• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian pengembangan program unggulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian pengembangan program unggulan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan program unggulan

Ada beberapa hal yang akan diuraikan mengenai pengembangan program unggulan, yaitu:

1. Pengertian pengembangan program unggulan

Pengertian program menurut bahasa adalah sebuah rancangan yang akan dilaksanakan (KBBI). Sedangkan menurut istilah program adalah serangkaian petunjuk berupa perintah-perintah yang disusun untuk melaksanakan suatu tugas yang akan dikerjakan (Sujatmiko, 2012:223).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa program yaitu sebuah rancangan petunjuk berbentuk perintah yang disusun untuk melaksanakan tugas yang akan dikerjakan.

Selanjtunya pengertian unggulan menurut bahasa berasal dari kata unggul yang artinya lebih tinggi, pandai, kuat daripada yang lain, dan terbaik, sehingga kata unggulan dapat diartikan sesuatu yang diunggulkan atau sesuatu yang diupayakan untuk menjadi lebih baik (KBBI).

Secara terminologis program unggulan adalah sebuah program yang dikembangkan oleh sekolah untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus

(2)

diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut (Buchari, 2016:97).

Adapun pendapat lain program unggulan adalah sebuah program yang dikembangkan oleh sekolah untuk mencapai keunggulan yang dihasilkan (output) dari pendidikannya (Tim Penyusun, 1993:5).

Selain itu, menurut Zarkasyi program unggulan adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang dilaksanakan dengan urutan tertentu untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Keunggulan dalam keluaran yang dimaksud meliputi kualitas dasar(daya pikir, daya kalbu, dan daya phisik) dan penguasaan ilmu pengetahuan, baik yang lunak (ekonomi, politik, sosiologi dan sebagainya) termasuk penerapannya yaitu teknologi (konstruksi, manufaktur, komuniksi dan sebagainya) (Zarkasyi, 2016:35).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program unggulan merupakan suatu program unggulan yang direncanakan dengan tujuan untuk mengembangkan sebuah sekolah yang unggul dan menghasilkan output yang berpendidikan.

2. Tujuan pengembangan program unggulan

Acuan dasar dari tujuan umum sekolah unggul adalah tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam GBHN dan UUSPN No.20/2003 yaitu:

“Menghasilkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, Berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggungjawab, produktif, sehat jasmani dan rohani, Memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah air, kesetiakawanan sosial, kesadaran akan sejarah bangsa dan Sikap

(3)

menghargai pahlawan, serta berorientasi masa depan (UUSPN.

No.20/2003).

Selain tujuan umum, adapun tujuan khusus dalam pengembangan program unggulan, yaitu:

a. Dapat memiliki wawasan iptek yang mendalam dan luas

b. Mendapat motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi dan keunggulan

c. Memiliki kepekaan sosial dan kepemimpinan d. Memiliki disiplin yang tinggi (Hasan, 2015:81)

3. Aspek-aspek pengembangan program unggulan

Ada beberapa aspek yang berkaitan dengan pengembangan program unggulan, diantaranya:

a. Input (masukan)

Input adalah segala sesuatu yang harus ada dan tersedia di

dalam sekolah karena dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu proses pembelajaran. Segala sesuatu yang dimaksud adalah berupa sumber daya, perangkat-perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai alat dan pemandu bagi berlangsungnya proses pembelajaran tersebut.

Input yang dimaksudkan yaitu sumber daya, contohnya

siswa. Calon siswa yang ingin mendaftar di sebuah madrasah memiliki beberapa kriteria yang harus dicapai, yaitu:

1) Prestasi belajar siswa melalui angka raport, danem, dan hasil tes akademik,

2) Skor psikotes yang meliputi intelgensi dan kreativitas, dan

(4)

3) Tes lisan seperti kemampuan membaca Al-Qur’an dan wawasan keagamaan (Hasan, 2015:78)

Bertolak pada kriteria diatas maka calon siswa yang telah lolos dalam seleksi nantinya akan dibina, dibimbing dan belajar sesuai dengan tingkatan kecerdasan mereka. Mereka akan diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang unggul sesuai dengan tujuan madrasah tersebut (Hasan, 2015:78).

b. Kompetensi guru dalam pembelajaran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan (KBBI). Menurut istilah, Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Adapun kompetensi guru yaitu kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak (Pengarapenta, 2017:330).

Sekolah unggul harus memiliki guru yang profesional dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun kompetensi guru dalam mengembangkan suatu lembaga pendidikan yang unggul yaitu:

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Seorang guru dituntut untuk

(5)

memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap umum kepada siswanya untuk menghadapi hidup dimasa depan (Pengarapenta, 2017:331).

Kompetensi pedagodik adalah “kemampuan dalam pengelolaan siswa”. Pihak Departemen Pendidikan Nasional telah memprogram bahan pembelajaran yang harus diberikan guru kepada siswa yaitu guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi :

(a) Membuat dan merumuskan bahan ajar;

(b) Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif

(c) Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa; dan

(d) Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran (Juniantari, 2017:4).

Dengan demikian tampak bahwa kemampuan pedagodik bagi seorang guru bukanlah hal yang sederhana, karena kualitas guru haruslah diatas rata-rata. Kualitas ini dapat dilihat dari aspek intelektual yang meliputi:

(a) Aspek logika sebagai pengembangan kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang terdiri

(6)

dari enam macam yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

(b) Aspek etika sebagai pengembang afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hierarkis, yaitu kesabaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakteristik diri,

(c) Aspek estetika sebagai pengembang spikomotorik yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasi gerakan. Untuk menghadapi tantangan tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Guru secara terus menerus belajar sebagai upaya melakukan pembaharuan atas ilmu pengetahuan yang dimilikinya (Juniantari, 2017:4).

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian, yaitu “kemampuan kepribadian yang: (a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil dan dewasa, (c) arif dan bijaksana, (d) menjadi teladan, (e) mengevaluasi kinerja sendiri, (f) mengembangkan diri, dan (g) religius (Juniantari, 2017:4).

(7)

Dalam hal ini, hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran.

Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi sebagai berikut:

(a) Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar,

(b) Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada akhir pengjaran

(c) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik dikemudian hari,

(d) Membentuk kebiasaan belajar yang baik (Pengarapenta, 2017:331).

3) Kompetensi profesional

Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing siswa memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Tugas guru ialah mengajar pengetahuan kepada siswa. Guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkan, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, guru harus selalu belajar untuk memperdalam

(8)

pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunya (Juniantari, 2017:4).

Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan merencanakan sistem pembelajaran, yaitu merumuskan tujuan, memilih prioritas materi yang akan diajarkan, memilih dan menggunakan metode, memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada, memilih dan menggunakan media pembelajaran. Kemudian kemampuan dalam melaksanakan sistem pembelajaran, yaitu memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat dan menyajikan urutan pembelajaran secara tepat. Dan kemampuan yang terakhir yaitu mengevaluasi sistem pembelajaran, yakni memilih dan menyusun jenis evalusi, melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses, mengadministrasikan hasil evaluasi, mengembangkan sistem pembelajaran, seperti mengoptimalisasi potensi siswa, meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri, dan mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut (Juniantari, 2017:4).

4) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali murid dan masyarakat sekitar. Seorang guru

(9)

sama seperti manusia lainnya, sebagai makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberi contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitar. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong (Juniantari, 2017:6).

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru merupakan tokoh dan tipe makhluk yang diberi tugas dan beban membina dan membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Guru perlu memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif karena dengan dimilikinya kompetensi sosial tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancer sehingga jika ada keperluan dengan orangtua siswa atau masyarakat tentang masalah siswa yang perlu diselesaikan tidak akan sulit menghubunginya (Harahap, 2017:434).

c. Kurikulum

Sebuah program unggulan harus menggunakan kurikulum agar dapat mempersiapkan perencanaan program unggulan dengan baik sesuai kemampuan siswa dan program tersebut dapat terarah (Hasan, 2007:80).

(10)

Kurikulum yang digunakan pada program unggulan Study Islam Intensif (SII) yaitu kurikulum 2013 pada muatan lokal, yang

berisi kegiatan kurikuler, untuk mengembangkan kompetensi yang madrasah dalam mengembangkan program unggulan.

d. Output

Sekolah unggul harus menghasilkan lulusan yang unggul.

Keunggulan lulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian yang tinggi. Indikasi lulusan yang unggul dengan memiliki program unggulan Study Islam Intensif (SII) ini baru dapat diketahui setelah siswa dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat (Hasan, 2005:80).

Output merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah

prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi antara lain:

1) Prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, UNAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan diterima diperguruan tinggi.

(11)

2) Prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesenian, keterampilan kejujuran, dan keterampilan berbicara (Anwar, 2016:90).

4. Faktor pendukung pengembangan Program Unggulan

Menurut Mujtahid (2013), terdapat beberapa faktor pendukung dalam pengembangan program unggulan di sekolah, diantaranya :

a. Faktor sarana dan prasarana

Sekolah unggul harus dilengkapi dengan fasilitas yang mewadahi dengan memiliki sarana dan prasarana bagi siswa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Hasan, 2007:80).

Sarana belajar yang disediakan madrasah untuk mencapai tujuan program unggulan yaitu lokasi/tempat dan bangunan sekolah.

Sedangkan prasarana yang disediakan berupa ruang kelas, buku, perpustakaan, masjid, dan laboraturium (Daryanto, 2011: 51).

Sarana dan prasarana digunakan untuk mendukung proses pengembangan program unggulan di madrasah. Sarana dan prasarana meliputi fasilitas sekolah yang lengkap, sumber belajar yang memadahi dan sarana penunjang belajar yang memadahi (Mujtahid, 2013:277).

Dengan adanya sarana dan prasarana yang disediakan oleh madrasah, guru dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan menarik dan dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, guru tidak hanya menyampaikan materi secara lisan, tetapi juga

(12)

dengan tulis dan peragaan sesuai dengan sarana prasarana yang telah disiapkan.

b. Faktor guru

Guru merupakan pihak dalam madrasah yang memiliki wewenang untuk mendukung apa yang dilakukan oleh sekolah.

Misalnya guru memberi arahan atau masukan dalam proses pengembangan program unggulan lainnya dalam pengembangan program unggulan dan juga guru harus terlibat aktif dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung program unggulan lainnya meliputi tenaga guru mempunyai kualifikasi memadahi, rasio guru-murid ideal, loyalitas dan komitmen tinggi, dan motivasi dan semangat kerja guru tinggi (Mujtahid, 2013:277).

Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan.

Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.

Pendidik adalah orang yang mengajar dan membantu siswa dalam memecahkan masalah pendidikannya. Sedangkan menurut kajian Islam, menurut Imam al-Ghazali guru/pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, segala

(13)

potensi yang ada pada siswa. Serta membersihkan hati siswa agar bisa dekat dan berhubungan dengan Allah SWT (Khairunnisa, 2017:413- 414).

Peran guru dalam proses belajar berpusat pada mendidik anak dengan memberikan pengarahan dan motivasi untuk mencapai tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang;

Memberi fasilitas, media, pengalaman belajar yang memadai; dan Membantu mengembangkan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri (Khairunnisa, 2017:414).

c. Faktor siswa

Selain guru, siswa juga harus diperhatikan, karena dengan adanya siswa maka program unggulan dapat terlaksana. Contohnya seperti pembelajaran yang terdiferensiasi, kegiatan intra dan ekstrakulikuler bervariasi, motivasi dan semangat belajar tinggi, pemberdayaan belajar bermakna. Dampaknya agar siswa dapat menikmati pelaksanaan program unggulan yang dilaksanakan (Mujtahid, 2013:277).

Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimjati dan Mudjiono (1994:56-60), keaktifan siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya (Mudjiono, 1994:56-60).

(14)

Keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok, menciptakan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran (Mudjiono, 1994:56-60)..

d. Faktor kemitraan

Dukungan dari pihak luar juga dibutuhkan dalam pengembangan sebuah program unggulan, seperti kepercayaan dan harapan orangtua tinggi, dukungan dan peran serta masyarakat tinggi, dukungan dan bantuan pemerintah tinggi agar dapat terlaksana dengan baik prorgam unggulan yang direncanakan dan dapat membantu pihak madrasah dalam mengembangkan sekolah (Mujtahid, 2013:277).

Dukungan dari pihak luar diantaranya:

1) Orang tua. Orang tua merupakan sosok pertama dan utama dalam pendidikan anak. Meskipun anak telah dititipkan ke sekolah, tetapi orang tua tetap berperan terhadap prestasi belajar anak (Umar, 2015:25). Maka dari itu, orang tua merupakan faktor pendukung dalam pengembangan program unggulan.

2) Masyarakat. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang jelas berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat, sehingga sekolah sebagai

(15)

partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan.

(Rochanah, 2016:195).

3) Lembaga atau instansi lain. instansi pendidikan formal atau non formal merupakan faktor pendukung dalam program uunggulan, instansi pendidikan merupakan sarana yang diperlukan dalam mencetak generasi yang cerdas dan kompetitif. Sehingga dapat membentuk karakter siswa sebagai pilar bangsa dimasa depan.

Maka dari itu, dibutuhkannya peran lembaga lain dalam pengembangan program unggulan guna membentuk karakter siswa dalam bertanggung jawab dan berkarakter cerdas (Nofijantie, 2012:2969)

B. Pelaksanaan program unggulan Study Islam Intensif (SII)

Ada beberapa hal yang akan diuraikan mengenai pengembangan program unggulan, yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran program unggulan Study Islam Intensif (SII) Perencanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan merancang proses belajar mengajar untuk mengembangkan situasi belajar dan mengevaluasi hasil pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran berguna sebagai petunjuk arah kegiatan pembelajaran. Dengan adanya perencanaan pembelajaran, aktifitas belajar siswa dan aktifitas mengajar guru akan terarah dan terprogram (Barnawi, 2013:16).

(16)

Dalam membuat perencanaan, guru harus memahami beberapa tipe, sebagaimana dalam pendapatnya Robert H. Davis (dalam Dickyn, 2011), diantaranya:

a. Direction, yaitu tujuan atau kompetensi pembelajaran yang harus dicapai siswa.

b. Content and sequence,yaitu untuk mencapai setiap unsur tujuan dari masing-masing kawasan yang menjadi sasaran pembelajaran, diperlukannya materi pembelajaran.

c. Methods, yaitu untuk menyampaikan materi kepada siswa agar mencapai tujuan.

d. Constrains, yaitu batasan yang jelas sumber-sumber pembelajaran yang akan digunakan dan mendukung terhadap proses pembelajaran.

e. Evaluation, yaitu penilaian sebagai salah satu cara untuk memberikan nilai terhadap siswa (Barnawi, 2013:16).

Perencanaan pembelajaran program unggulan Study Islam Intensif (SII) yaitu dengan menggunakan target pencapaian, target

pencapaian yang dimaksud adalah target hafalan Al-Qur’an, hadits, doa sehari-hari, dan juga praktik ibadah yang semuanya tercantum dalam modul pembelajaran Study Islam Intensif (SII). Untuk lebih jelasnya target pencapaian ini sudah dijelaskan pada halaman sebagai berikut:

hafalan Al-Qur’an pada halaman 25, hafalan hadits pada hafalan 25, hafalan doa sehari-hari pada halaman 26, dan praktik ibadah pada halaman 27.

2. Materi pembelajaran program unggulan Study Islam Intensif (SII) Materi yang digunakan dalam pembelajaran program ini adalah:

a. Hafalan Al-Qur’an, hadits-hadits dan doa sehari-hari

Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu

(17)

ingat. Sementara Abdul Aziz Abdul Ra‟uf mendefinisikan menghafal adalah “proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar” (Murcitaningrum, 2013:5).

Menghafal Al-Qur’an maupun hadits adalah suatu usaha untuk mengingat ayat-ayat Allah tanpa melihat tulisannya dan asas tajwidnya. Menghafal Al-Qur’an dan hadits merupakan suatu hukum fardhu’ain bagi umat muslim agar kemutawatirannya tidak terputus.

Selain itu, Al-Qur’an dan hadits akan menjadi penerang kelak di akhirat nanti jika setiap umat muslim menghafalnya (Gade, 2014:416).

Tujuan menghafal yaitu madrasah ingin mengenalkan kepada siswa tentang pedoman hidup (Al-Qur’an dan hadits) sehingga madrasah memiliki tanggung jawab dalam menyampaikan Islam secara Kaffah. (Dasar pemikiran SII)

Materi menghafal Al-Qur’an pada program unggulan Study Islam Intensif (SII) yaitu surah-surah pendek yang terdapat

pada juz 30 dan 29, kemudian kembali ke juz 1 sampai juz 3.

Sedangkan materi hadits dalam program unggulan Study Islam Intensif (SII) yaitu menggunakan hadits arbai’n. Kemudian pada

materi menghafal doa sehari-hari yaitu Do’a berwudhu, Do’a sholat wajib, Do’a Sholat Jenazah, Do’a Perlindungan & Kekuatan, Do’a Senantiasa bertawakkal, Do’a Kelapangan ilmu, Do’a Diberi hikmah, Do’a Ampunan dan beban berat, Do’a Diwafatkan dalam

(18)

Islam, Do’a diberi hidayah dan rahmat, Do’a Sholat Dhuha, Do’a terhindar dari gangguan setan, Do’a Menjelang Belajar, Do’a diberi keteguhan hati, Do’a Ketika terjadi musibah, Do’a Ampunan untuk orang tua, Do’a Agar diberi kesabaran, Do’a berpijak pada kebenaran, Do’a dijauhkan dari kemalasan, Do’a ilmu yang tidak manfaat, Do’a Qodho’ yang buruk, Do’a terhindar dari dajjal, Do’a Penganten baru, dan Asmaul Husna (Buku panduan SII, xi).

b. Praktek ibadah Fiqh

Praktek Ibadah fiqh merupakan sebuah kegiatan praktik ibadah dalam mengikuti kegiatan akademik. Kegiatan ini berlaku umum dan diwajibkan bagi setiap siswa. Kegiatannya merupakan sub sistem dalam membentuk integritas pribadi muslim dan pembentukan perilaku beragama dengan taat beribadah sebagai pengamalan dari ajaran agama Islam (Ayu, 2017:52).

Tujuan Praktek Ibadah adalah untuk meningkatkan kualitas siswa dalam menguasai, menghayati pengetahuan ibadah dan melaksanakannya, serta merefleksikan nya hikmah (pesan moral dan etik) ibadah ke dalam perilaku nyata dalam pergaulan sebagai al- bajyar (makhluk sosial) baik didalam maupun diluar kampus (Ayu, 2017:53).

Dampak yang terjadi pada siswa dengan adanya praktik ibadah yaitu siswa mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dan dapat

(19)

diaplikasikan ke masyarakat setempat ketika lulus nanti (Ayu, 2017:53).

Materi dalam praktik ibadah pada program unggulan Study Islam Intensif (SII) meliputi tata cara berwudhu, tata cara

bertayamum, tata cara mandi junub, tata cara sholat wajib dan sunnah, tata cara perawatan jenazah, dan muhadhoroh (3 bahasa).

(Buku panduan SII, xi)

3. Metode pembelajaran pada program unggulan Study Islam Intensif (SII) Menurut Adrian, metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara–cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari guru dan siswa untuk saling berinteraksi dalam melakukan proses pembelajaran sehingga berjalan dengan baik (Ahyat, 2017:25). Selain itu, metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan konsep-konsep secara sistematis (Hakim, 2015:2).

Dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu konsep yang dirangkai untuk melakukan kegiatan pembelajaran agar guru dan siswa saling berinteraksi, dan pembelajarannya tersistematis.

Penggunaan metode dalam pembelajaran program unggulan Study Islam Intensif (SII) ini bertujuan untuk meningkat kan kemampuan siswa baik perubahan kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan motorik halus dan kasar

(20)

(psikomotor) pada siswa. Secara garis besar metode yang di gunakan dalam pembelajaran program unggulan Study Islam Intensif (SII )antara lain:

a. Metode Menghafal

Menghafal adalah fungsi mengucapkan dengan sengaja melalui alat indra dan sifatnya mekanis dengan akal pikiran (Abrar, 1993:99). Selain itu metode hafalan juga diartikan suatu kegiatan belajar siswa dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang guru. Para siswa diberi tugas untuk menghafal dalam jangka waktu tertentu, kemudian hafalan yang dimiliki siswa di demonstrasikan di hadapan sang guru (Mahmud, 2006:72). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa menghafal merupakan suatu kegiatan belajar dengan mengingat-ingat apa yang ditugskan dalam menghafal oleh guru kemudian didemonstrasikan.

Kegunaan metode menghafal yaitu mempermudah siswa dalam menghafal surat-surat pendek yang dipelajari dan juga tercapainya tujuan pembelajaran (Yeni, 2010:34).

Study Islam Intensif (SII) merupakan pembelajaran yang

memfokuskan pada kemampuan siswa untuk menghafal Al-Qur’an, hadits dan doa sehari-hari, sehingga metode menghafal sangat diperlukan dalam proses pembelajaran Study Islam Intensif (SII) ini.

Langkah-langkah dalam menghafal yaitu:

1) Bacalah setiap ayat yang akan dihafalkan sebanyak 20 kali

(21)

2) Kemudian gabungkanlah ayat hafalan tersebut satu persatu dan ulangilah sebanyak 20 kali (Al-Qosim, 2007: 2).

b. Metode praktik

Metode pembelajaran praktik adalah suatu metode dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti di peragakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktikkan materi yang di maksud dan suatu saat di masyarakat (Syahrowiyah, 2016:3). Selain itu, metode praktik juga diartikan sebagai metode pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya (Chasanah, 2016:2).

Dua pengertian metode praktik diatas, dapat disimpulkan bahwa metode praktik merupakan suatu metode yang diperagakan dari pengetahuan materi pendidikan yang bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan siswa tentang materi yang diperolehnya.

Metode ini bertujuan untuk menerapakan, menguji dan menyesuaikan materi dengan kondisi sesungguhnya melalui paktik (Syahrowiyah, 2016:3) seperti sholat, berwudhu, umroh, haji, dan lain lain.

Langkah-langkah penggunaan metode praktek yaitu:

1) Tahap persiapan: a) Menetapkan tujuan demostrasi, b) Menetapkan langkah-langkah demontrasi, c) Siapkan alat atau benda yang dibutuhkan untuk demonstrasi.

2) Tahap pelaksanaan: a) Mendemonstrasikan sesuatu sesuai dengan tujuan yang disertai dengan penjelasan lisan, b) Memberi

(22)

kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab, c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan mempraktekkan.

3) Tahap tindak lanjut dan evaluasi, a) Menugaskan kepada siswa untuk mencoba dan memperaktekkan apa yang telah diperagakan, b) Melakukan penilaian terhadap tugas yang telah diberikan dalam bentuk karya atau perbuatan (Syahrowiyah, 2016:3)

4. Media pembelajaran pada program unggulan Study Islam Intensif (SII) Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, 1996:5).

Media pembelajaran juga diartikan sebagai alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1986:23).

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan suatu alat bantu dalam mengajar untuk mengefektifkan suasana kelas dan interaksi antara guru dan siswa.

Dengan menggunakan media dalam pembelajaran Study Islam Intensif (SII) berguna untuk memperjelas penyajian materi sehingga

dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, dan juga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga menimbulkan motivasi belajar (Arsyad, 2007: 25-27).

Media yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu:

(23)

a. Media visual

Media visual adalah alat-alat visual yang merupakan media untuk memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal dengan alat peraga. Kelebihan penggunaan media visual yaitu:

1) Dapat mempermudah siswa dalam memahami materi dan berfikir lebih kritis, selain itu materi yang disajikan akan lebih mudah diingat oleh siswa.

2) Dapat mengatasi keterbatasan pengetahuan yang di miliki oleh siswa.

3) Dapat membagkitkan keinginan dan minat baru untuk belajar.

4) Menigkatkan daya tarik siswa.

5) Mudah untuk diaplikasikan (Susanti, 2018:8).

Kekurangan dari penggunaan media visual yaitu:

1) Hanya berupa gambar dan tulisan saja sehingga media ini tidak dapat di terapkan untuk siswa yang berkebutuhan khusus, salah satunya adalah tunanetra. Media ini tidak di lengkapi dengan suara jadi kurang menarik.

2) Biaya produksi cukup mahal karena sebelum menggunakn media ini harus menyetak atu membuat dan megirimkannya sebelum dapat dinikmati oleh masyarakat (Susanti, 2018:8).

b. Media audio

Media Audio adalah atau media dengar adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi

(24)

pelajaran yang disajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan menggunakan indera pendegaran saja. Karena media ini hanya berupa suara (Susanti, 2018:9).

Kelebihan penggunaan media audio yaitu:

1) Biaya yang harus dikeluarkan hanya sedikit (harganya murah) 2) Media mudah dibawa dan di pindahkan, sehingga mudah dalam

penggunaanya.

3) Materi dapat diputar kembali

4) Dapat merangsang keaktifan pendegaran siswa, mengembangkan daya imajinasi seperti menulis, menggambar dan sebagainya (Susanti, 2018:11).

Kekurangan dari penggunaan media audio yaitu:

(a) Media ini bersifat abstrak karena hanya berupa suara saja sehingga pada hal-hal tertentu juga memerlukan bantuan visual.

(b) Media audio ini bersifat abstrak, pemahaman pengertiannya hanya bisa di kontrol melalui kata-kata atau bahasa, serta susunan kalimat.

(c) Media ini akan berhasil jika diterapkan bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.

(d) Media ini tidak dapat diterapkan oleh siswa yang berkebutuhan khusus lebih tepatnya bagi mereka yang tidak bisa mendengar (tuna rungu). (Susanti, 2018:11).

(25)

c. Media Audio visual

Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dan kreatif dengan menggunakan indra pendengaran dan penglihatan. Media ini berupa suara dan gambar (Susanti, 2018:11).

Kelebihan penggunaan media audio visual yaitu:

1) Pemakaian tidak terikat waktu 2) Sangat praktis dan menarik

3) Harganya relative tidak mahal, karena bisa digunakan berkali-kali 4) Menghemat waktu dan video atau film dapat diputar kembali

Kekurangan dari penggunaan median audio visual yaitu:

1) Jika memutarkan film terlalu cepat, siswa tidak dapat mengikuti 2) Untuk media film bingkai suara, harus memerlukan ruangang

yang gelap

3) Untuk media televisi, tidak bisa dibawa kemana – mana karena cenderung ditempat tertentu.

4) Membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus dalam menyajikan atau membuat media belajar audio visual, karena media ini berupa suara dan gambar-gambar, baik gambar bergerak maupun diam. Oleh karena itu pembuatan media ini cenderung lebih rumit dibandingkan dengan menggunakan media visual dan media audio.

(26)

C. Evaluasi pelaksanaan program unggulan Study Islam Intensif (SII)

Ada beberapa hal yang akan diuraikan mengenai pengembangan program unggulan, yaitu:

1. Pengertian evaluasi

Pengertian evaluasi memiliki beberapa definisi, diantaranya menyatakan bahwa evaluasi adalah proses yang digunakan untuk menilai.

Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau standar objektif yang dievaluasi (Ayu, 2017:51). Sedangkan Sanders mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan investigasi yang sistimatis tentang kebenaran atau keberhasilan suatu tujuan. Secara eksplisit evaluasi mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi harus membandingkan apa yang telah dicapai dari program dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan (Ayu, 2017:52).

Dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses penilaian tentang keberhasilan dalam suatu tujuan dengan membandingkan apa yang telah dicapau dari program yang telah dibuat berdasarkan standar yangtelah ditetapkan.

2. Tujuan evaluasi

Tujuan evaluasi menurut Chittenden (1994) sebagai berikut:

a. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar siswa sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi

(27)

dalam kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar siswa.

b. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang sudah dikuasai siswa dan bagian mana dari materi yang belum dikuasai.

c. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan kesalahan atau kelemahan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif solusinya.

d. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke berbagai pihak yang berkepentingan (Arifin, 2010:15).

Pembelajaran Study Islam Intensif (SII) diperlukan evaluasi, guna melihat keberhasilan dan kegagalan program yang telah dilaksanakan. Program ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga mencapai hasil program unggulan yang diharapkan.

Tujuan evaluasi diatas bila dikaitkan dengan program unggulan SII, maka keterkaitannya adalah:

(28)

a. Keeping track, menelusuri dan melacak proses belajar siswa yang sesuai dengan rencana pelaksanaan SII, agar guru dapat mengetahui kemajuan proses belajar siswa seperti penguasaan dalam hafalan.

b. Checking-up, mengecek ketercapaian kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dilakukannya rapat bersama guru-guru dan ujian tulis.

c. Finding-out, mencari dan menemukan kekurangan dan kesalahan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga guru melakukan rapat untuk mencari solusi dari masalah tersebut.

d. Summing-up, menyimpulkan tingkat penguasaan siswa dalam program SII dengan menggunakan tes tulis maupun tes lisan

3. Prinsip-prinsip Umum Evaluasi

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan evaluasi harus bertitik tolak dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:

a. Kontinuitas. Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara kontinu, hasil evaluasi yang diperoleh pada waktu lalu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil- hasil yang akan datang.

b. Komprehensif. Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi.

(29)

c. Adil dan objektif. Dalam melakukan evaluasi, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih.

d. Kooperatif. Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua, guru, kepala sekolah, dan siswa.

e. Praktis. Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut (Arifin, 2010:31).

Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan program unggulan Study Islam Intensif (SII) disesuaikan dengan prinsip-prinsip dalam

evaluasi, seperti evaluasi itu bersifat kontinuitas, komprehensif, adil dan objektif, kooperatif, serta praktis. Sehingga evaluasi tersebut mendapat hasil yang lebih baik.

4. Jenis Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi suatu program, bukan penilaian hasil belajar. Menurut Arifin (2010) penilaian hasil belajar hanya merupakan bagian dari evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu program, evaluasi pembelajaran dibagi menjadi lima jenis, yaitu:

a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan

Hasil ini sangat diperlukan untuk mendesain program pembelajaran.

Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran. Hasil evaluasi ini dapat

(30)

meramalkan kemungkinan implementasi program dan tercapainya keberhasilan atau kegagalan dalam program pembelajaran (Arifin, 2010:33).

b. Evaluasi monitoring

Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah program pembelajaran mencapai sasaran secara efektif dan terlaksana sebagaimana mestinya (Arifin, 2010:33). Misalnya dalam pembelajaran program unggulan diperlukan perangkat pembelajaran, seperti perencanaan, materi yang disampaikan, pelaksanaan, hingga hasil dari pelaksanaan tersebut.

c. Evaluasi dampak

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran (Arifin, 2010:33).

d. Evaluasi efisiensi-ekonomis

Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi pelaksanaan program pembelajaran (Arifin, 2010:33). Efisiensi yang dimaksudkan yaitu ketepatan dalam melaksanakan program pembelajaran

e. Evaluasi program komprehensif

Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai program pembelajaran secara menyeluruh, seperti perencanaan program, pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program, tingkat keefektifan dan efisiensi (Arifin, 2010:33).

(31)

Dalam mengevaluasi pelaksanaan program unggulan Study Islam Intensif (SII), disesuaikan dengan jenis-jenis evaluasi seperti:

evaluasi perencanaan dan pengembangan, monitoring, dampak, efisiensi- ekonomis, dan program pembelajaran secara memnyeluruh, agar program tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah ditempat pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum

Pada tahapiniperlu ditekankan : (1) mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok, (2) menekankan bahwa belajar adalah memahami

1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujutkan situasi belajar – mengajar yang

Keterampilan membuka pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi warga belajar agar

praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. Tujuan dari pembelajaran SQ3R adalah agar kegiatan membaca dapat. dilaksanakan sesingkat mungkin dan dengan daya

Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap kompetensi dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan rencana

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dalam situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan mengalami hambatan. Apalagi kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan ada pihak yang dirugikan yaitu, siswa. Model