• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Teori Polya pada Materi Bangun Ruang bagi Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 4 Boyolali T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Teori Polya pada Materi Bangun Ruang bagi Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 4 Boyolali T1 Full text"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA PADA MATERI BANGUN RUANG BAGI

SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 4 BOYOLALI

JURNAL

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh,

HERU BUDI SETIAWAN

202015701

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TEORI POLYA PADA MATERI BANGUN RUANG BAGI

SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 4 BOYOLALI

Heru Budi Setiawan1, Kriswandani2, Erlina Prihatnani3

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro No 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

herubudi004@gmail.com

ABSTRAK

Pemecahan masalah merupakan bagian penting dalam pembelajaran matematika. Pemecahan masalah oleh Polya diklasifikasikan menjadi 4 tahap yaitu Understanding (menganalisis dan memahami masalah), Planning (merancang dan merencanakan penyelesaian), Solving

(menyelesaikan masalah) dan Checking (melakukan pengecekan kembali akan hasil yang sudah diperoleh). Setiap siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah beragam di setiap tahapnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan teori Polya pada materi bangun ruang. Subjek penelitian ini adalah 31 siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Boyolali. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes dan wawancara. Instrumen tes terdiri dari 3 soal yang merupakan masalah matematika terkait dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa (80,65%) dan (77,4%) berturut-turut untuk soal nomor 1 dan nomor 2 telah dapat memahami masalah dengan benar, sedangkan untuk soal nomor 3 hanya sebagian kecil siswa (41,9%) yang dapat memahami soal dengan benar. Adapun untuk tahap perencanaan baik soal nomor 1, 2 dan 3, bagi siswa yang telah memahami soal dapat merencanakan langkah-langkah penyelesaian meskipun tidak menuliskan perencanaan tersebut pada lembar jawab. Tahap yang membuat sebagian besar siswa tidak mampu menyelesaikan masalah dengan benar adalah tahap III yaitu menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan salah melakukan perhitungan, salah penggunaan rumus ataupun salah konsep geometri lainnya. Tahap yang tidak dilakukan oleh sebagian besar siswa (78,5%) adalah tahap memeriksa kembali. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah setiap siswa berbeda untuk setiap tahapnya. Oleh karena itu disarankan bagi guru untuk melakukan analisis kemampuan pemecahan masalah matematika agar dapat memberikan bantuan yang tepat kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah matematika.

Kata Kunci : kemampuan pemecahan masalah, bangun ruang, polya, understanding, planning, solving, checking

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu dasar yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan

termasuk SMP. Matematika memegang peranan penting karena matematika tidak hanya

diterapkan saat belajar matematika itu sendiri tetapi juga diterapkan pada bidang ilmu

pengetahuan yang lain. Belajar matematika merupakan satu proses yang terkait dengan

(6)

matematika harus mencapai pemahaman (Kusumawati, 2010). Permendiknas No.22 tahun

2006 menyatakan bahwa tujuan matematika SMP adalah agar siswa mampu memecahkan

masalah matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Holmes dalam Sri

(2010) yang menyatakan bahwa latar belakang atau alasan seseorang perlu belajar

memecahkan masalah matematika adalah agar orang tersebut terampil memecahkan masalah

sehingga mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif,

dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global.

Sumarno dalam Purwanto (2013) dan Branca dalam Sugiman (2009) menyatakan

bahwa kemampuan pemecahan masalah tidak hanya sekedar tujuan pembelajaran matematika

namun bahkan merupakan jantungnya matematika. Hal ini berarti, kemampuan pemecahan

masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Polya dalam Apriyanto (2012) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha

mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah

segera untuk dicapai. Adapun pemecahan masalah menurut Siswono (2008) adalah suatu

proses atau upaya individu untuk merespons atau mengatasi halangan atau kendala ketika

suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Lebih lanjut, Utari dalam Hamsah

(2003) menyatakan bahwa pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru,

menemukan teknik atau produk baru. Tampaklah bahwa belajar pemecahan masalah pada

hakekatnya adalah belajar berpikir (learning to think) atau belajar bernalar (learning to

reason) yaitu berpikir atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah

diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah

dijumpai. Melalui proses pemecahan masalah, siswa dapat mengembangkan kemampuan

dalam berpikir kritis (Purwanto, 2013).

Polya dalam Ana (2008) menyebutkan bahwa terdapat empat langkah fase pemecahan

masalah yaitu menganalisis dan memahami masalah (analyzing and understanding a

problem), merancang dan merencanakan penyelesaian (designing and pla nning a solution),

menyelesaikan masalah (exploring solution to difficult problem), dan melakukan pengecekan

kembali semua langkah yang telah dikerjakan (verifying a solution). Fase memahami masalah

ini meliputi membuat gambar atau ilustrasi jika memungkinkan, mencari kasus yang khusus,

dan mencoba memahami masalah secara sederhana. Tanpa adanya pemahaman terhadap

masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

Selanjutnya fase merancang dan merencanakan solusi meliputi merencanakan solusi secara

(7)

yang diharapkan. Fase ketiga adalah mencari solusi dari masalah. Dalam fase penyelesaian

masalah sangat tergantung pada pengalaman siswa untuk lebih kreatif dalam menyusun

penyelesaian suatu masalah, jika rencana penyelesaian satu masalah telah dibuat baik tertulis

maupun tidak. Fase mencari solusi ini juga terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu a)

menentukan berbagai masalah yang ekivalen yaitu penggantian kondisi dengan yang

ekivalen, menyusun kembali bagian-bagian masalah dengan cara berbeda; menambah bagian

yang diperlukan; serta memformulasikan kembali masalah; 2) menentukan dan melakukan

memodifikasi secara lebih sederhana dari masalah sebenarnya, yaitu memilih tujuan antara

dan mencoba memecahkannya, mencoba lagi mencari solusi akhir, dan memecahkan soal

secara bertahap; serta 3) menentukan dan melakukan memodifikasi secara umum dari

masalah sebenarnya, yaitu memecahkan masalah yang analog dengan variabel yang lebih

sedikit, mencoba menyelsaikan dengan kondisi satu variabel, serta memecahkan masalah

melalui masalah yang mirip. Fase terakhir adalah memeriksa solusi yang terdiri dari kegiatan

menggunakan pemeriksaan secara khusus terhadap setiap informasi dan langkah penyelesaian

dan menggunakan pemeriksaan secara umum untuk mengetahui masalah secara umum dan

pengembangannya.

Kemampuan pemecahan masalah setiap siswa berbeda-beda, hal ini bisa dilihat dari

beberapa hasil penelitian yang telah meneliti kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa SMP. Emilia (2011) dalam penelitiannya berjudul “Strategi Pemecahan Masalah dalam

Menyelesaikan Soal Cerita pada materi SPLDV Siswa Kelas VIII di SMP Kristen 2 Salatiga,

menyimpulkan bahwa siswa melakukan taham understanding sebanyak 35,13%, pada tahap

planning ada 19,23%, dan tahap solving sebesaar 45,64%, sedangkan tahap checking sebesar

0%. Tidak semua siswa dapat melakukan tahap understanding, planning, solving, dan

checking dengan benar, hal itu disebabkan karena pola pikir siswa yang berbeda-beda. Tidak

ada satupun siswa yang melakukan tahap checking dikarenakan siswa merasa yakin dengan

jawabannya dan tidak adanya pembiasaan dari guru untuk mengecek hasil jawaban.

Selain itu, adapula penelitian Wahyuningsih (2015) yang menunjukkan menunjukan

bahwa terdapat 1 subjek mencapai tahap 1, 5 subjek mencapai tahap 2, 5 subjek mencapai

tahap 3, dan 2 subjek mencapai tingkat 4. Pada tingkat 1 subjek belum mampu memahami

masalah, menyusun rencana penyelesaian, melakukan rencana penyelesaian, dan memeriksa

kembali, pada tingkat 2 subjek mampu memahami masalah dengan benar, pada tingkat 3

subjek mampu memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, dan melaksanakan

(8)

subjek dapat memahami masalah, menyusun penyelesaian, melaksanakan rencana

penyelesaian, dan memeriksa kembali dengan benar.

Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah setiap

siswa beragam. Keberagaman kemampuan pemecahan masalah juga dialami oleh siswa kelas

VIII B SMP Negeri 4 Boyolali. Hasil studi pendahuluan memberikan fakta bahwa tidak

semua siswa mampu menyelesaikan masalah. Kondisi ini menuntut adanya langkah

pemberian bantuan kepada siswa. Agar bantuan yang diberikan bisa tepat, diperlukan analisis

terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Boyolali. Penelitian ini akan

mendeskripsikan kemempuan pemecahan masalah siswa pada setiap tahap kemampuan

pemecahan masalah. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan dasar pemberian bantuan guru

kepada siswa yang mengalami permasalahan dalam proses pemecahan masalah matematika.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

suatu bentuk penelitian yang paling dasar yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah

ataupun rekayasa manusia. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengkaji perspektif

partisipan dengan multi strategi yakni strategi-strategi yang bersifat bersifat interaktif, seperti

observasi langsung, wawancara, dan teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dan

sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah

matematika pada materi bangun ruang berdasarkan Teori Polya. Subyek penelitian adalah

siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Boyolali Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 31

siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, wawancara,

dan dokumentasi. Berikut instrumen tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah

(9)

Hasil jawaban siswa atas soal tersebut dianalisis berdasar rubrik penilaian. Rubrik

penilaian kemampuan pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini diadaptasi dari

rubrik Mufarida (2008). Rubrik ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Lembar Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah

Aspek yang

dinilai Reaksi terhadap soal (masalah) Skor

Memahami Masalah

Tidak menuliskan/ tidak menyebutkan apa yang diketahui dan apa

yang itanyakan dari soal 1 Hanya menuliskan/ menyebutkan apa yang diketahui. 2

Menuliskan/menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan dari soal dengan kurang tepat. 3 Menuliskan/menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan dari soal dengan tepat 4

Merencanakan Penyelesaian

Tidak menyajikan urutan langkah penyelesaian 1

Menyajikan urutan langkah penyelesaian, tetapi urutan urutan

penyelesaian yang disajikan kurang tepat 2 Menyajikan urutan langkah penyelesaian yang benar, tetapi

mengarah padajawaban yang salah 3 Menyajikan urutan langkah penyelesaian yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar 4

Menyelesaikan Rencana Penyelesaian

Tidak ada penyelesaian sama sekali 1

Ada penyelesaian, tetapi prosedur tidak jelas 2

Menggunakan prosedur tertentu yang benar tetapi jawaban salah. 3

Menggunakan prosedur tertentu yang benar dan hasil benar 4

Memeriksa Kembali

Tidak menuliskan pengecekan dan tidak menuliskan kesimpulan 1

Menuliskan kesimpulan tanpa menuliskan pengecekan 2

Menuliskan pengecekan saja tanpa menuliskan kesimpulan 3

Menuliskan pengecekan dan kesimpulan 4

(10)

S 16 : “ ada kolam renang ukuraan nya panjang 20, lebar 15 dan dalamnya 5 m volume air didalamkolam 810.000 liter. lalu ada benda masuk misalnya batu, nah otomatis tinggi airnya naik, naiknya 1,3 m. terus yang ditanya tinggi air pada saat batu itu didalam kolam.”

S 19 : “yang diketahui sisi kubus 18 cm, panjang sisi limas 9 cm, lebar limas 9 cm dan tinggi limas 9 cm. Terus ditanya mencari volume dan luas limas.

S 13 : “yang diketahui sisi segi 6 = 4cm tinggi tiang 3 cm. Ditanya volume 15 buah prisma segi 6. Terus luas prisma segi 6 ”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi hasil penilaian kemampuan masalah matematika pada materi bangun

ruang pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 4 Boyolali dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel 3. Penilaian Kemampuan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 4 Boyolali

No. Soal

Pemecahan Masalah

Understanding Planning Solving Checking

4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1

1 20 5 2 4 23 2 1 5 15 9 0 7 6 2 14 9

2 19 5 3 3 19 0 5 7 13 2 6 10 7 0 0 24

3 13 0 9 9 9 4 3 15 9 1 0 21 4 1 0 26

Deskripsi setiap tahapan pemecahan penyelesaian masalah matematika diuraikan

sebagai berikut

a. Tahap 1 (Understanding)

Langkah pertama pemecahan masalah menurut polya adalah memahami masalah.

Pada tahap pertama siswa dituntut untuk membuat gambaran atau ilustrasi jika

memungkinkan, mencari kasus yang khusus, dan mencoba memahami masalah secara

sederhana. Berikut contoh pekerjaan siswa untk nomer 1, 2 dan 3 pada tahap pertama.

(a)

(b)

(11)

S 30 : “Diketahui panjang alas prisma segi 6 beraturan 4, tinggi prisma 3 . ditanya a. Bahan bak untuk membuat 15 tiang besi? B. Luas kertas untuk melapisi permukaan tiang besi”. P : “Terus apa yang akan kamu lakukan

selanjutnya setelah diketahui seperti itu?

S 30 : “tidak tau kak Gak mudeng aku”

Gambar 1. Hasil Pekerjaan Soal Tahap 1

Tampak pada gambar 1(a) siswa kurang lengkap dalam menuliskan informasi

yang diketahui dan ditanya, pada gambar 1(b) siswa menuliskan informasi dengan

menggunakan simbol matematika dan pada gambar 1(c) siswa menuliskan informasi

dengan kalimat yang sesuai pada soal. Meskipun demikian, ketiga jawaban siswa

tersebut dipastikan siswa memahami soal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara

yang menunjukkan bahwa subjek dapat menceritakan permasalahan dengan bahasa

sendiri.

Meskipun demikian, ada pula siswa yang tidak mampu memahami masalah

dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari contoh pada Gambar 1(d). Pada gambar 1(d) siswa

dapat menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, tapi pada saat wawancara

siswa hanya membacakan informasi yang tertera pada lembar soal.

Berdasarkan jawaban tes dan hasil wawancara siswa, didapat data bahwa 25

siswa (80,65%) dapat memahami masalah pada soal nomor 1, sedangkan untuk soal no.2

terdapat 24 siswa (77,42%) dan untuk soal no. 3 terdapat 13 siswa (41,94%) yang dapat

memahami masalah soal nomor 3. Sebagian besar siswa tidak dapat memahami soal no.

3 dikarenakan siswa belum dapat menentukan luas alas prisma yang berbentuk segi-6.

b. Tahap 2 (Planning)

Langkah kedua pemecahan masalah menurut polya adalah merencanakan

penyelesaian. Tahap merancang dan merencanakan solusi meliputi merencanakan solusi

secara sistematis, dan menentukan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya

serta hasil yang diharapkan. Pada tahap ini ditemukan 2 jenis respon yang diberikan

siswa yaitu siswa menuliskan rencana penyelesaian pada lembar jawaban dan siswa tidak

menuliskan rencana penyelesaian pada lembar jawaban (langsung mengerjakan).

Bagi siswa yang menuliskan rencana penyelesaian pada lembar jawaban serta

(12)

secara runtut dan benar. Berikut contoh pekerjaan siswa untuk nomer 1, 2 dan 3 pada

tahap 2

Gambar 2. Hasil Pekerjaan Soal Tahap 2

Tidak semua siswa menuliskan rencana penyelesaian pada lembar jawaban

(lansung mengerjakan), meskipun demikian berdasar hasil wawancara dapat diketahui

bahwa siswa tersebut merencanakan dengan benar langkah-langkah penyelesaian.

Berikut contoh kutipan hasil wawancara dari subjek yang tidak mencantumkan

perencanaan namun dapat menjelaskan apa yang hendak dikerjakan.

S 5 :” Pertama mencari tinggi air sebelum ada benda dulu kak dengan rumus balok

terus satuannya tak ganti dari dm ke m. Terus kalau sudah ketemu baru ditambah

tinggi air yang 1,3 m tadi”.

S 2 ”.pertama menccari volome kubus terus volume limas terus volume kubus dikurang volume limas. Yang B mencari luas tapi hanya 3 sisinya saja kak”.

S 23 :”mencari luas luas prisma dlu baru dikali 15. Yang mencari luas itu 2 x tutup +

luas selimut”.

Hasil rekapitulasi dari analisis untuk tahap keduaini menunjukkan bahwa 25

siswa (80,65%) dapat merencanakan penyelesaian untuk soal nomor 1, 19 siswa (61,3%)

dapat merencankan penyelesaian untuk soal nomor 2, dan 13 siswa (41,94%) dapat

merencankan penyelesaian untuk soal nomor 3.

c. Tahap 3 (Solving)

Tahap ketiga adalah mencari solusi dari masalah. Dalam tahap penyelesaian

masalah sangat tergantung pada pengalaman siswa untuk lebih kreatif dalam menyusun

penyelesaian suatu masalah.

Pada tahap ketiga terdapat 2 respon siswa yaitu siswa menyelesaikan rencana

penyelesaian dengan menggunakan prosedur yang benar sehingga hasil yang benar

(gambar 3a), dan siswa menyelesaikan rencana penyelesaian dengan benar menggunakan

(13)

Gambar 3. Hasil Pekerjaan Soal Tahap 3

Pada gambar 3a tampak bahwa siswa mampu menyelesaikan soal dengan runtut

dan benar sehingga mendapat nilai akhir yang benar sesuai dengan apa yang

direncanakan pada langkah sebelumnya.

Jawaban pada gambar 3b menunjukkan bahwa siswa menyelesaikan rencana

penyelesaian dengan menggunakan prosedur benar tapi hasil salah. Hal ini dikarenakan

terdapat kesalahan dalam melakukan perhitungan, salah rumus atau pun salah konsep

geometrinya. Pada jawaban siswa gambar 3b.(1) tampak bahwa dalam mengerjakan soal

nomor 1 siswa kurang terliti dalam menuliskan menuliskan angka yang seharusnya

3menjadi 3 sehingga dalam melakukan penyelesaian mendapatkan jawaban yang salah. Jawaban siswa pada gambar 3b.(2) tampak bahwa dalam mengerjakan soal

nomor 2 siswa salah dalam konsep satuannya, siswa tidak meyamakan satuannya terlebih

dahulu sehingga dalam penyelesaia mendapat nilai yang salah. Adapun pada gambar (a)

(b)

(14)

P : “ setelah ketemu jawabannya, kamu meneliti kembali tidak? S 30 : “iya kak”

P : bagai mana caranya?

S30 : diulang lagi cara

mengerjakannya.

P : “setelah mendapat jawabannya, apa kamu periksa lagi

jawabanmu?

S 7 : periksa pak tapi Cuma tak cek yang itung-itungan saja”.

3b.(3) siswa salah dalam konsep trigonometrinya, siswa belum bisa mengidentifikasi

sebuah bangun ruang sehingga dalam mengerjakan soal mendapat jawaban yang salah.

Berdasarkan analisis tahap 3 diperoleh data bahwa sebagian besar siswa tidak

mampu menyelesaikan masalah dengan benar. Untuk soal no.1 jumlah terdapat 24 siswa

yang dapat menyelesaikan dengan benar. Adapaun untuk soal no.2 dan 3 jumlah dan

persentase siswa yang dapat melakukan tahap 3 dengan benar berturut-turut 24 siswa

(77,42%) dan 10 siswa (32,26%).

d. Tahap 4 (Checking)

Tahap terakhir adalah memeriksa solusi yang terdiri dari kegiatan menggunakan

pemeriksaan secara khusus terhadap setiap informasi dan langkah penyelesaian dan

menggunakan pemeriksaan secara umum untuk mengetahui masalah secara umum dan

pengembangannya.

Pada tahap ini baik untuk soal nomor 1, 2, 3 siswa hanya menuliskan kesimpulan

untuk setiap soal sehingga untuk mengetahui apakah siswa melakukan tahap ini maka

peneliti melakukan wawancara. Berikut kutipan wawancara siswa.

Dari beberapa kutipan wawancara diatas bahwa siswa melakukan pengecekan

kembali dengan hanya menghitung dan memeriksa ulang jawabannya. Tetapi hanya

sebagian kecil siswa yang melakukan tahap ini. Didapat 8 (25,8%) siswa untuk nomor 1,

7 (22,58%) siswa untuk nomor 2, dan 5 (16,13%) siswa untuk nomor 3 yang melakukan

pemerisaan kembali.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII B SMP N 4 Boyolali dalam

menyelesaikan permasalahan matematika pada materi geometri berdasarkan teori Polya

adalah bahwa sebagian besar siswa (80,65%) dan (77,4%) berturut-turut untuk soal nomor 1

dan nomor 2 telah dapat memahami masalah dengan benar, sedangkan untuk soal nomor 3

hanya sebagian kecil siswa (41,9%) yang dapat memahami soal dengan benar. Adapun untuk

tahap perencanaan baik soal nomor 1, 2 dan 3 bagi siswa yang telah memahami soal dapat

(15)

tersebut pada lembar jawab. Tahap yang membuat sebagian besar siswa tidak mampu

menyelesaikan masalah dengan benar adalah tahap III yaitu menyelesaikan masalah. Hal ini

dikarenakan salah melakukan perhitungan, salah konsep ataupun salah konsep geometrinya.

Tahap yang sebagian besar siswa (78,5%) tidak melaksanakan adalah tahap terakhir yaitu

memeriksa kembali. Tahap memeriksa kembali hanya dilakukan oleh sebagian kecil siswa

(21,5%) dengan cara perhitungan ulang, hal ini berlaku untuk ketiga soal.

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah setiap siswa

berbeda untuk setiap tahapnya. Oleh karena itu disarankan bagi guru untuk melakukan

analisis kemampuan pemecahan masalah matematika agar dapat memberikan bantuan yang

tepat dalam rangka mengasah kemampuan memecahkan masalah matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Herlambang.2013.Analisis Kemampuan Pemeccahan Masalah Matematika Siswa Kelas

VII-A SMP Negeri 1 Kepahiang Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van

Hiele.Bengkulu: Universitas Bengkulu

Indrajaya, Emilia Silvi,dkk.Strategi Pemecahan Masalah Dalam Menyelesaikan Soal Cerita

Pada Materi SPLDV Siswa Kelas VIII Di SMP Kristen 2 Salatiga.Salatiga:

Universitas Kristen Satya Wacana

Imroatun, Siti. 2014. Strategi Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Kristen

2 Salatiga ditinjau dari Langkah Polya. Jurnal tidak diterbitkan. Salatiga: UKSW

Kadir.2009. Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah Ma tematik Siswa Kelas VIII

SMP.Lampung, Universitas Lampung

Polya, G. 1973. How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method (Second Edition).

New Jersey: Princeton University Press.

Sugiyono. Dr. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R

& D. Bandung: ALFABETA

Wahyudi dan Inawati Budiono.Strategi Pemecahan Masalah Matematika.Salatiga: Widya

Sari Press Salatiga

Rofiqoh, Zeni. 2015. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalajh Siswa Kelas X Dalam

Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar Siswa. Semarang:

Universitas Negeri Semarang

Anikrohmah,dkk.Identifikasi Strategi Pemecahan Masalah Luas Permukaan Dan Volume

(16)

Gambar

Tabel 2. Lembar Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Tabel 3. Penilaian Kemampuan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 4 Boyolali
Gambar 1. Hasil Pekerjaan Soal Tahap 1
Gambar 2. Hasil Pekerjaan Soal Tahap 2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sinergi itu sendiri diharapkan akan memperkuat pembangunan ekonomi secara sistematik maupun pembangunan Sistem Hukum Nasional , sehingga pada gilirannya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap capaian hasil belajar ditinjau dari motif berprestasi

Pengaruh Pendekatan RME, Motivasi, dan Jenis Kelamin terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Trigonometri Siswa Kelas X MAN Rejotangan Tahun Ajaran

(5) Penyusunan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam

Sesuatu yang Bisa Diakadkan Sepakat Melakukan Syarikah dalam Urusan Tertentu Sepakat Melakukan Syarikah Sepakat Memberikan Modal Hukum Syarikah dalam Islam Barang Jasa

Sesuatu yang Bisa Diakadkan Sepakat Melakukan Syarikah dalam Urusan Tertentu Sepakat Melakukan Syarikah Sepakat Memberikan Modal Hukum Syarikah dalam Islam Barang Jasa

Dengan memanfaatkan berbagai media sosial tersebut, di samping dapat meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi juga dapat meningkatkan

Model Pembelajaran Kolaborasi Think Pair Share (TPS) dan Talking Stick ..... Tinjauan Materi