• Tidak ada hasil yang ditemukan

INFESTASI GULMA PADA AGROEKOLOGI YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TAMBUSAI ESTATE, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INFESTASI GULMA PADA AGROEKOLOGI YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TAMBUSAI ESTATE, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

INFESTASI GULMA PADA AGROEKOLOGI YANG BERBEDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TAMBUSAI

ESTATE, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN HULU, RIAU

RATIH LARASATI A24080149

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(2)

guieensis Jacq.), PT. Panca Surya Agrindo, Rokan Hulu Distric, Riau

Ratih Larasati1, Edi Santosa2

1Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

2Staff Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB

Abstract

Weed control in oil palm plantation can improve the productivity of oil palm trees. This in was carried out internship Tambusai Estate, Rokan Hulu, Riau, from February to May 2012.

The objective of this apprentice was to improve the knowledge, skills, work experience and analyze factors that affect weed dynamic in different agroecological areal at oil palm plantation.

Data were collected by direct method for primary data and indirect method for secondary data.

Data of weed were collected using vegetation analysis of 1 m x 1m kuadran. The number of samples were 264. Weed were scored and tested using cluster analysis and shown as a dendogram. The results showed that agro-ecological factors, especially soil subgroup determined weed population and dominance in Tambusai Estate. Weed invasion on palm oil plantation spread based on the nature of the morphology, botany, and nature of damage to plants as well as palm oil is the difference in the form agroekologi subgroup of land. The humid soil conditions is an optimum for weeds Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott, and various kinds of other ferns which is the dominant weeds in Tambusai Estate.

Key words: Agroecological, sum of dominance ratio, weed analysis, weed control

 

(3)

RATIH LARASATI. Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab.

Rokan Hulu, Riau (Dibimbing oleh EDI SANTOSA).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki prospek agrobisnis yang sangat cerah. Selain itu, komoditas ini merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia.

Luas pertanaman dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Pada perkebunan kelapa sawit, kegiatan pemeliharaan penting untuk mempertahankan produksi dan kualitas produk kelapa sawit yang dihasilkan. Salah satu kegiatan pemeliharaan adalah pengendalian gulma.

Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menekan populasi pesaing tanaman budidaya dan memudahkan dalam pekerjaan pemanenan hasil tanaman budidaya.

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman kerja, serta mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara lebih khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang pemeliharaan tanaman kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma kelapa sawit serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi infestasi dan dominansi gulma di perkebunan kelapa sawit. Pada pelaksanaannya, pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui pengamatan pada saat bekerja di lapangan. Data yang diamati yaitu: 1). Evaluasi pengendalian gulma dengan prinsip 5 tepat (tepat dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi), 2). Kalibrasi alat semprot, 3). Kalibrasi waktu penyemprotan gulma, dan 4). Pola penyebaran gulma. Pengambilan data gulma di Tambusai Estate dilakukan dengan cara pengambilan sampel gulma (inventarisasi gulma). Sampel gulma diambil secara acak pada tiap 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3 blok, dan pada masing- masing blok diambil 6 petak contoh. Pengambilan peta contoh ini berdasarkan

(4)

Kegiatan pemeliharaan di Tambusai Estate sudah cukup terorganisasi dengan baik. Namun demikian, perlu ditingkatkan pengawasan pemeliharaan terutama agar sesuai dengan standar pemeliharaan gulma yang telah ditetapkan perusahaan. Perbaikan tersebut meliputi peningkatan skill mandor maupun peningkatan kemampuan pekerja penyemprotan dalam memahami SOP penyemprotan. SOP penyemprotan di Tambusai Estate meliputi: 1).

Penyemprotan herbisida di dalam piringan radius 2.5 cm, 2). Tinggi semprotan 30-40 cm dan tinggi babat gawangan 10 cm, 3). Dosis yang digunakan sesuai dengan rekomendasi riset, 4). Penggunaan alat semprot harus sesuai dengan rotasi, dosis, dan kerapatan gulma yang ada, dan 5). Tidak menyemprot areal tapal batas sungai (radius 2 m dari bibir sungai). Perbaikan kedua meliputi kalibrasi alat sebelum melakukan penyemprotan, dan ketiga adalah meningkatkan ketersediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan pemeliharaan.

Berdasarkan pengamatan di Tambusai Estate, gulma yang dominan adalah gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott. Gulma yang memiliki dominansi tertinggi adalah gulma pakis-pakisan, gulma ini memiliki adaptasi yang tinggi terhadap ekologi, distribusi luas, pertumbuhan kembali (regrowth) yang sangat cepat, dan dapat tumbuh di lokasi dengan intensitas cahaya tinggi maupun rendah. Gulma pakis-pakisan yang menempel pada pohon sawit walau tidak terlalu berbahaya, tetapi perlu di dikendalikan karena dapat menahan berondolan sehingga tidak terlihat.

Hasil analisis menunjukkan sebelas kriteria gulma yang menyerang perkebunan dibagi menjadi tiga grup yaitu grup A, B, dan C. Grup A cenderung mengelompok berdasarkan karakteristik morfologi gulma. Grup B mengelompok berdasarkan karakteristik gulma yang memiliki sifat merusak bagi tanaman kelapa sawit dan Grup C mengelompok berdasarkan karakteristik botani gulma tersebut.

Pada kemiripan 55%, terdapat 6 sub grup gulma yaitu subgrup A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Sub grup A1 memiliki 2 karakteristik yaitu 1) Karakteristik sulitnya pengendalian gulma menggunakan herbisida dan 2) Biaya pengendalian mahal.

Gulma yang termasuk ke dalam sub grup ini adalah gulma Melastoma affine D.

(5)

terhadap kekeringan dan 2) Mengganggu bagi pekerja panen, dengan contoh gulma Mimosa invisa Mar., Mimosa pigra L. dan Passiflora foetida L.

Sub grup B1 memiliki 2 karakteristik berupa distribusi gulma yang luas dan dapat merusak tanaman budidaya dengn jenis gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis biserrata (Sw.) Schott., dan Stenochlaena palustris Bedd. Karakteristik gulma yang memiliki potensi sebagai inang HPT merupakan karakteristik subgrup B2 dengan contoh gulma Paspalum conjugatum P.J. Berg., Leptochloa chinensis (L.) Ness., dan Euphorbia hirta L.

Selanjutnya karakteristik untuk subgrup C1 adalah karakteristik pertumbuhan gulma yang cepat “ regrowth” atau suksesi yang cepat dan memiliki karakteristik propagul yang mudah terbawa oleh pekerja panen. Dicranopteris linearis (Burm. f. Underw)., Centotheca lappacea (L.) Desv., Gleichenia linearis (Burm. F.) C. B. Clarke., dan Imperata cylindrica (L.) Beauv.,

Subgrup C2 adalah karakteristik gulma yang tahan terhadap genangan dan memiliki perbanyakan masal. Contoh gulma yang termasuk ke dalam subgrup ini adalah gulma Caladium tuberosum (S. Moore) Bogner M., Chromolaena odorata (L.) King and H.E.Robins., Clidemia hirta (L.) D. Don., Eleusine indica (L. ) Gaertn., dan Pteridium aquilinum (L.) Kuhn.

Faktor agroekologi tanah di Tambusai Estate juga mempengaruhi sebaran serangan gulma. Kondisi tanah lembab merupakan tempat yang optimum bagi gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume., Nephrolepsis bisserata (Sw.) Schott., dan berbagai jenis tumbuhan paku lainnya. Hal ini yang menyebabkan gulma diatas menjadi gulma dominan dengan NJD rata-rata sebesar 23% setelah dilakukan inventarisasi gulma di wilayah Tambusai Estate.

(6)

ESTATE, PT. PANCA SURYA AGRINDO, KAB. ROKAN HULU, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RATIH LARASATI A24080149

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(7)

SAWIT TAMBUSAI ESTATE, KAB. ROKAN HULU, RIAU

Nama : RATIH LARASATI NIM : A24080149

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si NIP. 19700520 1996011 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi pada tanggal 25 Januari 1990.

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Supriyono dan Ibu Eny Ridaryati.

Penulis lulus dari SD YKPP Bajubang pada tahun 2002,

kemudian melanjutkan studi ke SLTP N 2 Batanghari selama 6 bulan pada tahun 2002, dan meneruskan pendidikan di SLTP N 7 Kota Jambi pada tahun yang sama hingga lulus SLTP pada tahun 2005. Setelah lulus dari SLTP penulis melanjutkan ke SMA N 1 Kota Jambi dan menyelesaikan studi pada tahun 2008.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Agronomi dan Hortikultura melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).

Selama kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi mahasiswa: 1). Tahun 2008/2009 sebagai anggota UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Gentra Kaheman dan UKM Volly IPB, 2). Tahun 2010/2011 sebagai bendahara divisi PSDM (Pengembangan Sumberdaya Masyarakat) DPM A (Dewan Perwakilan Mahasiswa) Faperta IPB, 3). Tahun 2011/2012 sebagai anggota divisi syar FKRD A (Forum Kerohanian Rohis Departemen) Faperta IPB, 4). Panitia IAC (IPB Art Contest), dan kepanitian lain di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selain itu, penulis aktif dalam kegiatan luar kampus yaitu sebagai anggota divisi seni dan budaya HIMAJA (Himpunan Mahasiswa Daerah Jambi). Penulis pernah mengikuti Program Goes to Field pada tahun 2010.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melindungi dan melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Infestasi Gulma pada Agroekologi yang Berbeda di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tambusai Estate, Kab.

Rokan Hulu, Riau”.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Ayahanda Supriyono, ibunda Eny Ridaryati, kakak Tika Fajar Wulandari, adik Bimo Bhirawa Annoraga dan semua keluarga yang memberikan dukungan selama pendidikan.

2. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam proses magang dan akademik sampai dengan penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Ni Made Armini Wiendi, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telang banyak membantu dan memberi saran selama proses pendidikan penulis di Institut Pertanian Bogor.

4. Dr. Dwi Guntoro, M.Si dan Dr. Ir. Herdhata Agusta, MS sebagai dosen penguji yang memberikan bimbingan dan saran dalam perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Direksi First resources yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang, H. Juwahir, SP (General manager), Patria Darma, SP dan Gita Mustika, SE (Deputy I dan II) selaku staf tertinggi di Tambusai Estate yang telah memperlancar pelaksanaan dan juga H. Sihotang asisten afdeling VIII selaku pembimbing lapangan, Hasnan, SP Field manager Tambusai Estate dan semua keluarga di afdeling VIII (Pak Livontus, Suhardi, Budi, Subadi, Pakde, Bu Ani, Pak Ca’mat, Pak Yusuf) serta seluruh staf laboratorium, staf umum dan karyawan Tambusai Estate yang memberikan arahan teknis lapangan.

6. Sahabat terbaikku (Pipit, Wulan, Dinda, Alma, Ryanda dan Hesti) atas kenangan dan pengalaman tidak terlupakan selama di IPB. Teman-teman

(10)

INDIGENOUS 45 yang sangat dicintai, tim magang First resources IPB’12 (Yelli yang setia menemani analisis vegetasi gulma), Wahyu, Rani, Ika dan Dimas), penghuni wisma lestari (Dian, Kak Meri, Kak Novi, Kak Ana, dan Kak Esy) atas kenangan yang tak terlupakan, teman-teman KKP’11 (Erick, Syakir, Winda, Santi, Miftah, dan Mae), penghuni pondok iswara (Fya, mbak Julia, mbak wie, mbak ulfa), teman se - PS (Lisna dan Irvanda) yang selalu membantu dan menemani mengerjakan tugas akhir, kakak Eky Perdana, SP atas semangat dan dukungannya, teman sekamar 367 (Arin, Sasti, dan Azza) yang sangat kusayang, serta Lodeh (lorong 8 TPB) yang setia menemani dari asrama sampai sekarang.

Bogor, Oktober 2012

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR TABEL………..………... xii

DAFTAR GAMBAR……….……….……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………...…….. xvii

PENDAHULUAN………...………. 1

Latar Belakang……….………... 1

Tujuan Magang……….……… 2

Hipotesis………... 3

TINJAUAN PUSTAKA………... 4

Botani Kelapa Sawit………... 4

Syarat Tumbuh………...………... 5

Gulma ………..………...…………... 5

BAHAN DAN METODE……….………. 7

Waktu dan Tempat……… 7

Metode Pelaksanaan………... 7

Pengamatan dan Pengumpulan Data……… 9

Analisis Data ………... 10

KEADAAN UMUM ………... 12

Letak Wilayah Administratif………... 12

Keadaan Iklim dan Tanah………..…………. 12

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan………... 13

Keadaan Tanaman dan Produksi……… 14

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan……… . 16

ASPEK MANAJERIAL……….. 21

Pendamping Mandor………... 21

Pendamping Asisten Afdeling……… 24

ASPEK TEKNIS………. 25

Pengendalian Gulma………... 25

Pemupukan………. 35

Panen………... 51

Pengolah Minyak Kelapa Sawit………. 63

ASPEK KHUSUS………... 74

  Evaluasi Pengendalian Gulma………... 74

Kalibrasi Alat Semprot dan Waktu Penyemprotan………... 75

Penyebaran Infestasi Gulma……….. 81 

  NJD (Nisbah Jumlah Dominansi Gulma)………... 94

Pengendalian Asystasia intrusa dan Suksesi Cleome rutidosperma.. 104

(12)

KESIMPULAN………....………... 109

Kesimpulan………. 109

Saran……….. 109

DAFTAR PUSTAKA………. 110

LAMPIRAN……… 113

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate……… 10

2. Luas areal kebun di Tambusai Estate………. 14

3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Tambusai Estate……… 15

4. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate………... 15

5. Jumlah karyawan staf dan non-staf Tambusai Estate tahun 2012…... 18

6. Daftar premi perawatan tanaman di Tambusai Estate……….. 25

7. Daftar penyesuaian harga perawatan……….... 26

8. Rekomendasi takaran pupuk sesuai dosis kg / pohon………... 38

9. Rekomendasi takaran pupuk berdasarkan jumlah untilan………….... 38

10.Rekomendasi supply point ………... 39

11.Persentase kandungan hara janjang kosong tiap ton...………. 45

12.Harga pupuk , Maret 2012………..……… 49

13.Kriteria buah matang berdasarkan berondolan……… 53

14.Daftar perhitungan denda pemanen, mandor panen, dan kerani panen……….. 54

15.Peta kaveld panen afdeling VIII di Tambusai Estate……….... 56

16.Deskripsi alat-alat panen……….. 58

17.Daftar premi pemanen………...………... 59

18.Evaluasi lima tepat metode pengendalian gulma……….. 74

19.Kalibrasi alat penyemprotan Tambusai Estate afdeling VIII………… 76

20.Kalibrasi waktu penyemprotan pada piringan………... 80

21.Lokasi penyebaran gulma di Tambusai Estate……… ……... 82

22.Indeks tingkat mengganggu dan infestasi gulma di perkebunan kelapa sawit………... 84

(14)

23.Hasil evaluasi indeks kriteria infestasi gulma di Tambusai Estate... 86 24.Hasil analisis pengelompokkan berdasarkan tingkat kemiripan

sebelas variabel berupa kriteria gulma yang menginfentasi

perkebunan………... 87 25. Perbedaan agroekologi berupa sub grup tanah ……… 91 26. Penyebaran gulma berdasarkan karakteristik gulma dan perbedaan

agroekologi………. 92 27.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma pada

blok N20 afdeling VIII Tambusai Estate……….. 95 28.Nilai kerapatan, bobot kering, NJD, dan frekuensi gulma

pada blok X5 afdeling XII Tahun Tanam 2006……… 96 29.Gulma yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……… 98 30.Pengamatan pengendalian Asystasia intrusa dan

Centotheca lappacea pada blok N20………...………... 106

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

1. Peta pengambilan gulma di Tambusai Estate……….…………. 9

2. Struktur organisasi di Tambusai Estate ………..………… 19

3. Struktur organisasi tingkat afdeling VIII di Tambusai Estate…………. 20

4. Babat gawangan di Tambusai Estate………... 26

5. Kegiatan dongkelan anakan kelapa sawit di Tambusai Estate: a). Kegiatan DAK (tukulan), b). Tempat anak kayu diletakan setelah didongkel (anjang-anjang………… ………... 27

6. Bahan dan kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi: a). Bahan herbisida (amiron + metil metsulfuron) yang digunakan di Tambusai Estate , b). Kegiatan penyemprotan di pinggir collection road di Tambusai Estate………... 28

7. Cara kerja penyemprotan dalam blok di Tambusai Estate………... 31

8. Tim pengendalian gulma secara kimia yang dilengkapi dengan APD: a). Penggunaan APD (alat pelindung diri) bagi karyawan, b). Sarung tangan dan sepatu merupakan alat yang wajib digunakan di Tambusai Estate…... 32

9. Gulma bermanfaat pada tanaman kelapa sawit dan hama UPDKS: a). Antigonon leftopus, b). Casia tora, c). Turnera subulata, d). Erechtites valerianifolia, e). Euphorbia heterophylla, f). Ageratum conyzoides, g).Urena lobata, dan hama UPDKS: h). Setothesa asigna, dan Setora nitens……….. 34

10 Jenis pupuk yang diaplikasikan di Tambusai Estate: a).Pupuk anorganik (rock phospate) dan b). Pupuk organik (janjang press)……… 35

11.Organisasi pemupukan di Tambusai Estate: a). Organisasi penguntilan, c). Organisasi pengeceran, dan d). Organisasi penaburan………... 36

12.Organisasi penguntilan di Tambusai Estate: a). Pembokaran muatan di gudang pupuk, b). Peralatan di gunakan saat penguntilan, c). Penimbangan pupuk per untilan sesuai dengan takaran, dan d). Untilan pupuk……… 37

13. Pola distribusi pupuk menurut Hidayat (2012)………... 39

(16)

14. Kondisi tanaman kekurangan Fe: a). Tingkat defisiensi Fe rendah,

b). Tingkat defisiensi sedang, dan c).Tingkat defisiensi berat………….. 43

15. Kegiatan pengimpusan kelapa sawit: a). Alat mencampurkan pupuk, b). Chelat yang ditaburkan di piringan, c). Kegiatan mencari akar aktif dengan menggunakan dodos, d). Akar aktif, e). Pengisian FeSO4 ke dalam plastik pembungkus akar, dan f). Penimbunan dengan seresah.. 44

16.Tim panen yang sedang melakukan persiapan di Tambusai Estate: a). Check roll dipimpin oleh asisten dan b). Pembagian hanca panen oleh mandor panen……… 51

17.Cara pemanenan yang benar menggunakan APD dengan baik: a). Pemotongan TBS dengan menggunakan egrek, b). Pelangsiran dan penimbunan TBS di TPH, dan c). Pemanenan menggunakan APD……... 55

18.Sistem transportasi TBS di Tambusai Estate: a). Dump truck, b). Pengangkutan TBS dari TPH dengan menggunakan “tojok”, c). Looder, dan d). Rakit (alternatif transportasi TBS dalam hancak di daerah banjir dan rendahan)……….. 61

19.Kehilangan penen TBS (losses) yang ditemukan di Tambusai Estate: a). Losses TBS di gawangan mati dan b). Losses TBS di parit collection road……….. 62

20.Proses pemasukan TBS ke pabrik PKS: a). Timbangan otomatis di PKS, b). Dump truck yang berisi TBS ditimbang……….. 63

21.TBS di dalam lori dimasukan ke dalam ketel.……… 65

22.Ketel tempat merebus TBS……….……… 65

23.TBS yang telah matang dikeluarkan………... 65

24.Alat yang digunakan pada proses perebusan: a). CVM (alat control sterilisasi) dan b). Pencatat waktu perebusan…..………….. 66

25.Mesin pencacahan dan pemipilan (thresher)……….. 67

26. Mesin pengaduk (digester)……….……… 68

27.Alat pengempaan TBS (screw press)………. 69

28.Crude oil tank dan Vibrating screen………...……… 70

29.Nut silo (tempat penampungan biji sementara)………....………. 70

30.Clay bath dan kalsium pemisah cangkang dan kernel....………... 71

(17)

31.Alat proses pengolahan kernel (inti): a). Alat pengering inti (kernel silo)

dan b). Polishing drum………...………. 72

32.Dendogram pengelompokkan tingkatan kerusakan gulma di Tambusai Estate……….…………...……….. 88

33.Gulma daun lebar yang dominan di Tambusai Estate ……….. 99

34. Gulma paku-pakuan yang dominan di Tambusai Estate………. 100

35.Gulma rumput yang tumbuh dominan di Tambusai Estate……….. 100

36.Pola penyebaran dominansi gulma di Tambusai Estate menurut tahun tanam………...……… 102

37.Kematian gulma Chentotecha lappacea (L.) Desv. setelah aplikasi (penyemprotan) herbisida: a). Kematian gulma setelah 1 hari aplikasi, b). Kematian gulma setelah 1 minggu aplikasi, c). Setelah 2 minggu aplikasi, d. Setelah 3 minggu aplikasi, e). Setelah 4 minggu aplikasi, dan f). Setelah 5 minggu aplikasi………..………. 107

38.Pengendalian Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. setelah aplikasi (penyemprotan) herbisida dan suksesi Cleome rutidosperma D.C: a). Kematian gulma setelah 1 hari aplikasi, b). Kematian gulma setelah 1 minggu aplikasi, c). Setelah 2 minggu aplikasi, d). Setelah 3 minggu aplikasi, e). Setelah 4 minggu aplikasi, f). Setelah 5 minggu aplikasi, dan g). Bersamaan dengan kematian gulma Asystasia intrusa muncul gulma baru Cleome rutidospermae setelah 5 minggu aplikasi.……. ……….. 108

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Hal 1. Peta perkebunan Tambusai Estate………... 114 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas (KHL).. 115 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Mandor/ Mandor

besar………. 116 4. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten/ Kepala

Afdeling……… 118 5. Curah hujan rata-rata di Tambusai Estate……… 120 6. Peta kesesuaian jenis lahan di Tambusai Estate………... 121 7. Summed dominance ratio (SDR) gulma dominan di perkebunan

kelapa sawit di Tambusai Estate……….. 122 8. Data iklim Kabupaten Rokan Hulu, Riau 2005-2010………... 125 9. Efisiensi upah tenaga kerja dan PK SPKL di Afdeling VIII Tambusai

Estate………. 128 10.Areal konsesi dan jumlah pohon Tambusai Estate tahun 2012………… 129 11.Rekapitulasi produksi, produktivitas TBS, CPO, dan kernel oil……….. 129 12.Potensi tandan buah segar PPKS, Marihat………... 130

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Permintaan ekspor dari berbagai negara meningkat tajam seiring dengan perkembangan konsumsi minyak kelapa sawit (CPO) dunia. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir sebesar 10%, dengan negara pengkonsumsi CPO terbanyak yaitu China dan Uni Eropa (Hero, 2011). Peluang industri pengolah kelapa sawit (PKS) masih sangat besar untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri terutama dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia dapat menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan bioenergi.

Masa depan agrobisnis kelapa sawit menunjukkan perannya yang penting bagi ekonomi Indonesia. Perkembangan luas dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir telah meningkat dari 4.2 juta ha pada tahun 2000 menjadi 7.8 juta ha pada tahun 2010 atau meningkat rata-rata sebesar 6% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012). Produksi juga meningkat dari 7 juta ton pada tahun 2000 menjadi 19 juta ton pada tahun 2010 atau meningkat rata-rata sebesar 9% setiap tahunnya (Ditjenbun, 2012) dengan luasan 7.8 juta ha.

Hal ini menjadikan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Namun demikian, produktivitas minyak kelapa sawit di perkebunan di Indonesia masih tergolong rendah. Produktivitas per ha tahun 2010 mencapai 2.5 ton CPO/ha, meningkat produktivitasnya menjadi 2.97 ton CPO/ha/tahun pada tahun 2011, dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki produktivitas 4.7 CPO ton/ha/tahun (Hero, 2011). Rendahnya produktivitas kelapa sawit di Indonesia dapat disebabkan oleh teknis agronomis yang tidak dijalankan sesuai dengan rekomendasi, khususnya dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit (Barchia, 2006). Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit salah satunya adalah pengendalian gulma. Pengolahan lahan terlalu intensif akan memacu perkecambahan biji gulma, terutama biji yang terdapat di dalam tanah (Sastroutomo, 1990). Masalah gulma pada perkebunan kelapa sawit perlu dikendalikan. Menurut Pahan (2010)

(20)

kehadiran gulma dapat menurunkan produksi kelapa sawit karena adanya persaingan dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu dan produksi, menjadi inang bagi hama, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya, menurut Hakim (2007) kelapa sawit akan mempunyai masalah gulma yang serius jika jarak tanam lebar, karena cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi gulma.

Pengendalian gulma ini merupakan tahapan penting dalam pemeliharaan kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas hasil tanaman kelapa sawit dan juga mempelancar tata guna air ataupun drainase pada lahan gambut maupun mineral. Pahan (2010) menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia, dan gulma berkayu dapat dikendalikan dengan dongkel anak kayu.

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan melatih keterampilan mengenai teknik budidaya kelapa sawit, menambah pengalaman kerja dan mendalami proses kerja secara nyata di perkebunan. Penulis secara lebih khusus dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis tentang pemeliharaan kelapa sawit terutama di dalam pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit. Selain itu, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengendalian gulma, melihat dinamika populasi, dan infestasi gulma di perkebunan yang dipengaruhi oleh faktor agroekologi yang berbeda.

(21)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada kegiatan magang ini adalah:

1. Perbedaan agroekologi akan mempengaruhi dinamika populasi dan infestasi gulma pada tanaman kelapa sawit.

2. Terdapat perbedaan dominansi gulma yang menginfestasi tanaman kelapa sawit pada agroekologi yang berbeda.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2010) termasuk divisi Embryophyta siphonagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili Arecaceae, subfamili Cocoideae, dan genus Elaeis. Kelapa sawit memiliki spesies Elaeis guineensis Jacq., Elaeis oleifera (H. B. K.) Cortes., dan Elaeis odora.

Tanaman kelapa sawit pada umumnya berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili Cocoideae merupakan tanaman asli Amerika Selatan seperti spesies Elaeis oleifera dan Elaeis odora. Menurut Pahan (2010) Elaeis guineensis berasal dari Afrika.

Kelapa sawit berkembang biak dengan biji. Biji sawit yang telah matang embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar tersebut mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah atau vertikal dengan diameter 6 - 10 mm dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping atau horizontal dengan diameter 2 - 4 mm (Sastrosayono, 2006).

Umur produktif kelapa sawit rata - rata adalah 20 - 25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia 4 - 6 tahun. Pada usia 7 - 10 tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode) dimana pada periode ini menghasilkan buah tandan segar (fresh fruit bunch) yang optimum. Tanaman kelapa sawit pada usia 11 - 20 tahun mulai mengalami penurunan produksi dan tanaman mulai diremajakan setelah 25 - 30 tahun (Pahan, 2010).

Buah muda berwarna hijau pucat, semakin tua berubah menjadi hijau hitam hingga kuning. Buah sawit yang masih mentah masih berwarna hitam (nigrescens), dan buah matang berwarna merah kuning (orange). Buah terlalu matang akan rontok (brondol), sebagai tanda bahwa tandan kelapa sawit sudah

(23)

siap panen. Biasanya tandan buah dipanen berdasarkan jumlah jatuhnya brondolan, yakni minimal 1 - 2 buah per TBS (Sunarko, 2009).

Syarat Tumbuh

Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2,000 mm dan merata sepanjang tahun. Kekeringan selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat (anak daun tidak dapat memecah). Kondisi tersebut juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau brondol. Hujan yang terlalu banyak tidak menghambat produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, asal tersedia air pada musim hujan dan drainase baik.

Akar akan busuk, jika tanaman tergenang untuk waktu lama (Sastrosayono, 2006).

Tanaman kelapa sawit termasuk heliofil atau menyukai cahaya matahari.

Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit misalnya, akan terhambat pertumbuhannya.

Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia (Sembodo, 2010). Kehadiran gulma menjadi pesaing tanaman kelapa sawit yang kuat atau kompetitif dalam memperolah air, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Kerugian akibat gulma dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.

Kerugian langsung misalnya menjadi kontaminan produk pertanian, melukai petani, menaikkan biaya produksi, menyita waktu petani atau merusak alat-alat pertanian. Kerugian tidak langsung misalnya menurunkan hasil pertanian (Sembodo, 2010), sebagai inang dari penyakit atau parasit tanaman, mengurangi mutu hasil, menghambat kelancaran aktivitas pertanian (Sastroutomo, 1990), dapat mengeluarkan senyawa alelopati, dan mengganggu tata guna air, sehingga akan meningkatkan biaya usaha tani (Pahan, 2010).

(24)

Menurut Rambe et al. (2010) gulma Mikania micrantha (H. B. K) RM.

King. dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) sebesar 20%. Pada tahun 2010, di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh Mikania micrantha (H. B. K) RM. King. sebesar Rp 38 juta dengan luas serangan 757.5 Ha, Imperata cylindrica (L.) Beauv. sebesar Rp 60 juta dengan luas serangan 1,086 Ha, dan Paspalum conjugatum P.J. Berg. sebesar Rp 43 juta dengan luas serangan 1,150 Ha.

Metode pengendalian gulma yang dilakukan pada awal penyemaian adalah kultur teknis. Implementasi kultur teknis dilakukan dengan menanam kacang - kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma pada saat awal tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Pengendalian gulma yang lain adalah secara biologis, manual, dan kimiawi. Pengendalian biologis dilakukan dengan musuh alami gulma. Tumbuhan liar berperan sebagai inang dari predator atau parasitoid terhadap ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Pengendalian kimia dilakukan khususnya area piringan, jalan pikul, dan tempat pemungutan hasil (TPH) berdasarkan kriteria penutupan gulma. Herbisida yang digunakan yaitu paraquat (Wibawanti, 2011).

(25)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama tiga bulan dari 13 Februari hingga 13 Mei 2012 bertempat di Tambusai Estate, Kec. Tambusai Utara, Kab.

Rokan Hulu, Riau. Tambusai Estate merupakan salah satu anak perkebunan dari group First Resources. Perkebunan ini milik swasta asing asal Singapura. First Resources didirikan tahun 1992 dengan 9 perkebunan di Indonesia, dan terdaftar di bursa efek Singapura pada tahun 2007. First Resources merupakan salah satu perusahaan produsen kelapa sawit yang memiliki perkembangan tercepat di Asia Pasifik. Kegiatan utama yang dilakukan di perkebunan Tambusai Estate yaitu kegiatan agronomis meliputi pemeliharaan (pengendalian gulma, dan hama penyakit), pemupukan, pemanenan, dan pemeliharaan jalan. Peta perkebunan Tambusai Estate dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Pelaksanaan

Selama magang, penulis turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan teknis lapangan dibimbing asisten divisi, serta wawancara dan diskusi terkait pengelolaan kebun. Data pendukung berupa laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun diperoleh dengan meminta izin manajer kebun. Penulis melaksanakan aspek teknis dan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan.

Kegiatan yang dilakuan di lapang adalah menjadi kerja harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Jurnal kegiatan selama magang dapat dilihat di Lampiran 2, 3, dan 4.

Kegiatan penulis pada satu bulan pertama adalah sebagai kerja harian lepas (KHL). Penulis melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan aktivitas kebun yaitu, pemupukan, pengendalian gulma, kastrasi, penunasan, pengimpusan, pengendalian hama penyakit, aplikasi limbah pabrik, perawatan jalan dan jembatan, sensus pohon dan pemanenan. Kegiatan yang dilakukan penulis selain kegiatan lapang KHL adalah survei lapang untuk aspek khusus terkait dengan status gulma. Perbedaan gulma pada tingkat kanopi berbeda pada tanaman sawit

(26)

digunakan untuk membandingkan dominansi gulma yang ada di tanaman sawit pada tahun tanam yang berbeda (umur tanaman) ataupun menganalisis faktor yang mempengaruhi serangan gulma pada agroekologi yang berbeda. Selain itu, penulis meneliti efektivitas pengendalian gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan Centotheca lappacea (L.) Desv., serta efisiensi upah perawatan KHL.

Bulan kedua, penulis melaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor dalam melaksanakan aspek manajerial. Pada saat menjadi pendamping mandor, penulis turut bertugas memberikan pengarahan kerja kepada karyawan, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan, melakukan check roll dan mengisi buku kerja mandor (BKM). Selain melakukan kerja mandor penulis juga membuat laporan. Pada saat menjadi mandor, penulis juga melakukan grading buah di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), pengecekan APD (Alat Pelindung Diri), kalibrasi alat penyemprotan, dan juga pemetaan tapal batas. Pada bulan ketiga, penulis melakukan kegiatan sebagai pendamping asisten, dengan tugas melakukan kontrol lapangan, mempelajari aspek manajerial dan administrasi tingkat divisi dan kebun, serta mengisi buku harian asisten. Penulis melakukan pengamatan ke pabrik dan mempelajari cara memperoleh rendemen maupun ALB (Asam Lemak Bebas) di laboratorium.

Selain kegiatan utama, penulis juga melakukan kegiatan untuk melengkapi kelengkapan data magang seperti, analisis vegetasi, pengendalian Asystasia intrusa dan menghitung efektivitas penyemprotan. Kegiatan khusus magang adalah melakukan studi pengelolaan gulma, menganalisis vegetasi gulma, menganalisis faktor yang mempengaruhi serangan gulma, menganalisis efisiensi upah pemeliharaan gulma serta melakukan pengamatan pada gulma Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan Centotheca lappacea (L.) Desv. Kegiatan studi pengelolaan gulma dilakukan dengan melakukan kerja di lapangan, wawancara dan menganalisis RKT (Rencana Kerja Tahunan) serta laporan kerja harian.

Sampel gulma diambil secara acak dari 15 afdeling. Setiap afdeling diambil 3 blok, dan pada masing-masing blok diambil 6 petak contoh. Pengambilan petak contoh ini berdasarkan tahun tanam kelapa sawit. Pengamatan Asystasia intrusa (Forssk.) Blume. dan Centotheca lappacea (L.) Desv. dilakukan dengan

(27)

mengamati tingkat kematian dan pertumbuhan kembali gulma-gulma tersebut setelah penyemprotan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh penulis secara langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder). Data secara langsung diperoleh melalui pengamatan pada saat bekerja di lapangan melalui prinsip 5 tepat pengendalian gulma (dosis, waktu, jenis, cara, dan konsentrasi). Pengamatan tersebut mengamati 5 penyemprot dan juga kalibrasi alat semprot. Selanjutnya, penilaian efektivitas pengendalian dilakukan dengan cara pengambilan sampel gulma.

Sampel gulma diambil secara sampling bertingkat pada blok berdasarkan tahun tanam. Pengambilan sampel gulma menggunakan kuadran 1 m x 1 m yang diambil pada gawangan mati. Jumlah sampel yang diambil 264 buah sampel. Data sebaran pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Tabel 1. Peta blok pengambilan sampel gulma ditampilkan pada Gambar 1.

Warna

Tahun

Tanam 2002 2003 1999 2004 1997 1998 1995 2006 2005 1996 1991 1990

Gambar 1. Peta posisi pengambilan gulma di Tambusai Estate

(28)

Tabel 1. Sebaran pengambilan sampel gulma di Tambusai Estate Tahun

Tanam

Blok Luas Lahan (ha)

10% Luas lahan (ha)

Jumlah Sampel

Jumlah Sampel Blok

1990 F 24.90 2.49 6 1

1991 E 23.48 2.35 6 1

1995 E 23.19 2.32 6 1

F 23.47 2.35 6 1

G 25.02 2.50 6 1

1996 B 35.94 3.59 6 1

C 63.65 6.37 12 2

F 60.61 6.06 12 2

1997

B 39.22 3.92 12 2

C 29.14 2.91 6 1

E 27.66 2.77 6 1

G 92.49 9.25 18 3

I 30.18 3.02 6 1

K 61.46 6.15 12 2

L 27.20 2.72 6 1

M 25.73 2.57 6 1

N 34.26 3.43 6 1

U 30.48 3.05 6 1

1998

R 28.17 2.82 6 1

S 39.89 3.99 6 1

T 30.70 3.07 6 1

U 29.14 2.91 6 1

1999 P 53.75 5.38 12 2

V 27.75 2.78 6 1

2002

G 16.75 1.68 6 1

O 52.49 5.25 12 2

Q 28.03 2.80 6 1

2003 N 27.62 2.76 6 1

T 29.66 2.97 6 1

2004

M 27.19 2.72 6 1

R 37.87 3.79 6 1

S 29.70 2.97 6 1

2005 O 32.39 3.24 6 1

V 29.85 2.99 6 1

2006 K 27.21 2.72 6 1

X 24.09 2.41 6 1

Analisis Data

Analisis dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kematian dan tumbuh kembalinya (regrowth) gulma Asystasia intrusa dan Centotheca

(29)

lappacea. Analisis kuantitatif yang dilakukan disajikan dengan statistika sederhana yaitu rataan dan persentase.

Data gulma diolah untuk memperoleh NJD (Nisbah Jumlah Dominan) atau summed dominance ratio (SDR). Nilai SDR menunjukan dominansi suatu gulma yang ada. Jika nilai SDR gulma tinggi maka dominansi gulma di areal tersebut tinggi, begitupula sebaliknya makin rendah SDR dominansi gulma semakin rendah. Data juga diolah dengan metode skoring dan diuji dengan multivariate cluster analysis untuk mengetahui pengelompokan gulma.

Adapun rumus perhitungan SDR menurut Moenandir (1993) adalah:

• Kerapatan mutlak (KM)

KM : Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh.

• Kerapatan nisbi (KN)

KN : KM spesies tertentu x 100%

Jumlah KM semua spesies

• Bahan kering mutlak (BKM)

BKM : Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh, diperoleh dengan cara dioven

• Berat kering nisbi (BKN)

BKN : Berat Spesies tertentu x 100%

Total BKM semua spesies

• Frekuensi mutlak (FM)

FM : Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu

• Frekuensi nisbi (FN)

FN : FM spesies tertentu x 100%

Total FM semua spesies

• Nilai penting (NP)

NP : KN + BKN + FN

• Nisbah jumlah dominansi (NJD) NJD : KN + BKN + FN

(30)

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Tambusai Estate terletak di antara 1000 37’ - 1000 24’ Bujur Timur dan 10 04- 10 14’ Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Sebelah utara Tambusai Estate berbatasan dengan sungai Air Hitam Simpang Kanan dan sungai Merah, sebelah selatan berbatasan Desa Kepenuhan Barat, areal SAH Estate, dan Desa Kepenuhan Tengah. Sebelah barat Tambusai Estate berbatasan Desa Tambusai Timur, areal PT. Torganda, dan Desa Tambusai Timur, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kepenuhan Timur dan Sungai Air Hitam Simpang Kiri. Peta kebun disajikan pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah

Curah hujan rata - rata di Tambusai Estate dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2001 - 2011) adalah 1,918 mm dengan jumlah hari hujan rata - rata 117 hari. Data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan April (rata - rata 302 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei dengan rata - rata curah hujan sebesar 100 mm.

Menurut kelas iklim Schmidth - Ferguson, keadaan iklim di Tambusai Estate termasuk dalam tipe iklim A, yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Tanah di Tambusai Estate tergolong ke dalam ordo entisol. Tanah tersebut merupakan endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi empat subgrup yaitu: 1).

Typic haplosaprist, 2). Typic endoaquent, 3). Humic dystrudepts, dan 4). Typic dystrudepts. Sub grup typic haplosaprist memiliki regim kelembaban udic (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif pada kedalaman 10 – 90 cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman > 120 cm terdapat muka air tanah, drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa sangat rendah. Jenis sub grup typic haplosaprist mencakup areal seluas 3% dari total 11 914.40 Ha luas lahan.

(31)

Ciri-ciri typic endoaqouent memiliki regim kelembaban udic (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun pada kedalaman 10 – 40 cm dari permukaan tanah) dan pada kedalaman > 30 cm terdapat muka air tanah dangkal, drainase terhambat, masam, kapasitas tukar kation sangat rendah, kejenuhan basa sangat rendah. Typic endoaquent mencakup areal seluas 125 Ha atau 1% total luas lahan yang ada di Tambusai Estate.

Subgrup humic dystrudept memiliki ciri-ciri rejim kelembaban udic (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah ini mempunyai epipedon umbrik. Horizon umbrik secara kasat mata berwarna hitam, dan mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50%. Jenis sub grup humic dystrudept memiliki cakupan seluas 5,719 Ha atau 48% dari total luas lahan yang ada di Tambusai Estate. Subgrup typic dystrudepts memiliki ciri rejim kelembaban udic (tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif setiap tahun). Tanah memiliki kejenuhan basa yang rendah yakni kurang dari 50%. Jenis sub grup typic dystrudepts memiliki cakupan seluas 5,596 Ha atau 46% total luas lahan yang ada di Tambusai Estate.

Areal Tambusai Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi yaitu kemiringan 1 - 3% seluas 11,803 Ha. Derajat kemasaman tanah (pH) 4.65 - 5.30, dengan ketinggian tempat 12 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 28°C – 31oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit, Tambusai Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Peta kesesuaian jenis lahan dapat dilihat pada Lampiran 6.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Luas hak guna usaha (HGU) Tambusai Estate adalah sebesar 11,914.40 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman adalah 11,028.66 ha untuk tanaman menghasilkan (TM) tidak termasuk wilayah KKPA. Selanjutnya, 827.21 ha digunakan jalan (Main and collection road), untuk bangunan atau emplasement 26.60 ha, dan areal pabrik seluas 31.93 ha. Luas areal Tambusai Estate dapat dilihat pada Tabel 2.

 

(32)

Tabel 2. Luas areal kebun di Tambusai Estate

Nama Luas areal (ha)

KEBUN INTI

Afdeling 1 719.22

Afdeling 2 700.95

Afdeling 3 740.83

Afdeling 4 722.16

Afdeling 5 779.78

Afdeling 6 795.87

Afdeling 7 729.91

Afdeling 8 798.27

Afdeling 9 824.17

Afdeling 10 684.12

Afdeling 11 759.06

Afdeling 12 750.23

Afdeling 13 713.16

Afdeling 14 560.66

Afdeling 15 750.27

Sub total 11,028.66

PLASMA

KKPA Bunga Tanjung 1 801.00

KKPA Bunga Tanjung 2 801.66

KKPA Pekan Tebih 700.00

Total 13,331.32

Sumber: Kantor Pusat Kebun, Tambusai Estate (April, 2012)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Tambusai Estate adalah varietas tenera (dura x pisifera), yang terdiri dari tenera Papua New Guinea (PNG), tenera Socfindo dan tenera Marihat (PPKS). Jarak tanam yang digunakan adalah jarak tanam segitiga sama sisi 9.3 x 9.3 x 9.3 m dengan jarak dalam barisan 9.35 m dan jarak antar barisan 8.097 m serta populasi 132 tanaman/ha. Namun, berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan, populasi tanaman per hektar bisa lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penyisipan tanaman, penebangan pohon pisifera yang merupakan pohon kelapa sawit jantan untuk perangsang pertumbuhan pohon tenera dan pohon mati, jarak tanam yang tidak teratur, dan tumbang. Populasi

(33)

tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Tambusai Estate dapat dilihat pada Tabel 3. Menurut RKAP areal statement tahun 2012, tanaman kelapa sawit di Tambusai Estate ditanam pada beberapa tahun tanam, yaitu dari tahun 1990 hingga tahun 2006. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate tahun 2004 - 2009 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam di Tambusai Estate

Tahun Tanam

Kebun Inti Tahun Tanam

Kebun KKPA Luas (ha) Jumlah

Tanaman

Populasi /ha

Luas (ha) Jumlah Tanaman

Populasi /ha

1990 200.64 22,504 132 2007 773.84 103,056 132 1991 248.71 31,126 132 2008 435.80 57,655 132 1995 446.37 58,477 132 2009 811.72 23,405 132 1996 1,246.12 156,723 132

1997 4,030.23 509,897 132 1998 1,540.42 198,440 132 1999 359.40 48,186 132 2002 476.22 63,173 132 2003 658.68 86,222 132 2004 492.88 64,484 132 2005 1,003.51 130,449 132 2006 326.46 38,245 132

Sub total 11,029.64 1,407,926 2,021.36 184,116 Sumber: Kantor pusat kebun, Tambusai Estate (April, 2012)

Tabel 4. Produksi dan produktivitas Tambusai Estate

Tahun Produksi TBS (ton) Produktivitas TBS Berat Janjang

(ton/ha) Rata-rata (kg)

2007 226,511.20 20.45 12.93

2008 257,617.58 23.26 12.22

2009 272,981.51 24.69 13.14

2010 282,810.64 25.78 14.82

2011 305,942.04 27.88 17.35

Sumber: Kantor pusat kebun, Tambusai Estate (April, 2012)

(34)

Pada tahun 2004 telah dibangun pabrik kelapa sawit di Tambusai Estate, dan mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2005 dengan kapasitas terpasang 45 ton TBS/jam. Pembangunan pabrik tahap pertama dilakukan oleh kontraktor PT. Eka Cipta Bina Karya. Pertambahan produksi TBS yang berasal dari afdeling dan KKPA (17 afdeling) membuat produksi TBS menjadi 1,100 ton TBS/hari.

Untuk mengantisipasi lonjakan produksi, kapasitas pabrik dinaikkan menjadi 90 ton/jam, pembangunan tahap II dilakukan kontraktor PT. Wijaya Karya pada tahun 2008. Pada saat ini, Tambusai Estate dapat menghasilkan ± 7 ton CPO /ha/tahun atau dapat menghasilkan 31 ton TBS/ha/tahun. Tambusai Estate sedang menjalankan program sertifikasi SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) / OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series), ICC (International Carbon Certification) dan telah mendapatkan sertifikasi (International Organization for Standardization) ISO: 14001: 2008 untuk manajemen lingkungan dan ISO: 9001: 2005 untuk sertifikasi manajemen mutu produksi.

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

Tambusai Estate dipimpin oleh seorang general manager yang bertugas memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung jawabnya dalam mempersiapkan rencana kerja anggaran kebun, dan menyusun rencana kerja operasional pabrik. General manager memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan operasional kebun dan pabrik dalam rangka melaksanakan rencana kerja, juga menandatangani surat, dokumen, dan perjanjian kerja. Seorang general manager dalam melaksanakan kinerjanya dibantu oleh deputy general manager, field manager, field assistant, dan kepala seksi (kasi) administrasi.

Deputy general manager atau wakil general manager bertugas membantu tugas-tugas general manager dalam melaksanakan kegiatan operasional dalam mencapai target produksi TBS dan CPO sesuai yang ditetapkan oleh manajemen.

Kepala tata usaha (KTU) bertanggungjawab merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan administrasi kebun agar berjalan dengan baik serta “ up to date”. Status karyawan di Tambusai Estate terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf. Karyawan staf meliputi general manager, deputy

(35)

general manager, mill manager, KTU, kasi administrasi, field manager, dan field assistant, sedangkan karyawan non staf meliputi karyawan kantor pusat kebun, karyawan traksi, karyawan afdeling, karyawan harian tetap, dan pegawai bulanan tetap (Tabel 5).

Field manager disebut asisten kepala (askep) bertugas memimpin kegiatan operasional bidang tanaman dan non tanaman di rayon (tempat kegiatan field manager dan memiliki tanggung jawab atas 3 - 4 afdeling). Tugas lainnya yaitu mengendalikan biaya yang berpedoman kepada anggaran yang telah ditetapkan oleh manajemen. Selain itu, askep juga menjadi penanggungjawab kebun sementara apabila deputy general manager dinas luar.

Field assistant (asisten lapang) bertugas untuk menyusun rencana anggaran kerja afdeling (harian, bulanan, dan tahunan). Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang field assistant dibantu oleh para mandor dan kerani afdeling. Mandor panen, mandor perawatan, bertugas dalam pengawasan kegiatan pemeliharaan dan perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan perusahaan, sedangkan kerani afdeling bertugas membantu field assistant dalam penyusunan dan pelaporan setiap hasil pekerjaan di lapangan serta administrasi afdeling. Struktur organisasi Tambusai Estate dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3, serta komposisi karyawan pada Tabel 5.

(36)

Tabel 5. Jumlah karyawan staf dan non-staf di Tambusai Estate tahun 2012

No. Jabatan Jumlah

1. Staf

* General manager 1

* Deputy general manager 2

* Mill manager 1

* Kepala administrasi 1

* Kepala tata usaha 1

* Kepala personalia 1

* Kepala timbangan 1

* Asisten sortasi 1

* Asisten proses 2

* Asisten kepala PKS 1

* Asisten laboratorium 1

* Asisten kepala 6

* Asisten maintenance 1

* Asisten tehnik sipil 1

* Asisten kebun 18

* Assisten aplikasi tankos/LA 1

2. PBT (Pekerja Bulanan Tetap) 112

3. KHT (Karyawan Harian Tetap) 718

4. KHL (Karyawan Harian Lepas) 80

Jumlah 951

Sumber: Bagian personalia (HRD) Tambusai Estate, (April, 2012)

(37)

Gambar 2. Struktur organisasi di Tambusai Estate

(38)

Gambar 3. Struktur organisasi tingkat afdeling VIII di Tambusai Estate

Referensi

Dokumen terkait

Cara Tiongkok dalam Maen Pukul Sabeni menggunakan 2 batang jari (telunjuk dan jari tengah); penggunaan simbol-simbol yang erat kaitannya dengan simbol budaya Tiongkok

[r]

Berkaca pada kasus eksekusi mati gelombang I dan II yang telah dilakukan Januari dan April 2015 lalu, tidak ada mekanisme koreksi dan ruang evaluasi yang dilakukan oleh Kejaksaan

(c) Median untuk data genap adalah rata-rata dari dua data yang terletak di tengah... Sedangkan rata-rata gaji bagian marketing adalah 3 juta dengan jumlah personel

Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Question Student Have Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Dasar Teknik Digital di Kelas X Jurusan Teknik Elektronika

Nilai tingkat bahaya erosi (TBE) yang diperoleh menggunakan metode USLE berdasarkan curah hujan selama 4 bulan masa penelitian pada pada lahan control adalah 0.21,

Penanggulangan yang dapat dilakukan di kawasan kampus II UIN SGD Bandung dapat menggunakan teknik konservasi tanah dengan tiga prinsip utama yaitu perlindungan

Tinggi tanaman dan jumlah malai lebih tinggi dan berbeda nyata pada perlakuan yang diberi pupuk kandang, hal ini diduga ketersediaan hara bagi tanaman dipengaruhi oleh