• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSELING KOGNITIF PERILAKU (KKP) DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN INTERNET :Studi Eksperimen Quasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSELING KOGNITIF PERILAKU (KKP) DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN INTERNET :Studi Eksperimen Quasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSELING KOGNITIF PERILAKU (KKP)

DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN

INTERNET PADA REMAJA

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

HARDIYANSYAH MASYA 1102629

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG

2013

KONSELING KOGNITIF PERILAKU (KKP)

DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN INTERNET PADA REMAJA

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

Hardiyansyah Masya

M.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd.) Pada program studi bimbingan dan konseling

© Hardiyansyah Masya 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

(3)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(5)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Hardiyansyah Masya. (2013), “Konseling Kognitif Perilaku (KKP) dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet (Studi Eksperimen Quasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)”.

Penelitian bertujuan menemukan rumusan program konseling kognitif-perilaku yang efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet. Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dengan membandingkan dua kelompok (between-group design). Alat pengumpulan data berbentuk angket dengan skala likert dan uji t independent (independent sample t test) sebagai analisis data. Sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu 30 siswa yang berada pada tingkat gangguan kecanduan internet dengan kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling kognitif-perilaku efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. Hasil penelitian dapat direkomendasikan dalam upaya pencegahan meningkatnya gangguan kecanduan internet pada siswa.

(6)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Hardiyansyah Mashallah. (2013), "Cognitive Behavioral Counseling in Dealing with Internet Addiction Disorder (Quasi Experimental Research for High School Students XI Class 6 Bandung State Academic Year 2012/2013)".

The research aims to find a formulation of cognitive-behavioral counseling programs are effective in dealing with internet addiction disorder. Research using quasi-experimental methods to compare the two groups (between-group design). Means of data collection form questionnaire with Likert scale and independent t test (independent sample t test) as the data analysis. The sample was determined by using purposive sampling technique 30 students who are at the level of internet addiction disorder in middle category. The results showed that cognitive-behavioral counseling is effective in dealing with internet addiction disorder class XI student of SMAN 6 Bandung. The results can be recommended in preventing the increase in students' internet addiction disorder.

(7)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

II. KONSEP KONSELING KOGNITIF-PERILAKU DAN GANGGUAN KECANDUAN INTERNET A. Konsep Gangguan Kecanduan Internet ... 13

B. Konsep Konseling Kognitif Perilaku ... 24

C. Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet ... 50

D. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 51

E. Posisi Penelitian ... 52

II. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 54

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55

C. Definisi Operasional ... 55

D. Alur Penelitian ... 57

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 59

F. Pengembangan Program Intervensi ... 68

G. Rancangan Awal Program Intervensi Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet pada Remaja ... 74

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 90

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Penelitian ... 96

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 130

(8)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi ... 143

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BAGAN

(9)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Contoh Rekaman Pikiran ... 43

3.1 Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Sebelum Uji Coba ... 59

3.2 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data Gangguan Kecanduan Internet .... 63

3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 66

3.4 Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Setelah Uji Coba ... 67

3.5 Kuesioner Terbuka Uji Validitas Isi Program Konseling Kognitif-Perilaku ... 70

3.6 Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 71

3.7 Matrik Rancangan Program Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 85

3.8 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 91

3.9 Kriteria Gambaran Umum Variabel ... 92

3.10 Deskripsi Kategori Gangguan Kecanduan Internet Siswa ... 92

4.1 Gambaran Umum Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 97

4.2 Gambaran Aspek Keasyikan terhadap Internet ... 99

4.3 Gambaran Aspek Withdrawal/Penarikan ... 99

4.4 Gambaran Aspek Toleransi ... 100

4.5 Gambaran Aspek Sulit Untuk Mengontrol Penghentian ... 101

(10)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.7 Gambaran Aspek Komunikasi Sosial dan Kepentingan yang Hilang ... 103

4.8 Gambaran Aspek Pengetasan Emosi Negatif ... 104

4.9 Gambaran Gangguan Kecanduan Interent Berdasarkan Aspek ... 105

4.10 Profil Gangguan Kecanduan Internet Tiap Indikator ... 106

4.11 Uji Normalitas Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa ... 117

4.12 Hasil Uji Homogenitas Varias Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa ... 117

4.13 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Secara Keseluruhan ... 118

4.14 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Keasyikan terhadap Internet ... 120

4.15 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Indikator Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Withdrawal/Penarikan ... 121

4.16 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Toleransi ... 123

4.17 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Indikator Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Sulit untuk Mengontrol Penghentian ... 124

4.18 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Mengabaikan Konsekuensi Berbahaya ... 126

(11)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.20 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek

Pengentasan Emosi Negatif ... 129

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

4.1 Penuruan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 119 4.2 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

Internet Aspek Keasyikan terhadap Internet Antara Kelompok

Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 121 4.3 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

Internet Aspek Withdrawal/Penarikan Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 122 4.4 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

Internet Aspek Toleransi Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 124 4.5 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

Internet Aspek Sulit unyuk Mengontrol Penghentian Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 125 4.6 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

Internet Aspek Mengabaikan Konsekuensi Berbahaya Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 127 4.7 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

Internet Aspek Komunikasi Sosial dan Kepentingan yang Hilang Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 128 4.8 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan

(12)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN

A. Surat-Surat Izin Penelitian B. Instrumen Penelitian

(13)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pesat teknologi informasi di akhir abad ke-20 memberi

peluang besar bagi perkembangan komunikasi umat manusia. Ruang sekat negara

hingga batas waktu seakan-akan tidak memiliki tatanan yang cukup bagi

pergerakan mobilisasi antar manusia. Revolusi global ini melahirkan tatanan

sosial dan sistem dinamika kelompok yang secara kasat mata lebih maju atau bisa

jadi lebih mundur dari umat manusia sebelumnya. Tatanan sosial kemasyarakatan

ini berubah hingga melahirkan cyberspace atau ruang maya.

Terdapat dua faktor utama yang mendorong transformasi internet ini, yang

pertama adalah adanya World Wide Web (dikembangkan pada tahun 1989) dan

penciptaan browser Web grafis pertama (di tahun 1994) yang mengubah Internet

menjadi sesuatu yang lebih banyak dipakai untuk beragam kegunaan. Faktor

kedua adalah penghapusan halangan penggunaan internet untuk kegiatan

komersial pada tahun 1995. Internet saat ini telah menjadi alat utama yang

membantu manusia untuk melakukan sebagian besar tugas-tugas dasar dan

mengubah hampir semua yang manusia lakukan. Perubahan ini termasuk cara

berkomunikasi, memperoleh informasi, belajar, mencari pekerjaan, profesi,

(14)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muncul dan diterimanya internet sebagai bagian penting dari kehidupan

manusia bukan berarti tanpa dampak. Sebuah gangguan baru yang terkait dengan

penggunaan internet yang berlebihan telah terjadi dan umumnya disebut sebagai

Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet.

Data yang diterbitkan oleh situs Internet World Stats tahun 2009, 25,60%

dari populasi dunia menggunakan internet. Jika jumlah penduduk dunia berjumlah

hampir 7 milyar berdasarkan IDB (International Data Base Sebuah lembaga

survey di Amerika Serikat), maka jumlah pengguna internet berkisaran 1,8 milyar.

Sebuah angka yang fantastis. Di Indonesia sendiri, penggunaan internet sudah

mulai merambah ke daerah-daerah dan pertumbuhannya setiap tahun semakin

bertambah.

Hasil riset yang dilakukan oleh MarkPlus Inc (Waizly, 2011:1), insitusi

riset yang paling terkemuka di Indonesia, menunjukkan bahwa pertumbuhan

penggunaan internet di Indonesia terus meningkat. Jika di tahun 2010 lalu

rata-rata penggunaan internet di kota urban Indonesia masih 30-35%, di tahun 2011 ini

sudah di kisaran 40-45% dan sekitar 80% dari pengguna internet merupakan kaum

muda. Hasil riset, yang dirilis oleh Majalah Marketeers edisi Oktober 2011 ini,

dilakukan terhadap 2161 pengguna internet di Indonesia. Menurut MarkPlus

Insight, jumlah pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2011 ini sudah

mencapai 55 juta orang, meningkat dari tahun sebelumnya di angka 42 juta. Studi

(15)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lain Jakarta, Bodetabek, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar,

Denpasar, Pekanbaru, Palembang, dan Banjarmasin.

AGB Nielsen Media Research Indonesia (2011:1), salah satu lembaga

penelitian lainnya, berdasarkan hasil riset menemukan bahwa berdasarkan

persentase Indonesia menempati urutan terakhir untuk penetrasi internet di

wilayah Asia Tenggara dan hampir setengah dari pengguna internet di negara

Indonesia terhubung dengan internet melalui ponsel (http//www.

dailysocial.net.13Juli2011). Laporan ini menemukan bahwa hanya 21% penduduk

Indonesia berusia antara 15 dan 49 tahun yang mengakses internet sedangkan di

Singapura 67%, 38% di Malaysia, 33% di Filipina, dan 31% di Thailand. Dari

sekitar 50 jutaan pengguna internet di Indonesia, 48% mengakses internet dari

ponsel dengan 13% lagi menggunakan perangkat genggam lainnya. Dalam hal

persentase, ini melampaui semua negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara di

mana hanya 36% pengguna internet di Thailand dan 35% di Singapura lebih

memilih untuk menggunakan ponsel dalam mengakses internet.

Di Indonesia, pemakaian intenet melalui ponsel lebih besar daripada

komputer dikarenakan karena kurangnya ketersediaan koneksi kabel dan ADSL

bagi pengguna rumah tangga di Indonesia serta meningkatnya jumlah ponsel

murah dengan vitur internet mobile. Meskipun pertumbuhan mobile internet

tergolong cepat, warnet masih menjadi lokasi yang dominan bagi orang Indonesia

(16)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pergi ke warnet untuk mengakses internet sedang di negara Asia Tenggara lain

67% pengguna internet di negara mengakses internet dari rumah.

Penggunaan internet di Indonesia pada kalangan remaja lebih kepada

penggunaan jejaring sosial dan merambah pada permainan yang dapat

menghubungkan remaja remaja yang ada di belahan dunia manapun dalam satu

permainan (game online). Fenomena ini kita dapat lihat dari kutipan

www.facebakers.com pada 10 Mei 2010, Indonesia berada dalam lima besar.

Rangking pengguna internet di dunia secara urut adalah AS (120,7 juta), Inggris

(25,5 juta), Indonesia (23,6 juta), Turki (20,6 juta), dan Perancis (17,9 juta).

Menurut kategori, 40% facebooker Indonesia berumur antara 18-24 tahun, 23,8%

berumur 25-34 tahun, 13,4% berusia 16-17 tahun, 12,1% berusia 13-15 tahun,

7,4% berusia 35-44 tahun dan sisanya berumur 45 tahun ke atas. Sedangkan Data

dari Entertainment Software Association pada tahun 2007, satu games yang

menarik bisa dimainkan oleh lebih dari 11,5 juta orang dan diperkirakan

MMORPGs (Massive Multiplayer Online Role Playing Games) ini dimainkan

oleh lebih dari 48 juta orang di seluruh dunia (Blinka, 2011).

Masa remaja adalah periode kehidupan yang didominasi oleh tugas-tugas

yang menantang, termasuk kenyamanan dengan diri, identitas dan membangun

orientasi masa depan. Pada masa perkembangan remaja, secara umum remaja

memasuki tahap pemikiran operasional formal yaitu karakteristik pemikiran

(17)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pada proses ini remaja

sangat rentan terhadap kecanduan internet karena berkenaan dengan daya tarik

internet itu sendiri serta kegunaannya sebagai sarana untuk media mencari

identitas diri dan meningkatkan popularitas dari akses yang mudah dalam

berbagai macam aplikasi hiburan yang tersedia. Ada kekhawatiran khusus tentang

fakta bahwa jika sampai terjadi pemakaian internet secara berlebihan dan

mengarah kepada gejala kecanduan internet sehingga dapat mengganggu prestasi

belajar, tugas perkembangan psikososial, serta kesejahteraan psikologis, interaksi

dengan rekan, keluarga, dan kinerja akademik (Katia A. Liberatore et

al.,2011:399).

Persepsi tentang internet berguna dan bermanfaat dalam kehidupan menjadi

faktor yang dapat memprediksi kemungkinan seorang remaja bisa menjadi

kecanduan internet. Beberapa penelitian telah menunjukkan permasalahan yang

terjadi pada remaja bukan karena teknologi internet itu sendiri, tetapi lebih kepada

cara internet digunakan, situs yang diakses, dan perasaan yang ditimbulkan saat

pemakaian internet atau penguatan perilaku yang didapat saat online.

Permasalahan yang ditimbulkan dalam penggunaan internet pada remaja

lebih kepada kesulitan dalam penyesuaian sosial. Dimana yang terpenting dan

tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,

(18)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial,

dan nilai-nilai baru dalam seleksi penimpin (Hurlock, 1990:213).

Lebih lanjut, hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 6 Bandung yang

dilakukan selama proses PPL (Program Pengalaman Lapangan) memperlihatkan

indikasi yang tampak pada siswa Kelas XI seperti seringnya membolos sekolah,

tidak konsen terhadap pelajaran, tertidur saat jam pelajaran, dan prestasi belajar

yang terus menurun. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa-siswa

yang terindikasi didapatkan fakta bahwa mereka lebih banyak menghabiskan

waktu dengan bermain internet baik pada jam pelajaran maupun di luar jam

pelajaran. Ketertarikan mereka terhadap internet membuat mereka tidak dapat

menempatkan diri saat di mana harus belajar dan bermain. Keterbatasan guru

bimbingan dan konseling dalam menanggulangi indikasi yang muncul serta

penanganan yang cenderung sama dengan masalah peserta didik yang lainnya

sehingga membuat sekolah dengan berat hati mengeluarkan siswa yang terindikasi

dikarenakan tidak adanya perubahan perilaku.

Dampak negatif gangguan kecanduan internet tidak hanya dirasakan oleh

siswa itu sendiri tetapi orang tua, guru dan masyarakat. Siswa yang mengalami

kecanduan internet akan mengalami ambivalensi, baik sadar atau tidak sadar

bahwa mereka mempunyai masalah. Ambivalensi ini berupa ketakutan jika

(19)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berhubungan dengan teman di dunia maya, hal yang akan mereka lakukan dalam

menghadapi tekanan atau masalah jika tidak ada internet.

Kecenderungan pikiran-pikiran yang merusak diri, seperti merasa selalu

gelisa, cemas, takut dan lebih banyak memikirkan kegagalan sehingga

menafsirkan segala sesuatu secara negatif. Akhirnya remaja menyalahkan diri

sendiri seperti tidak mampu menyelesaikan masalah dan beranggapan bahwa

dirinya paling bodoh di antara teman-temannya. Remaja yang berpikiran negatif

menganggap suatu kenyataan akibatnya akan mengalami gangguan emosi.

Dalam gangguan emosi pikiran negatif seperti ini, peran dan tugas konselor

sekolah dalam perspektif pendidikan dapat membantu mereka untuk memahami

proses yang mengarah pada gejala kecemasan dengan memfokuskan pada

keuntungan dan kerugian dalam menjaga kepercayaan tertentu. Konselor

berinteraksi dengan konseli untuk memprovokasi pikiran dan pemahamannya.

Tujuannya adalah memungkinkan konseli untuk memahami bagaimana pikirannya

menjaga tekanan emosional.

Dalam menyiasati masalah yang akan ditimbulkan oleh penggunaan internet

pada remaja, Young (2011:304) memfokuskan penanganannya dengan

penggunaan internet secara lebih bijaksana. Bijakasana yang dimaksudkan lebih

kepada pola perilaku mengontrol penggunaan internet sehingga tidak mengganggu

(20)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ekspetasi dari kegiatan ini bagi konselor guna mendapatkan informasi

sebanyak mungkin sehingga proses konseling dapat menghasilkan

alternatif-alternatif solusi yang dapat diberikan atau dilakukan oleh konseli. Tentunya

alternatif-alternatif yang diberikan merupakan hasil dari informasi serta harapan

apa yang diinginkan setelah dilakukannya proses konseling.

Shertzer dan Stone dalam Hafid (2010:18) mengemukakan bahwa

ekspektasi “harapan” dan tujuan konseling adalah agar konseli: (1) mampu

menghasilkan perubahan perilaku (behavioral change), yang memungkinkan

hidup lebih produktif dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (2)

mencapai kesehatan mental secara positif (positive mental health), yang akan

dicapai jika individu mencapai integrasi kepribadian, penyesuaian diri dan dapat

berdampingan secara positif dengan orang lain; (3) mampu mengatasi masalah

dan menghilangkan gejalanya (problem resolution or symptom removal), melalui

proses konseling diharapkan akan ditemukannya inti permasalahan,

ketiadaan-ketiadaan pada diri konseli, apa yang dapat dilakukan oleh konseli, serta

bagaimana cara mengatasi masalahnya; (4) mencapai keefektifan pribadi

(personal effectiveness), melalui proses konseling diharapkan konseli mampu

menunjukkan perilaku yang efektif untuk mengembangkan dirinya; (5) mampu

membuat keputusan (decition making), konseling mempunyai tujuan untuk

menstimulasi individu dalam mengevaluasi, membuat, menerima dan bertindak

(21)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu pendekatan konseling yang dapat digunakan untuk menangani

gangguan kecanduan internet adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang

dalam penelitian ini disebut dengan istilah Konseling Kognitif Perilaku (KKP).

Young (2011:304), menyatakan pendekatan konseling Cognitive Behavior

Therapy (CBT) yang paling efektif dalam menangani kecanduan internet. KKP

secara keseluruhan adalah komunikasi dua arah antara konselor dan konseli,

dengan keduanya berpratisipasi dalam mengeksplorasi masalah dengan tujuan

bersama untuk menangani masalah.

Dobson dan Dozois (2010: 4) mendefinisikan terapi kognitif-perilaku pada

intinya terbagi menjadi tiga bagian mendasar: (a) aktivitas kognitif mempengaruhi

perilaku; (b) kognitif kegiatan dapat dipantau dan diubah; dan (c) perubahan

perilaku yang diinginkan dapat dilakukan melalui perubahan kognitif.

Konseling perilaku kognitif (KKP) telah terbukti menjadi pengobatan yang

efektif untuk gangguan kontrol impuls. KKP juga telah efektif dalam mengobati

penyalahgunaan zat, gangguan emosional, dan gangguan makan, dengan

memperhatikan perilaku yang dihasilkan dari pola hasil pengalaman dan

pemikiran.

Konseling kognitif-perilaku bertujuan untuk membantu pasien

mengidentifikasi jenis berpikir bias yang dialami selama episode sakit. Setelah

(22)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

spesifik pemikiran sehingga penghakiman, kurang bias menjadi lebih realistis dari

situasi atau pengalaman yang dapat dipastikan

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini difokuskan pada penelaahan

tentang: Efektivitas Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) dalam penanganan

gangguan kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian

Fenomena gangguan kecanduan internet yang terjadi di SMA Negeri 6

Bandung mengalami peningkatan dan menjadi masalah yang tidak dapat

diabaikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus sosial yang terjadi yang

banyak merugikan, baik material maupun non-material.

Kecenderungan untuk meningkatkan atau mempertahankan perilaku

penggunaan internet, maka diperlukan upaya nyata yang dilakukan secara

integratif, sistematik, terstruktur, simultan dan komprehensif. Pencegahan lebih

dini terhadap gangguan kecanduan internet secara keseluruhan dapat

meminimalisir dampak negatif. Setting pendidikan baik pendidikan sekolah

maupun luar sekolah merupakan hal yang tepat dalam proses pencegahan.

Dimana setting ini dapat secara langsung melihat kriteria gangguan kecanduan

internet. Adapun yang memiliki peran strategis dalam menangani gangguan

kecanduan internet adalah konselor sekolah. Peneliti dengan menggunakan

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) dapat membantu peserta didik membebaskan

(23)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam penelitian secara

umum adalah Bagaimana Rumusan Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) dalam

menangani gangguan kecanduan internet siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung.

Agar lebih operasional maka rumusan masalah diuraikan lebih rinci menjadi

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apakah gambaran kecanduan internet pada siswa Kelas XI di SMA

Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Seperti apakah rumusan intervensi KKP yang efektif dalam mereduksi

gangguan kecanduan internet siswa Kelas XI di SMA Negeri 6 Bandung

Tahun Pelajaran 2012/2013?

3. Apakah KKP efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet pada

siswa Kelas XI di SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah menghasilkan rumusan KKP yang secara

empiris terbukti efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet. Adapun

tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:

1. mendeskripsikan gambaran kecanduan internet pada siswa Kelas XI di

SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013;

2. membuat intervensi KKP yang efektif dalam menangani gangguan

kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun

(24)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. mengetahui efektivitas KKP dalam menangani gangguan kecanduan

internet pada siswa Kelas XI di SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran

2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan hasil

penelitian yang ditemukan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat

secara teoretis penelitian adalah memperkaya khasanah teori tentang gangguan

kecanduan internet dan melengkapi berbagai bentuk intervensi konseling maupun

psikoterapi dalam menangani gangguan kecanduan internet pada peserta didik.

Secara praktis, penelitian ini mengandung manfaat.

1. Lembaga sosial, LSM, sekolah dan institusi pendidikan lainnya, dapat

menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam

menyusun kebijakan, materi pelatihan dan seminar, ataupun

pengembangan program-program lainnya terkait dengan penanganan

gangguan kecanduan internet siswa.

2. Guru bimbingan dan konseling atau konselor, dapat memanfaatkan hasil

studi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan terkait teori dan

penerapan konseling kognitif-perilaku (KKP), memahami dinamika

gangguan kecanduan internet siswa/konseli, sebagai referensi untuk

mengembangkan materi layanan responsif yang difokuskan pada

(25)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau sebagai referensi untuk menyusun satuan layanan bimbingan dan

konseling (SLBK).

3. Peneliti selanjutnya, dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk

menambah khasanah pengetahuan dan wawasan tentang gangguan

kecanduan internet dalam mengembangkan program-program upaya

pencegahan dan pengobatan gangguan kecanduan internet yang lebih

(26)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian menggunakan metode pre-eksperimental designs (quasi

eksperimen). Penerapan penggunaan konseling kognitif-perilaku (KKP)

diterapkan pada satu kelas eksperimen. Pengukuran melemahnya gangguan

kecanduan internet pada siswa Kelas XI dilaksanakan melalui pretes dan postes,

sehingga desain penelitian yang digunakan adalah “between-group design

Pretest-Posttest kontrol group design” (Creswell, 2008) yang tervisualisasikan

pada Gambar 3.1 berikut:

Select Kontrol Group (CG) Pretest- No Treatment- Posttest Select Experimental Group (EG) Pretest- Experiment Treatment-(ET) Posttest

(Creswell, 2008)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Keterangan

ET = Konseling Kognitif Perilaku

CG = Kelompok Eksperimen

(27)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada setting pendidikan dalam proses konseling

dengan memperhatikan gangguan kecanduan internet pada siswa Kelas XI SMA

Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.

Penentuan subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling yang

disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang dikumpulkan dengan

mempertimbangkan kriteria gangguan kecanduan internet: (1) keasyikan dengan

internet; (2) penarikan; (3) toleransi; (4) sulit untuk mengontrol; (5) mengabaikan

konseluensi berbahaya; (6) komunikasi sosial dan kepentingan yang hilang dan;

(7) pengentasan emosi negatif. Teknik purposive sampling dilakukan dengan

menyebar angket dan mengelompokkan sampel berdasarkan tingkat gangguan

kecanduan internet.

Dalam menentukan jumlah sampel penelitian, penelitian ini mengacu pada

pendapat Creswell (2008), Estimasi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk

prosedur pengolahan statistik sehingga dapat mewakili populasi secara tepat

adalah sekitar 15 orang (Creswell, 2008), dengan demikian jumlah sampel yang

diambil berjumlah 15 orang siswa pada kelompok eksperimen dan 15 orang siswa

pada kelompok kontrol.

(28)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel bebas penelitian adalah intervensi yang diberikan kepada siswa

melalui konseling kognitif perilaku. Variabel ini disebut juga variabel eksperimen

(experimental variable). Adapun variabel terikat penelitian adalah perilaku

gangguan kecanduan internet.

Berikut dikemukakan penjelasan mengenai variabel-variabel secara

operasional.

1. Konseling Kognitif-Perilaku (KKP)

Konseling kognitif perilaku adalah komunikasi dua arah antara peneliti dan

siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung, dengan cara keduanya berpratisipasi

dalam mengeksplorasi masalah dengan tujuan menghasilkan perubahan perilaku

(penggunaan internet secara bijaksana) melalui modifikasi perilaku,

pengkondisian, dan memaksimalkan aktivitas kognitif.

2. Gangguan Kecanduan Internet

Gangguan kecanduan internet adalah aktivitas penggunaan internet secara

berlebihan yang dilakukan siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung meskipun

mengetahui konsekuensi buruk yang akan terjadi pada dirinya baik secara fisik,

sosial, dan kesejahteraan yang ditandai dengan indikator sebagai berikut.

a. Keasyikan dengan internet: keinginan yang kuat untuk internet. Berpikir

(29)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menggunakan internet adalah kegiatan yang dominan dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Penarikan: dimanifestasikan oleh suasana hati seperti kecemasan, iritabilitas

dan kebosanan setelah beberapa hari tanpa kegiatan internet.

c. Toleransi: peningkatan dalam menggunakan internet diperlukan untuk

mencapai kepuasan.

d. Usaha untuk mengontrol, mengurangi atau menghentikan penggunaan

internet.

e. Mengabaikan konsekuensi berbahaya: penggunaan internet yang berlebihan

meskipun memiliki pengetahuan pesisten atau masalah fisik dan psikologis

yang diperburuk oleh penggunaan internet.

f. Komunikasi sosial dan kepentingan yang hilang: kehilangan minat, hobi,

hiburan sebagai akibat langsung dari, dan dengan pengecualian menggunakan

internet.

g. Pengentasan emosi negatif: menggunaan internet untuk melarikan diri atau

meredakan suasana hati.

D. Alur Penelitian

Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program dalam menangani

gangguan kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. Dalam

(30)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sejumlah langkah-langkah penelitian sebagaimana digambarkan dalam alur

penelitian sebagai berikut.

Kajian Literatur Kajian Lapangan

Pengungkapan Data

Profil Gangguan Kecanduan Internet Siswa Pengambilan Sampel

Pelaksanaan Program Uji Efektivitas Revisi Program

TAHAPAN KEGIATAN HASIL

Studi Pendahuluan

Judgment, Uji Keterbacaan &

Uji Validitas

Uji Coba & Eksperimen Kuasi (Pretest & Posttest)

Instrumen GKI

Program Hipotetik

(31)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2

Alur Penelitian

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Langkah-langkah pengembangan intrumen penelitian diuraikan sebagai

berikut.

1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Dalam mengembangkan kisi-kisi instrumen penelitian, dibuat indikator

efektivitas konseling kognitif-perilaku dengan menggunakan kriteria/faktor

gangguan kecanduan internet yang mengacu pada pendapat Tao Ran (2010)

dengan landasan DSM IV. Sejumlah gejala kriteria yakni sebagai berikut: (1)

(32)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5) mengabaikan konseluensi berbahaya; (6) komunikasi sosial dan kepentingan

yang hilang, dan; (7) pengentasan emosi negatif.

Instrumen ini berbentuk angket berskala dengan kategori pilihan jawaban,

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai

(STS), yang masing-masing diberi skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), dan 4 (STS). Berikut

disajikan kisi-kisi instrumen gangguan kecanduan internet sebelum uji coba dalam

Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Sebelum Uji Coba

Aspek Indikator No. Butir Soal

(-)

1. Keasyikan Terhadap Internet

1.1. Senang dan menikmati saat

bermain internet 1, 2 2

2.5. Merasa cemas, gelisah dan frustasi

saat tidak menggunakan internet 11,12,13 3 2.6. Merasa ada yang kurang atau hilang

dalam hidupnya saat tidak bermain internet

14,15 2

2.7. Merasa adanya keganjalan pada tubuh saat tidak

3.9. Merasakan adanya tantangan dari

bermain internet 21,22 2

3.10. Meningkatkan itensitas

penggunaan internet 23,24,25,26 4

3.11. Menggunakan aplikasi-aplikasi

(33)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.12. Melakukan kompetisi dengan

pengguna internet yang lainnya 29-30 2

4. Sulit Untuk Mengontrol penghentian

4.13. Gagal menahan diri untuk tidak

bermain internet 31,32,33 3

4.14. Rela melakukan apapun untuk

tetap bermain internet 34,35 2

4.15. Menjual/menggadaikan apa yang

dimilikinya untuk bermain internet 36,37,38 3 4.16. Gagal menahan diri melakukan

transaksi dalam internet 39,40 2

5. Mengabaikan

bagian tertentu pada tubuh 46,47,48 3 5.19. Pulang larut malam bahkan

menginap di warnet untuk bermain internet

teman-teman di sekolah 53,54,55,56 4 6.22. Mengalami sendirian dan hukuman 57,58,59,60 3 6.23. Menutupi kegiatan bermain

internet dari orang tua 61,62,63 2 6.24. Menutupi kegiatan bermain

internet dari teman-temannya 64,65 6.25. Berbohong kepada orang lain

untuk bermain internet 66,67 2

7. Pengentasan Emosi Negatif

7.26. Meluapkan emosinya dengan

bermain internet 68,69,70 3

7.27. Meluapkan emosi dengan

menggunakan kata-kata kotor 71,72 2

2. Penimbangan (Judgement) Instrumen Penelitian

Judgement intrumen penelitian dilakukan dengan bantuan dosen yang

berkompeten dengan memperhatikan kriteria gangguan kecanduan internet.

Kegiatan penimbangan berorientasi pada validitas konstruk dan validitas isi,

(34)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan koreksi terhadap format yang

digunakan.

Dari tujuh aspek gangguan kecanduan internet menghasilkan 26 indikator,

yang kemudian dikembangkan menjadi 67 butir pernyataan. Instrumen penelitian

ditimbang oleh tiga orang penimbang untuk dikaji kesesuaian setiap butir

pernyataan dengan aspek-aspek dan indikator yang akan diungkap. Penimbangan

(juggement) terhadap instrumen penelitian dilakukan oleh tiga orang pakar

bimbingan dan konseling, yaitu Prof. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd., Prof. Juntika

Nurihsan, M.Pd., Dr. Mubiar Agustin, M.Pd.

Berdasarkan penimbangan instrumen penelitian, masing-masing pernyataan

dikelompokkan dalam kualifikasi memadai (M) atau tidak memadai (TM).

Kategori antara memadai atau tidak memadai sebuah instrumen dilihat dari

konstruk instrumen, konten/isi instrumen, dan redaksi instrumen tersebut.

Pernyataan yang berkualifikasi memadai (M) dapat langsung digunakan sebagai

butir item dalam instrumen penelitian sementara yang berkualikasi tidak memadai

(TM) perlu direvisi dan diperbaiki.

3. Uji Keterbacaan Instrumen Penelitian

Validasi eksternal instrumen penelitian dilakukan melalui uji keterbacaan.

(35)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat dalam instrumen penelitian dapat dimengerti susunan redaksi dan

maknanya serta telah sesuai/menggambarkan gangguan kecanduan internet.

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen penelitian dilakukan selama satu tahap, meliputi

validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kualitas instrumen

yang layak dipakai.

a. Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat

kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.

Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun

Pelajaran 2012/2013.

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap

konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur yang seharusnya diukur.

Suatu instrumen yang dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur tersebut

dapat digunakan untuk mengukur yang sebenarnya harus diukur.

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program

SPSS 18.0 for windows. Kegiatan uji validitas butir item dilakukan untuk

mengetahui instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk

mengukur yang akan diukur (Sugiyono, 2007: 267). Pada penelitian ini, uji

(36)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy), dengan

menggunakan rumus seperti berikut:

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Item soal yang dicari validitasnya

Y = Skor total yang diperoleh sampel

2) Proses pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

a. jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid; dan

b. jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka butir soal tidak valid.

Menurut Masrun dalam Sugiyono (2007 : 188-189), item yang dipilih

(valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas

suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau

semakin menunjukkan yang seharusnya diukur.

Rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas data gangguan kecanduan

internet tersaji pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

(37)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(38)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 3.1 diperoleh pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 6,

7, 9, 10, 12, 20, 47. Untuk nomor 12, 20, dan 47 pernyataan tersebut direvisi

sehingga pernyataan yang dibuang menjadi empat pernyataan yaitu pernyataan

nomor 6, 7, 9, 10. Fokus penelitian tidak memperhatikan penggunaan

aplikasi-aplikasi tertentu dalam pemakaian internet dengan demikian indikator “menyukai

aplikasi-aplikasi tertentu dalam internet” dihapuskan. Jumlah item yang dipakai

untuk penelitian adalah 67 pernyataan.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan derajat keajegan (konsistensi) skor

yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi

yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor

perolehan subjek. Skor perolehan terdiri dari skor-skor murni dan skor kekeliruan

galat pengukuran. Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai

koefisien korelasi (r).

Perolehan skor tingkat reliabilitas instrumen diperoleh dengan

memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 18.0 for

window yaitu dengan teknik atau model skala alpha.

Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha ( ) melalui

(39)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 

Kedua, mencari varians semua item menggunakan rumus berikut.

Kriteria untuk mengetahui reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria

yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007 : 149) yang tercantum pada Tabel 3.3

berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah

(40)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan perangkat

lunak MS Excel 2010. Hasil pengujian didapatkan

Jumlah varian (i ) = 38,63

Varian Total (t ) = 513,25

Reliabilitas = 0,94 (Sangat Tinggi)

Merujuk pada pedoman kriteria korelasi dari Sugiyono (1999 : 149), dapat

ditarik kesimpulan bahwa reliabilitas instrumen pengungkap gangguan kecanduan

internet berada pada kategori sangat tinggi. Artinya, instrumen tersebut memiliki

tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.

5. Revisi Akhir dan Pengemasan Instrumen Final

Butir item yang memenuhi syarat dihimpun dan direvisi sesuai kebutuhan,

dengan demikian dapat dihasilkan seperangkat instrumen siap pakai untuk

pengumpulan data mengenai profil gangguan kecanduan internet siswa serta dapat

digunakan sebagai instrumen Pretest dan Posttest. Berikut disajikan kisi-kisi

instrumen gangguan kecanduan internet siswa setelah diuji coba dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Setelah Uji Coba

Aspek Indikator No. Butir Soal

(-)

1. Keasyikan Terhadap Internet

1.1. Senang dan menikmati saat

bermain internet 1, 2 2

1.2. Sering membayangkan aktivitas

(41)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3. Memiliki kebebasan dalam

bermain internet 5,6 2

2. withdrawal (Penarikan)

2.5. Merasa cemas, gelisah dan frustasi

saat tidak menggunakan internet 7,8,9 3 2.6. Merasa ada yang kurang atau hilang

dalam hidupnya saat tidak bermain internet

10,11 2

2.7. Merasa adanya keganjalan pada tubuh saat tidak

3.9. Merasakan adanya tantangan dari

bermain internet 17,18 2

3.10. Meningkatkan itensitas

penggunaan internet 19,20,21,22 4 3.11. Menggunakan aplikasi-aplikasi

yang ada di internet 23,24 2

3.12. Melakukan kompetisi dengan

pengguna internet yang lainnya 25,26 2

4. Sulit Untuk Mengontrol penghentian

4.13. Gagal menahan diri untuk tidak

bermain internet 27,28,29 3

4.14. Rela melakukan apapun untuk

tetap bermain internet 30,31 2

4.15. Menjual/menggadaikan barang yang dimilikinya untuk bermain internet

32,33,34 3

4.16. Gagal menahan diri melakukan

transaksi dalam internet 35,36 2

5. Mengabaikan

bagian tertentu pada tubuh 42,43,44 3 5.19. Pulang larut malam bahkan

menginap di warnet untuk bermain internet

teman-teman di sekolah 49,50,51,52 4 6.22. Mengalami sendirian dan hukuman 53,54,55 3 6.23. Menutupi kegiatan bermain

(42)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6.24. Menutupi kegiatan bermain

internet dari teman-temannya 59,60 2 6.25. Berbohong kepada orang lain

untuk bermain internet 61,62 2

7. Pengentasan Emosi Negatif

7.26. Meluapkan emosinya dengan

bermain internet 63,64,65 3

7.27. Meluapkan emosi dengan

menggunakan kata-kata kotor 66,67 2

F. Pengembangan Program Intervensi

Dalam mengembangkan program intervensi yang sifatnya operasional atau

siap uji, terdapat beberapa langkah yang perlu ditempuh, diantaranya.

1. Pengembangan Kisi-Kisi Program Intervensi

Program konseling kognitif-perilaku dalam menangani gangguan kecanduan

internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung dikembangkan berdasarkan teori

tentang gangguan kecanduan internet beserta aspek-aspek terkait yang meliputi

keasyikan terhadap internet, withdrawal/penarikan, toleransi, sulit untuk

menghentikan penelitian, pengentasan emosi negatif, komunikasi sosial yang

hilang, dan mengabaikan konsekuensi berbahaya.

2. Uji Rasional

Untuk menghasilkan program konseling yang teruji efektif, maka langkah

awal yang dilakukan adalah menguji kelayakan program secara rasional. Validitas

rasional program dilakukan dengan menggunakan teknik respon terperinci dan

penilaian kualitatif. Penilaian meliputi keseluruhan program mulai dari

(43)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian uji rasional program dalam penelitian ini melalui dua jenis

pengujian yaitu uji validitas isi program dan uji empiris.

a. Uji Validitas Isi Program

Uji validitas isi program dilakukan melalui penilaian pakar (expert

judgment). Validasi program konseling kognitif-perilaku berdasarkan

penimbangan dua orang pakar bimbingan dan konseling yaitu Prof. Syamsu Yusuf

L.N, M.Pd dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd dan satu orang praktisi bimbingan

konseling di sekolah yaitu, Siti Nurmala, M.MPd.

b. Uji Empiris

Uji empiris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji kepraktisan program

konseling kognitif-perilaku dalam menangani gangguan kecanduan internet dari

praktisi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu Siti Nurmala, M.MPd. Berikut

ini disajikan kisi-kisi instrumen uji rasional.

Tabel 3.5

Kuesioner Terbuka Uji Validitas Isi Program Konseling Kognitif-Perilaku

No Aspek yang Dinilai Saran

1 Rumusan Rasional

2 Rumusan Tujuan Program 3 Komponen Program 4 Kompetensi Konselor 5 Karakteristik Hubungan 6 Komposisi Kelompok 7 Adegan Layanan 8 Rencana Operasional

(44)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11 Pengembangan Satuan Layanan

12 Mekanisme Penilaian dan Indikator Keberhasilan

(Sumber Data: Ahli BK dan Praktisi)

3. Hasil Uji Program Hipotetik Konseling Kognitif-Perilaku dalam

Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri

6 Bandung.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka dirancang program konseling

kognitf-perilaku dalam menangani gangguan kecanduan internet. Program

konseling kognitif-perilaku merupakan suatu proses hubungan bantuan yang

berkesinambungan yang menitikberatkan kepada perilaku yang timbul dengan

latar pikiran yang irasional dalam diri konseli. Dengan mengeksplorasi dan

mengidentifikasi pikiran yang irasional tersebut, konseli diarahkan guna

merumuskan beberapa alternatif penyelesaian terhadap gangguan kecanduan

internet.

Konseling kognitif-perilaku yang masih bersifat hipotetik tersebut,

selanjutnya diajukan kepada dua orang pakar bimbingan dan konseling dan satu

orang praktisi yaitu guru bimbingan dan konseling. Selanjutnya, setelah

mendapatkan validasi berupa saran dan masukan baik dari sisi konstruk, konten

maupun redaksional maka dilakukan revisi/perbaikan program. Program hasil

revisi inilah yang selanjutnya diujicobakan untuk diketahui tingkat

(45)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Deskripsi yang lebih menyeluruh mengenai struktur dan sekaligus hasil

validasi program konseling kognitif-perilaku berdasarkan penimbangan dua orang

pakar bimbingan dan konseling yaitu Prof. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd., Dr. Mubiar

Agustin, M.Pd dan satu orang praktisi bimbingan konseling di sekolah yaitu, Siti

Nurmala, M.MPd dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program Konseling kognitif-perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI

SMA Negeri 6 Bandung Aspek Prof. Syamsu Yusuf L.N,

M.Pd

Dr. Mubiar Agustin, M.Pd Siti Nurmala, M.MPd

Rasional Perlu lebih dititikberatkan pada rasional pentingnya

Pola terjadinya gangguan kecanduan internet lebih dijabarkan dan jabarkan KKP merupakan solusi yang tepat

Tujuan Program Perlu dibuat lebih spesifik dengan memperjelas secara operasional indikator-indikator pencapaian tujuan

Diperkuat pada keadiksian Disesuaikan dengan setting pendidikan di sekolah

Komponen Program

Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai

Kompetensi Konselor

Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai

Karakteristik Hubungan

Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai

Komposisi Kelompok

Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai

Adegan Layanan

Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai

Rencana Operasional

Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai

Pengembangan Tema dan Topik

Perlu adanya materi-materi tentang gangguan kecanduan internet

Materi keadiksian pada remaja dihadirkan

Gangguan kecanduan dalam setting pendidikan

Prosedur Pelaksanaan

(46)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Program

Evaluasi Perlu adanya indikator-indikator keberhasilan

Perlu adanya teknik penilaian

Cukup memadai

Berdasarkan saran dan masukan dari pakar dan praktisi, maka sebelum

dilanjutkan ke tahap uji efektifitas program intervensi, terlebih dahulu dilakukan

revisi dan perbaikan terhadap komponen-komponen program intervensi baik

berasal dari dimensi struktur maupun dari dimensi isi (bentuk akhir program

intervensi siap uji terlampir)

4. Langkah-Langkah Implementasi Program Konseling Kognitif-Perilaku

Langkah-langkah implementasi program konseling kognitif-perilaku

dilakukan melalui Pretest dan Posttest. Pretest dilakukan sebelum penelitian

dilakukan untuk mendapat subjek/sampel penelitian. Selanjutnya observasi dan

wawancara dilakukan setelah subjek penelitian ditentukan untuk mendapatkan

data yang menunjang dalam penelitian. Posttest diberikan setelah langkah-langkah

dalam proses konseling kognitif-perilaku dilakukan dalam beberapa sesi untuk

mengetahui efektivitas KKP dalam menangani gangguan kecanduan internet.

Setiap sesi KKP terdiri atas komponen: (1) tugas-tugas pokok; (2) tujuan;

(3) intervensi-intervensi pokok; dan (4) latihan praktek. Garis besar isi setiap sesi

KKP dideskripsikan sebagai berikut.

Sesi 1: Pretest kegiatan untuk mengetahui profil gangguan kecanduan

(47)

Hardiyansyah Masya, 2013

Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesi 2: Pengantar Konseling Kognitif-Perilaku (KKP). Tujuan sesi dua

adalah: (1) mulai membangun hubungan dengan konseling; (2) menilai

karakteristik gangguan kecanduan internet siswa yang menjadi faktor penting

dalam konsseling; (3) mendeskripsikan pentingnya KKP; (4) mendeskripsikan

struktur seluruh sesi konseling; dan (5) memulai sesi konseling.

Sesi 3: Restrukturisasi Kognitif. Tujuan sesi ini adalah: (1) mengatasi

penolakan yang sering hadir di antara pengguna internet; dan (2) memerangi

rasionalisasi yang membenarkan penggunaan internet secara berlebihan. Dalam

sesi ini dilakukan selama dua kali pertemuan.

Sesi 4: Modifikasi Perilaku. Tujuan sesi ini adalah: (1) memahami

pengalaman gangguan kecanduan internet siswa; (2) menyampaikan sifat

gangguan kecanduan internet; (3) mengidentifikasi isyarat-isyarat dan pemicu

gangguan kecanduan; (4) menanamkan dan mempraktikkan teknik-teknik

pengawasan kecanduan dan pemicu kecanduan yang kuat; dan (5) homework.

Pada sesi ini dilakukan selama dua kali pertemuan

Sesi 5: Posttest merupakan kegiatan untuk mengetahui menurunnya profil

gangguan kecanduan kecanduan internet pada siswa setelah melakukan sesi

Gambar

Tabel
Gambaran Aspek Komunikasi Sosial dan Kepentingan yang Hilang  ...... 103
Grafik
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang.. mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus

Mahasiswa dapat mengidentifikasi satu variabel yang relevan, akan tetapi mereka tidak dapat menggambarkan atau menunjukkannya saat mengenali komponen konsep

Model teoritis yang dibangun untuk menguji model kontrol sosial perilaku remaja berisiko penyalahguna NAPZA menggunakan structural equation modeling ( SEM). Hasil

Dalam Nebraska Astronomy Applet Project [Online]. Piaget and the radical constructivist

kesempatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Posisi Indonesia dalam Penerapan ASEAN Political Security Community (Studi Analisis Realisme

Untuk itu prlu dilakukan proses pemodulasian intensitas energi cahaya oleh getaran akustik Spesifikasi penting dari suatu mikropon optik antara lain adalah sensitivitas,

Jika terjadi gangguan didaerah kerja Relai Diferensial, maka arus dari kedua sisinya akan saling menjumlah (Id&amp;#8800;0) kemudian Relai Diferensial akan bekerja memberikan

Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternative yang harus dipilih .Dalam penggambilan