• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara dengan baik, biasanya kegiatan komunikasi tersebut akan mengalami hambatan atau gangguan. Berbicara meruapakan aktivitas sehari-hari yang sangat vital bagi kesuksesan setiap orang. Sangat vital karena dengan berbicara, kita dapat memotivasi orang lain, menyampaikan ide, mendapat banyak penghargaan dari orang lain, mempengaruhi orang lain, bahkan dapat melejitkan karir. Melalui berbicara seseorang akan mengetahui dirinya sendiri dan orang lain. Kegiatan berkomunikasi dapat mencakup kegiatan bertanya, bercerita, bertelepon, berdiskusi, dan berwawancara. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat perlu untuk dipelajari agar kegiatan berkomunikasi dapat tercapai dengan baik.

Terdapat empat keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini merupakan catur tunggal yang saling berkaitan dan akan saling mengisi, sesuai dengan pendapat Tarigan (1994:2) setiap keterampilan berbahasa itu erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beranekaragam. Keempat keterampilan itu pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal.

(2)

Ragam berbicara mencakup dua hal, (1) berbicara dimuka umum, dan (2) berbicara pada konfrensi. Dalam pembelajaran di sekolah nanti, siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berbicaranya di muka umum atau di depan kelas. Ini menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan, mengingat di kelas minat siswa berbicara, khususnya ketika hendak bertanya, menanggapi suatu masalah, dan mengemukakan pendapat masih terlihat kurang. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan variatif juga bisa menjadi salah satu faktor pendorong siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara, setiap guru harus mempersiapkan model pembelajaran yang tepat. Namun, model pembelajaran yang dipakai cenderung klasik. Tentu kendala ini tidak dapat dibiarkan, bagaimanapun sebagai guru ingin memperoleh hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran. Di samping penggunaan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran berbicara di sekolah mungkin saja terdapat beberapa siswa yang terampil dalam berbicara namun karena jarang digunakan tampil di depan umum atau di depan kelas sehingga siswa masih sering merasa malu dan takut.

Tarigan dalam Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa (1986:88) menyatakan “Keadaan pengajaran berbicara sejalan dengan pengajaran Bahasa Indonesia belum memuaskan, keterampilan berbicara dalam arti luas, para pelajar belum memadai. Kenyataan dalam diskusi, seminar, ataupun ceramah menunjukkan bahwa sebagian besar pesertanya diam, kurang bersuara. Kecakapan beradu argumentasi masih jauh dari memadai.”

Masalah yang dikemukakan oleh Tarigan ditemukan pada siswa di sekolah pada keterampilan berbicara dalam kegiatan berdiskusi. Kegiatan berdiskusi merupakan salah satu upaya dalam mengungkapkan gagasan, pikiran, dan

(3)

pendapat mengenai suatu masalah yang menjadi suatu topik diskusi. Kegiatan diskusi juga dilakukan untuk menyampaikan persetujuan dan sanggahan. Dalam kegiatan belajar mengajar kegiatan diskusi biasanya didominasi oleh salah satu siswa yang aktif berbicara, sedangkan siswa yang lainnya menjadi siswa yang pasif atau hanya menjadi pendengar saja. Tidak sedikit siswa yang merasa kurang mampu mengemukakan pendapat dalam diskusi karena malu, tidak berani, atau takut salah.

Setelah melakukan wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 26 Bandung, beliau memaparkan kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran berbicara, yaitu kurangnya variasi dalam menyampaikan materi dan kurangnya motivasi siswa serta keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat, gagasan, serta idenya. Masalah yang dihadapi siswa beragam mulai dari siswa yang memahami isi pembicaraan atau topik, tetapi mereka kurang aktif dalam mengemukakan pendapat di hadapan siswa lain, sampai dengan kurang memahami isi topik pembicaraan dalam diskusi sehingga siswa merasa takut salah dalam mengungkapkan pendapat. Akan tetapi, ada juga siswa yang kurang memahami isi pembicaraan, tetapi siswa mampu dalam mengungkapkan pendapat, gagasan, serta idenya. Ada beberapa siswa yang masih ragu dan malu ketika mengungkapkan gagasan dan pendapatnya saat diskusi. Kadang beberapa siswa tampak enggan berbicara untuk mengungkapkan suatu pendapat dan mereka memilih diam karena merasa takut salah. Seharusnya guru memperhatikan beberapa faktor untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan diantaranya; merumuskan tujuan, menggunakan strategi, model atau metode

(4)

pembelajaran yang sesuai, melaksanakan program pembelajaran, mengenal kemampuan anak didik, dan menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran mencapai hasil yang maksimal.

Berdasarkan kenyataan yang ada, penulis ingin mengadakan penelitian dengan menerapkan suatu model pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran diskusi. Penulis ingin menerapkan model pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton dan memotivasi siswa dalam mengungkapkan pendapat, gagasan, serta ide. Banyak pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran diskusi.

Kini, pembelajaran diskusi tidak hanya sekedar membentuk kelompok yang homogen, klasik, dan monoton yang hanya menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan diskusi yang akhirnya kegiatan diskusi menjadi pasif dan siswa mengalami kejenuhan.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, bahwa telah ada penelitian yang serupa. Namun, pada penelitian sebelumnya model pembelajaran terfokus pada salah satu teknik saja. Salah satunya yaitu skripsi yang ditulis oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang bernama Regi Afrialia yang melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII E di SMP Negeri 15 Bandung tahun Ajaran 2008/2009) ”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

(5)

Berdasarkan pernyataan yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model pembelajaran cooperative learning. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan

sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Peneliti menggunakan model cooperative learning dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas karena model pembelajaran ini mempunyai beberapa keunggulan. Jarolimekdan Parker (1993) dalam Isjoni (2007:24) mengatakan ada beberapa keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran menggunakan model ini, diantaranya (1) saling ketergantungan yang positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (5) terjadinya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, (6) memiliki banyak kesempatan untuk mngekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Melalui model cooperative learning siswa diharapkan akan terlatih untuk menuangkan dan mengungkapkan pikirannya dalam kegiatan berdiskusi, serta dapat melatih siswa untuk berani berbicara di depan umum atau kelompok lainnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini diberi judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Diskusi dengan Menggunakan Model Pembelajaran

(6)

Cooperative learning (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas IX B

SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011).” Semoga penulisan ini dapat memberikan suatu pemecahan masalah tentang keterampilan berbicara siswa di sekolah. Model pembelajaran ini juga diharapkan akan melatih siswa untuk menuangkan dan mengungkapkan pikirannya dalam belajar berkelompok.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil latar belakang, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut.

1) Kurangnya keterampilan berbicara siswa di kelas.

2) Penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik minat siswa sehingga pembelajaran sering didominasi oleh beberapa siswa saja.

3) Keterampilan berbicara di depan kelas atau di depan kelompok lain harus ditingkatkan dengan merangsang siswa dengan model pembelajaran.

1.3 Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut.

1) Penelitian fokus pada keterampilan berbicara dalam pembelajaran diskusi.

2) Metode yang digunakan adalah model pembelajaran cooperative learning.

3) Sasaran penelitian ini yaitu siswa kelas IX B SMP Negeri 26 Bandung.

(7)

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut.

1) Bagaimana perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam diskusi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning?

2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam diskusi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning?

3) Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara dalam diskusi dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.

2) Mendeskripsikan secara rinci pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.

3) Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning.

(8)

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan peneliti. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut.

a. Manfaat teoretis

Dalam dunia pengajaran dapat memberikan sebuah model pembelajaran yang dapat dijadikan referensi untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

b. Manfaat praktis.

1) Bagi peneliti, sebagai calon guru Bahasa Indonesia diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam kegiatan pembelajaran berbicara. Ini diharapkan sebagai langkah awal untuk lebih memahami permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas khususnya pada ketarampilan berbicara dalam berdiskusi.

2) Bagi guru, khususnya guru kelas IX B SMP Negeri 26 Bandung model ini diharapkan dapat memberikan masukan atau alternatif dalam keterampilan berbicara khusus dalam berdiskusi .

3) Bagi siswa, model ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa kelas IX B yang menjadi kelas penelitian tindakan untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbicara siswa agar lebih berani dalam mengungkapkan gagasan, ide, atau pendapat.

(9)

1.7 Definisi Operasional

1) Keterampilan berbicara mengandung arti siswa mampu menyampaikan pesan melalui bahasa lisan dari pembicara kepada lawan bicara. Dalam hal ini keterampilan berbicara juga merupakan kesanggupan atau kecakapan berbicara siswa dalam diskusi, sehingga siswa mampu berbicara baik di dalam maupun di luar kelas dalam mengungkapkan pikiran, gagasan, dan peraasaan.

2) Model Pembelajaran cooperative learning merupakan suatu pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk belajar dalam suatu kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen), sehingga siswa dapat belajar tidak hanya dengan guru saja, tetapi dengan teman sebaya pun mereka dapat melakukan pembelajaran.

3) Pembelajaran diskusi mengandung arti suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah mengenai topik yang telah diangkat. Untuk mendapatkan suatu kesepakatan dalam proses diskusi diharapkan siswa dapat aktif mengungkapkan ide, gagasan, maupun sanggahan dalam proses pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Dinamika Orang Karo Budaya dan Modernisme, Tarigan, 2008: Kesenian merupakan satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Karo, salah satunya seperti tarian-tarian,

Poor 0 -10 Teks kurang dari 100 kata, banyak terdapat kesalahan tata bahasa dan mekanik, pemakaian kosa kata yang tidak tepat dan sulit dipahami, tidak akurat/tidak sesuai

26 Juang Sunanto, op.. maka ibu TN menemaninya untuk mencuci dan MA dibimbing oleh ibu LM untuk masuk kedalam kelas. Setelah masuk kedalam kelas ternyata kegiatan

Dengan demikian, motivasi berprestasi siswa perlu diperhatikan dalam pembelajaran IPA mengingat pembelajaran IPA banyak melibatkan predisposisi untuk merespon

Sekiranya lekat uri atau anak mati dalam perut, ia boleh dikeluarkan dengan menggunakan burung merpati dan minyak lenga (bijan). Bagi yang keguguran diajar agar

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 19 Sumber tersebut diperoleh

Namun ke- nyataannya guru di Taman Kanak-Kanak (TK) masih sulit dalam mengatasi proses pembelajaran agar menyenangkan untuk anak-anak. Seperti dalam pembuatan media

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di