MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PRAJABATAN GOLONGAN III
Drs. M. Jani Ladi Hartoto Hendradjaja, SH, MM
Drs. Ambar Riyanto
Hak Cipta Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2006
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110
Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188
Program Ko-Kurikuler Latihan Kesegaran Jasmani, Baris Berbaris, Tata Acara Upacara Sipil, dan Ceramah Tentang Kesehatan Mental
Jakarta – LAN – 2006 83 hlm: 15 x 21 cm
ISBN: 979 – 8619 – 92 – 7
iii
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.
Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.
Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Desember 2006
KEPALA
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
SUNARNO
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Deskripsi Singkat... 1
B. Tujuan Pembelajaran ... 1
C. Relevansi Modul dengan Tujuan Diklat... 2
BAB II KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI... 4
A. Pengertian Kesehatan dan Berpola Hidup Sehat . 4 B. Penerapan Pola Hidup Sehat Melalui ”Pesan Tangan”... 8
C. Kesegaran Jasmani ... 9
D. Latihan... 23
E. Rangkuman... 23
BAB III PERATURAN BARIS BERBARIS ... 25
A. Pengertian Baris Berbaris ... 25
B. Manfaat... 25
C. Gerakan Ditempat... 26
D. Gerakan Berjalan ... 32
E. Latihan... 37
BAB IV TATA UPACARA SIPIL... 38
A. Pengertian Tata Upacara Sipil ... 38
B. Manfaat ... 39
C. Pengertian Upacara Umum... 40
D. Pejabat-Pejabat Dalam Upacara... 40
E. Tugas-Tugas Pejabat Upacara ... 41
F. Tata Urutan Upacara Umum... 44
G. Pengertian Upacara Khusus ... 50
H. Pelaksanaan Kegiatan Apel ... 50
I. Tata Cara Kegiatan Laporan di Kelas... 53
J. Latihan ... 56
K. Rangkuman ... 56
BAB V KESEHATAN MENTAL ... 58
A. Pengertian ... 58
B. Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental ... 60
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Ciri-Ciri Mental Sehat... 60
D. Mental Produktif ... 63
E. Mental Masyarakat Modern... 64
F. Pengaruh Timbal Balik Antara Kondisi Mental dan Kondisi Fisik ... 64
G. Cara-Cara Mengatasi Gangguan Mental... 65
H. Rangkuman... 68
I. Latihan... 69
BAB VI PENUTUP... 71
A. Tes Summatif... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Deskripsi Singkat
Dalam kegiatan-kegiatan latihan Kesegaran Jasmani, Baris-berbaris, mengikuti Tata Upacara Sipil, mengikuti ceramah kesehatan mental untuk dapat meningkatkan kesehatan memupuk sikap dan perilaku peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan Golongan III agar tercapai individu yang
sehat jasmani dan rohaninya dalam kaitan dengan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
B.
Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah selesai mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan memiliki pengetahuan tentang memelihara
kesehatan jasmani melalui kegiatan:
a. Latihan kesegaran jasmani tujuannya adalah agar tercapai
individu peserta Diklat yang sehat jasmani;
b. Baris berbaris tujuannya agar peserta Diklat mampu
menerapkan peraturan baris-berbaris secara tertib, untuk
mendukung penegakan disiplin dan kerjasama antara
c. Tata Upacara Sipil tujuannya adalah agar peserta Diklat
mampu memahami dan menerapkan tata upacara sipil
dengan benar;
d. Ceramah tentang Kesehatan Mental tujuannya agar
peserta Diklat dapat memahami pentingnya kesehat an
mental dalam kaitannya dengan kelancaran pelaksanaan
tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah pembelajaran selesesai peserta dapat menjelaskan manfaat:
a. Olahraga senam bagi kesehatan jasmani;
b. Baris-berbaris bagi penegakkan disiplin dan kerjasama;
c. Tata Upacara Sipil dan penerapannya dengan benar di
instansinya;
d. Kesehatan mental bagi kelancaran pelaksanaan tugas
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
C.
Relevansi Modul Dengan Tujuan Diklat
Peningkatan kompetensi aparatur tersebut dengan melakukan pembahasan kebijakan penyelenggaraan Diklat PNS yang mempunyai sasaran ganda, yang berkaitan dan saling
menunjang.
a. Pengembangan sistem penyelenggaraan Diklat yang
terdesentralisasi, dan
b. Pengembangan program Kurikuler yang mengacu pada
standar kompetensi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan
4
BAB II
KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI
A.
Pengertian Kesehatan dan Berpola Hidup Sehat
Kesehatan merupakan dasar untuk peningkatan dan pembinaan
kesegaran jasmani, oleh karena itu sebelum seseorang melakukan
latihan kesegaran jasmani, ia mutlak harus berada dalam kondisi
"sehat".
Pola hidup sehat pada dasarnya adalah suatu kesatuan program yang
meliputi program kesehatan, kesegaran jasmani, gizi dan aktivitas
rekreasi yang bila dilaksanakan dengan baik dan benar akan
mendukung tercapainya produktivitas kerja yang tinggi. Dengan
melaksanakan pola hidup sehat secara baik dan benar maka seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) akan memperoleh tubuh yang sehat,
tingkat kesegaran jasmani yang memadai serta mampu menjaga
keseimbangan antara aktivitas fisik dan mental melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreatif.
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan pola hidup sehat adalah
sebagai berikut:
1. Berpenampilan lebih sehat dan ceria;
2. Dapat tidur nyenyak;
3. Dapat menikmati kehidupan sosial baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas hidup.
4. Dapat belajar atau berkarya lebih baik;
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja,
6. Berpikir sehat dan positif;
7. Merasa tentram dan nyaman;
8. Memiliki rasa percaya diri dan hidup seimbang.
Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992, dijelaskan bahwa
"kesehatan" adalah "keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis". Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa kesehatan
bukanlah semata-mata keadaan bebas dari penyakit, cacat atau
kelemahan. Dari pengertian tersebut tersimpulkan bahwa hidup sehat
secara badaniah, sosial dan rohani merupakan hak setiap orang.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan "pola hidup sehat" adalah segala
upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang
sehat dan menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.
Kebiasaan-kebiasaan baik, dalam pola hidup sehat, yang perlu
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
kulit, rambut, kuku, mata, telinga, mulut, gigi, tangan, dan kaki,
serta memakai pakaian yang bersih. Selain itu tubuh juga perlu
gerak dan istirahat yang cukup.
2. Makan makanan sehat, yang memenuhi gizi seimbang. Hidangan
gizi seimbang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari secara
seimbang, sesuai dengan kebutuhan tubuh.
3. Makanan yang dimakan juga harus selalu disesuaikan dengan usia
dan jenis aktivitas tubuh yang dilakukan, serta keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran energi, sehingga tercapai berat tubuh
yang proporsional. Cara mengukur berat badan yang proposional
akan dijelaskan dalam uraian tentang pengukuran tingkat kesegaran
jasmani.
4. Pemeliharaan kesehatan lingkungan, yang berarti menjaga
kebersihannya. Untuk itu tiga faktor utama yang harus terpenuhi
untuk menjaga kesehatan lingkungan adalah: tersedianya air bersih,
terakomodasinya pembuangan sampah dan limbah, serta terjaganya
kebersihan dan kesehatan kamar mandi, jamban/wc dan peturasan.
5. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui secara dini
adanya gangguan kesehatan atau penyakit, sehingga pengobatannya
akan lebih mudah dari pada jika penyakitnya sudah bertambah
parah. Bagi PNS yang usianya di bawah 40 tahun, pemeriksaan
kesehatan cukup di lakukan sekali dalam dua tahun, sedangkan bagi
yang sudah di atas 40 tahun atau lebih sebaiknya setiap tahun
dilakukan pemeriksaan kesehatan.
6. Menghindari kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan seperti
merokok dan minum alkohol serta penyalahgunaan obat, narkotik
dan zat adiktif lainnya. Juga perlu dihindari terjadinya kontak
langsung dengan orang yang menderita penyakit menular.
7. Hindari memakai perlengkapan pribadi orang lain (apalagi milik
penderita penyakit menular) seperti sikat gigi, sabun mandi, handuk,
pakaian, sendok, gelas dan sisir.
8. Jangan melakukan hubungan seksual di luar nikah, atau berperilaku
seksual menyimpang (seperti homo-seksual dan seks bebas), karena
dapat terkena penyakit menular seksual (PMS), termasuk
HIV/AIDS.
9. Mengendalikan stress dengan cara menyelesaikan pekerjaan satu
persatu pada satu saat, tidak mengkritik orang lain, selalu bersikap
ramah dan selalu mendekat kan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,
serta cukup tidur teratur setiap harinya sehingga badan akan
mendapatkan kesegaran pada hari berikutnya.
10. Olahraga dan Aerobik.
Olahraga adalah menggerakkan tubuh dalam jangka waktu tertentu.
Aerobik adalah setiap aktivitas fisik yang dapat memacu jantung dan
peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka
waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan
B.
Penerapan pola hidup sehat melalui “pesan tangan”
Untuk memudahkan seseorang agar selalu ingat untuk menerapkan pola
hidup sehat, dapat di lakukan dengan teknik "pesan tangan" seperti
tergambar dalam ilustrasi berikut ini.
Seimbang gizi: Makan makanan yang tinggi serta (50 %), rendah
garam (kurang dari 4,5 gram), rendah lemak (20 % - 30%), rendah gula
(< 10%), hindari sedapat mungkin bahan pengawet makanan, tidak
makan "cemilan", dan makan beraneka ragam makanan.
Enyahkan kebiasaan buruk: enyahkan rokok, alkohol, obat
sembarangan, seks bebas, narkotik. Enyahkan kebiasaan tidak
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala dan hindari kulit kena sinar
matahari langsung antara jam 10.00 sampai dengan jam 14.00.
Hidup seimbang, 5 harus: rekreasi, hobby, sosialisasi, nafkah batin
(kasih sayang), dan ibadah.
Awasi bagian tubuh rawan: awasi tekanan darah, gula darah, berat
badan, dan kolesterol, serta lakukan pemeriksaan kesehatan berkala
termasuk pemeriksaan gangguan alat kandungan pada wanita (PAP
Smear), pemeriksaan payudara sendiri (sadari), awasi bagian tubuh
rawan pada usia lanjut, dan awasi bagian tubuh rawan yang merupakan
faktor keturunan.
Teratur hidup: teratur makan (2-3 kali sehari), tidur cukup (7-8 jam
sehari), teratur olahraga untuk menjaga kesegaran jasmani, dan jalani
kehidupan seksual yang baik.
C.
Kesegaran Jasmani
1. Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang
berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga untuk mengisi
waktu luang dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendadak.
Pembinaan kesegaran jasmani jelas bermanfaat bagi calon PNS guna
menunjang kegiatan proses belajar mengajar selama mengikuti
pelatihan, serta kelak dapat meningkatkan produktivitas kerja yang
prima saat telah menjadi PNS. Dengan demikian, setelah mengikuti
pembelajaran ini, calon PNS. Diharapkan dapat menjelaskan
kesegaran jasmaninya.
2. Komponen Kesegaran Jasmani
Komponen kesegaran jasmani dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang
berkaitan dengan kesehatan (health-related fitness) dan komponen
yang berkaitan dengan keterampilan (skills related fitness).
kom-ponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, terdiri
dari daya tahan jantung dan paru-paru; komposisi tubuh,
fleksibilitas; kekuatan dan daya tahan otot.
Sedangkan komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
keterampilan, meliputi: daya ledak, kecepatan, kelincahan,
koordinasi, kecepatan reaksi dan keseimbangan.
Untuk dapat menjalankan tugas rutin sebagai PNS dan sebagai
anggota masyarakat yang bersosialisasi, minimal komponen
kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatanlah yang lebih
perlu mendapat perhatian. Sedangkan komponen kesegaran jasmani
yang berkaitan dengan keterampilan lebih dibutuhkan oleh orang
yang memelihara prestasi fisik, seperti atlet dan penari.
a. Daya Tahan Jantung
Daya tahan jantung dan paru-paru di kenal juga dengan istilah
daya tahan kardiorespirasi atau kapasitas aerobik, yang diartikan
sebagai kemampuan jantung, paru-paru dan peredaran darah
untuk mampu melakukan tugas-tugas fisik yang berat dalam
jangka waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang
berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Jika daya
tahan jantung dan paru-paru seseorang lemah, maka orang
tersebut akan mudah lelah dan sulit pulih setelah melakukan kerja
berat.
b. Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh merupakan perbandingan proporsi tubuh yang
di pengaruhi oleh berat badan, tinggi badan dan ukuran anggota
tubuh lainnya termasuk tebal lemak, jumlah cairan tubuh dan
sel-sel tubuh lainnya. Cara untuk mengetahui apakah berat badan
seseorang itu proporsional akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
c. Fleksibelitas
Fleksibelitas atau kelenturan selalu dikaitkan dengan ruang gerak
sendi dan elastisitas otot-otot, tendon dan ligamen. Dengan
demikian orang yang lentur adalah yang memiliki ruang gerak
luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot yang elastis.
d. Kekuatan Otot
Kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi
kesegaran jasmani karena kekuatan merupakan daya penggerak
setiap aktivitas fisik, yang memegang peranan pula dalam
melindungi seseorang dari kemungkinan cedera. Dalam
misalnya untuk mengangkat sesuatu. Jika salah satu otot cedera
dan tidak dapat digerakkan, maka akan terasa betapa pentingnya
memelihara kekuatan otot.
e. Daya Tahan Otot
Daya tahan otot mengacu kepada suatu kelompok otot yang
mampu untuk melakukan kontraksi yang berturut-turut, atau
mampu mempertahankan suatu kontraksi statis untuk waktu yang
lama. Contohnya, atlet yang melakukan push-up atau seseorang
ibu yang mengulek sambal.
3. Pemeliharaan dan Peningkatan Kesegaran Jasmani
Tingkat kesegaran jasmani seseorang perlu terus di pelihara agar
selalu berada dalam kondisi yang prima. Untuk memelihara dan
meningkatkan kesegaran jasmani perlu dibiasakan hidup sehat dan
selalu menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan
kesegaran jasmani yang teratur. Manfaat dari latihan fisik, bukan
saja meningkatkan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh, tapi juga
berdampak kepada peningkatan rasa percaya diri, perbaikan kualitas
tidur dan menurunkan tingkat stress. Disamping itu, jangan lupa
meluangkan waktu untuk rekreasi. Berikut ini diuraikan prosedur,
prinsip dan macam latihan kesegaran jasmani.
a. Prosedur Latihan Kesegaran Jasmani
Dalam melakukan latihan kesegaran jasmani perlu diikuti
prosedur latihan berikut ini agar latihan dapat bermanfaat dan
tidak menimbulkan cedera.
1) Sebelum latihan fisik, pastikan badan dalam keadaan sehat.
Terutama jika baru sembuh dari sakit atau cedera, sebaiknya
dilakukan dulu pemeriksaan kesehatan.
2) Gunakan pakaian olah raga yang memungkinkan tubuh
bergerak bebas, menyerap keringat dan sopan, bersepatu olah
raga dan gunakan topi jika berolahraga di luar gedung.
3) Mulailah latihan dengan pemanasan (warming-up), yang
merupakan gerakan umum yang ringan ditambah dengan
senam peregangan (stretching) selama sekitar 10 menit. Jika
denyut nadi sudah mencapai 110 - 120 per menit, dapat
dikatakan bahwa tubuh sudah cukup panas untuk melakukan
latihan inti.
4) Fokus awal dari latihan fisik adalah latihan dengan intensitas
rendah yang bertujuan meningkatkan daya tahan jantung dan
paru-paru, yaitu latihan aerobik seperti jogging, jalan cepat,
senam, aerobik, bersepeda statis.
5) Dalam latihan inti yang bersifat aerobik, target latihan dapat
dipantau dengan menetapkan zona latihan (training zone)
seseorang berdasarkan denyut nadinya. Denyut nadi latihan
rasakan manfaatnya. Untuk menentukan denyut nadi optimal
perlu terlebih dahulu diketahui denyut nadi maksimal dan
usia.
Berikut ini cara menghitung denyut nadi optimal, dengan
contoh usia 25 tahun.
DN maksimal: 220 - usia = 220 - 25 = 195 denyut/menit.
DN optimal : 80% x DN maksimal = 80% x 195 = 156
denyut/menit. DN minimal : 60% x DN maksimal = 60% x
195 = 117 denyut/menit.
Jadi, agar latihan aerobik yang dilakukan PNS yang berusia
25 tahun tersebut efektif, denyut nadinya saat melakukan
latihan inti berkisar antara 117 sampai dengan 156 denyut per
menit. Apabila denyut nadi latihannya dibawah 117 maka
latihan yang dilakukan tidak akan meningkatkan daya tahan
tubuhnya, maka sebaliknya, jika denyut nadinya diatas 156
maka latihan tersebut terlalu berat, dan akan berbahaya bagi
kesehatan jantungnya.
Semakin terlatih daya tahan seseorang, maka akan semakin
lama dapat bertahan latihan dalam denyut nadi optimalnya.
6) Timbulnya rasa pegal setelah latihan adalah hal yang biasa,
namun jika ada rasa nyeri setelah melakukan latihan fisik, itu
merupakan pertanda ada sesuatu yang tidak beres pada tubuh.
Oleh karena itu biasa lakukan pendinginan (cooling-down)
setelah latihan inti, terutama dengan melakukan peregangan
otot sampai denyut nadi kembali normal. Jika tidak hilang
segera periksa ke dokter.
7) Lakukan gerakan-gerakan fisik yang tidak beresiko
menyebabkan cedera.
b. Prinsip Latihan Kesegaran Jasmani
Program latihan fisik yang baik harus dapat menghasilkan
peningkatan kualitas fisik dari orang yang melakukan latihan
tersebut. Untuk bisa mencapainya program latihan harus
mengikuti prinsip-prinsip latihan sebagai berikut:
1) Prinsip dasar "overload", yaitu suatu prinsip latihan dimana
pembebanan latihan harus ditambah pada waktu tertentu,
artinya beban latihan tidak monoton, ada saatnya semakin
berat namun di selingi dengan latihan ringan.
2) Latihan untuk mencapai kondisi fisik yang baik setidaknya
harus dilakukan tiga sampai lima kali dalam seminggu,
dengan hari yang diselang-seling, misalnya Selasa, Jum'at,
Minggu. Kalau latihan hanya satu atau dua kali seminggu,
latihan tersebut tidak cukup untuk meningkatkan kualitas
fisik. Sebaliknya, jika terlalu banyak sampai hampir setiap
tubuh.
3) Latihan harus progresif, artinya secara berangsur angsur
disesuaikan dengan perkembangan prestasi orang yang
melakukan latihan, misalnya dalam minggu pertama latihan
jogging selama 20 menit, maka minggu berikutnya bisa di
tingkatkan menjadi 25 - 30 menit dan seterusnya. Latihan juga
mengandung unsur individualitas, karena sebenarnya tidak
ada program latihan yang langsung cocok untuk semua orang.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam prinsip individualitas
ini antara lain: jenis kelamin, usia, tingkat kesegaran jasmani,
selera, komposisi dan tipe tubuh serta karakter
kepribadiannya.
4. Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani
Tingkat kesegaran jasmani PNS dapat diketahui dengan mengukur
berbagai komponen kesegaran jasmaninya, ataupun dengan
mengukur tingkat kesegaran jasmani umum yang biasanya
dilakukan dengan suatu rangkaian tes fisik. Namun dalam pelatihan
ini, hanya tiga macam pengukuran yang berhubungan dengan
kesegaran jasmani yang akan dibahas dan dipraktekkan, yaitu
pengukuran denyut nadi, pengukuran berat badan proposional, dan
pengukuran kapasitas aerobik.
Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan para calon PNS peserta
pelatihan akan memiliki kebiasaan untuk melakukan pengukuran
kesegaran jasmaninya, sehingga para PNS dapat mengontrol tingkat
kesegaran jasmaninya.
a. Pengukuran Denyut Nadi
Pengukuran denyut nadi, khususnya denyut nadi istirahat, perlu
dilakukan setiap hari. Kegunaannya adalah kita dapat memonitor
kondisi tubuh, apakah mengalami kelelahan atau kurang istirahat.
Saat terbaik mengukur denyut nadi istirahat adalah saat setelah
bangun tidur, pada saat masih terbaring. Denyut nadi ini disebut
sebagai denyut nadi basal.
Cara penghitungan denyut nadi yang paling sederhana adalah
dengan meraba pergelangan tangan sebelah dalam (arteri
radialis) atau leher (arteri carotis). Setelah denyut nadi teraba,
hitung denyutnya selama satu menit, untuk mempercepat
penghitungan, dapat dihitung dalam 15 detik lalu dikalikan 4,
atau selama 30 detik lalu hasilnya dikalikan dua. Denyut nadi
istirahat yang normal pada orang dewasa berkisar antara 60 - 80
denyut permenit. Jika saat bangun tidur denyut mendekati 100
maka itu salah satu pertanda tubuh tidak sehat.
b. Pengukuran Berat Badan
Yang dimaksud dengan berat badan proporsional adalah
keseimbangan antara berat badan dan tinggi badan. Salah satu
tersebut adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (body
mass index = BMI). Untuk itu terlebih dahulu harus diketahui
berat badan dan tinggi badannya.
Perhitungan BMI menggunakan rumus sebagai berikut:
Contoh: Berat badan= 60 kg, Tinggi badan = 160 cm BMI =
(60 kg)/(1,6 m) x (1,6 m) = 60/2.56 = 23,4 kg /M2.
c. Pengukuran Kapasitas Aerobika
Sebelum melakukan pengukuran atau tes kapasitas aerobik, ikuti
dahulu hal-hal berikut ini:
1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat berdasarkan
pemeriksaan dokter. Jika tekanan darah sedang terlalu tinggi
atau terlalu rendah, lebih baik tes dilakukan di lain hari.
Demikian juga jika peserta sedang merasa pusing, kurang
tidur, denyut nadi mendekati 100 per menit, atau tidak sehat,
jangan mengikuti tes.
2) Malam sebelum mengikuti tes, peserta harus cukup tidur.
3) Sebelum melakukan tes peserta tidak melakukan latihan fisik
yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol ataupun
obat-obatan.
4) Gunakan pakaian olah raga yang ringan dan tidak
mengganggu gerakan.
5) Tes sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00,
atau jika terpaksa dapat dilakukan pada sore hari setelah
matahari tidak menyengat, dan peserta tidak dalam keadaan
lelah.
Ada beberapa macam jenis mengukuran tes aerobik yang bisa
dilakukan perorangan maupun secara massal. Tes yang paling
mudah dilaksanakan adalah tes lari 2,4 km dan tes jalan cepat
4,8 km (protokol test cooper). Ada pula tes lari 15 menit
(Baike), tes naik turun bangku (Harvard step test) dan tes lari
multi tahap (Bleep-test). Dalam uraian ini hanya kedua tes yang
pertama di sebut tadi yang akan dibahas dan di praktekkan
pelaksanaannya.
1) Tes Lari 2,4 km
Tujuan dari pada tes ini adalah untuk mengukur daya tahan
jantung dan paru-paru. Untuk itu diperlukan lintasan lari
sepanjang 2,4 km yang bisa berbentuk lintasan atletik
dapat dilakukan di jalan raya atau lintasan lari. Yang
penting, jaraknya harus terukur benar sejauh 2,4 km.
Alat bantu yang diperlukan adalah stop watch. Jika tes
dilakukan terhadap orang banyak (massal), maka diperlukan
petugas pencatat waktu dan pencatat jarak. Tes dilakukan
dengan start berdiri. Tes dimulai saat aba-aba start (biasanya
petugas start teriak "ya" atau sambil mengibaskan bendera
start) bersamaan dengan mengaktifkan stop watch. Lalu
peserta tes berlari secepatnya menempuh jarak 2,4 km
dengan kecepatan yang diatur sendiri. Peserta boleh
mengurangi kecepatan lari jika ia merasa lelah, namun harus
tetap lari atau berjalan jangan berhenti.
Pada saat peserta tes melewati garis finish di kilometer 2,4
stop watch dimatikan. Waktu yang tertera untuk menempuh
jarak 2,4 km itulah prestasi yang dicapai. Hasil waktu tes
kemudian dilihat dalam Tabel 1 sesuai dengan jenis kelamin
[image:16.792.461.702.110.404.2]dan usia.
Tabel 1
Norma Tes Lari 2,4 Km (Cooper)
2) Tes Jalan Cepat 4,8 km
Pelaksanaan tes jalan cepat ini mirip tes lari dengan tes lari
2,4 km. Bedanya jarak yang ditempuh adalah 4,8 km dan
dalam tes jalan cepat ini peserta harus berjalan kaki
secepatnya, namun tidak boleh berlari. Yang dikatagorikan
melayang (tidak menginjak tanah). Tes jalan cepat ini lebih
sering di berikan kepada PNS yang usianya di atas 40 tahun.
Cara start, finish dan penghitungan waktu sama dengan tes
lari 2,4 km.
Katagori hasil waktu tes dapat dilihat dalam Tabel 2 sesuai
dengan jenis kelamin dan usia.
Tabel 2
Norma Tes Jalan Cepat 4,8 Km (Cooper)
Agar para peserta lebih memahami dan dapat mengerti cara
pelaksanaan pengukuran kesegaran jasmani ini, akan
dilakukan praktek yang sekaligus untuk mengukur tingkat
kesegaran jasmani peserta. Idealnya, pengukuran kesegaran
jasmani dilakukan secara berkala, misalnya setiap tiga bulan
sekali, agar perkembangan tingkat kesegaran jasmani hasil
latihan fisik dapat diketahui manfaatnya.
D.
Latihan
Bentuklah kelompok sesuai dengan jumlah peserta untuk mengkaji
hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi siapa yang dianggap dan apa kreteria sehat itu?
2. Mengidentifikasi jenis yang berkatagori sehat?
3. Mengidentifikasikan persyaratan-persyaratan yang diperlukan pada
setiap jenis-jenis sehat tersebut.
4. Waktu penyelesaian (mulai dari proses sampai menjadi kajian
sehat).
5. Mengapa kita melakukan latihan kesegaran jasmani?
6. Apa saja yang harus kita lakukan sebelum melakukan kegiatan
kesegaran jasmani?
7. Kegiatan kesegaran jasmani bagi yang berusia 40 tahun ke atas,
bagaimana bentuknya!
E.
Rangkuman
1. Kesegaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan kelelahan yang
berlebihan, serta masih memiliki cadangan tenaga.
bagian, yaitu Komponen yang berkaitan dengan kesehatan (health
related fitness) dan komponen yang berkaitan dengan keterampilan
(skills related fitness).
3. Untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani perlu
dibiasakan hidup sehat dan selalu menjaga kebugaran tubuh dengan
melakukan latihan.
4. Dalam melaksanakan kegiatan kesegaran jasmani perlu diukur
tingkatan kesegaran tersebut, yaitu untuk melakukan pengukuran
denyut nadi, pengukuran berat badan dan pengukuran kapasitas
aerobiknya.
25
BAB III
PERATURAN BARIS BERBARIS
A.
Pengertian Baris Berbaris
Peraturan Baris Berbaris (PBB) ini adalah dalam rangka
pembinaan dan kerjasama antar peserta.
Salah satu dasar pembinaan disiplin adalah melalui latihan PBB.
Jadi PBB berarti bukanlah mengarahkan peserta menjadi TNI
atau Militer tetapi untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar
dapat menunjang pelayanan yang prima pula. PBB tujuannya
adalah antara lain, membentuk sikap, membentuk disiplin,
membina kebersamaan/kesetiakawanan, dan lain-lain.
Pokok-pokok baris-berbaris diberikan peserta untuk mengikuti
upacara serta digunakan untuk pelaporan kesiapan belajar di
kelas dengan gerakan-gerakan di tempat dan berjalan yang serba
tertib guna mendukung penegakan disiplin.
B.
Manfaat
1. Peraturan baris-berbaris dimaksudkan untuk mengatur
bersama-sama secara tertib dan serempak baik gerakan
ditempat maupun gerakan berjalan.
2. Pengetahuan PBB sangat bermanfaat bagi peserta Diklat
Prajabatan Golongan III baik selama mengikuti Diklat
maupun setelah Diklat, guna mendukung tugas pokok.
Pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar
peserta dilakukan melalui PBB. Gerakan-gerakan enerjik
dari kedisiplinan yang tinggi serta rasa karsa yang
dihasilkan dari latihan PBB sangat diperlukan dalam
pelaksanaan tugas.
C.
Gerak Ditempat
Gerakan ditempat diperlukan untuk mempersiapkan atau
merapikan barisan dalam menghadapi upacara-upacara,
melaksanakan apel kerja pagi/siang, apel belajar pagi/persiapan
pelaporan belajar pagi/siang di kelas
1. Contoh-Contoh
Gerakan-gerakan di tempat yang umum dilakukan adalah:
a. Sikap sempurna;
b. Lencang kanan;
c. Lencang depan;
d. Berhitung;
e. Hadap kanan;
f. Hadap kiri;
g. Hadap serong kanan/kiri;
h. Balik Kanan;
i. Istirahat ditempat.
2. Latihan
Untuk melaksanakan gerakan-gerakan ditempat dilakukan
melalui aba-aba yang diberikan oleh pelatih atau pimpinan
barisan. Aba-aba yang diberikan terdiri dan aba-aba
peringatan dan aba-aba pelaksanaan diperlukan jarak waktu
beberapa detik agar anggota barisan dapat mempersiapkan
diri dan melaksanakannya secara serempak.
a. Sikap Sempurna
Membentuk sikap sempurna dengan aba-aba "siap ...
Gerak", (berdiri) atau "duduk siap ... gerak" (dalam
keadaan duduk).
1) Begitu mendengar aba-aba "siap gerak" (dilapangan
/berdiri).
a) Kaki kiri ditarik rapat-rapat lurus ke kaki kanan dan
ujung kaki membentuk sudut 45°;
b) Pandangan lurus kedepan;
c) Dagu ditarik;
d) Dada dibusungkan dan perut ditarik/dikempiskan;
e) Tangan lurus ke bawah rapat dengan paha dan
2) Setelah dilaksanakan tidak boleh bergerak lagi dan
melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara atau
senyum.
3) Khusus untuk di ruangan kelas dalam rangka persiapan
pelaporan belajar, begitu mendengar aba-aba "duduk
siap ... gerak", langsung sikap sempurna di tempat
duduk, pandangan lurus kedepan, kaki rapat, dagu
ditarik, duduk tegak (dada busung), tangan mengepal
menempel di tangkai kursi atau paha, tidak boleh lagi
bergerak dan melirik ke kiri atau ke kanan serta
bersuara atau tersenyum.
b. Lencang kanan/Lencang depan
Untuk meluruskan atau merapikan barisan dengan aba-aba
"lencang kanan ... gerak" (barisan berbentuk SAF) atau
"lencang depan ... gerak" (barisan berbetuk BANJAR).
1) Begitu mendengar aba-aba "lencang kanan ... gerak"
(bersaf);
a) Saf 1 (depan) langsung menoleh ke kanan
bersamaan dengan melencangkan tangan kanan
lurus ke kanan menyenggol pangkal tangan kiri
orang di sebelah kanannya, khusus saf 2 dan 3
hanya menoleh ke kanan sejenak sambil
meluruskan langsung kembali menoleh ke depan.
b) Untuk staf 1 setelah mendengar aba-aba "tegak ...
gerak", langsung menurunkan/meluruskan
tangannya memalingkan mukanya ke depan.
2) Khusus lencang depan berlaku untuk barisan yang
bentuknya berbanjar. Begitu mendapat aba-aba
"lencang depan ... gerak", banjar paling kanan
mengangkat tangan lurus ke depan dengan jarak 2
kepal dengan punggung di depannya, dan setelah
mendengar aba-aba "tegak ... gerak", kembali sikap
sempurna.
c. Berhitung
Untuk mengetahui jumlah personil dalam barisan (3
bersaf), berikan aba-aba "hitung ... mulai"
1) Begitu mendengar aba-aba "hitung ... mulai"
a) Saf 1 (depan) serentak menoleh ke kanan, dan
setelah mendapatkan aba-aba pelaksanaan mulai
berturut-turut menghitung dari kanan ke kiri.
mengucapkan "lengkap" kalau barisan lengkap
kelipatan 3, mengatakan "kurang 1 atau kurang 2"
kalau barisan kurang dari kelipatan 3.
2) Setelah menghitung langsung orang perorang dari saf
depan itu menoleh ke depan (sikap sempurna).
d. Hadap kanan/hadap kiri
1) Hadap kanan
Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan gerak",
langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan
sebagai poros berputar 900 ke kanan.
b) Badan putar 900 ke kanan.
c) Kaki kiri ditutup kembali kesikap sempurna.
2) Hadap kiri
Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri gerak",
langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri
sebagai poros berputar 900 ke kiri.
b) Badan putar 90° ke kiri.
c) Kaki kanan ditutup kembali kesikap sempurna.
e. Hadap serong kanan/kiri
1) Hadap serong kanan
Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kanan ...
gerak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri diangkat serong sedikit ke kanan, kaki
kanan sebagai poros berputar 45° ke kanan.
b) Badan putar 450 ke kanan.
c) Kaki kiri ditutup kembali kesikap sempurna.
2) Hadap serong kiri
Begitu mendengar aba-aba "hadap serong kiri ...
gerak", langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kanan diangkat serong ke kiri, kaki kiri
sebagai poros berputar 450 ke kiri. b) Badan putar 450 ke kiri.
c) Kaki kanan ditutup kembali kesikap sempurna.
f. Balik kanan
1) Balik kanan
Begitu mendengar aba-aba "balik kanan ... gerak",
langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri diangkat serong ke kanan, kaki kanan
sebagai poros berputar 1800 ke kanan/ke belakang.
b) Badan putar 180° ke kanan/ke belakang.
g. Istirahat di tempat
1) Begitu mendengar aba-aba "istirahat di tempat ...
gerak", Langsung melakukan gerakan:
a) Kaki kiri dibuka selebar bahu (± 20 atau 30 cm).
b) Kedua tangan ditarik kebelakang menempel di
punggung, tangan kiri memegang pergelangan
tangan kanan.
c) Pada waktu di istirahatkan pandangan tetap lurus ke
depan, perhatian dipusatkan pada
pelatih/pemimpinan barisan.
D.
Gerak Berjalan
Gerakan berjalan diperlukan pada saat menggerakkan,
memindahkan, atau menggeser barisan dari suatu tempat ke
tempat lain.
Gerakan-gerakan berjalan ini memerlukan kekompakan,
ketertiban, keseragaman dalam rangka memupuk rasa
kebersamaan.
1.
Contoh-Contoh
a. Maju jalan;
b. Hadap kanan/kiri maju jalan;
c. Balik kanan maju jalan;
d. Jalan di tempat;
e. Berhenti;
f. Belok kanan/kiri jalan;
g. Bubar jalan.
2. Praktek Pelaksanaan
Untuk menggerakkan/memindahkan barisan atau
melaksanakan gerak jalan pada umumnya barisan berbentuk
berbanjar, yang dimulai dengan aba-aba "maju ... jalan". Pada
waktu memberikan aba-aba, sama halnya dengan gerakan
ditempat, harus ada jarak waktu beberapa detik antara
aba-aba peringatan dan aba-aba-aba-aba pelaksanaan.
a. Maju jalan
Barisan setelah dirapikan dan menghadap kearah gerakan.
1) Begitu mendengar aba-aba "maju ... jalan", langsung
melakukan gerakan-gerakan:
a) Langkah pertama, secara serempak dimulai dengan
kaki kiri dihentakan.
b) Tangan kanan lurus kedepan, dan langsung
berjalan.
2) Waktu sedang berjalan pandangan tetap lurus ke depan
dan yang menjadi penjuru sebagai patokan agar
langkah tetap sama adalah orang yang paling depan
b. Hadap kanan maju jalan
Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kanan akan
langsung berjalan.
1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kanan maju ...
jalan", langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Hadap kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang
tadinya harus menutup tapi sekarang dihenti kan
menjadi langkah pertama.
b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan.
c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.
2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.
c. Hadap kiri maju jalan
Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kirikan
Langsung berjalan.
1) Begitu mendengar aba-aba "hadap kiri maju ... jalan",
langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Hadap kiri, dengan ketentuan kaki kanan yang
tadinya harus menutup tapi sekarang dihenti kan
menjadi langkah pertama;
b) Tangan kiri lurus ke depan dan Langsung berjalan.
c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.
3) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.
d. Balik Kanan maju jalan
Barisan yang akan digerakkan setelah dihadap kanankan
langsung berjalan.
1) Begitu mendengar aba-aba "balik kanan maju ... jalan",
langsung melakukan gerakan-gerakan:
a) Balik kanan, dengan ketentuan kaki kiri yang
tadinya harus menutup tapi sekarang dihentikan
menjadi langkah pertama.;
b) Tangan kanan lurus ke depan dan langsung jalan.
c) Pelaksanaannya dilakukan serempak.
2) Selanjutnya ketentuan sama dengan gerak maju jalan.
e. Jalan di tempat
Guna merapikan dan merapatkan barisan dapat dilakukan
jalan ditempat, dengan aba-aba "jalan ditempat ... gerak".
1) Begitu mendengar aba-aba "jalan ditempat ... gerak”,
yang boleh jatuh pada kaki kiri dan boleh jatuh kaki
kanan, langsung melakukan gerakangerakan:
a) Tambah satu langkah bila jatuh kaki kiri dan
tambah dua langkah bila jatuh kaki kanan.
b) Kaki/paha diangkat rata-rata air disamakan
2) Pada waktu jalan ditempat pandangan lurus kedepan,
sambil merapikan barisan. Yang menjadi patokan
untuk menyamaratakan kaki adalah pen juru yaitu
3) Tangan lurus ke bawah (tidak melenggang).
f. Menghentikan barisan
Barisan bisa dihentikan baik pada waktu sedang berjalan
maupun sedang jalan di tempat dengan aba-aba "berhenti
... gerak".
1) Begitu mendengar aba-aba "berhenti ... gerak", bisa
jatuh kaki kiri dan bisa jatuh kaki kanan langsung
melakukan gerakan-gerakan:
a) Tambah satu langkah (bila jatuh kaki kiri) atau
tambah dua langkah (bila jatuh kaki kanan) dan
langkah berikutnya menutup/berhenti: kaki kiri
selalu menutup.
b) Setelah berhenti tidak boleh gerak dulu.
2) Untuk merapikan barisan setelah berhenti, perlu
dilencang kanankan atau dilencang depankan.
g. Bubar Jalan
Untuk membubarkan barisan secara tertib diberikan
aba-aba "bubar ... jalan", langsung melakukan
gerakan-gerakan:
1) Memberikan penghormatan barisan secara serentak.
2) Begitu selesai dibalas dengan yang membubarkan
langsung tangan diturunkan dan otomatis balik kanan
dengan kaki kiri menghentakkan secara serempak.
E.
Latihan
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Peraturan Baris Berbaris
(PBB) ?
2. Manfaat apa saja didalam melakukan kegiatan PBB ?
3. Sebutkan Contoh-contoh gerakan di tempat !
4. Sebutkan contoh-contoh gerakan berjalan !
5. Coba berikan aba-aba dari Baris-berbaris.
F.
Rangkuman
Gerakan-gerakan yang umum dilakukan adalah gerakan maju
jalan, belok kanan/kiri, balik kanan maju jalan, jalan ditempat,
belok kanan/kiri jalan, menghentikan barisan dan membubarkan
barisan.
Pada pokoknya gerakan berjalan ini sasarannya adalah melatih
kelompok/barisan agar terbentuk kekompakan dan kerjasama
yang harmonis. Dalam suatu barisan bila terlihat salah seorang
menyimpang dari aba-aba yang diberikan,. Akibatnya akan jelas
memporak-porandakan barisan itu, misalnya pada waktu
diberikan aba-aba hadap kanan, maju jalan, maka barisan
utamanya pada gerakan berjalan setiap orang perorang
memusatkan perhatian kepada aba-aba yang diberikan dan dapat
38
BAB IV
TATA UPACARA SIPIL
Pengertian Tata Upacara Sipil
Tata Upacara Sipil (TUS) ini adalah bagian dari pembinaan
disiplin. Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama
mengikuti Diklat Prajabatan, dengan semua kegiatan dilakukan
serba tertib yakni tertib di ruang kelas, tertib di ruang tidur,
tertib di ruang makan, tertib di lapangan, tertib pengaturan dan
penggunaan waktu (tepat waktu) dan kegiatan-kegiatan lain
yang tertib dan teratur. Suatu kehidupan yang serba tertib akan
melahirkan suatu disiplin yang prima.
Upacara dilakukan secara tertib dan teratur menurut urut-urutan
acara yang telah dilakukan dengan gerakan-gerakan dan
langkah-langkah kaki yang sera-gam dan serentak sesuai
gerakan/langkah yang ditentu kan dalam Peraturan Baris
Berbaris (PBB).
Maka kepada peserta sebelum mendapatkan pelajaran TUS ini
harus betul-betul memahami dan menguasai serta mampu
melakukan ketentuan yang berlaku pada PBB. Karena upacara
yang berdasarkan PBB itu membutuhkan mental yang kuat,
disiplin yang tinggi dan fisik yang bugar dan tegar, sehingga
tercermin suatu kekhidmatan dari upcara itu. Berbagai macam
upacara yang kita ketahui, secara garis besar dikenal upacara
umum yang biasanya dilaksanakan di lapangan dan upacara
khusus biasanya di dalam ruangan.
Aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara kenegaraan
atau acara resmi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 62
tahun 1990. Dalam pelaksanaan aturan tersebut merupakan
Pedoman Umum Tata Upacara Sipil yang memuat sebagai
perencana dan pelaksanaan upacara untuk menjawab apa, siapa
yang harus berbuat apa, dimana dan bilamana tata cara nya serta
bentuk dan jenisnya. Sedangkan Pedoman Umum pelaksanaan
upacara meliputi kelengkapan dan perlengkapan upacara,
langkah-langkah persiapan, petunjuk pelaksanaan dan susunan
acaranya.
Pada dasarnya upacara umum di lapangan jumlah pesertanya
lebih banyak, sedangkan upacara khusus diruangan pesertanya
lebih sedikit.
Manfaat
Tata Upacara Sipil berguna bagi peserta Diklat Prajabatan
masing-masing sebagai penanggung jawab upacara sebagai
pembina upacara, pemimpin upacara, upacara tertentu dan
pelaporan kesiapan mulai belajar atau selesai mengikuti
pelajaran setiap hari kepada Widyaiswara di kelas.
Pengertian Upacara Umum
Upacara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum di
lapangan yang urut-urutan acaranya telah ditentukan
diinstansi/perkantoran resmi pemerintah, misalnya upacara
peringatan Hari Ulang Tahun Instansi, Kemerdekaan Republik
Indonesia, upacara peringatan hari-hari besar nasional, upacara
serah terima jabatan yang disaksikan pegawai dan pejabat di
instansi masing masing, upacara pembukaan dan penutupan
pendidikan dan berbagai upacara lainnya.
Pejabat-Pejabat Dalam Upacara
Mengingat upacara umum cakupannya cukup luas di lapangan
perlu ditentukan pejabat-pejabatnya, antara lain:
1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab
upacara;
2. Pemimpin upacara;
3. Pembina Upacara;
Tugas-Tugas Pejabat Upacara
1. Ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab upacara;
a. Sebagai penangung jawab terlaksananya upacara dengan
tertib dan khidmat;
b. Menyiapkan dan menyusun tata urutan acara upacara;
c. Menyiapkan sarana dan prasarana upacara (lapangan
upacara, perlengkapan upacara dan lain-lain);
d. Menyiapkan petugas pengerek bendera dan dilatih terlebih
dahulu;
e. Menyiapkan petugas pembaca/pengucap Pembukaan
UUD Tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI (kalau
ada),
f. Menunjuk dan menyiapkan pembawa acara;
g. Menghubungi dan berkoordinasi dengan pemimpin
upacara;
h. Sebelum pembina upacara memasuki lapangan upacara,
ketua panitia pelaksana upacara/penanggung jawab
upacara memberitahukan kepada pembina upacara hal-hal
yang penting dalam upacara sekaligus memberitahukan
bahwa upacara siap dimulai;
i. Baik buruknya pelaksanaan upacara adalah menjadi
tanggung jawab ketua panitia pelaksana
2. Pemimpin upacara;
a. Menerima laporan dari pemimpin kelompok/barisan
upacara dan mengambil alih pimpinan seluruh barisan
pesrta upacara serta menyiapkan kerapihan
kelompok/barisan upacara (jarak antar barisan yang satu
dengan yang lain diatur sedemikian rupa sehingga terlihat
rapi/teratur dan seimbang);
b. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara
dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ...
gerak" (peserta upacara sudah disiapkan);
c. Menyampaikan laporan, kepada pembina upacara bahwa
upacara siap dimulai, dengan mengucapkan kata-kata
sebagai berikut: "Lapor upacara (sebut upacara apa) ...
siap dimulai"
d. Memimpin penghormatan kepada bendera Merah Putih
dengan aba-aba: "kepada Sang Merah Putih hormat ...
gerak" selanjutnya setelah bendera sampai di
puncak/ditempatnya lalu memberikan aba-aba "tegak ...
gerak";
e. Pada waktu pembina upacara akan menyampaikan amanat
maka pemimpin upacara mengistirahatkan barisan
upacara (kalau diminta), dengan aba-aba "untuk perhatian
istirahat di tempat ... gerak";
f. Selanjutnya secara otomatis menyiapkan kembali barisan
upacara setelah pembina upacara selesai menyampaikan
amanatnya dengan aba-aba "siap ... gerak";
g. Menyampaikan laporan kepada pembina upacara bahwa
upacara selesai dengan mengucapkan kata-kata "Upacara
telah selesai dilaksanakan, laporan selesai";
h. Memimpin penghormatan umum kepada pembina upacara
dengan aba-aba "kepada pembina upacara hormat ...
gerak";
i. Membubarkan barisan peserta upacara.
3. Pembina Upacara
a. Memahami dan menguasai tata urutan acara upacara;
b. Menerima laporan kesiapan upacara dari penanggung
jawab upacara sebelum memasuki lapangan upacara;
c. Menerima dan membalas penghormatan umum dari
peserta upacara;
d. Memimpin mengheningkan cipta;
e. Memerintahkan kepada pemimpin upacara untuk
mengistirahatkan atau membubarkan peserta upacara;
f. Menerima laporan dari penanggung jawab upacara bahwa
Tata Urutan Upacara Umum
Kegiatan upacara umum di lapangan terdiri dari persiapan
upacara dan pelaksanaan upacara, sebagai contoh pelaksanaan
upacara penaikan bendera.
1. Persiapan Upacara
a. Seluruh peserta upacara diatur dalam kelompok/barisan,
15 menit sebelum pelaksanaan upacara dimulai,
masing-masing kelompok/barisan meluruskan barisannya;
b. Petugas upacara seperti pengerek bendera,
pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan
Panca Prasetya KORPRI serta pembawa acara telah
menempati tempat yang telah ditentukan;
c. Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara;
d. Pemimpin upacara mengambil alih pimpinan seluruh
barisan peserta upacara;
e. Pemimpin upacara merapikan/menyempurnakan susunan
barisan peserta upacara;
f. Pembawa acara membacakan urut-urutan upacara.
2. Pelaksanaan Upacara
a. Penanggung jawab upacara lapor kepada Pembina
upacara bahwa upacara siap dimulai, di luar lapangan
upacara (biasanya dilakukan di ruang VIP) dengan
kata-kata "Lapor, upacara ... (jelaskan upacara apa) siap
dimulai":
b. Pembawa acara mulai membacakan acara upacara bahwa
upacara segera dimulai, pembina upacara memasuki
lapangan upacara dan barisan disiapkan;
c. Pemimpin upacara menyiapkan barisan upacara dengan
aba-aba “Siap … gerak”.
d. Pembina upacara memasuki lapangan upacara yang
diantar oleh penanggungjawab upacara (biasanya
pembina upacara didampingi oleh ajudan untuk
membawakan map teks amanat/sambutan);
e. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang
dipimpin oleh pemimpin upacara dengan aba-aba
“Kepada pembina upacara, hormat … gerak”. Setelah
dibalas oleh pembina upacara sampaikan aba-aba “Tegak
… gerak”.
f. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara
bahwa upacara siap dimulai, pelaksanaannya adalah :
2) Pemimpin upacara maju menghadap Pembina
upacara dan langsung menyampaikan laporan dengan
aba-aba “Lapor, upacara (sebutkan upacara apa) siap
dimulai”.
3) Setelah dijawab oleh Pembina upacara dengan
kata-kata “Lanjutkan/kembali ketempat”, maka pemimpin
Selanjutnya kembali balik kanan dan kembali
ketempat semula.
g. Persiapan Penaikan Bendera
1) Petugas pengerek bendera (biasanya 3 (tiga) orang)
membawa bendera mendekati tiang bendera;
2) Setelah sampai di tiang bendera, masing-masing
bertugas: satu memegang bendera, satu mengikat
bendera pada tali yang ada di tiang bendera dan satu
lagi memegang tali dan menaikkan bendera;
3) Setelah bendera diikat dan dikembangkan, maka salah
seorang melaporkan bahwa bendera siap untuk
dinaikkan, bunyi laporan "Bendera ... siap";
h. Penghormatan kepada Bendera Merah Putih di pim pin
oleh pemimpin upacara (ada kalanya dipimpin oleh
pembina upacara). Pelaksanaan dilakukan, begitu
mendengar laporan dari petugas pengerek bendera bahwa
bendera siap, langsung pemimpin upacara memberikan
aba-aba "Kepada Sang Merah Putih, hormat ... gerak",
(seluruh peserta upacara melakukan penghormatan).
Setelah bendera sampai ke puncak tiang bendera,
pemimpin upacara memberikan aba-aba "Tegak ... gerak
(Penghormatan selesai);
i. Mengheningkan cipta dipimpin oleh pembina upacara.
Pelaksanaannya pembina upacara menyampaikan
kata-kata "Mengheningkan cipta ... dimulai" (semua peserta
upcara menundukkan kepala beberapa detik) setelah itu
pembina upacara mengucap kan "Selesai" dan seluruh
peserta upacara secara serentak kembali menegakkan
kepala;
j. Pembacaan teks Pancasila. Pelaksanaannya, ajudan
menyampaikan teks Pancasila kepada pembina upacara
dan langsung dibaca satu persatu serta diikuti oleh
peserta upacara;
k. Pembacaan/pengucapan Pembukaan UUD tahun 1945
dan Panca Prasetya KORPRI,. Pelaksanaannya adalah:
1) Para pembaca/pengucap maju menghadap pembina
upacara (3 atau 4 langkah di muka pembina upacara)
dan laporan dengan katakata "Lapor
pembaca/pengucap Pembukaan UUD tahun 1945 dan
Panca Prasetya KORPRI ... siap";
2) Setelah dijawab oleh pembina upacara
"Kerjakan/laksanakan", langsung masing-masing
membacakan/mengucapkan yang di muiai dari
Pembukaan UUD tahun 1945.
3) Setelah selesai membacakan/mengucapkan, kembali
melapor kepada pembina upacara bahwa
pembacaan/pengucapan sudah dilaksanakan dengan
kata-kata "Pembacaan “pengucapan Pembukaan UUD
tahun 1945 dan Panca Prasetya KORPRI telah
4) Setelah pembacaan/pengucapan selesai melaporkan,
dijawab oleh pembina upacara "Kembali ketempat"
dan dijawab lagi oleh pembaca/pengucap
"laksanakan", maka pembaca/pengucap langsung balik
kanan dan berjalan menuju ketempat semula;
l. Amanat Pembina Upacara
1) Pelaksanaannya ajudan memberikan teks amanat atau
pembina upacara akan menyampaikan amanat tanpa
teks, selanjutnya pembina upacara mengistruksikan
kepada pemimpin upacara mengistirahatkan barisan
upacara dengan kata-kata "Peserta upacara
diistirahatkan";
2) Begitu mendengar instruksi diistirahatkan, maka
pemimpin upacara langsung menyampaikan aba-aba
untuk mengistirahatkan barisan upacara dengan
kata-kata "Istirahat ditempat ... gerak";
3) Pembina upacara membacakan atau menyampai kan
amanatnya.
4) Begitu pembina upacara selesai menyampaikan
amanatnya, maka pemimpin upacara langsung
menyiapkan kembali barisan upacara dengan aba-aba
"Siap ... gerak".
m.Pembacaan Do'a (bila ada)
Pelaksanaannya adalah petugas yang membaca do'a
(sebelumnya sudah berdiri dekat dengan pembawa acara)
langsung memimpin membacakan do'a,
n. Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara
tentang selesainya upacara.
Pelaksanaannya adalah:
1) Pemimpin upacara maju menghadap pembina upacara
(3 atau 4 langkah) dan langsung menyampaikan
laporan dengan kata-kata "Upacara telah dilaksanakan,
laporan selesai";
2) Setelah dijawab oleh pembina upacara dengan
kata-kata "Bubarkan", dan dijawab lagi oleh pemimpin
upacara dengan kata "Kerjakan/laksanakan", maka
pemimpin upacara balik kanan kembali ke tempat
semula"
o. Penghormatan umum kepada pembina upacara yang
dipimpin oleh pemimpin upacara dengan abaaba
"Kepada pembina upacara, hormat ... gerak". Setelah
penghormatan dibatas oleh pembina upacara maka
pemimpin upacara mengucapkan aba-aba "Tegak ...
gerak".
p. Upacara Selesai
Pembina upacara berkenan meninggalkan lapangan
upacara disambut oleh penanggung jawab upacara dan
menerima laporan bahwa upacara telah dilaksanakan
dengan kata-kata laporan "Upacara telah dilaksanakan
laporan selesai".
Pengertian Upacara Khusus
Upacara khusus adalah suatu kegiatan upacara secara khusus
yang tidak memerlukan pejabat-pejabat upacara dan susunan
acara upacara secara lengkap seperti upacara umum. Banyak
sekali macam-macam Upacara khusus yang kita ketahui antara
lain laporan serah terima jabatan, laporan kenaikan pangkat,
penyumpahan jabatan. Kegiatan apel (pagi/siang), kegiatan
pelaporan belajar dan selesai belajar di kelas dan lain
sebagainya. Pada umumnya kegiatan upacara diadakan didalam
ruangan. Dalam uraian selanjutnya yang banyak kaitannya
dengan kegiatan Diklat Prajabatan akan dijelaskan pelaksanaan
kegiatan apel dan kegiatan pelapor. kesiapan belajar dan atau
selesai belajar kepada Widyaiswara di kelas.
Pelaksanaan Kegiatan Apel
Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik ditempat
pekerjaan maupun di lingkungan Diklat. Apel adalah suatu
kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan kondisi
personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan
yang dilaksanakan secara terus-menerus (rutin). Apel yang biasa
dilakukan adalah apel pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang
(selesai kerja/belajar) yang pada umumnya dilaksanakan
dilapangan dengan tertib dan khidmat serta sungguh-sungguh.
Tata Cara Apel
a. Barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari
barisan itu (biasanya yang tertua atau ditunjuk). Setelah
diluruskan dan dirapihkan, selanjutnya berdiri
disamping kanan barisan (menurut ketentuan PBB);
b. Setelah penerimaan apel berdiri ditengah berhadapan
dengan barisan apel dan penerima apel mengucapkan
"Apel pagi/siang ... dimulai", maka pemimpin barisan
langsung menyampaikan penghormatan umum dengan
aba-aba "Kepada penerima apel (atau disebut jabatannya
dan diucapkan oleh pemimpin yang paling kanan),
hormat ... gerak" , dan selanjutnya pemimpin barisan
bersama-sama dengan seluruh peserta apel memberikan
penghormatan;
c. Setelah penghormatan dibalas oleh penerima apel,
langsung pemimpin barisan menyampaikan aba-aba lagi
(diucapkan oleh pemimpin barisan) "Tegak ... gerak",
dan seluruh peserta apel serentak secara menghentikan
d. Pemimpin barisan, maju menghadap 2 atau 3 langkah
dimuka penerima apel selanjutnya langsung melapor
situasi apel dengan kata-kata "Lapor, apel pagi/siang
(disebutkan kelompok apa) jumlah ..., kurang ...,
keterangan kurang ..., siap";
e. Setelah diterima laporan oleh penerima apel maka
penerima apel mengucapkan kata-kata, "Kembali
ketempat" dan diulangi oleh pelapor "Kembali ketempat
atau kerjakan", selanjutnya langsung balik kanan
kembali menuju ketempat semula (disamping barisan);
f. Selanjutnya kalau ada instruksi atau pengumuman yang
akan disampaikan oleh penerima apel maka penerima
apel langsung mengistirahatkan barisan dengan
kata-kata "Istirahat ditempat ... gerak", lalu menyampaikan
instruksi atau pengumuman, setelah selesai kembali
disiapkan dengan aba-aba "Siap ... gerak";
g. Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata "Apel
pagi/siang selesai, tanpa penghormatan barisan dapat
dibubarkan, kerjakan", langsung di ulangi oleh
pemimpin barisan dengan kata "Kerjakan", dan langsung
pemimpin barisan me nyampaikan penghormatan
perorangan selanjutnya penerima apel otomatis balik
kanan, sesudah itu pemimpin barisan membubarkan
barisannya;
h. Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa
penghormatan, maka sampaikan lagi penghormatan
umum yang kegiatan dan aba-abanya seperti pada point
b.
Manfaat apel
a. Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi
serta kesiapan personil yang dipimpinnya;
b. Pada saat apel dapat disampaikan perhatian, instruksi dan
pengumuman-pengumuman;
c. Menjalin rasa persaudaraan senasib sepenangungan,
senasib seperjuangan dan meningkatkan persatuan dan
kesatuan dilingkungan pekerjaan/pendidikan;
d. Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan;
e. Meningkatkan pembinaan disiplin.
Tata Cara Kegiatan Laporan di kelas
Pelaporan kesiapan belajar di kelas kepada Widyaiswara
merupakan suatu upacara kecil/khusus di kelas yang harus
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan khidmat.
Laporan kesiapan mulai belajar
a. Setelah Widyaiswara memasuki ruang kelas dan berdiri
dimuka kelas, maka petugas piket atau petugas yang ditunjuk
untuk memimpin kelas menyiapkan kelas dengan aba-aba
b. Selanjutnya maju 2 atau 3 langkah menghadap Widyaiswara
langsung menyampaikan penghormatan (mengangkat tangan
atau mengangguk), setelah dibalas kembali kesikap sempurna
dan menyampai kan laporan dengan urut-urutan sebagai
berikut:
1) Lapor;
2) Peserta Diklat Prajab Golongan III (Departemen/Instansi)
angkatan ...
3) Jumlah ...
4) Kurang ...
5) Hadir ...
6) Keterangan kurang ...
7) Siap menerima pelajaran/pembekalan (disebutkan
pelajaran apa).
c. Sesudah itu Widyaiswara menyampaikan kata-kata
"Istirahat" dan diulangi oleh pelapor "Istirahat/ kerjakan".
d. Tanpa penghormatan langsung balik kanan dan menghadap
peserta dan selanjutnya langsung memimpin do'a dengan
menyampaikan kata-kata "Untuk mengawali pelajaran kita
pagi/siang/sore/ malam ini, marilah kita berdo'a sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berdo'a ...
mulai". Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa
detik dan disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke
sikap sempurna.
e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya dengan
aba-aba "Duduk istirahat gerak".
Laporan selesai belajar
a. Setelah Widyaiswara mengatakan pelajaran selesai maka
petugas piket atau petugas yang ditunjuk untuk memimpin
kelas, menyiapkan kelas dengan aba-aba "Duduk siap ...
gerak"
b. Selanjutnya maju 2 atau 3 Iangkah menghadap
Widyaiswara tanpa penghormatan melaporkan dengan
kata-kata "Telah menerima pelajaran/pembekalan
(disebutkan pelajaran apa), laporan selesai"
c. Sesudah itu Widyaiswara memerintahkan "Bubarkan" dan
diulangi oleh pelapor "Bubarkan/ kerjakan".
d. Petugas piket atau Ketua kelas menyampaikan
penghormatan kepada Widyaiswara setelah dibalas
kembali kesikap sempurna dan langsung balik kanan dan
menghadap kepada peserta bergeser 2 atau 3 Iangkah
kekanan/kiri dan selanjutnya lang-sung memimpin do'a
dengan menyampaikan kata-kata "Untuk mengakhiri,
marilah kita berdo'a sesuai dengan agama dan
Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik
dan" disudahi dengan kata-kata "Selesai", kembali ke
sikap sempurna.
e. Petugas piket/Ketua kelas mengistirahatkan kelasnya
dengan aba-aba "Duduk istirahat ... gerak".
Catatan:
Penghormatan dalam suatu kegiatan pelaporan belajar di
kelas hanya dilakukan dua kali, pertama pada waktu mulai
belajar, dan kedua pada waktu selesai belajar.
Latihan
1. Sebutkan dasar peraturan Tata Upacara Sipil!
2. Sebutkan Tata Upacara Sipil yang .telah dilakukan pada
Instansi Saudara!
3. Siapa saja yang terlibat pada Tata Upacara?
4. Sebutkan Tata urutan upacara!
5. Apa perbedaan Tata Upacara Umum dan Khusus?
Rangkuman
Kegiatan apel maupun kegiatan pelaporan kesiapan belajar dan
selesai belajar di kelas yang dilakukan Instansi perkantoran atau
lembaga pendidikan secara terus-menerus (rutin) akan dapat
membiasakan diri untuk melaksanakan pekerjaan agar selalu
tertib, teratur dan sempurna.
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari
kegiatan-kegiatan ini, terutama sekali menghasilkan disiplin yang tinggi
58
BAB V
KESEHATAN MENTAL
A.
PENGERTIAN
Manusia merupakan kesatuan jiwa dan raga. Akal merupakan
asset manusia yang sangat berharga yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya. Manusia adalah makhluk individual,
makhluk sosial dan sekaligus makhluk berketuhanan.
Manusia dalam hal ini PNS adalah salah satu aset organisasi
yang paling berharga, aset yang mengelola dan dikelola, untuk
itu perlu dibina.
Pembinaan kesehatan mental PNS merupakan suatu kegiatan
yang dipandang dapat dilakukan melalui Diklat dan penyuluhan.
Pengertian Mental
Menurut Webster Dictionary, mental adalah "way of
thinking", berkenaan dengan pikiran/gangguan
saraf/kejiwaan.
Menurut Kamus Purwodarminto, mental merupakan "way of
sense".
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
mental merupakan cara berpikir dan berperasaan berdasarkan
atas nurani yang tercermin pada perilaku seseorang.
Pengertian Kesehatan Mental
Dr. Zakiah Darajat (1996) memberikan beberapa pengertian
mengenai kesehatan mental, sebagai berikut:
a. Terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa
("neuroses") dan dari gejala-gejala penyakit jiwa
("psychoses");
b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri, dengan
orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia
hidup;
c. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat
dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga
membaur kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta
terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa;
d. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk
menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
B.
Manfaat Pembinaan Kesehatan Mental
Pembinaan kesehatan mental bagi peserta Diklat dimaksudkan
agar peserta Diklat bermental baik (bermoral, jujur, terpercaya,
bertanggungjawab dan disiplin) dalam melaksanakan tugasnya,
dan sekaligus dapat menjadi teladan bagi lingkungannya.
C.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan
Ciri-Ciri Mental Sehat
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mental Sehat
a. Internal
1) Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri
seseorang, misalnya: sifat pemarah, halus, talenta di
bidang kesenian, dan sebagainya;
2) Faktor keturunan juga cenderung memegang peran
terhadap mental seseorang, misalnya: intelektualitas,
emosi dan potensi.
Contoh intelektualitas: