• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BERBIJI KEBUN RAYA BATURADEN UNTUK SISWA KELAS X SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BERBIJI KEBUN RAYA BATURADEN UNTUK SISWA KELAS X SMA."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BERBIJI KEBUN RAYA BATURADEN UNTUK SISWA

KELAS X SMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Hanifudin Bayu Firmansah NIM :12317244015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

 Niat baik seharusnya disertai dengan keikhlasan dan kerja keras.

 “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir”

 Allah mengangkat orang-orang beriman diantara kamu dan juga orang-orang

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya saya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua, bapak Triyoso dan Ibu Daryati yang selalu memberikan dukungan dan doa. Terima kasih untuk segalanya

2. Widhayanti Listya Agnesti, kakak perempuanku, yang sudah memotivasi saya untuk tetap semangat dan tegar dalam menjalani seluruh rangkaian pengerjaan tugas akhir

3. Teman-teman Pendidikan Biologi (Kelas Internasional) angkatan 2012. Mereka semua merupakan keluarga yang baik.

4. Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Semua dosen yang terlibat dalam penyusunan modul keanekaragaman tumbuhan di Kebun Raya Baturaden

(7)

vii

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BERBIJI KEBUN RAYA BATURADEN UNTUK SISWA

KELAS X SMA Oleh :

Hanifudin Bayu Firmansah NIM : 12317244015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun modul materi keanekaragaman tumbuhan berbiji di kawasan Kebun Raya Baturaden yang dapat digunakan sebagai bahan ajar biologi dan untuk mengetahui kualitas modul pembelajaran keanekaragaman hayati berdasarkan penelitian keanekaragaman tumbuhan di Kebun Raya tersebut.

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif eksploratif dan penelitian pengembangan (R dan D) dengan ADDIE Models. Hasil penelitian kemudian diangkat menjadi sumber belajar biologi melalui 2 tahap identifikasi proses dan produk penelitian dan seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi. Sumber belajar biologi dikemas dalam bentuk modul dengan ADDIE Models yaitu Tahap Analisis (Analysis),Tahap perencanaan (Design,Tahap Pengembangan dan Produksi (Development and Production) ,Tahap Implementasi (Implementation), Tahap Evaluasi (Evaluation. Uji coba terbatas dilakukan kepada 10 peserta didik kelas X dan dua orang Guru Biologi SMA Negeri Sumpiuh. Instrumen penelitian ini berupa angket penilaian dan tanggapan terhadap modul yang memuat empat aspek, yaitu aspek materi, aspek penyajian, aspek kegrafisan, dan aspek bahasa, yang berisi item atau indikator. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dengan teknik persentase.

Keanekaragaman 16 jenis Spermatophyta yang ditemukan di Kebun Raya Baturaden ini dapat dijadikan sumber belajar biologi berupa modul bagi siswa SMA kelas X semester I pada materi keanekaragaman hayati. Hasil uji kualitas modul ditinjau dari aspek materi, aspek penyajian, aspek kegrafisan dan aspek bahasa baik dari penilaian guru maupun tanggapan siswa termasuk sangat baik dan baik.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhannahu Wata’ala, yang

telah memberikan karunianya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Pendidikan biologi di Universitas Negeri Yogyakarta.

Skripsi ini dapat disusun dengan lancar karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hartono, M.Si. selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

2. Bapak Dr. Slamet Suyanto, M.Ed. selaku Wakil Dekan 1 FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Bapak Suratsih, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

4. Bapak Yuni Wibowo, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar

(9)

ix

6. Sodikun, M.Pd dan Ninik Asih Pertiwi, S.Pd selaku Guru Pembimbing pada SMA Negeri Sumpiuh.

7. Siswa-siswi Kelas X pada SMA Negeri Sumpiuh yang telah bersedia meluangkan waktu dalam penelitian ini.

8. Kedua orang tua, Bapak Triyoso dan Ibu Daryati yang selalu mendukung dengan penuh kesabaran

9. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi (Kelas Internasional) angkatan 2012 yang telah memberi dukungan selama penyusun skripsi

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LABEL ... xii

DAFTAR TAMPILAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Kependidikan 1. Definisi Kurikulum ... 9

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 10

3. Sumber Belajar Biologi ... 12

4. Proses Pembelajaran Biologi ... 14

5. Konsep Belajar Tuntas ... 14

(11)

xi

7. Penyusunan Bahan Ajar Modul ... 23

8. Pemanfaatan Modul Dalam Pembelajaran Di Kelas ... 36

B. Kajian Keilmuan ... 37

1. Keanekaragaman Hayati ... 37

2. Keanekaragaman Tingkat Gen ... 39

3. Keanekaragaman Tingkat Jenis ... 39

4. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem ... 40

5. Keanekaragaman Tumbuhan Berbiji ... 41

C. Kerangka Berpikir ... 50

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 51

C. Obyek dan Subyek Peneletian ... 52

D. Setting Penelitian ... 52

E. Instrumen Penelitian ... 59

F. Cara Pengumpulan Data ... 61

G. Validasi Instrumen ... 61

H. Teknik Analisis Data. ... 62

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Potensi Hasil Penelitian ... 66

B. Pengangkatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar ... 73

C. Hasil Penelitian ... 75

D. Pembahasan ... 91

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 102

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Kategori Penilaian Ideal Tiap Aspek ... 64 2. Hasil Analisis Data Penilaian terhadap Modul Pengayaan oleh Guru

Biologi pada Aspek Kesesuaian dengan Kompetensi ... 85 3. Hasil Analisis Data Penilaian terhadap Modul Pengayaan oleh Guru

Biologi pada Aspek Kelengkapan Materi atau Content ... 86 4. Hasil Analisis Data Penilaian terhadap Modul Pengayaan oleh Guru

Biologi pada Aspek Penyajian ... 87 5. Hasil Analisis Data Penilaian terhadap Modul Pengayaan oleh Guru

Biologi pada Aspek Keterbacaan ... 87 6. Hasil Analisis Data Penilaian terhadap Modul Pengayaan oleh Guru

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem ... 40

2. Tanaman dari Kelas Cycadinae:Cycas rumphii ... 44

3. Tanaman dari Kelas Ginkyoinae : Ginggo biloba... 45

4. Tanaman dari Kelas Coniferae : Pinus merkusii... ... 46

5. Bagan Potensi Akademik ... 50

6. Bagan Tahapan Prosedur Penelitian ... 58

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Modul Pengayaan

Lampiran 2. Angket Penilaian Kualitas Modul Pengayaan, Angket Tanggapan Siswa, Contoh Hasil Penilaian Kualitas Modul Pengayaan dan Contoh Hasil Tanggapan Siswa

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber belajar biologi merupakan segala sesuatu baik benda maupun gejalanya yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu. Sumber belajar biologi dalam proses pembelajaran biologi dapat didapatkan diluar sekolah ataupun didalam sekolah. Sumber belajar biologi harus dipersiapkan sebaik-baiknya karena akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Pengembangan sumber belajar biologi merupakan suatu keharusan dalam sistem pembelajaran yang semakin berkembanga pesat saat ini. Peristiwa tersebut terjadi karena tuntutan kebutuhan siswa yang bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suhardi, 2012 :4).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan peluang dan kesempatan kepada guru sebagai pengelola proses pembelajaran, untuk memanfaatkan suatu objek atau gejalanya sehingga dapat diangkat sebagai sumber belajar dengan persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut dapat dilihat didalam kurikulum yang sedang berlaku. Kurikulum yang sedang digunakan oleh pihak sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian adalah Kurikulum Tingkat Satuan dan Pendidikan atau KTSP.

(16)

2

daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakter siswa (Mulyasa, 2009:168). Acuan operasional yang digunakan dalam penyusunan KTSP antara lain yaitu keragaman potensi, karakteristik daerah dan lingkungan. Setiap daerah memiliki keragaman potensi, karakteristik ingkungan, kebutuhan, dan tantangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kurikulum sebaiknya memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat menghasilkan suatu kontribusi bagi pengembangan daerah (Sanjaya, 2010:168).

Banyumas merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki potensi lokal baik di perairan maupun daratan. Namun, potensi lokal yang ada belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber belajar biologi. Potensi tersebut jika digunakan sesuai dengan topik-topik yang relevan akan memberikan berbagai alternatif kegiatan yang pada akhirnya akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang memadai bagi guru dan siswa. Beberapa sekolah belum memanfaatkna potensi-potensi lokal yang ada didaerah Banyumas sebagai sumber belajar biologi. Beberapa faktor yang mempersulit hal tersebut adalah waktu, biaya dan pembagian materi pembelajaran.

(17)

3

menarik. Kawasan kebun raya tersebut merupakan daerah atau kawasan kebun raya yang lebat. Keanekaragaman tanaman atau tumbuhan yang ada pada daerah kebun raya tersebut sangat menarik untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi. Hal ini juga terkait dengan adanya beberapa sumber belajar yang digunakan belum mencakup atau meliputi potensi lokal yang ada di daerah tersebut.

Hasil wawancara dengan salah satu guru Biologi yang ada di SMA Negeri Sumpiuh menyatakan bahwa potensi lokal yang ada di Kebun Raya Baturaden belum dimanafaatkan sebagai sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang menarik yang dapat digunakan oleh siswa dalam memperdalam suatu materi pembelajaran adalah modul. Menurut Nasution (2006 :206), keuntungan belajar yang dapat diperoleh siswa dengan menggunakan modul adalah siswa dapat mengetahui taraf hasil belajar, ketuntasan penguasaan, kejelasan tujuan belajar, dan kecepatan belajar.

(18)

4

Macaranga triloba, Clerodendrum serratum, Phaleria macrocarpa, Allium

tuberosum, Cananga odorata ,Amaranthus caudatus, Peperomia pellucida,

Sansevieria trifasciata, Orthosiphoon aristatus, Annona reticulata, Lavandula

angustifolia, Hibiscus tiliaceus, Excoecaria cochinchinensis, Curcuma

zedoaria, Boesenbergia pandurata dan Morus alba.

Hasil penelitian pada penelitian awal yang terkait dengan keanekaragaman tumbuhan berbiji Kebun Raya Baturaden digunakan untuk penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman tumbuhan berbiji di kawasan Kebun Raya Baturaden. Penelitian lanjutan tersebut berupa penyusunan modul yang merupakan penelitian dengan tujuan agar siswa mampu memaksimalkan salah satu pengetahuan tentang ilmu biologi yang berwawasan potensi lokal, dengan demikian dapat mencapai tujuan pembelajaran secara tuntas melalui proses pembelajaran sesuai petunjuk yang diberikan oleh guru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Penilaian kualitas modul pengayaan oleh guru biologi dan peserta didik kelas X semester 1 SMA Negeri 1 Sumpiuh belum ada.

2. Respon siswa terhadap modul keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies di Kebun Raya Baturaden sebagai Bahan Ajar belum diketahui. C. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan terpusat, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :

(19)

5

2. Materi yang diangkat dalam penelitian ini adalah keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies berdasarkan hasil observasi dan identifikasi di Kebun Raya Baturaden, sesuai dengan standar kompetensi (SK) memahami manfaat keanekaragaman hayati, dan kompetensi dasar (KD) mendiskripsikan keanekaragaman gen, jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan.

3. Hasil penelitian keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies di kawasan Kebun Raya Baturaden, kemudian dikemas dalam bentuk bahan ajar berupa modul. Modul tersebut kemudian dinilai kualitasnya dari segi aspek materi, aspek penyajian dan aspek bahasa berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, ahli bahasa, peer reviewer, dan diuji cobakan terbatas kepada guru biologi, serta siswa SMA Negeri Sumpiuh kelas X untuk mengetahui respon terhadap modul.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kualitas modul pengayaan yang telah disusun berdasarkan penilaian dari guru biologi dan peserta didik kelas X semester 1 SMA Negeri Sumpiuh ?

(20)

6 E. Tujuan Penelitian

1. Menyusun modul keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies berbasis potensi lokal untuk siswa SMA Negeri Sumpiuh kelas X.

2. Mengetahui kualitas modul yang telah disusun ditinjau dari aspek materi, aspek penyajian, dan aspek bahasa berdasarkan penilaian dari ahli materi, ahli media, ahli bahasa, peer reviewer dan guru biologi.

3. Mengetahui respon siswa terhadap modul keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies di Kebun Raya Baturaden sebagai bahan ajar.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Guru, yaitu mengetahui potensi lingkungan sekitar khususnya kawasan Kebun Raya Baturaden sebagai sumber belajar biologi bagi siswa SMA Negeri Sumpiuh dan memberikan informasi keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies di kawasan Kebun Raya Baturaden sebagai bahan ajar.

2. Siswa, yaitu menambah pengetahuan mengenai keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies di kawasan Kebun Raya Baturaden dan meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajarnya

(21)

7 G. Definisi Operasional

1. Keanekaragaman hayati adalah tingkat keanekaragaman yang meliputi keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem baik persamaan maupun perbedaan yang dikelompokan berdasarkan ciri maupun bentuk morfologis. Penelitian ini lebih mengutamakan pada keanekaragaman tingkat jenis pada tumbuhan di Kebun Raya Baturaden.

2. Kawasan Kebun Raya Baturaden adalah adalah salah satu lokasi wisata di kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah yang didalamnya terdapat berbagai jenis tumbuhan dan pepohonan.

3. Bahan ajar merupakan suatu perangkat bahan yang memuat materi atau isi pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, isi, faidah, atau teori yang tercakup dalam mata pelajaran yang sesuai dengan disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar dapat digunakan secara mandiri atau dalam kelas secara klasikal dan kelompok (Sungkono, dkk,2013 :1-2). Bahan ajar yang dimaksud yaitu seperangkat materi keanekaragaman tumbuhan berbiji tingkat spesies berdasarkan potensi lokal Kebun Raya Baturaden.

(22)

8

(23)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pendidikan 1. Definisi Kurikulum

Pengertian Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli :

a. Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah.

b. Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan. c. Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum

adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah. d. Menurut pendapat Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah

dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

(24)

10

f. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

g. Pengertian kurikulum menurut definisi Murray Print yang mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang terencana, yang diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Menurut BSNP (2006: 5) “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”.

(25)

11

kalender pendidikan, dan silabus. Tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan agar sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah dan peserta didik masing-masing satuan pendidikan.

(26)

12

kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan

3. Sumber Belajar Biologi

Kata sumber berarti suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja diciptakan atau disiapkan dengan maksud memungkinkan (memberi kesempatan) siswa belajar (Oemar Hamalik, 1994). Sedangkan, belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989).

Sebelum ditarik sebuah definisi akhir tentang pengertian sumber belajar, ada baiknya dipelajari beberapa pengertian yang telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan. Di antara pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu disajikan di bawah ini:

a. Cece Wijaya dan A.Thabrani Rusyah, berpendapat bahwa sumber belajar adalahlingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah sebagai sumber pengetahuan, dapat berupa manusia atau bukan manusia (Cece Wijaya dan A. Thabrani Rusyah, 1994)

(27)

13

c. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai menjelaskan bahwa sumber belajar adalah daya yangbisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau secara keseluruhan (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989).

d. Fred Percival dan Henry Ellington memberi pengertian bahwa sumber belajar (Resources Learning) adalah satu set bahan atau situasi belajar yang sengaja diciptakan agar siswa secara individual dapat belajar (Fred Percival dan Henry Ellington, 1988)

e. Fatah Syukur NC, menjelaskan bahwa sumber belajar adalah segala apa (daya, lingkungan dan pengalaman) yang dapat digunakan dan dapat mendukung proses pengajaran secara lebih efektif dan efisien serta dapat memudahkan pencapaian terjadi pengajaran atau belajar, tersedia langsung atau tidak langsung baik konkrit atau abstrak (Fatah Syukur NC, 2005)

(28)

14 4. Proses Pembelajaran Biologi

Pembelajaran Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai serta tanggung jawab kepada lingkungan masyarakat, bangsa, negara dan agama.

Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bilogi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Istilah biologi diambil dari bahasa Yunani bios (hidup) dan logos (ilmu). Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan dan sifat-sifat makhluk hidup. dalam bahasa arab ilmu biologi dikenal dengan istilah ilmu hayat yaitu ilmu kehidupan.

5. Konsep Belajar Tuntas

Konsep belajar tuntas sebagai cara belajar mengajar sangat menguntungkan bagi siswa karena setiap siswa dapat dikembangkan secara optimal. Konsep Belajar Tuntas adalah suatu sistem belajar yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas.

(29)

15

b. Menurut Suryosubroto, belajar tuntas adalah suatu filsafat yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat belajar dengan hasil yang baik dari hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.

c. Kusnandar dalam bukunya guru propesional implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan persiapan menghadapi sertifikasi guru mengatakan bahwa ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus-menerus untuk mencapai ketuntasan ideal.

(30)

16

jika siswa belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, maka siswa diberi program perbaikan sampai mencapai ketuntasan.

Ciri pertama penilaian pendidikan yaitu penilaian dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mengukur kepandaian dengan ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal, yaitu dilakukannya evaluasi. Alat yang digunakan dalam evaluasi ada 2 macam, yaitu tes dan non tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang fungsinya untuk mengukur hasil belajar siswa dan mengukur keberhasilan program pengajaran. Sedangkan teknik bentuk non tes untuk menilai sikap, minat, dan kepandaian siswa, melalui teknik wawancara, angket dan observasi. Dari uraian tadi dapat diketahui bahwa kemampuan dapat diukur melalui tes, tes juga dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa. 6. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

(31)

17

dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Menurut Hamalik (1994 : 6) bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi :

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. c. Seluk-beluk proses belajar.

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan. e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran. f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.

g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan. h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran. i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

(32)

18

yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut Media Pembelajaran.

b. Manfaat Media dalam Pembelajaran

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

(33)

19

b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.

h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan oleh Kemp dan Dayton tersebut, tentu saja kita masih dapat menemukan banyak manfaat-manfaat praktis yang lain. Manfaat praktis media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

(34)

20

d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata. Kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

c. Penyusunan Bahan Ajar dalam Bentuk Modul

Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.

(35)

21

dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi guru, siswa, dan pada kegiatan pembelajaran.

d. Peran Bahan Ajar

Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting. Peran tersebut menurut Tian Belawati (2003: 1.4-1.9) meliputi peran bagi guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok. Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing peran sebagai berikut:

a. Bagi Guru

Bahan ajar bagi guru memiliki peran yaitu:

1) Menghemat waktu guru dalam mengajar. Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.

2) Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran;

(36)

22

digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.

b. Bagi Siswa

Bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:

1) Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru.

2) Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki. 3) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.

4) Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. 5) Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.

c. Dalam Pembelajaran Klasikal Bahanajar memiliki peran yakni:

1) Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama.

2) Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.

3) Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 4) Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan

tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.

d. Dalam Pembelajaran Individual Bahan ajar memiliki peran yakni:

1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.

(37)

23

3) Penunjang media pembelajaran individual lainnya. e. Dalam Pembelajaran Kelompok

Bahan ajar memiliki peran yakni:

1) Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok. 2) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama.

7. Penyusunan Bahan Ajar Modul a. Arti dan Karakteristik Modul

Sebagai salah satu bahan ajar cetak, modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai dan menyelesaikan bahan belajarnya dengan belajar secara individual. Peserta belajar tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum menyelesaikan secara tuntas materi belajarnya. Dengan modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya. Modul dapat dipelajari di mana saja. Lama penggunaan sebuah modul tidak tertentu, meskipun di dalam kemasan modul juga disebutkan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari materi tertentu. Akan tetapi keleluasaan siswa mengelola waktu tersebut sangat fleksibel, dapat beberapa menit dan dapat pula beberapa jam, dan dapat dilakukan secara tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain.

(38)

24 a. Bersifat self-instructional

Pengajaran modul menggunakan paket pelajaran yang memuat satu konsep atau unit dari bahan pelajaran. Sementara, pendekatan yang digunakan dalam pengajaran modul menggunakan pengalaman belajar siswa melalui berbagai macam penginderaan, melalui pengalaman mana siswa terlibat secara aktif belajar.

b. Pengakuan atas perbedaan-perbedaan individual

Pembelajaran melalui modul sangat sesuai untuk menanggapi perbedaan individual siswa, karena modul pada dasarnya disusun untuk diselesaikan oleh siswa secara perorangan. Oleh karena itu pembelajaran melalui modul, siswa diberi kesempatan belajar sesuai irama dan kecepatan masing-masing.

c. Memuat rumusan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar secara eksplisit.

(39)

25

d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan

Proses asosiasi terjadi karena dengan modul siswa dapat membaca teks dan melihat diagram-diagram darn buku modulnya. Sedangkan struktur dan urutan maksudnya materi pada buku modul itu dapat disusun mengikuti struktur pengetahuan secara hirarkis. Dengan demikian siswa dapat mengikuti urutan kegiatan belajar secara teratur. e. Penggunaan berbagai macam media (multimedia)

Pembelajaran dengan modul memungkinkan digunakannya berbagai macam media pembelajaran. Hal ini dikarenakan karakteristik siswa berbeda-beda terhadap kepekaannya terhadap media. Oleh karena itu dalam belajar menggunakan modul bisa saja divariasikan dengan media lain seperti radio atau televisi.

f. Partisipasi aktif dari siswa

Modul disusun sedemikian rupa sehingga bahan-bahan pembelajaran yang ada dalam modul tersebut bersifat self instructional, sehingga akan terjadi keaktifan belajar yang tinggi.

g. Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa

Respon yang diberikan siswa mendapat konfirmasi atas jawaban yang benar, dan mendapat koreksi langsung atas kesalahan jawaban yang dilakukan. Hal ini dilakukan dengan cara mencocokkan hasil pekerjaannya dengan kunci jawaban yang telah disediakan.

(40)

26

tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengetahui siswa berada pada tingkat penguasaan yang mana, dalam suatu modul juga dilengkapi tentang cara perhitungannya dan patokannya.

Karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:

a. Prinsip-prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan (objective model).

b. Prinsip belajar mandiri.

c. Prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress).

d. Penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained).

e. Prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalarn rnata pelajaran.

f. Penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self-evaluation).

b. Teknik Pengembangan Modul

(41)

27

Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul. Ketiga teknik tersebut menurut Sungkono, dkk(2003: 10), yaitu menuulis sendiri, pengemasan kembali informasi, dan penataan informasi:

a. Menulis Sendiri (Starting from Scratch)

Penulis/guru dapat menulis sendiri modul yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Asumsi yang mendasari cara ini adalah bahwa guru adalah pakar yang berkompeten dalam bidang ilmunya, mempunyai kemampuan menulis, dan mengetahui kebutuhan siswa dalam bidang ilmu tersebut. Untuk menulis modul sendiri, di samping penguasaan bidang ilmu, juga diperlukan kemampuan menulis modul sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu selalu berlandaskan kebutuhan peserta belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik. Pengetahuan itu dapat diperoleh melalui analisis pembelajaran, dan silabus. Jadi, materi yang disajikan dalam modul adalah pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tercantum dalam silabus.

b. Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)

(42)

28

juga diberi tambahan keterampilan atau kompetensi yang akan dicapai, latihan, tes formatif, dan umpan balik.

c. Penataan Informasi (Compilation)

Cara ini mirip dengan cara kedua, tetapi dalam penataan informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap modul yang diambil dari buku teks, jurnal ilmiah, artikel, dan lain-lain. Dengan kata lain, materi-materi tersebut dikumpulkan, digandakan dan digunakan secara langsung. Materi-materi tersebut dipilih, dipilah dan disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak digunakan.

c. Komponen-komponen Modul

Komponen-komponen utama yang perlu tersedia di dalam modul, yaitu tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan; rambu-rambu jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif Kedelapan komponen tersebut akan dijelaskan satu persatu dalam bagian selanjutnya.

a. Tinjauan Mata Pelajaran

Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan pokok-pokok isi mata pelajaran yang mencakup:

1) Deskripsi mata pelajaran. 2) Kegunaaan mata pelajaran. 3) Kompetensi dasar.

(43)

29 5) Petunjuk Belajar.

Petunjuk memuat antara lain penjelasan tentang berbagai macam kegiatan yang harus dilakukan, alat-alat yang perlu disediakan, dan prosedur yang dilakukan.

Perlu dipahami bahwa letak atau posisi tinjauan mata pelajaran di dalam modul sangat tergantung kepada pembagian pokok bahasan dalam mata pelajaran. Mungkin saja satu mata pelajaran terdiri atas beberapa pokok bahasan, sehingga tinjauan mata pelajaran terletak pada modul pertama saja. Contohnya, pada modul 1 terdapat tinjauan mata pelajaran, sementara modul 2, dan 3 dst tidak terdapat tinjauan mata pelajaran karena sudah terletak pada modul 1. Tetapi tidak menutup kemungkinan pada setiap modul disertakan tinjauan mata pelajaran untuk menuntun siswa dalam memahami kegunaan mata pelajaran.

b. Pendahuluan

Pendahuluan suatu modul merupakan pembukaan pembelajaran suatu modul. Oleh karena itu, dalam pendahuluan seyogyanya memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat.

2) Indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul.

(44)

30

atau seyogyanya sudah dimiliki sebagai pijakan (anchoring) dari pembahasan modal itu.

4) Relevansi, yang terdiri atas:

a) Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul itu dengan mateni dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau dalam mata pelajaran (cross reference).

b) Pentingnya mempelajari materi modul itu dalam pengembangan dan pelaksanaan tugas guru secara profesional. c) Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis. d) Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu

agar berhasil dikuasai dengan baik.

Pendahuluan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Memenuhi dan merangsang rasa ingin tahu.

b) Urutan sajian yang logis.

c) Mudah dicerna dan enak dibaca. d. Kegiatan Belajar

Bagian ini merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan materi

(45)

31

Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci tentang isi pelajaran yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh. Sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian seperti ini yang dimulai dengan penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan penyajian dapat pula dimulai dengan contoh dan non contoh, atau kasus-kasus kemudian diikuti dengan penjelasan tentang konsep yang dimaksud.

Sajian materi modul memperhatikan elemen uraian dan contoh yang dirancang untuk menumbuhkan proses belajar dalarn diri pembaca. Berikut akan dijelaskan kedua elemen dasar yang ada dalarn sajian materi modul.

e. Uraian

Uraian dalarn sajian materi modul adalah paparan materi-materi pelajaran berupa: fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan, hukum, dan masalah.

(46)

32

bersifat keterampilan berbeda dengan yang bersifat pengetahuan. Prinsip dalam penyajian uraian harus memenuhi syarat-syarat:

a. Materi harus relevan dengan esensi kompetensi. b. Materi berada dalam cakupan topik inti.

c. Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak kaku.

d. Memperhatikan latar/setting kondisi siswa.

e. Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang. f. Contoh

Contoh adalah benda, ilustrasi, angka, gambar dan lain-lain yang mewakili/mendukung konsep yang disajikan. Contoh bertujuan untuk memantapkan pemahaman pembaca tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, hukum, teori, nilai, prosedur/metode, keterampilan dan masalah.

Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya: a. Relevan dengan isi uraian.

b. Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran. c. Jumlah dan jenisnya memadai.

(47)

33 g. Latihan

Latihan adalah berbagai bentuk kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh siswa setelah membaca uraian sebelumnya. Gunanya untuk memantapkanpengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap tentang fakta/data, konsep, prinsip, generalisasi/dalil, teori, prosedur, dan metode. Tujuan latihan ini agar siswa benar-benar belajar secara aktif dan akhirnya menguasai konsep yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar tersebut. Latihan disajikan secara kreatif sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Latihan dapat ditempatkan di sela-sela uraian atau di akhir uraian.Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:

a. Relevan dengan materi yang disajikan. b. Sesuai dengan kemampuan siswa.

c. Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dan sebagainya.

d. Bermakna (bermanfaat).

e. Menantang siswa untuk berpikir dan bersikap kritis.

f. Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. h. Rambu-rambu Jawaban latihan

(48)

34

tentang jawaban yang diharapkan dari pertanyaan atau tugas dalam latihan dalam mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran.

i. Rangkuman

Rangkuman adalah inti dari uraian materi yang disajikan pada kegiatan belajar dari suatu modul, yang berfungsi menyimpulkan dan memantapkan pengalaman belajar (isi dan proses) yang dapat mengkondisikan tumbuhnya konsep atau skema baru dalam pikiran siswa. Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:

a. Berisi ide pokok yang telah disajikan. b. Disajikan secara berurutan.

c. Disajikan secara ringkas. d. Bersifat menyimpulkan.

e. Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif). f. Memantapkan pemahaman pembaca.

g. Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar.

h. Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan tidak menggunakan kata-kata yang sulit dipahami.

j. Tes Formatif

(49)

35

bahasan selesai dipaparkan dalam satu kegiatan belajar berakhir. Tes formatif ini bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Hasil tes formatif digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya. Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:

a. Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan.

b. Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah yang dikemukakan maupun dart pilihan jawaban yang ditawarkan.

c. Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting.

d. Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal. k. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut

(50)

36 l. Tindak lanjut

Di dalam kunci jawaban tes formatif, terdapat bagian tindak lanjut yang berisi kegiatan yang harus dilakukan siswa atas dasar tes formatifnya. Siswa diberi petunjuk untuk melakukan kegiatan lanjutan, seperti: Terus mempelajari kegiatan belajar berikutnya bila ia berhasil dengan baik yaitu mencapai tingkat penguasaan 80% dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali mempelajari kegiatan belajar tersebut bila hasilnya masih di bawah 80% dari skor maksimum.

8. Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran di Kelas

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pada dasarnya menggunakan sistem belajar secara individual. Namun dapat pula digunakan pada sistem pembelajaran klasikal. Jika pembelajaran bersifat individual maka siswa akan belajar dari modul satu ke modul berikutnya sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Mengingat kecepatan masing-masing siswa tidak sama, maka dalam perjalanan belajarnya dari hari ke hari, jarak antara siswa yang pandai dengan siswa yang lamban makin lama makin besar. Teknik ini akan mudah bila di suatu kelas siswanya sedikit, namun jika jumlah siswa dalam suatu kelas jumlahnya banyak, dan juga mata pelajaran yang dipelajarinya jumlahnya banyak maka pelaksanaan pembelajarannya menjadi lebih rumit.

(51)

37

akan memperoleh modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa waktu yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi yang dapat dikerjakan secara individual maupun secara klasikal.

Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut memiliki peran penting baik bagi guru maupun siswa. Dalam mengembangkan bahan ajar khususnya modul guru perlu memperhatikan prosedur dan komponen-komponen modul. Komponen-komponen tersebut meliputi tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan, rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif dan tindak lanjut. Pemanfaatan modul dalam proses pembelajaran disuatu kelas dapat dilakukan pada sistem pembelajaran individual maupun klasikal.

B. Kajian Keilmuan

1. Keanekaragaman Hayati

Biodiversitas, singkatan dari keanekaragaman hayati, adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai kehidupan yang ditemukan di bumi dan semua proses alam. Keanekaragaman hayati termasuk ekosistem, keragaman genetik dan kultural, dan hubungan antara ini dan semua spesies.

(52)

38

keanekaragaman atau keberagaman dari mahluk hidup yang dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah tekstur, penampilan dan sifat-sifatnya.

Keanekaragaman hayati sering dikenal dengan istilah biodiversitas (bahasa Inggris: biodiversity). Pengertian lain keanekaragaman adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi yang merupakan bagian dari bentuk kehidupan.

Aspek yang berbeda dari keanekaragaman hayati semua memiliki pengaruh yang sangat kuat antara satu sama lain. Kita baru saja mulai memahami hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan mereka. Keanekaragaman juga membantu kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Sayangnya, gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia yang menumpuk di atmosfer akan menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan ancaman besar bagi keanekaragaman hayati.

(53)

39 2. Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman gen adalah keanekaragaman individu dalam satu jenis mahluk hidup. Setiap organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen). Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Variasi mahluk hidup dapat terjadi akibat perkawinan sehingga susunan gen keturunannya berbeda dari susunan gen induknya. Selain itu, variasi mahluk hidup dapat pula terjadi karena interaksi gen dengan lingkungan.

Contoh:

a. Keanekaragaman warna lensa mata pada kucing. Ada kucing yang memiliki lensa mata berwarna biru, kuning atau hitam.

b. keanekaragaman pada ayam, terdapat perbedaan bentuk dan ukuran tubuk, warna bulu dan bentuk pial (jengger) antara ayam kampung, ayam cemani, ayam hutan, ayam lehor, ayam bangkok, dan ayam kate. 3. Keanekaragaman Tingkat Jenis

Keanekaragam jenis menunjukan seluruh variasi yang terjadi antar spesies yang masih dalam satu familia. Keanekaragaman hayati tingkat jenis (antar spesies) lebih mudah diamati daripada keanekaragaman tingkat gen karna perbedaannya mencolok.

(54)

40

dianggap secara teksonomi lebih beranekaragam dibanding dengan tempat lain yang mempunyai empat jenis burung saja.

4. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

(Sumber :

[image:54.595.147.547.166.354.2]

http://3.bp.blogspot.com/- QLWOn0j7Ufs/Vlz_awFJDII/AAAAAAAAACo/t8Njbh-N6YM/s1600/ekosistem-bioma.jpg)

Gambar 1. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem

(55)

41

dan ekosistem air laut. Tiap-tiap ekosistem mempunyai ciri fisik, kimiawi, dan biologis tersendiri. Flora dan fauna yang terdapat dsalam ekosistem tertentu berbeda dengan flora dan fauna yang terdapat didalam ekosistem yang lain.

5. Keanekaragaman Tumbuhan Berbiji

Perubahan iklim mempengaruhi suhu udara dan laut, panjang musim, permukaan air laut, pola arus laut dan angin, tingkat curah hujan, serta hal-hal lainnya. Perubahan ini mempengaruhi habitat dan perilaku banyak spesies yang berbeda. Banyak yang tidak akan mampu beradaptasi cukup cepat dan dapat punah.Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk memerangi perubahan iklim.

Menanam pohon gugur di sisi selatan rumah atau sekolah akan tetap dingin rumah / sekolah Anda di musim panas. Mereka akan membantu menghasilkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Anda juga dapat mendorong teman-teman dan keluarga Anda untuk menggunakan angkutan umum, naik mobil bersama dan berjalan atau bersepeda ketika mereka bisa.

a. Ciri Umum Spermatophyta

(56)

42

gamet betina terdapat pada kantong embrio. Proses penggabungan sel gamet jantan (sperma) dan sel gamet betina (sel telur) terjadi melalui buluh serbuk sari. Tumbuhan berbiji sudah dapat dibedakan secara jelas menjadi akar, batang, dan daun. Tubuhnya bersifat multiseluler (tersusun oleh banyak sel) dengan ukuran tubuhnya besar atau makroskopis dan mempunyai ketinggian yang bervariasi. Tumbuhan berbiji memiliki jaringan pembuluh yang bervariasi dan terdiri dari floem. Bagian ini berfungsi untuk mengangkut bahan makanan yang

berasal dari daun ke seluruh tubuh tanaman. Bagian yang lainnya adalahxylem. Bagian ini berfungsi untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah menuju ke daun.

Pada umumnya, tumbuhan berbiji (kecuali tumbuhan parasit) bersifat autotrof atau dapat mensintesis bahan makanan melalui fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan berbiji merupakan organisme fotoautotrof.

Sebagian besar jenis tumbuhan ini mempunyai tempat hidup (habitat) di darat (misalnya: mangga, rambutan, dan jambu). Ada pula tumbuhan berbiji yang mengapung di atas air (misalnya: enceng gondok). Tumbuhan berbiji berkembangbiak secara aseksual maupun secara seksual.

b. Klasifikasi Spermatophyta

1) Tumbuhan Berbiji Terbuka (Gymnospermae)

(57)

43

tumbuhan berkayu dengan bermacam macam bentuk perawakan (habitus). Jenis tumbuhan ini juga tidak memiliki bunga yang sesungguhnya (bunga mereduksi menjadi kantong serbuk sari dan bakal biji), sporofilnya terpisah-pisah membentuk strobilus jantan dan strobilus betina.

Jenis tumbuhan ini mempunyai sistem akar tunggang dan batangnya tegak lurus atau bercabang-cabang. Akar dan batangnya berkambium. Ini menyebabkan adanya pertumbuhan sekunder atau menebal kesamping. Strobilusnya mengandung 2 daun buah (tempat menempel bakal biji), yaitu makrosporangium dan mikrosporangium yang terpisah satu sama lain. Penyerbukannya hampir selalu dengan bantuan angin (anemogami). Serbuk sarinya langsung jatuh pada bakal biji dengan jarak waktu penyerbukan sampai pembuahannya relatif panjang. Sel kelamin jantan umumnya berupa spermatozoid yang masih bergerak dengan aktif.

(58)
[image:58.595.261.452.138.282.2]

44 a) Kelas Cycadinae

Gambar 2.Tanaman dari Kelas Cycadinae:Cycas rumphii

(Sumber :

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d3/Cycas_r umphii_FemaleFertileLeaves_BotGardBln0906t.JPG)

(59)

45

[image:59.595.250.462.112.256.2]

b) Kelas Ginkyoinae (sering dieja: Ginkoinae)

Gambar 3.Tanaman dari Kelas Ginkyoinae : Ginggo biloba) (Sumber :http://nootriment.com/wp-content/uploads/2014/06/what-is-ginkgo-biloba-300x200.jpg)

(60)
[image:60.595.268.446.110.341.2]

46 c) Kelas Coniferae

Gambar 4.Tanaman dari Kelas Coniferae : Pinus merkusii

(Sumber :

https://pixabay.com/static/uploads/photo/2010/12/07/08/spruce -1035_960_720.jpg)

Ciri utama anggota Coniferae adalah adanya tajuk berbentuk kerucut (Coniferae berasal dari kata conus = kerucut dan ferein = mendukung). Anggotanya dapat berupa semak, perdu, atau pohon. Daun-daunnya berbentuk jarum, sehingga sering disebut pohonjarum. Tumbuhan ini berumah dua, tetapi ada juga yang berumah satu.

Kelas Coniferae terdiri dari beberapa ordo, antara lain Ordo Araucariales, Ordo Podocarpales, Ordo Cupressales, dan Ordo Pinales. Ordo-ordo tersebut umumnya disusun oleh satu

(61)

47

(Araucariaceae), contoh anggota Ordo Podocarpales adalah Podocapus imbricata (Podocarpaceae), dan contoh anggota

Ordo Pinales adalah Pinus silvetris, Abies nordmanniana,dan Pinus merkusii (Pinaceae). Sedangkan Ordo Cupressalesterdiri atas dua suku, yaitu Taxodiaceae (contohnya Sequoiagigantea) dan Famili Cupressaceae (contohnya Juniperus communis). d) Kelas Gnetinae

Ciri-ciri tumbuhan yang tergolong ke dalam kelas Gnetinae adalah batang berkayu (dapat bercabang atau tidak), bunganya berkelamin tunggal, dan pembuahan terjadi melalui pembentukan buluh serbuk sari. Kelas ini terdiri atas 3 ordo, yaitu Ordo Ephedrales, Ordo Gnetales, dan Ordo Welwitschiales. Contoh anggota Ordo Ephedrales adalah

Ephedra altissima (Ephedraceae). Contoh anggota Ordo

Gnetales adalah melinjo (Gnetum gnemon) yang merupakan

anggota suku Gnetaceae. Tumbuhan yang banyak dibudidayakan ini umumnya memiliki strobilus jantan dan betina yang terdapat dalam satu pohon (berumah satu).

2) Tumbuhan Berbiji Tertutup (Angiospermae)

(62)

48

lengkap, yaitu kelopak dan mahkota. Bunga tak lengkap tidak mempunyai salah satu bagian perhiasan bunga (mahkota atau kelopak). Sementara itu, berdasarkan alat kelaminnya, bunga Angiospermae dibedakan menjadi bunga sempurna dan bunga tak sempurna. Bunga sempurna mempunyai alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari), sedangkan bunga tak lengkap hanya mempunyai satu alat kelamin (putik atau benang sari saja).

Anggota Subdivisi Angiospermae dibedakan berdasarkan jumlah daun lembaganya (cotyledon) menjadi dua kelas, yaitu monocotyledoneae dan dicotyledoneae.

a) Kelas Monocotyledoneae (Monokotil)

(63)

49

sekunder. Berikut adalah perbedaan jaringan pada akar monokotil dan tanaman dikotil yang menampakan beberapa karakter morfologis keduanya :

Berikut adalah daftar tumbuhan berbiji yang ada di Kebun Raya Baturaden sebagai salah satu contoh keanekaragaman hayati di Indonesia :

(1) Evodia suaveolens (2) Macaranga triloba (3) Clerodendrum serratum (4) Phaleria macrocarpa (5) Peperomia pellucida (6) Cananga odorata (7) Amaranthus caudatus (8) Sansevieria trifasciata (9) Orthosiphoon aristatus (10)Annona reticulata (11)Lavandula angustifolia (12)Hibiscus tiliaceus

(13)Excoecaria cochinchinensis (14)Curcuma zedoaria

(64)

50

[image:64.595.110.531.174.673.2]

KERANGKA BERPIKIR MODUL POTENSI AKADEMIK KEBUN RAYA BATURADEN

Gambar 5. Bagan Potensi Akademik Potensi Akademik

Kebun Raya Baturaden

Persamaan dan Perbedaan Ciri Morfologi Spermatophyta

Keanekaragaman Tumbuhan

KD SK

Modul Keanekaragaman Tumbuhan Kebun Raya Baturaden

Reviewer

Revisi 1

Uji Coba Terbatas Peserta Didik dan Guru Biologi SMA X

Revisi 2

(65)

51 BAB BBB

METODE PENELBTBAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan

dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini secara keseluruhan

merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development

(R&D)). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan

(Educational Development Research) yang menggariskan langkah-langkah

tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan bahan ajar berupa modul

pengayaan materiKeanekaragaman Hayati.

Model penelitian pengembangan yang digunakan adalah adaptasi dari

langkah-langkah pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development and

Production, Implementation dan Evaluation). Model ADDIE merupakan

model penyusunan dan pengembangan bahan ajar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Proses pengambilan data beberapa tumbuhan berbiji dilaksanakan pada

bulan April 2016 bertempat di Kebun Raya Baturaden sedangkan proses

penyusunan naskah modul pengayaan dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus

2016 bertempat di FMIPA UNY sedangkan penilaian kualitas modul

(66)

52 C. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian adalah modul pengayaan yang digunakan sebagai bahan

ajar tentang materiKeanekaragaman Tumbuhan Berbiji untuk kelas X.Subjek

penelitian ini terdiri dari responden. Responden terdiri dari 2 (dua) guru

biologi dan 15 siswa.

Responden terdiri dari 2 (dua) orang guru dan 15 (lima belas )siswa.

Guru dan siswa yang menjadi subjek penelitian ditentukan secarapurposive

sampling berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria untuk guru yang menjadi

subjek penelitian didasarkan pada kualifikasi yaitu seorang yang

berprofesi sebagai guru biologi serta mengajar materi Keanekaragaman

Hayati. Sedangkan siswa yang menjadi subjek penelitian didasarkan pada

siswa yang telah tuntas dalam materi Keanekaragaman Hayati, dalam hal ini

berarti siswa memiliki nilai ulangan harian diatas Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) sebesar/sekitar 75. Hal ini bertujuan supaya siswa dapat menilai

dengan baik dan memberikan masukan mengenai kualitas modul.

D. SettingPenelitian

Penyusunan modul pengayaan materi keanekaragaman hayati

menggunakan adaptasi dari model pengembangan ADDIE (Analysis, Design,

Developmentand Production, Implementation dan Evaluation). Model ini

merupakan model penyusunan dan pengembangan bahan ajar. Menurut

Purwanto dan Ida Malati (dalam Dewi Padmo,2004:418), prosedur

(67)

53

yang ditempuh dalam menulis bahan ajar identik juga pula dengan prosedur

yang ditempuh dalam kegiatan mengajar. Dalam kegiatan mengajar,tenaga

pengajar biasanya menerapkan prosedur pengembangan sistem pembelajaran.

Setiap model pengembangan sistem pembelajaran tersebut ternyata terdapat

lima tahapan besar. Lima tahapan tersebut adalah tahap analisis,perancangan,

pengembangan dan produksi, uji coba, dan evaluasi. Penulisan bahan ajar

dilakukan melalui berbagai tahapan berikut:

1. Tahap Analisis iAnalysis)

Tahap ini meliputi analisis kompetensi, analisis karakteristik siswa dan

analisis instruksional.

a. Analisis kompetensi (analisis kurikulum)

Analisis dilakukan pada kurikulum dengan mengidentifikasi

kompetensi yang ada untuk memahami kedalaman dan keluasan

kompetensi yang harus dikembangkan. Standar Kompetensi (SK) pada

materi Keanekaragaman Hayati ialah menjelaskan tentang prinsip

pengelompokan makhluk hidup. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD)

ialah mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem,

melalui kegiatan pengamatan.

b. Analisis karakteristik siswa

Pada analisis ini dilakukan analisis untuk mengetahui kondisi

siswa yang akan menggunakan modul. Siswa yang akan menggunakan

modul ini adalah siswa yang sudah memenuhi KKM, jadi dapat

disimpulkan bahwa tingkat kemampuan awal peserta didik dapat

(68)

54

Keanekaragaman Hayati.

c. Analisis instruksional

Analisis ini disebut juga analisis pembelajaran. Analisis ini

dilakukan dengan cara menjabarkan kompetensi umum yang ada pada

kurikulum menjadi kompetensi-kompetensi khusus dan kemudian

menentukan urutannya. Hasil dari analisis instruksional ini ialah

seperti apa topik atau pokok bahasan yang menjadi judul bab dari

modul yang akan ditulis.

2. Tahap Perancangan iDesign)

Tahap ini dilakukan setelah tahap analisis selesai. Pada tahap ini

meliputi penyusunan kerangka modul (outline),penentuan sistematika dan

perencanaan alat evaluasi.

a. Penyusunan kerangka modul(outline)

Berdasarkan peta kompetensi yang disusun suatu kerangka isi

modul. Kerangka ini sudah menggambarkan keseluruhan isi materi

yang tercakup dalam modul tersebut, serta urutan penyajiannya yang

memuat antara lain:

1) Judul bab atau bagian modul.

2) Komponen-komponen modul lengkap seperti pendahuluan,urutan

dan penutup.

3) Aspek-aspek pembelajaran yang meliputi tujuan, materi, metode,

(69)

55 b. Penentuan sistematika

Penulis harus menentukan sistematika modul pengayaan yang

akan ditulis. Pada tahap ini penulis juga menentukan urutan strategi

penyajian materi dan jenis ilustrasi atau visualisasi yang digunakan

untuk acuan pembuatan modul yang akan dikembangkan.

c. Perencanaan alat evaluasi

Menentukan jenis dan alat evaluasi yang digunakan serta jenis,

latihan dan uji kompetensi yang akan digunakan dalam modul.

Evaluasi ini berupa tes yang berbentuk pilihan ganda dan uraian terdiri

dari item soal dan pilihan item jawaban serta dilengkapi dengan kunci

jawaban.

3. Tahap Pengembangan dan Produksi iDevelopmentand Production)

Tahap ini terediri dari empat langkah spesifik yaitu pra penulisan,

penyusunandraft, penyuntingan, dan revisi.

a. Pra penulisan

Pengumpulan referensi yang mendukung dari segi materi

dengan mengambil fakta dan konsep yang merupakan hasil penelitian

tentang keanekaragaman tumbuhan berbiji. Referensi juga diperoleh

dari buku dan internet. Setelah itu mengadakan kajian referensi atau

pustaka untuk memilih referensi yang cocok dimasukkan kedalam

draft. Pada tahap ini penulis juga menyiapkan segala keperluan

menulis.

b. Penyusunandraft

(70)

56

sesuai dengan kerangka yang telah disusun. Bahan ajar dalam bentuk

modul disusun sehingga didapatkan produk awal modul pengayaan

yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

c. Penyuntingan (review-edit)

Produk awal tersebut kemudian dikaji oleh beberapa reviewer,

Reviewer yang berperan dalam penyuntingan adalah ahli media dan

ahli materi atau dosen yang terkait. Keterlibatan ahli media ialah untuk

mengkaji dari aspek media dengan mengisi instrumen berupa angket

pengembangan modul. Sedangkan keterlibatan ahli materi ialah

mengkaji dari aspek materi berupa kesalahan-kesalahan konsep yang

terdapat pada modul tersebut dengan mengisi instrumen berupa angket

pengembangan modul. Penilaian dan pengkajian tersebut melihat dari

empat aspek yaitu aspek desain pembelajaran, aspek materi, aspek

bahasa dan visualisasi modul. Pengkajian ini diarahkan untuk penilaian

formatif dengantujuan untuk memperoleh saran dan masukan untuk

penyempurnaan sehingga modul pengayaan ini terhindar dari

kesalahan penulisan maupun konsep. Sesuai dengan arahan dosen

pembimbing pertama dan ketua jurusan pendidikan biologi, bagian ini

dilaksanakan oleh dosen pembimbing kedua.

d. Revisi

Berdasarkan hasil penyuntingan dilakukan revisi atau perbaikan.

Penyempuranaan atau revisi dilakukan oleh peneliti sesuai masukan

(71)

57 4. Tahap Bmplementasi iImplementation)

Pada tahap ini naskah modul yang telah dihasilkan selanjutnya

dapat digunakan langsung atau dicobakan secara terbatas. Menurut Arif

Sudiman (2003:11), ujicoba kelompok kecil dilakukan pada 10-20 orang.

Uji coba terbatas ini mengandung maksud untuk memperoleh masukan

dari pihak-pihak yang berkepentingan (responden) terhadap kualitas modul

pengayaan tersebut. Pihak yang berpartisipasi dalam ujicoba terbatas ini

ialah guru biologi dan calon pengguna.

Uji coba dilakukan secara terbatas oleh siswa adalah dengan caraone

to one. Cara one to one merupakan cara yang dilakukan dengan cara

memilih siswa yang sudah memenuhi ketuntasan belajar pada materi

Keanekaragaman Hayati, kemudian mereka diberikan waktu untuk

mempelajari, menggunakan serta menjawab pertanyaan yang ada. Mereka

boleh mempelajari modul disekolah ataupun dirumah. Setelah itu mereka

diberi angket penilaian untuk mengetahui kualitas modul pengayaan

tersebut.

5. Evaluasi iEvaluation)

Setelah diuji cobakan secara terbatas sebaiknya modul pengayaan

dievaluasi untuk mengetahui keefektivitasannya. Kegiatan evaluasi ini

biasanya dilakukan oleh pihak ketiga yang independen. Karena

keterbatasan penelitian ini, tahap evaluasi tidak dilakukan. Tahap evaluasi

ini memerlukan pihak penilai yang independen secara luas. Tahap

(72)
[image:72.595.124.527.99.587.2]

58

Gambar 6. Bagan Tahapan Prosedur Penelitian Tahap Analisis

Tahap Penyusunan Kerangka Modul

Tahap Penentuan Sistematika

Tahap Perancangan Alat Evaluasi

Tahap Pengumpulan dan Kajian Referensi

Tahap PenyusunanDraft Dosen

Revisi I

Produk Awal

Revisi II

Naskah Modul

Dosen Pembimbing

Uji Coba

Analisis Data

15 Siswa Kelas X 2 Guru Biologi

Revisi III

(73)

59 E. Bnstrumen Penelitian

1. Bnstrumen Proses Pengembangan Modul

Proses pengembangan modul langsung dinilai dan dikoreksi oleh

dosen pembimbing. Penyusun mendapatkan beberapa catatan yang terkait

peningkatan kualitas modul.

2. Bnstrumen Penilaian Kualitas Modul

Instrumen untuk menilai kualitas modul berupa lembar angket

penilaian modul. Lembar angket penilaian ini menggunakan instrumen

yang berupa lembar checklist. Instrumen penilaian kualitas modul ini

menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengetahui

persetujuan atau penolakan responden terhadap pernyataan-pernyataan

yang tersedia (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 225).

a. Angket penilaian untuk guru

Angket penilaian untuk guru menggunakan 5 (lima) alternatif

jawaban yaitu Sangat Kurang (SK),Kurang (K), Cukup (C), Baik (B),

dan Sangat Baik (SB), Angket ini akan diisi oleh 2 orang guru biologi.

b. Lembar tanggapan untuk siswa.

Lembar tanggapan untuk siswa menggunakan 4 (empat) alternatif

jawaban yaitu Sangat baik (SS), Baik (S), Kurang (K), dan Sangat

Kurang (SK). Lembar tanggapan ini akan diisi oleh 15 (Lima Belas)

siswa. Hasil penilaian dari guru dan siswa merupakan penelitian yang

(74)

60

Tujuan penilaian responden ialah untuk mengetahui apakah

kualitas modul yang disusun telah memenuhi kriteria modul yang baik.

Kriteria yang digunakan untuk penilaia

Gambar

Gambar 1. Keanekaragaman Tingkat Ekosistem
Gambar 2.Tanaman dari Kelas Cycadinae:Cycas rumphii
Gambar 3.Tanaman dari Kelas Ginkyoinae : Ginggo biloba)
Gambar 4.Tanaman dari Kelas Coniferae : Pinus merkusii
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi keanekaragaman jenis burung di lereng selatan Gunung Merapi dan mengetahui kualitas modul yang disusun dari hasil

Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam KBM.... Bahan

Menurut Pannen, bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.5 Bahan ajar yang

Sedangkan menurut Prastowo (2014: 138) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak, sehingga tercipta lingkungan

Menurut Panen (2001) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam

Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Pannen:1995)?. Bahan ajar adalah

Instrumen yang digunakan dalam penelitian terdiri dari lembar penilaian kualitas modul pengayaan keanekaragaman pisang untuk ahli materi, ahli media, guru biologi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi keanekaragaman jenis burung di lereng selatan Gunung Merapi dan mengetahui kualitas modul yang disusun dari hasil