• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ("

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertambangan merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi suatu negara, karena perannya sebagai penyedia sumber daya energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara. Potensi yang kaya akan sumber daya alam akan dapat menumbuhkan terbukanya perusahaan-perusahaan untuk melakukan eksplorasi pertambangan sumber daya tersebut. Sifat dan karakteristik industri pertambangan berbeda dengan industri lainnya. Salah satunya industri pertambangan memerlukan biaya investasi yang sangat besar, berjangka panjang, syarat risiko dan adanya ketidakpastian yang tinggi menjadikan masalah pendanaan sebagai isu utama terkait dengan pengembangan perusahaan.

Hampir seluruh sektor penggerak IHSG bergerak melemah, pelemahan terbanyak terjadi pada sektor pertambangan (-1,56%) dan industri dasar &

kimia (-0,93%). Sementara sektor yang mengalami penguatan paling banyak, yaitu sektor industri barang konsumsi (+1,18%) dan konstruksi, properti & real estat (+1,16%). (www.britama.com)

Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2015 terjadi di semua sektor lapangan usaha kecuali industri pertambangan dan oenggalian. Setidaknya ada 2 pukulan yang menyebabkan industri pertambangan paling terpukul. Ada 2 faktor yang memberikan pukulan pada industri pertambangan dalam negeri.

Harga komoditi pertambangan, terutama batubara memang betul-betul mengalami penurunan tajam sejak tahun lalu. Faktor kedua adalah minimnya permintaan impor batubara dari global terhadap Indonesia yang berakibat anjloknya ekspor mineral dan batubara sebagai sumber energi

(2)

dan mengembangkan sumber energi lain yang lebih bersih. Karena batubara selama ini dianggap salah satu penyumbang emisi yang terbesar.

Menurut data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 mencapai 4,79 persen melambat dibandingkan 2014 yang mencapai 5,02 persen.

(www.suara.com)

Harga batubara terus turun sejak 2014, dimana harga batubara pada Juni lalu merosot hingga AS$ 73,64/ton. Artinya bila dibandingkan harga rata-rata tahun lalu, harga batu bara anjlok 19% atau sebesar AS$

14,05/ton. (www.hukumonline.com)

Data Kementerian Perdagangan menunjukkan ekspor batubara turun 19% menjadi 137 juta ton pada semester pertama tahun ini. Angka tersebut setara dengan 74,4% dari produksi batu bara nasional yang mencapai 184 juta ton. Perusahaan batubara termasuk PT Adaro Energy Tbk terpaksa merevisi target produksi tahunan sebesar 5% akibat volume penjualan paruh pertama tahun ini merosot ke 23,69 juta ton dibandingkan 24,02 juta ton pada periode sama 2011. Harga batubara acuan (HBA) yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral juga tercatat mengalami penurunan selama 6 bulan pertama tahun ini. HBA juli ditetapkan pada US$ 87,56 merosot hampir 20% dibandingkan US$

109,29 pada Januari. PT Atlas Resource Tbk juga merasakan dampak negatif yang tercermin pada penurunan laba bersih menjadi US$847.000 selama semester I/2012. Perolehan tersebut anjlok 64,4 % dari US$ 2,38 juta pada periode sama tahun lalu. Penurunan laba disebabkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 7% dan jumlah persediaan batubara yang membengkak hingga 8 kali lipat. Analis PT Panin Sekuritas Tbk, mengatakan faktor utama yang menyebabkan kinerja kurang memuaskan dari perusahaan batubara adalah permintaan global yang dipicu oleh krisis Eropa dan perlambatan ekonomi China. Karena permintaan berkurang stok melimpah maka harga turun. (www.market.bisnis.com)

Anjloknya harga minyak yang diikuti oleh terpuruknya harga jual komoditas tambang lainnya mengakibatkan kesulitan pembayaran kredit di

(3)

sektor pertambangan dan penggalian. Meski nilainya relatif kecil dibanding total penyaluran kredit. Rasio NPL (Non Performing Loan) sektor pertambangan terus naik. Berdasarkan data Bareksa, rasio NPL pada akhir Februari 2016 naik ke level 4,64 persen. Padahal rasio ini pada tahun 2013 masih berkisar antara 1-1,5 persen. Rasio NPL sektor pertambangan nilainya juga jauh lebih tinggi dibanding rasio NPL sektor secara keseluruhan. Lonjakan rasio NPL terbesar terjadi pada periode Oktober-November 2015, dimana rasio NPL melonjak ke level 3,96 persen pada bulan sebelumnya. Jika ditelusuri lebih dalam, kenaikan rasio NPL perbankan pada sektor pertambangan disebabkan oleh lonjakan NPL pada perbankan yang mempunyai kemampuan penyaluran kredit terbesar.

Berdasarkan data bareksa, rasio NPL pada kategori ini nilainya terus meningkat. Rasio NPL tercatat sebesar 5,46 persen pada akhir Februari 2016 atau naik tinggi dibanding periode Oktober 2015 yang masih sebesar 2,24 persen. Kenaikan rasio ini dipengaruhi oleh kondisi harga komoditas tambang yang saat itu terus menurun akibat rendahnya permintaan, baik untuk komoditas batu bara atau pun komoditas logam untuk industri.

Kondisi ini membuat banyak perusahaan tambang membukukan penurunan kinerja dan tidak jarang membukukan kerugian. Imbasnya kredit tidak dapat ditagih pun nilainya membengkak. (www.bareksa.com)

Tahun 2013, sektor saham pertambangan diprediksikan masih melemah. Hal itu didorong kelebihan pasokan. Saat ini masih kelebihan persediaan apalagi ekspor Amerika Serikat yang besar. Harga batubara diperkirakan sekitar USD 95 pada 2013. Selain itu, sektor pertambangan masih dipengaruhi kondisi perekonomian di China. Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan melambat pada 2013. Penyelesaian masalah ekonomi di Eropa masih belum jelas sehingga berdampak terhadap permintaan batu bara. Harga batu bara mulai cenderung naik dari kuartal keempat 2012 hingga kuartal pertama 2013. Namun permintaan batu bara belum sepulih seperti pada 2011. Kuartal pertama 2013 ada perbaikan harga batu bara

(4)

sehingga memperbaiki kinerja saham. Pada kuartal kedua 2013 hingga akhir tahun sentimen positif relatif lebih sedikit karena faktor cuaca mempengaruhi sehingga ada potensi harga batu bara kembali turun. Dapat direkomendasikan saham batubara seperti PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) untuk menjadi pilihan. Hal itu mengingat fundamental perusahaan batu bara itu relatif baik dibandingkan perusahaan batu bara lain. Dampak dari implementasi jurang fiskal dalam jangka pendek, apabila terjadi deadlock positif akan menekan pertumbuhan ekonomi dunia terutama Amerika Serikat sehingga outlook sektor pertambangan baik untuk minyak, nonoil dan base mental masih berpotensi tertekan dalam setahun ke depan. Sebagai informasi, sektor pertambangan mengalami pelemahan terdalam di bursa saham Indonesia. Sektor saham pertambangan melemah 25,60% ke level per 14 Desember 2012. Tingkat kepercayaan investor sudah mulai tipis karena volume penjualan dan pembelian yang minim. Kondisi ini pun diprediksikan akan berlanjut pada 2013. Harga saham tambang di bawah rata-rata karena ada beberapa kasus emiten tambang yang menyelimuti sehingga memberikan tekanan ditambah harga batu bara melemah. Volume pembelian saham batu bara telah melemah sehingga mendorong pelaku pasar untuk menjual saham pertambangan. (www.financeroll.com)

Indeks kinerja saham sektor pertambangan yang di awal tahun sebesar 1.419, hanya naik sebesar 2 poin di angka 1.421 pada Kamis (6/11). Kinerja sektor pertambangan sebenarnya sempat naik di level 1.646 pada 8 September 2014, namun indeksnya terus turun menjelang akhir tahun ini. (www.medanbisnisdaily.com)

Performa saham sektor industri pertambangan diperkirakan belum bisa bangkit dari zona merah hingga akhir tahun. Kondisi ekonomi global ditambah kinerja industri yang tumbuh negatif membuat optimisme pasar untuk saham sektor tambang menipis. Saham di sektor industri pertambangan menjadi salah satu dari dua yang terburuk dalam

(5)

performanya berdasarkan tahun kalender. Pada periode itu, sektor industri pertambangan menjadi yang kedua terburuk, yakni mencapai -26,62%.

(http://www.republika.co.id/)

Grafik 1.1

Rata-rata Harga Saham Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

Sumber: www.sahamok.com (data diolah)

Data hasil rata-rata harga saham diatas bahwa secara keseluruhan dari sektor pertambangan tahun 2012 hingga 2014 harga saham menunjukkan trend yang menurun. Hal ini dipicu oleh penahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa efek Indonesia (BEI). Dalam data BEI sepanjang kuartal I 2013 indeks pertambangan mengalami tekanan sebesar 4,78 persen. Selain itu, rencana pemerintah untuk menerapkan aturan pelarangan ekspor batubara berkalori rendah, menjadi salah satu pemicu investor menjual saham-saham pertambangan produsen batubara. Analis PT Reliance Securities, Wilson Sofan mengatakan pelemahan saham- saham sektoral pertambangan, khususnya sub sektor batubara dipicu harga batubara dunia yang belum kembali menguat sejak tahun lalu sehingga berdampak terhadap kinerja fundamental emiten produsen batubara.

(www.aktual.com)

Kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan apakah akan membayar atau tidak, menentukan besarnya dividen dan membayar

2012 2013 2014

Rata-rata Harga

Saham 599218,75% 288134,63% 250511,73%

0,00%

100000,00%

200000,00%

300000,00%

400000,00%

500000,00%

600000,00%

700000,00%

Rata-rata Harga Saham

(6)

dividen lebih dari periode sebelumnya. Ketika membuat sebuah kebijakan dividen, satu ukuran tidak akan dapat digunakan oleh semua orang.

Beberapa perusahaan menghasilkan uang dalam jumlah besar tetapi memiliki peluang investasi terbatas, hal ini terutama berlaku bagi perusahaan–perusahaan didalam industri yang menguntungkan tetapi sudah mapan dimana hanya sedikit tersisa kesempatan untuk tumbuh.

Perusahaan seperti itu umumnya mendistribusikan sebagian besar uangnya kepada para pemegang saham, sehingga akibatnya akan menarik pelanggan investasi yang menyukai jumlah dividen yang tinggi. Kebijakan dividen dapat dianggap sebagai salah satu komitmen perusahaan untuk membagikan sebagian laba bersih yang diterima kepada para pemegang saham. Dividen tersebut yang menjadi alasan oleh investor ketika menanamkan dana untuk investasi. Perusahaan dalam membagikan dividen mempertimbangkan proporsi pembagian antara pembayaran kepada para pemegang saham dan reinvestasi dalam perusahaan. Dividen merupakan ekspektasi terbesar dari para pemegang saham terhadap investasinya, namun bagi sebagian perusahaan dividen dianggap memberatkan karena perusahaan harus selalu menyisihkan laba yang diperolehnya setiap tahun untuk membayar dividen kepada para investor.

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal perusahaan demi pembayaran investasi di masa yang akan datang (Martono dan Harjito, 2001:253)

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk mendanai operasinya dengan menggunakan hutang keuangan atau yang biasa disebut dengan financial leverage. Teori yang menjelaskan mengenai kebijakan hutang diantaranya yaitu Trade Off Theory dan Pecking Order Theory. Trade Off Theory menggambarkan tentang keputusan kontroversi utang-ekuitas perusahaan antara perlindungan pajak bunga dan biaya masalah keuangan. Pecking Order menetapkan suatu urutan keputusan

(7)

pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Hanafi, 2004:313)

Nilai pasar perusahaan adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa dan ditentukan oleh pelaku pasar pada saat tertentu. Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, pelaku pasar harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran. Bertemunya titik permintaan dan penawaran saham akan membentuk sebuah titik ekuilibrium yang merupakan hasil kesepakatan antara pelaku pasar sehingga menghasilkan nilai pasar suatu saham yang telah disepakati. Di dalam mengukur nilai perusahaan dapat pula dilakukan dengan menggunakan nilai pasar, yaitu metode pengukuran yang digunakan dalam mengukur nilai pasar biasanya digunakan metode Tobin’s Q. Tobin’s Q yaitu alat pengukuran kinerja perusahaan. Tobin’s Q atau yang dikenal juga sebagai Q ratio mengukur kesempatan berkembang suatu perusahaan dengan membandingkan market value dari aset perusahaan dengan replacement value dari aset perusahaan. Tobin’s Q merupakan rasio market value aset perusahaan (diukur dengan market value dari saham yang beredar dan hutang perusahaan) terhadap replacement cost asset perusahaan (Tobin, 1969).

Penelitian yang dilakukan oleh Eko Siswoyo (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Rasio Aktivitas Terhadap Nilai Perusahaan Yang Diukur Dengan Metode TOBIN’S Q Pada Perusahaan Kertas yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia” mengatakan bahwa naik turunnya nilai perusahaan yang diukur melalui Tobin’s Q tergantung oleh naik turunnya tingkat aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan pengaruh total aset turnover terhadap nilai perusahaan (tobin’s Q) secara parsial adalah tidak signifikan dan positif.

(8)

Sedangkan menurut Agung Listiadi dan Subaraman (2014) menyebutkan bahwa kebijakan hutang (DER) berpengaruh negatif dengan nilai perusahaan

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, penelitian tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kebijakan Dividen dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Pasar Perusahaan di Sektor Pertambangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012- 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang di atas, bahwa nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan deviden dan kebijakan hutang. Semakin baik seorang manajer keuangan membuat kebijakan hutang dan kebijakan deviden maka nilai pasar perusahaan juga akan semakin meningkat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kebijakan deviden, kebijakan hutang dan nilai pasar perusahaan pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

2. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data, mengolah, menganalisa dan menyajikan data yang berkaitan dengan masalah kebijakan deviden dan kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan di sektor pertambangan yang terdaftar pada BEI. Berdasarkan

(9)

permasalahan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran kebijakan deviden, kebijakan hutang dan nilai pasar perusahaan pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dividen dan kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.

1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis dalam bidang ilmu keuangan, khususnya dalam ilmu kebijakan deviden, kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan..

b. Investor

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam penentuan investasi yang akan dilakukan dengan melihat kebijakan deviden, kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan sehingga investasi yang dilakukan sejalan dengan resiko yang dihadapi yang diharapkan akan memberikan nilai sesuai dengan keinginan investor.

c. Perusahaan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan strategi perusaahaan dalam meningkatkan kebijakan deviden, kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan di masa yang akan datang sehingga dapat memaksimalkan tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan.

1.5 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang

(10)

bertujuan untuk menjabarkan dan menginterprestasi suatu kondisi tertentu berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi apa adanya tanpa direkayasa.

Menurut Nazir (2013:54) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.

Sedangkan metode verifikatif menurut Sangadji dan Sopiah (2010:20) yaitu:

“Penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan atau teori”. Maksudnya, penelitian verifikatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu pengetahuan atau teori atau hasil penelitian sebelumnya, sehingga kelak akan memperoleh hasil yang memperkuat atau menggugurkan teori atau hasil penelitian yang telah ada.

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah data tahun 2012-2014. Lokasi penelitian di Perpustakan Universitas Widyatama Bandung jalan Cikutra no 204 A Bandung, dirumah peneliti melalui internet, dan ditempat lainnya yang dapat memungkinkan peneliti melaksanakan penelitian. Waktu penelitian ini terhitung dari bulan Februari 2016 hingga penelitian ini selesai dilaksanakan.

Referensi

Dokumen terkait

Dewasa ini telah berkembang produk-produk multimedia seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi, informasi dan komunikasi, seperti telepon dan komputer yang mana

Praktik Kerja Lapangan yang selanjutnya disingkat PKL adalah pembelajaran bagi Peserta Didik pada SMK/MAK, SMALB, dan LKP yang dilaksanakan melalui praktik kerja

monitoring dan warning terhadap resiko bencana di Kota Padang jika diukur dengan menggunakan analisis SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat

Tanaman yang dapat dipakai sebagai penyembuhan luka sayat dari studi litaratur adalah: bawang merah (Allium cepa), getah jarak pagar (Jatropha CurcasL), daun kenikir

Pemeriksaan segmen anterior pada mata kiri didapatkan koloboma palpebra, konjungtiva sulit dinilai dan kornea keruh, terdapat keratopati eksposur.. Bilik mata

Implementasi komputerisasi dalam pelaya- nan pensertipikatan bidang tanah di Kantor Pertanahan Kota Dumai belum sesuai dengan tujuan yang diamanatkan dalam Instruksi Pre- siden Nomor

Pendidikan Kewarganegaraan dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi pendidikan nilai dan moral, dengan alasan sebagai berikut; Materi Pendidikan

(indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya, serta sebagai sarana pendidikan (Deptan, 2005). Kabupaten Bogor memiliki sentra-sentra