BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suku Deutro-Melayu
Sebagian besar penduduk Indonesia termasuk suku Paleomongoloid atau suku Melayu. Pada tahun 2000 s.m., suku Proto Melayu atau Melayu tua yang pertama datang ke Indonesia kemudian pada tahun 1500 s.m. suku Deutro Melayu atau Melayu muda datang ke Indonesia. Dengan kedatangan suku Deutro Melayu yang telah mempunyai peralatan lebih maju maka suku Proto Melayu terdesak ke pedalaman. Kelompok Deutro Melayu terdiri dari suku Aceh (kecuali Gayo dan Alas), Melayu, Minang kabau, Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Makasar, Bugis dan Menado. Kelompok Proto Melayu yaitu suku Batak di Sumatra Utara, Dayak di Kalimantan Barat dan Toraja di Sulawesi Barat pada awalnya yang menempati pesisir pantai.
102.2 Radiografi Sefalometri
William Conrad Roentgen adalah seorang penemu sinar-X pada tahun 1895 merupakan revolusi di bidang radiografi, yang sangat berguna untuk ilmu pengetahuan Radiografi sefalometri kemudian dikembangkan oleh Hofrath dan Broadbent dan baru digunakan di klinik pada era 1960-an.
5,6,2.2.1 Fungsi radiografi sefalometri
Fungsi radiografi sefalometri dalam bidang ilmu ortodonsia digunakan untuk membantu
1,2,3,17.1. Diagnosa ortodonsia dalam pemaparan struktur skeletal, dental dan jaringan
lunak.
3. Pembuatan rencana perawatan.
4. Evaluasi hasil sebelum dan sesudah perawatan ortodonsia.
5. Perkiraan arah pertumbuhan.
6. Sebagai alat bantu dalam riset yang melibatkan regio kranio-dento-fasial.
2.2.2 Penggunaan titik-titik sefalometri pada jaringan lunak
Gambaran kranium jaringan keras dan lunak arah lateral dapat dilihat dengan bantuan alat radiografi sefalometri lateral. Penggunaan titik-titik jaringan lunak pada sefalometri (Gambar 1) sebagai berikut:
1,,3,4,5,6,7,8,9,15,16,19,20,21,221. Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung 2. Pronasale ( P / Pr ) : titik paling anterior dari hidung
3. Subnasale (Sn) : titik septum nasal berbatasan dengan bibir atas 4. Labrale superior (Ls) : titik perbatasan mukokutaneus dari bibir atas 5. Sulcus Labial Superior (Sls) : titik tercekung di antara Sn dan Ls 6. Stomion superior ( Stm
s) : titik paling bawah dari vermillion bibir atas 7. Stomion inferior ( Stm
i) : titik paling atas dari vermillion bibir bawah 8. Labrale inferior (Li) : titik perbatasan dari membran bibir bawah
9. Inferior Labial Sulcus (Ils): titik paling cekung di antara Li dan Pogonion kulit juga dikenal sebagat Sulkus labiomentalis
10. Pogonion kulit (Pog’) : titik paling anterior pada jaringan lunak dagu
11. Menton kulit (Me’) : titik paling inferior pada jaringan lunak dagu
Gambar 1. Penapakan radiografi sefalometri lateral.Titik-titik
yang digunakan pada profil jaringan lunak.4,14
2.3 Struktur Jaringan Bibir
Corola menyatakan bahwa bibir termasuk otot skeleton maka bentuk otot bibir ini dapat berubah sesuai dengan aktifitas yang diterimanya.
23,24Bibir bagian luar dibungkus kulit dan sebelah dalam oleh mokosa. Kulit bibir terdiri dari jaringan stratified, berisi kelenjar keringat, sebasea dan folikel rambut.
23Vermilion yaitu bagian dari bibir atas dan bawah, berwarna merah dan
bagian inilah yang sehari-hari disebut dengan bibir. Vermilion hanya dijumpai pada
manusia, ditutupi epidermis translusen yang tipis, banyak mengandung papila
jaringan ikat, dan pembuluh darah kapiler sehingga tampak kemerah-merahan,
sangat sensitif karena disyarafi oleh ujung-ujung syaraf sensori ke V yang berisi
reseptor sensori.
232.4 Tinggi Bibir Atas dan Bawah
Yang dimaksud dengan tinggi bibir yaitu tinggi wajah bagian bawah dari titik Subnasal ke Menton, terbagi dua bagian yaitu bibir atas dan bawah. Tinggi bibir atas antara titik Subnasal ke Stomion superior (Sn - Stm
s) sedangkan bibir bawah antara Stomion inferior ke Menton (Stm
i- Me). Perbandingan antara tinggi bibir atas dengan bawah yaitu (Sn-Stm
i):(Stm
s- Me) idealnya yaitu 1 : 2 (Gambar 2). Hal ini penting sekali diketahui terutama untuk perawatan gigitan dalam, terbuka dan bibir inkompeten. Pada kasus gigitan dalam dapat terjadi gigi posterior infra versi, gigi anterior supra versi atau gabungan keduanya, begitu juga sebaliknya pada gigitan terbuka. Oleh karena itu perawatannya harus disesuaikan dengan proporsi tinggi bibir atas dan bawah, begitu juga halnya dengan bibir inkompeten. Untuk memperoleh bibir yang kompoten tidak selamanya dilakukan dengan latihan otot bibir, melainkan kemungkinan diperlukan bedah pada maksila, mandibula dan sebagainya.
1,2,3,4,9
Gambar 2. Proporsi tinggi bibir atas dan bawah Perbandingan tinggi
bibir atas (Sn-Stms) : bibir bawah (StmI-Me) yaitu 1 : 2. 14
2.5 Analisa Profil Jaringan Lunak
Analisa profil jaringan lunak tentang posisi bibir yang ideal telah dilakukan penelitian oleh ahli-ahli ortodonsias antara lain Ricketts dan Holdaway yang memberikan norma untuk nilai ideal yang sangat bermanfaat dalam perawatan ortodonsia. Untuk analisa profil jaringan lunak Ricketts mempergunakan garis estetis (garis E), Steiner garis S dan Holdaway garis harmoni (garis H). Garis E merupakan garis yang ditarik dari titik dagu kulit (Pog’) ke puncak hidung (Pr), garis S dari titik Pog’ ke pertengahan kurva Pronasal (Pr) dan titik Subnasalis (Sn) sedangkan pada garis H dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke titik bibir atas yang paling anterior, biasanya pada Labral superior (Ls). Menurut analisa Ricketts, idealnya jarak Ls yaitu 2-4 mm di belakang garis E sedangkan jarak Li yaitu 1-2 mm di belakang garis E. Menurut Steiner idealnya jarak Labral superior dan inferior menyinggung garis S. Analisa Holdaway jarak puncak hidung (Pr) ke garis H sebaiknya 6 mm maksimum 12 mm, jarak Sls dan Sli, idealnya 5 mm dan Li menyinggung atau di depen garis H kisaran 1 sampai 2 mm.
1,2,3,4,5,6,92.5.1. Analisa Ricketts
Untuk penentuan analisa estetis profil jaringan lunak seseorang, menurut
Rickets dipengaruhi oleh garis E. Seseorang dikatakan mempunyai profil yang
harmonis jika Labral superior (Ls) terletak 2-4 mm di belakang garis E sedangkan
labaral inferior (Li) 1-2 mm di belakangnya. Posisi Labral superior dan inferior ini
menunjukkan profil bibir atas dan bawah. Oleh karena titik Ls dan Li dapat berada
di depan atau di belakang garis E maka diberi tanda minus jika titik-titik ini
terletak di belakang garis E, sebaliknya tanda positif jika terletak di depan garis E.
Apabila letak titik Ls lebih 4 mm di belakang garis E maka profil tampak cekung sebaliknya tampak cembung jika terletak di depan garis E. Namun demikian menurut Ricketts nilai ideal tersebut dapat bervariasi tergantung pada umur dan jenis kelamin (Gambar 3).
1,2,14,16,17,18,19,20,23
Gambar 3. Garis Estetis Ricketts (garis E). Kedudukan ideal Ls 2-4 mm di belakang garis E dan Li 1-2 mm di
belakang garis E ,2,14
2.5.2 Analisa Holdaway
Untuk analisa keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak
Holdaway mempergunakan garis H sebagai singkatan dari garis harmoni atau nama
keluarganya sendiri yaitu Holdaway. Garis H ini diperoleh dengan menarik garis
dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke Labral superior (Ls). Analisa profil jaringan
lunak yang dilakukan Holdaway berbeda dengan Ricketts yang mana Holdaway
tidak mempergunakan puncak hidung sebagai titik penentuan analisanya (gambar
4).
9,.23Menurut Jackobson dan Vlachos, analisa Holdaway lebih berani, terperinci, jelas dan luas dalam pembahasannya tentang analisa profil jaringan lunak sehingga Bishara mempergunakan analisa Holdaway khusus untuk analisa profil jaringan lunak dalam tabel normanya. Holdaway melakukan 11 analisa pengukuran untuk memperolek profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari 1. Jarak puncak hidung (Pr), 2. Kedalaman sulkus labialis superior. 3. Kedalaman sulkus labialis inferior, 4.Jarak bibir bawah ke garis H, 5.Tebal bibir atas, 6.Kurvatura bibir atas, 7 Besar sudut fasial, 8.Tebal dagu,9.Strain bibir atas,10. Besar sudut H dan 11. Kecembungan skeletal
9,23
Gambar 4. Garis Harmoni (garis H). Holdaway membuat garis H sebagai pedoman untuk analisa profil jaringan lunak yang ditarik dari titik Pog’ ke titik Ls 9
- 1 Jarak puncak hidung ke garis H
Garis H merupakan garis harmoni yang digunakan Holdaway untuk analisa
profil jaringan lunak. Menurut Holdaway idealnya jarak puncak hidung ke garis H
(Pr-H) adalah 6 mm. Namun demikian Holdaway masih memberi batas maksimal
sampai 12 mm, terutama pada anak usia 14 tahun, sebaiknya tinggi hidung jangan melebihi 12 mm (Gambar 4).
9,242.5.2 Kedalaman sulkus labialis superior
Sulkus labialis superior terletak pada titik tercekung antara titik Sn dengan titik Ls. Keseimbangan dan keharmonisan kedudukan bibir atas jika kedalaman sulkus labialis superior kisaran 5,0 mm terhadap garis H. Pada bibir pendek atau dan tipis jika dijumpai kedalaman sulkus labialis superior 3 mm, hal ini masih dapat diterima. Begitu juga halnya pada bibir tebal dan atau panjang apabila dijumpai kedalaman sulkus labialis superior sampai 7 mm, keadaan ini masih dalam batas lumayan bagus (Gambar 4)
9,24.
- 3 Kedalaman sulkus labialis inferior
Sulkus labialis inferior terletak pada titik tercekung antara titik Labral inferior (Li) dengan titik Pog’. Profil jaringan lunak seseorang untuk kedalaman sulkus labialis inferior dikatakan harmonis dan seimbang jika kedudukan sulkus labialis inferior terhadap garis H sama seperti kedalaman sulkus labialis superior yaitu mendekati 5,0 mm (Gambar 4).
9,24- 4 Jarak bibir bawah ke garis H
Jarak bibir bawah paling anterior umumnya pada titik Labral Inferior (Li).
Jarak bibir bawah ke garis H diukur dari titik Li ke garis H arah horizontal. Pada
ras Kaukasoid idealnya jarak bibir bawah ke garis H yaitu 0 mm atau merupakan
garis H menyinggung titik Li. Namun demikian menurut Holdaway pada ras
Kaukasoid masih dapat dikatakan harmonis dan seimbang jika jarak Li ke garis H
dalam batasan -1 sampai dengan +2 mm. Tanda negatif menunjukkan letak titik Li
di belakang garis H, sebaliknya dikatakan positif jika terletak di depan garis H (Gambar 4).
9,24-. 5 Tebal dagu
Ketebalan jaringan lunak dagu diukur dari titik Pogonion skeletal ke Pogonion kulit (Pog – Pog’). Dikatakan tebal jaringan lunak dagu harmonis dan seimbang pada ras Kaukasoid jika tebalnya kisaran 10-12 mm sedangkan jika lebih tipis terlihat dagu sangat datar. Dagu datar dapat disebabkan oleh inklinasi insisvus inferior lebih protrusif (Gambar 4).
5- 6 Tebal bibir atas
Pengukuran tebal bibir atas dari 2 mm dibawah titik A skeletal ke bagian luar kulit labialis superior..Ideal tebal bibir atas kisaran 14 mm (Gambar 5).
Gambar 5. Tebal dan strain bibir atas. Ideal tebal bibir 14 mm dan strain bibir atas 12 mm.9
- 7 Kurvatura bibir atas
Kurvatura bibir atas berbentuk lekukan yang dibentuk oleh titik Sn-Sls-
Ls.Yang dimaksud dengan kedalaman kurvatura bibir atas yaitu jarak titik Sls ke
garis yang ditarik dari titik Sn tegak lurus ke bidang Franfurt (Gambar 6). Jarak Sls ke garis tersebut pada bangsa Kaukasoid rerata 2,5 mm, pada kelompok yang mempunyai bibir tipis rerata 1,5 mm dan 4,0 mm pada kelompok bibir tebal. Pada kelompok bibir tipis menunjukkan kurvatura bibir atas lebih datar sedangkan pada kelompok bibir tebal menunjukkan lebih dalam (Gambar 6.
9- 8 Sudut fasial
Yang dimaksud dengan sudut fasial oleh Holdaway yaitu sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis Frankfurt dengan garis N’-Pog’ yang membentuk sudut a. Idealnya besar sudut ini 90
otetapi masih dapat diterima jika dijumpai 92
o(Gambar 6). Apabila sudut fasial ini lebih besar dari 92
omenunjukkan profil cekung karena letak Pog’ lebih ke anterior, sebaliknya apabila lebih kecil dari 90
otampak profilnya cembung karena letak titik Pog’ lebih ke posterior (Gambar 6)
9.
Gambar 6. Sudut fasial (a) dan kurvatura bibir atas. Sudut fasial dibentuk oleh garis N’-Pog dengan bidang Frankfurt.
Kurvatura bibir atas yaitu kedalaman Sls ke garis Sn tegak lurus dengan bidang Franfurt arah horizontal.9
- 9 Strain bibir atas
Strain bibir atas diukur dari titik perbatasan vermilion superior umumnya
pada titik labral superior (Ls) ke permukaan labial insisivus sentralis superior.
Sebaiknya ukuran tebal dari titik perbatasan vermilion superior ke permukaan labial insisivus sentralis superior atas ini hampir sama atau sedikit lebih tipis dari tebal bibir atas yaitu idealnya kisaran 12 mm (Gambar 6). Jika strain bibir atas mencapai separuh dari tebal bibir atas maka sebaiknya insisivi sentralis superior diretraksi ke palatinal.
9,2
- 10 Sudut H
Yang dimaksud dengan sudut H adalah sebuah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis H dengan garis N’-Pog’. Sudut H juga merupakan penentuan bentuk profil jaringan lunak cembung, lurus atau cekung. Besar sudut H ini harmonis dan seimbang pada ras Kaukasoid kisaran 7
o-15
o. Apabila besar sudut H lebih besar dari 15
omaka bentuk profil menunjukkan cembung
Gambar 7. Sudut H. Sudut H dibentuk oleh
sedangkan lebih kecil dari 7
omenunjukkan profil jaringan lunaknya cekung karena letak Pog’ lebih ke posterior atau letak titik Ls lebih ke antrior. Apabila kecembungan skeletal dengan besar sudut H tidak sesuai maka kemungkinan di sini terjadi pertumbuhan fasial yang tidak seimbang (Gambar 7).
9