• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN BERLATAR BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI PEDAGOGIS TUTOR DAN SISWA:Penelitian Pengembangan pada Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN BERLATAR BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI PEDAGOGIS TUTOR DAN SISWA:Penelitian Pengembangan pada Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal di Kota Bandung."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

MODEL PEMBELAJARAN BERLATAR BUDAYA LOKAL

UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI PEDAGOGIS

TUTOR DAN SISWA

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR GRAFIK ... xx

DAFTAR DIAGRAM ... xxi

DAFTAR PHOTO ... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 8

C. Tujuan Penelitian ... 11

(2)

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

E. Definisi Operasional ... 12

F. Kerangka Pemikiran ... 14

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ... 19

1. Perkembangan dan Karakteristik Anak Usia Dini ... 19

2. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 28

B. Hakikat Budaya Lokal ... 33

1. Makna Budaya dan Kebudayaan ... 33

2. Kebudayaan Sebagai Pola ... 37

3. Kebudayaan Bersifat Dinamis ... 40

4. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri ... 43

5. Kebudayaan Diperoleh Dari Belajar ... 46

6. Budaya Belajar ... 48

7. Pengertian Budaya Lokal ... 49

8. Deskripsi Budaya Lokal Sunda ... 54

C. Konsep Interaksi Pedagogis ... 58

1. Konsep Interaksi ... 58

2. Konsep Pedagogis ... 64

3. Pergaulan Pendidikan ... 67

4. Interaksi Pedagogis ... 69

(3)

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 81

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 89

1. Teknik Pengumpulan Data ... 89

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 89

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 97

1. Lokasi Penelitian ... 97

2. Subjek Penelitian ... 99

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 99

E. Teknik Analisis Data ... 102

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Studi Pendahuluan ... 105

B. Pengembangan Model Konseptual Pembelajaran Berorientasi Budaya Lokal PAUD ... 108

C. Implementasi Model Pembelajaran Berorientasi Budaya Lokal untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis ... 131

1. Uji Kelayakan Model ... 131

2. Uji Coba Tahap I ... 134

3. Uji Coba Tahap II ... 189

(4)

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Tutor dan Siswa antara Kelas Eksperimen dengan

Kelas Uji Coba pada Tahap 1 ... 244 3. Perbandingan Hasil Observasi Interaksi Pedagogis

Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol pada

Tahap 2 ... 246 4. Perbandingan Hasil Observasi Interaksi Pedagogis

Tutor dan Siswa Berdasarkan Pencapaian Indikator . 249

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 255 1. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (APUD)

di Kota Bandung ... 255 2. Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal yang

Secara Konseptual Mampu Meningkatkan Interaksi

Pedagogis ... 261 3. Implementasi Model Pembelajaran Berlatar Budaya

Lokal untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis ... 266 4. Efektivitas Model Pembelajaran Berlatar Budaya

Lokal dalam Meningkatkan Interaksi Pedagogis

(5)

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 293

B. Implikasi ... 299

C. Rekomendasi ... 300

(6)

1

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan anak usia dini (baca TK/RA) di Indonesia telah mulai dilaksanakan secara formal sejak tahun 1990-an, sedangkan untuk tingkat SD/MI dimulai tahun 1984, dilanjutkan pada tahun 1994 untuk pendidikan dasar 9 tahun. Hasil yang telah dicapai cukup memuaskan yang ditunjukkan dengan meningkatnya APK ( Angka Partisipasi Kasar) dan APM (Angka Partisipasi Murni) tingkat PAUD dan Pendidikan Dasar. Namun akibat krisis ekonomi 1998 dan terjadinya konflik sosial di berbagai daerah yang mengganggu program-program PAUD dan pendidikan dasar, maka angka partisipasi menjadi terganggu. Untuk menyelamatkan generasi mendatang dari ancaman kebodohan dan kemunduran, peningkatan partisipasi PAUD dan pendidikan dasar merupakan agenda yang prioritas dan tidak dapat diabaikan oleh pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan nasional (http://puskurbuk:net/ web/download/prod2007/42_kajian%20Kur%20SD.pdf).

Upaya yang telah dilakukan Pemerintah melalui Depdiknas sejauh ini adalah mendirikan pusat-pusat PAUD di daerah-daerah, termasuk di daerah tertinggal. Namun keberadaan pusat-pusat PAUD ini masih sangat minim dibandingkan dengan tingkat kebutuhan masyarakat.

(7)

2

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pengembangan potensi dan keunggulan daerah perlu mendapatkan perhatian secara khusus bagi pemerintah daerah sehingga anak-anak daerah tidak asing dengan daerahnya sendiri dan faham betul tentang potensi dan nilai-nilai serta budaya daerahnya sendiri, dan anak-anak dapat mengembangkan serta memberdayakan potensi daerahnya sesuai dengan tuntutan ekonomi global yang telah disepakati oleh pemerintah Indonesia. Diharapkan dengan ekonomi global tersebut, masing-masing daerah ingin berlomba bersaing dengan negara lain untuk memasarkan keunggulan daerahnya sendiri.

(8)

3

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

yang kreatif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

Budaya sebagai sebuah sistem komunikasi normatif yang berdiri di atas tatanan masyarakat memiliki kekhasan tersendiri hubungannya dengan interaksi pedagogis. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha mengembangkan model pembelajaran berlatar budaya lokal untuk meningkatkan interaksi pedagogis tutor dengan siswa paud Nonformal yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

H.A.R. Tilaar (2002) menyatakan bahwa pendidikan mempunyai arti atau hakikat di dalam proses pendidikan itu sendiri sebagai proses kebudayaan dan pembudayaan. Dengan demikian, antara pendidikan dan kebudayaan tidak ada garis pemisah bahkan merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi di dalam proses pemanusiaan. Selanjutnya, beliau mengemukakan rupa-rupanya dalam era reformasi yang menginginkan terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional harus menemukan kembali pendidikan nasional Indonesia yang tumbuh dan berkembang di dalam budaya Indonesia dan bukan tumbuh dan berkembang di atas konsep kehidupan yang asing dari masyarakat kita.

(9)

4

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Dalam pembelajaran berlatar budaya lokal, budaya lokal menjadi sebuah metode bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk-bentuk dan prinsip-prinsip yang kreatif tentang alam. Dengan demikian, melalui pembelajaran berlatar budaya lokal, siswa bukan sekedar meniru dan atau menerima saja informasi yang disampaikan, tetapi siswa menciptakan makna, pemahaman, dan arti dari informasi yang diperolehnya. Pengetahuan bukan sekedar rangkuman naratif dari pengetahuan yang dimiliki orang lain, tetapi suatu koleksi (reportoire) yang dimiliki seseorang tentang pemikiran, perilaku, keterkaitan, prediksi, dan perasaan.

Pada kenyataannya, kearifan lokal yang merupakan salah satu bentuk transformasi dan konservasi budaya lokal atau budaya daerah, masih belum bersinergi pada mata pelajaran di PAUD. Hal ini tampak pada kreativitas tutor yang belum tampak pada model pembelajaran yang dterapkannya. Sinergi yang dimaksud adalah adanya keterkaitan yang tinggi antara bahan ajar, strategi, dan suasana pembelajaran yang belum memanfaatkan konteks lingkungan sekitar atau budaya lokal.

(10)

5

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

PAUD Kota Bandung, secara geografis dan sosiologis berada di lingkungan daerah Sunda atau budaya Sunda. Dari sisi pendidikan, budaya Sunda yang sangat kaya dan mengandung nilai-nilai luhur kehidupan layak sekali apabila dijadikan landasan dalam pengembangan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar dapat diterapkan pada semua mata pelajaran tanpa terkecuali. Kreatifitas tutor dalam mengembangkan bahan ajar yang berlatar budaya Sunda khususnya, akan memperkaya khazanah siswa tentang budaya daerah.

Model pembelajaran berorientasi budaya lokal untuk meningkatkan interaksi pedagogis tutor dan siswa PAUD Nonformal dalam studi ini didasari oleh asumsi, bahwa pada saat ini perhatian terhadap “golden age” ini melahirkan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia dengan berdasar pada Undang-Undang No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, Undang-Undang-Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan disahkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang secara eksplisit mencantumkan tentang Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD (Pasal 28). Di usianya yang masih sangat muda, yaitu sejak 1997/1998 melalui proyek Bank Dunia. Namun program ini cepat menyeruak ke jajaran isu pendidikan papan atas. Bahkan kini PAUD menjadi salah satu dari 10 program prioritas Departemen Pendidikan Nasional.

(11)

6

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

gilirannya membutuhkan banyak tutor. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) belum siap. Dari ratusan ribu guru PAUD boleh jadi 90% lulusan SMA sederajat. Padahal, potensi anak usia dini akan berkembang optimal jika mendapat rangsangan secara tepat.

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya pengembangan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang bersifat inovatif yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan interaksi pedagogis tutor dan siswa. Model pembelajaran ini berkenaan dengan upaya pengembangan PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-8 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikan untuk anak usia tersebut dipandang perlu untuk dikhususkan.

PAUD telah berkembang dengan pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di Negara-negara maju karena mengembangkan sumberdaya manusia lebih mudah jika dilakukan sejak usia dini. PAUD adalah ilmu multi dan interdisipliner, artinya tersusun oleh banyak disiplin ilmu yang saling terkait. Ilmu Psikologi perkembangan, ilmu Pendidikan, Neurosains, ilmu Bahasa, ilm Seni, ilmu Gizi, ilmu Biologi perkembangan anak, dan ilmu-ilmu terkait lainnya saling terintegrasi untuk membahas setiap persoalan PAUD. Untuk mengembangkan kemampan intelektual anak, diperlukan berbagai kegiatan yang dilandasi dengan ilmu psikologi, ilmu pendidikan, ilmu matematika untuk anak, sains untuk anak, dan seterusnya.

(12)

7

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

tahap. Pertama, aturan berkaitan dengan tindakan motorik. Kedua, aturan itu adalah “keramat”, artinya sudah ditentukan oleh orang dewasa, karena itu tidak

boleh ditolak. Ketiga, aturan itu dilaksanakan atas kesepakatan para pemain, dan aturan mungkin berubah jika disepakati oleh para pemain.

Penelitian Smilansky (Docket & Fleer, 1999: 56) tentang bermain, memberikan kontribusi yang penting untuk dimasukan ke dalam tahapan bermain yang dikemukakan Piaget yaitu bermain konstruktif. Bermain konstruktif meliputi penggunaan bahan-bahan untuk membangun sesuatu. Bermain konstruktif ditempatkan diantara bermain fungsional dan bermain simbolik. Mengacu pada pendapat di atas, maka jika teori bermain dari Piaget dipadukan dengan teori bermain dari Smilansky, maka tahapan bermain anak terdiri atas (1) bermain fungsional, (2) bermain konstruktif, (3) bermain simbolik, dan (4) permainan dengan aturan.

(13)

8

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Upaya untuk memperbaiki minimnya interaksi pedagogis antara tutor dengan anak didik tersebut diperlukan inovasi teruji. Sebab rendahnya interaksi pedagogis antara tutor dengan siswa akan berdampak terhadap kuantitas bahkan kualitas hasil belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas interaksi pedagogis tersebut, menurut pemikiran penulis, dapat dirancang dengan cara mengemas strategi pembelajaran yang berlatar budaya lokal.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan kondisi yang diuraikan pada pendahuluan, perlu dilakukan upaya alternatif sementara menunggu kebijakan baru untuk mengatasi kekurangan dan mutu tutor PAUD nonformal, selain memberikan pelatihan terhadap para tutor dan calon tutor untuk lebih memahami tentang anak, teknik mengajar dengan tepat, teknik bermain, hingga bagaimana cara mengatasi jika ada persoalan yang muncul, juga perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran yang mampu meningkatkan interaksi pedagogis yang berlatar belakang budaya lokal. Beberapa anggapan dasar tentang PAUD dari sudut pandang sosio-kultural, bahwa PAUD merupakan realitas hak anak untuk hidup dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Pewarisan nilai-nilai masyarakat dapat dilakukan untuk menyiapkan anak sebagai generasi penerus masa depan. Secara ekonomik, PAUD merupakan investasi masa depan karena akan berkembang baik secara ekonomis akan menguntungkan masa datang. Selain itu, menurut Abdulhak (2003: 26) PAUD

(14)

9

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

(2) penanaman nilai-nilai dan norma-norma kehidupan; (3) pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan; (4) pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar; serta (5) pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif (http://christinpanjaitan/wordpress.com/category/41_pendidikan usia dini). Tujuan dan fungsi PAUD yang dasar pendiriannya adalah SK Mendiknas Nomor 051/0/2001 tanggal 19 April 2001 berkaitan erat dengan visi dan misi dari PAUD itu sendiri. Adapun visi dari PAUD tersebut adalah “Terwujudnya anak

usia dini yang sehat cerdas dan ceria” Sementara misinya adalah:

(1) Mengupayakan pemerataan pelayanan, peningkatan mutu dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dini, (2) Mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan usia dini (Depdiknas, 2001).

Ada beberapa hal yang menjadi prinsip dalam pelaksanaan PAUD, antara lain ( Depdiknas, 2001) :

(15)

10

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

masyarakat setempat. PAUD dengan urgensinya dalam beberapa tahun terakhir, semakin popular. Kalangan perguruan tinggi, pelaku pendidikan dan pejabat serta masyarakat luas tampaknya mulai akrab dengan PAUD, sekalipun dapat dipastikan bahwa tingkat pengertian mereka tentang PAUD berbeda-beda..

Berdasarkan tujuan, visi, misi dan prinsip penyelenggaraan PAUD yang secara eksplisit-implisit menegaskan perlunya unsur-unsur sosial kemasyarakatan dan dimensi budaya lokal, maka penelitian ini mencoba menguraikan upaya meningkatkan interaksi pedagogis menggunakan model pembelajaran berlatar budaya lokal.

Berdasarkan kajian di atas, maka rumusan utama masalah penelitian yang diungkap adalah “bagaimana model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis?” Rumusan masalah ini diurai dalam bentuk beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nonformal di Kota Bandung?

2. Bagaimana model pembelajaran berorientasi budaya lokal yang secara konseptual mampu meningkatkan interaksi pedagogis?

3. Bagaimana gambaran implementasi model pembelajaran berorientasi budaya lokal untuk meningkatkan interaksi pedagogis?

(16)

11

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh sebuah model pembelajaran baku berlatar budaya yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis dan mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, dibuat tujuan perantara atau tujuan-tujuan khusus sebagai berikut. 1. Mengetahui penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Nonformal di Kota Bandung.

2. Memperoleh model pembelajaran berorientasi budaya lokal yang secara konseptual mampu meningkatkan interaksi pedagogis.

3. Mengetahui gambaran implementasi model pembelajaran berorientasi budaya lokal untuk meningkatkan interaksi pedagogis.

4. Mengetahui efektivitas model pembelajaran berorientasi budaya lokal untuk meningkatkan interaksi pedagogis pada PAUD Nonformal.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat dalam dua kerangka berikut.

(17)

12

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pedagogis dan hasil belajar siswa PAUD Nonformal melalui penggunaan budaya lokal sebagai kekuatan proses pembelajaran. Berdasarkan pantauan lapangan dan kajian pustaka, hal ini belum dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran komparatif bagi pengembangan ilmu pendidikan luar sekolah khususnya PAUD Nonformal untuk meningkatkan interaksi pedagogis dan hasil belajarnya berdasarkan kajian budaya lokal.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

tutor dan para penyelenggara PAUD Nonformal untuk mempertimbangkan model yang dihasilkan agar dapat diaplikasikan untuk meningkatkan interaksi pedagogis. Bagi para siswa PAUD Nonformal interaksi yang dibangun dalam pembelajaran menjadi lebih bermakna begitu juga dengan para tutornya, sehingga akhirnya dapat mendongkrak hasil belajar para siswa menjadi lebih optimal. Kemudian bagi Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan ajar bagi pembinaan para mahasiswa calon praktisi di lapangan yang terampil mengajar, berwawasan budaya lokal dalam rangka meningkatkan interaksi pedagogisnya termasuk hasil belajar para siswa yang dibinanya.

E. Definisi Operasional

(18)

13

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 1. Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal

Model Pembelajaran berlatar budaya lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah contoh atau pola yang diikuti dan sangat berharga dalam proses kegiatan pembelajaran yang ditandai oleh keikutsertaan peserta didik (siswa) dan pendidik (tutor) berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pembelajaran berlatar budaya lokal yang terkait dengan bahasa, alat-alat, makanan, dan permainan-permainan khas. Kebudayaan lokal mengacu pada kebudayaan Sunda terutama yang ditandai dengan tradisi sunda yang mencakup bahasa, media/alat-alat, makanan, dan permainan-permainan khas sunda.

2. Interaksi Pedagogis

Interaksi pedagogis merupakan pergaulan pendidikan, yang mengarah pada tujuan pendidikan. Interaksi Pedagogis dalam penelitian ini adalah merupakan suatu proses komunikasi timbal balik antara siswa dengan tutor untuk mencapai tujuan pendidikan.

3. Anak Usia Dini

(19)

14

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun. Berdasarkan pernyataan tersebut, usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut tahun emas atau golden age. Oleh karena itu jika ingin mengembangkan bangsa yang cerdas, beriman dan bertaqwa, serta berbudi luhur hendaklah dimulai dari PAUD. Itulah sebabnya negara-negara maju amat serius mengembangkan PAUD, tidak dianggap sebagai pelengkap, tetapi sama pentingnya dengan pendidikan SD atau sekolah menengah.

4. Tutor

Yang dimaksud dengan tutor dalam penelitian ini adalah tenaga pengajar pada PAUD yang berusia 4-6 tahun. Apabila mengacu pada Permen no. 58 tahun 2009 yang dimaksud dengan tenaga pengajar adalah guru yang mengajar di PAUD usia 4-6 tahun bukan sebagai pendamping atau pengasuh.

F. Kerangka Pemikiran

Ada beberapa variabel yang ada dalam pembelajaran. Sebagaimana M.J. Dunkin dan B.J. Bidle dalam buku The Study of Teaching (1974) mengemukakan empat variabel yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : (1) Presage variables, yaitu variabel karakteristik kepribadian guru/tutor, (2) Context

variables, yaitu variabel karakteristik kepribadian siswa, (3) Process variables,

(20)

15

Gambar 1.1 Model Mengajar Menurut Dunkin & Bidle

VARIBALE PRESAGE

Pengalaman Kerja Guru :

 Perguruan Tinggi

Keadaan Sekolah dan Masysrakat Lingkungan :

Tingkah laku guru di kelas

(21)

16

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara tutor dan siswa dimana interaksi tersebut akan menentukan hasil belajar. Untuk terjadinya interaksi pedagogis dalam pembelajaran, tutor sebagai penanggung jawab dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan context variable (pengalaman formatif siswa, sifat-sifat siswa, keadaan sekitar siswa

termasuk didalamnya kebudayaan sekitar lingkungan siswa) dan variabel ini hendaknya dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan pembelajaran. Tanpa memperhatikan variabel ini dalam pembelajaran tidak akan terjadi interaksi pedagogis antara tutor dan siswa.

Sejalan dengan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, maka pembelajaran pun menggunakan prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Karena anak usia dini berada pada rentang usia 4-6 tahun. Hal ini berarti bahwa bermain harus diintegrasikan ke dalam pembelajaran di PAUD. Bermain harus mewarnai setiap penggunaan metode mengajar yang dilaksanakan dalam berbagai kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Di dalam pedoman pembelajaran TK 2006 secara lebih lengkap dinyatakan beberapa prinsip melaksanakan pembelajaran yaitu:

a. Berorientasi pada perkembangan anak b. Berorientasi pada kebutuhan anak

c. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain d. Stimulasi terpadu

e. Lingkungan kondusif

f. Menggunakan pendekatan tematik

(22)

17

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu i. Pemanfaatan teknologi informasi j. Bersifat demokratis

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut tutor memiliki peranan yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran. Tutor harus memahami karakteristik perkembangan anak dan cara belajarnya, menciptakan lingkungan yang kondusif, menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang menstimulus perkembangan anak, serta melaksanakan pembelajaran terpadu dan bermakna. Peranan tutor bukan sebagai instruktur, tetapi sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut tutor perlu menyesuaikan dengan lingkungan sosial budaya tempat berlangsungnya pembelajaran.

Bertolak dari uraian tersebut, agar anak-anak dapat mengembangkan kemampuan menggunakan inderanya secara optimal, maka tutor harus menciptakan lingkungan belajar yang mengundang mereka memperoleh pengalaman langsung dengan cara menyediakan dan kesempatan belajar yang dilengkapi dengan berbagai bahan dan peralatan yang tepat.

Landasan pelaksanaan interaksi pedagogis berlatar budaya lokal adalah model pengembangan berdasarkan konsep teori Piaget. Model ini beranggapan bahwa perkembangan anak merupakan hasil perpaduan antara heriditas dan pengaruh lingkungan.

(23)

18

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

usia dini dalam keluarga dapat dijadikan panduan dan perbandingan bagi orang tua maupun calon orang tua untuk membimbing dan membina tumbuh kembang anak secara optimal dalam lingkungan keluarga.

(24)

81

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan fokus masalah, tujuan, subjek penelitian, dan karakteristik data, maka pendekatan yang tepat untuk memperoleh data tentang gambaran kondisi empirik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nonformal di Kota Bandung adalah studi kasus (case study) yang merupakan bagian dari metode kualitatif. Pemilihan pendekatan tersebut didasarkan pula atas alasan bahwa penelitian ini bermaksud mengembangkan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang secara konseptual mampu meningkatkan interaksi pedagogis. Mengingat sifat data dan fokus penelitian ini, maka digunakan desain penelitian kualitatif.

Perencanaan penelitian ini berisi skema atau program penelitian yang bersifat out line, yakni berisi apa yang akan dilakukan peneliti, mulai dari pertanyaan dalam menggali data sampai pada analisis data akhir. Sedangkan strukturnya memuat skema, paradigma-paradigma variabel operasional, dan keterkaitan beberapa domain sehingga membangun skema struktural tujuan penelitian. Pemerolehan data dilakukan melalui eksplorasi, yaitu menelusuri dengan cermat semua dokumen yang terkait dengan fokus penelitian, wawancara yang luas dan mendalam, dan pengamatan mengenai penyelenggaraan pembelajaran PAUD Nonformal di PAUD di Kota Bandung.

(25)

82

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pendekatan penelitian dan pengembangan (R & D) dengan pendekatan kualitatif, dan kuantitatif.

Berpedoman kepada prosedur penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1989,2003), maka langkah-langkah penemuan model dalam penelitian ini melalui kegiatan sebagai berikut.

1. Tahap Studi Pendahuluan

Penelitian ini bertujuan agar dapat menemukan sebuah model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis. Oleh karena itu, maka data yang akan ditemukan meliputi:

a. model pembelajaran berlatar budaya; b. interaksi pedagogis tutor dengan siswa;

c. karakteristik tutor dan siswa sebelum perlakuan; dan

d. perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan evaluasi pembelajaran. 2. Tahap Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan berkenaan dengan berbagai teori yang dijadikan landasan pemikiran dalam melaksanakan penelitian. Secara terinci kegiatan ini meliputi:

a. Mengadakan pengkajian terhadap teori-teori umum yang akan digunakan sebagai sandaran dalam pengembangan pendidikan luar sekolah yang meliputi: teori pendidikan, teori belajar, dan teori budaya.

(26)

83

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

c. Mengkaji dan menetapkan teori-teori pendukung yang relevan dengan pengembangan model, meliputi: community based education, pendidikan seumur hidup, humaniora, teori perubahan sosial, serta berbagai teori belajar yang relevan.

3. Tahap Penyusunan Model Konseptual

Model konseptual merupakan rancangan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis yang dirancang berdasarkan tahapan kegiatan sebagai berikut.

a. Melakukan analitis komparatif antara kerangka teoritik yang relevan dengan temuan model di lapangan.

b. Menjabarkan kerangka teoritik ke dalam model yang akan dikembangkan. c. Menetapkan fokus kajian pengembangan model, yang meliputi: sistem

pembelajaran, model pembelajaran berlatar budaya lokal, dan sistem evaluasi pembelajaran.

d. Menyusun kerangka rancangan model konseptual.

e. Memantapkan instrumen penelitian dan pengembangan model.

f. Menyusun dan menetapkan kerangka model analisis dalam rangka penelitian dan pengembangan.

4. Tahap Verifikasi Model

a. Melakukan validasi teoritis model konseptual kepada para pembimbing dan para ahli.

(27)

84

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

c. Melakukan uji coba terbatas yang bertujuan untuk memperoleh gambaran kelayakan terapan perangkat model yang representatif untuk diimplementasikan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam, diskusi dan refleksi pengalaman belajar, sedangkan data yang sifatnya kuantitatif dianalisis dari data instrumen. Penentuan signifikansi atas analisis data instrumen dilakukan dengan menggunakan analisis perbedaan terhadap data yang diolah menggunakan teknik statistik deskriptif. Teknik analisis data dan interpretasi antarvariabel penelitian dijelaskan lebih rinci pada bagian teknik analisis dan interpretasi data. Desain uji lapangan dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran berlatar budaya lokal. Oleh karena itu, materi uji yang diberikan pada treatment berupa aspek-aspek interaksi pedagogis.

d. Mengadakan analisis prediktif secara sistemik terhadap hasil uji coba terbatas untuk menguji kelayakan sistem model pengembangan yang akan diterapkan, kelayakan fokus kajian pengembangan, kelayakan kerangka model, dan kelayakan instrumen penelitian dan pengembangan model. 5. Tahap Implementasi Model

(28)

85

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1) Dalam proses penerapan model, penulis bekerja sama dengan nara sumber teknis, dosen pembimbing, serta fasilitator ahli bergabung bersama tim (team teaching) menerapkan model yang telah divalidasi. 2) Kegitan yang dilakukan merujuk kepada fokus pengembangan model

yang meliputi: analisis dan kerangka sistem pembelajaran berlatar budaya lokal, manajemen pengembangan model pembelajaran, pembelajaran berlatar budaya lokal, serta model evaluasi.

3) Selama penerapan model berlangsung, penulis selalu mengadakan penelitian dan evaluasi terhadap implementasi fokus kajian pengembangan model.

4) Setelah penerapan model dan melakukan pengkajian, maka penulis melakukan revisi model yaitu melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap rancangan dan implementasi model dengan melibatkan peneliti dan tim ahli serta para praktisi. Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahap ini adalah:

a. dampak secara kelembagaan, yang meliputi: (1) terwujudnya suatu model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis yang efektif dan inovatif; (2) aplikasi pola evaluasi dan pengembangan pelatihan.

b. Dampak secara individu meliputi: (1) terbentuknya kompetensi pedagogis tutor; dan (2) meningkatnya prestasi belajar siswa. 5) Mengukur kondisi saat ini mengenai karakteristik peserta pembelajaran

(29)

86

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 6. Tahap Evaluasi dan Pengembangan Model

Anderson (1978) dalam Sudjana (2000:277) memberi petunjuk mengenai evaluasi dan pengembangan model, yang menyatakan bahwa aspek-aspek yang perlu dievaluasi adalah: persiapan program; kemungkinan tindak lanjut; kemungkinan memodifikasi program; dan temuan tentang dukungan program.

Penilaian program adalah kegiatan yang sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data atau informasi sebagai bahan dalam pengambilan keputusan mengenai suatu program. Yang dimaksud dengan program dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis. Keputusan yang akan diambil akan menghasilkan beberapa kemungkinan, yakni menghentikan model, memperbaiki model, melanjutkan model, dan memperluas atau mengembangkan model.

7. Tahap Analisis Hasil Implementasi

Hasil implementasi model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis akan digunakan untuk hal-hal berikut ini.

a. Merekomendasikan temuan hasil pengembangan model agar dibakukan sebagai model inovasi pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis.

b. Melakukan dan memberi rekomendasi bagi pengkajian dampak individual, yakni: (1) terbentuknya kompetensi pedagogis tutor; dan (2) meningkatnya hasil belajar siswa.

(30)

87

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Gambar 3.1 Mekanisme Kegiatan Penelitian

STUDI PENDAHULUAN (IDENTIFIKASI KAJIAN EMPIRIK

DAN TEORI)

DESAIN PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN

PENGEMBANGAN

MODEL KONSEPTUAL

VALIDASI MODEL

UJI COBA MODEL REVISI MODEL

EVALUASI HASIL UJI COBA

LAPORAN PENELITIAN

PENYEMPURNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSEPTUAL

PRAKTISI PAKAR

(31)

88

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan model pembelajaran berlatar budaya lokal terhadap interaksi pedagogis tutor dan siswa. Data yang diolah adalah data hasil observasi tentang interaksi pedagogis tutor dan siswa. Hasil observasi dikategorikan menjadi lima peringkat mulai dari 1, 2, 3, 4, dan 5. Peringkat 1 artinya sangat kurang, 2 artinya kurang, 3 artinya cukup, 4 artinya baik, dan 5 artinya sangat baik.

Interaksi pedagogis akan terjadi dengan baik apabila memenuhi/ memunculkan rasa tenang pada anak didik, hadirnya kewibawaan, kesediaan pendidik membantu anak didik, dan memperhatikan minat anak. Apabila keempat aspek ini muncul dalam interaksi pedagogis maka peneliti mengkategorikan interaksinya sangat baik (5), apabila muncul tiga aspek kategorinya baik (4), apabila muncul dua aspek kategorinya cukup (3), apabila muncul satu aspek ketegorinya kurang (2), dan apabila keempat aspek kategori tersebut tidak muncul maka interaksi pedagogisnya sangat kurang (1).

(32)

89

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian mengacu pada pendekatan kualitatif. Teknik berkenaan dengan bagaimana penelitian ini dilakukan dan bagaimana masalah-masalah itu dijawab dengan prosedur yang ada.

Dalam mengumpulkan data untuk keperluan penelitian, ada beberapa hal yang terkait, yakni sarana dan prasarana yang diperlukan, instrumen yang digunakan, jenis data yang dikumpulkan, teknik pengumpulan data yang digunakan, dan subjek-subjek yang terkait dalam proses pengumpulan data. Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain alat tulis, catatan lapangan, alat perekam, kamera, dan alat-alat lain yang mendukung. 2. Instrumen Pengumpulan Data

Data penelitian yang diungkap pada penelitian ini mencakup: latar budaya lokal dan gambaran interaksi pedagogis. Kedua data tersebut diungkap menggunakan alat ukur khusus yang dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan konstruk yang dikaji secara komprehensif hasil studi literatur yang mendalam. Berikut diuraikan pengembangan ketiga alat pengumpul data dari mulai kisi-kisi hingga bentuk instrumen yang ditetapkan hingga memiliki kemampuan untuk mengungkap data yang dituju secara valid dan reliabel.

(33)

90

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu Tabel 3.1

Kisi-kisi Alat Ungkap Interaksi Pedagogis

Dimensi Aspek Pengertian Kecenderungan No.

2.3.Peran guru Seperangkat

(34)

91

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dalam proses belajar-mengajar.

2.4.Evaluasi Kegiatan

(35)

92

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

ikhlas.

4. Sumberdaya 4.1.Fleksibilitas

kerangka

Instrumen pengumpulan data yang dikembangkan dalam penelitian ini berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing tahap penelitian, yaitu: (a) pedoman wawancara, (b) pedoman observasi, (c) dan pedoman studi dokumentasi.

Seiring dengan tujuan dari penelitian ini, maka pengumpulan data yang dilakukan dikelompokan dalam tiga bagian yang meliputi: studi pendahuluan, pengembangan, dan ujicoba. Dari setiap tahapan penelitian dipilih teknik pengumpulan data tertentu sesuai dengan tujuan masing-masing.

Dalam studi pendahuluan, penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

(36)

93

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2. Observasi digunakan untuk melihat kondisi penyelenggaraan pembelajaran di PAUD tersebut dan pola penyelenggaraan pembelajarannya, dan pelaksanaan ujicoba draft model.

3. Dokumentasi digunakan di samping untuk melengkapi dan cross check data hasil wawancara dan observasi juga digunakan untuk mengungkap ketersediaan bahan/dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan proses pembelajaran (tahapan perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran), pembelajaran dimaknai sebagai pelayanan pembelajaran dan bimbingan kompetensi kepada siswa (subjek).

Tahapan pengembangan model dilakukan dengan uji coba tahap satu dan uji coba tahap dua dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi.

1. Wawancara diberikan pada pengelola PAUD, penyelenggara pembelajaran untuk mengetahui kendala atau permasalahan mengenai penerapan draft model. Agar proses pengumpulan data melalui wawancara berlangsung dengan sistematis, maka penulis menyiapkan kisi-kisinya pada tabel 3.2. 2. Observasi dilakukan terhadap proses penerapan model konseptual untuk

(37)

94

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara

NO TOPIK PERTANYAAN DESKRIPSI KET.

1 Arti pembelajaran berlatar budaya lokal 2 Dasar pertimbangan pembelajaran berlatar

budaya

3 Misi, visi, dan tujuan pembelajaran berlatar budaya di PAUD Kota Bandung

4 Jumlah personel/pengelola pembelajaran 5 Pengembangan kemampuan pengelola

program pembelajaran di PAUD Kota Bandung

6 Jenis program yang dikembangkan di PAUD Kota Bandung

7 Dasar penetapan jenis program pembelajaran 8 Potensi wilayah kerja dalam mendukung

program pembelajaran

9 Sasaran program pembelajaran

10 Prioritas sasaran program program pembelajaran

11 Jumlah sasaran program yang telah dan sedang mengikuti program pembelajaran 12 Karakteristik sasaran program pembelajaran

PAUD Kota Bandung

13 Kurikulum program pembelajaran di PAUD Kota Bandung

14 Pencapaian kurikulum PAUD Kota Bandung 15 Hambatan dan tantangan yang dihadapi pada

(38)

95

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi

Pedoman Observasi Interaksi Pedagogis Tutor dan Siswa

Variabel Dimensi Aspek Indikator Pernyataan

Interaksi

(39)

96

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Variabel Dimensi Aspek Indikator Pernyataan

belajar

Lanjutan... 2.4. Evaluasi

(40)

97

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Variabel Dimensi Aspek Indikator Pernyataan

3.2. Atmosfir

C.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

(41)

98

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan teknik random. Berikut ini pada tabel 3.4 disajikan 12 PAUD yang telah dibagi menjadi dua kelompok.

Dua belas PAUD tersebut dijadikan lokasi penelitian berdasarkan pada berbagai pertimbangan yaitu sebagai berikut.

a. Berdasarkan studi pendahuluan dan pengalaman penulis sebagai pembina di salah satu PAUD tersebut.

b. Adanya harapan dan motivasi yang tinggi dari masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan AUD.

c. Tersedianya potensi lokal (budaya) yang belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kurikulum PAUD.

Tabel 3.4 Lokasi PAUD Subjek Penelitian

NO KELOMPOK

PAUD EKSPERIMEN PAUD KONTROL

1 PAUD Gemilang

Jl. Moh. Toha Kec. Astana Anyar

PAUD Tunas Jati

Babakan Jati Rt 2 RW 11 Kecamatan Batununggal

2 PAUD Mutiara Hati

Jl. Cibarengkok RT 03 RW 07 Kecamatan Sukajadi

PAUD Nur Ikhlas

Jl. Cipedes Tengah No. 42B Kecamatan Sukajadi

3 PAUD Kartini

Jl. Sukawarna No. 3 RT 04 RW 01 Kecamatan Cicendo

PAUD Srikandi Jl. Husen Sastranegara

4 PAUD Tunas Harapan

Jl. Sekeloa Tengah No. 92/152 C Kecamatan Coblong

PAUD Mentari

Kp. Cirapuhan Rt 9 RW 1 Kecamatan Coblong

5 PAUD Sauyunan

Jl. Sekepondok No. 26 Kecamatan Cibeunying Kidul

PAUD Al Balad

Babakan Baru No. 35 RT 3 RW 11 Kecamatan Cibeunying Kidul

6 PAUD Citra

Jl. Cinta Asih Selatan No. 4 Kecamatan Batununggal

PAUD Mutiara Bunda

(42)

99

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2. Subjek Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian ini yaitu pengembangan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis, sumber utama sebagai subjek dalam penelitian ini adalah tutor dan PAUD Kota Bandung sebagaimana yang dirujuk pada lokasi penelitian.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Merujuk pada kerangka penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang dikemukakan Borg and Gall (1989, 2003), penelitian ini

menggunakan istilah lokasi dan subjek penelitian, sebagai kancah dalam pengumpulan data. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Kota Bandung. Pada tahap studi pendahuluan, lokasi dan subjek penelitian dipilih dengan prinsip purposive sampling, yaitu mempertimbangkan tujuan penelitian ini yakni untuk

memperoleh data tentang model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis tutor dengan siswa.

Prosedur yang ditempuh agar mendapatkan data yang akurat dalam penelitian kualitatif, dilakukan dengan tahapan berikut ini. (1) pra lapangan; (2) kegiatan lapangan; dan (3) analisis intensif (Bogdan, 1972; Moleong, 1990). Atas dasar prosedur atau tahapan yang dikemukakan ahli penelitian kualitatif itu, maka prosedur atau langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut:

a. Tahap Pra Lapangan

(43)

100

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1) studi penjajagan ke arah fokus perumusan penelitian;

2) studi kepustakaan untuk menemukan teori dasar penelitian yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data di lapangan;

3) menyusun kerangka konseptual pengembangan bersamaan dengan analisis data;

4) menyusun kerangka pokok acuan pelaksanaan penelitian sejak penyusunan proposal penelitian; dan

5) mengurus perizinan untuk melakukan penelitian. b. Tahap Orientasi Lapangan

Kegiatan orientasi lapangan diisi dengan langkah-langkah:

1) mengadakan koordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang dalam pelaksanaan penelitian;

2) mengumpulkan data awal secara intensif melalui studi observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk dijadikan data dasar dalam merumuskan strategi pengembangan program dan penentuan lokasi; dan 3) melakukan penentuan lokasi penelitian dengan cara mengadakan

pertemuan dengan dengan key informan dan pejabat berwenang. c. Penyusunan Program Kerja Penelitian

Penyusunan program kerja penelitian yang dilakukan peneliti adalah:

(44)

101

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2) merumuskan pengembangan program sebagai hasil penelitian, yaitu penyusunan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis yang mengacu kepada hasil penelitian lapangan dan kajian teoritik sebagai landasan model yang dapat dikembangkan;

3) melakukan sosialisasi program hasil penelitian untuk memperkenalkannya kepada para subjek penelitian sebagai bahan masukan dan evaluasi kepada peneliti; dan

4) menentukan dan menunjuk salah seorang tutor yang akan melakukan uji coba model.

d. Implementasi Penelitian Lapangan

Kegiatan implementasi penelitian ini di lapangan adalah:

1) tindakan yang dilakukan oleh para pelaksana sesuai dengan bidang tugas masing-masing berdasarkan tanggung jawab dan kewenangannya;

2) menginterpretasikan, menganalisis, dan memprediksi data dan informasi yang telah diperoleh;

3) memulai menulis laporan dengan selalu berupaya untuk melengkapi dan memperbaharui data (check dan recheck), serta mengadakan trianggulasi dan member check hingga penelitian ini berakhir; dan

4) mengadakan supervisi, bimbingan, dan intervensi, berupa koordinasi secara intensif terhadap para pelaksana pembelajaran yang meliputi pengelola, tutor, dan siswa.

(45)

102

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Evaluasi dampak yang merupakan kegiatan akhir penelitian dilakukan melalui observasi partisipasi dan wawancara untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis dapat dikembangkan.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama untuk menjaring data dan informasi dengan menggunakan teknik observasi, studi dokumentasi, dan wawancara.

Khusus untuk mengumpulkan data dalam pelaksanaan penelitian pengembangan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis tutor dengan siswa, digunakan observasi partisipan dan wawancara tidak terstruktur. Observasi partisipan dilaksanakan ketika studi pendahuluan dan selama proses uji coba pengembangan model. Aspek-aspek diobservasi adalah mekanisme proses pembelajaran. Wawancara tidak terstruktur dilakukan terhadap pengurus PAUD.

Analisis data dilakukan sepanjang penelitian dilaksanakan dan mengacu pada model analisis data kualitatif menurut pendapat Miles dan Huberman (1992: 16) yang mengemukakan langkah analisis data yang terdiri atas tiga alur, yakni: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hal yang sama pun diungkapkan Nasution (1988:129-130), yang mengemukakan langkah-langkah analisis data sebagai berikut:

(46)

103

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicarikan temanya.

2. Display Data: data yang telah diperoleh diklasifikasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat hubungan suatu data dengan data yang lainnya. 3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi: peneliti membuat kesimpulan

berdasarkan data yang telah diproses melalui reduksi dan display data. Proses mereduksi data merupakan langkah analisis melalui proses pemilihan, memfokuskan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan sejak peneliti memasuki wilayah penelitian sampai pada akhir penelitian.

Demikian pula halnya pada saat pengumpulan data berlangsung. Penulis secara berkesinambungan melakukan reduksi data melalui kegiatan: membuat ringkasan, membuat kode, menelusuri kode, dan lain-lain. Proses reduksi merupakan langkah analisis dalam memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sehingga memudahkan dalam menarik kesimpulan. Proses reduksi juga dalam rangka memilih dan memilah data pokok dan data pelengkap yang sesuai atau bahkan sebaliknya bertentangan dengan fokus penelitian.

(47)

104

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Pengolahan data dilakukan berdasarkan pada setiap perolehan data dari catatan lapangan, direduksi, dideskripsikan, dianalisis, dan kemudian ditafsirkan. Prosedur analisis terhadap masalah tersebut lebih difokuskan pada upaya menggali fakta sebagaimana adanya (natural setting), dengan teknik analisis pendalaman kajian (verstegen). Untuk memberikan gambaran data tentang hasil penelitian, maka dilakukan prosedur sebagai berikut.

1. Tahap Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk deskripsi yang terintegrasi. 2. Tahap Komparasi

Tahap komparasi merupakan proses membandingkan hasil analisis data yang telah dideskripsikan dengan interpretasi data untuk menjawab problematik penelitian yang diajukan. Dengan demikian data yang diperoleh melalui deskripsi akan dibandingkan dan dibahas berdasarkan landasan teori.

3. Tahap Penyajian Hasil Penelitian

(48)

293

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai tujuan, yakni menghasilkan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis. Peningkatan interaksi pedagogis dan hasil belajar siswa teraktualisasi melalui beberapa indikator yang telah ditentukan.

Dari proses dan produk akhir pembelajaran tersebut, penelitian dan pengembangan ini telah menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut. 1. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Nonformal di Kota

Bandung menunjukkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan kelompok usia 4-≤ 6 tahun yang meliputi nilai-nilai agama dan moral (mengenal Tuhan melalui agama yang dianutnya; membiasakan diri beribadah; memahami perilaku mulia (jujur, penolong, sopan, hormat, dsb); membiasakan diri berperilaku baik; fisik motorik kasar, motorik halus, kesehatan fisik; kognitif; bahasa; dan sosial emosional di PAUD Kota Bandung masih kurang optimal. 2. Model pembelajaran berlatar budaya lokal yang secara konseptual mampu

(49)

294

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

(50)

295

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kemampuan tersebut. Pada skala yang lebih khusus implementasi model yang dikembangkan memberikan dampak positif terhadap tutor PAUD dan siswa. Dalam konteks ini, tutor dapat melakukan analisis ilmiah dalam melakukan pembinaan terhadap para siswa dengan melihat berbagai komponen yang saling berpengaruh di dalamnya. Juga mampu mempertimbangkan sebab akibat dalam proses pembinaan menurunnya semangat siswa. Pada tataran proses pembelajaran, tutor PAUD bersama siswa mampu menciptakan iklim belajar yang menyenangkan dalam suasana pembelajaran yang kondusif. PAUD berfungsi untuk (1) pengembangan potensi, (2) penanaman dasar-dasar aqidah dan akhlak, (3) pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang baik, (4) pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya, (5) pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif. Fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan dan sulit dipisahkan satu dengan lainnya.

(51)

296

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

kriteria keberhasilan model, isi yang berbobot, konsistensi, serta mudah dalam penerapannya.

4. Model pembelajaran berlatar budaya lokal dengan meningkatkan interaksi pedagogis dapat diimplementasikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna. Tingkat penerimaan tutor dan siswa terhadap materi yang dikembangkan dalam model yang diimplementasikan cukup tinggi sehingga memberikan dampak positif baik terhadap pihak pengelola maupun terhadap siswa. Beberapa indikator yang menunjukkan efektivitas model yang dikembangkan antara lain: para tutor dapat memperoleh dan memahami tentang materi-materi yang dikembangkan dalam model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis yang diimplementasikan; para tutor dapat menerapkan model sesuai dengan prinsip-prinsip dan prosedur yang dirancang dalam model; pihak pengelola menunjukan adanya kesungguhan dan motivasi yang tinggi terhadap pengembangan model. Di samping itu, efektifitas model yang diujicobakan dapat dilihat dari meningkatnya interaksi pedagogis antara siswa dengan tutor. Meningkatnya interaksi pedagois tutor ditandai dengan meningkatnya beberapa aspek. Aspek tersebut antara lain:

a. Aspek pertama sampai ketiga adalah tujuan-tujuan belajar (learning goals), luaran belajar (learning outcomes), dan pecahan dari tujuan-tujuan

(52)

297

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

hanya diarahkan pada tujuan pembelajaran untuk mengetahui bentuk-bentuk geometri saja, maka tutor menjelaskan bentuk-bentuk-bentuk-bentuk geometri yang dikaitkan dengan aspek lain yang terjadi dalam kehidupan dan kebutuhan peserta didik.

b. Aspek keempat adalah tugas belajar (learning tasks). Hasil observasi memperlihatkan bahwa berdasarkan interaksi pedagogis pembelajaran berfokus dan mendukung pada pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik dan menghasilkan konsep-konsep yang sesuai dengan yang tertera pada tujuan pembelajaran. Misalnya dengan interaksi pedagogis tersebut peserta didik diarahkan oleh tutornya tidak hanya dapat mengetahui bentuk-bentuk geometri tetapi mengetahui hal-hal lainnya.

c. Aspek kelima adalah materi/ bahan belajar (learning materials). Hasil observasi pada aspek ini memperlihatkan bahwa interaksi pedagogis melalui materi/bahan mendukung pada pemecahan masalah.

d. Aspek keenam adalah peran tutor (role of teacher), dimana hasil observasi memperlihatkan bahwa peran tutor dalam berinteraksi secara pedagogis dengan peserta didiknya lebih banyak berperan sebagai pelatih.

(53)

298

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

f. Pada aspek kedelapan yaitu hubungan sosial (social relationship), hasil observasi memperlihatkan bahwa gambaran hubungan sosial tutor – peserta didik bersifat tidak berdasarkan pada tugas dan peran yang berbeda sehingga tidak ada jarak tutor sebagai atasan/pimpinan peserta didik dan peserta didik sebagai pelaksana tugas yang diberikan dan diarahkan oleh tutor.

g. Pada aspek kesembilan adalah atmosfir belajar (learning atmosphere). Hasil observasi memperlihatkan bahwa gambaran atmosfir belajar bersifat mendukung terutama terhadap kegiatan yang dapat mendukung terhadap tujuan pembelajaran.

h. Aspek kesepuluh adalah pengabdian tutor (dedication of teachers). Hasil observasi memperlihatkan bahwa profil dedikasi tutor sangat berantusias. Buktinya, meskipun dengan pembayaran yang relative kecil, tutor tetap melaksanakan tugas mengajarnya dengan semangat sungguh-sungguh. i. Aspek kesebelas adalah fleksibilitas kerangka waktu mengajar dan belajar

(54)

299

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

j. Aspek keduabelas atau aspek terakhir adalah fasilitas belajar (learning facilities). Hasil observasi memperlihatkan bahwa disain ruang (fasilitas)

belajar cukup mendukung interaksi belajar.

B. Implikasi

Beberapa implikasi penting yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini berkenaan dengan implikasi praktis. Implikasi praktis berkaitan dengan segi penerapan model dipaparkan berikut ini.

1. Model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis tutor dengan siswa dan berpengaruh terhadap hasil belajar dapat mencapai keberhasilan disebabkan oleh adanya optimalisasi, motivasi, dan partisipasi aktif komponen pembelajaran. Seluruh komponen pembelajaran berupaya untuk mencapai tujuan yang dilandasi oleh adanya kesadaran masing-masing. Kesadaran tersebut diperoleh melalui analisis dan refleksi hasil proses pembelajaran. Hasilnya dapat membangkitkan motivasi masing-masing untuk berpartisipasi aktif yang didorong oleh adanya kompetensi dan performansi, baik secara mental maupun secara psikomotorik.

(55)

300

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

budaya lokal, serta membentuk karakter anak bangsa yang mampu meningkatkan rasa cinta kedaerahan dan nasionalisme.

3. Model temuan dan implementasi model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis tutor dengan siswa dan berpengaruh terhadap hasil belajar mampu mengukuhkan secara empirik bahwa peran PAUD sebagai bagian dari pendidikan nonformal (PLS) dalam menopang dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional tiga dimensi (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) sangat penting.

Implikasi teoretis berkaitan dengan segi konsep model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis tutor dengan siswa dan berpengaruh terhadap hasil belajar sesuai dengan tujuan khusus pendidikan anak usia dini, yakni untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai dengan falsafah suatu bangsa. PAUD dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, dimana anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasanya, (Depdiknas, 2004:2).

C. Rekomendasi

Pada temuan analisis data, model temuan penelitian, dan teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian, maka direkomendasikan:

(56)

301

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

a. Pengelola PAUD selaku manajer dan pengelola belum sepenuhnya memperhatikan orientasi bahan ajar yang berbasis budaya lokal. Oleh karena itu, bahan ajar perlu mengintensifkan berbagai kegiatan yang aplikatif yang dilandasi oleh budaya lokal. Intensifikasi kegiatan dapat difokuskan pada budaya lokal (budaya Sunda) yang praktis sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan oleh siswa. Lebih lanjut lagi, siswa dapat karakter budaya daerah yang luhur. Penggalian bahan ajar berbasis budaya dapat diperoleh melalui dengar pendapat, diskusi terbuka, dan analisis kebutuhan belajar.

b. Siswa yang masih belum semangat dan keinginan untuk mengikuti pembelajaran di PAUD, alangkah baiknya meningkatkan semangat budaya belajar sehingga dapat menjadi siswa yang aktif. Semangat belajar dapat ditumbuhkan melalui kegiatan penanaman nilai-nilai budaya lokal dalam bahan ajarnya.

c. Pemerintah dan masyarakat sekitarnya perlu memperkuat dukungan berupa akreditasi PAUD Nonformal, bantuan rutin dan insidental dan bantuan program. Dukungan dari masyarakat sekitar dapat berupa turut berpartisipasi menjadi orang tua siswa yang aktif, menyusun dan mengembangkan program pembelajaran yang adaptif dengan daerah sekitar.

2. Penerapan Model Temuan Studi

(57)

302

Pupun Nuryani, 2012

Model Pembelajaran Berlatar Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Interaksi Pedagogis Tutor Dan Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

optimalnya pelaksanaan pembelajaran di PAUD tersebut yang dapat dilihat dari berbagai faktor, di antaranya dari faktor perencanaan, pelaksanaan, dan faktor evaluasi. Hasil kajian melalui beberapa analisis, maka perlu dirancang dan diujicobakan sebuah model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis dalam upaya memperoleh hasil pembelajaran di PAUD Gemilang yang lebih optimal dan berkarakter budaya lokal yang melibatkan berbagai pihak terkait (kepala, tutor, dan orang tua) seoptimal mungkin mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Model sebagaimana dimaksudkan di atas adalah pengembangan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang dapat meningkatkan interaksi pedagogis. Secara umum, pengembangan model ini dimaksudkan agar program tersebut terlaksana secara efektif dan efisien dan siswa memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih baik.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran berlatar budaya lokal efektif dapat meningkatkan interaksi pedagogis. Oleh karena itu, perlu diupayakan penyebarluasan dalam rangka penerapan model tersebut pada program-program pendidikan luar sekolah lainnya. Namun demikian, sebelum diterapkan ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan terutama dalam rangka fungsionalisasi bidang-bidang yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini di antaranya adalah:

Gambar

Gambar 1.1 Model Mengajar Menurut Dunkin & Bidle
Gambar 3.1  Mekanisme Kegiatan Penelitian
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ungkap Interaksi Pedagogis
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bahkan beberapa literature menyebutkan bahwa tujuan pengukuran kinerja tidak hanya untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan ini berjalan, tetapi juga dapat membuat

Rabawati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Pendekatan Ko- munikatif dalam Pembelajaran Bahasa In- donesia Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Den- pasar

Kerjasama Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah.. Semarang BPS Provinsi

Untuk kendaraan bermotor tipe baru serta kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori L3 (roda dua dengan kapasitas silinder > 50 cm3 atau kecepatan maksimum >

Peramalan OPT dan Bencana Alam di Sumatera Barat Periode Januari - Juni 2015 # 7 Penyakit bercak daun pada kacang tanah diramalkan juga akan menyerang.. beberapa

Bluetooth sendiri dapat berupa card yang bentuk dan fungsinya hampir sama dengan card yang digunakan untuk wireless local area network (WLAN) dimana menggunakan frekuensi radio

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa (80,65%) dan (77,4%) berturut-turut untuk soal nomor 1 dan nomor 2 telah dapat memahami masalah dengan benar, sedangkan

Dokumen pelaksanaan anggaran yang selanjutnya disebut sebagai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) merupakan dokumen yang disusun oleh Pengguna