• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI SMA Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Komunikasi Interpersonal Teman Sebaya Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 7 Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI SMA Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Komunikasi Interpersonal Teman Sebaya Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 7 Surakarta."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI SMA

NEGERI 7 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana

(S-1) Psikologi

Oleh :

MARETA PUSPITASARI F 100 080 306

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI SMA

NEGERI 7 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana

(S-1) Psikologi

Oleh :

MARETA PUSPITASARI F 100 080 306

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI SMA

NEGERI 7 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Oleh :

MARETA PUSPITASARI F 100 080 306

FAKULTAS PSIKOLOGI

(4)
(5)
(6)

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI

SMA NEGERI 7 SURAKARTA Mareta Puspitasari

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ma_re77a@yahoo.com

Abstract. This study aims to determine the relationship between body images and peer group interpersonal communication in girl adolescents. To achieve these objectives, researches used a quantitative approach and divided the scale to girl students. Respondents were taken from population of 11th class in 7th Senior High School in Surakarta. Measuring instrument used is body images scale and peer group interpersonal communication scale. Then analyzed by SPSS version 15.0. Thus study shows that there is a significant positive relationship between body images and peer group interpersonal communication in girl adolescents, that demonstrated the value of r=0.371 with an effective contribution by 13,71% and p<0.01). These research‟s subjects has body images level is „high‟ get from empiric mean (ME) = 57,18. Peer group interpersonal communication level, subjects included is „high‟ too with empiric mean (ME) = 100,47.

Keyword : body images, peer group interpersonal communication, girl adolescents

Abstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan komunikasi interpersonal teman sebaya pada remaja putri. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan skala pada siswi. Responden penelitian ini diambil dari populasi siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta. Alat ukur yang digunakan adalah skala citra tubuh dan skala komunikasi interpersonal teman sebaya. Kemudian dianalisis dengan SPSS versi 15.0 Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dan komunikasi interpersonal teman sebaya pada remaja putri yang ditunjukan dengan nilai r= 0,371 dengan sumbangan efektif sebesar 13,77% dengan p ≤ 0,01. Subjek penelitian ini mempunyai tingkat citra tubuh yang “tinggi” diperoleh dari rerata empirik (RE) = 57,18. Tingkat komunikasi interpersonal teman sebaya subjek juga tergolong “tinggi” dengan rerata empirik (RE) = 100,47.

(7)

PENDAHULUAN

Interaksi sosial harus

didahului oleh kontak dan

komunikasi. Komunikasi sebagai

usaha untuk membuat satuan sosial

dari individu dengan mengunakan

bahasa atau tanda dan memiliki

serangkaian peraturan untuk berbagai

kegiatan mencapai tujuan (Rakhmat,

2000).

Suksesnya komunikasi

interpersonal teman sebaya harus di

lakukan dengan kejujuran,

keterbukaan, dan saling percaya,

diantara kedua belah pihak dan tidak

ada lagi ganjalan-ganjalan berupa

rasa takut, khawatir dan merasa

bebas dalam mengungkapkan

perasaan yang sama tentang banyak

hal (Supratiknya, 1995). Ketakutan

seseorang untuk melakukan

hubungan interpersonal teman

sebaya dapat membuat seorang

tersebut menjadi minder dan

berusaha untuk menutup diri, serta

cenderung menarik diri dari

pergaulan (Rahmad, 2004).

Remaja butuh

mengembangkan rasa hormat

(respect) terhadap individu lain,

artinya sikap hormat tersebut

ditujukan pada semua aspek yang

ada dalam teman sepergaulan

misalnya, wajah, pakaiannya,

penampilannya, serta buah

pikirannya (Mappiare, 1982).

Adanya respect tersebut

memungkinkan remaja saling

mempercayai. Hal tersebut

disebabkan oleh karena adanya suatu

kesadaran bahwa keunggulan,

kekurangan, atau keselarasan bentuk

maupun penampilan fisik yang

dimiliki seseorang akan

mempengaruhi cara orang yang

(8)

sendiri dan individual juga

menyadari bahwa orang lain juga

mengevaluasi dirinya.

Hasil observasi awal yang

dilakukan di SMA Negeri 7

Surakarta menunjukkan bahwa siswi

SMA Negeri 7 Surakarta sangat

senang mengikuti model trend saat

ini, mulai dari pemakaian aksesoris

(tindik, cincin, gelang, kalung,

anting-anting, dan pin yang

lucu-lucu), serta model rambut dan

pakaian. Para siswi menilai dengan

memakai berbagai model aksesoris

dan merubah model rambut, akan

terlihat lebih gaul. Meskipun

individual selalu mengikuti

trend-trend masa kini namun masih ada

sebagian siswi yang kurang banyak

bergaul karena teman-teman

sekelasnya sepertinya kurang

menerima keadaan diri mereka.

Siswi yang merasa mendapat

penolakan, mereka lebih banyak

berdiam diri jika berada didalam

kelas.

Harison (2001) meneliti

tayangan media massa dan

ketidakpuasan tubuh. Kebutuhan

akan adanya penyesuaian diri bagi

remaja dalam kelompok teman

sebaya, muncul sebagai akibat

adanya keinginan remaja bergaul

dengan teman sebayanya. Dalam

hubungan ini, remaja sering

dihadapkan pada persoalan

penerimaan atau penolakan teman

sebaya terhadap kehadirannya dalam

pergaulan.

Proses sosialisasi yang

dimulai sejak dini, bahwa bentuk

tubuh yang langsing adalah yang

diharapkan lingkungan, akan

membuat anak sejak dini mengalami

ketidakpuasan apabila tubuhnya

(9)

oleh lingkungan, terutama orang tua.

Orang tua terpengaruh oleh berbagai

iklan yang mengagungkan tubuh

langsing dan indah, sehingga mereka

menjadi khawatir kalau tubuh anak

perempuannya berkembang tidak

seperti yang dipromosikan oleh

media massa. Selain keluarga,

lingkungan sekolah juga berperan

dalam pembentukan kesan negatif

terhadap tubuh. Selama ini,

individual dikondisikan untuk selalu

melihat penampilan fisik. Remaja

yang penampilan fisiknya tidak

sedap dipandang mata akan

cenderung tersisihkan dari pergaulan

dan mungkin perhatian guru.

Kesadaran akan adanya reaksi sosial

terhadap berbagai bentuk tubuh ini

menyebabkan banyak remaja merasa

prihatin akan pertumbuhan tubuhnya

apabila tidak sesuai dengan standar

budaya yang berlaku. Perlakuan yang

diterima remaja dari lingkungannya

ini akan memengaruhi berapa lama

kesan negatif terhadap tubuhnya

akan bertahan dalam dirinya. Kesan

tersebut dapat bertahan sampai

dewasa dan lama-kelamaan akan

menurunkan rasa percaya diri

(Melliana, 2006).

Uraian di atas dapat

memberikan gambaran bahwa

ketakutan remaja untuk melakukan

komunikasi interpersonal teman

sebaya dapat menimbulkan

penerimaan dan penilaian diri serta

berusaha untuk menarik diri dari

kelompok teman sebaya pada masa

remaja. Oleh karena itu, salah satu

faktor yang bisa mempengaruhi

komunikasi interpersonal pada

remaja adalah citra tubuh.

Citra tubuh merupakan cara

seseorang mempersepsikan tubuhnya

(10)

dimilikinya pada pola kehidupan

setempat dan dalam hubungannya

dengan cara orang lain menilai

tubuhnya (Hurlock, 1990).

Ketika kebanyakan orang

berpikir tentang aspek–aspek

penampilan fisik, daya tarik fisik,

dan kecantikan itu merupakan citra

tubuh. Namun definisi citra tubuh

lebih kompleks mengenai

pengalaman individual tentang

tubuhnya, suatu gambaran mental

seseorang yang mencakup pikiran,

persepsi, perasaan, emosi, imajinasi,

penilaian, sensasi fisik, kesadaran,

dan perilaku mengenai penampilan

dan bentuk tubuhnya yang

dipengaruhi oleh idealisasi

pencitraan tubuh di masyarakat, dan

hal ini terbantuk dari interaksi sosial

seseorang sepanjang waktu dalam

lingkungannya yang berubah

sepanjang rentang kehidupan dalam

responnya terhadap umpan–balik

(feedback) dari lingkungan (Rice,

1990).

Bertitik tolak dari latar

belakang masalah, maka

permasalahan yang akan diteliti

adalah “Apakah ada hubungan antara

citra tubuh dengan komunikasi

interpersonal pada siswi kelas XI

SMA Negeri 7 Surakarta?”.

Berdasarkan permasalahan di atas,

maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul

skripsi sebagai berikut, “Hubungan

Antara Citra Tubuh Dengan

Komunikasi Interpersonal Teman

Sebaya Pada Remaja Putri Di SMA

Negeri 7 Surakarta” .

METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan

pendekatan kuantitatif. Adapun

(11)

tubuh sedangkan variabel bebas pada

penelitian ini adalah komunikasi

interpersonal teman sebaya pada

remaja putri. Data pada penelitian ini

diperoleh melalui metode skala.

Berdasarkan keberadaan dua variabel

tersebut, maka Metode analisis data

yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara citra tubuh dengan

komunikasi interpersonal pada

remaja putri adalah teknik analisis

korelasi Product Moment dari

Pearson (Hadi, 1994).

HASIL & PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis

data menunjukkan ada korelasi

positif yang sangat signifikan antara

citra tubuh dengan komunikasi

interpersonal teman sebaya pada

remaja putri yang ditunjukkan oleh

nilai koefisien korelasi (r) sebesar

0,371 dengan nilai Sig. 0,000 (p <

0,01). Hal ini sesuai dengan hipotesis

yang diajukan penulis, yaitu ada

hubungan positif yang sangat

signifikan antara citra tubuh dengan

komunikasi interpersonal teman

sebaya pada remaja putri. Semakin

tinggi citra tubuh yang dimiliki

individu maka semakin tinggi pula

komunikasi interpersonal teman

sebaya pada remaja putri, sebaliknya

jika individu memiliki citra tubuh

yang rendah maka akan semakin

rendah komunikasi interpersonal

teman sebayanya.

Remaja yang memiliki citra

tubuh tinggi dapat memahami diri

sendiri, baik kelebihan, maupun

kekurangannya. Hal ini merupakan

modal yang baik untuk melakukan

komunikasi interpersonal dengan

teman sebaya, sehingga dapat

diterima dilingkungan kelompok

(12)

Rahmad (2004) berpendapat

bahwa suksesnya hubungan

interpersonal teman sebaya

tergantung pada konsep diri atau

citra tubuh seseorang. Interaksi

dalam komunikasi interpersonal

mengandalkan suatu inisiasi,

responsif, pengungkapan diri,

dukungan emosional, dan

pengelolaan konflik. Maka

berdasarkan hasil penelitian diatas

menunjukkan bahwa, telah

mendapatkan hasil yang sangat

signifikan antara citra tubuh dengan

komunikasi interpersonal teman

sebaya pada remaja putri di SMA

Negeri 7 Surakarta. Yang artinya

kedua variable tersebut saling

berkaitan atau saling berhubungan

satu sama lain. Hal ini memang

menunjukkan bahwa memang ada

korelasi antara citra tubuh dengan

komunikasi interpersonal teman

sebaya pada putri.

Dari hasil analisis data

diketahui bahwa Sumbangan Efektif

(SE) variabel citra tubuh terhadap

komunikasi interpersonal teman

sebaya sebesar 13,77% yang

ditunjukkan oleh koefisien

determinan r²= 0,1377. Berarti masih

terdapat 86,23% yang mempengaruhi

komunikasi interpersonal teman

sebaya pada remaja putri di luar

variabel citra tubuh misalnya

persepsi interpersonal, atraksi

interpersonal dimana adanya

kesamaaan pada remaja dalam minat,

nilai pendapat dan kepribadian yang

memberi pengaruh dalam hal

memilih cara berpakaian dan

kegiatan dalam kelompok teman

sebaya.

Mengkaji persahabatan di

(13)

penelitian menunjukkan bahwa

faktor utama yang menentukan daya

tarik komunikasi interpersonal di

antara para remaja adalah adanya

kesamaan dalam minat, nilai,

pendapat dan sifat kepribadian.

Penelitian Kandel (Adam & Gullotta,

1983) menunujukkan bahwa

karakteristik persahabatan remaja

adalah dipengaruhi oleh kesamaan

usia, jenis kelamin dan ras.

Sedangkan di sekolah dipengaruhi

oleh kesamaan dalam faktor

harapan/aspirasi pendidikan,

nilai/prestasi belajar, absensi dan

pengerjaan tugas/pekerjaan rumah.

Variabel citra tubuh subjek

dalam penelitian ini mempunyai

Rerata Empirik (RE) sebesar 57,18

rerata hipotetik (RH) sebesar 50

termasuk pada kategori tinggi dan

pada variabel komunikasi

interpersonal teman sebaya juga

mempunyai Rerata Empirik (RE)

sebesar 100,47 dengan rerata

hipotetik (RH) sebesar 82,5 termasuk

pada kategori tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa individual

menilai atau mempersepsikan

tubuhnya sendiri baik. Para siswi

banyak yang beranggapan bahwa

penampilannya menarik, kemampuan

untuk berkomunikasi interpersonal

teman sebaya juga dalam kategori

tinggi artinya ia mampu

menyesuaikan diri pada remaja putri

dalam kelompok teman sebaya

dengan baik, muncul sebagai akibat

adanya keinginan untuk bergaul

dengan teman sebaya.

Kelemahan pada penelitian

ini dapat dilihat pada segi alat

pengumpulan data yang digunakan

hanya menggunakan skala sehingga

belum mampu mengungkap aspek –

(14)

tidak nampak secara mendalam,

hanya dapat menggambarkan kondisi

subjek pada usia remaja yaitu 16-18

tahun serta hanya menggambarkan

kondisi populasi di SMA Negeri 7

Surakarta sehingga penerapan pada

ruang lingkup yang lebih luas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis

data dan pembahasan dalam

penelitian ini, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara citra

tubuh dengan komunikasi

interpersonal teman sebaya pada

remaja putri yang ditunjukkan

oleh nilai koefisien korelasi (r)

sebesar 0,371. Artinya semakin

tinggi citra tubuh yang dimiliki

remaja putri maka semakin

tinggi pula komunikasi

interpersonal teman sebayanya.

2. Sumbangan Efektif (SE) pada

variabel citra tubuh terhadap

komunikasi interpersonal teman

sebaya sebesar 13,77% yang

ditunjukkan oleh koefisien

determinan r²= 0,1377. Berarti

masih terdapat 86,23% yang

mempengaruhi komunikasi

interpersonal teman sebaya pada

remaja putri di luar variabel

citra tubuh misalnya persepsi

interpersonal, atraksi

interpersonal dimana adanya

kesamaaan pada remaja dalam

minat, nilai pendapat dan

kepribadian.

3. Pada variable citra tubuh pada

remaja putri di SMA Negeri 7

Surakarta yang terdiri dari 83

responden, distribusi tingkat

(15)

distribusi yang paling tinggi

berada pada kategori tinggi

berjumlah 50 subjek. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian

besar siswi SMA Negeri 7

Surakarta memiliki tingkat citra

tubuh yang tinggi dengan

prosentase 60,24 %. Artinya

sebagian besar siswi SMA

Negeri 7 Surakarta menilai atau

mempersepsikan tubuhnya

sendiri baik. Sedangkan pada

variable komunikasi

interpersonal teman sebaya di

SMA Negeri 7 Surakarta yang

terdiri dari 83 responden,

distribusi yang paling tinggi

berada pada kategori tinggi yang

berjumlah 462 subjek. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian

besar dari siswi SMA Negeri 7

Surakarta memiliki tingkat

komunikasi interpersonal teman

sebaya pada taraf tinggi dengan

prosentase 74,7 %. Artinya

sebagian besar remaja putri

SMA Negeri 7 Surakarta ini

mampu menyesuaikan diri

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adam, R.G. & Gullota, T. 1983. Adolescent Life Experiences. California : Brooks/Cole Publishing Company.

Azwar, Saifudin. 1999. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Liberti.

_____________. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. (edisi pertama).

Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Bittner, John R. 1985. Broadcasting and Telecommunication, An Introduction. New Jersey : Prentice-Hall.

Brooks-Gunn, J., 1989. The Development of Eating Problems in Adolescent Girls: A Longitudinal Study. Developmental Psychology 25: 70-79.

Crook, 1991. The Body Image Trap. Canada : International Self Counsel Press

Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Book.

Duck, S. & Gilmour, R. (Eds.). 1981. Personal Relationships. London : Academic Press

Effendy, O. U. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Penerbit : PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Eysenck, H. J, dkk. 1972. Encyclopedia of psychology. Great

Britain-London: The Pitman Press, Bath.

Festinger, L. A. 1954. A Theory of

Social Comparison

Processes. Human Relations. Vol. 7, 117 - 140

Hadi, Sutrisno. 1979. Statistik I, Yogyakarta: Andi Offset.

_ . 1993. Metodologi

Research. Yogykarta: Andi Offset.

_ . 1994. Metodologi

Research. Yogjakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Hardy, M dan Heyes, S. 1988. Pengantar Konseling. Jakarta : Erlangga

Harison, K. 2001. Ourselves, ourbodies : Thin-ideal media, selft-discrepancies, and

eating disorder

symtomatology in

adolescents. Journal of Social and Clinical Psychology. 20, 289 – 323

(17)

Hurlock. Elizabeth B. 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga

Johnson,D.W.1981. Reaching out Interpersonal Effectiveness and self-actualization. Englewood -Hall.

Littlejohn, S.W. 2002. Theories of Human Communication. 7th ed. Belmont Cali : Wadsworth.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Melliana, Annastasia. 2006.

Menjelajah Tubuh

Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogjakarta : PT Lkis Pelangi Aksara

Monteath, dkk 1997. The Influence of Societal Factors on Female Body Image. The Journal of Social Psychology. Vol. 137 (6) pp 708-727

Rahmad, Jalaludin. 2004. Islam Aktual. Bandung: Mizan.

Rakhmat. 2000. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Penerbit : PT. Remaja Rosda Karya. Bandung

Rice. 1990. Body Image and Low Birth Weight : What is the Connection?

Pikunas. 1976. Human Development :An Emergent Science. Tokyo :Mc Graw Hill.

Samter, W. 2003. Friendship Interaction Skills Across The Life-Span. Handbook of Communication and Social Interaction Skill. Mahwah, N.J.: Erlbaum.

Sharma, S. 2003. Scaling procedures : Issues and applications. Thousand Oaks, CA: Sage.

Silverstein, B., dkk, 1986. The Role of The Mass Media in Promoting a Thin of Bodily Attractivess for Women. Sex Roles. 14(1), 519- 532

Soekanto, Soerjono, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Supratiknya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi.Yogyakarta : Kanisius.

Suryabrata, S. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik : teori dan praktik. Jakarta : EGC

Threes, Emir. 1996. Gangguan Citra Diri dan Keadaan depresi pada Pasien Luka Bakar di RSCM. Laporan Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia

(18)

Uyanto. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS Edisi 3.Yogyakarta : Graha Ilmu

Verderber, Kathleen S.; Verderber, Rudolph F.; & Berryman-Fink, Cynthia. 2007. Inter-Act : Interpersonal Communication Concept, Skills and Contexts. 11th edition. Oxford University Press

Wijayanti, Daru. 2009. Rahasia Cantik Luar Dalam. Yogjakarta : Flamingo Diglossia Media Baru

Wright. C. 1974. Essays in Sociology, Rouledge & Kegan Paul LTD, London.

Wolf, N. 1990. The Beauty Myth :How Images of Beauty Are Used Against Women. London : Chatto & Windus Ltd.

Women’s Health Queesland. 2000. Student Factsheet 2. 01 : Body Image and Self Esteem

Yostiadjeng. 1996. Tumbuh Bersama Sahabat I ; Konseling Sebaya Sebuah Gaya Hidup. Yogyakarta : Kanisius

Referensi

Dokumen terkait

Luka kaki diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang.. melibatkan gangguan pada saraf periferal

Dengan berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penentuan Penetapan Lokasi

Adapun maksud dari karya ilmiah ini adalah untuk memberikan aspirasi bagi pembaca betapa besar peluang dalam dunia e-Commerce juga dengan tantangan yang lua

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII A SMP Barata Semagung Purworejo melalui pembelajaran berbantuan komputer dengan materi

(1) Perizinan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf b merupakan acuan dan dasar bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan

S adalah transformasi maju atau lebih dikenal dengan sensitivitas matriks yang berupa matriks MxN, terdiri dari seperangkat M (atau map) dari N (nilai tipikal 1024) koefisien (1

Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih. sebelum masa

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul