5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya a. Pengertian akuntansi biaya
Akuntansi biaya ialah suatu process mencatat, menggolongkan, meringkas serta menyajikan informasi terkait biaya pembuatan serta penjualan suatu product atau jasa dengan cara tertentu dan penjelasan terhadapnya (Mulyadi, 2015). Akuntansi biaya juga didefinisikan oleh Bustami dan Nurlela dalam (Suryani dan Yuliana, 2019) sebagai bidang ilmu akuntansi yang mempelajari tentang bagaimana cara mencatat, menghitung serta melaporkan informasi biaya yang digunakan. Sedangkan, menurut Schaum dalam (Firmansyah, 2014), akuntansi biaya ialah langkah melakukan pencatatan serta pelaporan hasil perhitungan dari biaya pembuatan jasa atau product.
b. Tujuan akuntansi biaya
Menurut Mulyadi (2015) terdapat tiga tujuan dari akuntansi biaya. Diantaranya:
1) Pengendalian biaya
Akuntansi biaya bertanggung jawab untuk memonitor sudah sesuaikah pengeluaran biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang seharusnya. Pengendalian biaya ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan semua pihak internal perusahaan.
2) Penentuan harga pokok produksi
Akuntansi biaya melakukan pencatatan, penggolongan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan product ataupun penyerahan jasa. Biasanya penentuan harga pokok produksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak eksternal perusahaan.
3) Pengambilan keputusan khusus
Akuntansi biaya menyajikan biaya masa depan (future cost) yang berguna untuk mengambil keputusan khusus.
2. Pengertian Biaya
“Biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa” (Firmansyah 2014). Sedangkan, menurut Mulyadi (2015), pengorbanan sumber ekonomi untuk tujuan tertentu yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi dan bisa diukur dengan satuan uang disebut biaya. Selanjutnya, biaya menurut Hansen dan Mowen dalam (Herlambang 2018) dianggap sebagai kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan saat ini ataupun di masa akan datang.
3. Pengertian Harga Pokok Produksi
“Harga pokok produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi” (Firmansyah, 2014). Adapun menurut Sodikin dalam (Tondo dkk, 2019), harga pokok produksi ialah sejumlah asset khususnya kas yang digunakan untuk memperoleh serta mengolah bahan baku menjadi produk jadi. “Harga pokok produksi yang dihasilkan suatu perusahaan meliputi semua biaya dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk” (Kurniawati dan Jitmau, 2017). Bustami dalam (Widiyarti dan Nugroho, 2018) menyatakan harga pokok produksi terdiri dari persediaan produk dalam proses (awal) ditambah biaya produksi dan dikurang persediaan produk dalam proses (akhir). Jika persediaan awal dan akhir dalam proses tidak ada, maka jumlah harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi (Sari, 2018).
4. Unsur-Unsur Biaya Produksi a. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku diartikan sebagai biaya yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi (Mulyadi 2015). Biaya bahan baku dapat diartikan juga sebagai biaya untuk bahan yang secara langsung
dapat diidentifikasi dalam product jadi, biasanya bahan baku ini adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi serta bagian utama dari produk jadi yang dihasilkan (Firmansyah, 2014). Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri dalam (Ismail 2021), bahan baku adalah bahan utama yang diperlukan dalam membuat suatu proses barang dari suatu hasil produksi. Yang berdasarkan jenisnya bahan baku dibagi dua, yaitu bahan baku langsung (direct material) merupakan bahan pokok utama yang terpenting dari suatu barang jadi yang diproduksi perusahaan. Yang kedua, bahan baku tidak langsung (indirect material), bahan baku tidak langsung adalah nama lain dari bahan pokok pendamping dari bahan baku utama. Namun, pengertian dari bahan baku tidak langsung adalah sesuatu yang berperan langsung dalam bahan baku utama pada kegiatan proses produksi, tetapi bahan ini tidak secara langsung terlihat pada suatu barang jadi yang sudah dihasilkan oleh perusahaan.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Menurut Firmansyah (2014) upah untuk para pekerja yang secara langsung membuat produk disebut sebagai biaya tenaga kerja langsung. Abdul dalam (Dewi dkk, 2017) mendefinisikan biaya tenaga kerja langsung sebagai pembayaran upah kepada para pekerja berdasarkan jumlah yang diproduksinya atau bisa juga dengan jam kerjanya.
c. Biaya overhead pabrik
“Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya pabrik, selain bahan baku dan tenaga kerja langsung” (Firmansyah 2014). Contohnya seperti depresiasi aktiva tetap, biaya listrik, biaya bahan penolong, biaya sewa pabrik, biaya tenaga kerja tidak langsung dan asuransi pabrik (Bariro dan Agustini, 2018). Adapun Mulyadi (2015) menggolongkan biaya overhead pabrik dengan tiga cara, yaitu:
1) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya a) Biaya bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
b) Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (sparepart), biaya bahan habis pakai (fotocopy supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin, kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
c) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini seperti biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin, perkakas laboratorium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan pabrik.
e) Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini seperti biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini seperti biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik dan sebagainya.
2) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dibagi menjadi tiga golongan:
a) Biaya overhead pabrik tetap b) Biaya overhead pabrik variabel c) Biaya overhead pabrik semivariabel
3) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen
Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
a) Biaya overhead pabrik langsung departemen b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik sesungguhnya baru dapat diketahui jumlahnya pada akhir bulan atau akhir tahun sedangkan harga pokok produksi per satuan harus dihitung saat pesanan selesai dikerjakan. Sehingga, biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Berikut ini langkah-langkah dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik menurut Mulyadi (2015) yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus diperhatikan tingkat kapasitas yang digunakan sebagai dasar
penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang dapat digunakan, yaitu:
a) Kapasitas teoritis
Kapasitas teoritis adalah kapasitas untuk memproduksi pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.
b) Kapasitas normal
Kapasitas normal adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
Kapasitas ini adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah:
a) Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.
b) Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.
Berikut ini beberapa dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk:
a) Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada setiap produk yang dihitung, dengan rumus:
=……(1)
b) Biaya bahan baku
Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Dengan rumus sebagai berikut:
x 100% ……(2)
= c) Biaya tenaga kerja
Jika biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dapat menggunakan rumus ini:
x 100% = ……(3)
d) Jam tenaga kerja langsung
Jika biaya overhead pabrik memiliki hubungan erat dengan jumlah upah dan jumlah jam kerja, maka bisa menggunakan rumus berikut ini:
= ……(4)
e) Jam mesin
Jika biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin, dapat dihitung dengan rumus ini:
= ……(5)
3) Menghitung tarif biaya overhead pabrik
Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanan telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik.
5. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi
Terdapat dua macam metode yang bisa dipergunakan untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi (Mulyadi, 2015). Diantaranya:
a. Metode variabel costing
Metode variabel costing adalah metode perhitungan harga pokok produksi yang hanya memuat biaya produksi bersifat variabel ke dalam harga pokok produksinya. Berikut ini unsur biaya produksi dengan metode variabel costing:
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx
Harga Pokok Produksi Rp xxx
b. Metode full costing
Metode full costing adalah metode perhitungan harga pokok produksi, di mana semua unsur biaya produksinya dimasukkan ke dalam harga pokok produksi. Berikut ini unsur biaya produksi dengan metode full costing:
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp xxx
Harga Pokok Produksi Rp xxx
6. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Pengumpulan harga pokok produksi sangat bergantung pada cara produksinya. Maka untuk itu, Mulyadi (2015) membagi menjadi dua metode pengumpulan harga pokok produksi. Diantaranya:
a. Process cost method
Process cost method disebut juga harga pokok produksi berdasarkan proses. Perusahaan menggunakan metode ini untuk produksi massal guna memenuhi persediaan di gudang. Biasanya produk yang diproduksi berupa produk standar. Perusahaan yang
melakukan produksi proses seperti perusahaan pupuk, roti, textile, semen dan lain-lain.
b. Job order costing method
Job order cost method disebut juga harga pokok produksi berdasarkan pesanan. Perusahaan mengaplikasikan metode ini jika berproduksi berdasarkan pesanan dari pemesan (pihak luar). Perusahaan yang melakukan produksi atas dasar pesanan seperti perusahaan meubel, percetakan, dok kapal dan lain-lain.
7. Karakteristik Job Order Costing Method
Ciri khas perusahaan yang produksinya masuk ke dalam job order costing method ialah perusahaan yang memproduksi produknya sesuai permintaan pemesan sehingga setiap produk harus dihitung harga pokok produksinya. Selain itu, pengelompokkan biaya produksi didasarkan pada hubungannya dengan produk terdiri dari dua kelompok yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya produksi langsung dihitung sebagai harga pokok produksi pesanan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi. Sedangkan, biaya produksi tidak langsung disebut juga biaya overhead pabrik. Biaya produksi tidak langsung dihitung ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Dalam menghitung harga pokok produksi per unit saat pesanan selesai di produksi caranya sebagai berikut:
Harga Pokok Produksi per Unit =
……(6)
Sumber : (Mulyadi, 2015)
8. Penentuan Harga Jual
Harga jual menurut Lasena dalam (Sutisna dkk, 2018) adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang ataupun jasa ditambah dengan persentase keuntungan yang diinginkan perusahaan. Adapun ciri khas perusahaan yang produksinya berbasis pesanan ialah proses mengolah produknya dilakukan sesuai spesifikasi
yang ditentukan oleh pemesan. Oleh karena itu, biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung spesifikasi yang diinginkan pemesan. Sehingga, harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat bergantung pada besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tersebut. Berikut ini formula menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan:
Taksiran Biaya Produksi untuk Pesanan Rp xxx
Taksiran Biaya Nonproduksi Dibebankan ke Pesanan Rp xxx
Taksiran Total Biaya Pesanan Rp xxx
Laba yang Diinginkan Rp xxx
Taksiran Harga Jual Dibebankan ke Pemesan Rp xxx Sumber : (Mulyadi 2015)
9. Perhitungan Laba (Rugi) Tiap Pesanan
Informasi laba (rugi) setiap pesanan berguna untuk mengetahui keuntungan atau kerugian yang diperoleh perusahaan dalam setiap pesanan. Laba (rugi) tiap pesanan dapat dihitung sebagai berikut:
Harga Jual yang Dibebankan Kepada Pemesan Rp xxx Biaya Produksi Pesanan Tertentu:
Biaya Bahan Baku Sesungguhnya Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung Sesungguhnya Rp xxx
Taksiran Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
Total Biaya Produksi Pesanan Rp xxx
Laba Bruto Rp xxx
Sumber : (Mulyadi, 2015)
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagaimana yang ditunjukkan pada tabal 2.1. di bawah ini, penelitian terdahulu yang membahas topik yang sama dengan penulis cukup banyak dilakukan.
Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu
Aspek Siti Halisya Aulia Fitri (2019)
Muhammad Abdillah (2020)
Norhidayati (2021) Judul Perhitungan Harga
Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Pesanan pada Meubel “Sekawan” Barabai
Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Pesanan pada Bengkel Las “Karya Bersama” Barabai
Perhitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan
Job Order Costing Method
Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual pada Darmili Furniture Banjarbaru
Institusi yang Diteliti
Meubel “Sekawan” Barabai
Bengkel Las “Karya Bersama” Barabai
Darmili Furniture Banjarbaru Periode
Analisis
Januari-Maret 2019 Oktober-Desember 2019 Januari-Maret 2021
Rumusan Masalah
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya pada Meubel “Sekawan” Barabai?
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya pada Bengkel Las “Karya Bersama” Barabai?
Bagaimana perhitungan harga pokok produksi menggunakan job order
costing method sebagai
dasar penetapan harga jual pada Darmili Furniture Banjarbaru?
Tujuan Penelitian
Mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya pada Meubel “Sekawan” Barabai.
Mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode harga pokok pesanan yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya.
Mengetahui perhitungan harga pokok produksi menggunakan job order
costing method sebagai
dasar penetapan harga jual pada Darmili Furniture Banjarbaru.
Metode Penelitian
Studi Kasus Studi Kasus Studi Kasus
Hasil Penelitian
Perhitungan biaya produksi masih belum sesuai dengan konsep akuntansi biaya karena perusahaan hanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
Perhitungan biaya produksi masih belum sesuai dengan konsep akuntansi biaya, karena perusahaan hanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
Perhitungan biaya produksi masih belum sesuai dengan konsep akuntansi biaya, karena perusahaan hanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Serta perhitungan harga pokok produksi menurut penulis lebih besar daripada perhitungan perusahaan, yang mengakibatkan pada penentuan harga jual.
Sumber : (Fitri, 2019), (Abdillah, 2020)
Penelitian yang penulis lakukan secara umum memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian terdahulu dalam beberapa hal: (1) metode penelitian yang
digunakan yaitu studi kasus; (2) metode perhitungan yang digunakan adalah job order costing method.
Sementara itu, penelitian penulis memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu dalam hal objek yang diteliti dan periode penelitian-penelitian. Penulis membahas mengenai perhitungan harga pokok produksi pada Darmili Furniture Banjarbaru dengan periode analisisnya bulan Januari-Maret 2021.