• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS SNOWBALL THROWING PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM SKRIPSI ANUGRAH REZKI AKHMAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS SNOWBALL THROWING PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM SKRIPSI ANUGRAH REZKI AKHMAD"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS SNOWBALL THROWING PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM

SKRIPSI

ANUGRAH REZKI AKHMAD 105391103517

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2021

(2)

PENGEMBANGAN LKPD BERBASIS SNOWBALL THROWING PADA POKOK BAHASAN IMPULS DAN MOMENTUM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Keguruan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

ANUGRAH REZKI AKHMAD 105391103517

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2021

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Anugrah Rezki Akhmad. 2021. Pengembangan LKPD Berbasis Snowball Throwing Pada Pokok Bahasan Impuls dan Momentum. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(Dibimbing oleh Djajadi dan Ma’ruf).

Proses pembelajaran selama ini hanya berlangsung satu arah, penggunaan LKPD secara umum, tidak intens, belum pernah menggunakan LKPD dengan pendekatan berbasis snowball throwing, dan kendala yang sering dihadapi guru yaitu dibatasi oleh kondisi, waktu, dan fasilitas yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis validitas LKPD berbasis snowball throwing dan mendeskripsikan respon guru, respon peserta didik, tingkat efektivitas dan tingkat kepraktisan terhadap LKPD berbasis snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum.

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari validator pakar ahli, guru, dan peserta didik. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang mengacu pada model 4-D. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi, angket guru dan peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKPD berbasis snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum yang dikembangkan sangat layak digunakan di UPT SMAN 2 Sinjai, hal ini dapat dilihat dari nilai validasi LKPD oleh analisis pakar ahli yaitu dengan rata-rata hasil penilaian yaitu 3,67, dan rata-rata kriteria persentase sebesar 91,88 % masuk dalam kategori sangat layak. Kepraktisan LKPD berbasis snowball throwing dinilai dari respon guru dan respon peserta didik. Nilai rata-rata respon guru sebesar 32 dengan kriteria sangat praktis. Sedangkan nilai rata-rata respon peserta didik sebesar 52,9 dengan kriteria sangat praktis. Keefektifan LKPD berbasis snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum bagi peserta didik diperoleh rata-rata sebesar 5,34 dan nilai persentase ketuntasan peserta didik sebesar 80% dengan kategori tinggi.Rekomendasi pada penelitian ini adalah literasi informasi mahasiswa harus lebih dikembangkan lagi agar mahasiswa lebih dapat mudah dalam memilih dan mengelola informasi untuk dapat menyelesaikan tugas akhirnya dengan baik. Dengan demikian LKPD dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan mampu berkontribusi dalam perkembangan ilmu peserta didik dalam proses pembelajaran di tingkat SMA.

Kata kunci: LKPD, Penelitian Pengembangan, Snowball Throwing.

vi

(8)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Yaaa ayyuhallaziina aamanushbiruu wa shoobiruu wa roobithuu, wattaqulloha la’allakum tuflihuun”(Qs. Al-imran, 200).

“Jadilah anak yang sholeha, berkualitas dan berakhlak mulia”

Kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku, saudara, sahabatku, dan teman-temanku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan

vii

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang maha pengampun dan maha penyayang serta sang penentu segalanya, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengembangan LKPD Berbasis Snowball Throwing Pada Pokok Bahasan Impuls dan Momentum”.

Dalam proses pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampai ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya dan setulusnya kepada:

1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

2. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi izin penelitian pada penulis.

3. Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi izin penelitian dan membantu kelancaran penulisan.

viii

(10)

4. Bapak Muhammad Djajadi, M.Pd., Ph.D sebagai dosen pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan, saran dukungan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Ma’ruf, S.Si., M.Pd sebagai dosen pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan, saran dukungan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Riskawati, S.Pd., M.Pd yang bersedia sebagai validator satu yang telah memberikan saran dan masukan yang berarti dalam pengembangan LKPD.

7. Ibu Nurfadilah, S.Pd., M.Pd yang bersedia sebagai validator dua yang telah memberikan saran dan masukan yang berarti dalam pengembangan LKPD.

8. Bapak Abdul Waris. S.Pd. M.Pd sebagai Kepala Sekolah UPT SMAN 2 Sinjai yang telah memberi izin untuk meneliti di UPT SMAN 2 Sinjai.

9. Ibu dan Bapak Guru UPT SMAN 2 Sinjai yang telah membantu dalam proses penelitian serta adik-adik peserta didik di UPT SMAN 2 Sinjai yang telah membantu dalam proses penelitian.

10. Kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun moril serta doa kepada penulis.

11. Kepada sahabatku Karmila, Markhyuck, NCT Dream, NCT 127, Wayv, dan NCT yang menjadi support system bagi penulis.

12. Teman-teman Grav17asi, Des18el, Manusia Kutub dan Ma’alikul Mulki yang

ix

(11)

telah memberikan semangat dalam menyusun skripsi serta terima kasih atas waktunya selama 4 tahun yang telah memberi kesan tersendiri bagi penulis.

Akhir kata penulis menyadari tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik agar dapat berkarya yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan dan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat penulis dan pembaca. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Makassar, Agustus 2021 Yang menyatakan,

Anugrah Rezki Akhmad NIM. 105391103517

x

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

SURAT PERYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 8

A. Deskripsi Teori...8

1. Model Pembelajaran………...8

2. Model Pembelajaran kooperatif………...11

3. Model Pembelajaran kooperatif Snowball Throwing... 13

4. Hasil Belajar Fisika……… 17

5. Lembar Kerja Peserta Didik ……….. 18

(13)

6. Pengembangan R & D ………20

B. Penelitian Yang Relevan ……….…….. .. 25

C. Kerangka Pikir...28

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 31

A. Rancangan Penelitian...31

B. Subjek dan Objek Penelitian……….…… 32

C. Definisi Opersional Variabel...32

D. Prosedur Penelitian……...………... 33

E. Instrumen Penelitian………...36

F. Teknik Pengumpulan Data...38

G. Teknik Analisis Data...38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……... 42

A. Hasil Penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 72

RIWAYAT PUSTAKA ... 112

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Tabulasi 2 x 2 ... 37

Tabel 3.2 Kriteria Kevalidan ... 39

Tabel 3.3 kriteria skor ketentuan hasil belajar peserta didik ... 40

Tabel 3.4 Kriteria guru dan peserta didik... 40

Tabel 4.1 Kompetensi dasar dan indikator pada impuls dan momentum ... 44

Tabel 4.2 presentasi karakteristik peserta didik dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan impuls dan momentum ... 44

Tabel 4.3 Hasil validasi LKPD sebelum dan sesudah revisi ...52

Tabel 4.4 Presentase ketuntasan hasil soal tes peserta didik UPT SMAN 2 Sinjai 59 Tabel 4.5 Analisis deskriptif berdasarkan indikator ...61

xiii

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka pikir ... 29

Gambar 3.1 Pengembangan 4-D Thiagarajan ... 32

Gambar 4.1 Grafik karakteristik peserta didik dalam proses belajar mengajar pada pokok bahasan impuls dan momentum ... 48

Gambar 4.2 Tampilan sampul LKPD berbasis snowball throwing... 50

Gambar 4.3 Tampilan identitas LKPD... 51

Gambar 4.4 Tampilan pendahuluan LKPD ... 52

Gambar 4.5 Tampilan isi LKPD ... 53

Gambar 4.6 Grafik hasil validasi LKPD oleh validator ... 56

Gambar 4.7 Grafik data hasil angket presepsi guru ... 60

Gambar 4.8 Grafik hasil validasi angket presepsi guru oleh kedua validator ... 61

Gambar 4.9 Grafik hasil validasi angket peserta didik oleh kedua validator... 62

xiv

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya kemajuan teknologi, informasi, komunikasi dan semakin kompleksnya tantangan masa depan menjadi era baru yang disebut dengan era revolusi industri 4.0. Pada era ini membawa konsekuensi terhadap pendidikan khusunya dalam pendidikan fisika. Fisika memiliki peran dalam mendorong peserta didik agar dapat mengaplikasikan pemahamannya terhadap sains untuk menghasilkan suatu karya teknologi yang bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, hal tersebut mengingat karena teknologi merupakan bagian dari sains. Hal ini menyiapkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing secara global, dan menguasai perkembangan teknologi merupakan hal yang penting untuk semua orang dan penting bagi masa depan suatu negara. Maka dari itu,dalam pendidikan sains memiliki tanggung jawab agar dapat menghasilkan generasi-generasi yang terampil, cerdas dalam berbagai bidang, serta dapat bertanggung jawab, dan responsif terhadap perkembangan zaman.

Keberhasilan guru dalam pembelajaran di kelas ditentukan oleh banyak faktor seperti perencanaan, persiapan pembelajaran, model pembelajaran, fasilitas pengajaran dan struktur dan infrastruktur pendukung lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Setyawan & Sulistyo, 2015). Keberhasilan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran merupakan tanggung jawab bersama antara guru dan siswa, yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Fisika merupakan salah satu

1

(17)

mata pelajaran yang paling sulit untuk dipahami. Ketika kelas fisika sulit, siswa cenderung tidak hadir. Salah satu argumen fisika adalah momentum dan momentum. Impuls dan Momentum adalah topik yang menekankan pemahaman konseptual. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh peserta didik sehingga dapat berperan aktif. Partisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran diyakini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat dipahami bahwa SMA Negeri 2 Sinjai khususnya kelas X telah menerapkan model-model pembelajaran yang danjurkan digunakan dalam kurikulum 2013 namun dalam penerapannya dikelas belum secara maksimal. Sejalan dengan hal tersebut maka dapat berpengaruh terhadap hasil belajar fisika peserta didik. Selain dari itu adapun faktor lain yang menyebabkan hasil belajar fisika peserta didik rendah. Pelajaran fisika yang mana hasil ulangan masih rendah jika dibandingkan dengan nilai Ketuntasan Belajar Minimal (KBM) sekolah. Pada salah satu kelas X MIPA dimana peserta didik yang memiliki nilai ulangan di bawah KBM adalah sebesar 73% dari jumlah keseluruhan peserta didik pada kelas tersebut yaitu 34 orang,dikarenakan minimnya tingkat kesadaran peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas sehingga pada saat guru menerangkan materi peserta didik tidak berfokus pada materi pelajaran namun berfokus pada aktivitasnya sendiri.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surah An-Nahl ayat

125:

(18)

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An-Nahl ayat 125).

Hal ini disebabkan karena peserta didik yang memiliki persepsi merasa bosan, jenuh, malas, selalu beranggapan fisika itu sulit atau pelajaran yang menakutkan dan sebagainya, dengan alasan bahwa materi fisika sangat sulit karena banyak rumus, konsep, hitungan, dan teori yang dipandang abstrak sehingga sangat sulit dimengerti dan memberikan efek pada peserta didik tidak memiliki semangat dalam mengikuti pelajaran (Hamid, 2012). Oleh sebabnya sikap peserta didik terhadap mata pelajaran fisika terlihat ketika peserta didik tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, lebih banyak diam dan hanya mencatat apa yang dijelaskan dipapan tulis, dan berbicara pada saat proses diskusi kelompok dengan teman disebelahnya.

Berdasarkan pendapat peserta didik di UPT SMAN 2 Sinjai bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran masih sangat jarang dilakukan ini karena proses pembelajaran kurang melibatkan peserta didik sehingga peserta didik hanya menerima materi yang merupakan konsep yang telah dijelaskan oleh guru dan juga kendala yang sering dihadapi guru pada saat proses pembelajaran berlangsung yaitu dibatasi oleh waktu dan fasilitas yang diperlukan.

Proses pembelajaran selama ini hanya berlangsung satu arah yang terpaku pada

(19)

guru saja dan menggunakan LKPD secara umum ini berarti belum menggunakan LKPD dengan pendekatan berbasis snowball throwing. Peristiwa belajar mengajar fisika akan lebih efektif jika mempraktikkan dan mencari solusi secara langsung atau eksperimen yang dapat berupa snowball throwing, dengan diterapkannya metode ini sehingga dapat menjadi metode yang tepat untuk memberikan ketertarikan dan minat peserta didik pada fisika.

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah satu contoh pembelajaran yg dapat melibatkan semua peserta didik dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif artinya strategi pengajaran yg dirancang buat mendidik kerjasama kelompok serta hubungan antara peserta didik (Trianto, 2007:

41). model pedagogi ini mendorong peserta didik untuk berdiskusi menggunakan peserta didik lainnya, menyampaikan ide sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik. Tipe snowball throwing termasuk pada model pembelajaran kooperatif. dari Hamdayama (2014: 159), tipe snowball throwing menyampaikan kesempatan kepada peserta didik buat membuatkan keterampilan menyimpulkan info yg diperoleh dalam situasi konkret. Hal ini juga diungkapkan oleh Kasim (Budiyanto, 2016: 131), yg menyatakan bahwa snowball throwing adalah keliru satu pembelajaran aktif yg melibatkan semua peserta didik. menggunakan demikian, tipe snowball throwing dapat dipergunakan agar peserta didik bisa terlibat aktif dalam pembelajaran.

Adanya kurikulum 2013 menuntut pendidik buat bisa membuatkan

pembelajaran yang bisa membentuk peserta didik aktif belajar. Satu pengembangan

yang dapat dilakukan merupakan menggunakan menyebarkan lembar Kerja peserta

(20)

didik (LKPD). LKPD ialah materi ajar cetak berupa lembaran kertas yang berisi materi,kompendium dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas yg wajib dikerjakan oleh peserta didik yang mengacu di kompetensi dasar yg dicapai. Manfaat LKPD artinya buat membuatkan keterlibatan peserta didik atau aktivitas siswa pada proses pembelajaran, mengubah kondisi belajar dari berpusat dari pendidik menjadi berpusat pada peserta didik, membantu pengajar buat mengarahkan peserta didik pada menemukan konsep fisika yang sesuai. Menyatakan bahwa kegunaan LKPD buat kegiatan pembelajaran yaitu pengajar mendapat kesempatan buat memancing peserta didik agar terlibat secara aktif (Prastowo, 2011:206).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dilakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran berupa LKPD berbasis snowball throwing. Materi digunakan dalam LKPD ini adalah materi

“momentum dan impuls” dengan alasan pada materi momentum dan impuls terdapat contoh permasalahan fisika dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan LKPD Berbasis Snowball Throwing Pada Pokok Bahasan Impuls Dan Momentum.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas LKPD tipe snowball throwing pada pokok bahasan impuls

dan momentum?

(21)

2. Bagaimana efektivitas LKPD tipe snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum?

3. Bagaimana kepraktisan LKPD tipe snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan validitas LKPD tipe snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum.

2. Mendeskripsikan efektivitas LKPD tipe snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum.

3. Mendeskripsikan kepraktisan LKPD tipe snowball throwing pada pokok bahasan impuls dan momentum.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

a. peserta didik dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Peserta didik dapat belajar mandiri dengan adanya buku peserta didik dan lembar kegiatan siswa yang telah diberikan oleh guru.

c. Hasil belajar peserta didik meningkat.

2. Bagi guru

a. Dapat meningkatkan kualitas keterampilan dalam mengelola pembelajaran

fisika untuk mengetahui pemahaman peserta didik.

(22)

b. Guru dapat menggunakan LKPD berbasis snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

c. Untuk memotivasi dan meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih kreatif.

3. Bagi Peneliti

a. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing.

b. Mendapatkan pengalaman tentang perencanaan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing.

c. Mengetahui cara meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika.

4. Bagi Sekolah

a. Meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa dan profesionalisme guru.

b. Dapat mengetahui kemajuan siswa dalam proses pembelajaran.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. bahwa model pembelajaran merupakan pola pilihan para guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Model pembelajaran merupakan suatu prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Berdasarkan Joyce dan Weil (dalam Jamil, 2016: 185) berkata bahwa model mengajar artinya suatu planning atau pola yang digunakan pada menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran serta memberi petunjuk pada guru pada kelas pada setting pengajaran ataupun setting lainnya. contoh pembelajaran berdasarkan Nanang (2012: 41) adalah galat satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. model pembelajaran sangat erat kaitannya menggunakan gaya belajar siswa (learning style) serta gaya mengajar guru (teaching style).

berdasarkan Agus Suprijono (2009: 76) contoh pembelajaran artinya pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran pada kelas maupun tutorial. model pembelajaran bisa diartikan pula menjadi pola yang dipergunakan buat penyusunan kurikulum, mengatur materi, serta memberi

8

(24)

petunjuk di pengajar di kelas. menurut Arends dalam Agus Suprijono (2009: 76) contoh pembelajaran mengacu di pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan– tujuan pembelajaran, termin–termin pada kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran dari Trianto (2010: 53) merupakan kerangka konseptual yang melukiskan mekanisme sistematik pada mengorganisasikan pengalaman belajar buat mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai panduan bagi perancang pembelajaran serta para guru pada merancang dan melaksanakan pembelajaran.

berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian contoh pembelajaran artinya suatu pola pembelajaran dengan memakai pendekatan eksklusif sesuai kemampuan peserta didik, dan ciri mata pelajarannya agar penyerapan informasi sang siswa dapat berjalan menggunakan optimal.

Model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dikenal sebagai model

pembelajaran yang demokratis atau sering disebut dengan model pembelajaran

student centered. Guru didepan kelas berperan sebagai penyedia layanan dan

memfasilitasi siswa untuk belajar. Peserta didik yang harus aktif mencari dan

menemukan pengetahuan mereka sendiri. Oleh karena itu guru harus merancang

pola pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai

melalui model – model pembelajaran. Joyce dan Weil dalam bukunya Models of

Teaching, yang dikutip oleh Jamil (2013: 186) membagi model–model mengajar

menjadi beberapa kategori sebagai berikut :

(25)

a. Information Processing Model (Model Pemprosesan Informasi)

Contoh menekankan pada pengolahan informasi dalam otak menjadi aktivitas mental peserta didik. model ini akan mengoptimalkan daya nalar serta daya pikir peserta didik melalui hadiah persoalan yang di hidangkan oleh pendidik. Tugas siswa adalah memecahkan dilema tadi. dalam contoh ini akan merangkai aktivitas–

aktivitas peserta didik mulai asal peserta didik menanggapi rangsangan berasal lingkungan, memasak data, mendeteksi masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol–simbol baik ekspresi serta nonverbal. model ini menerapkan teori belajar behavioristik dan kognitivistik.

b. Personal Model (Model Pribadi)

Model mengajar dalam kategori ini berorientasi kepada perkembangan diri individu. Setiap peserta didik adalah individu unik yang berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, model mengajar ini memfokuskan pada usaha guru untuk menolong peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Melalui model ini, peserta didik diharapkan dapat melihat potensi diri dan mengembangkannya dalam bentuk kecakapan sebagai bagian dari suatu kelompok.

c. Social Interaction Model (Model Interaksi Sosial)

Model interaksi sosial adalah model mengajar yang menitikberatkan pada

proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok. Model–model

mengajar digunakan dalam pembelajaran berkelompok. Model ini mengutamakan

pengembangan kecakapan individu dalam berhubungan dengan orang lain. Peserta

didik dihadapkan pada situasi yang demokratis dan didorong untuk berperilaku

(26)

produktif dalam masyarakat. Melalui model ini, guru menciptakan timbulnya dialog antar peserta didik dan peserta didik belajar dari dialog yang dilakukannya. Isi pelajaran difokuskan kepada masalah–masalah yang berkenaan dengan sosiokultural. Salah satu contoh model yang sering diterapkan oleh guru adalah bermain peran (role playing).

d. Behavioral Model (Model Perilaku)

Pembelajaran harus memberikan perubahan pada perilaku pembelajar ke arah yang sejalan dengan tujuan pembelajaran. perubahan tersebut harus dapat diamati.

Terdapat 7 model pembelajaran yang termasuk dalam kategori ini yaitu Contingency management (B.F.Skinner), Self- Control (B.F.Skinner), Relaxtation (Rimm and Masters, Wolpe), Stress Reduction (Rimm and Masters, Wolpe), Assertive training (Wolpe, Lazarus, Salter) dan Desensitization (Wolpe).

2. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pedagogi yg memberi kesempatan

pada peserta didik buat bekerja sama menggunakan sesama peserta didik dalam

tugas-tugas yg terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal menggunakan

pembelajaran secara berkelompok. namun pembelajaran kooperatif lebih dari

sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada

struktur dorongan atau tugas yg bersifat kooperatif sebagai akibatnya

memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yg bersifat

independensi efektif pada antara anggota grup (Tukiran, 2015: 55).

(27)

Belajar secara kooperatif dapat menguntungkan peserta didik karena mereka yg pintar yang bisa menjadi tutor bagi yg berkemampuan rendah (Ridwan Abdullah S, 2013:188). intinya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu perilaku atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama pada struktur kolaborasi yang teratur dalam grup, yg terdiri dari dua orang atau lebih pada mana keberhasilan kerja sangat ditentukan oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif jua diartikan menjadi suatu struktur tugas beserta dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota gerombolan (Solihatin, 2007:4).

b. Unsur-unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsure tersebut adalah (1) Positive Interdependence (saling ketergantungan positif), (2) Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan), (3) Face to Face promotive interaction (interaksi promotif), (4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), (5) Group processing (pemrosesan kelompok).

Unsur pertama pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif.

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung

jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang di tugaskan kepada

kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang di tugaskan tersebut. Unsur kedua pembelajaran

kooperatif adalah tanggung jawab individu. Satu hal yang sering terjadi pada saat

(28)

peserta didik bekerja dalam kelompok adalah adanya beberapa anggota kelompok yang mengakhiri semua pekerjaanya, hal ini dapat terjadi karena beberapa siswa menghindari bekerja atau karena yang lain ingin mengerjakan semua pekerjaan kelompok. Jadi, mendorong setiap orang dalam kelompok untuk berpartisipasi dan belajar adalah suatu unsure yang sangat real. Untuk melakukan hal ini kita memerlukan setiap orang merasakan bertanggung jawab secara individual untuk keberhasilan kelompok mereka.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah keterampilan social. Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, mampu menyelesaikan konflik secara kontruktif.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif tidak sinkron menggunakan gerombolan tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan di kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif ialah membangun situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau ditentukan sang keberhasilan kelompoknya (Tukiran, 2015:60).

3. Model Pembelajaran Berbasis Snowball Throwing

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Snowball Throwing

Snowball throwing ialah satu contoh pembelajaran yang terdapat di contoh

pembelajaran kooperatif. Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan

throwing ialah melempar. Snowball throwing secara holistik dapat diartikan

(29)

melempar bola salju. pada pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yg dibantu sang siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri buat dijawab. Snowball Throwing artinya keliru satu contoh pembelajaran aktif yg dalam aplikasi poly melibatkan peserta didik. Peran pendidik disini hanya menjadi arahan awal tentang topik pembelajaran (Bayor, 2010:55).

Snowball berarti bola salju sedangkan throwing berarti menggelinding.

Diartikan secara keseluruhan berarti bola salju yang menggelinding. Model pembelajaran ini merupakan permainan antar kelompok yang di perlombakan seperti melempar bola guna merangsang siswa tersebut untuk lebih aktif dan semangat dalam mendapatkan poin dan mereka bersaing secara sehat tanpa harus menjatuhkan kelompok yang lain. Dan model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam belajar dan menciptakan interaksi untuk saling acuh dan menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman serta meningkatkan keterampilan sosial.

Pembelajaran Snowball Throwing adalah contoh pembelajaran menggunakan

menghasilkan grup yang diwakili ketua kelompok untuk menerima tugas dari guru

lalu masing-masing grup membuat pertanyaan yg ditulis dalam lembar kertas kerja

yang dibuat mirip bola lalu dilempar ke grup lain dan masing-masing gerombolan

menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Snowball Throwing ialah

pengembangan berasal metode diskusi serta ialah bagian berasal contoh

pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada metode ini, aktivitas belajar diseting

sedemikian rupa sebagai akibatnya proses belajar mengajar bisa berlangsung

dengan lebih menyenangkan (Sukertiasih, 2010).

(30)

Model pembelajaran ini merupakan permainan antar kelompok yang diperlombakan seperti melempar bola guna merangsang siswa tersebut untuk lebih aktif dan semangat dalam mendapatkan poin dan mereka bersaing secara sehat tanpa harus menjatuhkan kelompok lain. Model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam belajar dan menciptakan interaksi untuk saling tidak acuh dan menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman serta meningkatkan keterampilan sosial (Danianti dkk., 2012).

b. Langkah-langkah Pembelajaran Snowball Throwing

Menurut Suprijono (2009) langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing yaitu menjadi berikut: (a). pengajar menyampaikan materi yang akan disajikan (b).

Pengajar membentuk grup-kelompok dan memanggil masing-masing koordinator grup buat menyampaikan penerangan perihal materi. (c). Masing-masing ketua gerombolan pulang ke kelompoknya masing-masing, lalu menjelaskan materi yang disampaikan oleh pendidik kepada sahabat-temannya. (d). lalu masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, buat menuliskan satu pertanyaan apa saja yg menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh koordinator gerombolan.

(e). lalu kertas yg berisi pertanyaan tersebut dirancang seperti bola serta dilempar

berasal satu peserta didik ke peserta didik yg lain ± 15 menit. (f). Selesainya peserta

didik bisa satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada peserta didik buat

menjawab pertanyaan yg tertulis dalam kertas berbentuk bola tadi secara

bergantian. (g). Evaluasi (h). Penutup.

(31)

c. Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Snowball Throwing

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Hamdayama (2014) kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut :

NO Kelebihan Kekurangan

1 Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena peserta didik seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk peserta didik mendiskusikan materi pelajaran.

2 Peserta didik dalam mengembangkan kemampuan dan keesempatan peserta didik berfikir karena diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan dan diberikan pada peserta didik disebelahnya.

Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga peserta didik saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambah pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.

3 Membuat peserta didik siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.

Memerlukan waktu yang panjang.

4 Peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran.

Peserta didik yang nakal cenderung untuk berbuat onar.

5 Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena peserta didik terjun langsung dalam praktik.

Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh peserta didik

6 Pembelajaran menjadi lebih efektif.

7 Aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.

4. Hasil Belajar Fisika

Pengertian hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product), yaitu

(32)

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.Sedangkan menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu. Winkel (Purwanto, 2010) mengemukakan hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran yang berupa perubahan tingkah laku , perubahan berasal tidak memahami menjadi memahami, dan perubahan dari tak bisa menjadi bisa. hasil belajar merupakan dasar buat menentukan taraf keberhasilan peserta didik dan memahami suatu materi pelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan.

pembelajaran kooperatif merupakan teknik yang digunakan oleh guru yang memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.

Pada aspek fisiologis, kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Aspek Psikologis,

(33)

banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran peserta didik. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya dipandang lebih esensial. Barbara fuller (1993) menyatakan bahwa peserta didik yang menyarankan bahwa peserta didik yang menetapkan berbagai makna dan sikap untuk kegiatan pembelajaran, makna dan sikap ini yang membangkitkan dan mengarahkkan energi mereka dengan cara berbeda. Hal ini disebut motivasi. Seperti yang dapat kita lihat, perbedaan motivasi merupakan sumber penting keanegaraman dalam kelas, sebanding dengan pentingnya perbedaan pengetahuan, kemampuan, atau kesiapan perkembangan.

Kehadiran peserta didik (khususnya dikelas) tidak menjamin benar-benar ingin belajar. Kesimpulan dari uraian diatas bahwa hasil belajar adalah hasil dari proses yang telah dilakukan dalam suatu pembelajaran yang mendapatkan hasil yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu peserta didik dan hasil dapat digologkan terdapat tiga uraian yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.

5. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Perangkat Perangkat pembelajaran ialah 2 istilah yg memiliki makna tidak

sinkron. Perangkat sendiri dapat diartikan sebagai alat, sedangkan istilah

pembelajaran merupakan formasi asal dua kegiatan belajar dan mengajar. sehingga

dapat diartikan bahwa perangkat pembelajaran merupakan sekumpulan alat yg

dipergunakan pengajar serta peserta didik dalam aktivitas belajar mengajar. Setiap

pengajar di suatu pendidikan memiliki kewajiban buat menyusun perangkat

pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar proses pembelajaran bisa berjalan

menggunakan lancar. Perangkat pembelajaran yg digunakan pada proses

(34)

pembelajaran pada umumnya terdiri dari: silabus, planning aplikasi Pembelajaran (RPP), lembar Kerja peserta didik (LKPD), buku ajar peserta didik, media pembelajaran, dan lain sebagainya. supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka perangkat pembelajaran fisika perlu didesain sinkron dengan tujuan pembelajaran. dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti yaitu RPP, LKPD, serta buku saku. Tujuan dari pengembangan perangkat ini ialah buat melatih komunikasi pengajar dengan siswa.

LKPD ialah lembaran yg berisi panduan peserta didik yang dipergunakan buat melaksanakan aktivitas penyelidikan atau pemecahan dilema. LKPD berupa petunjuk serta langkah-langkah buat merampungkan suatu tugas yg akan dikerjakan oleh siswa, yang mana tugas tadi harus jelas kompetensi dasar yg akan dicapainya.

Adapun fungsi LKPD ialah menjadi berikut: (1) memudahkan peserta didik pada pemahaman materi pelajaran yang diajarkan guru; (2) memaksimalkan peran peserta didik dan meminimalkan kiprah guru dengan berbagai aktivitas yang diberikan; (3) memudahkan pelaksanaan pengajaran; dan (4) ringkas. berdasarkan fungsi LKPD diatas, maka kiprah pengajar menjadi pengelola proses kegiatan belajar. Kedudukannya tidak bisa digantikan sang adanya LKPD tadi. sebab eksistensi LKPD hanya membantu kemudahan dan kelancaran kegiatan pada waktu proses pembelajaran dan hubungan antara pengajar dan peserta didik.

sebagai akibatnya tujuan primer proses belajar dapat tercapa menggunakan baik.

6. Penelitian dan Pengembangan R & D (Research and Development)

Penelitian ini artinya jenis penelitian serta pengembangan atau Research and

Development (R&D). dari Sugiyono (2012) penelitian serta pengembangan artinya

(35)

metode penelitian yg digunakan buat membuat produk tertentu, serta menguji keefektifan produk tersebut. Sukmadinata (2006) mendefinisikan penelitian serta pengembangan adalah pendekatan penelitian buat membuat produk baru atau menyempurnakan produk yg sudah ada. Jadi penelitian pengembangan ialah metode buat membuat produk tertentu atau menyempurnakan produk yg sudah ada serta menguji keefektifan produk tadi.

Menurut Thiagarajan dijabarkan dengan model 4D (4 four D Model) sebagai berikut, yaitu:

a. Pendefinisian (Define)

Kegiatan kegiatan pada termin ini dilakukan untuk menetapkan serta mendefinisikan kondisi-kondisi pengembangan. pada contoh lain, tahap ini seringkali dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum , pada pendefinisian ini dilakukan aktivitas analisis kebutuhan pengembangan, kondisi-kondisi pengembangan produk yg sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian dan pengembangan (model R & D) yang cocok dipergunakan buat membuatkan produk.

Analisis bisa dilakukan melalui studi literatur atau penelitian pendahuluan.

Thiagrajan (1974) menganalisis lima kegiatan yg dilakukan di pendefenisian yaitu:

1. Front and analysis

Pada tahap ini, guru melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

1. Learner analysis

(36)

Pada tahap ini dipelajari karakteristik peserta didik, misalnya: kemampuan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb.

2. Task analysis

Menganalisis tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik oleh pendidik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal.

3. Concept analysis

penyusunan langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional, menganalisis konsep yang akan diajarkan.

4. Specifying instructional objectives

Perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan operasional kata kerja, Menulis tujuan pembelajaran.

b. Design (Perancangan)

Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterion-referenced test, media selection, format selection, initial design.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain:

1) Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama buat mengetahui kemampuan awal peserta didik, serta menjadi alat evaluasi sehabis implementasi aktivitas.

2) menentukan media pembelajaran yang sinkron menggunakan materi dan karakteristik peserta didik.

3) Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran diadaptasi menggunakan media

pembelajaran yang digunakan. Bila pengajar akan menggunakan media audio

(37)

visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan mengapresiasi tayangan media audio visual tadi.

4) Mensimulasikan penyajian materi menggunakan media serta langkah- langkah pembelajaran yang sudah dirancang. pada waktu simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan pula penilaian berasal teman sejawat.

Dalam termin perancangan, peneliti sudah membentuk produk awal (prototype) atau rancangan produk. di konteks pengembangan bahan ajar, termin ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum serta materi. pada konteks pengembangan model pembelajaran, termin ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual

model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat penilaian) dan mensimulasikan penggunaan contoh dan perangkat pembelajaran tadi dalam lingkup mungil. Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk (contoh, bahan ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi.

Validasi rancangan produk dilakukan oleh sahabat sejawat seperti dosen atau pengajar asal bidang studi/bidang keahlian yg sama. berdasarkan akibat validasi teman sejawat tadi, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sinkron menggunakan saran validator.

c. Pengembangan (Develop)

Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert

appraisal dan developmental testing. Expert appraisal adalah teknik buat

(38)

memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. dalam aktivitas ini dilakukan penilaian sang ahli pada bidangnya. Saran-saran yg diberikan digunakan buat memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yg telah disusun.

Developmental testing artinya aktivitas uji coba rancangan produk pada target subjek yang sesungguhnya. di waktu uji coba ini dicari data respon,reaksi atau komentar asal sasaran pengguna contoh. akibat uji coba digunakan memperbaiki produk. setelah produk diperbaiki lalu diujikan balik hingga memperoleh akibat yang efektif.

dalam konteks pengembangan materi ajar modul, termin pengembangan dilakukan menggunakan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada ketika validasi rancangan serta siswa yang akan menggunakan modul atau buku ajar tadi. akibat pengujian lalu dipergunakan buat revisi sebagai akibatnya modul atau kitab ajar tersebut benar-benar sudah memenuhi kebutuhan pengguna. buat mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam menaikkan akibat belajar, kegiatan dilanjutkan menggunakan memberi soal- soal latihan yg materinya diambil dari modul atau kitab ajar yang dikembangkan.

dalam konteks pengembangan model pembelajaran, aktivitas pengembangan

(develop) dilakukan menggunakan Cara pengujian melalui eksperimen dilakukan

dengan membandingkan akibat belajar di gerombolan pengguna model serta grup

yg tidak memakai contoh. bila akibat belajar kelompok pengguna model lebih

bagus dari grup yang tak memakai model maka dapat dinyatakan contoh tersebut

efektif. Cara pengujian efektivitas pembelajaran dapat dilakukan dengan cara

(39)

mengukur kompetensi sebelum serta sesudah pembelajaran. apabila kompetensi sehabis pembelajaran lebih baik berasal sebelumnya, maka model pembelajaran yg dikembangkan pula dinyatakan efektif.

d. Penyebarluasan (Disseminate)

Thiagarajan membagi termin dissemination pada tiga kegiatan yaitu: validation testing, packaging, diffusion and adoption. pada termin validation testing, produk yang telah direvisi di termin pengembangan kemudian diimplementasikan pada target yang sesungguhnya. di saat implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan buat mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat yang akan terjadi pencapaian tujuan. Tujuan yang belum bisa tercapai perlu dijelaskan penyelesaiannya sebagai akibatnya tak terulang kesalahan yang sama sesudah produk disebarluaskan.

kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging

(pengemasan), diffusion and adoption. termin ini dilakukan supaya produk bisa

dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan contoh pembelajaran dapat dilakukan

dengan mencetak kitab pedoman penerapan contoh pembelajaran. sesudah buku

dicetak, kitab tadi disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami

orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks

pengembangan materi ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara pengenalan

materi ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas pada guru dan peserta

didik. Pendistribusian ini dimaksudkan buat memperoleh respons, umpan kembali

terhadap bahan ajar yg sudah dikembangkan. Apabila respon target pengguna bahan

(40)

ajar telah baik maka baru dilakukan pencetakan pada jumlah poly dan pemasaran supaya materi ajar itu dipergunakan oleh target yang lebih luas.

7. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan sang Ambarwati (2012) menggunakan judul

Implementasi Permainan Melempar Bola Salju buat menaikkan Keaktifan siswa

Kelas XI-3 Akuntansi SMKN 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. yang akan

terjadi penelitian penerapan contoh pembelajaran Snowball Throwing

membagikan bahwa tingkat keaktifan belajar peserta didik dapat meningkat

menggunakan menerapkan teknik permainan melempar bola salju dalam

pembelajaran. pada antara 10 indikator yang mencerminkan keaktifan belajar

akuntansi, hingga berakhirnya daur 2 yg telah mencapai indikator ketercapaian

tindakan (asal holistik peserta didik melakukan kegiatan tersebut)yaitu membaca

materi akuntansi, mengajukan pertanyaan wacana materi yangbelum dipahami,

mendengarkan penerangan guru serta asal diskusi grup,mencatat materi akuntansi,

mengerjakan tugas dan latihan, bersemangat buat bekerjasama dalam gerombolan

, mengekspresikan pendapat pada diskusi,menjawab pertanyaan serta menanggapi

pendapat orang lain, memberikanpendapat terkait dengan surat keterangan

akuntansi, memberikan partisipasi selamaproses pembelajaran dengan teknik

permainan melempar bola salju. Hal itu berarti sudah memenuhi indikator

ketercapaian tindakan yg ditetapkandalam penelitian ini yaitu keseluruhan peserta

didik melakukan kegiatan positif saatpelajaran berlangsung dengan total nilai

keaktifan siswa mencapai 75%. Perbedaannya merupakan pada penelitian Tri

Jayanti Rukmana Ambarwati yang menjadi subjek penelitian siswa kelas X

(41)

Akuntansi Batik Perbaik Purworejo, sedangkan persamaanya ialah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Hermawan (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi 3 SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014” yang menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing mampu meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan presentase dari siklus 1 sebesar 73,93% menjadi 80,73% pada siklus 2. Persamaan yang relevan dari penelitian ini yaitu Penerapan Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada subjek dan tempat penelitian yang dilaksanakan.

Penelitian yg dilakukan oleh Haqsari mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Pengembangan serta Analisis E- LKPD (elektronika-lembar Kerja siswa) Berbasis Multimedia pada Materi Mengoperasikan perangkat lunak Spreadsheet”. yang akan terjadi penelitiannya membagikan kelayakan E-LKPD berbasis multimedia menerima nilai rata-rata 86,19% oleh para ahli dan pengguna yang dikategorikan sangat baik. Penelitian ini hanya bertujuan buat membentuk media pembelajaran yg layak digunakan tetapi tidak buat mengukur hasil belajar kognitif maupun minat belajar siswa.

Penelitian yg dilakukan sang Rohmani, Widha Sunarno, dan Sukarmin

mahasiswa acara Studi Magister, Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan serta Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret (UNS) yang berjudul “Pengembangan

(42)

Media Pembelajaran ekamatra Berbasis Multimedia Interaktif Terintegrasi dengan Lomba Kompetensi Siswa utama Bahasan aturan Newton tentang motilitas Kelas X Sekolah Menengan Atas/MA”. Pembuatan media pembelajaran ini menggunakan memakai aplikasi adobe flash dan XML. utama bahasan di penelitian ini artinya hukum Newton perihal gerak pada mana berisi materi pendahuluan berisi perihal video, animasi serta simulasi yg diintegrasikan dengan Lomba Kompetensi Siswa yang adalah bagian krusial asal proses pembelajaran bagi siswa dan eksklusif bisa diakses tanpa memakai kode akses. Materi inti artinya materi penerangan yg berupa teks, suara background, video dan animasi yg dikunci serta bisa diakses menggunakan menggunakan kode akses yg diperoleh siswa setelah mempelajari materi pendahuluan. yang akan terjadi penelitiannya membagikan hasil belajar rata- homogen pada ranah sikap sebesar 84,34 dalam kategori sangat baik, hasil homogen-homogen kognitif sebanyak 80,45 dalam kategori sangat baik serta hasil belajar rata-homogen pada ranah keterampilan sebesar 83,9 dalam kategori sangat baik. mempertinggi motivasi belajar fisika peserta didik berasal 44,44% sebagai 61,33% di siklus pertama serta 70,66% pada daur ke 2. Penelitian ini memberikan media pembelajaran ekamatra berbasis multimedia interaktif terintegrasi menggunakan Lomba Kompetensi Siswa bisa menaikkan hasil belajar kognitif peserta didik.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini memakai satu kelas yaitu Kelas Penelitian. pada setiap

pembelajaran akan memakai model pembelajaran kooperatif tipe snowball

throwing, yg lalu yang akan terjadi evaluasinya akan pada analisis serta di ambil

(43)

kesimpulan. Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang bertujuan buat tahu konsep fisika dan keterkaitannya sebagai akibatnya dapat memecahkan duduk perkara pada kehidupan sehari-hari yg berkaitan dengan gejala alam yang terjadi.

dalam prosesnya, diperlukan hubungan yang aktif antara pengajar dengan siswa agar siswa praktis memahami materi yg sedang dipelajari.

Perubahan kurikulum asal Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yg dilakukan berpusat pada siswa. Kurikulum ini menekankan di keaktifan peserta didik buat menemukan konsep pelajaran menggunakan pengajar berperan menjadi fasilitator. salah satu cara yang dilakukan artinya dengan mengambangkan LKPD. LKPD ialah materi ajar cetak berupa lbr-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan serta petunjuk- petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan sang peserta didik, yang berguna buat membuatkan keterlibatan peserta didik atau aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran, mengganti kondisi belajar berasal teacher centered sebagai student centered, membantu guru buat mengarahkan peserta didik pada menemukan konsep fisika yg sinkron.

Model pembelajaran merupakan hal yang paling mempengaruhi dalam

proses belajar mengajar dan hasil belajar. Dalam pembelajaran fisika, yang secara

umum mempelajari sejarah, sebaiknya guru dapat menggunakan model

pembelajaran yang tepat. Agar tujuan dalam pembelajaran yang telah dirancang

dapat tercapai sesuai harapan atau standar KBM. Model pembelajaran yang

bervariasi akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan tentunya akan menarik

perhatian peserta didik dan peserta didik lebih tertantang dalam pembelajaran. Yang

(44)

pada akhirnya berpengaruh pada tingkat pemahaman peserta didik. Oleh karena itu maka perlu memperhatikan tujuan pengajaran, materi pengajaran, banyak peserta didik, kemampuan peserta didik, kebutuhan peserta didik dan kemampuan guru.

Dari permasalahan di atas, munculah sebuah pemikiran untuk

menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Model ini sangat sesuai

dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang gemar bermain, bergerak dan bekerja

dalam kelompok. Melalui model pembelajaran Snowball Throwing ini diharapkan

peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, sehingga hasil belajar

dalam mata pelajaran fisika dapat meningkat

(45)

Gambar 2.1 Kerangka pikir Peserta Didik Kelas X

MIPA

Pembelajaran berbasis snowball throwing

Penyebaran LKPD kooperatif tipe snowball throwing

Evaluasi Respon pendidik LKPD kooperatif tipe snowball throwing yang sudah divalidasi

Pengembangan produk

Desain Produk

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rencangan Pelaksanan 1. Jenis penelitian

Penelitian Berdasarkan tujuan dan bentuk permasalahan dari penelitian ini, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk LKPD berbasis snowball throwing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif peserta didik kelas X SMA.

2. Desain Penelitian

Design penelitian adalah desain penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) dengan contoh 4-D (Four- D Models). Metode penelitian R&D adalah metode penelitian yg digunakan untuk menghasilkan produk eksklusif dan menguji keefektifan berasal produk tadi (Sugiyono, 2012: 407). pada penelitian ini perangkat pembelajaran yg akan dikembangkan ialah LKPD yang berbasis . Pengembangan LKPD penelitian ini disesuaikan menggunakan contoh 4-D (Four-D Models). contoh penelitian ini asal contoh yang dikembangkan sang Thiagarajan. berdasarkan Thiagarajan (1974:5), model 4-D terdiri berasal empat tahapan yaitu tahap define (pendefinisian), tahap design (perancangan), tahap develop (pengembangan), dan tahap disseminate (penyebaran).

31

(47)

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di UPT SMA Negeri 2 Sinjai Desa Alenangka, Kecamatan Sinjai Selatan, Kota Sinjai.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

subjek dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X MIPA di UPT SMA Negeri 2 Sinjai yang berjumlah sebanyak 2 kelas.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah LKPD fisika pada materi impuls dan momentum berbasis snowball throwing.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Independent (Bebas)

Snowball Throwing merupakan model pembelajaran kooperatif yang di rancang untuk membangkitkan semangat peserta didik dalam menguasai materi yang sudah diberikan oleh guru. Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6 orang peserta didik yang nantinya dipilih satu ketua, setelah itu peserta didik ditugaskan menyiapkan kertas dan kemudian membuat pertanyaan dan jawaban terkait materi yang sudah diberikan oleh guru.

2. Variabel Dependent (Terikat)

Lembar Kerja peserta didik ialah pedoman peserta didik yang digunakan

buat melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan persoalan. LKPD berisi

(48)

petunjuk pembelajaran, baik berupa pertanyaan atau pernyataan yg harus dilakukan serta dijawab peserta didik. Hal ini berarti bahwa LKPD adalah panduan peserta didik yang berisi tugas serta dipergunakan buat melakukan aktivitas pemecahan masalah yg wajib dikerjakan sang peserta didik.

b. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 4 tahap, yakni :

Gambar 3.1 Pengembangan 4-D Thiagarajan

(49)

1. Tahap Define (Pendefinisian)

Pada tahap penetapan atau mendefinikan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mengembangkan model berbasis Snowball Throwing dan mendefinisikan kebutuhan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Tahap ini dimulai dengan menganalisis kurikulum, menganalisis kebutuhan, menganalisis karakteristik peserta didik SMAN 2 Sinjai kelas X, menganalisis minat belajar untuk peserta didik SMAN 2 Sinjai kelas X, menganalisis awal hasil belajar peserta didik SMAN 2 Sinjai kelas X, menganalisis media pembelajaran yang mendukung untuk pembelajaran di SMAN 2 Sinjai.

2. Tahap Design (Perancangan)

Setelah dilakukan analisis komponen-komponen pada tahap define, maka dilakukan tahap design. Tahap design ini dibuat perangkat pembelajaran dan instrumen pengambilan data. Perangkat pembelajaran yang dibuat seperti, LKPD berbasis Kooperatif Tipe Snowball Throwing dan instrumen pengambilan data yg dibuat yaitu, angket respon observer terhadap LKPD, angket respon peserta didik terhadap LKPD, angket validasi perangkat pembelajaran, dan angket kepraktisan perangkat pembelajaran. Rancangan awal (draft) perangkat pembelajaran dan instrumen pengambilan data yang telah dibuat, divalidasi oleh para validator, kemudian dilakukan uji coba terbatas.

3. Tahap Develop (Pengembangan)

Di tahap ini peneliti memperbaiki perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian berdasarkan komentar, saran dan penilaian berasal dosen pakar, pengajar

fisika UPT SMAN 2 Sinjai serta hasil berasal diuji coba terbatas. sehabis peneliti

(50)

melakukan perbaikan, perangkat pembelajaran serta instrumen pengambilan data siap diuji dalam uji coba operasional. Uji coba operasional dilakukan di UPT SMAN 2 Sinjai.

a. Validasi ahli materi dan praktisi

Perangkat pembelajaran dan instrumen pengambilan data divalidasi sebelum dilakukan uji coba baik terbatas maupun operasional. Validasi dilakukan sang satu pakar materi, yg terdiri dari satu orang dosen Unismuh Makassar dan ahli praktisi, yang adalah guru fisika UPT SMAN 2 Sinjai.

b. Revisi I

Ahli materi dan ahli praktisi melakukan validasi dan memberikan saran, komentar dan penilaian terhadap perangkat pembelajaran dan instrumen pengambilan data. Selanjutnya, peneliti melakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran dan instrumen pengambilan data berdasarkan saran, komentar dan penilaian ahli materi dan ahli praktisi .

c. Uji Coba Terbatas

Dilakukan uji coba terbatas untuk melihat kekurangan dari LKPD pada revisi 1 yang dilakukan pada 30 peserta didik kelas XI di SMAN 2 Sinjai.

d. Revisi II

Kekurangan Kekurangan LKPD yang ada dalam akibat uji coba terbatas akan diperbaiki oleh peneliti dalam Revisi ke 2. Selanjutnya, peneliti memperbaiki LKPD berdasarkan data yang akan terjadi uji coba terbatas. akibat berasal revisi II akan menjadi produk akhir yg siap diuji coba operasional.

e. Uji Coba Operasional

(51)

LKPD yg sudah dilakukan revisi II siap dilakukan uji coba operasional. Uji coba operasional bertujuan buat menerima LKPD yg layak dipergunakan pada pembelajaran. akibat instrumen asal uji coba operasional ini kemudian dapat disebarluaskan. Uji lapangan operasional dilaksanakan di kelas X MIPA 2 serta MIPA tiga SMAN dua Sinjai yg berjumlah 30 peserta didik pada setiap kelas.

4. Tahap Disseminate (Penyebaran)

Pada tahap disseminate tidak dilakukan penyebarluasan LKPD yang seharusnya dilakukan di SMAN 2 Sinjai. Peneliti tidak melakukan tahap disseminate dengan menyebarluaskan LKPD kooperatif tipe snowball throwing karena adanya dampak Covid-19.

Pada 4 tahapan yang dilakukan maka hasil LKPD berbasis snowball throwing yaitu :

1 Tahap Define (Pendefinisian)

Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis kurikulum, analisis kebutuhan, analisis karakterististik peserta didik, analisis awal yang akan terjadi belajar peserta didik, serta analisis media pembelajaran yg mendukung pembelajaran. Adapun rincian kegiatan di tahap define adalah menjadi berikut.

a. Analisis kurikulum

Peneliti melakukan penelitian di UPT SMAN 2 Sinjai karena telah menerapkan

kurikulum 2013 dengan materi impuls momentum dan, ketersediaan UPT SMAN

2 Sinjai untuk dijadikan lokasi pelaksanaan penelitian. Adapun materi yang akan

diajarkan pada proses pembelajaran impuls dan momentum adalah sebagai berikut

:

(52)

1) Menjelaskan konsep impuls 2) Menjelaskan konsep momentum

3) Menerapkan konsep impuls dalam menyelesaikan permasalahan fisika 4) Menerapkan konsep momentum dalam menyelesaikan permasalahan fisika 5) Menerapkan hubungan impuls dan momentum dalam permasalahan fisika 6) Menganalisis permasalahan fisika berkaitan jenis-jenis tumbukan

Sesuai hasil analisis kurikulum memberikan bahwa di UPT SMAN 2 Sinjai menggunakan kurikulum 2013 (K-13). dalam kurikulum 2013 terdapat 4 kompetensi inti yg harus dicapai sang peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran ekamatra yaitu spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. galat satu materi yang cocok artinya impuls dan momentum, dengan memakai LKPD berbasis snowball throwing, Bila tujuan berasal produk tesebut tercapai maka 4 kompetensi pada peserta didik tadi bisa dikembangkan.

berdasarkan akibat observasi yg telah dilaksanakan, kurikulum yang digunakan buat kelas X adalah kurikulum 2013. tetapi pembelajaran yang dilakukan di kelas sebagian besar masih memakai metode ceramah menggunakan hadiah latihan soal. sang karena itu beberapa peserta didik terdapat yg tidak memerhatikan dan melakukan aktivitas lain di luar konteks pembelajaran mirip mengobrol menggunakan temannya, bermain handphone, tertidur dan lain-lain.

Materi impuls serta momentum artinya materi yg diberikan pada kelas X.

sesuai kurikulum 2013, materi gerak adalah galat satu utama bahasan yg harus

dipelajari peserta didik pada semester gasal. Pembelajaran fisika yang dilaksanakan

mengacu di Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti (KI) seperti yg tercantum

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka pikir  Peserta Didik Kelas X
Gambar 3.1 Pengembangan 4-D Thiagarajan
Tabel 3.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pada Impuls dan Momentum
Tabel 3.2  Presentasi karakteristik peserta didik dalam proses belajar mengajar pada  pokok bahasan impuls dan momentum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, pelaksanaan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, pelaksanaan pembinaan karier dan

Menerima dan mengolah obyek kerja yang dilengkapi hasil laporan responden sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai bahan untuk melaksanakan

Kemudian pada tahun 2008 Para Kewang beserta anggotanya meminta bantuan dana kepada NFP (National Forest Programme) FAO (Food Agriculture Organization) untuk membangun

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa setelah dikontrol oleh variabel karakteristik responden, ibu hamil yang melakukan ANC minimal empat kali memiliki peluang 2 kali lebih

Adanya peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kabupaten Nganjuk selama periode 5 tahun (2003–2008) disebabkan karena kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan,

This data supports the view that „Beat the Keeper‟ game has significant effect in reinforcing students‟ vocabulary at grade VII of SMPN 13 Mataram in academic year

Salah satu kompetensi dasar menulis yang digunakan di kelas III sekolah dasar yang sesuai dengan KTSP adalah menulis karangan sederhana berdasarkan gambar

a. Bila ada perbaikan tentang Keputusan Menpan Nomor 132 Tahun 2002, sebaiknya perbaikan tersebut menyatakan secara tegas seperti apa yang telah termuat pada