• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kemandirian - NANI WIJIYANTI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Kemandirian - NANI WIJIYANTI BAB II"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Kemandirian

Istilah kemandirian berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan “ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, maka pembahasan mengenai kemandirian tidak lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Konsep yang sering digunakan atau berdekatan dengan kemandirian adalah autonomy.

Menurut Chaplin (dalam Desmita, 2009: 185), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan menentukkan dirinya sendiri. Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2009: 185) mendefinisikan otonomi atau kemandirian sebagai “ The ability to govern and regulate one’s own thoughts, feelings, and actions freely

and responssiby while overcoming feelings of shame and doubt.”

(2)

 

mengatasi perasaan malu-malu dan keragu-raguan. Menurut Erikson (dalam Desmita 2009: 185) menyatakan bahwa kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu berdiri sendiri. Kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar mengandung pengertian kemapuan untuk mengatur dan mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha

untuk menentukan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 2. Indikator Kemandirian Belajar

Desmita (2009: 185) menyatakan bahwa kemandirian mengandung pengertian, yaitu :

a. Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri.

(3)

 

c. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

3. Karakteristik kemandirian

Desmita (2009: 185) juga menjelaskan bahwa kemandirian biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggung jawab, mampu menahan diri, membuat keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain. Menurut Lovinger (dalam Desmita, 2009 : 188) kemandiran mempunyai ciri-ciri:

a. Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.

b. Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri dan orang lain.

c. Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial. d. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan. e. Toleran terhadap ambiguitas.

f. Peduli akan pemenuhan diri (self-fulfilment).

g. Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal. h. Responsive terhadap kemandrian orang lain.

i. Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.

(4)

 

4. Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Pendidikan.

Selanjutnya Desmita (2009: 190) memaparkan bahwa kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang rentang kehidupan individu, yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan disekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, diantaranya : 2. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang

memungkinkan anak merasa dihargai.

3. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.

4. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorog rasa ingin tahu mereka.

5. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.

6. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak. (Desmita, 2009: 190) 5. Prestasi Belajar Matematika

Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yang berlangsung, yakni:

(5)

 

Dari data masalah tersebut ada tiga permasalahan yang akan dibahas untuk dicarikan jalan pemecahannya. Tiga permasalahan tersebut adalah (1) rendahnya penguasaan siswa terhadap konsep bangun datar (2) Siswa pasif dalam pembelajaran, dan (3) pembelajaran tidak menggunakan metode yang sesuai dalam proses pembelajaran.

Prestasi belajar merupakan hasil atau produk dari kegiatan belajar. Sebagai kegiatan dengan tujuan tertentu, belajar diharapkan dapat mencapai prestasi belajar. Menurut Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah kompetensi siswa. Sedangkan menurut Sudjana (2010: 28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Adapun menurut Gagne (dalam Slameto: 2010: 13) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

(6)

 

Tujuan utama dari proses belajar mengajar adalah terjadinya perubahan pada peserta didik atau murid. Perubahan tersebut terjadi dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam bahasa sederhana, tujuan pembelajaran adalah mencapai prestasi belajar. Tidak dikatakan melakukan pembelajaran, jika dalam proses tersebut siswa selaku subjek dan objek didik tidak mengalami perubahan. Perubahan paling nyata dapat dilihat dari prestasi belajar.

Menurut James belajar sebagai proses tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Cronbach berpendapat bahwa belajar sebagai hasil dari pengalaman. Adapun menurut Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. ( Djamarah, 2008: 12-13)

(7)

 

karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalm interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun dalam hal ini, prestasi belajar lebih ditekankan pada aspek kognitif. Menurut Azwar (2011: 7-8) menyatakan bahwa suatu kemajuan atau keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui dengan memberikan bukti peningkatan atau pencapaian ini diperoleh dari pengukuran prestasi secara terencana. Prestasi belajar secara secara luas tentu akan mencangkup aspek-aspek pada tujuan pendidikan yang meliputi, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Bloom dalam Azwar, 2011). Prestasi belajar dapat mengungkapkan keberhasilan seseorang dalam belajar.

Kaitannya dengan prestasi belajar (Anurrahman, 2010: 37) menjelaskan bahwa prestasi belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa dalam suatu kecakapan atau keterampilan tidak begitu saja dimiliki, tetapi dengan melalui berbagai usaha belajar.

(8)

 

pemahaman, keteramilan dan sikap yang diperoleh dengan keuletan belajar atau latihan.

Dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dalam pengertian ini biasanya berupa nilai, yaitu nilai tersebut merupakan pencapaian dari tujuan pengajaran yang telah direncanakan dan dirumuskan sebelumnya.

Prestasi belajar pada dasarnya merupakan suatu bukti, hasil dari kemampuan peserta didik dalam menerima dan mempelajari ilmu pengetahuan yang diberikan oleh pendidik (guru) dimana prestasi belajar tersebut diukur dengan test yang diberikan oleh guru. Secara singkat dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir yang telah diperoleh pesertta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dalam pengertian ini biasanya berupa nilai, dimana nilai tersebut merupakan pencapaian dari tujuan pengajaran yang telah direncanakan dan dirumuskan sebelumnya.

(9)

 

telah diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu seseorang yang telah melakukan proses belajar maka akan memperoleh suatu perubahan tingkah laku pada dirinya.

Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika. Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai setelah mengalami proses belajar mengajar. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

6. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan dengan kata lainnya yang sama, yaitu mathein atau mathenein yang berarti belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal kata,

(10)

 

dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.

Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris. Kemudian pengalaman itu diproses di dalam dunia rasio, diolah secara analisis dengan penalaran didalam struktur kognitif sehingga sampai terbentuk konsep matematika supaya konsep-konsep matematika yang terbentuk itu mudah dipahami oleh orang lain dan dapat dimanipulasi secara tepat, maka digunakan bahasa matematika atau notasi matematika yang bernilai global (universal). Konsep matematika didapat karena proses berpikir, karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika. ( Suwangsih dan Tiurlina, 2006:3)

(11)

 

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia yang berasal dari pengalaman manusia yang diolah secara analisis dengan penalaran kognitif sehingga terbentuk konsep-konsep matematika yang mudah dipahami.

Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika.

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupkan jembatan yang harus dapat menhubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

(12)

 

pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan Ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan ketrampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama merupakan lanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran ketrampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau kelas sebelumnya. (Heruman, 2007: 2-3).

(13)

 

memecahkan masalah, dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi.

a. Tujuan matematika

Menurut Sukayati dan Widyaiswara (2004: 417) tujuan matematika adalah agar perserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagsan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap saling menghargai kegunaan matematika

(14)

 

b. Ruang Lingkup Matematika

Ruang lingkup matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) Bilangan

2) Geometri dan pengikuran 3) Pengolahan data.

(Widyaiswara, 2004: 417) 7. Materi Pelajaran Matematika pada materi bangun datar

Bangun datar merupakan materi pelajaran matematika SD kelas IV semester I. Pada penelitian ini peneliti mengambil permasalahan yang ada pada materi bangun datar yaitu keliling dan luas segitiga dan jajargenjang. Pada materi ini siswa menemukan rumus keliling dan luas jajargenjang dan segitiga.

Menurut Astuty dan Mustaqim (2008: 108) Keliling adalah ukuran panjang sisi yang mengitari bangun datar. Sedangkan luas adalah ukuran mengenai panjang lebarnya suatu bidang datar (lapangan, ruangan, dan sebagainya), diperoleh dengan mengalikan panjang dan lebar bidang (Astuty dan Mustaqim, 2008: 235).

(15)

 

Tabel 2.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Bagun Datar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 4. Menggunakan

konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah.

4.1 Menentukan keliling dan luas Jajargenjang dan Segitiga

a. Mengidentifikasi bentuk Segitiga

b. Menemukan rumus keliling dan luas segitiga

c. Menggunakan rumus keliling dan luas segitiga

d. Menemukan rumus keliling dan luas jajargenjang

e. Menggunakan rumus keliling dan luas jajargenjang

4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajagenjang dan segitiga

a. Menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segitiga

b. Menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang

c. Menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas gabungan beberapa bangun datar

Segitiga

 Segitiga adalah bangun datar yang memiliki 3 buah sisi dan 3 buah

titik sudut.

(16)

 

C .Q

A B O P

Gambar 2.1 Gambar 2.2

Segitiga sama sisi Segitiga siku-siku Z

T S

R

X Y

Gambar 2.3 Gambar 2.4

Segitiga sama Sisi Segitiga Sembarang a. Keliling Segitiga

C

(17)

 

Rumus keliling segitiga ABC adalah jumlah panjang-panjang sisi-sisinya.

Maka dituliskan sebagai berikut

b. Luas Segitiga

Menentukan luas segitiga dari rumus luas persegi panjang.

Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Dari gambar di atas dapat dilihat bersama bahwa segitiga ABC terbentuk dari persegi panjang ABCD yang dibagi menjadi 2

bagian yang sama.

Luas persegi panjang ABCD adalah:

L = panjang × lebar

Gambar 2.9

Luas segitiga setengah dari luas persegi panjang, maka diperoleh luas segitiga ABC:

(18)

 

L  x panjang x lebar

Gambar 2.10

Dalam segitiga, tidak ada ukuran panjang dan lebar. Sisi bawah disebut alas (a) dan sisi tegak disebut tinggi (t), sehingga luas segitiga dirumuskan:

(Astuty dan Mustaqim, 2008: 109-110)

Jajargenjang

 Jajargenjang adalah segi empat yang sisi-sisi berhadapannya sejajar

dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

Gambar 2.11

(19)

 

a. Keliling Jajar Genjang

Gambar 2.12

Keliling jajargenjang ABCD adalah jumlah panjang sisi-sisinya, yaitu dirumuskan sebagai berikut.

karena AB = CD dan BC = AD, maka rumus keliling jajargenjang ABCD dapat dituliskan sebagai berikut.

b. Luas Jajargenjang

Luas daerah bangun jajargenjang sama dengan persegi panjang. Berikut ini adalah bentuk perbandingan bangun persegi dengan jajargenjang.

K= AB + BC + CD + AD

(20)

 

Luas persegi panjang adalah:

Gambar 2.13 L = panjang × lebar Dari persegi panjang tersebut, terbentuk jajargenjang sebagai berikut.

Gambar 2.14

Luas jajargenjang sama dengan luas persegi panjang. Dalam bangun datar jajargenjang ukuran panjang menjadi alas (a) dan ukuran lebar menjadi tinggi (t), sehingga luas jajargenjang dirumuskan sebagai berikut.

(Astuty dan Mustaqim, 2008:113-114)

(21)

 

8. Model Belajar Mandiri

a. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)

PAKEM menurut Rusman (2010: 322-323) merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembang berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan guru pun harus mengerti bahwa siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang beda. Cara memahami materi yang diajarkan berbeda-beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan ketrampilan motorik, ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar, dan ada juga yang menguasai materi lebih cepat dengan melihat atau membaca.

(22)

 

melibatkan siswa melalui aktif, efektif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

1) Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehhingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.

2) Pembelajaran Kreatif

(23)

 

Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk merangsang kreatifitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.

Siswa dikatakkan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah karya.

3) Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dikatakan efektif apabila mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara optimal.

(24)

 

tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 4) Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu koleksi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan.

Guru memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan srategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal. (Rusman, 2010: 324-327)

b. Model Belajar Mandiri

(25)

 

kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan mengalami hambatan. Apalagi kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan ada pihak yang dirugikan yaitu, siswa.

Model belajar mandiri yang diterapkan dalam pengelolaan kelas akan membawa situasi belajar ke dunianya sendiri, dunia bermain yang penuh dengan keasyikan belajar tanpa ada tekanan atau paksaan terhadap siswa. Pembelajaran yang disajikan akan lebih efektif, aktif dan menyenangkan.

Model belajar mandiri ini diawali dari konsep sederhana, yaitu bagaimana seorang guru bisa membangkitkan selera belajar siswa sehingga timbul rasa butuh seperti rasa butuhnya seseorang ingin makan. Bagaimana seorang siswa kegiatanya dalam belajar berperilaku seseorang yang butuh akan makan. Dengan berawal dari rasa butuh pada diri siswa, ia akan berangkat ke sekolah dengan senang, mengambil media belajar, membaca, mempelajari, dan mendiskusikannya dengan penuh kegembiraan. Akhirnya tanpa terasa ia pandai. Dalam benak pikiran siswa tersebut, ia tahu dan menyadari akibat dari belajar yang tidak sungguh-sungguh dan ia pun mneyadari betul akibat dari belajar yang tidak teratur. Kegiatan semacam itu menjadi kegiatan rutinitas yang merupakan kebutuhan pokok dan bagian dari kehidupan siswa di sekolah.

(26)

 

karena merasa butuh pengetahuan untuk mengisi otaknya atau menguasai ketrampilan yang layaknya dimiliki. Perilaku siswa yang lapar dan haus pengetahuan adalah selalu membaca, dan tidak malu bertanya, baik kepada teman sebaya maupun guru. Siswa tersebut juga akan selalu memanfaatkan media belajar yang bisa memenuhi kebutuhannya.

Demikian pula andaikata seorang guru mau berkreatifitas dalam pengelolaan kelas untuk mendukung pola kegiatan belajar mengajar yang menarik, situasi belajar di sekolah akan lebih hidup. Pola pikir siswa akan berkembang dan terus berkembang tanpa menggantung sekali pada guru. Bukan hal yang mustahil dari produktifitas model belajar mandiri akan melebihi dari produk yang diharapkan. Kegiatan belajar mandiri yang dilaksanakan secara rutinitas setiap hari dapat melatih siswa sejak dini untuk mandiri dan dalam jangka waktu tertentu kegiatan ini akan menjadi tradisi di lingkungan sekolah yang berdampak sangat luas.

(27)

 

bobokan oleh kemajuan teknologi dari Negara lain yang saatnya pasti akan membanjir ke negeri ini sampai ke pelosok pedesaan yang terpencil sekalipun.

Model belajar mandiri yang diterapkan di SD melatih siswa sejak dini untuk bersaing secara naluri. Melayani kebutuhan siswa individu sesuai dengan alur perkembangan jiwanya. Belajar sambil bermain, pajang-pajangan karya siswa, dan media-media belajar yang penuh dengan motivasi serta pemberian penghargaan setiap usaha untuk kemajuan dirinya maupun bersama merupakan salah satu warna dari model belajar mandiri.

Dari mulai keberangkatan sekolah siswa sudah memiliki rasa ingin mendapatkan sesuatu, sehingga yang terjadi adalah seolah-olah siswa yang satu dengan yang lain saling berlomba untuk berangkat lebih awal daripada dirinya.

c. Pelaksanaan Belajar Mandiri

Untuk memancing agar siswa mau belajar mandiri perlu ada beberapa media belajar yang menarik dan penuh motivasi. Tentunya dalam hal ini seorang guru harus sedikit berkreatifitas dalam pengelolaan kelas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.

(28)

 

dibutuhkan beberapa sarana atau perangkat sederhana yang bisa dibuat oleh guru maupun siswa secara berkelompok.

Beberapa sarana atau perangkat dan kegiatan yang menunjang model belajar mandiri sebagai berikut:

1. Buletin Selamat Pagi 2. Papan Absen Mandiri 3. Uji Cakap Mandiri 4. Papan Jadwal Mandiri 5. Kantong Peraga Mandiri 6. Lembar Jawab Berkomik 7. Kotak Pos Mandiri. 8. Pohon Ilmu

9. Dokter Matematika 10.Kotak Permainan 11.Bank Soal Mandiri

12.Media “Tugasku Tanggung Jawabku” 13.Bimbingan Belajar.

d. Penyajian dan Teknik Model Belajar Mandiri Dalam Mendukung Program Pembelajaran

(29)

 

1) Buletin Selamat Pagi

Buletin selamat pagi merupakan media belajar siswa yang berisi rangkuman materi pelajaran, latihan soal, gambar, dan juga karya-karya siswa yang dimuat didalamnya. Buletin ini dibuat sesuai dengan jumlah siswa, diberi nomor secara urut, dan selalu tersaji setiap pagi di depan kelas. Fungsi buletin ini adalah sebagai bacaan siswa untuk menambah wawasan, sebagai apersepsi pelajaran, dan juga sebagai media motivasi karena didalamnya memuat karya siswa.

Disamping itu buletin ini juga berfungsi untuk melatih kedisplinan, sebab siswa yang berangkat ke sekolah paling awal akan mengambil buletin yang bernomor 1. Sedangkan buletin yang nomor 2, 3, dan seterusnya akan diambil oleh siswa yang datang kemudian. Inilah yang menjadikan seolah-olah siswa berlomba-lomba berangkat ke sekolah lebih awal.

(30)

 

orang tua siswa supaya peduli terhadap pendidikan, karena harus bangun pagi serta menyiapkan sarapan pagi.

2) Papan Absen Mandiri

Papan absen mandiri adalah salah satu media dalam model belajar mandiri yang digunakan siswa untuk membuktikan kehadirannya di kelas atau sekolah. Media ini di lengkapi dengan peraga jam, papan nama anak, dan kantung buletin.

Teknik penggunaan media papan absen mandiri sebagai berikut:

a. Setelah siswa mengambil buletin selamat pagi yang ada di depan kelas kemudian menuju ke papan absen mandiri.

b. Lalu memasukkan buletin yang dibawanya ke kantung buletin yang ada pada papan absen mandiri.

c. Saat buletin dimasukkan, secara otomatis kantung buletin menunjukkan tulisan “ADA” yang berarti siswa itu hadir atau ada.

d. Kemudian siswa memutar jarum jam sesuai dengan kehadirannya di kelas saat itu.

(31)

 

mandiri tersebut. Disamping itu guru tidak perlu memanggil satu persatu saat mengabsen siswa.

Tujuan dari papan absen mandiri adalah untuk melatih siswa dan melatih kejujuran. Karena selisih kehadiran siswa yang satu dengan yang lain akan ditunjukkan oleh jarum masing-masing. Siswa yang mengambil buletin dengan nomor urut 1, jarum jam akan menunjukkan waktu lebih awal dibandingkan siswa yang dating kemudian.

3) Uji Cakap Mandiri

(32)

 

4) Kantung Peraga Mandiri

Kantung Peraga Mandiri merupakan tempat menunjang dan menyimpan peraga bidang datar,baik tulisan maupun gambar. Walaupun peraga tersebut terbuat dari kerta Koran bekas atau kertas bekas lainnya, tetapi bisa bertahan lama dan bisa dipakai kembali pada lain waktu karena peraga tersebut dapat disimpan di dalam kantung peraga mandiri.

Kantung peraga mandiri dipasang di dinding depan kelas yang akan memudahkan guru manakala menyajikan pelajaran pada saat kegiatan belajar mengajar. Dengan selalu memanfaatkan katung peraga mandiri di kelas berarti selalu membuat situasi kelas tidak menjenuhkan.

Disamping itu menanamkan keyakinan kepada guru bahwa mengajar peraga seperti melukis diatas batu. Sebaliknya mengajar hanya berceramah diibaratkan seperti melukis di atas air, mudah hilang dan mudah lenyap. 5) Dokter Matematika

(33)

 

maka perlu penanggulangan khusus pada pelajaran ini. Penanaman konsep salah pada siswa kelas rendah akan menambah ruwetnya permasalahan matematika, sehingga siswa tidak mampu dan malu bertanya. Untuk mengatasi hal demikian, salah satu diantaranya adalah melalui Dokter Matematika sebagai media tutor sebaya.

Siswa yang nilalinya bagus pada tes formarif setelah kegiatan belajar mengajar dianjurkan oleh guru untuk membuat resep pada kertas kosong yang telah tersedia pada media dokter matematika. Resep yang dimaksud adalah cara penyelesaian soal yang menyebabkan dia benar dalam mengerjakan tes formatif. Setelah resep dibuat dan diberi nama, kemudian dipajang pada media Dokter Matematika. Jadilah si pembuat resep itu Dokter Matematika dikelasnya pada materi tertentu.

(34)

 

Tidak selamanya yang terjadi pasien akan menjadi pasien, demikian yang menjadi dokter, selamanya menjadi dokter, tergantung kemampuan dan penguasaan materi tertentu pada bidang matematika. Demikian siswa akan selalu berusaha untuk menguasai materi tertentu pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

(M. Durori: 2002: 18-50)

Dari kelima teknik model belajar mandiri yang di laksanakan akan memunculkan penilaian dalam aspek afektif. Seperti yang berkaitan dengan sikap dari perserta didik yaitu mengembangkan perilaku berkarakter yang meliputi kemandirian dalam belajar, kerja sama dengan teman dalam kelompok, bertanggung jawab dengan tugas-tugasnya, jujur dalam bertindak, kesabaran dalam berbuat, displin dalam waktu.

B. Penelitian Yang Relevan

Dalam PTK yang telah dilaksanakan oleh Rahmawati tahun 2011, dengan judul “ Pengaruh Model Belajar Mandiri Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Pangebatan Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2010/2011” disimpulkan bahwa :

(35)

 

tanpa dengan menggunakan Model Belajar Mandiri. Hasil penelitian membuktikan bahwa kelompok eksperiment lebih baik daripada hasil prestasi kelompok kontrol. Ditunjukkan hasil pengujian t   . Maka pembelajaran menggunakan Model Belajar Mandiri dapat digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berfikir

(36)

 

menjadi lebih sedikit mudah untuk mengarahkan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Pembelajaran matematika hendaknya menarik dan bermakna sehingga perlahan dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matemetika.

Belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam pelajaran, guru masih menggunakan model pembelajaran klasikal dengan metode ceramah, sehingga mengakibatkan kesenjangan materi dan kemampuan berpikir siswa. Konsep yang diterima cenderung verbal, interaksi belajar didominasi guru, sehingga siswa menjadi pasif, tidak berani bertanya maupun menyampaikan pendapat, akibatnya siswa tidak maksimal dan kreatifitas siswa terhambat.

(37)

 

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian tindakan ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Kemandirian belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Pandak materi bangun datar dapat ditingkatkan melalui Model Belajar Mandiri.

Gambar

Tabel 2.1  Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
Gambar 2.1  Gambar 2.2
Gambar 2.6
Gambar 2.10
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Doa Anak Jalanan NDU\D 0D¶PXQ $IIDQ\ 'DUL penelitian ini ditemukan lima

kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Melakukan Pemecahan Masalah Tentang Pecahan Dengan Menggunakan Pendekatan CTL

KETIGA SKENARIO DIBUAT, TETAPI DALAM KERANGKA GLOBAL, YG IMPLEMENTASINYA SECARA RINCI PADA SAAT TAMKA SEDANG BERJALAN (MINING IN PROGRESS ). HARGA JUAL

Penelitian ini berkaitan dengan pengaruh dari variabel independen yang meliputi: ukuran perusahaan ( size ), profitabilitas, leverage, Likuiditas terhadap variabel

dari udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser  laser  karena laser  karena laser  mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat mempunyai spektrum yang

Administrator adalah pengguna yang dipercaya untuk mengelola data master seperti data operator, biaya kendaraan, parkir gratis, slot parkir, parkir keluar, dan

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Hasil rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Samarinda yang ditolak oleh para saksi dari partai-partai politik termasuk PDK, tidak pernah diperbaiki dan hal ini telah