• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap penyusunan program konseling kelompok bagi korban bullying.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap penyusunan program konseling kelompok bagi korban bullying."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING

PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING

KELOMPOK BAGI KORBAN BULLYING

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

DISUSUN OLEH :

FLORENTINA OCTIVANI ROSSY MAHARANI

NIM : 091114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING

PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING

KELOMPOK BAGI KORBAN BULLYING

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

DISUSUN OLEH :

FLORENTINA OCTIVANI ROSSY MAHARANI

NIM : 091114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya yang sederhana ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan melimpahkan rahmat-Nya saya setiap hari. 2. Bunda Maria yang senantiasa menjadi panutan saya

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bapak Ambrosius Marjono dan Ibu Fransisca Eta

Yamini yang selalu menyayangi, merawat,

membesarkan dan mendoakan saya dengan penuh cinta sampai saat ini serta adik tercinta Florensia Sherly Martaviana yang selalu mendukung saya. 4. Almamater tercinta saya Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma

(8)

v

MOTTO

Kemarin adalah pengalaman dan kenangan,

Hari ini adalah perjuangan,

Dan besok adalah misteri.

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Oktober 2013

Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta :

Nama : Florentina Octivani Rossy Maharani

NIM : 091114036

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING KELOMPOK BAGI KORBAN BULLYING

berserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberi hak kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media

lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya, maupun memberikan royalti kepada

saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Oktober 2013

Yang menyatakan

(11)

viii ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT INTENSITAS KORBAN BULLYING PADA SISWA SMP KANISIUS PAKEM Yogyakarta TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN PROGRAM KONSELING KELOMPOK BAGI KORBAN

BULLYING

Florentina Octivani Rossy Maharani Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Tahun Ajaran 2012/2013 dan (2) mengidentifikasi siswa-siswa yang teridentifikasi masuk dalam kategori tinggi intensitas korban bullying untuk dijadikan kelompok konseling yang mendapatkan layanan konseling kelompok.

Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta pada tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 132 orang. Instrument yang digunakan adalah Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri dari 33 item pernyataan dengan 4 alternatif jawaban yaitu: sangat sering, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Kuesioner ini menghasilkan koefisien reliabilitas

'

xx

r

=

0,928.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengkategorisasian yang disusun berdasarkan model distribusi normal yang terdiri dari 5 jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (Azwar 2012: 147-148). Hasil penelitian tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 menunjukan bahwa 93 siswa (70,5%) mengalami

bullying dengan intensitas kategori sangat rendah, 22 siswa (16,7%) mengalami bullying

(12)

ix ABSTRACT

DESCRIPTION OF INTENSITY VICTIMS OF BULLYING STUDENTS AT SMP KANISIUS PAKEM YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2012/2013 AND IMPLICATIONS FOR DEVELOPMENT GROUP COUNSELING PROGRAM FOR VICTIMS

BULLYING

Florentina Octivani Rossy Maharani Sanata Dharma University

2013

This research is a descriptive study aims to: (1) determine the level of intensity of bullying victims at Canisius Pakem Junior High School students in Academic Year 2012/2013 and (2) identify students who are identified in the category of high intensity to be victims of bullying are getting counseling group group counseling services.

The subjects were junior high school students in Canisius Pakem school year 2012/2013, amounting to 132 people. Instrument used is the level of intensity Victims Bullying Questionnaire developed by the researcher. The questionnaire consists of 33 items with four alternative answers statement is: very often, often, sometimes and never. The questionnaire produced a reliability coefficient = 0.928. Data analysis techniques used in this study is that categorization is based on the normal distribution model that consists of 5 levels, namely the category of very high, high, medium, low, and very low ( Anwar, 2012 : 147-148 ) .

(13)

x

KATA PENGANTAR

Syukur penulis haturkan kepada Tuhan sumber cinta kasih dan pengharapan yang telah melimpahkan rahmatnya selama penyusunan hingga terselesaikannya

skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun berkat bantuan, dukungan, dan

perhatian dari berbagai pihak yang memberikan masukan-masukan yang berharga

bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. sebagai pembimbing yang senantiasa

memberikan petunjuk dengan sabar untuk membimbing dan mengarahkan

dalam penyusunan skripsi ini

4. Keluarga besar SMP Kanisius Pakem Yogyakarta. Bapak Andrias Indra

Purnama, S.T., S.Pd. selaku kepala sekolah beserta guru-guru SMP

Kanisius Pakem yang telah memberikan ijin tempat untuk melakukan

penelitian ini.

5. Seluruh siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013

atas bantuan dan kerjasamanya yang sangat baik saat pelaksanaan

penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Seluruh dosen dan karyawan Program studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si., A.

(14)

xi

Drs. R. Budi Sarwono, M.A., Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., Drs. R.H.Dj.

Sinurat, M.A., Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd.) yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis.

7. Bapak Stefanus Priyatmoko yang membantu penulis dalam hal surat

perijinan penelitian.

8. Bapak Ambrosius Marjono dan Ibu Fransisca Eta Yamini yang selalu

mendoakan dan menyayangi penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang

hingga saat ini.

9. Adikku tercinta Florensia Sherly Martaviana yang selalu memberi

semangat.

10. Andreas Andri yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama

saya menyelesaikan penulisan skripsi.

11. Keluarga besar Yusuf Walidi Harjo Sukarto dan Keluarga besar

Wiilibordus Suparno terima kasih untuk semua dukungan yang tak

terhingga selama penulisan skripsi.

12. Sahabat terbaik saya Yulia Dwi, Michael Gilang, Widya Wulan, Nanda

Martalova, dan Wiratama yang selalu memotivasi agar skripsi ini cepat

selesai dan terima kasih untuk persahabatan ini.

13. Sadtya Edy Nugraha patner terbaik saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Prima, Tika, Frandy, Sisca Wening, Tere, Doni, Nando, Dora, Galih

Herwin, Lisbeth, Sinta, Dedy, Anggi, dan semua teman-teman BK 2009

yang tidak bisa saya sebutkan semua. Terima kasih untuk semua

(15)

xii

15. Mas Anno, Mas Jarot, Mas Alit, Rima, Sekar, Prisca, Diana terima kasih

untuk dukungannya.

16. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik

(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTARGRAFIK... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

(17)

xiv

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A. Perilaku Bullying... 8

1. Pengertian Bullying... 8

2. Jenis Perilaku Bullying... 9

3. Faktor Penyeban Bullying... 10

4. Pelaku Bullying... 12

5. Korban Bullying... 12

6. Dampak Bullying... 14

B. Remaja... 15

1. Pengertian Remaja... 15

2. Karakteristik Remaja... 16

3. Tugas Perkembangan Remaja... 17

4. Perubahan Sosial Remaja... 18

C. Konseling Kelompok... 20

1. Pengertian Konseling Kelompok... 20

2. Tujuan Konseling Kelompok... 20

3. Manfaat Konseling Kelompok... 21

4. Jenis-jenis Pendekatan dalam Konseling Kelompok... 22

5. Tahap-tahap Konseling Kelompok... 24

6. Aturan dalam Konseling Kelompok... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian... 27

(18)

xv

C. Instrumen Penelitian... 28

D. Validitas dan Realibilitas... 32

E. Teknik Pengumpulan Data... 39

F. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 44

A. Hasil Penelitian... 44

B. Pembahasan... 54

C. Usulan Program Konseling Kelompok... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan... 69

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA... 72

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa... 28

Tabel 2 : Skoring Kuesioner... 30

Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying (Sebelim uji coba)... 31

Tabel 4 : Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid... 35

Tabel 5 : Kriteria Guilford... 37

Tabel 6 : Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying (Setelah Uji Coba)... 38

Tabel 7 : Norma Kategorisasi Subyek Penelitian... 41

Tabel 8 : Kategorisasi Korban Bullying... 42

Tabel 9 : Tingkat Intensitas Korban Bullying... 44

Tabel 10: Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Kelas... 46

Tabel 11: Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin... 48

Tabel 12: Tingkat Intensitas Aspek Korban Bullying... 50

Tabel 13: Identitas Korban Bullying... 51

Tabel 14: Analisis Aspek 6 Korban Bullying ... 51

(20)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 : Tingkat Intensitas Korban Bullying... 45

Diagram 2 : Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Kelas... 47

Diagram 3 : Tingkat Intensitas Korban Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin... 49

Diagram 4 : Analisis Aspek Intrumen Korban Bullying... 50

Diagram 5 : Analisis Aspek Intrumen 6 Korban Bullying... 52

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Hasil Uji Validitas

Lampiran 2 : Data Hasil Reabililitas Kuesioner

Lampiran 3 : Tabulasi Skor Kuesioner

Lampiran 4 : Data Perasaan Siswa Ketika Dibullying

Lampiran 5 : Data Hal-hal yang Dilakukan Siswa Ketika Dibullying

Lampiran 6 : Kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying

Lampiran 7 : Surat Pengantar Uji Coba Penelitian

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Maraknya kasus bullying akhir-akhir ini menambah daftar panjang pemasalahan pendidikan di Indonesia. Perilaku bullying sering terjadi di lingkungan sekolah. Bullying adalah tindakan atau perilaku mengancam yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang terhadap orang lain yang

umumnya lebih rendah atau lemah dari pelaku. Korban bullying biasanya teman yang dianggap lemah atau rendah oleh pelaku. Seseorang bisa

dikatakan sebagai korban bullying apabila mengalami perlakuan yang negatif baik fisik maupun psikis yang terjadi sekali maupun berulang kali.

Bullying biasanya identik dengan remaja. Santrock (2007) mendefinisikan masa remaja sebagai suatu periode transisi perkembangan

antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan

perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja

adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.

Dalam Sejiwa (2008) disebutkan bahwa National Institute for Children and Human Development (NICHD) memaparkan hasil surveinya di majalah

(23)

sekolah negeri maupun swasta di Amerika Serikat. Kemudian pada tahun

2001 Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengeluarkan hasil statistika

yang mencengangkan bahwa 77% pelajar Amerika Serikat mengalami

bullying baik secara fisik, verbal, maupun mental. Ini berarti 1 dari 4 anak di negeri itu telah mengalami bullying.

Pada tanggal 28 April 2006, SEJIWA melaksanakan survey pada

workshop antibullying yang dihadiri oleh 250-an peserta. Hasilnya 94,9% peserta yang hadir menyatakan bahwa bullying memang terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia (SEJIWA, 2008).

Tahun 2012 sudah banyak terjadi kasus bullying di lingkungan sekolah. Tawuran antar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta

menyebabkan dua korban terluka dan satu korban terkena luka bacok di

bagian dada. Satu dintara tiga pelajar malang itu sempat dilarikan ke Rumah

Sakit Muhammadiyah, tapi nyawanya tak tertolong. Sedangkan korban luka,

satu luka di pelipis, satu lagi luka kecil di jari tangan (tempo.com).

Bullying adalah penghambat besar bagi seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Korban bullying tidak mendapat rasa aman dan nyaman sehingga membuat korban bullying merasa terintimidasi, takut, rendah diri, sulit berkonsentrasi, dan prestasi akademisnya menurun. Korban

bullying juga akan merasa kehilangan rasa percaya diri terhadap lingkungan yang banyak menyakiti dirinya.

(24)

mengakhiri hidupnya. Selain itu, ada pula korban bullying yang tetap melanjutkan hidupnya namun harus menanggung luka batin. Korban bullying

biasanya cenderung menutup diri dan lebih banyak diam.

Mayoritas dari korban bullying tidak melaporkan perilaku bullying

kepada guru maupun orang tua dan memilih untuk diam. Hal ini dikarenakan

korban bullying berpikir belum tentu dengan melapor kepada guru atau orang tua permasalahan bullying akan selesai. Akan tetapi, sikap diam korban

bullying akan mengakibatkan pelaku bullying berpikir bahwa ia kuat dan berkuasa.

Selain sikap diam korban bullying bisa jadi korban bullying telah mempunyai sistem nilai, misalnya jika mengadukan orang lain bukanlah

sikap yang pemberani. Bagi korban bullying, lebih baik menanggung beban penderitaan ini sendiri daripada melanggar nilai yang sudah ia pegang.

Apalagi jika ia percaya bahwa hinaan dan cercaan yang diterimanya memang

pantas ia terima, kerena memang ia penakut, bodoh, dan tidak populer.

Korban bullying justru tidak sadar bahwa ia telah merusak dirinya dengan menyimpan kesedihan dan kepedihan tanpa berusaha membagi atau

mengobatinya bersama dengan orang lain.

Sikap-sikap keliru seperti inilah yang harus diselesaikan agar korban

bullying dapat sembuh dari luka-luka yang dialaminya baik fisik maupun batinnya. Apabila hal ini dibiarkan dan berlarut-larut maka sesuatu yang tidak

(25)

saja hal ini harus kita hindarkan karena bisa merusak masa depan dan

kebahagiaan korban bullying.

Upaya untuk membantu korban bullying membutuhkan banyak waktu untuk mengorek informasi. Korban bullying cenderung pendiam dan menutup dirinya karena tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain mengenai apa

yang terjadi pada dirinya. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk

membantu menangani korban bullying salah satunya yaitu konseling kelompok. Dalam konseling kelompok orang-orang yang teridentifikasi

menjadi korban bullying dikumpulkan agar mereka dapat menceritakan apa yang mereka rasakan secara terbuka. Biasanya orang akan mau bercerita jika

merasa mendapat perlakuan yang sama dan merasa senasib.

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis,

yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses ini

mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan

secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai seluruh

perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling

pengertian dan saling mendukung.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul “Deskripsi Tingkat Intensitas Korban

Bullying pada Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya terhadap Penyusunan Program Konseling

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, maka peneliti merasa tertarik

untuk mengetahui :

1. Seberapa tinggikah tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013?

2. Siswa-siswa mana yang teridentifikasi masuk dalam kategori tinggi

intensitas korban bullying untuk dijadikan kelompok konseling yang mendapatkan layanan konseling kelompok?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

17. Mengetahui seberapa tinggi tingkat intensitas korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

18. Mengidentifikasi siswa-siswa yang termasuk dalam kategori intensitas

tinggi korban bullying untuk dijadikan kelompok yang mendapatkan layanan konseling kelompok..

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini menjadi informasi tentang bullying untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang konsep atau teori

(27)

2. Manfaat Praktis

a. Kepala Sekolah

Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bagi Kepala

Sekolah mengenai korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Dengan informasi ini, diharapkan

kepala sekolah dapat mengupayakan langkah-langkah yang tepat

dalam usaha pencegahan perilaku bullying.

b. Guru SMP Kanisius Pakem Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai korban bullying dan membantu guru memahami korban

bullying di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta sehingga dapat meminimalkan dampak yang terjadi pada korban bullying.

c. Subyek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu subyek penelitian

untuk mengetahui dampak yang terjadi akibat dari perilaku bullying

sehingga mereka dapat menghindari perilaku bullying di sekolah. d. Peneliti

Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti untuk tugas selanjutnya

dalam pendampingan siswa khususnya di sekolah.

e. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan model

(28)

E. Definisi Operasional

1.Korban bullying adalah seseorang atau sekelompok siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang dianggap lemah oleh seseorang atau

sekelompok siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta yang merasa kuat

dan sering menjadi sasaran penganiayaan atau penindasan baik dalam

bentuk fisik, verbal dan psikologis atau mental pada tahun ajaran

2012/2013.

2.Konseling kelompok adalah suatu proses interaksi antar pribadi para siswa

SMP Kanisius Pakem Tahun Yogyakarta Ajaran 2012/2013 yang

dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses

ini mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan

perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri

mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya,

saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung.

3.Siswa adalah peserta didik yang dijadikan sampel penelitian, yaitu siswa

(29)

8

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini diuraikan mengenai perilaku bullying meliputi: arti bullying, jenis perilaku bullying, faktor-faktor penyebab bullying, pelaku bullying, korban

bullying, dan mengenai siswa SMP meliputi pengertian remaja, karakteristik remaja, tugas perkembangan remaja, serta mengenai konseling kelompok meliputi

pengertian konseling kelompok, tujuan konseling kelompok, manfaat konseling

kelompok, jenis-jenis pendekatan dalam konseling kelompok, tahap-tahap

konseling kelompok, aturan utama konseling kelompok.

A. Perilaku Bullying

1. Pengertian Bullying

Istilah bullying diilhami dari kata bull (Bahasa Inggris) yang berarti

“banteng” yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut

bully. Menurut Ken Rigby (dalam Astuti, 2008:3) bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini ditunjukan ke dalam aksi,

menyebabkab seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung

oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab,

biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.

Dalam SEJIWA (2008), bullying didefinisikan sebagai situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat di sini tidak

hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat mental. Dalam

(30)

karena lemah secara fisik dan atau mental. Misal seorang siswa

mendorong bahu temannya dengan kasar. Bila siswa yang didorong

merasa terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan

berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Bila siswa yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut belum dapat

dikatakan bullying (SEJIWA,2008:2).

2.Jenis perilaku Bullying

Dalam SEJIWA (2008), disebutkan ada beberapa jenis dan wujud

bullying, tapi secara umum praktik-praktik bullying dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Bullying Fisik

Bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapa pun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying

dan korbannya. Contoh-contoh bullying fisik antara lain: (1) menampar; (2) menimpuk; (3) menginjak kaki; (4) menjegal; (5)

meludahi; (6) memalak; (7) melempar dengan barang; (8)

menghukum dengan berlari lapangan, (9) menghukum dengan cara

push up; (10) menolak. b. Bullying Verbal

(31)

mempermalukan diri di depan umum; (6) menuduh; (7) menyoraki;

(8) menebar gosip; (9) memfitnah; (10) menolak

c. Bullying Mental

Bullying mental atau psikologis adalah jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita

jika kita tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan di luar radar pemantauan kita. Contohnya yaitu: (1)

memandang sinis; (2) memandang penuh ancaman; (3)

mempermalukan di depan umum, (4) mendiamkan; (5) mengucilkan;

(6) mempermalukan; (7) meneror lewat pesan pendek telepon

genggam atau e-mail; (8) memandang yang merendahkan; (9)

memelototi; (10) mencibir.

3.Faktor-faktor Penyebab Bullying

Kartini Kartono, 2006, menyebutkan Ada dua faktor penyebab

bullying yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal atau faktor endogen berlangsung lewat proses

internalisasi-diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi lingkungan di sekitarnya dan semua pengaruh dari

luar. Tingkah laku mereka itu merupakan reaksi yang salah atau

irasional dari proses belajar, dalam bentuk ketidakmampuan

(32)

Anak-anak remaja itu melakukan mekanisme pelarian diri dan tidak

irasional dalam wujud:

1) Balas dendam

2) Mencari perhatian

3) Ingin diakui

4) Ingin terkenal

5) Menutupi kekurangan diri

6) Ingin menunjukan eksistensi diri

b.Faktor eksternal

Faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah

semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah

laku tertentu pada anak-anak remaja, misalnya:

1) Faktor keluarga

a) Keluarga tidak harmonis

b) Sering mendapat perlakuan kasar di rumah

2) Faktor lingkungan sekitar

a) Sering berkelahi

b) Bermusuhan

c) Ikut-ikutan teman

3) Faktor lingkungan sekolah

a) Sering mendapat perlakuan kasar di sekolah

(33)

4) Media

a) Pengaruh tayangan televisi yang negatif

b) Membaca dimedia cetak

4. Pelaku Bullying

Pelaku bullying adalah sang agresor, sang provokator, sekaligus inisiator situasi bullying. Pelaku bullying umumnya seorang anak atau murid yang berfisik besar dan kuat. Namun, tidak jarang pula pelaku

bertubuh kecil tapi memiliki dominasi yang besar di kalangan

teman-temannya. Pelaku bullying mempunyai kekuatan dan kekuasaan diatas korbannya.

Pelaku bullying umumnya juga temperamental. Mereka

melakukan bullying terhadap orang lain sebagai pelampiasan kekesalan dan kekecewaan. Akan tetapi, tidak semua pelaku bullying

melakukannya sebagai kepercayaan diri yang begitu tinggi dan

sekaligus dorongan untuk selalu menindas dan menggencet anak yang

lemah. Ini disebabkan karena mereka tidak pernah dididik untuk

memiliki empati terhadap orang lain, untuk merasakan perasaan orang

lain yang mengalami siksaan dan aniaya (SEJIWA, 2008).

5. Korban Bullying

Dalam SEJIWA (2008) dijelaskan, bullying tidak mungkin terjadi hanya dengan adanya pelaku bullying. Harus ada korban yang menjadi sasaran penganiayaan dan penindasan. Beberapa ciri yang bisa

(34)

a. Berfisik kecil, lemah

b. Berpenampilan lain daripada biasa

c. Sulit bergaul

d. Siswa yang rendah kepercayaan dirinya

e. Anak yang canggung (sering salah

bicara/bertindak/berpakaian)

f. Anak yang memiliki aksen berbeda

g. Anak yang dianggap menyebalkan dan menantang bully

h. Cantik/ganteng, tidak cantik/tidak ganteng

i. Anak orang tak punya/orang kaya

j. Kurang pandai

k. Anak yang gagap

l. Anak yang dianggap argumentatif terhadap bully

Pelaku bullying biasanya dengan mudah bisa mengendus calon

korbannya. Pada pertemuan pertama, pelaku bullying akan

melancarkan aksinya terhadap sang korban. Sang korban umumnya

tidak berbuat apa-apa dan membiarkan saja perilaku bullying

berlangsung padanya, karena ia tidak memiliki kekuatan untuk

membela diri atau melawan. Hal ini, justru membuat pelaku bullying “di atas angin”, dan memberinya peneguhan bahwa ia telah

menemukan korban yang tepat. Ia pun akan meneruskan aksinya

terhadap sang korban srtiap kali mereka bertemu. Dengan demikian,

(35)

Korban bullying bukanlah sekedar pelaku pasif dari situasi

bullying. Ia turut berperan serta memelihara dan melestarikan situasi

bullying dengan situasi diam. Rata-rata korban bullying tidak melaporkan kepada orang tua dan guru bahwa mereka telah dianiaya

atau ditindas anak lain di sekolahnya.

Sikap diam sang korban tentunya beralasan. Alasan yang utama,

mereka berpikir bila melaporkan kegiatan bullying yang menimpanya tidak akan menyelesaikan masalah. Diamnya sang korban juga

umumnya dilandasi keyakinan bahwa baik orang tua maupun guru

tidak mampu menangani situasi bullying. Pelaku bullying juga tidak akan segan-segan mengancam korbannya jika berani melapor. Maka

menurut para korban bullying, mendiamkan perilaku bullying adalah pilihan yang baik.

Namun demikian, akibat bullying pada diri korban timbul perasaan-perasaan tertekan oleh karena pelaku menguasai korban.

Bagi korban, kondisi seperti ini menyebabkan dirinya mengalami

kesakitan fifik dan psikologis, kepercayaan diri (self esteem) yang merosot, malu, trauma, tak mampu menyerang balik, merasa sendiri,

serba salah, dan takut sekolah (school phobia), dimana ia merasa tak ada yang menolong. Dalam kondisi selanjutnya ditemukan bahwa

korban kemudian mengasingkan diri dari sekolah, atau menderita

(36)

6. Dampak Bullying

Dalam SEJIWA (2008:9), disebutkan bahwa beberapa surat kabar

yang memberitakan bunuh diri dikalangan anak dan remaja antara

tahun 2002-2005, terdapat sekitar lima kasus tindakan atau percobaan

bunuh diri itu telah menjadi korban bullying.

Duane Alexander, M.D., Direktur institut Nasional Kesehatan

Anak dan Perkembangan Manusia atau National Institute for Children and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat, menjelaskan,

Bullying adalah masalah kesehatan publik yang patut mendapat

perhatian. Orang-orang yang menjadi korban bullying semasa kecil, kemungkinan besar akan menderita depresi dan kurang percaya diri

dalam masa mendatang. Sementara pelaku bullying, kemungkinan besar akan terlibat dalam tindak kriminal di kemudian hari.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Santrock (2007) mendefisikan masa remaja sebagai suatu periode

transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa,

yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan

sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki

masa dewasa.

WHO (dalam Sarwono, 2007:9), mengartikan remaja adalah suatu

masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan

(37)

seksual; individu mengalami perkembangan psikologis dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; terjadi peralihan dari

ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif

lebih mandiri.

2.Karakteristik Perkembangan Remaja

Menurut Desmita (2009), masa remaja (12-21 tahun) merupakan

masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan

orang dewasa. Masa remaja sering dikenal juga dengan masa pencarian

jati diri (ego idenity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya,

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita

dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,

c. Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara

efektif,

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya,

e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan

minat dan kemampuannya,

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup

berkeluarga dan memiliki anak,

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

(38)

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial,

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman

dalam bertingkah laku,

j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan

religiositas.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Yusuf, 2010 mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja

sebagai berikut:

a. Menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara efektif.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya.

c. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.

d. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan.

e. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang perlu

bagi kompetensi sebagai warga negara.

4.Perubahan Sosial Remaja

Menurut Hurlock (1980) salah satu tugas perkembangan remaja

tersulit adalah hubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus

menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya

belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar

lingkungan keluarga dan sekolah. Demi mencapai tujuan dari pola

(39)

Yang paling penting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan

meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku

sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi

persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan

nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

a. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan

teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti

bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,

minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh

keluarga.

b. Perubahan dalam perilaku sosial

Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku

sosial, yang paling menonjol terjadi di bidang hubungan

heteroseksual. Pada waktu singkat remaja mengadakan perubahan

radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi

lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis.

c. Pengelompokan sosial baru

Geng pada masa kanak-kanak berangsur-angsur bubar pada masa

puber dan awal masa remaja ketika minat individu beralih dari

kegiatan bermain yang melelahkan menjadi minat pada kegiatan

sosial yang lebih formal dan kurang melelahkan. Maka terjadi

(40)

lebih besar dan tidak terlampau akrab dibandingkan dengan

pengelompokan anak perempuan yang kecil dan terumus secara pasti.

d. Nilai baru dalam memilih teman

Para remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan

kemudahannya ental di sekolah atau di lingkungan tetangga. Remaja

menginginkan teman yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama,

yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang

kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas

hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan guru atau orang tua.

e. Nilai baru dalam penerimaan sosial

Remaja mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak

menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti klik,

kelompok besar atau geng. Nilai ini terutama didasarkan pada nilai

kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota

kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai standar yang

sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.

f. Nilai baru dalam memilih pemimpin

Remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili

mereka dalam masyarakat, mereka menginginkan pemimpin yang

berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh

(41)

C. Konseling Kelompok

1. Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis,

yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses ini

mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan

perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri

mengenai seluruh perasaan mendalam yang dialami, saling percaya,

saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung (Winkel dan

Hastuti, 2004).

Konseling kelompok merupakan pengalaman edukatif yang di

dalamnya para siswa bekerjasama untuk mengeksplorasi gagasan, sikap,

perasaan, dan perilaku yang berkaitan dengan perkembangan dan

kemajuan di sekolah.

Proses konseling kelompok berjalan dengan cara setiap anggota

mengungkapkan diri, mendengarkan secara cermat, dan memberikan

masukan satu sama lain. Pokok permasalahan yang dibahas sering kali

mirip dengan aktivitas edukatif yang lain, misalnya aktivitas perwalian

atau bimbingan kelompok. Perbedaannya adalah konseling kelompok

lebih menekankan pengalaman personal secara mendalam.

2. Tujuan Konseling Kelompok

Pada literatur profesional mengenai konseling kelompok,

sebagaimana tampak dalam karya Erle M. Ohlsen (1977), Don C.

(42)

(Dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004), dapat ditemukan sejumlah tujuan

umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk konseling kelompok

sebagai berikut:

a. Masing-masing konseli memahami dirinya dengan lebih baik dan

menemukan dirinya sendiri.

b. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama

lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase

perkembangan mereka.

c. Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan

mengarahkan hidupnya sendiri.

d. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan

lebih mampu menghayati perasaan orang lain.

3. Manfaat Konseling kelompok

Menurut Winkel dan Hastuti (2004), bagi siswa dan mahasiswa,

konseling kelompok dapat bermanfaat sekali karena melalui interaksi

dengan semua anggota kelompok mereka memenuhi beberapa kebutuhan

psikologis, seperti kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan

teman-teman sebaya dan diterima oleh mereka; kebutuhan untuk bertukar

pikiran dan perasaan; kebutuhan menemukan nilai-nilai kehidupan

sebagai pegangan; dan kebutuhan untuk menjadi lebih independen serta

lebih mandiri. Pada suasana konseling kelompok mereka mungkin

(43)

hadapi daripada dalam konseling individual; lebih rela menerima

sumbangan pikiran dari seseorang rekan konseli atau dari konselor yang

memimpin kelompok daripada mereka berbicara dalam konseling

individual; lebih bersedia membuka isi hatinya bila menyaksikan bahwa

rekannya tidak malu-malu untuk berbicara jujur dan terbuka.

4.Jenis-jenis Pendekatan dalam Konseling Kelompok

Konseling kelompok mencakup tiga jenis pendekatan, yaitu:

a. Crisis-centered (berpusat pada krisis)

Crisis-centered memusatkan perhatian pada permasalahan-permasalahan yang mendesak. Crisis-centered berusaha menanggapi peristiwa atau situasi yang harus diselesaikan dengan segera. Crisis-centered terbentuk sebagai akibat dari situasi atau peristiwa yang kritis. Seandainya kelompok sudah bertemu dan sudah berhasil

membangun relasi yang dekat, situasi krisis bisa dengan mudah

diproses dalam konteks kelompok problem-centered atau growth-centered.

Kemungkinan kasus yang bisa ditangani melalui crisis-centered

sangat luas. Misalnya konflik antar kelompok siswa, konflik dalam

kelompok ekstrakurikuler, konflik karena perbedaan suku, dan lain

sebagainya. Termasuk di sini adalah krisis akademik.

b. Problem-centered (berpusat pada masalah)

Kelompok konseling problem-centerd juga memusatkan

(44)

demikian, sifat permasalahan yang dihadapi biasanya tidak sampai

menimbulkan krisis. Permasalahan yang dialami tidak sampai

melibatkan derajat emosi tinggi seperti halnya dalam crisis-centered. Konseling kelompok problem-centered sering kali merupakan kelanjutan dari crisis-centered.

Konseling kelompok problem-centered juga biasa digunakan untuk mendiskusikan permasalahan dalam kaitan dengan tindakan

preventif. Tujuan konseling problem-centered secara umum adalah menangani keprihatinan atau situasi yang membuat para siswa

merasa tidak nyaman dan tidak senang. Permasalahan tersebut dirasa

mengganggu siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah, misalnya

peningkatan nilai akademis; memecahkan kesulitan relasi dengan

guru atau teman; memilih karier; menangani stress; menjalin relasi

yang baik dengan orang tua; menghadapi tekanan dari teman;

menghindari penyalahgunaan dari obat terlarang dan alkohol. Dalam

konseling kelompok problem-centered konfrontasi dan pertanyaan untuk memperjelas situasi menjadi sangat penting.

c. Growth-centered (berpusat pada perkembangan)

Growth-centered berpusat pada perkembangan personal dan sosial para siswa. Alasan pembentukan growth-centered bukan semata-mata karena sebuah krisis atau permasalahan khusus.

Kelompok bisa menggunakan kesempatan untuk belajar mengenai

(45)

assertive, dan lain sebagainya. Konseling kelompok growth-centered

didesain untuk semua siswa dengan memperhatikan kebutuhan dan

minat umum orang muda dalam berbagai tahap perkembangan

hidup.

Growth-centered berusaha memberikan kesempatan bagi para siswa untuk saling berbicara mengenai keprihatinan khusus yang

berkaitan dengan perkembangan pribadi mereka. Dengan demikian,

para siswa tidak perlu menunggu sampai permasalahan

perkembangan muncul. Topik yang sering kali dibahas antara lain

adalah: menerima tanggung jawab, mengubah perilaku yang tidak

efektif, belajar berkomunikasi secara efektif, menentukan tujuan

bersama, dan belajar problem solving.

5.Tahap-tahap Konseling Kelompok

Tahap-tahap konseling kelompok terdiri dari:

a. Membangun keterlibatan

Maksud dasar membangun keterlibatan adalah membantu setiap

anggota untuk menjelaskan alasan mereka bergabung di dalam

kelompok, membantu supaya anggota kelompok saling mengenal

lebih dekat, dan menciptakan suasana saling percaya dan diterima.

b. Transisi

Kelompok mulai berpikir bagaimana gagasan dan perasaan

secara mendalam. Pada tahap transisi kerangka dan pemahaman

(46)

memperhatikan resistansi diri yang mungkin muncul; menangani

berbagai sikap mempertahankan diri dan kecemasan; dan mendorong

supaya setiap anggota sungguh-sungguh saling memperhatikan.

Apabila proses berjalan dengan efektif, kelompok akan semakin

mengalami kedekatan dan rasa sense of belonging. c. Tahap bekerja

Kelompok mulai lebih memahami bagaimana jalannya konseling

dan aturan kelompok. Mereka semakin merasakan adanya keyakinan

dan kemantaban dalam kelompok. Dorongan untuk memberikan dan

menerima masukan semakin mendalam. Mereka sungguh belajar

satu sama lain. Mereka menyingkap berbagai jalan untuk mengambil

tindakan bertanggung jawab atas permasalahan dan proses

perkembangan yang dijalani. Perhatian dan dukungan dari setiap

anggota adalah sangat penting. Ini adalah proses yang sangat

mendalam sebab pada saat inilah kelompok sungguh belajar

mengenai diri mereka sendiri dan mengenai orang lain. Tahap ini

merupakan tahap yang sangat kaya dengan proses-proses emosi.

d. Pengakhiran

Setiap anggota berpikir dan menemukan bagaimana menerapkan

apa yang sudah dipelajari di dalam proses konseling. Mereka perlu

dibantu untuk mengintegrasikan pokok-pokok kesadaran yang

penting. Mereka perlu diberi peneguhan. Dukungan dan komitmen

(47)

6.Aturan utama konseling kelompok

Aturan dan kesepakatan diperlukan untuk membantu kelancaran

dan efektivitas proses konseling kelompok. Aturan dan kesepakatan

biasanya mencakup:

a. Satu orang berbicara, satu orang mendengarkan.

b. Dimungkinkan untuk lewat jika belum siap.

c. Apa yang diceritakan dalam kelompok adalah sesuatu yang bersigat

pribadi-hargai, hormati, jaga rahasia.

d. Angkat tangan apabila ingin bicara.

e. Mendengarkan dengan cermat dan penuh perhatian sehingga bisa

meningat apa yang sudah dibicarakan.

f. Tetap duduk di dalam kelompok.

g. Hindarkan hal-hal yang bisa mengganggu proses konseling: HP

(48)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, populasi, instrumen penelitian,

dan teknik analisis data yang digunakan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011),

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandasakan pada filsafat

positivisme. Penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif

pada umumnya dilakukan secara random. Pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Ditinjau dari pemaparan hasil, penelitian ini tergolong penelitian

deskriptif. Menurut Furchan (2005:415-418), penelitian deskriptif dengan

metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan

mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar

jumlahnya. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan tujuan untuk

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti

secara tepat.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Kanisius Pakem

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013. Jumlah kelas di SMP Kanisius Pakem

(49)

kelas VIII Kasih, kelas IX Berani, dan kelas IX Mandiri. Alasan memilih

SMP Kanisius Pakem Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena (1) SMP

Kanisius Pakem Yogyakarta mudah dijangkau oleh peneliti; (2) SMP

Kanisius Pakem Yogyakarta tidak mempunyai guru Bimbingan dan

Konseling; (3) siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tergolong remaja

dengan usia rata-rata 12-16 tahun.

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012-2013

Kelas Jumlah Total

Laki-Laki Perempuan

VII Jujur 13 13 26

VII Cerdas 13 12 25

VIII Disiplin 14 10 24

VIII Kasih 12 7 19

IX Berani 6 12 18

IX Mandiri 9 12 20

Jumlah Total 132

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.

1.Kuesioner

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Kuesioner Korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem,

Yogyakarta. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup. “Kuesioner

bentuk tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan

jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut” (Furchan, 2005 : 260).

Kuesioner yang disusun oleh peneliti memuat aspek-aspek korban

(50)

Indikator-indikator dan item-item yang terkandung dalam aspek-aspek tersebut

disesuaikan dengan korban siswa SMP.

2.Format Pernyataan

Instrumen penelitian mengacu pada skala likert dalam bentuk

checklist. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi peserta didik atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator variabel tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan

atau pertanyaan (Sugiyono, 2011: 134).

Pernyataan-pernyataan dalam skala memuat item-item pernyataan

yang bersifat positif (favorable). Pernyataan positif atau favorabel

merupakan konsep pernyataan yang sesuai atau mendukung

atribut/variabel yang diukur. Dalam hal ini, pernyataan favorabel yaitu pernyataan yang menggambarkan adanya tendensi korban bullying. Skala ini dilengkapi dengan empat alternatif jawaban. Alternatif jawaban

setiap item mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif

yang berupa kata-kata: sangat sering, sering, kadang-kadang, dan tidak

pernah.

3.Penentuan skor

Skoring untuk setiap jawaban dalam kuesioner dilakukan dengan

memberi nilai pada setiap alternatif jawaban. Skoring setiap pilihan

(51)

Tabel 2

Skoring/ Penilaian Kuesioner Korban Bullying

No Pernyataan Alternatif Jawabam Sangat

sering

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

1. Favorabel 4 3 2 1

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang

terdapat pada Kuesioner Korban Bullying dengan memilih salah satu alternatif jawaan yang telah disediakan menggunakan tanda centang ( ).

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada

masing-masing item. Dengan demikian dapat diketahui tendensi korban

bullying pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat intensitas korban bullying. Sebaliknya, semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin

rendah pula tingkat korban bullying.

4.Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen disusun berdasarkan bentuk-bentuk bullying.

Kisi-kisi item Korban Bullying pada Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 sebelum uji coba dapat dilihat pada

(52)

Tabel 3

Kisi-kisi Kuesioner Korban Bullying (Sebelum uji coba)

Jenis Korban Bullying Indikator Item

1. Bullying Fisik korban bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa tertangkap dengan indra

pendengaran manusia.

a. Mempunyai julukan 11, 34

b. Dibentak 9, 38, 43

c. Mendapat penghinaan 2, 39

(53)

D. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan valid apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur

yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar,

2012).

Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi

(content validity). Validitas isi adalah validitas yang menunjuk pada sejauh mana intrumen yang disusun mencerminkan isi yang dikehendaki.

Dalam penelitian ini, penyusunan instrumen didasarkan pada kisi-kisi

yang sesuai dengan aspek tujuan, bahan / deskripsi bahan, indikator dan

jumlah pernyataan tiap indikator (Furchan, 2005:295).

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada pertimbangan

yang dilakukan secara terpisah oleh ahli (expert judgment), guna menelaah setiap butir item pernyataan korban bullying, yang bertujuan agar setiap item pernyataan yang dibuat tepat dengan aspek tujuan,

bahan/deskripsi bahan, indikator dan jumlah pertanyaan per indikator,

sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro, 2009:339). Dalam

penelitian ini validitas isi diperiksa oleh Juster Donal Sinaga, M.Pd.,

selaku dosen pembimbing skripsi di Program Studi Bimbingan dan

(54)

M.Pd., memberi koreksi dan masukan untuk lebih memperhatikan

pernyataan dalam item. Pertama, membuat pernyataan item yang

favorabel saja sedangkan yang unfavorabel dihilangkan. Kedua,

menghilangkan kata yang bernuansa frekuensi pada pernyataan, misalnya

“teman-teman sering merusak peralatan sekolah saya”. Kata sering

sebaiknya dihilangkan saja sehingga menjadi “teman-teman merusak

peralatan sekolah saya”. Ketiga, memastikan pernyataan menunjukkan

tentang bullying.

Selain itu, validitas isi juga diperiksa oleh Drs. Th. Prapanca Hary,

M.Si. Beliau adalah dosen Psikologi Universitas Sarjanawiyata Taman

Siswa Yogyakarta dan dosen Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Drs. Th. Prapanca Hari, M.Si., memberi

koreksi dan masukan mengenai penulisan item dan tanda baca. Kata

“mempunyai” yang benar memunyai.

Pemeriksaan ini dilakukan guna menelaah kualitas konstruk secara

logis dari setiap butir item pernyataan kuisioner korban bullying siswa SMP yang disusun oleh peneliti. Pemeriksaan ini juga bertujuan agar

setiap item pernyataan yang dibuat secara logis tepat/sesuai dengan

konstruk kisi-kisinya (Nurgiyantoro, 2009:339).

Setelah mendapatkan penilaian ahli, kuesioner kemudian

diujicobakan pada siswa kelas VII SMP Joannes Bosco Yogyakarta, pada

tanggal 14 – 15 Maret 2013. Jumlah peserta didik yang mengisi

(55)

Bosco sebagai subjek uji coba penelitiaan adalah karakteristik pesera

didik sekolah tersebut relatif sama dengan subjek penelitian.

Data uji coba digunakan untuk melihat koefisien korelasi item

terhadap skor-skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam analisis konsistensi internal butir item adalah sebagai berikut:

XY

r =

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

Keterangan :

XY

r = korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir

N = jumlah subyek

X = skor sub total kuesioner

Y = skor total butir-butir kuesioner

XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Proses penghitungan dilakukan dengan cara memberi skor pada tiap

item dan menstabulasikan ke dalam data penelitian. Penghitungan

dilakukan dengan SPSS 16.

Pemilihan item berdasarkan korelasi item-total, biasanya digunakan

batasan ri ≥ 0,275. Semua item yang memiliki koefisien korelasi

minimal 0,275 dianggap memiliki daya diskriminasinya tinggi dan jika

kurang dari 0,275 diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi yang

(56)

SPSS 16 diperoleh 33 item yang memiliki koefesien korelasi ≥0, 275,

sedangkan 12 item <0,275. Item yang valid akan digunakan dalam

kuesioner Tingkat Intensitas Korban Bullying sedangkan item yang tidak valid tidak digunakan dalam Kuesioner Tingkat Korban Bullying. Pada tabel 4 akan disajikan tabel rincian item yang valid dan item yang tidak

valid:

Tabel 4

Jumlah Item-Item yang Valid dan Tidak Valid

(57)

Jenis Korban Bullying Indikator Item Valid Tidak

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat

mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu

(Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu

instrumen pengukuran adalah konsisten, keajegan atau tidak

berubah-ubah.

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan pendekatan

koefisien Alpha Cronbach (α). Penggunaan teknik analisis Alpha Cronbach ini didasarkan atas pertimbangan penghitungan reliabilitas skala diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya

sekali saja pada sekelompok responden atau single trial administration

(58)

α =

2[1-

S 2 2 S + 2 S

x i x

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah dihitung melalui program

komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Window, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrumen dengan

menggunakan rumus koefisien alpha (α), yaitu 0,928. Hasil perhitungan

dikonsultasikan ke kriteria Guilford. Kriteria Guilford dapat dilihat pada

tabel 5.

Tabel 5 Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 -1,00 Sangat Tinggi

0, 71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup Tinggi

1,21 – 0,40 Rendah

Negatif -0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria Guilford dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas

(59)

Kisi-kisi penelitian disusun berdasarkan bentuk bullying. Kisi-kisi tentang Tingkat Intensitas Korban Bullying pada Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Kisi-kisi Penelitian tentang Tingkat Intensitas Korban Bullying (Setelah uji coba)

Jenis Korban Bullying Indikator Item

1. Bullying Fisik korban bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa tertangkap dengan indra

pendengaran manusia.

a. Mempunyai julukan 25

b. Dibentak 8, 31

c. Mendapat penghinaan 2, 28

d. Menebar gosip 29

e. Menjadi bahan ejekan 15

(60)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Persiapan dan pelaksanaan

a. Mempelajari buku-buku tentang bullying.

b. Menyusun kuesioner tentang kemampuan mengelola emosi dengan

mengikuti beberapa langkah, yaitu:

1) Menetapakan dan mendefinisikan variabel penelitian, yaitu

tingkat korban bullying pada siswa SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

2) Menjabarkan variabel penelitian ke dalam aspek-aspek dan

indikator-indikatornya.

3) Menyusun item-item pernyataan sesuai dengan aspek dan

indikator yang sudah dibuat.

4) Melakukan expert judgment alat penelitian kepada dosen ahli.

5) Menguhubungi dan bertemu dengan Koordinator Sekolah dan

guru BK SMP Joannes Bosco Yogyakarta untuk meminta ijin

mengadakan uji coba alat penelitian penelitian.

6) Melaksanakan uji coba penelitian di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta pada sebagian siswa kelas VII.

7) Pengumpulan data uji empirik terhadap validitas dan

reliabilitas kuesioner uji coba.

8) Merevisi kuesioner dan mengkonsultasikan kepada dosen

pembimbing.

(61)

2. Tahap Pengumpulan Data

Kuesioner yang telah diujicobakan dan telah direvisi kemudian

dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan

data dilaksanakan pada siswa kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX

SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 pada

tanggal 4 dan 6 Mei 2013. Jumlah Peserta didik yang menjadi

subjek penelitian sebanyak 132 peserta didik. Penyebaran dan

pengawasan pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti dan

dibantu oleh beberapa teman.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data, yaitu:

1. Memberi skor pada setiap alternatif jawaban yang dipilih. Norma

skoring untuk pernyataan positif adalah: sangat sering = 4, sering = 3,

kadang-kadang = 2, tidak pernah = 1.

2. Mentabulasi data, menghitung skor total masing-masing responden

maupun item kuesioner dan skor rata-rata responden maupun rata-rata

butir.

3. Mengkategorisasikan korban bullying a. Kategorisasi skor subyek penelitian

Kategorisasi tingkat karakter subjek penelitian peserta didik

SMP Kanisius Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

Kategorisasi disusun berdasarkan distribusi normal dengan model

(62)

kategorisasi jenjang (ordinal) bertujuan menempatkan individu ke

dalam kelom-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu

kontinum berdasar atribut yang diukur.

Norma kategorisasi yang digunakan berpedoman pada norma

kategorisasi Azwar (2012: 147-148) dengan lima jenjang kategori

diagnosis yaitu, sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat

rendah. Norma kategorisasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel

7.

Tabel 7

Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian

Perhitungan Skor Keterangan

µ+ 1.5σ < X Sangat Tinggi

µ + 0.5 σ < X ≤ µ+ 1.5σ Tinggi

µ - 0.5 σ < X ≤ µ + 0.5 σ Sedang

µ- 1.5σ < X ≤ µ - 0.5 σ Rendah

X ≤ µ- 1.5σ Sangat Rendah

Keterangan:

X maksimum teoritik : skor tertinggi yang diperoleh subjek

penelitian dalam skala

X minimum teoritik : skor terendah yang diperoleh subjek

(63)

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran.

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan

minimum.

Kategori di atas digunakan untuk mengelompokkan tinggi rendah

korban bullying para peserta didik. Perhitungan dalam

penggolongan norma kategorisasi adalah sebagai berikut:

X maksimum teoritik : 4 x 33 = 132

X minimum teoritik : 1 x 33 = 33

Luas jarak : 132 – 33 = 99

σ (standar deviasi) : 99 / 6 = 16,5 dibulatkan menjadi 17

µ (mean teoritik) : (132+33) : 2 = 82,5 dibulatkan menjadi 83.

Setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan kategori skala.

Kategori skor dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Kategorisasi Korban Bullying Siswa SMP Kanisius Pakem Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategorisasi Keterangan

µ+ 1.5σ < X X > 109 Sangat Tinggi

µ + 0.5 σ < X ≤ µ+ 1.5σ 92 – 109 Tinggi

µ - 0.5 σ < X ≤ µ + 0.5 σ 74 – 92 Sedang

µ- 1.5σ < X ≤ µ - 0.5 σ 57 – 74 Rendah

(64)

Keterangan:

1. Kategori sangat tinggi : siswa yang masuk dalam kategori

sangat tinggi adalah siswa yang menjadi korban bullying

dengan intensitas sangat tinggi.

2. Kategori tinggi : siswa yang masuk dalam kategori tinggi

adalah siswa yang menjadi korban bullying dengan

intensitas tinggi.

3. Kategori sedang : siswa yang masuk dalam kategori sedang

adalah siswa yang menjadi korban bullying dengan

intensitas sedang.

4. Kategori rendah : siswa yang masuk dalam kategori rendah

adalah siswa yang menjadi korban bullying dengan

intensitas rendah.

5. Kategori sangat rendah : siswa yang masuk dalam kategori

sangat rendah adalah siswa yang menjadi korban bullying

Gambar

Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta
tabel di halaman selanjutnya.
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Korban
Tabel 4 Jumlah Item-Item yang Valid dan Tidak Valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

kerja, oleh karena itu kami memohon bapak/ibu dapat presentasi lowongan kerja dan pengisian. stand perusahaan

Jenis vegetasi di sekitar lubang sarang bertelur burung Maleo ( Macrocephalon maleo ) Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa

Based on the several studies above can be stated that the project-based learning that is integ- rated with e-learning can give students the oppor- tunity to broaden their knowledge

Perencanaan internal meliputi: (a) aktivitas riset yang dalam hal ini tentu berupa riset awal dengan berusaha menganalisis sejarah dan fakta tentang subjek yang akan dipublikasikan,

signiikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapatkan pembelajaran IPA konvensional, sedangkan pada sekolah kategori rendah capaian cross disciplinary knowledge

Perlunya penelitian kemampuan guru kimia SMA lulusan UNY dalam menyusun perangkat pembelajaran berbasis higher order thinking skill.. Jurnal Inovasi Pendidikan

Dengan menggunakan aplikasi Microsoft Visual Basic 6.0 dan Microsoft Access diharapkan dapat membantu mempercepat, mempermudah proses penginputan data dan penyimpanan data

(2) Telah terjalin hubungan baik yang berlangsung dalam jangka waktu lama antara para agen dan kompetitor, seperti pemberian bonus serta berbagai macam potongan harga yang