• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diklat Prajabatan Gol. III cocour lasegar3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Diklat Prajabatan Gol. III cocour lasegar3"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PRAJABATAN GOLONGAN III

Drs. M. Jani Ladi Hartoto Hendradjaja, SH, MM

Drs. Ambar Riyanto

(2)

Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2006

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110

Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Program Ko-Kurikuler Latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris, Tata Acara Upacara Sipil, dan Ceramah Tentang Kesehatan Mental

Jakarta – LAN – 2006 83 hlm: 15 x 21 cm

ISBN: 979 – 8619 – 92 – 7

iii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.

(3)

Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Desember 2006

KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Deskripsi Singkat... 1

B. Tujuan Pembelajaran ... 1

C. Relevansi Modul dengan Tujuan Diklat... 2

BAB II KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI... 4

A. Pengertian Kesehatan dan Berpola Hidup Sehat . 4 B. Penerapan Pola Hidup Sehat Melalui ”Pesan Tangan”... 8

C. Kesegaran Jasmani ... 9

D. Latihan... 23

E. Rangkuman... 23

BAB III PERATURAN BARIS BERBARIS ... 25

A. Pengertian Baris Berbaris ... 25

B. Manfaat... 25

C. Gerakan Ditempat... 26

D. Gerakan Berjalan ... 32

E. Latihan... 37

(4)

BAB IV TATA UPACARA SIPIL... 38

A. Pengertian Tata Upacara Sipil ... 38

B. Manfaat ... 39

C. Pengertian Upacara Umum... 40

D. Pejabat-Pejabat Dalam Upacara... 40

E. Tugas-Tugas Pejabat Upacara ... 41

F. Tata Urutan Upacara Umum... 44

G. Pengertian Upacara Khusus ... 50

H. Pelaksanaan Kegiatan Apel ... 50

I. Tata Cara Kegiatan Laporan di Kelas... 53

J. Latihan ... 56

K. Rangkuman ... 56

BAB V KESEHATAN MENTAL ... 58

A. Pengertian ... 58

B. Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental ... 60

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Ciri-Ciri Mental Sehat... 60

D. Mental Produktif ... 63

E. Mental Masyarakat Modern... 64

F. Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Mental dan Kondisi Fisik ... 64

G. Cara-Cara Mengatasi Gangguan Mental... 65

H. Rangkuman... 68

I. Latihan... 69

BAB VI PENUTUP... 71

A. Tes Summatif... 71

(5)
(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Deskripsi Singkat

Dalam kegiatan-kegiatan latihan Kesegaran Jasmani, Baris-berbaris, mengikuti Tata Upacara Sipil, mengikuti ceramah kesehatan mental untuk dapat meningkatkan kesehatan memupuk sikap dan perilaku peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan Golongan III agar tercapai individu yang

sehat jasmani dan rohaninya dalam kaitan dengan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

B.

Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang memelihara

kesehatan jasmani melalui kegiatan:

a. Latihan kesegaran jasmani tujuannya adalah agar tercapai

individu peserta Diklat yang sehat jasmani;

b. Baris berbaris tujuannya agar peserta Diklat mampu

menerapkan peraturan baris-berbaris secara tertib, untuk

mendukung penegakan disiplin dan kerjasama antara

(7)

c. Tata Upacara Sipil tujuannya adalah agar peserta Diklat

mampu memahami dan menerapkan tata upacara sipil

dengan benar;

d. Ceramah tentang Kesehatan Mental tujuannya agar

peserta Diklat dapat memahami pentingnya kesehat an

mental dalam kaitannya dengan kelancaran pelaksanaan

tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah pembelajaran selesesai peserta dapat menjelaskan manfaat:

a. Olahraga senam bagi kesehatan jasmani;

b. Baris-berbaris bagi penegakkan disiplin dan kerjasama;

c. Tata Upacara Sipil dan penerapannya dengan benar di

instansinya;

d. Kesehatan mental bagi kelancaran pelaksanaan tugas

sebagai Pegawai Negeri Sipil.

C.

Relevansi Modul Dengan Tujuan Diklat

Peningkatan kompetensi aparatur tersebut dengan melakukan pembahasan kebijakan penyelenggaraan Diklat PNS yang mempunyai sasaran ganda, yang berkaitan dan saling

menunjang.

a. Pengembangan sistem penyelenggaraan Diklat yang

terdesentralisasi, dan

b. Pengembangan program Kurikuler yang mengacu pada

standar kompetensi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan

(8)

4

BAB II

KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI

A.

Pengertian Kesehatan dan Berpola Hidup Sehat

Kesehatan merupakan dasar untuk peningkatan dan pembinaan

kesegaran jasmani, oleh karena itu sebelum seseorang melakukan

latihan kesegaran jasmani, ia mutlak harus berada dalam kondisi

"sehat".

Pola hidup sehat pada dasarnya adalah suatu kesatuan program yang

meliputi program kesehatan, kesegaran jasmani, gizi dan aktivitas

rekreasi yang bila dilaksanakan dengan baik dan benar akan

mendukung tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Dengan

melaksanakan pola hidup sehat secara baik dan benar maka seorang

Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan memperoleh tubuh yang sehat,

tingkat kesegaran jasmani yang memadai serta mampu menjaga

keseimbangan antara aktivitas fisik dan mental melalui

kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif.

Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan pola hidup sehat adalah

sebagai berikut:

1. Berpenampilan lebih sehat dan ceria;

2. Dapat tidur nyenyak;

3. Dapat menikmati kehidupan sosial baik di lingkungan keluarga

maupun masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas hidup.

4. Dapat belajar atau berkarya lebih baik;

5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja,

6. Berpikir sehat dan positif;

7. Merasa tentram dan nyaman;

8. Memiliki rasa percaya diri dan hidup seimbang.

Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992, dijelaskan bahwa

"kesehatan" adalah "keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis". Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa kesehatan

bukanlah semata-mata keadaan bebas dari penyakit, cacat atau

kelemahan. Dari pengertian tersebut tersimpulkan bahwa hidup sehat

secara badaniah, sosial dan rohani merupakan hak setiap orang.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan "pola hidup sehat" adalah segala

upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang

sehat dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat

mengganggu kesehatan.

Kebiasaan-kebiasaan baik, dalam pola hidup sehat, yang perlu

dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:

(9)

kulit, rambut, kuku, mata, telinga, mulut, gigi, tangan, dan kaki,

serta memakai pakaian yang bersih. Selain itu tubuh juga perlu

gerak dan istirahat yang cukup.

2. Makan makanan sehat, yang memenuhi gizi seimbang. Hidangan

gizi seimbang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat

pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari secara

seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh.

3. Makanan yang dimakan juga harus selalu disesuaikan dengan usia

dan jenis aktivitas tubuh yang dilakukan, serta keseimbangan antara

pemasukan dan pengeluaran energi, sehingga tercapai berat tubuh

yang proporsional. Cara mengukur berat badan yang proposional

akan dijelaskan dalam uraian tentang pengukuran tingkat kesegaran

jasmani.

4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan, yang berarti menjaga

kebersihannya. Untuk itu tiga faktor utama yang harus terpenuhi

untuk menjaga kesehatan lingkungan adalah: tersedianya air bersih,

terakomodasinya pembuangan sampah dan limbah, serta terjaganya

kebersihan dan kesehatan kamar mandi, jamban/wc dan peturasan.

5. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui secara dini

adanya gangguan kesehatan atau penyakit, sehingga pengobatannya

akan lebih mudah dari pada jika penyakitnya sudah bertambah

parah. Bagi PNS yang usianya di bawah 40 tahun, pemeriksaan

kesehatan cukup di lakukan sekali dalam dua tahun, sedangkan bagi

yang sudah di atas 40 tahun atau lebih sebaiknya setiap tahun

dilakukan pemeriksaan kesehatan.

6. Menghindari kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan seperti

merokok dan minum alkohol serta penyalahgunaan obat, narkotik

dan zat adiktif lainnya. Juga perlu dihindari terjadinya kontak

langsung dengan orang yang menderita penyakit menular.

7. Hindari memakai perlengkapan pribadi orang lain (apalagi milik

penderita penyakit menular) seperti sikat gigi, sabun mandi, handuk,

pakaian, sendok, gelas dan sisir.

8. Jangan melakukan hubungan seksual di luar nikah, atau berperilaku

seksual menyimpang (seperti homo-seksual dan seks bebas), karena

dapat terkena penyakit menular seksual (PMS), termasuk

HIV/AIDS.

9. Mengendalikan stress dengan cara menyelesaikan pekerjaan satu

persatu pada satu saat, tidak mengkritik orang lain, selalu bersikap

ramah dan selalu mendekat kan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,

serta cukup tidur teratur setiap harinya sehingga badan akan

mendapatkan kesegaran pada hari berikutnya.

10. Olahraga dan Aerobik.

Olahraga adalah menggerakkan tubuh dalam jangka waktu tertentu.

Aerobik adalah setiap aktivitas fisik yang dapat memacu jantung dan

peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka

waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan

(10)

B.

Penerapan pola hidup sehat melalui “pesan tangan”

Untuk memudahkan seseorang agar selalu ingat untuk menerapkan pola

hidup sehat, dapat di lakukan dengan teknik "pesan tangan" seperti

tergambar dalam ilustrasi berikut ini.

Seimbang gizi: Makan makanan yang tinggi serta (50 %), rendah

garam (kurang dari 4,5 gram), rendah lemak (20 % - 30%), rendah gula

(< 10%), hindari sedapat mungkin bahan pengawet makanan, tidak

makan "cemilan", dan makan beraneka ragam makanan.

Enyahkan kebiasaan buruk: enyahkan rokok, alkohol, obat

sembarangan, seks bebas, narkotik. Enyahkan kebiasaan tidak

melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan hindari kulit kena sinar

matahari langsung antara jam 10.00 sampai dengan jam 14.00.

Hidup seimbang, 5 harus: rekreasi, hobby, sosialisasi, nafkah batin

(kasih sayang), dan ibadah.

Awasi bagian tubuh rawan: awasi tekanan darah, gula darah, berat

badan, dan kolesterol, serta lakukan pemeriksaan kesehatan berkala

termasuk pemeriksaan gangguan alat kandungan pada wanita (PAP

Smear), pemeriksaan payudara sendiri (sadari), awasi bagian tubuh

rawan pada usia lanjut, dan awasi bagian tubuh rawan yang merupakan

faktor keturunan.

Teratur hidup: teratur makan (2-3 kali sehari), tidur cukup (7-8 jam

sehari), teratur olahraga untuk menjaga kesegaran jasmani, dan jalani

kehidupan seksual yang baik.

C.

Kesegaran Jasmani

1. Pengertian Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk

melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang

berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga untuk mengisi

waktu luang dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendadak.

Pembinaan kesegaran jasmani jelas bermanfaat bagi calon PNS guna

menunjang kegiatan proses belajar mengajar selama mengikuti

pelatihan, serta kelak dapat meningkatkan produktivitas kerja yang

prima saat telah menjadi PNS. Dengan demikian, setelah mengikuti

pembelajaran ini, calon PNS. Diharapkan dapat menjelaskan

(11)

kesegaran jasmaninya.

2. Komponen Kesegaran Jasmani

Komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang

berkaitan dengan kesehatan (health-related fitness) dan komponen

yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness).

kom-ponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, terdiri

dari daya tahan jantung dan paru-paru; komposisi tubuh,

fleksibilitas; kekuatan dan daya tahan otot.

Sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan

keterampilan, meliputi: daya ledak, kecepatan, kelincahan,

koordinasi, kecepatan reaksi dan keseimbangan.

Untuk dapat menjalankan tugas rutin sebagai PNS dan sebagai

anggota masyarakat yang bersosialisasi, minimal komponen

kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatanlah yang lebih

perlu mendapat perhatian. Sedangkan komponen kesegaran jasmani

yang berkaitan dengan keterampilan lebih dibutuhkan oleh orang

yang memelihara prestasi fisik, seperti atlet dan penari.

a. Daya Tahan Jantung

Daya tahan jantung dan paru-paru di kenal juga dengan istilah

daya tahan kardiorespirasi atau kapasitas aerobik, yang diartikan

sebagai kemampuan jantung, paru-paru dan peredaran darah

untuk mampu melakukan tugas-tugas fisik yang berat dalam

jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang

berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Jika daya

tahan jantung dan paru-paru seseorang lemah, maka orang

tersebut akan mudah lelah dan sulit pulih setelah melakukan kerja

berat.

b. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh merupakan perbandingan proporsi tubuh yang

di pengaruhi oleh berat badan, tinggi badan dan ukuran anggota

tubuh lainnya termasuk tebal lemak, jumlah cairan tubuh dan

sel-sel tubuh lainnya. Cara untuk mengetahui apakah berat badan

seseorang itu proporsional akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.

c. Fleksibelitas

Fleksibelitas atau kelenturan selalu dikaitkan dengan ruang gerak

sendi dan elastisitas otot-otot, tendon dan ligamen. Dengan

demikian orang yang lentur adalah yang memiliki ruang gerak

luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot yang elastis.

d. Kekuatan Otot

Kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi

kesegaran jasmani karena kekuatan merupakan daya penggerak

setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam

melindungi seseorang dari kemungkinan cedera. Dalam

(12)

misalnya untuk mengangkat sesuatu. Jika salah satu otot cedera

dan tidak dapat digerakkan, maka akan terasa betapa pentingnya

memelihara kekuatan otot.

e. Daya Tahan Otot

Daya tahan otot mengacu kepada suatu kelompok otot yang

mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut, atau

mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang

lama. Contohnya, atlet yang melakukan push-up atau seseorang

ibu yang mengulek sambal.

3. Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani

Tingkat kesegaran jasmani seseorang perlu terus di pelihara agar

selalu berada dalam kondisi yang prima. Untuk memelihara dan

meningkatkan kesegaran jasmani perlu dibiasakan hidup sehat dan

selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan

kesegaran jasmani yang teratur. Manfaat dari latihan fisik, bukan

saja meningkatkan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh, tapi juga

berdampak kepada peningkatan rasa percaya diri, perbaikan kualitas

tidur dan menurunkan tingkat stress. Disamping itu, jangan lupa

meluangkan waktu untuk rekreasi. Berikut ini diuraikan prosedur,

prinsip dan macam latihan kesegaran jasmani.

a. Prosedur Latihan Kesegaran Jasmani

Dalam melakukan latihan kesegaran jasmani perlu diikuti

prosedur latihan berikut ini agar latihan dapat bermanfaat dan

tidak menimbulkan cedera.

1) Sebelum latihan fisik, pastikan badan dalam keadaan sehat.

Terutama jika baru sembuh dari sakit atau cedera, sebaiknya

dilakukan dulu pemeriksaan kesehatan.

2) Gunakan pakaian olah raga yang memungkinkan tubuh

bergerak bebas, menyerap keringat dan sopan, bersepatu olah

raga dan gunakan topi jika berolahraga di luar gedung.

3) Mulailah latihan dengan pemanasan (warming-up), yang

merupakan gerakan umum yang ringan ditambah dengan

senam peregangan (stretching) selama sekitar 10 menit. Jika

denyut nadi sudah mencapai 110 - 120 per menit, dapat

dikatakan bahwa tubuh sudah cukup panas untuk melakukan

latihan inti.

4) Fokus awal dari latihan fisik adalah latihan dengan intensitas

rendah yang bertujuan meningkatkan daya tahan jantung dan

paru-paru, yaitu latihan aerobik seperti jogging, jalan cepat,

senam, aerobik, bersepeda statis.

5) Dalam latihan inti yang bersifat aerobik, target latihan dapat

dipantau dengan menetapkan zona latihan (training zone)

seseorang berdasarkan denyut nadinya. Denyut nadi latihan

(13)

rasakan manfaatnya. Untuk menentukan denyut nadi optimal

perlu terlebih dahulu diketahui denyut nadi maksimal dan

usia.

Berikut ini cara menghitung denyut nadi optimal, dengan

contoh usia 25 tahun.

DN maksimal: 220 - usia = 220 - 25 = 195 denyut/menit.

DN optimal : 80% x DN maksimal = 80% x 195 = 156

denyut/menit. DN minimal : 60% x DN maksimal = 60% x

195 = 117 denyut/menit.

Jadi, agar latihan aerobik yang dilakukan PNS yang berusia

25 tahun tersebut efektif, denyut nadinya saat melakukan

latihan inti berkisar antara 117 sampai dengan 156 denyut per

menit. Apabila denyut nadi latihannya dibawah 117 maka

latihan yang dilakukan tidak akan meningkatkan daya tahan

tubuhnya, maka sebaliknya, jika denyut nadinya diatas 156

maka latihan tersebut terlalu berat, dan akan berbahaya bagi

kesehatan jantungnya.

Semakin terlatih daya tahan seseorang, maka akan semakin

lama dapat bertahan latihan dalam denyut nadi optimalnya.

6) Timbulnya rasa pegal setelah latihan adalah hal yang biasa,

namun jika ada rasa nyeri setelah melakukan latihan fisik, itu

merupakan pertanda ada sesuatu yang tidak beres pada tubuh.

Oleh karena itu biasa lakukan pendinginan (cooling-down)

setelah latihan inti, terutama dengan melakukan peregangan

otot sampai denyut nadi kembali normal. Jika tidak hilang

segera periksa ke dokter.

7) Lakukan gerakan-gerakan fisik yang tidak beresiko

menyebabkan cedera.

b. Prinsip Latihan Kesegaran Jasmani

Program latihan fisik yang baik harus dapat menghasilkan

peningkatan kualitas fisik dari orang yang melakukan latihan

tersebut. Untuk bisa mencapainya program latihan harus

mengikuti prinsip-prinsip latihan sebagai berikut:

1) Prinsip dasar "overload", yaitu suatu prinsip latihan dimana

pembebanan latihan harus ditambah pada waktu tertentu,

artinya beban latihan tidak monoton, ada saatnya semakin

berat namun di selingi dengan latihan ringan.

2) Latihan untuk mencapai kondisi fisik yang baik setidaknya

harus dilakukan tiga sampai lima kali dalam seminggu,

dengan hari yang diselang-seling, misalnya Selasa, Jum'at,

Minggu. Kalau latihan hanya satu atau dua kali seminggu,

latihan tersebut tidak cukup untuk meningkatkan kualitas

fisik. Sebaliknya, jika terlalu banyak sampai hampir setiap

(14)

tubuh.

3) Latihan harus progresif, artinya secara berangsur angsur

disesuaikan dengan perkembangan prestasi orang yang

melakukan latihan, misalnya dalam minggu pertama latihan

jogging selama 20 menit, maka minggu berikutnya bisa di

tingkatkan menjadi 25 - 30 menit dan seterusnya. Latihan juga

mengandung unsur individualitas, karena sebenarnya tidak

ada program latihan yang langsung cocok untuk semua orang.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip individualitas

ini antara lain: jenis kelamin, usia, tingkat kesegaran jasmani,

selera, komposisi dan tipe tubuh serta karakter

kepribadiannya.

4. Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani

Tingkat kesegaran jasmani PNS dapat diketahui dengan mengukur

berbagai komponen kesegaran jasmaninya, ataupun dengan

mengukur tingkat kesegaran jasmani umum yang biasanya

dilakukan dengan suatu rangkaian tes fisik. Namun dalam pelatihan

ini, hanya tiga macam pengukuran yang berhubungan dengan

kesegaran jasmani yang akan dibahas dan dipraktekkan, yaitu

pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan proposional, dan

pengukuran kapasitas aerobik.

Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan para calon PNS peserta

pelatihan akan memiliki kebiasaan untuk melakukan pengukuran

kesegaran jasmaninya, sehingga para PNS dapat mengontrol tingkat

kesegaran jasmaninya.

a. Pengukuran Denyut Nadi

Pengukuran denyut nadi, khususnya denyut nadi istirahat, perlu

dilakukan setiap hari. Kegunaannya adalah kita dapat memonitor

kondisi tubuh, apakah mengalami kelelahan atau kurang istirahat.

Saat terbaik mengukur denyut nadi istirahat adalah saat setelah

bangun tidur, pada saat masih terbaring. Denyut nadi ini disebut

sebagai denyut nadi basal.

Cara penghitungan denyut nadi yang paling sederhana adalah

dengan meraba pergelangan tangan sebelah dalam (arteri

radialis) atau leher (arteri carotis). Setelah denyut nadi teraba,

hitung denyutnya selama satu menit, untuk mempercepat

penghitungan, dapat dihitung dalam 15 detik lalu dikalikan 4,

atau selama 30 detik lalu hasilnya dikalikan dua. Denyut nadi

istirahat yang normal pada orang dewasa berkisar antara 60 - 80

denyut permenit. Jika saat bangun tidur denyut mendekati 100

maka itu salah satu pertanda tubuh tidak sehat.

b. Pengukuran Berat Badan

Yang dimaksud dengan berat badan proporsional adalah

keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan. Salah satu

(15)

tersebut adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (body

mass index = BMI). Untuk itu terlebih dahulu harus diketahui

berat badan dan tinggi badannya.

Perhitungan BMI menggunakan rumus sebagai berikut:

Contoh: Berat badan= 60 kg, Tinggi badan = 160 cm BMI =

(60 kg)/(1,6 m) x (1,6 m) = 60/2.56 = 23,4 kg /M2.

c. Pengukuran Kapasitas Aerobika

Sebelum melakukan pengukuran atau tes kapasitas aerobik, ikuti

dahulu hal-hal berikut ini:

1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat berdasarkan

pemeriksaan dokter. Jika tekanan darah sedang terlalu tinggi

atau terlalu rendah, lebih baik tes dilakukan di lain hari.

Demikian juga jika peserta sedang merasa pusing, kurang

tidur, denyut nadi mendekati 100 per menit, atau tidak sehat,

jangan mengikuti tes.

2) Malam sebelum mengikuti tes, peserta harus cukup tidur.

3) Sebelum melakukan tes peserta tidak melakukan latihan fisik

yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol ataupun

obat-obatan.

4) Gunakan pakaian olah raga yang ringan dan tidak

mengganggu gerakan.

5) Tes sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00,

atau jika terpaksa dapat dilakukan pada sore hari setelah

matahari tidak menyengat, dan peserta tidak dalam keadaan

lelah.

Ada beberapa macam jenis mengukuran tes aerobik yang bisa

dilakukan perorangan maupun secara massal. Tes yang paling

mudah dilaksanakan adalah tes lari 2,4 km dan tes jalan cepat

4,8 km (protokol test cooper). Ada pula tes lari 15 menit

(Baike), tes naik turun bangku (Harvard step test) dan tes lari

multi tahap (Bleep-test). Dalam uraian ini hanya kedua tes yang

pertama di sebut tadi yang akan dibahas dan di praktekkan

pelaksanaannya.

1) Tes Lari 2,4 km

Tujuan dari pada tes ini adalah untuk mengukur daya tahan

jantung dan paru-paru. Untuk itu diperlukan lintasan lari

sepanjang 2,4 km yang bisa berbentuk lintasan atletik

(16)

dapat dilakukan di jalan raya atau lintasan lari. Yang

penting, jaraknya harus terukur benar sejauh 2,4 km.

Alat bantu yang diperlukan adalah stop watch. Jika tes

dilakukan terhadap orang banyak (massal), maka diperlukan

petugas pencatat waktu dan pencatat jarak. Tes dilakukan

dengan start berdiri. Tes dimulai saat aba-aba start (biasanya

petugas start teriak "ya" atau sambil mengibaskan bendera

start) bersamaan dengan mengaktifkan stop watch. Lalu

peserta tes berlari secepatnya menempuh jarak 2,4 km

dengan kecepatan yang diatur sendiri. Peserta boleh

mengurangi kecepatan lari jika ia merasa lelah, namun harus

tetap lari atau berjalan jangan berhenti.

Pada saat peserta tes melewati garis finish di kilometer 2,4

stop watch dimatikan. Waktu yang tertera untuk menempuh

jarak 2,4 km itulah prestasi yang dicapai. Hasil waktu tes

kemudian dilihat dalam Tabel 1 sesuai dengan jenis kelamin

[image:16.792.461.702.110.404.2]

dan usia.

Tabel 1

Norma Tes Lari 2,4 Km (Cooper)

2) Tes Jalan Cepat 4,8 km

Pelaksanaan tes jalan cepat ini mirip tes lari dengan tes lari

2,4 km. Bedanya jarak yang ditempuh adalah 4,8 km dan

dalam tes jalan cepat ini peserta harus berjalan kaki

secepatnya, namun tidak boleh berlari. Yang dikatagorikan

(17)

melayang (tidak menginjak tanah). Tes jalan cepat ini lebih

sering di berikan kepada PNS yang usianya di atas 40 tahun.

Cara start, finish dan penghitungan waktu sama dengan tes

lari 2,4 km.

Katagori hasil waktu tes dapat dilihat dalam Tabel 2 sesuai

dengan jenis kelamin dan usia.

Tabel 2

Norma Tes Jalan Cepat 4,8 Km (Cooper)

Agar para peserta lebih memahami dan dapat mengerti cara

pelaksanaan pengukuran kesegaran jasmani ini, akan

dilakukan praktek yang sekaligus untuk mengukur tingkat

kesegaran jasmani peserta. Idealnya, pengukuran kesegaran

jasmani dilakukan secara berkala, misalnya setiap tiga bulan

sekali, agar perkembangan tingkat kesegaran jasmani hasil

latihan fisik dapat diketahui manfaatnya.

D.

Latihan

Bentuklah kelompok sesuai dengan jumlah peserta untuk mengkaji

hal-hal sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi siapa yang dianggap dan apa kreteria sehat itu?

2. Mengidentifikasi jenis yang berkatagori sehat?

3. Mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan yang diperlukan pada

setiap jenis-jenis sehat tersebut.

4. Waktu penyelesaian (mulai dari proses sampai menjadi kajian

sehat).

5. Mengapa kita melakukan latihan kesegaran jasmani?

6. Apa saja yang harus kita lakukan sebelum melakukan kegiatan

kesegaran jasmani?

7. Kegiatan kesegaran jasmani bagi yang berusia 40 tahun ke atas,

bagaimana bentuknya!

E.

Rangkuman

1. Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk

melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang

berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga.

(18)

bagian, yaitu Komponen yang berkaitan dengan kesehatan (health

related fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan

(skills related fitness).

3. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani perlu

dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan

melakukan latihan.

4. Dalam melaksanakan kegiatan kesegaran jasmani perlu diukur

tingkatan kesegaran tersebut, yaitu untuk melakukan pengukuran

denyut nadi, pengukuran berat badan dan pengukuran kapasitas

aerobiknya.

25

BAB III

PERATURAN BARIS BERBARIS

A.

Pengertian Baris Berbaris

Peraturan Baris Berbaris (PBB) ini adalah dalam rangka

pembinaan dan kerjasama antar peserta.

Salah satu dasar pembinaan disiplin adalah melalui latihan PBB.

Jadi PBB berarti bukanlah mengarahkan peserta menjadi TNI

atau Militer tetapi untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar

dapat menunjang pelayanan yang prima pula. PBB tujuannya

adalah antara lain, membentuk sikap, membentuk disiplin,

membina kebersamaan/kesetiakawanan, dan lain-lain.

Pokok-pokok baris-berbaris diberikan peserta untuk mengikuti

upacara serta digunakan untuk pelaporan kesiapan belajar di

kelas dengan gerakan-gerakan di tempat dan berjalan yang serba

tertib guna mendukung penegakan disiplin.

B.

Manfaat

1. Peraturan baris-berbaris dimaksudkan untuk mengatur

(19)

bersama-sama secara tertib dan serempak baik gerakan

ditempat maupun gerakan berjalan.

2. Pengetahuan PBB sangat bermanfaat bagi peserta Diklat

Prajabatan Golongan III baik selama mengikuti Diklat

maupun setelah Diklat, guna mendukung tugas pokok.

Pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar

peserta dilakukan melalui PBB. Gerakan-gerakan enerjik

dari kedisiplinan yang tinggi serta rasa karsa yang

dihasilkan dari latihan PBB sangat diperlukan dalam

pelaksanaan tugas.

C.

Gerak Ditempat

Gerakan ditempat diperlukan untuk mempersiapkan atau

merapikan barisan dalam menghadapi upacara-upacara,

melaksanakan apel kerja pagi/siang, apel belajar pagi/persiapan

pelaporan belajar pagi/siang di kelas

1. Contoh-Contoh

Gerakan-gerakan di tempat yang umum dilakukan adalah:

a. Sikap sempurna;

b. Lencang kanan;

c. Lencang depan;

d. Berhitung;

e. Hadap kanan;

f. Hadap kiri;

g. Hadap serong kanan/kiri;

h. Balik Kanan;

i. Istirahat ditempat.

2. Latihan

Untuk melaksanakan gerakan-gerakan ditempat dilakukan

melalui aba-aba yang diberikan oleh pelatih atau pimpinan

barisan. Aba-aba yang diberikan terdiri dan aba-aba

peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperlukan jarak waktu

beberapa detik agar anggota barisan dapat mempersiapkan

diri dan melaksanakannya secara serempak.

a. Sikap Sempurna

Membentuk sikap sempurna dengan aba-aba "siap ...

Gerak", (berdiri) atau "duduk siap ... gerak" (dalam

keadaan duduk).

1) Begitu mendengar aba-aba "siap gerak" (dilapangan

/berdiri).

a) Kaki kiri ditarik rapat-rapat lurus ke kaki kanan dan

ujung kaki membentuk sudut 45°;

b) Pandangan lurus kedepan;

c) Dagu ditarik;

d) Dada dibusungkan dan perut ditarik/dikempiskan;

e) Tangan lurus ke bawah rapat dengan paha dan

(20)

2) Setelah dilaksanakan tidak boleh bergerak lagi dan

melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau

senyum.

3) Khusus untuk di ruangan kelas dalam rangka persiapan

pelaporan belajar, begitu mendengar aba-aba "duduk

siap ... gerak", langsung sikap sempurna di tempat

duduk, pandangan lurus kedepan, kaki rapat, dagu

ditarik, duduk tegak (dada busung), tangan mengepal

menempel di tangkai kursi atau paha, tidak boleh lagi

bergerak dan melirik ke kiri atau ke kanan serta

bersuara atau tersenyum.

b. Lencang kanan/Lencang depan

Untuk meluruskan atau merapikan barisan dengan aba-aba

"lencang kanan ... gerak" (barisan berbentuk SAF) atau

"lencang depan ... gerak" (barisan berbetuk BANJAR).

1) Begitu mendengar aba-aba "lencang kanan ... gerak"

(bersaf);

a) Saf 1 (depan) langsung menoleh ke kanan

bersamaan dengan melencangkan tangan kanan

lurus ke kanan menyenggol pangkal tangan kiri

orang di sebelah kanannya, khusus saf 2 dan 3

hanya menoleh ke kanan sejenak sambil

meluruskan langsung kembali menoleh ke depan.

b) Untuk staf 1 setelah mendengar aba-aba "tegak ...

gerak", langsung menurunkan/meluruskan

tangannya memalingkan mukanya ke depan.

2) Khusus lencang depan berlaku untuk barisan yang

bentuknya berbanjar. Begitu mendapat aba-aba

"lencang depan ... gerak", banjar paling kanan

mengangkat tangan lurus ke depan dengan jarak 2

kepal dengan punggung di depannya, dan setelah

mendengar aba-aba "tegak ... gerak", kembali sikap

sempurna.

c. Berhitung

Untuk mengetahui jumlah personil dalam barisan (3

bersaf), berikan aba-aba "hitung ... mulai"

1) Begitu mendengar aba-aba "hitung ... mulai"

a) Saf 1 (depan) serentak menoleh ke kanan, dan

setelah mendapatkan aba-aba pelaksanaan mulai

berturut-turut menghitung dari kanan ke kiri.

(21)

mengucapkan "lengkap" kalau barisan lengkap

kelipatan 3, mengatakan "kurang 1 atau kurang 2"

kalau barisan kurang dari kelipatan 3.

2) Setelah menghitung langsung orang perorang dari saf

depan itu menoleh ke depan (sikap sempurna).

d. Hadap kanan/hadap kiri

1) Hadap kanan

Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan gerak",

langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan

sebagai poros berputar 900 ke kanan.

b) Badan putar 900 ke kanan.

c) Kaki kiri ditutup kembali kesikap sempurna.

2) Hadap kiri

Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri gerak",

langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri

sebagai poros berputar 900 ke kiri.

b) Badan putar 90° ke kiri.

c) Kaki kanan ditutup kembali kesikap sempurna.

e. Hadap serong kanan/kiri

1) Hadap serong kanan

Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kanan ...

gerak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri diangkat serong sedikit ke kanan, kaki

kanan sebagai poros berputar 45° ke kanan.

b) Badan putar 450 ke kanan.

c) Kaki kiri ditutup kembali kesikap sempurna.

2) Hadap serong kiri

Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kiri ...

gerak", langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri

sebagai poros berputar 450 ke kiri. b) Badan putar 450 ke kiri.

c) Kaki kanan ditutup kembali kesikap sempurna.

f. Balik kanan

1) Balik kanan

Begitu mendengar aba-aba "balik kanan ... gerak",

langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan

sebagai poros berputar 1800 ke kanan/ke belakang.

b) Badan putar 180° ke kanan/ke belakang.

(22)

g. Istirahat di tempat

1) Begitu mendengar aba-aba "istirahat di tempat ...

gerak", Langsung melakukan gerakan:

a) Kaki kiri dibuka selebar bahu (± 20 atau 30 cm).

b) Kedua tangan ditarik kebelakang menempel di

punggung, tangan kiri memegang pergelangan

tangan kanan.

c) Pada waktu di istirahatkan pandangan tetap lurus ke

depan, perhatian dipusatkan pada

pelatih/pemimpinan barisan.

D.

Gerak Berjalan

Gerakan berjalan diperlukan pada saat menggerakkan,

memindahkan, atau menggeser barisan dari suatu tempat ke

tempat lain.

Gerakan-gerakan berjalan ini memerlukan kekompakan,

ketertiban, keseragaman dalam rangka memupuk rasa

kebersamaan.

1.

Contoh-Contoh

a. Maju jalan;

b. Hadap kanan/kiri maju jalan;

c. Balik kanan maju jalan;

d. Jalan di tempat;

e. Berhenti;

f. Belok kanan/kiri jalan;

g. Bubar jalan.

2. Praktek Pelaksanaan

Untuk menggerakkan/memindahkan barisan atau

melaksanakan gerak jalan pada umumnya barisan berbentuk

berbanjar, yang dimulai dengan aba-aba "maju ... jalan". Pada

waktu memberikan aba-aba, sama halnya dengan gerakan

ditempat, harus ada jarak waktu beberapa detik antara

aba-aba peringatan dan aba-aba-aba-aba pelaksanaan.

a. Maju jalan

Barisan setelah dirapikan dan menghadap kearah gerakan.

1) Begitu mendengar aba-aba "maju ... jalan", langsung

melakukan gerakan-gerakan:

a) Langkah pertama, secara serempak dimulai dengan

kaki kiri dihentakan.

b) Tangan kanan lurus kedepan, dan langsung

berjalan.

2) Waktu sedang berjalan pandangan tetap lurus ke depan

dan yang menjadi penjuru sebagai patokan agar

langkah tetap sama adalah orang yang paling depan

(23)

b. Hadap kanan maju jalan

Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kanan akan

langsung berjalan.

1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan maju ...

jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Hadap kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang

tadinya harus menutup tapi sekarang dihenti kan

menjadi langkah pertama.

b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan.

c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.

2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.

c. Hadap kiri maju jalan

Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kirikan

Langsung berjalan.

1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri maju ... jalan",

langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Hadap kiri, dengan ketentuan kaki kanan yang

tadinya harus menutup tapi sekarang dihenti kan

menjadi langkah pertama;

b) Tangan kiri lurus ke depan dan Langsung berjalan.

c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.

3) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.

d. Balik Kanan maju jalan

Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kanankan

langsung berjalan.

1) Begitu mendengar aba-aba "balik kanan maju ... jalan",

langsung melakukan gerakan-gerakan:

a) Balik kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang

tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan

menjadi langkah pertama.;

b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan.

c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.

2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.

e. Jalan di tempat

Guna merapikan dan merapatkan barisan dapat dilakukan

jalan ditempat, dengan aba-aba "jalan ditempat ... gerak".

1) Begitu mendengar aba-aba "jalan ditempat ... gerak”,

yang boleh jatuh pada kaki kiri dan boleh jatuh kaki

kanan, langsung melakukan gerakangerakan:

a) Tambah satu langkah bila jatuh kaki kiri dan

tambah dua langkah bila jatuh kaki kanan.

b) Kaki/paha diangkat rata-rata air disamakan

2) Pada waktu jalan ditempat pandangan lurus kedepan,

sambil merapikan barisan. Yang menjadi patokan

untuk menyamaratakan kaki adalah pen juru yaitu

(24)

3) Tangan lurus ke bawah (tidak melenggang).

f. Menghentikan barisan

Barisan bisa dihentikan baik pada waktu sedang berjalan

maupun sedang jalan di tempat dengan aba-aba "berhenti

... gerak".

1) Begitu mendengar aba-aba "berhenti ... gerak", bisa

jatuh kaki kiri dan bisa jatuh kaki kanan langsung

melakukan gerakan-gerakan:

a) Tambah satu langkah (bila jatuh kaki kiri) atau

tambah dua langkah (bila jatuh kaki kanan) dan

langkah berikutnya menutup/berhenti: kaki kiri

selalu menutup.

b) Setelah berhenti tidak boleh gerak dulu.

2) Untuk merapikan barisan setelah berhenti, perlu

dilencang kanankan atau dilencang depankan.

g. Bubar Jalan

Untuk membubarkan barisan secara tertib diberikan

aba-aba "bubar ... jalan", langsung melakukan

gerakan-gerakan:

1) Memberikan penghormatan barisan secara serentak.

2) Begitu selesai dibalas dengan yang membubarkan

langsung tangan diturunkan dan otomatis balik kanan

dengan kaki kiri menghentakkan secara serempak.

E.

Latihan

1. Apa yang Saudara ketahui tentang Peraturan Baris Berbaris

(PBB) ?

2. Manfaat apa saja didalam melakukan kegiatan PBB ?

3. Sebutkan Contoh-contoh gerakan di tempat !

4. Sebutkan contoh-contoh gerakan berjalan !

5. Coba berikan aba-aba dari Baris-berbaris.

F.

Rangkuman

Gerakan-gerakan yang umum dilakukan adalah gerakan maju

jalan, belok kanan/kiri, balik kanan maju jalan, jalan ditempat,

belok kanan/kiri jalan, menghentikan barisan dan membubarkan

barisan.

Pada pokoknya gerakan berjalan ini sasarannya adalah melatih

kelompok/barisan agar terbentuk kekompakan dan kerjasama

yang harmonis. Dalam suatu barisan bila terlihat salah seorang

menyimpang dari aba-aba yang diberikan,. Akibatnya akan jelas

memporak-porandakan barisan itu, misalnya pada waktu

diberikan aba-aba hadap kanan, maju jalan, maka barisan

utamanya pada gerakan berjalan setiap orang perorang

memusatkan perhatian kepada aba-aba yang diberikan dan dapat

(25)

38

BAB IV

TATA UPACARA SIPIL

Pengertian Tata Upacara Sipil

Tata Upacara Sipil (TUS) ini adalah bagian dari pembinaan

disiplin. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama

mengikuti Diklat Prajabatan, dengan semua kegiatan dilakukan

serba tertib yakni tertib di ruang kelas, tertib di ruang tidur,

tertib di ruang makan, tertib di lapangan, tertib pengaturan dan

penggunaan waktu (tepat waktu) dan kegiatan-kegiatan lain

yang tertib dan teratur. Suatu kehidupan yang serba tertib akan

melahirkan suatu disiplin yang prima.

Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan

acara yang telah dilakukan dengan gerakan-gerakan dan

langkah-langkah kaki yang sera-gam dan serentak sesuai

gerakan/langkah yang ditentu kan dalam Peraturan Baris

Berbaris (PBB).

Maka kepada peserta sebelum mendapatkan pelajaran TUS ini

harus betul-betul memahami dan menguasai serta mampu

melakukan ketentuan yang berlaku pada PBB. Karena upacara

yang berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat,

disiplin yang tinggi dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga

tercermin suatu kekhidmatan dari upcara itu. Berbagai macam

upacara yang kita ketahui, secara garis besar dikenal upacara

umum yang biasanya dilaksanakan di lapangan dan upacara

khusus biasanya di dalam ruangan.

Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan

atau acara resmi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 62

tahun 1990. Dalam pelaksanaan aturan tersebut merupakan

Pedoman Umum Tata Upacara Sipil yang memuat sebagai

perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa, siapa

yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata cara nya serta

bentuk dan jenisnya. Sedangkan Pedoman Umum pelaksanaan

upacara meliputi kelengkapan dan perlengkapan upacara,

langkah-langkah persiapan, petunjuk pelaksanaan dan susunan

acaranya.

Pada dasarnya upacara umum di lapangan jumlah pesertanya

lebih banyak, sedangkan upacara khusus diruangan pesertanya

lebih sedikit.

Manfaat

Tata Upacara Sipil berguna bagi peserta Diklat Prajabatan

(26)

masing-masing sebagai penanggung jawab upacara sebagai

pembina upacara, pemimpin upacara, upacara tertentu dan

pelaporan kesiapan mulai belajar atau selesai mengikuti

pelajaran setiap hari kepada Widyaiswara di kelas.

Pengertian Upacara Umum

Upacara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum di

lapangan yang urut-urutan acaranya telah ditentukan

diinstansi/perkantoran resmi pemerintah, misalnya upacara

peringatan Hari Ulang Tahun Instansi, Kemerdekaan Republik

Indonesia, upacara peringatan hari-hari besar nasional, upacara

serah terima jabatan yang disaksikan pegawai dan pejabat di

instansi masing masing, upacara pembukaan dan penutupan

pendidikan dan berbagai upacara lainnya.

Pejabat-Pejabat Dalam Upacara

Mengingat upacara umum cakupannya cukup luas di lapangan

perlu ditentukan pejabat-pejabatnya, antara lain:

1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab

upacara;

2. Pemimpin upacara;

3. Pembina Upacara;

Tugas-Tugas Pejabat Upacara

1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara;

a. Sebagai penangung jawab terlaksananya upacara dengan

tertib dan khidmat;

b. Menyiapkan dan menyusun tata urutan acara upacara;

c. Menyiapkan sarana dan prasarana upacara (lapangan

upacara, perlengkapan upacara dan lain-lain);

d. Menyiapkan petugas pengerek bendera dan dilatih terlebih

dahulu;

e. Menyiapkan petugas pembaca/pengucap Pembukaan

UUD Tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI (kalau

ada),

f. Menunjuk dan menyiapkan pembawa acara;

g. Menghubungi dan berkoordinasi dengan pemimpin

upacara;

h. Sebelum pembina upacara memasuki lapangan upacara,

ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab

upacara memberitahukan kepada pembina upacara hal-hal

yang penting dalam upacara sekaligus memberitahukan

bahwa upacara siap dimulai;

i. Baik buruknya pelaksanaan upacara adalah menjadi

tanggung jawab ketua panitia pelaksana

(27)

2. Pemimpin upacara;

a. Menerima laporan dari pemimpin kelompok/barisan

upacara dan mengambil alih pimpinan seluruh barisan

pesrta upacara serta menyiapkan kerapihan

kelompok/barisan upacara (jarak antar barisan yang satu

dengan yang lain diatur sedemikian rupa sehingga terlihat

rapi/teratur dan seimbang);

b. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara

dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ...

gerak" (peserta upacara sudah disiapkan);

c. Menyampaikan laporan, kepada pembina upacara bahwa

upacara siap dimulai, dengan mengucapkan kata-kata

sebagai berikut: "Lapor upacara (sebut upacara apa) ...

siap dimulai"

d. Memimpin penghormatan kepada bendera Merah Putih

dengan aba-aba: "kepada Sang Merah Putih hormat ...

gerak" selanjutnya setelah bendera sampai di

puncak/ditempatnya lalu memberikan aba-aba "tegak ...

gerak";

e. Pada waktu pembina upacara akan menyampaikan amanat

maka pemimpin upacara mengistirahatkan barisan

upacara (kalau diminta), dengan aba-aba "untuk perhatian

istirahat di tempat ... gerak";

f. Selanjutnya secara otomatis menyiapkan kembali barisan

upacara setelah pembina upacara selesai menyampaikan

amanatnya dengan aba-aba "siap ... gerak";

g. Menyampaikan laporan kepada pembina upacara bahwa

upacara selesai dengan mengucapkan kata-kata "Upacara

telah selesai dilaksanakan, laporan selesai";

h. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara

dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ...

gerak";

i. Membubarkan barisan peserta upacara.

3. Pembina Upacara

a. Memahami dan menguasai tata urutan acara upacara;

b. Menerima laporan kesiapan upacara dari penanggung

jawab upacara sebelum memasuki lapangan upacara;

c. Menerima dan membalas penghormatan umum dari

peserta upacara;

d. Memimpin mengheningkan cipta;

e. Memerintahkan kepada pemimpin upacara untuk

mengistirahatkan atau membubarkan peserta upacara;

f. Menerima laporan dari penanggung jawab upacara bahwa

(28)

Tata Urutan Upacara Umum

Kegiatan upacara umum di lapangan terdiri dari persiapan

upacara dan pelaksanaan upacara, sebagai contoh pelaksanaan

upacara penaikan bendera.

1. Persiapan Upacara

a. Seluruh peserta upacara diatur dalam kelompok/barisan,

15 menit sebelum pelaksanaan upacara dimulai,

masing-masing kelompok/barisan meluruskan barisannya;

b. Petugas upacara seperti pengerek bendera,

pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan

Panca Prasetya KORPRI serta pembawa acara telah

menempati tempat yang telah ditentukan;

c. Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara;

d. Pemimpin upacara mengambil alih pimpinan seluruh

barisan peserta upacara;

e. Pemimpin upacara merapikan/menyempurnakan susunan

barisan peserta upacara;

f. Pembawa acara membacakan urut-urutan upacara.

2. Pelaksanaan Upacara

a. Penanggung jawab upacara lapor kepada Pembina

upacara bahwa upacara siap dimulai, di luar lapangan

upacara (biasanya dilakukan di ruang VIP) dengan

kata-kata "Lapor, upacara ... (jelaskan upacara apa) siap

dimulai":

b. Pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa

upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki

lapangan upacara dan barisan disiapkan;

c. Pemimpin upacara menyiapkan barisan upacara dengan

aba-aba “Siap … gerak”.

d. Pembina upacara memasuki lapangan upacara yang

diantar oleh penanggungjawab upacara (biasanya

pembina upacara didampingi oleh ajudan untuk

membawakan map teks amanat/sambutan);

e. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang

dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba

“Kepada pembina upacara, hormat … gerak”. Setelah

dibalas oleh pembina upacara sampaikan aba-aba “Tegak

… gerak”.

f. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara

bahwa upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah :

2) Pemimpin upacara maju menghadap Pembina

upacara dan langsung menyampaikan laporan dengan

aba-aba “Lapor, upacara (sebutkan upacara apa) siap

dimulai”.

3) Setelah dijawab oleh Pembina upacara dengan

kata-kata “Lanjutkan/kembali ketempat”, maka pemimpin

(29)

Selanjutnya kembali balik kanan dan kembali

ketempat semula.

g. Persiapan Penaikan Bendera

1) Petugas pengerek bendera (biasanya 3 (tiga) orang)

membawa bendera mendekati tiang bendera;

2) Setelah sampai di tiang bendera, masing-masing

bertugas: satu memegang bendera, satu mengikat

bendera pada tali yang ada di tiang bendera dan satu

lagi memegang tali dan menaikkan bendera;

3) Setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah

seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk

dinaikkan, bunyi laporan "Bendera ... siap";

h. Penghormatan kepada Bendera Merah Putih di pim pin

oleh pemimpin upacara (ada kalanya dipimpin oleh

pembina upacara). Pelaksanaan dilakukan, begitu

mendengar laporan dari petugas pengerek bendera bahwa

bendera siap, langsung pemimpin upacara memberikan

aba-aba "Kepada Sang Merah Putih, hormat ... gerak",

(seluruh peserta upacara melakukan penghormatan).

Setelah bendera sampai ke puncak tiang bendera,

pemimpin upacara memberikan aba-aba "Tegak ... gerak

(Penghormatan selesai);

i. Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.

Pelaksanaannya pembina upacara menyampaikan

kata-kata "Mengheningkan cipta ... dimulai" (semua peserta

upcara menundukkan kepala beberapa detik) setelah itu

pembina upacara mengucap kan "Selesai" dan seluruh

peserta upacara secara serentak kembali menegakkan

kepala;

j. Pembacaan teks Pancasila. Pelaksanaannya, ajudan

menyampaikan teks Pancasila kepada pembina upacara

dan langsung dibaca satu persatu serta diikuti oleh

peserta upacara;

k. Pembacaan/pengucapan Pembukaan UUD tahun 1945

dan Panca Prasetya KORPRI,. Pelaksanaannya adalah:

1) Para pembaca/pengucap maju menghadap pembina

upacara (3 atau 4 langkah di muka pembina upacara)

dan laporan dengan katakata "Lapor

pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan

Panca Prasetya KORPRI ... siap";

2) Setelah dijawab oleh pembina upacara

"Kerjakan/laksanakan", langsung masing-masing

membacakan/mengucapkan yang di muiai dari

Pembukaan UUD tahun 1945.

3) Setelah selesai membacakan/mengucapkan, kembali

melapor kepada pembina upacara bahwa

pembacaan/pengucapan sudah dilaksanakan dengan

kata-kata "Pembacaan “pengucapan Pembukaan UUD

tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI telah

(30)

4) Setelah pembacaan/pengucapan selesai melaporkan,

dijawab oleh pembina upacara "Kembali ketempat"

dan dijawab lagi oleh pembaca/pengucap

"laksanakan", maka pembaca/pengucap langsung balik

kanan dan berjalan menuju ketempat semula;

l. Amanat Pembina Upacara

1) Pelaksanaannya ajudan memberikan teks amanat atau

pembina upacara akan menyampaikan amanat tanpa

teks, selanjutnya pembina upacara mengistruksikan

kepada pemimpin upacara mengistirahatkan barisan

upacara dengan kata-kata "Peserta upacara

diistirahatkan";

2) Begitu mendengar instruksi diistirahatkan, maka

pemimpin upacara langsung menyampaikan aba-aba

untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan

kata-kata "Istirahat ditempat ... gerak";

3) Pembina upacara membacakan atau menyampai kan

amanatnya.

4) Begitu pembina upacara selesai menyampaikan

amanatnya, maka pemimpin upacara langsung

menyiapkan kembali barisan upacara dengan aba-aba

"Siap ... gerak".

m.Pembacaan Do'a (bila ada)

Pelaksanaannya adalah petugas yang membaca do'a

(sebelumnya sudah berdiri dekat dengan pembawa acara)

langsung memimpin membacakan do'a,

n. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara

tentang selesainya upacara.

Pelaksanaannya adalah:

1) Pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara

(3 atau 4 langkah) dan langsung menyampaikan

laporan dengan kata-kata "Upacara telah dilaksanakan,

laporan selesai";

2) Setelah dijawab oleh pembina upacara dengan

kata-kata "Bubarkan", dan dijawab lagi oleh pemimpin

upacara dengan kata "Kerjakan/laksanakan", maka

pemimpin upacara balik kanan kembali ke tempat

semula"

o. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang

dipimpin oleh pemimpin upacara dengan abaaba

"Kepada pembina upacara, hormat ... gerak". Setelah

penghormatan dibatas oleh pembina upacara maka

pemimpin upacara mengucapkan aba-aba "Tegak ...

gerak".

p. Upacara Selesai

Pembina upacara berkenan meninggalkan lapangan

(31)

upacara disambut oleh penanggung jawab upacara dan

menerima laporan bahwa upacara telah dilaksanakan

dengan kata-kata laporan "Upacara telah dilaksanakan

laporan selesai".

Pengertian Upacara Khusus

Upacara khusus adalah suatu kegiatan upacara secara khusus

yang tidak memerlukan pejabat-pejabat upacara dan susunan

acara upacara secara lengkap seperti upacara umum. Banyak

sekali macam-macam Upacara khusus yang kita ketahui antara

lain laporan serah terima jabatan, laporan kenaikan pangkat,

penyumpahan jabatan. Kegiatan apel (pagi/siang), kegiatan

pelaporan belajar dan selesai belajar di kelas dan lain

sebagainya. Pada umumnya kegiatan upacara diadakan didalam

ruangan. Dalam uraian selanjutnya yang banyak kaitannya

dengan kegiatan Diklat Prajabatan akan dijelaskan pelaksanaan

kegiatan apel dan kegiatan pelapor. kesiapan belajar dan atau

selesai belajar kepada Widyaiswara di kelas.

Pelaksanaan Kegiatan Apel

Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik ditempat

pekerjaan maupun di lingkungan Diklat. Apel adalah suatu

kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi

personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan

yang dilaksanakan secara terus-menerus (rutin). Apel yang biasa

dilakukan adalah apel pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang

(selesai kerja/belajar) yang pada umumnya dilaksanakan

dilapangan dengan tertib dan khidmat serta sungguh-sungguh.

Tata Cara Apel

a. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari

barisan itu (biasanya yang tertua atau ditunjuk). Setelah

diluruskan dan dirapihkan, selanjutnya berdiri

disamping kanan barisan (menurut ketentuan PBB);

b. Setelah penerimaan apel berdiri ditengah berhadapan

dengan barisan apel dan penerima apel mengucapkan

"Apel pagi/siang ... dimulai", maka pemimpin barisan

langsung menyampaikan penghormatan umum dengan

aba-aba "Kepada penerima apel (atau disebut jabatannya

dan diucapkan oleh pemimpin yang paling kanan),

hormat ... gerak" , dan selanjutnya pemimpin barisan

bersama-sama dengan seluruh peserta apel memberikan

penghormatan;

c. Setelah penghormatan dibalas oleh penerima apel,

langsung pemimpin barisan menyampaikan aba-aba lagi

(diucapkan oleh pemimpin barisan) "Tegak ... gerak",

dan seluruh peserta apel serentak secara menghentikan

(32)

d. Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah

dimuka penerima apel selanjutnya langsung melapor

situasi apel dengan kata-kata "Lapor, apel pagi/siang

(disebutkan kelompok apa) jumlah ..., kurang ...,

keterangan kurang ..., siap";

e. Setelah diterima laporan oleh penerima apel maka

penerima apel mengucapkan kata-kata, "Kembali

ketempat" dan diulangi oleh pelapor "Kembali ketempat

atau kerjakan", selanjutnya langsung balik kanan

kembali menuju ketempat semula (disamping barisan);

f. Selanjutnya kalau ada instruksi atau pengumuman yang

akan disampaikan oleh penerima apel maka penerima

apel langsung mengistirahatkan barisan dengan

kata-kata "Istirahat ditempat ... gerak", lalu menyampaikan

instruksi atau pengumuman, setelah selesai kembali

disiapkan dengan aba-aba "Siap ... gerak";

g. Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata "Apel

pagi/siang selesai, tanpa penghormatan barisan dapat

dibubarkan, kerjakan", langsung di ulangi oleh

pemimpin barisan dengan kata "Kerjakan", dan langsung

pemimpin barisan me nyampaikan penghormatan

perorangan selanjutnya penerima apel otomatis balik

kanan, sesudah itu pemimpin barisan membubarkan

barisannya;

h. Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa

penghormatan, maka sampaikan lagi penghormatan

umum yang kegiatan dan aba-abanya seperti pada point

b.

Manfaat apel

a. Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi

serta kesiapan personil yang dipimpinnya;

b. Pada saat apel dapat disampaikan perhatian, instruksi dan

pengumuman-pengumuman;

c. Menjalin rasa persaudaraan senasib sepenangungan,

senasib seperjuangan dan meningkatkan persatuan dan

kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan;

d. Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan;

e. Meningkatkan pembinaan disiplin.

Tata Cara Kegiatan Laporan di kelas

Pelaporan kesiapan belajar di kelas kepada Widyaiswara

merupakan suatu upacara kecil/khusus di kelas yang harus

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan khidmat.

Laporan kesiapan mulai belajar

a. Setelah Widyaiswara memasuki ruang kelas dan berdiri

dimuka kelas, maka petugas piket atau petugas yang ditunjuk

untuk memimpin kelas menyiapkan kelas dengan aba-aba

(33)

b. Selanjutnya maju 2 atau 3 langkah menghadap Widyaiswara

langsung menyampaikan penghormatan (mengangkat tangan

atau mengangguk), setelah dibalas kembali kesikap sempurna

dan menyampai kan laporan dengan urut-urutan sebagai

berikut:

1) Lapor;

2) Peserta Diklat Prajab Golongan III (Departemen/Instansi)

angkatan ...

3) Jumlah ...

4) Kurang ...

5) Hadir ...

6) Keterangan kurang ...

7) Siap menerima pelajaran/pembekalan (disebutkan

pelajaran apa).

c. Sesudah itu Widyaiswara menyampaikan kata-kata

"Istirahat" dan diulangi oleh pelapor "Istirahat/ kerjakan".

d. Tanpa penghormatan langsung balik kanan dan menghadap

peserta dan selanjutnya langsung memimpin do'a dengan

menyampaikan kata-kata "Untuk mengawali pelajaran kita

pagi/siang/sore/ malam ini, marilah kita berdo'a sesuai

dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berdo'a ...

mulai". Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa

detik dan disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke

sikap sempurna.

e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya dengan

aba-aba "Duduk istirahat gerak".

Laporan selesai belajar

a. Setelah Widyaiswara mengatakan pelajaran selesai maka

petugas piket atau petugas yang ditunjuk untuk memimpin

kelas, menyiapkan kelas dengan aba-aba "Duduk siap ...

gerak"

b. Selanjutnya maju 2 atau 3 Iangkah menghadap

Widyaiswara tanpa penghormatan melaporkan dengan

kata-kata "Telah menerima pelajaran/pembekalan

(disebutkan pelajaran apa), laporan selesai"

c. Sesudah itu Widyaiswara memerintahkan "Bubarkan" dan

diulangi oleh pelapor "Bubarkan/ kerjakan".

d. Petugas piket atau Ketua kelas menyampaikan

penghormatan kepada Widyaiswara setelah dibalas

kembali kesikap sempurna dan langsung balik kanan dan

menghadap kepada peserta bergeser 2 atau 3 Iangkah

kekanan/kiri dan selanjutnya lang-sung memimpin do'a

dengan menyampaikan kata-kata "Untuk mengakhiri,

marilah kita berdo'a sesuai dengan agama dan

(34)

Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik

dan" disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke

sikap sempurna.

e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya

dengan aba-aba "Duduk istirahat ... gerak".

Catatan:

Penghormatan dalam suatu kegiatan pelaporan belajar di

kelas hanya dilakukan dua kali, pertama pada waktu mulai

belajar, dan kedua pada waktu selesai belajar.

Latihan

1. Sebutkan dasar peraturan Tata Upacara Sipil!

2. Sebutkan Tata Upacara Sipil yang .telah dilakukan pada

Instansi Saudara!

3. Siapa saja yang terlibat pada Tata Upacara?

4. Sebutkan Tata urutan upacara!

5. Apa perbedaan Tata Upacara Umum dan Khusus?

Rangkuman

Kegiatan apel maupun kegiatan pelaporan kesiapan belajar dan

selesai belajar di kelas yang dilakukan Instansi perkantoran atau

lembaga pendidikan secara terus-menerus (rutin) akan dapat

membiasakan diri untuk melaksanakan pekerjaan agar selalu

tertib, teratur dan sempurna.

Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari

kegiatan-kegiatan ini, terutama sekali menghasilkan disiplin yang tinggi

(35)

58

BAB V

KESEHATAN MENTAL

A.

PENGERTIAN

Manusia merupakan kesatuan jiwa dan raga. Akal merupakan

asset manusia yang sangat berharga yang membedakan manusia

dengan makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk individual,

makhluk sosial dan sekaligus makhluk berketuhanan.

Manusia dalam hal ini PNS adalah salah satu aset organisasi

yang paling berharga, aset yang mengelola dan dikelola, untuk

itu perlu dibina.

Pembinaan kesehatan mental PNS merupakan suatu kegiatan

yang dipandang dapat dilakukan melalui Diklat dan penyuluhan.

Pengertian Mental

Menurut Webster Dictionary, mental adalah "way of

thinking", berkenaan dengan pikiran/gangguan

saraf/kejiwaan.

Menurut Kamus Purwodarminto, mental merupakan "way of

sense".

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

mental merupakan cara berpikir dan berperasaan berdasarkan

atas nurani yang tercermin pada perilaku seseorang.

Pengertian Kesehatan Mental

Dr. Zakiah Darajat (1996) memberikan beberapa pengertian

mengenai kesehatan mental, sebagai berikut:

a. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa

("neuroses") dan dari gejala-gejala penyakit jiwa

("psychoses");

b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan

orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia

hidup;

c. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk

mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat

dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga

membaur kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta

terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa;

d. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara

fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk

menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan

merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan

(36)

B.

Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental

Pembinaan kesehatan mental bagi peserta Diklat dimaksudkan

agar peserta Diklat bermental baik (bermoral, jujur, terpercaya,

bertanggungjawab dan disiplin) dalam melaksanakan tugasnya,

dan sekaligus dapat menjadi teladan bagi lingkungannya.

C.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan

Ciri-Ciri Mental Sehat

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mental Sehat

a. Internal

1) Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri

seseorang, misalnya: sifat pemarah, halus, talenta di

bidang kesenian, dan sebagainya;

2) Faktor keturunan juga cenderung memegang peran

terhadap mental seseorang, misalnya: intelektualitas,

emosi dan potensi.

Contoh intelektualitas:

Gambar

Tabel 1 Norma Tes Lari 2,4 Km (Cooper)

Referensi

Dokumen terkait

– In other words, is this a mandatory or optional relationship for an employee.. • Must every job be assigned to

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisa penerapan metode Activity Based Costing System (Sistem ABC) tersebut pada Raihan Bakery and Cake Shop Medan

Pajanan NO 2 di udara ambien pada trimester ketiga kehamilan merupakan variabel yang paling mempengaruhi BBLR setelah dikontrol oleh variabel pajanan CO dan PM

Sesuai dengan ketentuan dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2012, kepada Rekanan yang berkeberatan atas pengumuman ini, Diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara

Sedangkan, tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan setelah dilakukan perendaman basis gigi tiruan RAPP dalam vinegar apel 6,23% dibandingkan dengan vinegar apel 5%

Media komunikasi cetak (flyer, spanduk, x-banner) merupakan media komunikasi yang paling sering anda gunakan dalam melakukan interaksi dengan PT. Media komunikasi cetak

cross sectional yaitu untuk melihat gambaran tinggi palatum berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada murid SMA Negeri 8 Medan.. 3.2 Lokasi dan

Variabel independen pada penelitian ini adalah karakteristik dewan komisaris, transparansi pengungkapan, transparansi pemegang saham, ukuran perusahaan, profitabilitas