ANALISIS PENGGUNAAN VERBA BERSINONIM TETSUDAU,
TASUKERU, DAN SUKUU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Oleh
ADZANIA AYU NELANDA 0906609
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
ANALISIS PENGGUNAAN VERBA BERSINONIM TETSUDAU,
TASUKERU, DAN SUKUU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
oleh
Adzania Ayu Nelanda
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni
©Adzania 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak
ADZANIA AYU NELANDA
ANALISIS PENGGUNAAN VERBA BERSINONIM TETSUDAU,
TASUKERU, DAN SUKUU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Drs. H. Sudjianto, M.Hum
NIP. 19590605 198503 1 004
Pembimbing II
Linna Meilia Rasiban, M.Pd.
NIP. 19800507 200801 2 010
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
SINOPSIS ... iii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 5
1. Rumusan Masalah ... 5
2. Batasan Masalah ... 5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Definisi Operasional ... 7
E. Metode Penelitian ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KAJIAN TEORI ... 13
A. Sinonim (Ruigigo) ... 13
1. Pengertian Sinonim ... 13
2. Permasalahan dalam Sinonim ... 15
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Verba (Dooshi) ... 20
1. Pengertian Verba ... 20
2. Jenis-jenis Verba ... 21
C. Penelitian Terdahulu Tentang Tetsudau dan Tasukeru ... 23
BAB III METODOLOGI ... 30
A. Metode Penelitian ... 30
B. Objek Penelitian ... 31
C. Instrumen dan Sumber Data Penelitian ... 32
D. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV ANALISIS DATA ... 35
A. Analisis Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu dalam ... Kalimat Bahasa Jepang ... 36
1. Analisis Makna Verba Tetsudau ... 36
2. Analisis Makna Verba Tasukeru ... 48
3. Analisis Makna Verba Sukuu ... 59
B. Analisis Persamaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, ... dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 70
1. Verba Tetsudau dengan Tasukeru ... 71
2. Verba Tasukeru dengan Sukuu ... 74
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 78
1. Verba Tetsudau dengan Tasukeru ... 79
2. Verba Tasukeru dengan Sukuu ... 83
D. Perbandingan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... dalam Konteks Kalimat Bahasa Jepang ... 85
1. Verba Tetsudau ... 86
2. Verba Tasukeru ... 89
3. Verba Sukuu ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
A. Kesimpulan ... 98
1. Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 99
2. Persamaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 99
3. Perbedaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 100
4. Perbandingan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 101
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu dalam
Kalimat Bahasa Jepang
Adzania Ayu Nelanda
0906609
Jumlah verba bersinonim dalam kosakata Bahasa Jepang sangat banyak.
Oleh karena itu, agar dapat mengaplikasikan Bahasa Jepang dengan baik,
pembelajar Bahasa Jepang perlu memahami persamaan dan perbedaan makna
setiap verba bersinonim. Namun dalam perkuliahan atau pun buku paket pelajaran
Bahasa Jepang, penjelasan mengenai verba bersinonim sangat minim jumlahnya.
Pembelajar Bahasa Jepang memerlukan waktu belajar ekstra untuk dapat
memahami suatu kelompok verba bersinonim karena kebanyakan sumber ditulis
dengan Bahasa Jepang. Selain itu, diperlukan tingkat pemahaman dan
kemampuan berbahasa Jepang yang cukup tinggi agar tidak terjadi salah
penafsiran. Begitu pula dengan verba bersinonim tetsudau, tasukeru, dan sukuu.
Ketiga verba ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia bisa
berarti „menolong‟ atau „membantu‟. Seorang pembelajar awam yang tidak paham
perbedaan ketiga verba tersebut akan menggunakannya tanpa pikir panjang
sehingga dapat menimbulkan kesalahan penggunaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna, persamaan, perbedaan
verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu serta mengetahui apakah ketiga verba tersebut
dapat saling menggantikan atau tidak dalam sebuah kalimat yang sama. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menganalisis
makna ketiga verba yang terdapat dalam jitsurei dari berbagai sumber.
Dalam penelitian ini diperoleh hasil yaitu, persamaan ketiga verba ini
adalah mengeluarkan tenaga sendiri untuk meringankan beban atau penderitaan
makhluk/benda lain, sedangkan perbedaannya tetsudau sama sekali tidak
mengandung nuansa bahaya, berbeda dengan tasukeru dan sukuu. Pada tasukeru,
orang yang ditolong masih mempunyai kekuatan dalam dirinya, sedangkan dalam
sukuu, orang yang ditolong berada dalam kondisi sangat tidak berdaya. Kemudian,
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kata kunci: tetsudau, tasukeru, sukuu, sinonim
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Analysis of Synonym Verb Tetsudau, Tasukeru, and Sukuu in Japanese Sentence
Adzania Ayu Nelanda
0906609
The synonym verb in Japanese vocabularies are many. That is why, to
apply Japanese language, the learner needs to understand the synonym and also
antonym in every verb. However, the explanation about it is difficult to be found
whether in classroom or textbook. The learner have to spend more time to
comprehend a group of verb because there are many sources were written in
Japanese language. Moreover it needs the holistic understanding thus misjudging
can be avoided. So in verbs tetsudau, tasukeru, dan sukuu.
The three of them if translated into Indonesia can be “menolong” or
“membantu”. The new learner cannot understand directly, thus it can be misusing. This research aimed to to know meaning, synonym, and antonym of
tetsudau, tasukeru and sukuu and also to figure out whether those can be used in a
same sentence. The method used in this research is descriptive analysis to analyse
those verb in jitsurei in every sources.
The result of this research are, the synonym of this verb is to help or lend
a hand in order to lighten the burden of the other which is in suffer, or have some
problem. Meanwhile the difference is, in tetsudau it does not include the sense of
helping someone escape from danger like tasukeru and sukuu. In tasukeru, the
person which is helped still can afford himself, while in sukuu, the person which
is helped is powerless. Those verbs can replace other only in particular context.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu
sebagai alat komunikasi yang mengandung suatu makna. Fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi merupakan saluran perumusan maksud, pengungkapan perasaan,
dan memungkinkan terciptanya kerjasama antar manusia. Dengan bahasa, maka
segala kebutuhan jasmani dan rohani dapat terpenuhi. Oleh karena itu, bahasa
menjadi sarana komunikasi vital dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketika mempelajari sebuah bahasa, kita akan menemukan bahwa setiap
bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lain.
Sama halnya dengan bahasa Jepang yang memiliki karakter tersendiri dan berbeda
dengan bahasa Indonesia, sehingga dianggap sulit untuk dipelajari. Dari
perbedaan tersebut, sering muncul berbagai masalah yang dapat menghambat
proses pembelajaran. Masalah yang dihadapi oleh pembelajar saat mempelajari
bahasa Jepang, umumnya menyangkut penguasaan huruf, pemahaman kaidah
kebahasaan serta penguasaan kosakata.
Kualitas kemampuan berbahasa seorang pembelajar bahasa asing
tergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang ia miliki. Semakin banyak
kosakata yang dimiliki, maka akan semakin besar pula kemungkinan ia terampil
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kosakata dalam bahasa Jepang memiliki nuansa dan makna yang spesifik.
Sering pembelajar menemukan beberapa kata yang sepintas memiliki kemiripan
arti, namun ternyata setelah ditelaah lebih lanjut memiliki arti atau penggunaan
yang berbeda. Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak kata yang bersinonim
(ruigigo) , baik dalam kategori nomina (meishi), adjektiva (keiyooshi), maupun
verba (dooshi).
Penggunaan ruigigo sering ditemukan, baik dalam buku pelajaran maupun
dalam percakapan sehari-hari. Akan tetapi, baik dalam kamus Jepang-Indonesia
maupun dalam buku pelajaran, informasi mengenai kosakata bersinonim masih
sangat kurang, baik penjelasan persamaan dan perbedaan, makna, ataupun contoh
penggunaannya, sehingga pembelajar tidak tahu bahwa kalimat yang dibuat atau
diucapkannya sudah tepat sesuai dengan kaidah atau belum.
Seperti pada verba bersinonim agaru dan noboru. Kedua verba tersebut
berarti „naik‟ bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Perhatikan contoh
berikut.
1) 猫が屋根 てっぺ に{アガッタ/ノボッタ}。
Neko ga yane no teppen ni (agatta/nobotta).
Kucing naik ke puncak atap.
2) 子供たちが山 頂上に{アガッタ/ノボッタ}。
Kodomotachi ga yama no choojoo ni (agatta/nobotta).
Anak-anak naik ke puncak gunung.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ada dua macam penafsiran. Pertama, jika kita menafsirkan bahwa puncak gunung
dan puncak atap merupakan titik akhirnya, maka digunakan verba agaru. Dengan
kata lain, baik kucing maupun anak-anak yang menjadi subjek dalam kedua
kalimat tersebut, tiba disana sebagai hasil perpindahan dari tempat lain. Misalnya,
kucing dari halaman rumah naik ke atas atap, atau anak-anak naik ke puncak
gunung dari kaki gunung dan sebagainya. Jadi, yama no choojoo dan yane no
teppen merupakan toutatsuten (tujuan akhir).
Kedua, noboru digunakan jika kita memandang bahwa tempat tersebut
bukan hanya berupa titik akhir (tempat tujuan) saja, melainkan juga sebagai
tempat kegiatan/ aktivitas naik tersebut. Misalnya pada contoh 2), proses naiknya
kucing ke puncak atap, bisa dari halaman melalui dinding; atau kucing tersebut
bergerak dari atap bagian bawah hingga ke atap bagian puncaknya. Dinding atau
bagian atap yang dilalui kucing tadi tentunya merupakan suatu jalan yang dilalui
atau keiro. Tetapi, jika kata teppen dan choojoo pada kedua kalimat tersebut
dihilangkan, maka penjelasannya akan lain lagi (Sutedi, 2010: 135).
Dalam penelitian ini, penulis memilih verba tetsudau, tasukeru dan sukuu
yang merupakan kata bersinonim dalam bahasa Jepang. Ketiga verba tersebut
memiliki kemiripan arti sehingga dapat menimbulkan kesalahan pemakaian.
Perhatikan ketiga kalimat di bawah ini.
1) 彼 兄 店 手伝った。
Kare wa ani no mise o tetsudatta.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kare wa ani no mise o tasuketa.
3) 彼 兄 店 救った。
Kare wa ani no mise o sukutta.
Ketiga kalimat di atas benar secara gramatikal dan lazim digunakan. Akan
tetapi, ketiganya mengandung makna dan memiliki nuansa yang jelas berbeda.
Masih banyak pembelajar bahasa Jepang yang tidak mengetahui perbedaan makna
ketiga kalimat tersebut. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, pembelajar perlu
mengetahui perbedaan ketiganya dan mampu menggunakan ketiga verba tersebut
dalam situasi yang tepat. Dengan demikian, apa yang hendak ia sampaikan bisa
diterima dan dipahami maksudnya dengan baik oleh lawan bicara.
Sebelumnya, telah dilakukan penelitian mengenai sinonim verba tetsudau
dan tasukeru oleh Nenin Sawiah (2009) yang dituangkan dalam bentuk skripsi
yang berjudul “Analisis Makna Verba Tasukeru dan Tetsudau sebagai Sinonim”.
Dalam penelitian terdahulu ini, hanya membahas mengenai persamaan dan
perbedaan kedua verba bersinonim tersebut. Sementara itu, penulis merasa untuk
memahami sebuah kelompok verba bersinonim secara menyeluruh, tidak akan
cukup bila hanya dengan mengetahui persamaan dan perbedaannya saja. Oleh
sebab itu, penulis melanjutkan penelitian terdahulu dengan menambahkan satu
verba lain yang memiliki makna mirip yakni sukuu sebagai objek penelitian, juga
menambahkan analisis mengenai makna yang terkandung dalam masing-masing
verba dan analisis mengenai apakah verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu dapat
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Verba tetsudau, tasukeru dan sukuu sering digunakan baik dalam ragam
tulisan maupun ragam lisan bahasa Jepang sehingga perlu dipelajari secara jelas
dan tepat penggunaannya agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pihak lawan
bicara. Dalam buku pelajaran bahasa Jepang yang digunakan di Universitas
Pendidikan Indonesia khususnya, ketiga verba ini cukup sering ditemukan, seperti
dalam buku pelajaran bunpoo ditemukan sekitar 5% penggunaan, dalam kaiwa
juga sekitar 5%, dan dalam dokkai ditemukan sekitar 3% penggunaan. Sedangkan
dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, ketiga verba ini amat sering digunakan.
Yang menarik adalah, berdasarkan pengalaman penulis, meskipun orang Jepang
(masyarakat biasa, bukan ahli linguistik atau yang berkecimpung dalam bidang
akademis) sering menggunakannya, tapi mereka tidak bisa menjelaskan pada
orang lain, khususnya orang asing, apa dan bagaimana perbedaannya. Oleh karena
itu, penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan
penggunaan.
Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian
yang dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Penggunaan
Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa Jepang”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Apa makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa
Jepang?
2. Apa persamaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam
konteks kalimat bahasa Jepang?
3. Apa perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam
konteks kalimat bahasa Jepang?
4. Apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat saling
menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang?
2. Batasan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis
membatasi penelitian ini yakni hanya dengan membahas tentang makna,
persamaan, dan perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam
kalimat bahasa Jepang, serta mengkaji apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu
dapat saling menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah
dipaparkan pada rumusan masalah di atas. Adapun tujuan dari penelitian ini
penulis rumuskan sebagai berikut.
1. Untuk memahami makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Untuk memahami persamaan verba tetsudau, tasukeru dan sukuu
dalam konteks kalimat bahasa Jepang.
3. Untuk memahami perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan
sukuu dalam konteks kalimat bahasa Jepang.
4. Untuk mengetahui apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat
saling menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang serta dapat
mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari.
Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis yang ingin diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperjelas pengetahuan
mengenai makna, persamaan dan perbedaan verba bersinonim tetsudau, tasukeru
dan sukuu, serta mengetahui apakah ketiga verba tersebut dapat saling
menggantikan, yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan penguasaan
bahasa Jepang.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi reverensi dalam
upaya mengatasi masalah pembelajar bahasa Jepang terutama dalam penggunaan
verba tetsudau, tasukeru dan sukuu, serta sebagai masukan bagi pengajar dalam
pengajaran bahasa Jepang di lembaga-lembaga pendidikan bahasa Jepang di
Indonesia. Untuk lebih jelasnya, penelitian ini diperuntukan bagi:
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
khususnya, dan di seluruh Indonesia pada umumnya.
2) Pengajar bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia
khususnya, dan di seluruh Indonesia pada umumnya.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang digunakan. Untuk
menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan istilah yang digunakan, penulis
memaparkan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Analisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 58), tertulis beberapa
pengertian analisis yakni sebagai berikut: 1)Penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); 2) penguraian
suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri
serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan; 3) penyelidikan kimia dengan menguraikan
sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dsb; 4) penjabaran sesudah
dikaji sebaik-baiknya; 5) pemecahan persoalan yang dimulai dengan
dugaan akan kebenarannya.
Analisis dalam penelitian ini adalah analisis terhadap penggunaan verba
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Verba
Kridalaksana (2008: 254) menjelaskan dalam kamusnya bahwa verba
adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam
beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala,
aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur
semantis perbuatan, keadaan atau proses; kelas ini dalam bahasa
Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak
dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dsb.; mis.
datang, naik, bekerja, dsb.
Nomura dalam Sudjianto dan Dahidi (2007: 149) mengungkapkan bahwa
dooshi (verba) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, yang
dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu.
Verba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah verba tetsudau,
tasukeru dan sukuu.
3. Sinonim
Menurut tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1315),
sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan
bentuk bahasa lain; muradif.
Dalam kamus linguistik yang disusun oleh Kridalaksana (2008: 222)
sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.
Sedangkan dalam istilah linguistik bahasa Jepang, sinonim (ruigigo)
adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun
memiliki makna yang sangat mirip. Jadi bentuk kata antara 生徒 dan
学生 , 学ぶ dan 習う berbeda tetapi artinya mirip. Kata-kata
seperti inilah yang disebut ruigigo (Iwabuchi dalam Sudjianto & Dahidi,
2007: 114).
4. Kalimat
Menurut Bloomfield (dalam Ba`dulu & Herman, 2005: 48) kalimat
adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk kedalam suatu bentuk
yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.
Kemudian menurut Kridalaksana dkk. (dalam Ba`dulu & Herman, 2005:
49) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final, dan baik secara aktual maupun potensial
terdiri atas klausa.
Dan menurut Muslich (2010: 123) kalimat adalah bagian terkecil ujaran
atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara
ketatabahasaan. Dalam wujud lisannya kalimat diiringi alunanan nada,
disela jeda, diakhiri intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang
memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam bahasa
tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital, diakhiri tanda titik, tanda
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak koma, titik dua, atau sepasang garis apit pendek.
E. Metode Penelitian
Menurut Suprapto (dalam Permana, 2010: 5) penelitian adalah suatu
kegiatan mengkaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu
menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut adalah kaidah metode. Metode
adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu kerangka
berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan
dengan maksud dan tujuan.
1. Jenis Metode Penelitian
Metode yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan,
menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan
prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual (Sutedi, 2009:
58). Objek penelitian ini adalah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu sebagai
sinonim.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang relevan penulis
melakukan studi literatur. Selain dengan mengacu pada teori peneliti
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
relevan dengan masalah penelitian, kemudian dianalisis berdasarkan contoh
kalimat atau jitsurei yang diperoleh. Adapun langkah-langkah pengumpulan
datanya sebagai berikut.
a. Mencari dan mengumpulkan berbagai referensi seperti buku
sumber dan lainnya yang relevan dan menunjang penelitian.
b. Mencari dan mengumpulkan contoh-contoh kalimat jitsurei yang
relevan dan representatif mengenai penggunaan verba tetsudau,
tasukeru dan sukuu.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kualitatif, yaitu berupa jitsurei yang diambil dari jurnal, kamus, buku teks,
novel, dorama, anime, manga, majalah, atau internet dalam bahasa Jepang,
dan dari kalimat buatan sendiri (sakurei).
4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data berupa literatur mengenai
verba tetsudau, tasukeru dan sukuu diperoleh dari data hasil kepustakaan dari
sumber-sumber sebagai berikut.
a. Buku-buku referensi, baik yang berbahasa Jepang maupun bahasa
Indonesia.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tetsudau, tasukeru dan sukuu.
c. Kamus.
d. Karya tulis ilmiah terdahulu.
e. Internet.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan disusun dalam lima bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut. Bab I adalah pendahuluan yang di dalamnya diuraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II adalah kajian teori, yang di dalamnya diuraikan penjelasan mengenai
sinonim (ruigigo), verba (dooshi), serta makna verba tetsudau, tasukeru, dan
sukuu berdasarkan hasil penelitian terdahulu.
Bab III adalah metodologi penelitian, didalamnya penulis menguraikan
tentang pengertian metode itu sendiri, objek penelitian, instrumen dan sumber
data penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berupa analisis data yang
menguraikan tentang hasil penelitian terhadap verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu
yang terdapat dalam kalimat-kalimat bahasa Jepang.
Terakhir adalah bab V yang merupakan kesimpulan dan saran untuk
penelitian selanjutnya. Di sini penulis menguraikan kesimpulan-kesimpulan dari
analisis yang telah dilakukan, serta saran dalam menentukan tema bagi penelitian
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Noor (2013: 22) dalam bukunya mengemukakan bahwa metodologi adalah
ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem;
sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu
disiplin ilmu; studi atau analisis teoritis mengenai suatu cara/ metode; atau cabang
ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan
(knowledge).
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran, harus didasari oleh
proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Kata metode berasal
dari bahasa Yunani methodos, terdiri dari dua kata yaitu meta (menuju, melalui,
mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Arti kata methodos adalah metode ilmiah
yaitu cara melakukan sesuatu menurut aturan tertentu. Adapun metodologi berasal
dari kata metode dan logos, yaitu berarti ilmu yang membicarakan tentang metode.
Melihat dari pengertiannya, metode dapat dirumuskan suatu proses atau prosedur
yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai disiplin (ilmu)
untuk mencapai suatu tujuan.
Kemudian, Djajasudarma (2006: 4) menyebutkan bahwa metode penelitian
merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis verba bersinonim tetsudau,
tasukeru, dan sukuu dalam kalimat bahasa Jepang, yakni mencakup makna,
persamaan dan perbedaan ketiga verba tersebut, serta menganalisis apakah ketiga
verba tersebut bisa saling menggantikan dalam sebuah kalimat bahasa Jepang.
Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif karena bahasa
yang dikaji merupakan bahasa Jepang modern yang digunakan oleh masyarakat
pada masa sekarang ini.
Yang dimaksud penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan
membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena- fenomena
yang diteliti. Metode ini dikatakan pula sebagai pencarian data dengan interpretasi
yang tepat (Djajasudarma, 2006: 9).
B. Objek Penelitian
Objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah verba tetsudau, tasukeru,
dan sukuu sebagai sinonim. Dengan demikian, penelitian ini merupakan studi
kasus terhadap makna ketiga verba tersebut.
Kajian kebahasaan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
telaahan secara sinkronis, yaitu bahasa Jepang modern yang digunakan di masa
kini. Sementara itu, generalisasinya dilakukan secara induktif, yaitu berdasarkan
pada hasil analisis ketiga verba tersebut yang berpedoman pada dua jenis data,
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam teks konkrit seperti dalam tulisan ilmiah, surat kabar, kamus, novel, dan
sebagainya. Sakurei adalah contoh penggunaan yang dibuat oleh peneliti sendiri
yang tingkat kebenarannya diterima oleh umum (penutur asli).
C. Instrumen dan Sumber Data Penelitian
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi literatur, yaitu
mencari contoh kalimat sebanyak-banyaknya dari sumber data yang akurat, baik
sumber jitsurei maupun sakurei. Sumber data yang digunakan berupa contoh
kalimat yang diperoleh dari buku teks, kamus, novel, penelitian terdahulu, film,
situs internet, dan ditambah dengan contoh kalimat yang dibuat oleh penulis
sendiri.
Sutedi (2010: 128) menjelaskan kelebihan jitsurei antara lain, pertama, kita
bisa menemukan contoh pemakaian yang terkadang tidak terpikirkan dalam benak
kita sehingga usaha untuk mencari jitsurei sebanyak-banyaknya sangat diperlukan.
Kedua, analisis yang berdasarkan pada jitsurei bisa lebih akurat. Adapun
kelemahannya, yaitu pertama, ada kalanya contoh tersebut menyimpang dari
biasanya. Misalnya dalam karya sastra, seperti puisi atau syair lagu, termasuk
terjemahan. Kedua, jika hanya menggunakan jitsurei saja maka analisis tersebut
bukan merupakan suatu riset ilmiah (jikken kagaku) melainkan hanya berupa
kegiatan penelaahan saja (kansatsu kagaku).
Di sisi lain, kelebihan dari sakurei yakni kita bisa membuat contoh yang
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menganalisis suatu kata perlu dibuat contoh yang tidak gramatikal atau
contoh yang salah. Adapun kelemahannya yaitu, pertama, karena ada keterbatasan
pada diri peneliti, jika datanya hanya tergantung pada sakurei saja, maka data
yang diperoleh kurang akurat. Kedua, dengan sakurei bisa mempengaruhi peneliti
lebih cenderung membuat contoh agar bisa membuktikan hipotesis yang telah
dirumuskannya sehingga kurang objektif.
Oleh karena itu, jitsurei dan sakurei sangatlah diperlukan karena posisi
keduanya dapat saling melengkapi satu sama lain.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teori peneliti
terdahulu seperti Tian, dkk. (1998), Koizumi, dkk. (1996), Morita (1989),
Bunkachoo (1994), dan lain-lain. Dalam menganalisis sinonim, umumnya
menggunakan permutasi (pertukaran) dan subtitusi (penggantian). Dengan
menggunakan teknik ini, dapat diketahui apakah kata tersebut dapat digunakan
dalam konteks tertentu sementara yang lain tidak bisa. Teknik ini dapat memberi
gambaran apakah suatu kata dalam suatu kalimat dapat digantikan oleh
sinonimnya atau tidak, sehingga dapat dilihat perbedaan mendasar dalam suatu
makna.
Berikut merupakan langkah-langkah yang akan penulis tempuh dalam
penelitian ini.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tahap ini, penulis akan mengumpulkan jitsurei yang relevan dengan
penelitian. Sumbernya antara lain diambil dari penelitian terdahulu,
kamus, novel, situs internet, dan lain-lain.
Tahap 2: Analisis data
Setelah data pada tahap 1 terkumpul, langkah berikutnya adalah
melakukan analisis makna dengan membuat deskripsi tentang makna
yang terkandung dalam verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu dengan
melihat dari jitsurei yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Setelah itu, penulis akan membandingkan ketiga verba untuk
menganalisis persamaan dan perbedaannya. Dalam tahap pendeskripsian
makna, persamaan, dan perbedaan ketiga verba ini, selain berlandaskan
pada literatur, penulis juga berdiskusi dengan native agar penelitian ini
bersifat valid dan objektif.
Terakhir, penulis melakukan analisis apakah ketiga verba dapat saling
menggantikan satu sama lain dalam sebuah konteks kalimat yang sama,
yang dilakukan dengan cara subtitusi. Dalam tahap ini, penulis perlu
memperhatikan kelaziman pemakaian, nilai rasa, makna dasar dan makna
perluasannya, nuansa yang terkandung, serta ragam bahasanya sehingga
tahap ini tidak terlepas dari kegiatan diskusi dengan native.
Dalam tahap ini, penulis menggunakan tanda-tanda sebagai berikut:
〇 : lazim digunakan
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap 3: Generalisasi
Terakhir, merupakan tahap pengambilan kesimpulan atau generalisasi
secara induktif tentang makna, persamaan dan perbedaan ketiga verba
tersebut berdasarkan pada tahap-tahap sebelumnya. Dari kesimpulan
yang diambil kelak diharapkan dapat menjadi referensi, baik bagi
pengajar maupun pembelajar bahasa Jepang, sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam penggunaan ketiga verba yang
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis, diperoleh kesimpulan
mengenai makna, persamaan, perbedaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu,
serta bagaimana posisi ketiga verba dalam konteks kalimat bahasa Jepang sebagai
berikut.
1. Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu
Tetsudau
a. Melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan secara bersama-sama (orang
yang dibantu dan yang membantu) untuk meringankan beban pelaku inti
kegiatan.
b. Sesuatu yang membantu mempengaruhi terjadinya suatu hal.
Tasukeru
a. Mengeluarkan tenaga sendiri untuk menolong makhluk hidup lain agar ia
terbebas dari bahaya.
b. Membantu pekerjaan atau hal yang sedang dilakukan orang lain yang
kebingungan agar beban yang bersangkutan berkurang.
c. Membantu proses berlangsungnya suatu hal.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Menyelamatkan nyawa manusia/ hewan dari kondisi berbahaya/ kritis.
b. Menyelamatkan suatu hal/ benda dari kondisi berbahaya/ kritis.
c. Menyelamatkan kondisi kejiwaan/ psikologis seseorang.
d. Menolong orang dari kemiskinan, kesengsaraan, dan kelaparan.
e. Menyelamatkan dari dosa.
f. Mengubah kondisi atau suasana yang tidak menyenangkan menjadi lebih
baik.
2. Persamaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu
Secara umum, persamaan ketiga verba ini adalah mengeluarkan tenaga
sendiri untuk meringankan beban atau penderitaan makhluk/benda lain.
Kemudian persamaannya dibuat lebih spesifik dengan membandingkan
verba tetsudau dengan tasukeru, dan verba tasukeru dengan sukuu.
Persamaan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru
a. Membantu pekerjaan orang lain agar beban orang tersebut berkurang dan
pekerjaan bisa berjalan dengan baik.
b. Pekerjaan dilakukan bersama-sama dengan pelaku utama kegiatan.
c. Selain membantu hal-hal yang bermakna positif, bisa juga digunakan
untuk membantu suatu hal yang cenderung ke arah negatif.
Persamaan Makna Verba Tasukeru dan Sukuu
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Menyelamatkan suatu benda/ instansi dari keadaan genting/ kritis.
c. Menolong orang lain yang menderita kemiskinan/ keterbatasan materi.
d. Bermakna positif, yang menunjang keberlangsungan hidup sesuatu.
3. Perbedaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu
Analisis dilakukan dengan membandingkan verba tetsudau dengan
tasukeru, dan verba tasukeru dengan sukuu. Hasilnya sebagai berikut.
Perbedaan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru
a. Tetsudau, posisinya hanya sebatas asisten pembantu. Dengan kata lain,
porsi pekerjaannya hanya sebagian kecil saja bila dibandingkan dengan si
empunya pekerjaan.
Tasukeru, porsi kerjanya bisa dikatakan 50:50.
b. Tetsudau, orang yang dibantu memiliki tenaga/kemampuan yang cukup
untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri.
Tasukeru, orang yang dibantu merasa kebingungan dan tidak mampu
menyelesaikan pekerjaannya seorang diri.
c. Tetsudau, tidak digunakan dalam kalimat yang bernuansa membahayakan
nyawa atau keadaan darurat lainnya.
Tasukeru, bisa juga digunakan dalam kalimat yang bernuansa bahaya.
d. Tasukeru, digunakan pula dalam kalimat yang berkaitan dengan
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Tetsudau, pekerjaan harus selalu dilakukan bersama-sama dengan pelaku
utama pekerjaan.
Tasukeru, pekerjaan bisa dilakukan bersama, bisa juga tidak.
Perbedaan Makna Verba Tasukeru dan Sukuu
a. Tasukeru, yang ditolong masih memiliki sedikit kekuatan untuk
menyelamatkan dirinya.
Sukuu, yang ditolong sudah tidak memiliki kekuatan.
b. Tasukeru, porsi kerja yang menolong lebih sedikit daripada sukuu.
Sukuu, karena yang ditolong sudah tidak mampu melakukan apapun
(muryoku), maka otomatis peran orang yang menolong ini bisa dikatakan
mendekati 100%.
4. Perbandingan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu
Ketiga verba ini dapat saling menggantikan dalam kalimat tertentu,
tergantung pada subjek, predikat, dan objek yang digunakan. Akan tetapi
meskipun bisa saling menggantikan, makna kalimatnya akan berubah, berbeda
dengan makna sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa verba tetsudau bisa
digantikan dengan verba sukuu dengan pilihan subjek, predikat, dan objek yang
sangat terbatas, tetapi penggantian tersebut dapat mempengaruhi perubahan
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penggantian ini mempengaruhi perubahan makna kalimat menjadi adanya kesan
kebingungan atau rasa tidak mampu pada orang yang dibantu.
Kemudian, diketahui pula bahwa verba tasukeru bisa digantikan dengan
verba tetsudau maupun dengan verba sukuu dalam kalimat-kalimat tertentu.
Penggantian verba dapat mempengaruhi makna kalimat asal. Jika tasukeru diganti
dengan tetsudau, maka kesannya pekerjaan yang dilakukan terasa lebih ringan dan
tak ada kesan rasa putus asa atau kebingungan. Dan jika tasukeru diganti dengan
sukuu, tanggung jawab yang menolong terasa lebih besar dan pekerjaan yang
dilakukan memiliki tingkat bahaya yang tinggi.
Terakhir, dapat ditarik kesimpulan bahwa verba sukuu bisa digantikan
dengan verba tetsudau dengan pilihan subjek, predikat, dan objek yang sangat
terbatas, tetapi penggantian tersebut dapat mempengaruhi perubahan makna
sangat besar. Verba sukuu juga bisa digantikan dengan verba tasukeru.
Penggantian ini pun mempengaruhi makna kalimat menjadi nuansa bahaya yang
lebih tipis.
B. Saran
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian terdahulu karya Nenin
Sawiah (2009). Dengan dilakukannya analisis ini, diharapkan dapat melengkapi
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan semakin memperkaya wawasan
serta menambah pemahaman mengenai ketiga verba bersinonim ini.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
baru yang bisa dijadikan tema penelitian yang akan datang.
Kendala yang ditemukan penulis antara lain, hanya sedikit sakurei yang
digunakan dalam penelitian karena keterbatasan kemampuan penulis dalam
membuat sakurei. Selain itu, ketiga verba bersinonim ini sangat kental perbedaan
nuansanya sehingga perlu dibahas lebih jauh mengenai perbedaan nuansa dalam
penggunaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu ini.
Karena bahasa ibu kita adalah bahasa Indonesia, perlu dilakukan analisis
kontrastif verba bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia agar persamaan dan
perbedaan maknanya lebih jelas dan lebih mudah dipahami jika telah
dibandingkan dengan bahasa ibu.
Kemudian, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pembelajar bahasa
Jepang di Indonesia, khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI,
penulis juga merasa perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kesalahan
penggunaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu. Saran ini ditujukan bagi:
a. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang atau Sastra Jepang yang akan
melakukan penelitian.
b. Dosen yang berkecimpung dalam dunia penelitian bahasa Jepang di Indonesia
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Muthi. (2013). Analisis Makna Fukugodoushi ~Komu dalam Kalimat
Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Asano, Tsuruko. (1990). Gaikokujin no Tame no Kihongo Yoorei Jiten. Tokyo:
Bunkacho.
Ba`dulu, Abdul Muis & Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Djajasudarma, T. Fatimah. (2006). Metode Linguistik. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hirose, Masayoshi. (1994). Effective Japanese Usage Guide. Tokyo: Kodansha.
Honda, Takeru. (2006). Yudaya-jin no Daifugoo no Oshie II. Tokyo: Daiwa
Shobo.
Koizumi, Tamotsu dkk. (1989). Nihongo Kihon Dooshi Yoohoo Jiten. Tokyo:
Taishuukan Shoten.
Kokuyo, Rin. (2013). Netto Jun no Susume. Komik Digital dalam Aplikasi
Comico: tidak diterbitkan.
Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Miyauchi, Junko & Inoue Masaji. (2010). Aoi Fuusen. Tokyo: Kumon Shuppan.
Muslich, Masnur. (2010). Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia.
Bandung: PT Refika Aditama.
Noor, Juliansyah. (2013). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Oyanagi, Noboru. (2005). New Approach Chuujookyuu Nihongo Kansei-hen.
Tokyo: Nihongo Kenkyuusha.
Permana, Ikhsan Satya. (2010). Analisis Makna Verba Afureru dan Koboreru
Sebagai Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rahardi, Kunjana. (2009). Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk
Karang-Mengarang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sanpachi. (2013). QUEEN. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak
diterbitkan.
Sawiah, Nenin. (2009). Analisis Makna Verba Tasukeru dan Tetsudau sebagai
Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sei. (2013). Pastel Kazoku. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak
diterbitkan.
Shibata, Takeshi & Yamada Susumu. (2002). Ruigo Daijiten. Tokyo: Kodansha.
Sudjianto, & Ahmad Dahidi. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.
Jakarta: Kesaint Blanc.
Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung:
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
. (2010). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang Edisi Revisi.
Bandung: Humaniora.
Tachibana, Yu. (2013). Goto-ke Burazaa Konpurekkusu. Komik Digital dalam
Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.
Tarigan, Henry Guntur. (1985). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung:
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Bandung.
Tian, Zhongkui, dkk. (1998). Nihongo Ruihyoogen no Nyuansu no Chigai o
Reishoosuru Ruigigo Tsukaiwake Jiten. Tokyo: Kenkyuusha Shuppan.
Sumber dari situs internet:
http://www.aozora.gr.jp/
http://indojoho.ciao.jp/
http://lang-8.com
Sumber dari dorama dan anime:
Nemoto, Toshizo. (2012). Inu to Boku. Tokyo: David Production.
Okudera, Satoko & Mamoru, Hosoda. (2012). Ookami Kodomo no Ame to Yuki.
Tokyo: Toho.
Shirodaira, Kyo. (2012). Zetsuen no Tempest. Tokyo: Bones.
Takamatsu, Shinji. (2012). Danshi Kookoosei no Nichijoo. Tokyo: Sunrise.
Watanabe, Chiho. (2014). First Class. Tokyo: Fuji TV.
Adzania Ayu Nelanda, 2014
Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang