• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH GREEN MARKETING DAN COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP MINAT BELI ULANG PRODUK INNISFREE DI SUN PLAZA MEDAN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH GREEN MARKETING DAN COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP MINAT BELI ULANG PRODUK INNISFREE DI SUN PLAZA MEDAN OLEH"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH GREEN MARKETING DAN COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP MINAT BELI ULANG PRODUK INNISFREE

DI SUN PLAZA MEDAN

OLEH

LAILAN APRINA RITONGA 160502060

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGARUH GREEN MARKETING DAN COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP MINAT BELI ULANG PRODUK INNISFREE

DI SUN PLAZA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh green marketing dan country of origin terhadap minat beli ulang produk Innisfree di Sun Plaza Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Innisfree Sun Plaza Medan yang pernah melakukan pembelian minimal dua kali yang jumlahnya tidak di ketahui. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang responden dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak green marketing dan country of origin berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang produk Innisfree Sun Plaza Medan. Uji parsial menunjukkan bahwa green marketing dan country of origin masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang produk Innisfree Sun Plaza Medan.

Kata kunci: Green Marketing, Country Of Origin, Minat Beli Ulang

(6)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GREEN MARKETING AND COUNTRY OF ORIGIN ON REPURCHASE INTENTION PRODUCTS

AT INNISFREE SUN PLAZA MEDAN

This research aims to determine and analyze the effect of green marketing and country of origin on repurchase intention products at Innisfree Sun Plaza Medan.

The population in this research are customers of Innisfree Sun Plaza Medan who has made purchases at least twice whose numbers are unknown. The number of samples in this research are 97 respondens with the purposive sampling technique.

Data collection using a questionnaire. The data analysis method used is multiple linear regression analysis techniques. The results of this research shows that simultaneously the green marketing and country of origin have a significant effect on repurchase intention products at Innisfree Sun Plaza Medan. The partial test shows that the green marketing and country of origin each have a positive and significant effect on the repurchase intention products at Innisfree Sun Plaza Medan.

Keywords: Green Marketing, Country Of Origin, Repurchase Intention

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya kepada peneliti sehingga dapat meneyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini, dengan judul “Pengaruh Green Marketing Dan Country Of Origin Terhadap Minat Beli Ulang Produk Innisfree Sun Plaza Medan” guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, yaitu Bapak Yuslan Idama Ritonga dan Ibu Takarina. Terima kasih telah membesarkan, mendidik, memberikan dukungan dan doa serta kasih sayang yang luar biasa kepada peneliti sejak lahir hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Manajemen.

Pada kesempatan ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Fadli, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Liasta Ginting, SE, M.Si, dan Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si,

(8)

selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah membantu dan memberikan saran untuk kesempurnaan dalam skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasanya selama perkuliahan.

6. Saudara peneliti yaitu Abang Tuah Haryono Ritonga dan Kakak Yulia Rahmi Putri Ritonga yang telah memberikan dukungan tiada henti kepada peneliti.

7. Sahabat Terbaik peneliti Cintami Rezeki, Devia Nadila, Ismi Hanifa, Imam Nugraha, dan Lia Prastika yang telah memberikan banyak saran, motivasi, dan dukungan yang tiada henti kepada peneliti selama mengerjakan skripsi.

8. Sahabat Terbaik Aulia Fachrunnisa, Nabila Annisa Putri, Serlianna Siregar, Nazilah Thamara, Farah Jihan, Mohammad Alfiansyah, dan Ilham Kurnia Wahyudi yang telah menghibur dan memberikan dukungan kepada peneliti.

Semoga Allah Subhana wa Ta’ala dapat memberikan balasan atas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti. Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan,08 September 2020 Peneliti

Lailan Aprina Ritonga 160502060

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Landasan Teori. ... 14

2.1.1 Pemasaran ... 14

2.2 Green Marketing ... 14

2.2.1 Pengertian Green Marketing ... 14

2.2.2 Prinsip Green Marketing ... 15

2.2.3 Tujuan Green Marketing ... 16

2.2.4 Green Marketing Mix ... 17

2.3 Citra Merek ... 22

2.3.1 Definisi Citra Merek ... 22

2.3.2 Dimensi Citra Merek ... 22

2.4 Country Of Origin ... 23

2.4.1 Definisi Country of Origin ... 23

2.4.2 Perspektif Country of Origin Dalam Pemasaran 25 2.4.3 Dimensi Country of Origin ... 25

2.5 Minat Beli Ulang ... 26

2.5.1 Pengertian Minat Beli Ulang ... 26

2.5.2 Dimensi Minat Beli Ulang ... 28

2.6 Penelitian Terdahulu ... 29

2.7 Kerangka Konseptual ... 32

2.7.1 Pengaruh Green marketing terhadap minat beli ulang produk Innisfree ... 32

2.7.2 Pengaruh country of origin terhadap minat beli ulang produk Innisfree ... 33

2.8 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3 Batasan Operasional ... 36

(10)

3.4 Operasionalisasi Variabel ... 37

3.5 Skala Pengukuran ... 38

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

3.6.1 Populasi Penelitian ... 38

3.6.2 Sampel Penelitian ... 38

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.7.1 Kuesioner ... 39

3.8 Uji Instrumen ... 40

3.8.1 Uji Validitas ... 40

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 41

3.9 Teknik Analisis Data ... 42

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 42

3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 43

3.10 Uji Asumsi Klasik ... 44

3.10.1 Uji Normalitas ... 44

3.10.2 Uji Heterokedastisitas ... 44

3.10.3 Uji Multikolinearitas ... 45

3.11 Koefisien Determinasi ... 46

3.12 Uji Hipotesis ... 46

3.12.1 Uji F ... 46

3.12.2 Uji t ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 48

4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 48

4.1.2 Jenis Usaha dan Jenis Produk ... 50

4.1.3 Visi Perusahaan ... 52

4.1.4 Misi Perusahaan ... 52

4.1.5 Kondisi Gerai dan Produk Innisfree Sun Plaza 52 4.2 Hasil Penelitian ... 53

4.2.1 Analisis Deskripstif Responden ... 53

4.2.2 Analisis Deskripstif Variabel ... 58

4.3 Uji Analisis Regresi Linear Berganda ... 70

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 71

4.4.1 Uji Normalitas ... 71

4.4.2 Uji Multikolinearitas ... 73

4.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 73

4.5 Uji Hipotesis ... 74

4.5.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 74

4.5.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 75

4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 76

4.6 Pembahasan ... 76

4.6.1 Green Marketing terhadap Minat Beli Ulang . 76 4.6.2 Country Of Origin terhadap Minat Beli Ulang 77 4.6.3 Green Marketing dan Country Of Origin terhadap Minat Beli Ulang ... 78

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Kesimpulan... 79

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

DAFTAR LAMPIRAN ... 86

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Lokasi Pilihan Wanita Indonesia Membeli Produk Kecantikan . 4

1.2 Negara Asal Brand Skin Care Favorit Wanita Indonesia ... 8

1.3 Hasil Pra Survey mengenai Green Marketing ... 10

1.4 Hasil Pra Survey mengenai Country of Origin ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Definisi Operasional... 37

3.2 Instrumen Skala Likert ... 38

3.3 Hasil Uji Validitas ... 41

3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 42

3.5 Range Score ... 43

4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 54

4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Usia ... 55

4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 56

4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... 57

4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Jumlah Pembelian ... 58

4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Green Marketing ... 58

4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Country Of Origin (X2) ... 65

4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Minat Beli Ulang(Y) . 68 4.9 Regresi Linier Berganda ... 70

4.10 Uji Smirnov ... 72

4.11 Uji Multikolinearitas ... 73

4.12 Uji Heteroskedastisitas ... 74

4.13 Regresi Linier Berganda ... 74

4.14 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 74

4.15 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 75

4.16 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 76

(13)

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Penjualan Innisfree ... 5

2.1 Kerangka Konseptual ... 34

4.1 Logo Innisfree ... 49

4.2 Kondisi Gerai Innisfree Sun Plaza Medan ... 52

4.3 Produk Innisfree Sun Plaza Medan ... 53

4.4 Kasir Innisfree Sun Plaza Medan ... 53

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Kuesioner Pra survey ... 86

2. Kuesioner Penelitian ... 88

3. Distribusi Jawaban Responden ... 91

4. Hasil Uji Validitas Green Marketing (X1) ... 94

5. Hasil Uji Validitas Country Of Origin (X2) ... 94

6. Hasil Uji Validitas Minat Beli Ulang (Y) ... 95

7. Hasil Uji Reliabilitas ... 95

8. Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 95

9. Karateristik Responden Berdasarkan Usia ... 96

10. Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 96

11. Karateristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... 96

12. Karateristik Responden Berdasarkan Jumlah Pembelian ... 97

13. Distribusi Jawaban Responden terhadap Green Marketing (X1) 97 14. Distribusi Jawaban Responden terhadap Country Of Origin (X2) 98 15. Distribusi Jawaban Responden terhadap Minat Beli Ulang (Y) . 98 16. Regresi Linear Berganda ... 99

17. Uji Kolmograv Smirnov ... 99

18. Uji Heteroskedastisitas ... 100

19. Uji Multikolinearitas ... 100

20. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 102

21. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 101

22. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 102

23. Dokumentasi ... 103

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu mengenai masalah lingkungan hidup seperti pemanasan global (global warming) dan sumber energi yang terbatas sudah bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat. Selain disebabkan oleh perindustrian, global warming juga disebabkan oleh perilaku konsumen yang kurang memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan produk tidak ramah lingkungan yang mereka gunakan sehari-hari.

Kekhawatiran masyarakat terhadap lingkungan semakin meningkat sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian lingkungan, salah satunya dengan mengurangi limbah plastik. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara ke-2 penghasil sampah plastik terbanyak di dunia.

Sebanyak 1,29 juta metrik ton sampah plastik berujung ke lautan setiap tahunnya (Wahyuni, 2016).

Semakin tingginya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan menimbulkan fenomena baru dalam dunia pemasaran yaitu berupa konsep green marketing. Green marketing adalah konsistensi dari semua aktivitas yang mendesain pelayanan dan fasilitas bagi kepuasan kebutuhan dan keinginan manusia, dengan tidak menimbulkan dampak pada lingkungan alam (Ottman, 2011). Green marketing mulai berkembang sejalan dikalangan masyarakat saat ini yang mulai sadar akan menurunnya kualitas lingkungan hidup sehingga masyarakat menuntut para pelaku bisnis untuk membuat produk yang aman bagi mereka dan

(16)

lingkungan hidup.

Green marketing sebagai terobosan baru sangat penting diterapkan suatu perusahaan karena saat melakukan penawaran kepada konsumen dapat meyakinkan bahwa produk tidak hanya berbahan alami tetapi dari mulai pengambilan bahan, proses pembuatan, hingga produk jadi tidak memberikan dampak negatif pada kesehatan manusia hingga lebih bertanggung jawab bagi konsumen dan juga terhadap lingkungan karena produknya yang ramah lingkungan. Produk-produk yang dibuat dengan bahan alami tentu juga memberikan keuntungan tidak mencemari lingkungan karena tidak memberikan limbah negatif sehingga sekaligus menjadi upaya penyelamatan lingkungan yang juga menyangkut dalam kehidupan mahluk hidup.

Green marketing merupakan salah satu strategi yang digunakan perusahaan tidak hanya sebagai sarana untuk menjaga kelangsungan hidup, menjaga lingkungan, tetapi juga memperbaiki kualitas dan citra produk serta dapat menarik minat konsumen untuk memilih produk tersebut (Rizkia, 2014).

Saat ini, telah banyak pelaku industri yang menerapkan konsep ini, salah satunya adalah industri kosmetik. Kosmetik saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia yang sudah tidak bisa dianggap sebelah mata.

Kosmetik merupakan kebutuhan harian yang yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi kaum wanita dan belakangan ini mulai berinovasi dengan produk-produk untuk pria, sehingga menambah besar konsumen dalam pasar kosmetik di Indonesia.

Hanya saja tantangan perusahaan kosmetik yang berbasis lingkungan

(17)

adalah kemampuan dalam mengedukasi masyarakat bahwa produk yang mereka gunakan tidak hanya baik untuk digunakan, tetapi juga baik untuk alam.

Perkembangan produk kecantikan yang berbahan dasar alami mulai marak di Indonesia dan menjadi permintaan yang tinggi di kalangan masyarakat.

Banyaknya produk kecantikan yang beredar membuat produsen harus memberikan inovasi yang baru untuk menciptakan produk yang sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen .

Innisfree adalah brand asal Korea Selatan yang bergerak dalam bidang kosmetik dan perawatan kulit (skincare) yang mempersembahkan seluruh manfaat alam pulau Jeju. Innisfree dikenal sebagai merek all-natural pertama Korea Selatan. Produk Innisfree berupa produk make up hingga perawatan kulit (skincare) untuk pria dan wanita. Dengan filosofi harmonisasi alam, produk ini menghadirkan produk yang natural dan mengambil manfaat dari alam. Hal ini terbukti dengan produk-produknya yang berbahan dasar alami. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan produk kosmetik dan skincare berasal dari kekayaan alam Pulau Jeju. Pulau Jeju merupakan sebuah pulau kecil yang masih sangat asri, yang terletak di pantai selatan Korea Selatan. Pulau ini dikenal sebagai pulau yang memiliki udara yang segar, matahari yang hangat, dan air yang masih jernih.

Innisfree juga mengusung kampanye Green Life yaitu gerakan sederhana menggunakan sapu tangan sebagai pengganti tisu (eco-handkerchief), clean earth, penggunaan eco-bag, dan re-cycle botol bekas. Pentingnya kelestarian alam merupakan kunci dari kampanye Green Life. Innisfree senantiasa berusaha untuk menjaga dan merawat bumi dan permukaannya sama seperti merawat kulit

(18)

konsumennya. Menyediakan kecantikan alami dari hidup berdampingan dengan alam sembari mempertahankan keasriannya.

Selain itu, sesuai dengan konsep produknya yaitu produk ramah lingkungan, Innisfree juga menjaga produknya yang ramah lingkungan dengan konsep outlet dan juga promosi yang tentunya bertemakan green marketing.

Seperti mendesain outlet-nya dengan konsep “hijau” dengan menghadirkan

“Garden of Innisfree” dimana Innisfree mendesain sebagian dindingnya menyerupai taman dengan rumput hijau.

Innisfree sendiri sudah memiliki tiga belas gerai di Indonesia sejak pembukaan pertamanya pada tahun 2017 dan telah memiliki dua toko resmi di Medan, yaitu di Sun Plaza dan Deli Park Mall. Innisfree juga menyajikan platform online untuk memudahkan konsumen melakukan pembelian online. Namun data dari ZAP Beauty Index memaparkan bahwa 52,9% wanita Indonesia lebih memilih membeli produk kecantikan lewat gerai resmi dibandingkan lewat toko farmasi, supermarket, e-commerce, maupun media sosial.

Tabel 1.1

Lokasi Pilihan Wanita Indonesia Membeli Produk Kecantikan

No. Lokasi Persentase (%)

1. Gerai Resmi 52,9

2. Toko Farmasi 44,7

3. Supermarket 33,8

4. E-Commerce 27,5

5. Media Sosial 20,4

Sumber: Zap Clinic (2018)

Official Store Innisfree Indonesia biasanya melakukan promosi melalui Instagram resmi mereka setiap periode tertentu dengan memberikan harga diskon untuk pembelian di gerai resmi. Selain promosi tersebut, ada juga program

(19)

loyalitas membership card yang disebut ‘My Innisfree Reward’ dan program kampanye ‘Green Life’ dengan cara penukaran botol kemasan produk bekas pakai di gerai resmi untuk ditukar dengan poin keanggotaan Innisfree. Dengan belanja produk apa pun, konsumen Innisfree Indonesia berkesempatan memiliki membership card secara gratis dengan berbagai keuntungan seperti poin dan penukaran hadiah produk.

Secara global juga produk Innisfree cukup diminati oleh para pengguna kosmetik dan perawatan kulit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan yang terus meningkat setiap tahunnya sampai dengan tahun 2016.

Sumber: http://www.apgroup.com

Gambar 1.1

Penjualan Innisfree (dalam Milyar Won)

Berdasarkan data pada Gambar 1.1, dapat dilihat bahwa penjualan Innisfree setiap tahunnya hingga tahun 2016 selalu mengalami peningkatan.

Namun, pada tahun 2017 terjadi penurunan pendapatan sebanyak 16%. Hal ini menjadi hal yang menarik perhatian peneliti untuk menyelidiki hal apa yang menyebabkan penurunan angka penjualan tersebut. Sedangkan di Indonesia sendiri Innisfree mengalami pertumbuhan sebanyak 50%-70% dalam tiga tahun terakhir (Simamora, 2019).

456

592

768

642

598

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

2014 2015 2016 2017 2018

(20)

Dalam usahanya dalam merangkul konsumen lokal, Innisfree terus melakukan inovasi untuk mendapatkan pelanggan baru maupun mempertahankan pelanggan lama. Seperti yang dilakukan oleh Innisfree pada tahun baru Imlek 2018, Innisfree turut merayakan momen Imlek ini dengan menghadirkan kemasan khusus bertajuk Innisfree x Snoopy. Penggunaan desain karakter Snoopy ini disesuaikan dengan tahun baru Imlek 2018 yang dikenal sebagai tahun anjing tanah. Produk limited edition ini terdiri atas berbagai ragam produk make up dan skincare favorit pengguna Innisfree.

Innisfree bukan satu-satunya brand yang mengusung konsep “green”. Saat ini sudah ada beberapa brand kecantikan yang memproduksi green cosmetics &

skincare product. Seperti The Body Shop yang berasal dari Brazil , Estee Lauder yang berasal dari Amerika, L’Occitane yang berasal dari Prancis dan The Face Shop yang berasal dari Korea.

Banyaknya produk atau merek dari berbagai negara asal yang berbeda-beda ini praktis memperkaya referensi pembelian konsumen. Konsumen cenderung mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam memilih dan membeli sebuah produk. Tak jarang pula terdapat persepsi yang beragam dalam benak konsumen atas suatu produk atau merek yang berasal dari suatu negara. Country Of Origin (COO) merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh pemasar sebelum melakukan strategi pemasaran. Bagi pemasar perlu melakukan analisis sederhana untuk mengetahui seberapa penting pelanggan-pelanggan di COO. Bahkan COO merupakan unsur pemasaran kelima setelah marketing mix (Place, product, price, and promotion) (Baker & Ballington, 2002). Country of Origin merupakan evaluasi

(21)

yang dilakukan konsumen atas produk tidak didasarkan pada daya tarik dan karateristik produk saja, tetapi negara yang memproduksinya (Tjiptono, 2008).

Budaya yang masuk dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini tidak hanya budaya barat, tetapi juga dari negara ASIA lainnya yang mulai memperkenalkan budaya mereka kepada masyarakat Indonesia. Korea Selatan merupakan salah satu negara ASIA yang sedang menjadi sorotan di Indonesia.

Korea mulai menjadi perhatian masyarakat Indonesia sejak masuk dalam empat besar persepakbolaan dunia pada tahun 2002. Prestasi ini membuat beberapa statsiun televisi dalam negeri beramai-ramai menayangkan film, musik, dan drama Korea pada saat menjelang hingga setelah Piala Dunia sepak bola diselenggarakan. Budaya pop Korea Selatan yang masuk di Indonesia dapat dinikmati oleh segala umur. Globalisasi budaya Korea Selatan (Hallyu Wave) berhasil memikat masyarakat Indonesia hingga saat ini. Berbagai macam film, musik, drama, dan produk-produk yang berasal dari Korea Selatan mulai disukai oleh masyarakat (Wuryanta, 2011). Keberhasilan globalisasi budaya Korea Selatan dapat membawa brand produk lokal mereka dikenal oleh banyak negara, termasuk Indonesia.

Alasan dipilihnya faktor negara asal (country of origin) yaitu karena produk Innisfree merupakan produk kosmetik dari Korea Selatan yang mempunyai citra positif dalam industri kosmetik dan konsumen Indonesia dikenal sebagai konsumen yang menyukai produk impor. Mereka menganggap produk impor sebagi produk yang berkualitas sehingga asal produk seringkali menjadi pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi produk.

(22)

Tabel 1.2

Negara Asal Brand Skin Care Favorit Wanita Indonesia

No. Negara Persentase Pasar (%)

1. Korea Selatan 46,6

2. Indonesia 34,1

3. Jepang 21,1

Sumber: Zap Clinic (2018)

Berdasarkan Tabel 1.2, Korea Selatan menjadi pemain pasar yang cukup agresif dalam mempasarkan produk kosmetiknya di Indonesia. Promosi penjualan yang sering digunakan oleh perusahaan kosmetik Korea Selatan adalah menawarkan kecantikan seperti aktor, aktris, dan idola K-POP.

Produk-produk mancanegara terutama dariAsia Timur menjadi primadona di kalangan wanita Indonesia (Zap Clinic, 2018) Korea Selatan menduduki top 10 global beauty markets dengan nilai penjualan sebesar US $13.000.000.000,00 dan 51%-nya merupakan produk skin care dengan nominal US$6,500,000,000,00 (Mintel, 2017). Di kawasan Asia Tenggara, Korea Selatan memiliki minat yang besar terhadap Indonesia sebagai pangsa pasar di benua Asia. Selain memiliki jumlah penduduk terbesar dikawasan Asia Tenggara, Indonesia juga merupakan salah satu fanbase Korean Wave terbesar di dunia.

Minat beli ulang terjadi ketika konsumen telah melakukan pembelian suatu produk atau layanan sebelumnya. Minat beli ulang sebagai niat untuk membeli kembali merek suatu produk (Kimppa, Whitehouse, Kuusela, & Phahlamhlaka, 2014). Ketika konsumen mendapatkan respon positif terhadap tindakan masa lalu, akan ada penguatan; pemikiran positifnya tentang apa yang diterima, akan memungkinkan individu untuk melakukan pembelian kembali (Sutisna, 2001).

American Marketing Association (dalam Fahlis, Lapian, Soegoto, &

(23)

Supandi, 2016), mendefinisikan green marketing adalah pemasaran produk- produk yang telah diasumsikan aman terhadap lingkungan. Oleh karena itu, green marketing mengintegrasikan aktivitas-aktivitas yang luas, termasuk di dalamnya adalah memodifikasi produk, perubahan pada proses produksi, perubahan kemasan, hingga perubahan pada periklanannya.

Konsep ini sudah diperkenalkan oleh Bell dan Emeri, serta Feldman sejak tahun 1971, yang menyatakan konsep pemasaran telah salah penempatan, karena hanya sebatas memuasakan keinginan konsumen tetapi dengan mengabaikan kepentingan masyarakat dan lingkungan dalam jangka panjang. Namun kenyataannya masih ada perusahaan yang “talking green” dibandingkan “being green”. Perusahaan masih menggunakan green marketing sebagai “topeng” untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya bukan sebagai strategi yang sesungguhnya. Hal tersebut menuntut konsumen untuk lebih mengedukasi dirinya sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan produk green yang akan dibeli.

Karena bagaimanapun juga konsumen merupakan user dari produk-produk yang dihasilkan perusahaan.

Country of origin adalah segala pengaruh dari negara produsen terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk tertentu (Tjiptono & Chandra, 2012). Konsumen sering bergantung pada negara asal sebagai syarat untuk mengevaluasi produk. Evaluasi tersebut nantinya akan dijadikan suatu pertimbangan minat konsumen dalam membeli produk. Informasi kepada konsumen mengenai lokasi pembuatan suatu produk biasanya dikomunikasikan dengan memberi label

“made in” pada kemasan suatu produk.

(24)

Dalam hal ini country of origin juga akan berpengaruh pada faktor minat beli ulang sebuah produk, hal ini karena konsumen lebih cenderung untuk melakukan pembelian pada perusahaan atau produk yang mempunyai citra yang positif.

Peneliti melakukan pra survey terhadap 30 konsumen Innisfree Sun Plaza yang bertujuan menemukan faktor minat beli ulang terhadap produk Innsfree.

Berikut adalah hasil pra survei yang telah dilakukan:

Tabel 1.3

Hasil Pra Survey mengenai Green Marketing

No. Pernyataan Jawaban Total

S TS

1. Innisfree menggunakan bahan dasar alami dalam pembuatan produknya

22/30 x 100%=

73,33%

8/30 x 100%=

26,67%

30 orang

2, Innisfree Sun Plaza Kota Medan bernuansa hijau dan memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi

4/30 x 100%=

13,4%

26/30 x 100%=

86,6%

30 orang

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat berdasarkan pernyataan yang pertama yaitu penggunaan bahan dasar yang alami terdapat 22 orang yang menjawab setuju dan 8 orang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tertarik membeli produk Innisfree dikarenakan mengunakan bahan dasar yang alami dalam pembuatan produknya. Lalu untuk pernyataan yang kedua tentang nuansa hijau dan memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi, sebanyak 4 orang menjawab setuju dan 26 orang menjawab tidak setuju. Hal ini dikarenakan beberapa pelanggan beranggapan bahwa Innisfree memiliki pencahayaan yang berlebihan.

Lalu untuk melihat country of origin pada Innisfree terhadap minat beli ulang, peneliti juga melakukan penyebaran kuisioner pra survey terhadap 30

(25)

konsumen. Hasil penyebaran kuesioner dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.4

Hasil Pra Survey mengenai Country of Origin

No. Pernyataan Jawaban Total

S TS

1. Saya memilih Innisfree karena berasal dari Korea

27/30 x 100%=

90%

3/30 x 100%=

30%

30 orang

2, Saya memilih Innisfree karena berasal dari negara yang memiliki prestige sebagai negara maju.

11/30 x 100%=

36,6%

19/30 x 100%

= 63,4 %

30 orang

Dapat dilihat dari Tabel 1.4 pada pernyataan pertama yaitu memilih Innisfree karena berasal dari Korea sebanyak 27 orang menjawab setuju dan 3 orang menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen membeli produk Innisfree karena faktor negara asalnya. Dan untuk pernyataan kedua yaitu Innisfree berasal dari negara yang memiliki prestige sebagai negara maju sebanyak 11 orang menjawab setuju dan 19 orang menjawab tidak setuju. Hal ini disebabkan bahwa sebagian besar konsumen beranggapan bahwa prestige produk dari negara maju tidak terlalu berpengaruh untuk mereka.

Berdasarkan konteks green marketing dan country of origin yang telah diuraikan tersebut, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kedua variabel tersebut terhadap minat beli ulang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Green Marketing dan Country Of Origin terhadap Minat Beli Ulang Produk Innisfree Sun Plaza Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian, yaitu:

(26)

1. Apakah green marketing dan country of origin secara serempak berpengaruh signifikan terdapat minat beli ulang produk Innisfree di Sun Plaza Medan?

2. Apakah green marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang produk Innisfree di Sun Plaza Medan?

3. Apakah country of origin berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang produk Innisfree di Sun Plaza Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh green marketing dan country of origin terhadap minat beli ulang produk Innisfree di Sun Plaza Medan?

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh green marketing terhadap minat beli ulang konsumen produk Innisfree di Sun Plaza Medan?

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh country of origin terhadap minat beli ulang produk Innisfree di Sun Plaza Medan?

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian dilakukan guna memperoleh manfaat yang berguna bagi seluruh pihak-pihak yang bersangkutan. Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan Innisfree dalam menjalankan strategi pemasaran yang baik, khususnya mengenai green marketing, country

(27)

of origin, dan minat beli ulang.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis, sekaligus dapat menerapkan teori-teori dan konsep yang berkaitan dengan strategi pemasaran yang diperoleh dari perkuliahan, khususnya mengenai green marketing, country of origin dan minat beli ulang.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa/I masa mendatang di Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, maupun organisasi secara keseluruhan. Dengan adanya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, maka perusahaan akan mencoba untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan penciptaan produk pemuas kebutuhan yang disalurkan kepada konsumen proses pemasaran.

Kotler & Keller (2016) mendefinisikan pemasaran adalah tentang mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial, salah satu definisi terbaik terpendek dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan secara menguntungkan. Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional adalah terdiri dari penentuan kebutuhan, keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan lebih efisien dari yang dilakukan para pesaing.

Pemasaran adalah proses manajemen yang berupaya memaksimumkan laba bagi pemegang saham dengan jalan menjalin relasi dengan pelanggan utama dan menciptakan keunggulan kompetitif (Sudaryono, 2016).

2.2 Green Marketing (Pemasaran Hijau)

2.2.1 Pengertian Green Marketing (Pemasaran Hijau)

Green marketing berkembang seiring dengan adanya gerakan konsumen

(29)

hijau diseluruh dunia, gerakan konsumen hijau merupakan sebuah gerakan moral dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan hidup supaya lebih layak huni, pokok dari gerakan ini adalah mendorong perubahan perilaku masyarakat yang sebelumnya kurang.

American Marketing Association (AMA) mendefinisikan pemasaran hijau sebagai pemasaran produk yang diyakini ramah lingkungan, yang menyelenggarakan kegiata seperti penyesuaian produk, modifikasi proses produksi, pengemasan, pelabelan, dan strategi periklanan (Yazdanifard, 2015).

Lozada (2000) mendefinisikan green marketing sebagai aplikasi dari alat pemasaran untuk memfasilitasi perubahan yang memberikan kepuasan organisasi dan tujuan individual dalam melakukan pemeliharaan, perlindungan, dan konservasi pada lingungan fisik.

Ottman (2006) mengemukakan bahwa dimensi green marketing, dengan mengintegrasikan lingkungan ke dalam semua aspek pemasaran pengembangan produk baru (green product) dan komunikasi (green communication).

Melaksanakan pemasaran hijau berarti memasukkan pertimbangan lingkungan dalam semua dimensi aktivitas yang dilakukan perusahaan.

2.2.2 Prinsip Green Marketing

Menurut Kennedy (dalam Hakim, 2010) ada tiga prinsip yang biasa dilakukan untuk mengkaitkan perusahaan dengan lingkungan. Pertama, perusaahaan menonjolkan produknya sebagai ramah lingkungan. Kedua, mencitrakan perusahaan dengan kegiatan pokok perusahaan yang peduli terhadap lingkungan. Dan yang terakhir, pernyataan perusahaan tentang tanggung jawab

(30)

terhadap lingkungan dalam proses produksi. Sebagai contoh, melakukan inovasi dalam mengurangi limbah yang dihasilkan dari proses produksi.

Bradeb (dalam Hakim, 2010), menyatakan bahwa prinsip strategi green marketing adalah kampanye menyeluruh untuk mengajak terhadap upaya pelestarian lingkungan. Green marketing bukan hanya sebatas kegiatan perusahaan mengeluarkan produk yang ramah lingkungan saja, tetapi sebagai sebuah proses yang menyeluruh yang meliputi rangkaian produksi.

Penerapan green marketing tidak hanya ditujukan bagi konsumen saja, namun ditujukan juga untuk seluruh karyawan internal perusahaan. Aktivitas green dimulai dengan membangun pola pikir green, misalnya menggunakan kertas lebih hemat, menggunakan kertas secara bolak-balik untuk keperluan kertas sehari-hari, menggunakan stainless straw untuk minuman, dan mulai memilah sampah di dalam perusahaan sampai dengan berhemat listrik. Sedangkan kampanye keluar atau kampanye ke konsumen bisa menggunakan strategi seperti penggunaan kemasan yang ramah lingkungan, menjalankan program-program green, seperti menaman pohon sampai program mendaur ulang kemasan, atau dapat juga dilakukan dengan penambahan atribut-atribut yang menunjukan kepedulian terhadap lingkungan.

2.2.3 Tujuan Green Marketing

Konsep green marketing diarahkan untuk memiliki suatu tujuan yang dibagi dalam tiga tahap menurut Grant (dalam Hakim, 2010), yaitu:

1. Green

Tahapan ini merupakan tahapan awal bagi perusahaan yang menerapkan

(31)

green marketing. Mengkomunikasikan ke arah produk atau perusahaan yang peduli lingkungan hidup.

2. Greener

Tujuan dari green marketing sendiri tidak hanya untuk komersialisasi (profit) sebagai tujuan utama, tetapi juga bertujuan untuk memberi pengaruh kepada lingkungan. Perusahaan mencoba merubah gaya konsumen dalam mengkonsumsi atau memakai produk yang ramah lingkungan.

3. Greenest

Perusahaan berusaha merubah budaya konsumen ke arah yang lebih peduli lingkungan hidup. Budaya konsumen yang diharapkan adalah kepedulian terhadap lingkungan dalam semua aktivitas sehari-hari.

2.2.4 Green Marketing Mix

Konsep green marketing dapat dioperasionalkan dengan menggunakan tindakan strategi dalam penetap bauran pemasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat variabel pemasaran, yang dapat dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan di dalam pasar sasaran (Tjiptono, 2008). Bauran pemasara terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan strategi green marketing dimodifikasi melalui bauran pemasaran yang dimaksud ialah merancang produk hijau, harga produk hijau, distribusi dengan kriteria produk hijau, dan promosi produk hijau.

(32)

1. Produk Hijau (Green Product)

Kertajaya (dalam Junaedi, 2005) mendefinisikan produk hijau sebagai produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang.

Produk ramah lingkungan membantu memelihara dan meningkatkan lingkungan alam bersama dengan pemeliharaan energi atau sumber daya dan pengurangan atau penghilangan penggunaan bahan beracun, polusi dan limbah (Ottman, 2006).

Menurut Ilutinedra (2015) dalam mengembangkan green product terdapat empat dimensi kerja, yaitu:

a. Energy based product, yaitu melakukan efesiensi energi dan menggunakan energi yang dapat diperbaharui.

b. Material drien product, yaitu efesiensi penggunaan bahan baku dan menggunaan bahan reuse, recycle, dan renewable.

c. Pollution prevention product, yaitu pengurangan limbah dan polusi dalam proses produksi dan mengolah limah untuk mencegah pencemaran lingkungan.

d. Packaging, yaitu menggunakan kemasan yang ramah lingkungan dan membeli label pada kemasan bahwa kemasan produk dapat didaur ulang.

John Elkington, Julia Hailes dan Joel Makower (dalam Syahbandi, 2012), menyatakan terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu produk ramah lingkungan atau tidak terhadap lingkungan yaitu:

(33)

a. Tingkat bahaya produk bagi kesehatan manusia atau binatang.

b. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan selama di pabrik, digunakan atau dibuang.

c. Tingkat penggunaan energi dan sumber daya yang tidak proporsional selama di pabrik, digunakan atau dibuang.

d. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna ketika kemasannya berlebihan atau untuk suatu penggunaan yang singkat.

e. Seberapa jauh produk melibatkan penggunaan yang tidak ada gunanya atau kejam terhadap binatang.

f. Penggunaan material yang berasal dari suatu spesies atau lingkungan yang terancam.

2. Harga Hijau (Green Price)

Harga sebuah produk hijau biasanya lebih mahal dibandingkan produk biasa.

Hal ini dikarenakan adanya biaya tambahan dalam memodifikasi proses produksi, pengemasan yang menggunakan teknologi yang tinggi dan juga proses pembuangan limbah (Hati & Kartika, 2016).

Kebanyakan konsumen membayar harga yang lebih tinggi hanya jika mereka mengetahui nilai tambah produk tersebut. Nilai ini mungkin terkait dengan peningkatan kinerja, efisiensi, desain, daya tarik nyata atau rasanya atau bahkan karena karakteristik lain dari produk ramah lingkungan termasuk masa pakai yang lebih lama dan tidak berbahaya (Polonsky &

Rosenberg, 2001).

Al-Bakri & Ahmad (2007) menyatakan yang perlu diperhatikan dalam

(34)

strategi green price adalah:

a. Peningkatan biaya dengan menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan.

b. Perpindahan penggunaan bahan baku yang hemat energi.

c. Pengeluaran tambahan karena penggunaan teknologi ramah lingkungan.

d. Biaya yang berhubungan dengan green tax.

e. Penghematan berkaitan dengan pengurangan kemasan.

3. Tempat atau Distribusi Hijau (Green Place)

Lokasi toko penjualan produk hijau diharapkan mempunyai konsep yang juga mengingatkan pelanggan dengan mengusung konsep ‘hijau’. Lokasi harus berbeda dengan pesaing dengan membuat display yang menarik atau menggunakan material yang dapat didaur ulang untuk menekankan keunggulan lingkungan dan keunggulan lainnya. Menurut Tjiptono (2008), saluran distribusi atau tempat merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan perusahaan dalam menjual produk.

Selain itu, lokasi toko sebagai tempat distribusi produk ‘hijau’ memiliki letak yang strategis dan mudah diakses dengan memiliki ketersediaan produk yang lengkap. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa pilihan dimana dan kapan untuk membuat produk selalu tersedia dapat memberikan pengaruh kepada konsumen. Sangat sedikit pelanggan yang benar-benar hanya ingin keramahan lingkungan saja. Penjual yang ingin mencapai kesuksesan dalam penjualan produk yang ramah lingkungan seharusnya memposisikan produknya secara luas dipasar sehingga dapat dikenali.

(35)

4. Promosi Hijau (Green Promotion)

Dalam green promotion, beberapa faktor harus dipastikan bahwa keuntungan yang diiklankan memiliki dampak nyata, misalnya, benar-benar mengurangi polusi udara; menentukan keunggulan khusus produk dalam hal karakteristik yang berkaitan dengan peningkatan status lingkungan; menyajikan data tertentu tentang keunggulan produk, misalnya menentukan persentase dan sifat produk daur ulang; menyediakan kondisi yang memungkinkan perbandingan bagi pelanggan; mendefinisikan semua istilah teknis dan menjelaskan keuntungan lingkungan karena konsumen hanya tahu sedikit tentang masalah lingkungan (Wong & Stoneman, 2009).

Menurut Rizkia (2014), terdapat beberapa cara untuk menciptakan promosi yang ramah lingkungan dan tepat sasaran, yaitu:

a. Iklan yang menggambarkan hubungan antara produk yang dipasarkan dengan lingkungan atau sumber daya yang ingin diselamatkan secara sesuai. Kampanye yang membahas hubungan antara produk dengan isu penyelamatan lingkungan.

b. Mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan dan menempatkan produk tersebut di dalamnya. Para pengecer mulai menyadari perlunya sebuah komitmen pada lingkungan dengan melakukan promosi seperti penggunaan kantong belanja daur ulang.

c. Sampaikan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Kampanye yang menghadirkan citra perusahaan yang tanggung jawab lingkungan.

(36)

2.3 Citra Merek

2.3.1 Definisi Citra Merek

Citra merek adalah persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi yang ada pada pikiran konsumen. Citra merek merupakan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran dan citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek (Kotler & Keller, 2016).

Citra merek tersusun dari asosiasi merek, bahwa asosiasi merek adalah apa saja yang terkait dengan memori terhadap merek. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman, konsumsi, atau penggalian informasi dan akan bertambah kuat jika didukung oleh jaringan lainnya. Sehingga citra merek ini penting bagi konsumen untuk menjatuhkan pilihannya dalam membeli sebuah produk.

2.3.2 Dimensi Citra Merek 1. Citra Perusahaan

Broomley (2010) menyatakan bahwa citra perusahaan adalah persepsi eksternal stakeholder berdasarkan akumulasi pengalaman terhadap organisasi.

Kotler dan Keller (2000) menyatakan citra perusahaan merupakan asosiasi yang ada pada pikiran konsumen terhadap suatu perusahaan yang menghasilkan barang atau menyediakan jasa untuk konsumen.

2. Citra Produk

Mengembangkan citra produk dalam pikiran konsumen menjadi strategi yang sangat penting bagi perusahaan karena produk yang memiliki citra yang kuat

(37)

dalam memori jangka panjang konsumen lebih disukai ketika membeli suatu produk pada saat produk tersebut dibutuhkan. Citra produk perlu diperhatikan oleh produsen, dimana ketika konsumen sudah memiliki persepsi citra produk dengan baik maka konsumen tidak akan ragu untuk membeli produk tersebut.

Smith (dalam Roslina, 2010) menyatakan citra produk adalah kombinasi berbagai atribut seperti harga, nama toko, negara penghasil suatu produk.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa citra produksi disebabkan oleh atribut-atribut yang dimiliki oleh produk dan di nilai serta di ingat oleh konsumen.

3. Citra Negara

Han (dalam Roslina, 2010) menjelaskan pengaruh citra merek pada evaluasi produk serta persepsi tentang tentang citra negara asal yang mempengaruhi keseluruhan evaluasi secara tidak langsung melalui keyakinan konsumen ataupun secara langsung. Kesan positif dari suatu merek yang dihasilkan oleh negara asal menghasilkan sikap positif terhadap merek tersebut dan akan diikuti oleh perilaku yang positif. Sedangkan konsumen yang memiliki citra negatif terhadap negara tertentu tidak akan mempertimbangkan untuk membeli merek yang berasal dari negara tanpa memperhatikan asosiasi merek tersebut.

2.4 Country Of Origin (Negara Asal) 2.4.1 Definisi Country of Origin

Country of Origin adalah asosiasi dan kepercayaan mental yang dipicu oleh sebuah negara (Kotler & Keller, 2009). Pembeli memiliki sikap dan

(38)

keyakinan yang berbeda terhadap merek dari berbagai negara. Merek yang sukses di pasar global memberikan kredibilitas dan rasa hormat pada konsumennya.

Istilah Country of Origin dinyatakan dengan label ‘made in’. Label

‘made in’ ini digunakan di setiap produk yang akan dipasarkan secara global sebagai tanda bahwa produk tersebut dibuat dan diproduksi oleh negara yang bersangkutan. Semakin bagus citra negara, semakin penting label ‘made in’

harus ditampilkan.

Setianingsih (2016) mendefinisikan country of origin merupakan negara asal suatu merek yang mempengaruhi niat pembelian yang merupakan elemen penting dalam mempengaruhi minat beli suatu produk. Konsumen akan teliti dalam mengevaluasi darimana produk tersebut berasal. Suatu produk yang diproduksi pada suatu negara dapat membawa suatu hambatan perdagangan barang dan jasa di dalam atau diluar negara. Preferensi konsumen untuk produk- produk dalam dan luar negeri dapat dipengaruhi oleh trust pada perusahaan asing, consumer ethnocentrisme dan perasaan negatif terhadap negara tertentu.

Pemerintah ingin memperkuat citra negara mereka untuk membantu pemasar domestik yang melakukan ekspor. Sikap terhadap country of origin dapat berganti sepanjang waktu (Kotler & Keller, 2009). Isu yang terjadi disebuah negara dapat mempengaruhi citra asal sehingga mempengaruhi penjualan atau ketertarikan konsumen menggunakan produk dari negara tersebut. Sehingga setiap negaraberlomba-lomba dalam menciptakan citra negaranya yang baik demi menarik konsumen untuk menggunakan produk dari negara tersebut.

Semakin baik mutu produk yang dihasilkan oleh sebuah negara, maka

(39)

semakin bagus pula persepsi konsumen terhadap seluruh produk negara tersebut.

Hal ini akan membuat tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk negara tersebut semakin tinggi.

2.4.2 Perspektif Country of Origin Dalam Pemasaran

Hsieh (dalam Setianingsih, 2016) mengemukakan pada dasarnya, citra negara dalam perspektif pemasaran dapat didefinisikan pada tiga tingkat, yaitu : 1. Overall country image (citra negara keseluruhan)

Merupakan keseluruhan kepercayaan, ide, dan kesan dari suatu negara tertentu sebagai hasil evaluasi konsumen atas persepsinya tentang kelebihan dan kelemahan negara tersebut.

2. Aggregate product country image (citra negara asal produk keseluruhan) Merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang diasosiasikan dengan produk dari negara tertentu atau kesan terhadap keseluruhan kualitas produk yang berasal dari suatu negara tertentu.

3. Specific product country image

Merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang diasosiasikan dengan spesifikasi produk dari negara tertentu.

2.4.3 Dimensi Country of Origin

Country Of Origin adalah persepsi negara asal didefinisikan sebagai penilaian konsumen secara umum terhadap negara asal merek produk, berdasarkan informasi yang diterima dari berbagai sumber, yang terbentuk dari tiga dimensi meliputi keyakinan terhadap negara, keyakinan terhadap orang-orang

(40)

di negara tersebut dan keinginan interaksi dengan negara tersebut (Listiana, Erna,

& Elida, 2013).

1. Country Beliefs

a. Negara dimana merek X berasal adalah negara yang inovatif dalam manufacturing.

b. Negara dimana merek X berasal adalah negara yang memiliki tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi tinggi.

c. Negara dimana merek X berasal adalah negara yang baik dalam desain produk.

d. Negara dimana merek X berasal adalah negara yang memilki reputasi (terhormat).

e. Negara dimana merek X berasal merupakan negara maju.

2. People Affect

a. Negara dimana merek X berasal adalah negara yang memiliki tenaga kerja yang kreatif.

b. Negara dimana merek X berasal adalah negara yang memiliki tenaga kerja yang berkualitas tinggi.

3. Desired Interaction:

a. Negara merek X berasal adalah negara yang ideal untuk dikunjungi.

2.5 Minat Beli Ulang

2.5.1 Pengertian Minat Beli Ulang

Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap prilaku. Menurut Nurhayati (dalam Kusumawati,

(41)

2013) minat pembelian ulang adalah keinginan dan tindakan pelanggan untuk membeli ulang suatu produk, karena adanya kepuasan yang diterima sesuai yang diinginkan dari suatu produk. Repurchase intention merupakan suatu komitmen konsumen yang terbentuk setelah konsumen melakukan pembelian suatu produk atau jasa. Komitmen ini timbul karena kesan positif konsumen terhadap suatu merek, dan konsumen merasa puas terhadap pembelian tersebut (Hicks, 2005).

Minat beli ulang bermula dari pembelian pertama kali yang dilakukan oleh pelanggan, yang kemudian berniat untuk melakukan pembelian kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang atau pembelian ulang pada pelanggan atau konsumen ini mengalami empat tahap yaitu, minat membeli itu sendiri setelah itu konsumen akan memutuskan untuk membeli produknya (barang atau jasa) sehingga mengalami kepuasan atau ketidakpuasan yang berdampak pada minat beli ulang itu sendiri (Oetomo, 2010).

Butcher (2005) berpendapat bahwa niat konsumen untuk membeli kembali adalah salah satu ukuran dari keberhasilan dari suatu perusahaan, terutama perusahaan jasa.

Menurut Peter & Olson (2002) minat beli ulang adalah kegiatan pembelian yang dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali. Kepuasan yang diperoleh seorang konsumen, dapat mendorong ia melakukan pembelian ulang, menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko tempat ia membeli barang tersebut sehingga konsumen dapat menceritakan hal-hal yang baik kepada orang lain.

Schiffman & Kanuk (2000) berpendapat bahwa minat beli ulang adalah pembelian yang dilakukan oleh konsumen terdiri dari dua tipe, yaitu pembelian

(42)

percobaan dan pembelian ulang. Jika konsumen membeli suatu produk dengan merek tertentu untuk pertama kalinya, maka disebut pembelian percobaan. Jadi, pembelian percobaan merupakan tahap penyelidikan dari perilaku pembelian dimana konsumen berusaha mengevaluasi produk dengan langsung mencoba. Jika suatu produk dibeli dengan percobaan ternyata memuaskan atau lebih memuaskan dari merek sebelumnya, maka konsumen berkeinginan untuk membeli ulang, tipe pembelian semacam ini disebut pembelian ulang.

2.5.2 Dimensi Minat Beli Ulang

Menurut Ferdinand (2002), terdapat empat indikator dalam mengukur minat beli ulang, yaitu sebagai berikut:

1. Minat Transaksional

Minat transaksional adalah kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

2. Minat Eksploratif

Minat eksploratif menggambarkan seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

3. Minat Preferensial

Minat preferensial merupakan minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4. Minat Referensial

Minat referensial adalah kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.

(43)

2.6 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdaulu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Metode

Analisis Hasil Penelitian

1.

Christabel Harlim, Ardina Ayu

Kusuma (2019)

The Impact of Country- of-origin on Repurchase Intention with Brand Trust as the Mediating Variable: A Case of Bata in Indonesia

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa negara asal dan kepercayaan merek secara bersamaan

memengaruhi niat membeli kembali.

2.

Neng Eva (2019)

Pengaruh Country Of Origin Dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Bell Ulang Smartphone Oppo Di Megacell Padjajaran Bandung

Analisis regresi linier berganda

Hasil ini rnenunjukan Country Of Origin dan Persepsi Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli Ulang berada di kategori Cukup baik.

3.

Muhammad Fadil Hartanto

(2019)

Pengaruh green marketing mix terhadap minat beli ulang di Sepenuhati Coffee Kiosk Bandung

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil korelasi secara positif menunjukkan bahwa peningkatan green marketing dapat

meningkatkan kemungkinan untuk melakukan minat pembelian ulang.

4.

Aisyah Rizki Al Lathifah dan

Dominica A.Widyastuti

(2018)

Pengaruh Green Product Terhadap Minat Pembelian Ulang (Studi pada Produk Lampu LED Merek PHILIPS)

Analisis Regresi Linear Sederhana

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Green product berpengaruh secara signifikanterhadap minat beli ulang konsumen

5.

Hutomo Rusdianto (2018)

Analisis Green Brand Awareness, Green Brand Trust, Green Brand Image, dan Green Perceived Value Terhadap Keputusan Pembelian Natural Cosmetics Product

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian menyatakan green brand awareness, green brand trust, green brand image dan green perceived value secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian natural cosmetics product

(44)

Lanjutan Tabel 2.1

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

6.

Jerry Loyelty Susanto

(2018)

The impact of brand image and country of origin through perceive value towards

repurchase intention on Xiaomi Brand in Surabaya

Analisis Path Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Brand Image dan Country of Origin berpengaruh terhadap Purchase Intention melalui Perceived Value.

7.

Kelly Wisana, Nancy Permatasari Soedargo, Monika

Kristanti (2018)

Pengaruh Green Marketing Terhadap Sikap Konsumen dan Minat Beli Ulang di Green Hotel di Indonesia

Partial Least Square

Hasil penelitian ini

menunjukkan green marketing memiliki pengaruhyang signifikan terhadap sikap konsumen. Green marketing mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap minat beli ulang dengan sikap konsumen sebagai variabel moderator.

8. Lidya Limandri (2017)

Analisis pengaruh country of origin terhadap minat beli ulang pengguna Smartphone Xiaomi di Bandung

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa country of origin memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli ulang konsumen kategori responden tersebut.

9.

Kuntari (2017)

Pengaruh Green Marketing Terhadap Minat Pembelian Ulang Produk Tupperware (Studi Pada Konsumen Member Tupperware Blitar)

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa green marketing berpengaruh positif terhadap minat pembelian ulang produk Tupperware pada Gemilang Group Blitar.

10.

Qolbina Ulfah, Gusti Ayu Ketut

Giantari (2017)

Peran Brand Equity dalam memediasi pengaruh Country of Origin terhadap Repurchase Intention

Path Analysis Hasil analisis ditemukan bahwa Country of Origin image secara signifikan berpengaruh positif terhadap Repurchase Intention, Country of Origin Image secara signifikan berpengaruh positif terhadap Brand Equity dan Repurchase Intention

11.

Rafahadayana Azrah (2016)

Pengaruh Green Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Dan Minat Beli Ulang Pada The Body Shop Di Pekanbaru

Analisis Path Hasil penelitian menunjukkan bahwa Green product,. Green Price, Green Place, Green Promotion berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Purchase Decisison berpengaruh signifikan terhadap Repurchase Intention.

(45)

Lanjutan Tabel 2.1

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

12.

Nia Arnila (2016)

Efek Negara Asal, Citra Merek, Persepsi Kualitas, Terhadap Minat Beli Ulang Pada Produk Lipstik Revlon (Studi pada Mahasiswi di FISIP Universitas Lampung)

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian menunjukkan variabel negara asal

(COO)dan variabel citra merek berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang konsumen.

13.

Wahyuni Setianingsih

(2016)

Pengaruh Country Of Origin, Brand Image, dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli Oppo Smartphone Studi Kasus pada Mahasiswa Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Country of Origin, brand image, dan persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap minat beli

14.

Nurul Marliza Putri Hesti

(2016)

The Influences of Green Marketing and Word of Mouth on Consumer Attitudes and Intention to Repurchase Green Fast Moving Consumer Goods (FMCG) Products in Padang, Indonesia

Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap produk green FMCG berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat beli kembali.

15.

Noviayanti (2016)

Pengaruh merek dan negara asal (Country of Origin) terhadap sikap konsumen dalam memilih laptop pada mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis universitas hasanuddin makassar

Analisis Regresi Linier Berganda

Merek dan negara asal secara parsial terdapat pengaruh signifikan terhadap sikap konsumen

16.

Ixora Luciantiwy (2016)

Pengaruh Green Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pelanggan The Body Shop di Plaza Medan Fair Kota Medan

Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel Green Product, Green Price, Green Promotion berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk..

17. Danti Kurniastuti (2014)

Pengaruh green

marketing terhadap minat pembelian ulang nasi organik (studi pada pelanggan HFC Probolinggo)

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa green marketing berpengaruh positif terhadap minat pembelian ulang nasi organik di KFC Probolinggo.

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual
Tabel 3.1  Definisi Operasional
Tabel 3.4  Hasil Uji Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Finally, the writer would like to observe the varieties or kinds of language teaching techniques as adapted from Crookes & Chaudron (1991:52-54) which are applied by

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara computer fear dengan keahlian siswa akuntansi dalam menggunakan aplikasi MYOB dengan nilai

Pada penelitian sebelumnya juga dapat diketahui bahwa bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat digunakan sebagai bentuk perlakuan yang tepat dan bermanfaat,

Provinsi Indonesia yang memisahkan diri dan menjadi negara baru yaitu ..2. Gorontalo merupakan pemekaran dari

Figure 6 gives a model in global view of new product development; it starts with the project plan to develop product A to product B that has different characteristics5. Therefore,

[r]

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan konsep Tri Hita Karana. Hal ini disebabkan guru dan siswa

Kategori baik (B) tertinggi untuk karakter tanggung jawab terdapat pada topik percobaan massa jenis, karakter kerjasama tertinggi terdapat pada topik ghs. Adapun