Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KONSELING KOGNITIF PERILAKU (KKP)
DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN
INTERNET PADA REMAJA
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling
Oleh
HARDIYANSYAH MASYA 1102629
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BANDUNG
2013
KONSELING KOGNITIF PERILAKU (KKP)
DALAM MENANGANI GANGGUAN KECANDUAN INTERNET PADA REMAJA
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
Hardiyansyah Masya
M.Pd UPI Bandung, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd.) Pada program studi bimbingan dan konseling
© Hardiyansyah Masya 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Hardiyansyah Masya. (2013), “Konseling Kognitif Perilaku (KKP) dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet (Studi Eksperimen Quasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)”.
Penelitian bertujuan menemukan rumusan program konseling kognitif-perilaku yang efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet. Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dengan membandingkan dua kelompok (between-group design). Alat pengumpulan data berbentuk angket dengan skala likert dan uji t independent (independent sample t test) sebagai analisis data. Sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu 30 siswa yang berada pada tingkat gangguan kecanduan internet dengan kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling kognitif-perilaku efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. Hasil penelitian dapat direkomendasikan dalam upaya pencegahan meningkatnya gangguan kecanduan internet pada siswa.
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Hardiyansyah Mashallah. (2013), "Cognitive Behavioral Counseling in Dealing with Internet Addiction Disorder (Quasi Experimental Research for High School Students XI Class 6 Bandung State Academic Year 2012/2013)".
The research aims to find a formulation of cognitive-behavioral counseling programs are effective in dealing with internet addiction disorder. Research using quasi-experimental methods to compare the two groups (between-group design). Means of data collection form questionnaire with Likert scale and independent t test (independent sample t test) as the data analysis. The sample was determined by using purposive sampling technique 30 students who are at the level of internet addiction disorder in middle category. The results showed that cognitive-behavioral counseling is effective in dealing with internet addiction disorder class XI student of SMAN 6 Bandung. The results can be recommended in preventing the increase in students' internet addiction disorder.
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
II. KONSEP KONSELING KOGNITIF-PERILAKU DAN GANGGUAN KECANDUAN INTERNET A. Konsep Gangguan Kecanduan Internet ... 13
B. Konsep Konseling Kognitif Perilaku ... 24
C. Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet ... 50
D. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 51
E. Posisi Penelitian ... 52
II. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 54
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55
C. Definisi Operasional ... 55
D. Alur Penelitian ... 57
E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 59
F. Pengembangan Program Intervensi ... 68
G. Rancangan Awal Program Intervensi Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet pada Remaja ... 74
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 90
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Penelitian ... 96
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 130
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rekomendasi ... 143
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Contoh Rekaman Pikiran ... 43
3.1 Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Sebelum Uji Coba ... 59
3.2 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Data Gangguan Kecanduan Internet .... 63
3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 66
3.4 Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Setelah Uji Coba ... 67
3.5 Kuesioner Terbuka Uji Validitas Isi Program Konseling Kognitif-Perilaku ... 70
3.6 Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 71
3.7 Matrik Rancangan Program Konseling Kognitif-Perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 85
3.8 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 91
3.9 Kriteria Gambaran Umum Variabel ... 92
3.10 Deskripsi Kategori Gangguan Kecanduan Internet Siswa ... 92
4.1 Gambaran Umum Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 97
4.2 Gambaran Aspek Keasyikan terhadap Internet ... 99
4.3 Gambaran Aspek Withdrawal/Penarikan ... 99
4.4 Gambaran Aspek Toleransi ... 100
4.5 Gambaran Aspek Sulit Untuk Mengontrol Penghentian ... 101
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.7 Gambaran Aspek Komunikasi Sosial dan Kepentingan yang Hilang ... 103
4.8 Gambaran Aspek Pengetasan Emosi Negatif ... 104
4.9 Gambaran Gangguan Kecanduan Interent Berdasarkan Aspek ... 105
4.10 Profil Gangguan Kecanduan Internet Tiap Indikator ... 106
4.11 Uji Normalitas Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa ... 117
4.12 Hasil Uji Homogenitas Varias Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa ... 117
4.13 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Secara Keseluruhan ... 118
4.14 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Keasyikan terhadap Internet ... 120
4.15 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Indikator Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Withdrawal/Penarikan ... 121
4.16 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Toleransi ... 123
4.17 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Indikator Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Sulit untuk Mengontrol Penghentian ... 124
4.18 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek Mengabaikan Konsekuensi Berbahaya ... 126
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.20 Hasil Uji t Independen Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Internet Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kontrol Pada Aspek
Pengentasan Emosi Negatif ... 129
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal
4.1 Penuruan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan Internet Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 119 4.2 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Internet Aspek Keasyikan terhadap Internet Antara Kelompok
Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 121 4.3 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Internet Aspek Withdrawal/Penarikan Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 122 4.4 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Internet Aspek Toleransi Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 124 4.5 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Internet Aspek Sulit unyuk Mengontrol Penghentian Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 125 4.6 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Internet Aspek Mengabaikan Konsekuensi Berbahaya Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 127 4.7 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Internet Aspek Komunikasi Sosial dan Kepentingan yang Hilang Antara Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 128 4.8 Penurunan Rata-Rata Data Normalized Gain Gangguan Kecanduan
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LAMPIRAN
A. Surat-Surat Izin Penelitian B. Instrumen Penelitian
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pesat teknologi informasi di akhir abad ke-20 memberi
peluang besar bagi perkembangan komunikasi umat manusia. Ruang sekat negara
hingga batas waktu seakan-akan tidak memiliki tatanan yang cukup bagi
pergerakan mobilisasi antar manusia. Revolusi global ini melahirkan tatanan
sosial dan sistem dinamika kelompok yang secara kasat mata lebih maju atau bisa
jadi lebih mundur dari umat manusia sebelumnya. Tatanan sosial kemasyarakatan
ini berubah hingga melahirkan cyberspace atau ruang maya.
Terdapat dua faktor utama yang mendorong transformasi internet ini, yang
pertama adalah adanya World Wide Web (dikembangkan pada tahun 1989) dan
penciptaan browser Web grafis pertama (di tahun 1994) yang mengubah Internet
menjadi sesuatu yang lebih banyak dipakai untuk beragam kegunaan. Faktor
kedua adalah penghapusan halangan penggunaan internet untuk kegiatan
komersial pada tahun 1995. Internet saat ini telah menjadi alat utama yang
membantu manusia untuk melakukan sebagian besar tugas-tugas dasar dan
mengubah hampir semua yang manusia lakukan. Perubahan ini termasuk cara
berkomunikasi, memperoleh informasi, belajar, mencari pekerjaan, profesi,
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Muncul dan diterimanya internet sebagai bagian penting dari kehidupan
manusia bukan berarti tanpa dampak. Sebuah gangguan baru yang terkait dengan
penggunaan internet yang berlebihan telah terjadi dan umumnya disebut sebagai
Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet.
Data yang diterbitkan oleh situs Internet World Stats tahun 2009, 25,60%
dari populasi dunia menggunakan internet. Jika jumlah penduduk dunia berjumlah
hampir 7 milyar berdasarkan IDB (International Data Base Sebuah lembaga
survey di Amerika Serikat), maka jumlah pengguna internet berkisaran 1,8 milyar.
Sebuah angka yang fantastis. Di Indonesia sendiri, penggunaan internet sudah
mulai merambah ke daerah-daerah dan pertumbuhannya setiap tahun semakin
bertambah.
Hasil riset yang dilakukan oleh MarkPlus Inc (Waizly, 2011:1), insitusi
riset yang paling terkemuka di Indonesia, menunjukkan bahwa pertumbuhan
penggunaan internet di Indonesia terus meningkat. Jika di tahun 2010 lalu
rata-rata penggunaan internet di kota urban Indonesia masih 30-35%, di tahun 2011 ini
sudah di kisaran 40-45% dan sekitar 80% dari pengguna internet merupakan kaum
muda. Hasil riset, yang dirilis oleh Majalah Marketeers edisi Oktober 2011 ini,
dilakukan terhadap 2161 pengguna internet di Indonesia. Menurut MarkPlus
Insight, jumlah pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2011 ini sudah
mencapai 55 juta orang, meningkat dari tahun sebelumnya di angka 42 juta. Studi
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lain Jakarta, Bodetabek, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar,
Denpasar, Pekanbaru, Palembang, dan Banjarmasin.
AGB Nielsen Media Research Indonesia (2011:1), salah satu lembaga
penelitian lainnya, berdasarkan hasil riset menemukan bahwa berdasarkan
persentase Indonesia menempati urutan terakhir untuk penetrasi internet di
wilayah Asia Tenggara dan hampir setengah dari pengguna internet di negara
Indonesia terhubung dengan internet melalui ponsel (http//www.
dailysocial.net.13Juli2011). Laporan ini menemukan bahwa hanya 21% penduduk
Indonesia berusia antara 15 dan 49 tahun yang mengakses internet sedangkan di
Singapura 67%, 38% di Malaysia, 33% di Filipina, dan 31% di Thailand. Dari
sekitar 50 jutaan pengguna internet di Indonesia, 48% mengakses internet dari
ponsel dengan 13% lagi menggunakan perangkat genggam lainnya. Dalam hal
persentase, ini melampaui semua negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara di
mana hanya 36% pengguna internet di Thailand dan 35% di Singapura lebih
memilih untuk menggunakan ponsel dalam mengakses internet.
Di Indonesia, pemakaian intenet melalui ponsel lebih besar daripada
komputer dikarenakan karena kurangnya ketersediaan koneksi kabel dan ADSL
bagi pengguna rumah tangga di Indonesia serta meningkatnya jumlah ponsel
murah dengan vitur internet mobile. Meskipun pertumbuhan mobile internet
tergolong cepat, warnet masih menjadi lokasi yang dominan bagi orang Indonesia
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pergi ke warnet untuk mengakses internet sedang di negara Asia Tenggara lain
67% pengguna internet di negara mengakses internet dari rumah.
Penggunaan internet di Indonesia pada kalangan remaja lebih kepada
penggunaan jejaring sosial dan merambah pada permainan yang dapat
menghubungkan remaja remaja yang ada di belahan dunia manapun dalam satu
permainan (game online). Fenomena ini kita dapat lihat dari kutipan
www.facebakers.com pada 10 Mei 2010, Indonesia berada dalam lima besar.
Rangking pengguna internet di dunia secara urut adalah AS (120,7 juta), Inggris
(25,5 juta), Indonesia (23,6 juta), Turki (20,6 juta), dan Perancis (17,9 juta).
Menurut kategori, 40% facebooker Indonesia berumur antara 18-24 tahun, 23,8%
berumur 25-34 tahun, 13,4% berusia 16-17 tahun, 12,1% berusia 13-15 tahun,
7,4% berusia 35-44 tahun dan sisanya berumur 45 tahun ke atas. Sedangkan Data
dari Entertainment Software Association pada tahun 2007, satu games yang
menarik bisa dimainkan oleh lebih dari 11,5 juta orang dan diperkirakan
MMORPGs (Massive Multiplayer Online Role Playing Games) ini dimainkan
oleh lebih dari 48 juta orang di seluruh dunia (Blinka, 2011).
Masa remaja adalah periode kehidupan yang didominasi oleh tugas-tugas
yang menantang, termasuk kenyamanan dengan diri, identitas dan membangun
orientasi masa depan. Pada masa perkembangan remaja, secara umum remaja
memasuki tahap pemikiran operasional formal yaitu karakteristik pemikiran
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Pada proses ini remaja
sangat rentan terhadap kecanduan internet karena berkenaan dengan daya tarik
internet itu sendiri serta kegunaannya sebagai sarana untuk media mencari
identitas diri dan meningkatkan popularitas dari akses yang mudah dalam
berbagai macam aplikasi hiburan yang tersedia. Ada kekhawatiran khusus tentang
fakta bahwa jika sampai terjadi pemakaian internet secara berlebihan dan
mengarah kepada gejala kecanduan internet sehingga dapat mengganggu prestasi
belajar, tugas perkembangan psikososial, serta kesejahteraan psikologis, interaksi
dengan rekan, keluarga, dan kinerja akademik (Katia A. Liberatore et
al.,2011:399).
Persepsi tentang internet berguna dan bermanfaat dalam kehidupan menjadi
faktor yang dapat memprediksi kemungkinan seorang remaja bisa menjadi
kecanduan internet. Beberapa penelitian telah menunjukkan permasalahan yang
terjadi pada remaja bukan karena teknologi internet itu sendiri, tetapi lebih kepada
cara internet digunakan, situs yang diakses, dan perasaan yang ditimbulkan saat
pemakaian internet atau penguatan perilaku yang didapat saat online.
Permasalahan yang ditimbulkan dalam penggunaan internet pada remaja
lebih kepada kesulitan dalam penyesuaian sosial. Dimana yang terpenting dan
tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial,
dan nilai-nilai baru dalam seleksi penimpin (Hurlock, 1990:213).
Lebih lanjut, hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 6 Bandung yang
dilakukan selama proses PPL (Program Pengalaman Lapangan) memperlihatkan
indikasi yang tampak pada siswa Kelas XI seperti seringnya membolos sekolah,
tidak konsen terhadap pelajaran, tertidur saat jam pelajaran, dan prestasi belajar
yang terus menurun. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa-siswa
yang terindikasi didapatkan fakta bahwa mereka lebih banyak menghabiskan
waktu dengan bermain internet baik pada jam pelajaran maupun di luar jam
pelajaran. Ketertarikan mereka terhadap internet membuat mereka tidak dapat
menempatkan diri saat di mana harus belajar dan bermain. Keterbatasan guru
bimbingan dan konseling dalam menanggulangi indikasi yang muncul serta
penanganan yang cenderung sama dengan masalah peserta didik yang lainnya
sehingga membuat sekolah dengan berat hati mengeluarkan siswa yang terindikasi
dikarenakan tidak adanya perubahan perilaku.
Dampak negatif gangguan kecanduan internet tidak hanya dirasakan oleh
siswa itu sendiri tetapi orang tua, guru dan masyarakat. Siswa yang mengalami
kecanduan internet akan mengalami ambivalensi, baik sadar atau tidak sadar
bahwa mereka mempunyai masalah. Ambivalensi ini berupa ketakutan jika
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berhubungan dengan teman di dunia maya, hal yang akan mereka lakukan dalam
menghadapi tekanan atau masalah jika tidak ada internet.
Kecenderungan pikiran-pikiran yang merusak diri, seperti merasa selalu
gelisa, cemas, takut dan lebih banyak memikirkan kegagalan sehingga
menafsirkan segala sesuatu secara negatif. Akhirnya remaja menyalahkan diri
sendiri seperti tidak mampu menyelesaikan masalah dan beranggapan bahwa
dirinya paling bodoh di antara teman-temannya. Remaja yang berpikiran negatif
menganggap suatu kenyataan akibatnya akan mengalami gangguan emosi.
Dalam gangguan emosi pikiran negatif seperti ini, peran dan tugas konselor
sekolah dalam perspektif pendidikan dapat membantu mereka untuk memahami
proses yang mengarah pada gejala kecemasan dengan memfokuskan pada
keuntungan dan kerugian dalam menjaga kepercayaan tertentu. Konselor
berinteraksi dengan konseli untuk memprovokasi pikiran dan pemahamannya.
Tujuannya adalah memungkinkan konseli untuk memahami bagaimana pikirannya
menjaga tekanan emosional.
Dalam menyiasati masalah yang akan ditimbulkan oleh penggunaan internet
pada remaja, Young (2011:304) memfokuskan penanganannya dengan
penggunaan internet secara lebih bijaksana. Bijakasana yang dimaksudkan lebih
kepada pola perilaku mengontrol penggunaan internet sehingga tidak mengganggu
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ekspetasi dari kegiatan ini bagi konselor guna mendapatkan informasi
sebanyak mungkin sehingga proses konseling dapat menghasilkan
alternatif-alternatif solusi yang dapat diberikan atau dilakukan oleh konseli. Tentunya
alternatif-alternatif yang diberikan merupakan hasil dari informasi serta harapan
apa yang diinginkan setelah dilakukannya proses konseling.
Shertzer dan Stone dalam Hafid (2010:18) mengemukakan bahwa
ekspektasi “harapan” dan tujuan konseling adalah agar konseli: (1) mampu
menghasilkan perubahan perilaku (behavioral change), yang memungkinkan
hidup lebih produktif dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya; (2)
mencapai kesehatan mental secara positif (positive mental health), yang akan
dicapai jika individu mencapai integrasi kepribadian, penyesuaian diri dan dapat
berdampingan secara positif dengan orang lain; (3) mampu mengatasi masalah
dan menghilangkan gejalanya (problem resolution or symptom removal), melalui
proses konseling diharapkan akan ditemukannya inti permasalahan,
ketiadaan-ketiadaan pada diri konseli, apa yang dapat dilakukan oleh konseli, serta
bagaimana cara mengatasi masalahnya; (4) mencapai keefektifan pribadi
(personal effectiveness), melalui proses konseling diharapkan konseli mampu
menunjukkan perilaku yang efektif untuk mengembangkan dirinya; (5) mampu
membuat keputusan (decition making), konseling mempunyai tujuan untuk
menstimulasi individu dalam mengevaluasi, membuat, menerima dan bertindak
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu pendekatan konseling yang dapat digunakan untuk menangani
gangguan kecanduan internet adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT) yang
dalam penelitian ini disebut dengan istilah Konseling Kognitif Perilaku (KKP).
Young (2011:304), menyatakan pendekatan konseling Cognitive Behavior
Therapy (CBT) yang paling efektif dalam menangani kecanduan internet. KKP
secara keseluruhan adalah komunikasi dua arah antara konselor dan konseli,
dengan keduanya berpratisipasi dalam mengeksplorasi masalah dengan tujuan
bersama untuk menangani masalah.
Dobson dan Dozois (2010: 4) mendefinisikan terapi kognitif-perilaku pada
intinya terbagi menjadi tiga bagian mendasar: (a) aktivitas kognitif mempengaruhi
perilaku; (b) kognitif kegiatan dapat dipantau dan diubah; dan (c) perubahan
perilaku yang diinginkan dapat dilakukan melalui perubahan kognitif.
Konseling perilaku kognitif (KKP) telah terbukti menjadi pengobatan yang
efektif untuk gangguan kontrol impuls. KKP juga telah efektif dalam mengobati
penyalahgunaan zat, gangguan emosional, dan gangguan makan, dengan
memperhatikan perilaku yang dihasilkan dari pola hasil pengalaman dan
pemikiran.
Konseling kognitif-perilaku bertujuan untuk membantu pasien
mengidentifikasi jenis berpikir bias yang dialami selama episode sakit. Setelah
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
spesifik pemikiran sehingga penghakiman, kurang bias menjadi lebih realistis dari
situasi atau pengalaman yang dapat dipastikan
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini difokuskan pada penelaahan
tentang: Efektivitas Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) dalam penanganan
gangguan kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian
Fenomena gangguan kecanduan internet yang terjadi di SMA Negeri 6
Bandung mengalami peningkatan dan menjadi masalah yang tidak dapat
diabaikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus sosial yang terjadi yang
banyak merugikan, baik material maupun non-material.
Kecenderungan untuk meningkatkan atau mempertahankan perilaku
penggunaan internet, maka diperlukan upaya nyata yang dilakukan secara
integratif, sistematik, terstruktur, simultan dan komprehensif. Pencegahan lebih
dini terhadap gangguan kecanduan internet secara keseluruhan dapat
meminimalisir dampak negatif. Setting pendidikan baik pendidikan sekolah
maupun luar sekolah merupakan hal yang tepat dalam proses pencegahan.
Dimana setting ini dapat secara langsung melihat kriteria gangguan kecanduan
internet. Adapun yang memiliki peran strategis dalam menangani gangguan
kecanduan internet adalah konselor sekolah. Peneliti dengan menggunakan
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) dapat membantu peserta didik membebaskan
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam penelitian secara
umum adalah Bagaimana Rumusan Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) dalam
menangani gangguan kecanduan internet siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung.
Agar lebih operasional maka rumusan masalah diuraikan lebih rinci menjadi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Seperti apakah gambaran kecanduan internet pada siswa Kelas XI di SMA
Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Seperti apakah rumusan intervensi KKP yang efektif dalam mereduksi
gangguan kecanduan internet siswa Kelas XI di SMA Negeri 6 Bandung
Tahun Pelajaran 2012/2013?
3. Apakah KKP efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet pada
siswa Kelas XI di SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah menghasilkan rumusan KKP yang secara
empiris terbukti efektif dalam menangani gangguan kecanduan internet. Adapun
tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut:
1. mendeskripsikan gambaran kecanduan internet pada siswa Kelas XI di
SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013;
2. membuat intervensi KKP yang efektif dalam menangani gangguan
kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. mengetahui efektivitas KKP dalam menangani gangguan kecanduan
internet pada siswa Kelas XI di SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran
2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan hasil
penelitian yang ditemukan, baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat
secara teoretis penelitian adalah memperkaya khasanah teori tentang gangguan
kecanduan internet dan melengkapi berbagai bentuk intervensi konseling maupun
psikoterapi dalam menangani gangguan kecanduan internet pada peserta didik.
Secara praktis, penelitian ini mengandung manfaat.
1. Lembaga sosial, LSM, sekolah dan institusi pendidikan lainnya, dapat
menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam
menyusun kebijakan, materi pelatihan dan seminar, ataupun
pengembangan program-program lainnya terkait dengan penanganan
gangguan kecanduan internet siswa.
2. Guru bimbingan dan konseling atau konselor, dapat memanfaatkan hasil
studi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan terkait teori dan
penerapan konseling kognitif-perilaku (KKP), memahami dinamika
gangguan kecanduan internet siswa/konseli, sebagai referensi untuk
mengembangkan materi layanan responsif yang difokuskan pada
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
atau sebagai referensi untuk menyusun satuan layanan bimbingan dan
konseling (SLBK).
3. Peneliti selanjutnya, dapat memanfaatkan hasil penelitian untuk
menambah khasanah pengetahuan dan wawasan tentang gangguan
kecanduan internet dalam mengembangkan program-program upaya
pencegahan dan pengobatan gangguan kecanduan internet yang lebih
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian menggunakan metode pre-eksperimental designs (quasi
eksperimen). Penerapan penggunaan konseling kognitif-perilaku (KKP)
diterapkan pada satu kelas eksperimen. Pengukuran melemahnya gangguan
kecanduan internet pada siswa Kelas XI dilaksanakan melalui pretes dan postes,
sehingga desain penelitian yang digunakan adalah “between-group design
Pretest-Posttest kontrol group design” (Creswell, 2008) yang tervisualisasikan
pada Gambar 3.1 berikut:
Select Kontrol Group (CG) Pretest- No Treatment- Posttest Select Experimental Group (EG) Pretest- Experiment Treatment-(ET) Posttest
(Creswell, 2008)
Bagan 3.1 Desain Penelitian
Keterangan
ET = Konseling Kognitif Perilaku
CG = Kelompok Eksperimen
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada setting pendidikan dalam proses konseling
dengan memperhatikan gangguan kecanduan internet pada siswa Kelas XI SMA
Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013.
Penentuan subjek penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling yang
disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang dikumpulkan dengan
mempertimbangkan kriteria gangguan kecanduan internet: (1) keasyikan dengan
internet; (2) penarikan; (3) toleransi; (4) sulit untuk mengontrol; (5) mengabaikan
konseluensi berbahaya; (6) komunikasi sosial dan kepentingan yang hilang dan;
(7) pengentasan emosi negatif. Teknik purposive sampling dilakukan dengan
menyebar angket dan mengelompokkan sampel berdasarkan tingkat gangguan
kecanduan internet.
Dalam menentukan jumlah sampel penelitian, penelitian ini mengacu pada
pendapat Creswell (2008), Estimasi jumlah sampel yang dibutuhkan untuk
prosedur pengolahan statistik sehingga dapat mewakili populasi secara tepat
adalah sekitar 15 orang (Creswell, 2008), dengan demikian jumlah sampel yang
diambil berjumlah 15 orang siswa pada kelompok eksperimen dan 15 orang siswa
pada kelompok kontrol.
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel bebas penelitian adalah intervensi yang diberikan kepada siswa
melalui konseling kognitif perilaku. Variabel ini disebut juga variabel eksperimen
(experimental variable). Adapun variabel terikat penelitian adalah perilaku
gangguan kecanduan internet.
Berikut dikemukakan penjelasan mengenai variabel-variabel secara
operasional.
1. Konseling Kognitif-Perilaku (KKP)
Konseling kognitif perilaku adalah komunikasi dua arah antara peneliti dan
siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung, dengan cara keduanya berpratisipasi
dalam mengeksplorasi masalah dengan tujuan menghasilkan perubahan perilaku
(penggunaan internet secara bijaksana) melalui modifikasi perilaku,
pengkondisian, dan memaksimalkan aktivitas kognitif.
2. Gangguan Kecanduan Internet
Gangguan kecanduan internet adalah aktivitas penggunaan internet secara
berlebihan yang dilakukan siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung meskipun
mengetahui konsekuensi buruk yang akan terjadi pada dirinya baik secara fisik,
sosial, dan kesejahteraan yang ditandai dengan indikator sebagai berikut.
a. Keasyikan dengan internet: keinginan yang kuat untuk internet. Berpikir
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menggunakan internet adalah kegiatan yang dominan dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Penarikan: dimanifestasikan oleh suasana hati seperti kecemasan, iritabilitas
dan kebosanan setelah beberapa hari tanpa kegiatan internet.
c. Toleransi: peningkatan dalam menggunakan internet diperlukan untuk
mencapai kepuasan.
d. Usaha untuk mengontrol, mengurangi atau menghentikan penggunaan
internet.
e. Mengabaikan konsekuensi berbahaya: penggunaan internet yang berlebihan
meskipun memiliki pengetahuan pesisten atau masalah fisik dan psikologis
yang diperburuk oleh penggunaan internet.
f. Komunikasi sosial dan kepentingan yang hilang: kehilangan minat, hobi,
hiburan sebagai akibat langsung dari, dan dengan pengecualian menggunakan
internet.
g. Pengentasan emosi negatif: menggunaan internet untuk melarikan diri atau
meredakan suasana hati.
D. Alur Penelitian
Tujuan akhir penelitian adalah menghasilkan program dalam menangani
gangguan kecanduan internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. Dalam
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sejumlah langkah-langkah penelitian sebagaimana digambarkan dalam alur
penelitian sebagai berikut.
Kajian Literatur Kajian Lapangan
Pengungkapan Data
Profil Gangguan Kecanduan Internet Siswa Pengambilan Sampel
Pelaksanaan Program Uji Efektivitas Revisi Program
TAHAPAN KEGIATAN HASIL
Studi Pendahuluan
Judgment, Uji Keterbacaan &
Uji Validitas
Uji Coba & Eksperimen Kuasi (Pretest & Posttest)
Instrumen GKI
Program Hipotetik
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2
Alur Penelitian
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
Langkah-langkah pengembangan intrumen penelitian diuraikan sebagai
berikut.
1. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Dalam mengembangkan kisi-kisi instrumen penelitian, dibuat indikator
efektivitas konseling kognitif-perilaku dengan menggunakan kriteria/faktor
gangguan kecanduan internet yang mengacu pada pendapat Tao Ran (2010)
dengan landasan DSM IV. Sejumlah gejala kriteria yakni sebagai berikut: (1)
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(5) mengabaikan konseluensi berbahaya; (6) komunikasi sosial dan kepentingan
yang hilang, dan; (7) pengentasan emosi negatif.
Instrumen ini berbentuk angket berskala dengan kategori pilihan jawaban,
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai
(STS), yang masing-masing diberi skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), dan 4 (STS). Berikut
disajikan kisi-kisi instrumen gangguan kecanduan internet sebelum uji coba dalam
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Sebelum Uji Coba
Aspek Indikator No. Butir Soal
(-)
1. Keasyikan Terhadap Internet
1.1. Senang dan menikmati saat
bermain internet 1, 2 2
2.5. Merasa cemas, gelisah dan frustasi
saat tidak menggunakan internet 11,12,13 3 2.6. Merasa ada yang kurang atau hilang
dalam hidupnya saat tidak bermain internet
14,15 2
2.7. Merasa adanya keganjalan pada tubuh saat tidak
3.9. Merasakan adanya tantangan dari
bermain internet 21,22 2
3.10. Meningkatkan itensitas
penggunaan internet 23,24,25,26 4
3.11. Menggunakan aplikasi-aplikasi
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.12. Melakukan kompetisi dengan
pengguna internet yang lainnya 29-30 2
4. Sulit Untuk Mengontrol penghentian
4.13. Gagal menahan diri untuk tidak
bermain internet 31,32,33 3
4.14. Rela melakukan apapun untuk
tetap bermain internet 34,35 2
4.15. Menjual/menggadaikan apa yang
dimilikinya untuk bermain internet 36,37,38 3 4.16. Gagal menahan diri melakukan
transaksi dalam internet 39,40 2
5. Mengabaikan
bagian tertentu pada tubuh 46,47,48 3 5.19. Pulang larut malam bahkan
menginap di warnet untuk bermain internet
teman-teman di sekolah 53,54,55,56 4 6.22. Mengalami sendirian dan hukuman 57,58,59,60 3 6.23. Menutupi kegiatan bermain
internet dari orang tua 61,62,63 2 6.24. Menutupi kegiatan bermain
internet dari teman-temannya 64,65 6.25. Berbohong kepada orang lain
untuk bermain internet 66,67 2
7. Pengentasan Emosi Negatif
7.26. Meluapkan emosinya dengan
bermain internet 68,69,70 3
7.27. Meluapkan emosi dengan
menggunakan kata-kata kotor 71,72 2
2. Penimbangan (Judgement) Instrumen Penelitian
Judgement intrumen penelitian dilakukan dengan bantuan dosen yang
berkompeten dengan memperhatikan kriteria gangguan kecanduan internet.
Kegiatan penimbangan berorientasi pada validitas konstruk dan validitas isi,
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan koreksi terhadap format yang
digunakan.
Dari tujuh aspek gangguan kecanduan internet menghasilkan 26 indikator,
yang kemudian dikembangkan menjadi 67 butir pernyataan. Instrumen penelitian
ditimbang oleh tiga orang penimbang untuk dikaji kesesuaian setiap butir
pernyataan dengan aspek-aspek dan indikator yang akan diungkap. Penimbangan
(juggement) terhadap instrumen penelitian dilakukan oleh tiga orang pakar
bimbingan dan konseling, yaitu Prof. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd., Prof. Juntika
Nurihsan, M.Pd., Dr. Mubiar Agustin, M.Pd.
Berdasarkan penimbangan instrumen penelitian, masing-masing pernyataan
dikelompokkan dalam kualifikasi memadai (M) atau tidak memadai (TM).
Kategori antara memadai atau tidak memadai sebuah instrumen dilihat dari
konstruk instrumen, konten/isi instrumen, dan redaksi instrumen tersebut.
Pernyataan yang berkualifikasi memadai (M) dapat langsung digunakan sebagai
butir item dalam instrumen penelitian sementara yang berkualikasi tidak memadai
(TM) perlu direvisi dan diperbaiki.
3. Uji Keterbacaan Instrumen Penelitian
Validasi eksternal instrumen penelitian dilakukan melalui uji keterbacaan.
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat dalam instrumen penelitian dapat dimengerti susunan redaksi dan
maknanya serta telah sesuai/menggambarkan gangguan kecanduan internet.
4. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen penelitian dilakukan selama satu tahap, meliputi
validitas dan reliabilitas. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kualitas instrumen
yang layak dipakai.
a. Validitas Instrumen
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat
kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.
Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap
konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur yang seharusnya diukur.
Suatu instrumen yang dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur tersebut
dapat digunakan untuk mengukur yang sebenarnya harus diukur.
Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program
SPSS 18.0 for windows. Kegiatan uji validitas butir item dilakukan untuk
mengetahui instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk
mengukur yang akan diukur (Sugiyono, 2007: 267). Pada penelitian ini, uji
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (rxy), dengan
menggunakan rumus seperti berikut:
rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Item soal yang dicari validitasnya
Y = Skor total yang diperoleh sampel
2) Proses pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. jika r hitung positif, dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid; dan
b. jika r hitung negatif, dan r hitung < 0,3, maka butir soal tidak valid.
Menurut Masrun dalam Sugiyono (2007 : 188-189), item yang dipilih
(valid) adalah yang memiliki tingkat korelasi ≥ 0,3. Jadi, semakin tinggi validitas
suatu alat ukur, maka alat ukur tersebut semakin mengenai sasarannya atau
semakin menunjukkan yang seharusnya diukur.
Rekapitulasi hasil perhitungan uji validitas data gangguan kecanduan
internet tersaji pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.1 diperoleh pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 6,
7, 9, 10, 12, 20, 47. Untuk nomor 12, 20, dan 47 pernyataan tersebut direvisi
sehingga pernyataan yang dibuang menjadi empat pernyataan yaitu pernyataan
nomor 6, 7, 9, 10. Fokus penelitian tidak memperhatikan penggunaan
aplikasi-aplikasi tertentu dalam pemakaian internet dengan demikian indikator “menyukai
aplikasi-aplikasi tertentu dalam internet” dihapuskan. Jumlah item yang dipakai
untuk penelitian adalah 67 pernyataan.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen menunjukkan derajat keajegan (konsistensi) skor
yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi
yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor
perolehan subjek. Skor perolehan terdiri dari skor-skor murni dan skor kekeliruan
galat pengukuran. Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai
koefisien korelasi (r).
Perolehan skor tingkat reliabilitas instrumen diperoleh dengan
memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 18.0 for
window yaitu dengan teknik atau model skala alpha.
Pengujian reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha ( ) melalui
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kedua, mencari varians semua item menggunakan rumus berikut.Kriteria untuk mengetahui reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria
yang dikemukakan oleh Sugiyono (2007 : 149) yang tercantum pada Tabel 3.3
berikut.
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas Instrumen
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Proses pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan perangkat
lunak MS Excel 2010. Hasil pengujian didapatkan
Jumlah varian (i ) = 38,63
Varian Total (t ) = 513,25
Reliabilitas = 0,94 (Sangat Tinggi)
Merujuk pada pedoman kriteria korelasi dari Sugiyono (1999 : 149), dapat
ditarik kesimpulan bahwa reliabilitas instrumen pengungkap gangguan kecanduan
internet berada pada kategori sangat tinggi. Artinya, instrumen tersebut memiliki
tingkat reliabilitas yang sangat tinggi.
5. Revisi Akhir dan Pengemasan Instrumen Final
Butir item yang memenuhi syarat dihimpun dan direvisi sesuai kebutuhan,
dengan demikian dapat dihasilkan seperangkat instrumen siap pakai untuk
pengumpulan data mengenai profil gangguan kecanduan internet siswa serta dapat
digunakan sebagai instrumen Pretest dan Posttest. Berikut disajikan kisi-kisi
instrumen gangguan kecanduan internet siswa setelah diuji coba dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Matrik Kisi-Kisi Gangguan Kecanduan Internet Setelah Uji Coba
Aspek Indikator No. Butir Soal
(-)
1. Keasyikan Terhadap Internet
1.1. Senang dan menikmati saat
bermain internet 1, 2 2
1.2. Sering membayangkan aktivitas
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.3. Memiliki kebebasan dalam
bermain internet 5,6 2
2. withdrawal (Penarikan)
2.5. Merasa cemas, gelisah dan frustasi
saat tidak menggunakan internet 7,8,9 3 2.6. Merasa ada yang kurang atau hilang
dalam hidupnya saat tidak bermain internet
10,11 2
2.7. Merasa adanya keganjalan pada tubuh saat tidak
3.9. Merasakan adanya tantangan dari
bermain internet 17,18 2
3.10. Meningkatkan itensitas
penggunaan internet 19,20,21,22 4 3.11. Menggunakan aplikasi-aplikasi
yang ada di internet 23,24 2
3.12. Melakukan kompetisi dengan
pengguna internet yang lainnya 25,26 2
4. Sulit Untuk Mengontrol penghentian
4.13. Gagal menahan diri untuk tidak
bermain internet 27,28,29 3
4.14. Rela melakukan apapun untuk
tetap bermain internet 30,31 2
4.15. Menjual/menggadaikan barang yang dimilikinya untuk bermain internet
32,33,34 3
4.16. Gagal menahan diri melakukan
transaksi dalam internet 35,36 2
5. Mengabaikan
bagian tertentu pada tubuh 42,43,44 3 5.19. Pulang larut malam bahkan
menginap di warnet untuk bermain internet
teman-teman di sekolah 49,50,51,52 4 6.22. Mengalami sendirian dan hukuman 53,54,55 3 6.23. Menutupi kegiatan bermain
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6.24. Menutupi kegiatan bermain
internet dari teman-temannya 59,60 2 6.25. Berbohong kepada orang lain
untuk bermain internet 61,62 2
7. Pengentasan Emosi Negatif
7.26. Meluapkan emosinya dengan
bermain internet 63,64,65 3
7.27. Meluapkan emosi dengan
menggunakan kata-kata kotor 66,67 2
F. Pengembangan Program Intervensi
Dalam mengembangkan program intervensi yang sifatnya operasional atau
siap uji, terdapat beberapa langkah yang perlu ditempuh, diantaranya.
1. Pengembangan Kisi-Kisi Program Intervensi
Program konseling kognitif-perilaku dalam menangani gangguan kecanduan
internet siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung dikembangkan berdasarkan teori
tentang gangguan kecanduan internet beserta aspek-aspek terkait yang meliputi
keasyikan terhadap internet, withdrawal/penarikan, toleransi, sulit untuk
menghentikan penelitian, pengentasan emosi negatif, komunikasi sosial yang
hilang, dan mengabaikan konsekuensi berbahaya.
2. Uji Rasional
Untuk menghasilkan program konseling yang teruji efektif, maka langkah
awal yang dilakukan adalah menguji kelayakan program secara rasional. Validitas
rasional program dilakukan dengan menggunakan teknik respon terperinci dan
penilaian kualitatif. Penilaian meliputi keseluruhan program mulai dari
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian uji rasional program dalam penelitian ini melalui dua jenis
pengujian yaitu uji validitas isi program dan uji empiris.
a. Uji Validitas Isi Program
Uji validitas isi program dilakukan melalui penilaian pakar (expert
judgment). Validasi program konseling kognitif-perilaku berdasarkan
penimbangan dua orang pakar bimbingan dan konseling yaitu Prof. Syamsu Yusuf
L.N, M.Pd dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd dan satu orang praktisi bimbingan
konseling di sekolah yaitu, Siti Nurmala, M.MPd.
b. Uji Empiris
Uji empiris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji kepraktisan program
konseling kognitif-perilaku dalam menangani gangguan kecanduan internet dari
praktisi bimbingan dan konseling di sekolah yaitu Siti Nurmala, M.MPd. Berikut
ini disajikan kisi-kisi instrumen uji rasional.
Tabel 3.5
Kuesioner Terbuka Uji Validitas Isi Program Konseling Kognitif-Perilaku
No Aspek yang Dinilai Saran
1 Rumusan Rasional
2 Rumusan Tujuan Program 3 Komponen Program 4 Kompetensi Konselor 5 Karakteristik Hubungan 6 Komposisi Kelompok 7 Adegan Layanan 8 Rencana Operasional
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11 Pengembangan Satuan Layanan
12 Mekanisme Penilaian dan Indikator Keberhasilan
(Sumber Data: Ahli BK dan Praktisi)
3. Hasil Uji Program Hipotetik Konseling Kognitif-Perilaku dalam
Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI SMA Negeri
6 Bandung.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka dirancang program konseling
kognitf-perilaku dalam menangani gangguan kecanduan internet. Program
konseling kognitif-perilaku merupakan suatu proses hubungan bantuan yang
berkesinambungan yang menitikberatkan kepada perilaku yang timbul dengan
latar pikiran yang irasional dalam diri konseli. Dengan mengeksplorasi dan
mengidentifikasi pikiran yang irasional tersebut, konseli diarahkan guna
merumuskan beberapa alternatif penyelesaian terhadap gangguan kecanduan
internet.
Konseling kognitif-perilaku yang masih bersifat hipotetik tersebut,
selanjutnya diajukan kepada dua orang pakar bimbingan dan konseling dan satu
orang praktisi yaitu guru bimbingan dan konseling. Selanjutnya, setelah
mendapatkan validasi berupa saran dan masukan baik dari sisi konstruk, konten
maupun redaksional maka dilakukan revisi/perbaikan program. Program hasil
revisi inilah yang selanjutnya diujicobakan untuk diketahui tingkat
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Deskripsi yang lebih menyeluruh mengenai struktur dan sekaligus hasil
validasi program konseling kognitif-perilaku berdasarkan penimbangan dua orang
pakar bimbingan dan konseling yaitu Prof. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd., Dr. Mubiar
Agustin, M.Pd dan satu orang praktisi bimbingan konseling di sekolah yaitu, Siti
Nurmala, M.MPd dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program Konseling kognitif-perilaku dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Siswa Kelas XI
SMA Negeri 6 Bandung Aspek Prof. Syamsu Yusuf L.N,
M.Pd
Dr. Mubiar Agustin, M.Pd Siti Nurmala, M.MPd
Rasional Perlu lebih dititikberatkan pada rasional pentingnya
Pola terjadinya gangguan kecanduan internet lebih dijabarkan dan jabarkan KKP merupakan solusi yang tepat
Tujuan Program Perlu dibuat lebih spesifik dengan memperjelas secara operasional indikator-indikator pencapaian tujuan
Diperkuat pada keadiksian Disesuaikan dengan setting pendidikan di sekolah
Komponen Program
Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai
Kompetensi Konselor
Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai
Karakteristik Hubungan
Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai
Komposisi Kelompok
Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai
Adegan Layanan
Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai
Rencana Operasional
Cukup memadai Cukup memadai Cukup memadai
Pengembangan Tema dan Topik
Perlu adanya materi-materi tentang gangguan kecanduan internet
Materi keadiksian pada remaja dihadirkan
Gangguan kecanduan dalam setting pendidikan
Prosedur Pelaksanaan
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Program
Evaluasi Perlu adanya indikator-indikator keberhasilan
Perlu adanya teknik penilaian
Cukup memadai
Berdasarkan saran dan masukan dari pakar dan praktisi, maka sebelum
dilanjutkan ke tahap uji efektifitas program intervensi, terlebih dahulu dilakukan
revisi dan perbaikan terhadap komponen-komponen program intervensi baik
berasal dari dimensi struktur maupun dari dimensi isi (bentuk akhir program
intervensi siap uji terlampir)
4. Langkah-Langkah Implementasi Program Konseling Kognitif-Perilaku
Langkah-langkah implementasi program konseling kognitif-perilaku
dilakukan melalui Pretest dan Posttest. Pretest dilakukan sebelum penelitian
dilakukan untuk mendapat subjek/sampel penelitian. Selanjutnya observasi dan
wawancara dilakukan setelah subjek penelitian ditentukan untuk mendapatkan
data yang menunjang dalam penelitian. Posttest diberikan setelah langkah-langkah
dalam proses konseling kognitif-perilaku dilakukan dalam beberapa sesi untuk
mengetahui efektivitas KKP dalam menangani gangguan kecanduan internet.
Setiap sesi KKP terdiri atas komponen: (1) tugas-tugas pokok; (2) tujuan;
(3) intervensi-intervensi pokok; dan (4) latihan praktek. Garis besar isi setiap sesi
KKP dideskripsikan sebagai berikut.
Sesi 1: Pretest kegiatan untuk mengetahui profil gangguan kecanduan
Hardiyansyah Masya, 2013
Konseling Kognitif-Perilaku (KKP) Dalam Menangani Gangguan Kecanduan Internet Pada Remaja (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sesi 2: Pengantar Konseling Kognitif-Perilaku (KKP). Tujuan sesi dua
adalah: (1) mulai membangun hubungan dengan konseling; (2) menilai
karakteristik gangguan kecanduan internet siswa yang menjadi faktor penting
dalam konsseling; (3) mendeskripsikan pentingnya KKP; (4) mendeskripsikan
struktur seluruh sesi konseling; dan (5) memulai sesi konseling.
Sesi 3: Restrukturisasi Kognitif. Tujuan sesi ini adalah: (1) mengatasi
penolakan yang sering hadir di antara pengguna internet; dan (2) memerangi
rasionalisasi yang membenarkan penggunaan internet secara berlebihan. Dalam
sesi ini dilakukan selama dua kali pertemuan.
Sesi 4: Modifikasi Perilaku. Tujuan sesi ini adalah: (1) memahami
pengalaman gangguan kecanduan internet siswa; (2) menyampaikan sifat
gangguan kecanduan internet; (3) mengidentifikasi isyarat-isyarat dan pemicu
gangguan kecanduan; (4) menanamkan dan mempraktikkan teknik-teknik
pengawasan kecanduan dan pemicu kecanduan yang kuat; dan (5) homework.
Pada sesi ini dilakukan selama dua kali pertemuan
Sesi 5: Posttest merupakan kegiatan untuk mengetahui menurunnya profil
gangguan kecanduan kecanduan internet pada siswa setelah melakukan sesi