isi Kalimat

Masalah dan Teori

Masalah Teori yang Digunakan

1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi makna sosiopragmatik imperatif tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

Makna Pragmatik Imperatif (Rahardi, 2006)

2) Berapa frekuensi kemunculan setiap makna sosiopragmatik imperatif yang terdapat dalam tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

Frekuensi Kemunculan Makna Imperatif (Rahardi, 2009)

3) Bagaimana wujud kesantunan tuturan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

Jenis Tindak Tutur (Wijana, 1996) Skala Kesantunan Leech (1983)

4) Bagaimana strategi kesantunan imperatif yang digunakan politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

Strategi Kesantunan Imperatif (Rahardi, 2006)

Pendekatan Penelitian Kualitatif

Landasan Teori

Pragmatik

1) Makna Pragmatik Imperatif

(26)

34

5) Bagaimana tanggapan publik terhadap kesantunan imperatif politisi dan masyarakat pada masa Pemilu Presiden 2014 dalam teks berita di situs berita Rakyat Merdeka Online?

Teori face “muka” Brown dan Levinson (1987)

Bagan 3.1 Proses Pengolahan Data Penelitian

3.6 Teknik Penyajian Data

Penyajian data kualitatif ini dilakukan dalam bentuk pemerian atau

deskripsi dari apa yang telah didapat dari hasil penelitian. Penyajian data hasil

penelitian diperlukan metode tertentu untuk mendeskripsikannya. Teknik

penyajian data hasil analisis (Mahsun, 2007, hlm. 245) bisa menggunakan dua

metode, yakni metode formal dan metode informal. Metode formal digunakan jika

penyajian data berupa lambang-lambang formal, sedangkan metode informal

digunakan jika penyajian data berupa kata-kata. Adapun dalam penelitian ini

digunakan metode informal dalam penyajian data hasil penelitian.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah teks berita dan

kartu data. Kartu data disajikan berupa tabel yang memuat data aspek tuturan dan

klasifikasi. Kartu data ini selanjutnya akan dideskripsikan berdasarkan hasil

analisis yang telah dilakukan. Berikut adalah beberapa format kartu data yang

(27)

KARTU DATA 1

Tabel 3.1 Kartu Data Analisis Tuturan Imperatif Politisi

No. Data (D-…) Sumber Berita Nama Politisi (P-…) Tanggal

Tuturan

Informasi Indeksal Jenis Kalimat

Wujud Pragmatik Imperatif

Kesantunan Imperatif

Kesantunan Linguistik

Panjang-Pendek Tuturan Urutan Tutur

(Langsung/Tak Langsung)

Intonasi dan Isyarat-isyarat Kinesik

Tidak diteliti

Pemakaian Ungkapan Penanda Kesantunan Kesantunan

Pragmatik

Tuturan Nonimperatif (Deklaratif/Interogatif) Respon Publik

Keterangan:

P = Singkatan untuk Politisi

(28)

36

KARTU DATA 2

Tabel 3.2 Kartu Data Analisis Tuturan Imperatif Masyarakat

No. Data (D-…) Sumber Berita Nama (M-…) Tanggal

Masyarakat Khusus Tuturan

Informasi Indeksal Jenis Kalimat

Wujud Pragmatik Imperatif

Kesantunan Imperatif

Kesantunan Linguistik

Panjang-Pendek Tuturan Urutan Tutur

(Langsung/Tak Langsung)

Intonasi dan Isyarat-isyarat Kinesik

Tidak diteliti

Pemakaian Ungkapan Penanda Kesantunan Kesantunan

Pragmatik

Tuturan Nonimperatif (Deklaratif/Interogatif) Respon Publik

Keterangan:

M = Singkatan untuk Masyarakat

(29)

KARTU DATA 3

Tabel 3.3 Kartu Data Frekuensi Kemunculan Makna Imperatif Politisi dan

Masyarakat N O No mo r Da ta K o de P enutur

Makna Pragmatik Imperatif

P er inta h Su ruha n P er min ta a n P er mo ho na n Desa ka n B ujuka n Imb a ua n P er sila a n Aj a ka n P er min ta a n Izin M eng izin ka n L a ra ng a n H a ra pa n Umpa ta n P emberia n Uc a pa n Sela ma t Anj ura n Ng elulu

Tuturan Imperatif Politisi

D -… P-… 1.D -… P-… 2.D -… P-… JUMLAH

Tuturan Imperatif Masyarakat

(30)

38

[image:30.595.106.550.186.752.2]

KARTU DATA 4

Tabel 3.4 Strategi Kesantunan Tuturan Imperatif Politisi dan Masyarakat

NO Makna Pragmatik Imperatif No mo r Da ta K o de P enutur

Kesantunan Linguistik Kesantunan Pragmatik Panjang-Pendek Tuturan ■ / □ Urutan Tutur (Langsung/ Tak Langsung) ● / ○ Pemakaian Ungkapan Penanda Kesantunan Intonasi dan Isyarat-isyarat Kinesik Tuturan Nonimperatif (Deklaratif/ Interogatif)

Tuturan Imperatif Politisi

1. Perintah D-… P-…

2. Suruhan D-… P-…

3. Permintaan D-… P-…

4. Permohonan D-… P-…

5. Desakan D-… P-…

6. Bujukan D-… P-…

7. Imbauan D-… P-…

8. Ajakan D-… P-…

9. Mengizinkan D-… P-…

10. Larangan D-… P-…

11. Harapan D-… P-…

12. Anjuran D-… P-…

Tuturan Imperatif Masyarakat

1. Perintah D-… M-..

2. Suruhan D-… M-..

3. Permintaan D-… M-..

4. Desakan D-… M-..

5. Imbauan D-… M-..

(31)

7. Mengizinkan D-… M-..

8. Larangan D-… M-..

9. Harapan D-… M-..

10. Anjuran D-… M-..

Keterangan:

■ = Tuturan Panjang □ = Tuturan Pendek ● = Tuturan Langsung ○ = Tuturan Tak Langsung D = Deklaratif

I = Interogatif

(32)

40

[image:32.595.76.524.188.441.2]

KARTU DATA 5

Tabel 3.5 Kartu Data Tanggapan Publik Terhadap Tuturan Imperatif Politisi dan

Masyarakat

NO.

Tanggapan Publik

Tanggapan Terhadap Keterancaman

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan dipaparkan simpulan dari hasil analisis dan

pembahasan dalam penelitian ini. Terdapat pula saran dari peneliti untuk peneliti

lain yang berencana meneliti fenomena kebahasaan dengan pendekatan

sosiopragmatik, baik itu mengenai kesantunan imperatif atau karakteristik tuturan

politisi. Adapun uraian secara terperinci dari simpulan dan saran sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa

hal sebagai berikut.

1) Dalam teks berita Pemilu Presiden 2014 dalam situs berita Rakyat Merdeka

Online (RMOL.CO) terdapat 128 tuturan imperatif. Tuturan-tuturan imperatif tersebut dituturkan oleh 44 politisi dan 38 masyarakat. Tuturan imperatif

politisi dan masyarakat memiliki jenis makna imperatif yang berbeda dan

konteks situasi tuturan yang berbeda pula. Dari penelitian yang dilakukan,

ditemukan 12 jenis makna sosiopragmatik imperatif di dalam tuturan imperatif

politisi. Masing-masing wujud makna sosiopragmatik imperatif tersebut antara

lain tuturan yang mengandung makna sosiopragmatik imperatif (a) perintah;

(b) suruhan; (c) permintaan; (d) permohonan; (e) desakan; (f) bujukan; (g)

imbauan; (h) ajakan; (i) mengizinkan; (j) larangan; (k) harapan; dan (l)

anjuran. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan pula 9 jenis makna

sosiopragmatik imperatif di dalam tuturan imperatif masyarakat.

Masing-masing wujud makna sosiopragmatik imperatif tersebut antara lain tuturan

yang mengandung makna sosiopragmatik imperatif (a) suruhan; (b)

permintaan; (c) desakan; (d) imbauan; (e) ajakan; (f) mengizinkan; (g)

larangan; (h) harapan; dan (i) anjuran.

2) Frekuensi kemunculan masing-masing wujud makna sosiopragmatik imperatif

dalam tuturan politisi antara lain yang mengandung makna sosiopragmatik

(34)

310

4 tuturan atau 4,69%; (c) permintaan berjumlah 9 tuturan atau 10,12%; (d)

permohonan berjumlah 1 tuturan atau 1,12%; (e) desakan berjumlah 15

tuturan atau 16,86%; (f) bujukan berjumlah 2 tuturan atau 2,24%; (g) imbauan

berjumlah 1 tuturan atau1,12%; (h) ajakan berjumlah 9 tuturan atau 10,12%;

(i) mengizinkan berjumlah 2 tuturan atau 2,24%; (j) larangan berjumlah 12

tuturan atau 13,48%; (k) harapan berjumlah 14 tuturan atau 15,73%; dan (l)

anjuran berjumlah 15 tuturan atau 16,86%.

Adapun frekuensi kemunculan masing-masing wujud makna sosiopragmatik

imperatif dalam tuturan masyarakat antara lain yang mengandung makna

sosiopragmatik imperatif: (a) suruhan berjumlah 2 tuturan atau 5,13%; (b)

permintaan berjumlah 3 tuturan atau 7,70%; (c) desakan berjumlah 9 tuturan

atau 23,08%; (d) imbauan berjumlah 1 tuturan atau 2,56%; (e) ajakan

berjumlah 5 tuturan atau 12,82%; (f) mengizinkan berjumlah 2 tuturan atau

5,13%; (g) larangan berjumlah 6 tuturan atau 15,38%; (h) harapan berjumlah 1

tuturan atau 2,56%; dan (i) anjuran berjumlah 10 tuturan atau 25,64%.

3) Wujud kesantunan politisi didominasi oleh tuturan yang dinyatakan secara

tidak langsung dalam modus kalimat deklaratif dan literal pada jenis makna

sosiopragmatik imperatif perintah, suruhan, permintaan, permohonan,

desakan, bujukan, imbauan, ajakan, mengizinkan, harapan. Pada tuturan

imperatif politisi dengan makna sosiopragmatik imperatif jenis anjuran

terdapat 1 tuturan dinyatakan secara tidak langsung dalam modus kalimat

interogatif dan tidak literal. Tuturan imperatif politisi dengan makna

sosiopragmatik imperatif jenis larangan terdapat 1 tuturan dinyatakan secara

langsung dalam modus kalimat imperatif dan literal. Berdasarkan skala

kesantunan Leech, wujud kesantunan politisi yang mengandung kadar

kesantunan rendah terdapat pada tuturan imperatif dengan makna

sosiopragmatik imperatif perintah, suruhan, permintaan, desakan, dan

larangan. Kadar kesantunan tinggi terdapat pada tuturan imperatif dengan

makna sosiopragmatik imperatif permohonan, bujukan, imbauan, ajakan,

(35)

Wujud kesantunan masyarakat didominasi oleh tuturan yang dinyatakan

secara tidak langsung dalam modus kalimat deklaratif dan literal pada jenis

makna sosiopragmatik imperatif perintah, suruhan, permintaan, desakan,

imbauan, ajakan, mengizinkan, harapan. Pada tuturan imperatif masyarakat

dengan makna sosiopragmatik imperatif jenis anjuran terdapat 1 tuturan

dinyatakan secara tidak langsung dalam modus kalimat interogatif dan tidak

literal. Pada tuturan imperatif masyarakat dengan makna sosiopragmatik

imperatif jenis larangan terdapat 1 tuturan dinyatakan secara langsung dalam

modus kalimat imperatif dan literal. Berdasarkan skala kesantunan Leech,

wujud kesantunan politisi yang mengandung kadar kesantunan rendah terdapat

pada tuturan imperatif dengan makna sosiopragmatik imperatif perintah,

suruhan, permintaan, desakan, dan larangan. Kadar kesantunan tinggi terdapat

pada pada tuturan imperatif dengan makna sosiopragmatik imperatif imbauan,

ajakan, mengizinkan, harapan, dan anjuran.

4) Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan strategi kesantunan imperatif

dalam tuturan imperatif politisi yang menyangkut ciri linguistik sehingga

mewujudkan kesantunan linguistik, sedangkan yang menyangkut ciri

nonlinguistik mewujudkan mewujudkan kesantunan pragmatik. Dalam tuturan

imperatif politisi ditemukan strategi kesantunan linguistik. Berdasarkan

panjang-pendek tuturan, ditemukan 67 tuturan imperatif dengan kalimat

panjang dan 22 tuturan imperatif dengan kalimat pendek. Berdasarkan urutan

tutur, ditemukan 53 tuturan imperatif dengan urutan tutur langsung dan 36

urutan tutur tidak langsung. Berdasarkan keberadaan ungkapan penanda

kesantunan, ditemukan ungkapan penanda kesantunan dalam makna

sosiopragmatik imperatif: (1) perintah, yakni menginstruksikan,

konsolidasikan, perintahkan,kawal, dan instruksikan; (2) suruhan, yakni tidak

menginginkan, harus, dan berhentilah; (3) permintaan, yakni ingin, minta,

berikanlah, diminta, pesan, meminta, dan agar; (4) permohonan, yakni

mohon; (5) desakan, yakni harus dan minta; (6) imbauan, yakni mengimbau; (7) ajakan, yakni mengajak, ikuti saja, mari, dan ayo; (8) mengizinkan, yakni

(36)

312

mudah-mudahan, harapan, semoga, harap, agar, masih menaruh harapan,

dan harapkan, dan (11) anjuran, yakni seharusnya, sebaiknya, dipikir dulu,

partikel -lah, mestinya, lebih baik, supaya, dan menyarankan.

Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan pula strategi kesantunan imperatif

dalam tuturan imperatif masyarakat yang menyangkut ciri linguistik sehingga

mewujudkan kesantunan linguistik, sedangkan yang menyangkut ciri

nonlinguistik mewujudkan mewujudkan kesantunan pragmatik. Dalam tuturan

imperatif masyarakat ditemukan strategi kesantunan linguistik. Berdasarkan

panjang-pendek tuturan, ditemukan 34 tuturan imperatif dengan kalimat

panjang dan 5 tuturan imperatif dengan kalimat pendek. Berdasarkan urutan

tutur, ditemukan 25 tuturan imperatif dengan urutan tutur langsung dan 14

urutan tutur tidak langsung. Berdasarkan keberadaan ungkapan penanda

kesantunan, ditemukan ungkapan penanda kesantunan dalam makna

sosiopragmatik imperatif: (1) perintah, yakni cermati; (2) suruhan, yakni

hindari (verba+i), suruh, dan kembalikan (verba+kan); (3) permintaan, yakni tidak ingin, tak ingin, dan meminta; (4) desakan, yakni , perlu segera, dan mendesak; (5) imbauan, yakni mengimbau; (6) ajakan, yakni mari; (7) mengizinkan, yakni silakan; (8) larangan, yakni jangan; (9) harapan, yakni

berharap dan semoga, dan (10) anjuran, yakni lebih baik, harus, pantasnya, mestinya, seharusnya, perlu, harusnya, dan sebaiknya.

5) Berdasarkan hasil analisis, tanggapan publik terhadap tuturan imperatif politisi

yang berisi tanggapan terhadap: (a) peristiwa dalam teks berita berjumlah 16

tanggapan; (b) pernyataan sumber informasi berjumlah 4 tanggapan; (c) objek

yang terdapat dalam pernyataan sumber informasi berjumlah 59 tanggapan;

(d) lembaga atau instansi dari sumber informasi atau objek yang disebutkan

sumber informasi berjumlah 1 tanggapan; dan (e) sesama penanggap

berjumlah 12 tanggapan. Dapat disimpulkan bahwa tanggapan publik terhadap

tuturan imperatif politisi lebih didominasi oleh tanggapan terhadap objek

dalam tuturan sumber informasi dibandingkan peristiwa dalam teks berita

tersebut. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan 17 tuturan dari penanggap

(37)

yang disebutkan dalam tuturan sumber informasi. Ditemukan pula 75 tuturan

dari penanggap publik yang mengancam muka dari sumber informasi (politisi)

dan objek yang disebutkan dalam tuturan sumber informasi. Jumlah tuturan

yang mengancam muka pihak lain lebih banyak daripada tuturan yang

menyelamatkan muka pihak lain. Dapat disimpulkan bahwa tanggapan public

terhadap tuturan imperatif politisi memiliki kadar kesantunan yang rendah.

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan 85 tanggapan publik terhadap tuturan

imperatif masyarakat yang berisi tanggapan terhadap: (a) peristiwa dalam teks

berita berjumlah 7 tanggapan; (b) pernyataan sumber informasi berjumlah 26

tanggapan; (c) objek yang terdapat dalam pernyataan sumber informasi

berjumlah 21 tanggapan; (d) lembaga atau instansi dari sumber informasi atau

objek yang disebutkan sumber informasi berjumlah 2 tanggapan; dan (e)

sesama penanggap berjumlah 29 tanggapan. Dapat disimpulkan bahwa

tanggapan publik terhadap tuturan imperatif masyarakat lebih didominasi oleh

tanggapan terhadap sesama penanggap dan sumber imformasi (masyarakat)

dibandingkan peristiwa dalam teks berita tersebut.

Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan 38 tuturan dari penanggap publik

yang menyelamatkan muka dari sumber informasi (masyarakat) dan objek

yang disebutkan dalam tuturan sumber informasi. Ditemukan pula 47 tuturan

dari penanggap publik yang mengancam muka dari sumber informasi

(masyarakat) dan objek yang disebutkan dalam tuturan sumber informasi.

Jumlah tuturan yang mengancam muka pihak lain hampir berimbang dengan

tuturan yang menyelamatkan muka pihak lain. Namun tetap lebih banyak

tuturan yang mengancam muka pihak lain. Dapat disimpulkan bahwa

tanggapan publik terhadap tuturan imperatif masyarakat tergolong cukup

(38)

314

5.2 Saran

Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis Sosiopragmatik bisa

dimanfaatkan untuk mengkaji kesantunan imperatif dalam ranah pemerintahan

(politik). Biasanya kesantunan dalam berbahasa hanya dilihat dari ada tidaknya

ungkapan penanda kesantunan, misalnya mohon atau harap. Dengan adanya

penelitian ini bisa sedikit menyadarkan bahwa ilmu bahasa bisa fungsional dalam

mengunggkapkan fenomena yang sama dengan sudut pandang berbeda.

Penelitian ini lebih menarik dilengkapi analisis aspek formal yang lengkap

dari mulai mulai aspek fonologi, morfologi, dan sintaksis. Pada penelitian

selanjutnya diharapkan ada peneliti yang mengkaji kesantunan berbahasa dengan

pendekatan sosiopragmatik dan dilengkapi dengan aspek formal tersebut. Akan

lebih menarik pula jika ada penelitian lanjutan terkait kesantunan imperatif atau

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Ginting, Sutradara. 2006. Jalan Terjal Menuju Demokrasi: Catatan Kritis Seorang Politisi. Jakarta: IPCOS.

Keraf, Gorys. 1981. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.

Laswati, Elih. 2013. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Teks Pidato Siswa Kelas IX SMP Islam Harapan Ibu Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarief Hidayatullah.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Teknik- tekniknya. Jakarta: Rajawali Press.

Mardialis. 2010. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Nadar, F.X. 2004. Bahasa Politik Indonesia Menjelang Pemilu 2004: Kajian Pragmatik Tentang Kesopanan. Yogyakarta: University of Gajah Mada.

. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nn. 2014. Welcome. [Online]. Tersedia: www.rakyatmerdeka.co.id [12 September 2014]

Pateda, Mansoer. 1994. Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa.

Rahardi, Kunjana. 2006. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga

(40)

316

Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sosiowati, I Gusti Ayu Gde. 2013. Kesantunan Bahasa Politisi dalam Talkshow di Metro TV. Disertasi Doktor pada FIB UNUD.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung; Alfabeta.

Susanto, Anang. 2003. Bahasa Politik Pascaorde Baru. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Thomas, Linda dan Wareing, Shan. 2007. Bahasa, Masyarakat, dan

Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ubaedillah, A. dan Rozak, Abdul. 2010. Pendidikan Kewarga[negara]an: Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media Group.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wikipedia. 2014. Situs Web. [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_web. [12 September 2014]

Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Ed. Indah Fajar Wahyuni)

Gambar

Gambar 1.2 Kampanye Hitam yang Ditujukan Kepada Pasangan
Tabel 3.1 Kartu Data Analisis Tuturan Imperatif Politisi
Tabel 3.2 Kartu Data Analisis Tuturan Imperatif Masyarakat
Tabel 3.3 Kartu Data Frekuensi Kemunculan Makna Imperatif  Politisi dan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis uji-t pada masing- masing kelompok dengan hasil analisis data yaitu t h = 7,45 > t t = 2,000 pada taraf signifikansi 0,05 yang

Adapun yang dimaksud prsarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah

Di sisi lain, bisa saja terjadi bahwa suatu bahasa memiliki daya sebar yang sangat kuat, memiliki daya bertahan yang tinggi karena bahasa itu sendiri sudah

pendidikan.Buku pedoman ini berisi tentang informasi umum yang menyangkut pendaftaran, jalur penerimaan mahasiswa baru, ketentuan registrasi, ketentuan pengunduran

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko sistematis dan risiko tidak sistematis yang ada pada setiap perusahaan-perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar

4.6.3 Angket Respons Siswa terhadap Penerapan Model Treffinger Berbasis Kreativitas dalam Pembelajaran Menulis Teks Anekdot

[r]