UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR
Pelalgia Sarsadek Baranafe*, Endang Buda Setyowati*
*Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl.Dukuh Pakis Baru II no. 110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id
ABSTRAK
Pendahuluan : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya dari tahun 2010 – 2012 rata-rata sebesar 8,45%, hal ini masih diatas angka toleransi BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni 7%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara umur dan pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013. Metode : penelitian ini menggunakan desain analitik observasional jenis cross sectional dengan data sekunder. Populasi penelitian 31 ibu bersalin yang melahirkan BBLR dengan jumlah sampel 24 orang yang dipilih secara simple random sampling.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan umur ibu bersalin mayoritas <20 atau >35 tahun melahirkan prematur sebesar 85,71%, pendidikan ibu bersalin mayoritas pendidikan rendah sebesar 81,25% dan kejadian BBLR sebesar 62,5%. Berdasarkan uji chi square umur ibu bersalin <20 tahun atau >35 tahun didapatkan hasil χ2 Hitung (7,6) > χ2Tabel (3,84), dan pendidikan ibu bersalin didapatkan hasil χ2 Hitung (7,2) >χ2 Tabel (3,84) sehingga menunjukkan ada hubungan antara umur dan pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BBLR. Diskusi : Peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan khususnya pentingnya pemeriksaan kehamilan secara berkala untuk mendeteksi adanya kelainan kehamilan sedini mungkin.
Kata Kunci : Umur, Pendidikan, BBLR.
PENDAHULUAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Saifudin, A.B, 2006). Menurut WHO pada tahun 2011 diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah sedangkan 85% terjadi di negara-negara maju. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 Angka kematian neonatal sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 80.000 bayi usia 1 bulan meninggal, artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus yang meninggal. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih 2500 gram (WHO, 2011).
Sedangkan tahun 2011 diketahui bahwa jumlah bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Jawa Timur mencapai 3,32% yang diperoleh dari presentase 19.712 dari 594.461 bayi baru lahir yang di timbang dan angka kematian neonatal dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang tertinggi disebabkan karena BBLR yaitu mencapai
38,03% dibanding penyebab kematian neonatal lain (Dinkes, 2012). Sedangkan angka kejadian BBLR tahun 2012 yang terjadi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebesar 19,34
% (SKDI, 2013). Prevalensi BBLR yang ditoleransi pada sasaran menuju Indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7% (Depkes RI, 2005). Dari data kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya didapatkan dari tahun 2010 sampai tahun 2012 angka kejadian BBLR rata-rata sebesar 8,45 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR antara lain : 1) faktor ibu yang meliputi usia, pendidikan, umur kehamilan, paritas,gizi selama hamil, penyakit ibu dan kebiasaan ibu, 2) faktor genetic, 3) faktor kehamilan meliputi gemelli, anemia, perdarahan ante partum, 4) faktor janin : infeksi intra uterine dan 5) faktor placenta (wignjosastro, 2008).
Wanita dengan umur < 20 tahun berisiko tinggi untuk melahirkan karena belum matangnya alat reproduksi sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun kesehatan janin. Wanita dengan umur 20 – 35 merupakan umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan karena pada umur tersebut organ reproduksi wanita telah matang (Manuaba, I.B.G,1998). Sedangkan pada kelompok usia
20
21 kehamilan lebih dari 35 tahun juga memiliki risiko tinggi bagi ibu dan bayinya (Soetjiningsih, 1998).
Ibu dengan pendidikan yang baik, biasanya telah mendalami tentang disiplin atau pengetahuan akan mampu melihat hal – hal pengembangan dalam dirinya baik dalam kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya dalam hal ini perilaku dan pengetahuan akan pola hidup sehat selama kehamilan misalnya asupan gizi ibu selama hamil. (Notoadmodjo, S, 2002)
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai kecenderungan terjadi infeksi, kesukaran mengatur suhu tubuh sehingga mudah mengalami hipotermia. Selain itu bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) mudah mengalami komplikasi seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada berat bayi lahir rendah menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada bayi berat lahir normal. Banyak kasus BBLR yang di ikuti dengan masalah RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau kesulitan bernafas karena kurang matangnya paru sehingga sulit beradaptasi, kesulitan menghisap ASI, gangguan terhadap infeksi karena system kekebalan tubuhnya belum baik, dan Hyphothermia atau kesulitan dalam menjaga suhu tubuh tetap hangat karena kurangnya lapisan lemak dan sistem penghangatan tubuh masih belum baik. Masalah lain yang sering terjadi pada BBLR adalah Billirubin atau kadar leukosit dalam darah di atas normal yang menyebabkan bayi menjadi kuning. Bayi dengan kasus BBLR akan lebih sering membutuhkan ASI karena bayi seperti ini tubuhnya kurang dapat menyimpan energi lebih, oleh karena itu pemberian ASI tidak berlebihan dengan interval pendek sangat dibutuhkan karena adanya daya serap dan daya tampung lambungnya masih sedikit (Farrer, H, 2011).
Dalam rangka membantu pemerintah menurunkan prevalensi BBLR, maka peran Bidan sebagai petugas kesehatan antara lain : meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 4 kali selama masa kehamilan yang dimulai sejak
kehamilan muda agar dapat mendeteksi kelainan sedini mungkin, merencanakan kehamilan pada umur reproduksi sehat ( 20 – 30 tahun) dan meningkatkan pengetahuan pentingnya gizi seimbang pada ibu hamil serta memperbaiki status gizi remaja remaja putri untuk mempersiapkan calon ibu.
METODE PENELITIAN
Penelitian survey cross sectional ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014, dengan populasi seluruh ibu bersalin yang melahirkan BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya sebesar 31 orang. Sampel yang diambil dengan teknik simple random sampling sebesar 24 orang.
Variabel penelitian adalah umur, pendidikan dan BBLR. Data dikumpulkan dari data sekunder yang diperoleh dari buku register persalinan dan rekam medik Rumah Sakit Pusura Surabaya. Selanjutnya data dianalisis dengan uji Chi-Square dan untuk kepentingan uji statistik maka skala ordinal direduksi menjadi skala nominal.
HASIL PENELITIAN Umur Ibu Bersalin
Tabel 1 Frekuensi Umur Ibu Bersalin di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013
Umur Frekuensi Persentase (%)
<20 tahun 8 33,33
20 – 35 tahun 10 41,67
> 35 tahun 6 25
Jumlah 24 100
Data sekunder yang diolah oleh Peneliti
Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas umur ibu bersalin di Rumah Sakit Pusura Surabaya tahun 2013 adalah 20-35 tahun sebesar 10 0rang (41,67 %).
Pendidikan Ibu Bersalin
Tabel 2 Frekuensi Pendidikan Ibu Bersalin di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Rendah 16 66,67
Menengah 5 20,83
Tinggi 3 12,5
Jumlah 24 100
Data sekunder yang diolah oleh Peneliti
Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu bersalin di Rumah Sakit Pusura Surabaya
tahun 2013 adalah pendidikan rendah sebanyak 16 orang (66,67 %).
Kejadian BBLR
Tabel 3 Frekuensi Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013
Kejadian BBLR Frekuensi Persentase (%)
Prematur 15 62,5
Dismatur 9 37,5
Jumlah 24 100
Data sekunder yang diolah oleh Peneliti
Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu bersalin di Rumah Sakit Pusura Surabaya tahun 2013 yang melahirkan bayi prematur sebanyak 15 bayi (62,5%).
Umur Ibu dengan Kejadian BBLR
Tabel 4 Tabulasi Silang antara Umur Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013
Umur
BBLR
Jumlah Prematur Dismatur
∑ % ∑ % ∑ %
<20 tahun 7 87,5 1 12,5 8 100 20 – 35
tahun
3 30 7 70 10 100
>35 tahun
5 83,3 1 16,7 6 100 Jumlah 15 62,5 9 37,5 24 100 Data sekunder yang diolah oleh Peneliti
Tabel 4 diatas dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin dengan umur <20 tahun mayoritas melahirkan bayi prematur sebesar 87,5 %, dibandingkan dengan ibu bersalin yang berumur 20 – 35 tahun melahirkan bayi dismatur sebesar 70 %.
Pendidikan dengan Kejadian BBLR
Tabel 5 Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013
Pendidikan
BBLR
Jumlah Prematur Dismatur
∑ % ∑ % ∑ %
Rendah 13 81,25 3 18,75 16 100 Menengah 1 20 4 80 5 100 Tinggi 1 33,33 2 66,67 3 100 Jumlah 15 62,5 9 37,5 24 100 Data sekunder yang diolah oleh Peneliti
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat disimpulkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah
mayoritas melahirkan bayi prematur sebesar 81,25 %, dibandingkan ibu dengan pendidikan menengah yang melahirkan bayi dismatur sebesar 80 %.
Untuk kepentingan uji statistik maka umur ibu bersalin dan pendidikan ibu bersalin dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : 1. Umur < 20 tahun atau > 35 tahun dan umur 20-35 tahun
2. Pendidikan rendah, pendidikan menengah dan tinggi
Tabel 6 Tabulasi Silang antara Umur Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013
Umur
BBLR
Jumlah Prematur Dismatur
∑ % ∑ % ∑ %
<20 tahun atau
>35 tahun
12 85,71 2 14,29 14 100 20 – 35 tahun 3 30 7 70 10 100 Jumlah 15 62,5 9 37,5 24 100 Data sekunder yang diolah oleh Peneliti
Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin dengan umur <20 tahun atau >35 tahun mayoritas melahirkan bayi prematur sebesar 85,71 %, dibandingkan dengan umur 20 – 35 tahun melahirkan bayi dismatur sebesar 70 %.
Tabel 7 Tabulasi Silang antara Pendidikan Ibu Bersalin dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013
Pendidikan
BBLR
Jumlah Prematur Dismatur
∑ % ∑ % ∑ %
Pendidikan Rendah
13 81,25 3 18,75 16 100 Pendidikan
Menengah dan Tinggi
2 25 6 75 8 100
Jumlah 15 62,5 9 37,5 24 100 Data sekunder yang diolah oleh Peneliti
Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah mayoritas melahirkan bayi prematur sebesar 81,25 %, dibandingkan ibu dengan pendidikan menengah dan tinggi yang melahirkan bayi dismatur sebesar 75 %.
22
23 Setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan uji chi-square, hasil perhitungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR menunjukkan bahwa χ2Hitung (7,6) >
χ2Tabel (3,84) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR, sedangkan hasil perhitungan antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BBLR menunjukkan bahwa χ2Hitung (7,2) >
χ2Tabel (3,84) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BBLR
PEMBAHASAN
Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Saifuddin, A.B, 2006).
BBLR dibagi menjadi Prematuritas yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan dan Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan (Surasmi, A, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR antara lain 1) faktor ibu yang meliputi usia, pendidikan, umur kehamilan, paritas,gizi selama hamil, penyakit ibu dan kebiasaan ibu,2) faktor genetik 3) faktor kehamilan meliputi gemelli, anemia, perdarahan ante partum, 4) faktor janin : infeksi intra uterine dan 5) faktor placenta (wignjosastro, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Pusura Surabaya Tahun 2013 didapatkan bahwa umur < 20 tahun atau > 35 tahun mayoritas melahirkan prematur sebesar 85,71
%, dibandingkan dengan umur 20 – 35 tahun dengan kejadian dismatur sebesar 70 %. Pada uji statistik didapatkan hasil ada hubungan antara umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR. Kehamilan pada usia muda (< 20 tahun) sering terjadi penyulit (komplikasi) bagi ibu maupun janin. Hal ini disebabkan alat reproduksi belum berkembang secara maksimal sehingga seringkali mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan janin dalam uterus. Begitu juga pada usia muda (< 20 tahun) yang merupakan usia remaja seringkali kurang memperhatikan asupan gizi seimbang serta ditunjang oleh factor psikologis remaja dalam kesiapan untuk hamil sehingga dapat mengakibatkan kelahiran prematur, dismatur dan cacat bawaan (Manuaba, I.B.G, 1998).
Sedangkan pada kelompok usia kehamilan lebih dari 35 tahun juga memiliki resiko kesehatan bagi ibu maupun janinnya (Soetjiningsih, 2005). Keadaan ini disebabkan penurunan fungsi otot dasar panggul sehingga terjadi penyulit kehamilan dan persalinan, problem kesehatan seperti pre-eklampsi, hipertensi, diabetes mellitus, anemia juga dapat menyebabkan kelahiran prematur/BBLR (Surasmi, A, 2003). Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Wiknjosastro, H, 2008). Wanita dengan umur 20 – 35 tahun merupakan umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan karena pada umur tersebut organ reproduksi wanita telah matang (Manuaba, I.B.G, 1998).
Menurut Saifuddin, Abdul Bari (2006), hasil penelitian wanita dengan umur 20-35 tahun yang melahirkan bayi dismatur kemungkinan disebabkan oleh faktor ibu dengan toksemia gravidarum, hipertensi, penyakit ginjal, hipoksemi malnutrisi, anemia sel sabit, ketergantungan obat narkotik, alkohol, rokok dan faktor janin dengan kelainan kromosom, infeksi janin kronik, disotonomia familial, retardasi, kehamilan ganda, aplasia pancreas serta oleh faktor plasenta yang meliputi berat plasenta kurang, plasenta berongga, luas permukaan berkurang, plasentitis vilus, infark tumor, sindrom transfusi bayi kembar.
Hasil penelitian tentang pendidkan ibu bersalin didapatkan Pendidikan rendah mayoritas terjadi persalinan prematur sebesar 81,25 %, dibandingkan ibu bersalin dengan pendidikan menengah dan tinggi terjadi persalinan dismatur sebesar 75 % dan hasil uji statistic didapatkan ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi pengetahuan tentang pola asupan gizi ibu selama masa kehamilan dan perawatan kehamilan.
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita – cita tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal – hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan . Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk dalam
mengambil sikap dan tidakan yang tepat dalam meningkatkan kesehatannya, dengan harapan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap dan tindakan seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan. Dengan demikian faktor pendidikan seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakan dalam pengambilan keputusan (Nursallam dan Pariani, S, 2001).
Peran petugas kesehatan khususnya Bidan sangat penting dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 4 kali selama masa kehamilan, meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang pada ibu hamil, perencanaan kehamilan pada usia reproduksi sehat serta perbaikan status gizi remaja putri untuk mempersiapkan diri sebagai calon ibu.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dan pendidikan ibu bersalin dengan kejadian BBLR
Saran
Mengingat masih tingginya kejadian BBLR maka diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan meningkatkan mutu pelayanan dalam pemeriksaan kehamilan sehingga dapat dideteksi secara dini adanya kelainan dalam kehamilan yang dapat menyebabkan BBLR, serta memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terutama ibu hamil untuk memerikasakan kehamilannya secara teratur minimal 4 kali selama masa kehamilan, meningkatkan pengetahuan tentang gizi seimbang pada ibu hamil, perencanaan kehamilan pada usia reproduksi sehat serta perbaikan status gizi remaja putri untuk mempersiapkan diri sebagai calon ibu.
KEPUSTAKAAN
Bobak, M.I . 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :EGC
Budijanto, Didik. 2005. Dasar – dasar Statistik. Jakarta
Deslidel. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Llewellyn, Derek dan Jones. 2001. Dasar- dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.
Manuaba, I.G.B. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta .
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Nursallam dan Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta : EGC
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC.
Wahyuni, Sari. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi,
& Balita.Jakarta :EGC
Winkjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka http://adisubagio92.blogspot.com/2013/11/kar
ya-tulis-bblr.html diakses tanggal 11 April 2014 pukul 10.30 WIB
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_
KES_PROVINSI_2012/15_Profil_Kes .Prov.JawaTimur_2012.pdf diakses tanggal 11 April 2014 pukul 10.45 WIB
http://www.slideshare.net/Perdudikes/dr-agus- hariantosp-ak diakses tanggal 12 April 2014 pukul 09.00 WIB
24