• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Hermawan, 2003 : 107).

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Djoko Moesono, 2006 : 125)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain ( KTSP, 2006 : 15)

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

(2)

6

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4 Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Bilangan, b) Geometri dan pengukuran, c)Pengolahan data. 2.1.2. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per kata terlebih dahulu.

(3)

7

Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162). Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor (Sunaryo,1983:4).

Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan anak, 2) Rasa aman, 3) Kemampuan dan minat, 4) Kebutuhan diri anak akan sesuatu yang akan dipelajari (Rustiyah NK,1995:123).

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut. 1) Lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar. 2) Motivasi dari luar (Rustiyah NK,1995:123).

Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah tempat anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar, kurikulum, materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar baik itu bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen adalah faktor biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen adalah seperti sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan sikap budayanya. Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru harus mengenal anak dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis kesulitan dan

(4)

8

permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus mampu meneliti setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa.

Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif maupun dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun khusus.

Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai siswa harus mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam mengukur keberhasilan belajar maka guru harus menentukan tujuan pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria dalam pembuatan TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai berikut.

a) Mengandung satu jenis perbuatan.

b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan siswa.

c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru (Tim MKDK IKIP Semarang, 1995:28).

Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang dituliskan dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru.

Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar yaitu di mana anak didik atau siswa tidak mampu belajar sehingga hasil di bawah potensi

(5)

9

intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103). Menurut Lerner (1931:367) dalam buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman, 1999:262) adalah kekurang pahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan dan penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan sebagai ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner berpendapat, ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar, yaitu :

a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan. b. Abnormalitas persepsi visual.

c. Assosiasi visual motorik. d. Perverasi.

e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol. f. Gangguan penghayatan tubuh.

g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ (Mulyono Abdurrahman, 1999:259).

Jadi kesulitan belajar matematika disebabkan rendahnya kemampuan intelegensi, banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan adanya gangguan assosiasi visual motorik.

Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :

a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas. b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang. c. Lambat dalam melakukan tugas belajar.

d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura dusta dan lain-lain.

(6)

10

e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Widodo Supriyono, 1991:89). Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar pada dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi dalam belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan kehadiran di sekolah sering tidak masuk. Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat bantuan dari guru dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.

2.1.3. Media pembelajaran

Mengingat anak SD berada dalam taraf berpikir konkrit , sehingga dalam setiap pembelajaran perlu secara kontinyu menggunakan media yang mampu mengkonkritkan sesuatu yang abtrak .”Media” menurut Heinich (1982) berasal dari bahasa latin , bentuk jamak dari “ Medium “ yang berarti perantara ( between ) , yaitu perantara sumber pesan ( source ) dengan penerima pesan ( receiver ).

Arti media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran ( Schramm , 1997 )

2. Sarana fisik untuk menyampaikan isi / materi pelajaran seperti buku , film , vidio , slide dan sebagainya ( Briggs , 1977)

3. Sarana Komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang , dengar termasuk teknologi perangkat kerasnya ( Nea , 1969 )

Jadi alat peraga adalah sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari guru ke siswa atau sebaliknya.

Jenis - jenis alat peraga : 1. Alat peraga barang cetak .

Yaitu alat peraga berupa barang cetakan . 2. Alat peraga elektronik .

Yaitu alat peraga yang berupa media audio visual dan media audio. 3. Alat peraga benda hidup dan benda mati

(7)

11

Alat peraga yang berupa tumbuhan , hewan , tanah , batuan dan Lain.

Adapun fungsi media adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujutkan situasi belajar – mengajar yang lebih efektif.

2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.

3. Media penbelajaran dalam penggunaan harus relevan dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan dan bahan ajar.

4. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau emacing perhatian siswa saja.

5. Media pemebalajran berfungsi mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajr lebih mudah dan lebih cepat.

6. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembalajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajara memiliki nilai yang tinggi.

7. Media pembelajaran meletakkan dasar – dasar kongret untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penkit verbalisme.

Memperhatikan pentingnya media pembelajaran seperti diungkapkan di atas, maka sebenarnya tidak ada alasan lagi apabila kita menginginkan proses belajar yang berhasil selain menggunakan media pembelajaran pada setiap proses belajar mengajar tersebut. Untuk memberikan penelanan terhadap pernyataan tersebut, coba perhatikan juga nilai – nilai yang dimiliki media pembelajaran di baeah ini:

(8)

12

a) Membuat kongret konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah, arus litrik dan sebagainya,

b) Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar seperti binatang – binatang buas, pinguin dari kutup utara dan sebagainya,

c) Menampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya kapal laut, pesawat udara, pasar, candi borobudur, dan sebagainya,

d) Menampilkan obyek yang telalu kecil yang tak dapat diamati dengan mata telanjang, seperti bakteri, molekul, atom, amuba, virus, dan sebagainya, e) Memperhatikan gerakan yang terlalu cepat, misalnya lintasan peluru, ledakan

dengan slow motion, atau terlalu lambat misalnya pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga, dan sebagainya,

f) Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya, g) Memungkinkan keseragaman pengamatan atau pesepsi belajar siswa, h) Membangkitkan motivasi belajar,

i) Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar, j) Menyajikan informasi belajar secara kosisten dan dapat diulang maupun

disimpan menurut kebutuhan,

k) Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak mengatasi waktu dan ruang,

l) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

2.1.4. Media Visual dalam pembelajaran Matematika

Sesuai dengan namanya, media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru – guru untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan ( non-projected visuals ) dan media yang dapat diproyeksikan ( projected visuals ) atau bergerak ( motion picture ). Marilah kita rinci satu persatu dan jenis media visual tersebut.

(9)

13

1. Media visual tidak diproyeksikan a. Gambar diam / mati ( still picture )

gambar diam / mati ini adalah gambar – gambar yang disajikan secara fotografik misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau obyek lain yang ada kaitannya dengan bahan / isi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. gambar diam ini ada yang tunggal dan ada yang berseri, yaitu sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Keuntungan yang didapa dengan menggunakan media gambar diam ini yaitu:

1) Media ini dapat menerjemahkan ide / gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih relistik

2) Banyak tersedia dalam buku – buku ( termasuk buku teks ), majalah, suat kabar, kalender, dan sebagainya

3) Mudah menggunakan dan tidak memerlukan peralatan lain

4) Tidak mahal, bahkan mungkin tidak menggeluarkan biaya untuk pengadaannya

5) Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua pelajaran/disiplin ilmu

Selain beberapa keuntungan, terdapat juga sedikit keterbatasan dari media gambar ini yaitu:

1) terkadang ukuran gambar – gambarnya terlalu kecil jika digunakan pada suatu kelas

2) gambar diam merupakan media dua dimensi 3) tidak bisa menimbulkan kesan gerak

b. Media visual yang diproyeksikan

Media yang diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang menggunakan alat proyeksi ( proyektor ) sehingga gambar atau tulisan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam dan media proyeksi gerak. Alat proyeksi yang digunakan tentu membutuhkan aliran listrik dan juga mebutuhkan ruangan tertentu yang cukup memadai. Pada sekolah – sekolah yang ada di daerah perkotaan, yang

(10)

14

memiliki kemampuan untuk mengadakan media proyeksi ini tentu sangat menguntungkan sebab bisa ditata lebih menarik perhatian dibandingkan dengan media yang tidak diproyeksikan. Namun pada umumnya sekolah - sekolah ( SD ) di Indonesia belum memungkinkan untuk mengadakan media proyeksi ini sebab masih dianggap sangat mahal harganya, disamping itu diperlukan juga kemampuan yang memadai dari para guru untuk menggunakan dan memelihara alat proyeksi tersebut. Jenis media proyeksi yang bisa digunakan diantaranya: 1) Proyeksi opak( Opaque Projection ), 2) Proyeksi lintas kepala ( Overhead projection ), 3) Slide, 4) Filmstrip

2.2. Penelitian yang Relevan

Puspitasari, Indah ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Media Gambar Meningkatkan Hasil belajar Siswa Pada Pembelajaran Berhitung di Kelas I SDN Sumberpucung 06 Kabupaten Malang menunjukkan bahwa pada siklus I nilai hasil evaluasi menunjukkan tingkat penguasaan rata-rata mencapai 76. Diketahui siswa yang tuntas dalam belajar meningkat dari pretes sebelumnya berjumlah 9 siswa (45 %) menjadi 14 siswa atau menjadi 70 % pada siklus I. Selanjutnya dari tindakan siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan penguasaan rata-rata dari 76 pada siklus I menjadi 82.3. Diketahui pula siswa yang tuntas dalam belajar meningkat dari siklus I berjumlah 14 siswa menjadi 19 siswa atau 95 % pada siklus II.

( http://karya.ilmiah.um.ac.id/index.php/ksdp/article/view/4479).

Masrikan ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Media kongkret pada pembelajaran Matematika pada SD Tengguli 1 Jepara menunjukkan bahwa hasil penelitian ini didapatkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Media kongkret dikatakan “sangat baik” Hasil penelitian menunjukkan persentase ketuntasan belajar membaca dengan alat peraga kongkret siswa sebelum tindakan sebesar 32,25%, siklus 1 61, 29%, dan siklus 2 sebesar 83.87%. Siswa juga lebih antusias dan aktif saat pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran membaca dengan menggunakan

(11)

15

alat peraga kongkret siswa kelas III SDN Tengguli 1 Jepara tahun pelajaran 2008/2009 hasil belajarnya meningkat.

Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas, dengan vareasi media membuktikan bahwa aktivitas siswa, pemahaman materi dan hasil belajar siswa meningkat. Oleh karena itu, media visual sangat tepat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas I SDN Bodeh Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

2.3. Kerangka Berfikir

Kondisi akhir Kondisi awal

Proses pembelajaran masih berpusat pada guru

Hasil belajar meningkat

Pemahaman materi meningkat Komunikasi siswa tidak

terjadi

Aktivitas siswa meningkat

Sugiyono, 2010 Aktivitas siswa rendah

Pemahaman materi rendah

Hasil belajar rendah

Komunikasi siswa terjadi

Pelaksanaan siklus I dan siklus II

Penggunaan media visual

Tindakan Aktivitas guru dalam

pembelajaran kurang

Aktivitas guru dalam pembelajaran meningkat

(12)

16

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: penggunaan media visual dapat meningkatkan hasil belajar tentang pengenalan konsep waktu bagi siswa kelas I SDN Bodeh Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Semester I tahun 2011/2012.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji organoleptik terhadap kesukaan keseluruhan nugget jamur tiram yang dihasilkan menunjukkan bahwa keseluruhan produk nugget jamur tiram yang lebih disukai oleh panelis

TIAP SUKU KATA YANG DIPAKAI ADALAH HURUF AWAL DAN AKHIR. BUAT PETA PANORAMA ARAH PANDANG

Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi

Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pacar cina ( Aglaia odorata Lour.) pada semua dosis mempunyai efek stimulan serta tidak ada hubungan antara peningkatan dosis ekstrak daun

[r]

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ide-ide pembaharuan yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte di Mesir adalah: (1) ide sistem pemerintahan republik, (2) ide

Untuk uji sitotoksisitas, sebanyak 100 µl suspensi sel SiHa dengan kepadatan 2x10 4 /100 µ l dimasukkan ke dalam sumuran 96 well plate yang telah berisi 100 µl ekstrak etanolik

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah individu yang memiliki standar berprestasi,