• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TEKNIK STAD DAN JIGSAN DALAM PENDIDIKAN OASMANI TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI SOSIAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TEKNIK STAD DAN JIGSAN DALAM PENDIDIKAN OASMANI TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI SOSIAL."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

iii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKSIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Definisi Operasional ... 14

E. Anggapan Dasar atau Asumsi ... 16

F. Hipotesis ... 20

G. Metode Penelitian ... 21

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA MENGENAI PEMBELAJARAN KOOPERATIF A. Model Pembelajaran ... 24

B. Proses Pembelajaran ... 29

C. Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 40

D. Strategi Pembelajaran ... 47

E. Pembelajaran Kooperatif ... 53

(2)

iv

G. Pengembangan Nilai-nilai Sosial (Disiplin dan Kerjasama) 73 H. Hubungan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Melalui

STAD dan Jigsaw Terhadap Pengembangan Nilai Sosial . 88

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 93

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 95

C. Populasi dan Sampel ... 95

D. Desain Penelitian ... 97

E. Variabel Penelitian ... 99

F. Instrumen Penelitian ... 100

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Pernyataan ... 105

H. Analisis Ketercapaian Skor ... 107

I. Prosedur Pengolahan Data ... 108

BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 112

B. Pembahasan ... 134

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 137

B. Rekomendasi ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139

LAMPIRAN ... 143

(3)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1: Skema proses pembelajaran Muska Mosston ... 35 Gambar 2.2: Ilustrasi Kelompok Jigsaw ... 69 Gambar 4.1: Perbandingan Pengembangan Nilai-nilai Sosial ... 118 Gambar 4.2: Perbandingan Persentase Peningakatan Pengembangan

Nilai-nilai sosial ... 119 Gambar 4.3: Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Nilai-nilai

Sosial ... 122 Gambar 4.4: Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Kerjasama

Siswa Berdasarkan Masing-masing Indikator ... 124 Gambar 4.5: Perbandingan Persentase Ketercapain Skor Disiplin Siswa

(4)

vi

DAFTAR BAGAN

(5)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1: Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 60

Tabel 2.2: Skema Model Pembelajaran STAD ... 63

Tabel 2.3: Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif ... 67

Tabel 2.4: Konversi Skor Perkembangan ... 71

Tabel 2.5: Tingkat Penghargaan Kelompok ... 71

Tabel 3.1: Proporsional Pengambilan Sampel Penelitian ... 97

Tabel 3.2: Kisi-kisi Angket Pengembangan Nilai Sosial Siswa (Kerjasama dan Disiplin) di SMPN 14 Serang Banten ... 102

Tabel 3.3: Skor Alternatif Jawaban ... 104

Tabel 3.4: Pedoman Konversi ... 107

Tabel 3.5: Pedoman Konversi Norma Absolut ... 108

Tabel 4.1: Hasil Validitas Instrumen Penelitian ... 114

Tabel 4.2: Hasil Reliabilitas Intrumen Penelitian ... 115

Tabel 4.3: Hasil Penghitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku Masing-Masing Variabel Penelitian ... 116

Tabel 4.4: Perbandingan Persentase Peningkatan Pengembangan Nilai-nilai Sosial (Disiplin dan Kerjasama) Siswa Kelas VII SMP 14 Kota Serang Banten ... 119

Tabel 4.5: Ketercapaian Skor Pengembangan Nilai Sosial Siswa Berdasarkan Masing-masing Sub Variabel ... 120

Tabel 4.6: Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Nilai Sosial Aspek Kerjasama Berdasarkan Masing-masing Indikator ... 121

Tabel 4.7: Perbandingan Persentase Ketercapaian Skor Nilai Sosial Aspek Disiplin Berdasarkan Masing-masing Indikator ... 127

Tabel 4.8: Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ... 127

Tabel 4.9: Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Data Variabel ... 128

(6)

viii

Tabel 4.11: Hasil Uji-t Perbedaan Peningkatan Pengembangan Nilai-nilai Sosial (Disiplin dan Kerjasama) Kelompok

(7)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Uji Coba Angket ... 143 Lampiran 2: Uji Validitas Item dan Realibilitas Instrumen Penelitian

Pengembangan Nilai-nilai Sosial ... 147 Lampiran 4: Data Hasil Angket Instrumen Penelitian Pengembangan

Nilai-nilai Sosial Kelompok Eksperimen Kelas A Sebelum

Pembelajaran Teknik STAD ... 148 Lampiran 3: Data Hasil Angket Instrumen Penelitian Pengembangan

Nilai-nilai Sosial Kelompok Eksperimen Kelas A yang

Mendapat Pembelajaran Teknik STAD ... 149 Lampiran 4: Data Hasil Angket Instrumen Penelitian Pengembangan

Nilai-nilai Sosial Kelompok Eksperimen Kelas C Sebelum

Pembelajaran Teknik Jigsaw ... 150 Lampiran 5: Data Hasil Angket Instrumen Penelitian Pengembangan

Nilai-nilai Sosial Kelompok Eksperimen Kelas C yang

Mendapat Pembelajaran Teknik Jigsaw ... 151 Lampiran 6: Contoh Perhitungan Validitas Item (Soal Nomor 1) dengan

menggunakan Rumus Product Moment dari Pearson ... 154 Lampiran 7: Contoh Perhitungan Reabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Nilai Sosial Siswa dengan Menggunakan Rumus

Alpha ... 156 Lampiran 8: Uji Normalitas Data Nilai-nilai Sosial Siswa Kelas VII A

Sebelum Pembelajaran Teknik STAD ... 158 Lampiran 9: Uji Normalitas Data Nilai-nilai Sosial Siswa Kelas VII A

Setelah Pembelajaran Teknik STAD ... 160 Lampiran 10: Uji Normalitas Data Nilai-nilai Sosial Siswa Kelas VII C

Sebelum Pembelajaran Teknik Jigsaw ... 162 Lampiran 15: Uji Normalitas Data Nilai-nilai Sosial Siswa Kelas VII C

(8)

x

Lampiran 16: Uji Homogenitas Data Nilai Sosial Siswa Kelompok

STAD Sebelum dan Sesudah Pembelajaran ... 166

Lampiran 17: Uji Homogenitas Data Nilai Sosial Siswa Kelompok Jigsaw Sebelum dan Sesudah Pembelajaran ... 168

Lampiran 18: Uji Homogenitas Data Peningkatan Nilai-nilai Sosial Siswa Kelompok STAD dan Jigsaw ... 170

Lampiran 19: Perhitungan Analisis T Test Peningkatan Hasil Belajar Setelah Diberi Pembelajaran Teknik STAD ... 172

Lampiran 20: Perhitungan Analisis T Test Peningkatan Hasil Belajar Setelah Diberi Pembelajaran Teknik Jigsaw ... 174

Lampiran 21: Perhitungan Analisis T Test Perbedaan Peningkatan Pengembangan Nilai-nilai Sosial Antara Siswa Kelompok STAD dan Jigsaw ... 176

Lampiran 22: SK Penelitian ... 178

Lampiran 23: Surat Ijin ... 180

Lampiran 24: Surat Keterangan Penelitian ... 181

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa lebih-lebih bagi bangsa yang sedang merealisasikan pembangunan. Dalam kedudukannya pada kerangka pembangunan nasional, pendidikan bersifat mendasar karena menyangkut kualitas sumber daya manusia sebagai modal dasar dalam pembangunan. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai ”Perbuatan (hal, cara, dsb.) mendidik”. (Poerwadarminta, 1984:250). Sedangkan dalam Undang-Undang No. 2 tahun 1989 pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.

(10)

merupakan upaya untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik, maka tentu saja guru dapat dikatakan sebagai manusia yang cukup mempengaruhi terhadap perubahan sosial. Namun hal paling penting yang harus diperhatikan dalam diri seorang guru yang berperan sebagai faktor fundamental dalam dunia pendidikan adalah sejauh mana guru memiliki kemampuan menciptakan perubahan sosial yang lebih baik (pembaharuan). Perubahan yang terjadi bisa dikatakan perubahan sosial jika perubahan itu cukup mempengaruhi struktur sosial, sikap, dan nilai suatu tatanan masyarakat. Perubahan sosial yang lebih baik berarti terwujudnya atau munculnya bangunan atau struktur sosial, sikap, dan nilai yang mencoba memperbaiki atau menyempurnakan dari keadaan atau tatanan sebelumnya.

(11)

permasalahan pribadi dan sosial di kalangan masyarakat berpendidikan tinggi (Supriadi, 1997: 48).

Pada kalangan siswa sekolah dasar dan menengah, seperti juga masyarakat pada umumnya gejala masalah pribadi dan sosial ini juga tampak dalam perilaku keseharian. Sikap-sikap individualistis, egoistis, acuh tak acuh, kurangnya rasa tanggung jawab, malas berkomunikasi dan berinteraksi atau rendahnya empati dan tidak disiplin merupakan fenomena yang menunjukkan adanya kehampaan nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya dalam menghadapi kondisi yang demikian, pendidikan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar. Pendidikan dapat memberikan kontribuasi dalam mengatasi masalah sosial sebab pendidikan memiliki fungsi dan peran dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia dapat menjadi kekuatan utama dalam mengatasi dan memecahkan masalah sosial-ekonomi yang dihadapi, tetapi juga dapat menjadi faktor penyebab munculnya masalah-masalah tersebut.

(12)

mengandalkan posisi tersebut karena pada kenyatannnya kondisi dan hasil pendidikan kita belum memadai.

Pendidikan dasar dan menengah, khususnya pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP) memiliki posisi sangat strategis karena menjadi landasan bagi pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan dasar dan menengah yang bermutu akan memberikan landasan yang kuat bagi pendidikan tinggi yang bermutu pula. Secara khusus, peranan pendidikan dasar dan menengah bagi pengembangan anak dan remaja dirumuskan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006, menyebutkan bahwa :

“Pendidikan dasar dan menegah bertujuan : meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan tersebut dicapai melalui proses pembelajaran dalam kelompok mata pelajaran : (1) Agama dan akhlak mulia, (2) Kewarganegaraan dan Kepribadian, (3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (4) Estetika, (5) Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan.

(13)

1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).

2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efesien, halus, indah, dan sempurna (skill full).

3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga menumbuh kembangkan pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.

4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

Pernyataan di atas menggambarkan bahwa aktivitas pendidikan jasmani merupakan serangkaian gerak yang bukan hanya pada lingkup fisik saja, akan tetapi melibatkan pula aktivitas psikis. Dalam hal ini terjadi totalitas gerak saat melakukan atau beraktivitas olahraga. Terlepas dari itu semua pendidikan jasmani di sekolah yang secara keseluruhannya melibatkan pembelajaran gerak, baik dalam sebuah permainan, games, atau pun pengetahuan dalam perkembangan olahraga tentunya memiliki beberapa tujuan sesuai dengan yang diamanatkan oleh tujuan pendidikan nasional. Salah satu tujuan yang harus dicapai adalah pengembangan nilai-nilai sosial yang ada pada saat pembelajaran gerak berlangsung.

(14)

dan olahraga menjadi bagian integral di dalamnya. Suatu kultur olahraga yang menekankan nlai-nilai seperti: kerjasama tim, disiplin diri, kerelaan berkorban demi kebaikan tim, semua itu merupakan nilai-nilai budaya yang ada pada masyarakat yang terkandung dalam olahraga. Ada pula nilai-nilai yang kurang baik yang sering muncul dalam olahraga seperti: menyakiti orang lain demi mencapai tujuan, berdusta, curang, intimidasi, dan melukai fisik orang lain.

Nilai-nilai dalam olahraga menjadi sebuah refleksi dari nilai-nilai masyarakat. Terdapat beberapa pokok persoalan yang berkaitan dengan olahraga dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan berserta isu dan perdebatannya. Hal tersebut dibatasi pada kerangka sosiologi olahraga dengan pendekatan beberapa teori. Berkaitan dengan hal ini (TIM PJKR UPI: 2003:25) menjelaskan bahwa:

Ilmu sosial memberikan beberapa kerangka teori yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara olahraga dan masyarakat. Ada empat kerangka teori yang berhubungan dengan olahraga dan masyarakat, yaitu : (1) fungsionalisme, (2) teori konflik, (3) teori kritik, dan (4) interaksi simbul. Setiap kerangka teori tersebut dapat membantu dalam memahami olahraga sebagai fenomena sosial.

(15)

olahraga berkaitan erat dengan hubungan sosial yang kompleks di mana perubahan-perubahan yang muncul selalu terkait dengan aspek sosial, politik, dan ekonomi. Sedangkan interaksi simbolik menyarankan bahwa olahraga memerlukan suatu pemahaman akan makna, identitas, dan interaksi yang dipadukan dengan keterlibatannya dalam olahraga.

Pengembangan nilai-nilai dalam olah raga menuntut kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan strategi yang tepat dalam pembelajaran pendidikan jasmani agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Strategi pembelajaran yang efektif dapat dilakukan dengan cara berusaha melibatkan siswa secara tepat dalam materi pembelajaran tertentu, dengan persentase keterlibatan siswa yang tinggi dari waktu yang tersedia melalui pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, agar siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

(16)

gerak keterampilan tertentu sehingga aspek lainnya yang seharusnya dikembangkan terabaikan.

Dampak langsung dari pendekatan tersebut menjadikan siswa cenderung lebih individualistis kurang menghargai kerjasama serta berpengaruh terhadap kedisiplinan sedangkan dampak tidak langsung hasil pendidikan jasmani hanya berkisar pada perkembangan fisik dan gerak saja, sedangkan tujuan pengembangan mental dan sosial yang merupakan nilai-nilai yang harus dikembangkan terabaikan, ujung-ujungnya menyimpang dari tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang diharapkan.

Berdasarkan hal-hal di atas nampak, bahwa disatu sisi betapa pentingnya peranan pendidikan jasmani mengembangkan nilai-nilai pendidikan jasmani agar siswa mampu bekerjasama dalam tim, disiplin diri, kerelaan berkorban demi kebaikan tim, kemampuan berpikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga menumbuh kembangkan pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa serta mampu menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat namun dipihak lain masih diketemukan kelemahan dalam pembelajaran pendidikan jasmani , baik dalam rancangan maupun proses pembelajarannya. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan penelitian berkaitan dengan pembelajaran pendidikan jasmani.

(17)

gejala adanya suatu kecenderungan pemahaman yang salah bahwa pelajaran pendidikan jasmani adalah pelajaran yang cenderung pada pengembangan fisik dan gerak saja. Pemahaman seperti ini berakibat pada pembelajaran yang lebih menekankan pada verbalisme. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif. Pola pembelajaran yang satu arah ini kecenderungan mengakibatkan pencapaian hasil hanya berkisar pada tujuan fisik dan gerak saja sedangkan pengembangan nilai-nilai sosial pendidikan jasmani terabaikan, sehingga siswa tidak tertantang untuk bekerjasama, akibatnya keterampilan perkembangan mental dan sosial siswa tidak berkembang dan lebih jauh tujuan ideal dari pembelajaran Penjaskes di SMP terabaikan. Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan mengembangkan suatu model pembelajaran yang dipandang mampu meningkatkan mental dan sosial siswa. Model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan mental dan sosial pada diri siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif, keberhasilan siswa dalam belajar dapat tercapai melalui pengembangan belajar kelompok. Pada pembelajaran kooperatif, tujuan kelompok tidak hanya dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap kelompok menguasai tugas yang diterimanya.

Model pembelajaran yang akan ditelaah dan diteliti dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD (Student Teams

Achievement Divisions) dan Jigsaw, dengan pertimbangan teknik STAD (Student

(18)

kooperatif yang paling sederhana dan melibatkan banyak siswa sehingga memungkinkan bagi siswa yang kesulitan dalam pembelajaran akan tertolong dan materi yang sulit akan lebih mudah untuk dipahami. Selain itu dengan pembelajaran ini akan lebih menarik perhatian siswa dikarenakan pembelajaran semacam ini belum pernah digunakan di dalam kelas sehingga dapat meningkatkan motivasi dalam memahami konsep-konsep dan meminimalisasi tingkat kesulitan belajar.

(19)

sosial dalam hal ini sikap disiplin dan kerjasama siswa. Sehingga hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pemilihan model pembelajaran pada pendidikan jasmani terutama untuk meningkatkan nilai-nilai sosial siswa.

Beranjak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang efektivitas pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD dan Jigsaw dalam Pendidikan Jasmani terhadap pengembangan nilai-nilai sosial siswa khususnya dalam hal kedisiplinan dan kerjasama.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, penelitian ini difokuskan untuk mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Jigsaw dalam Pendidikan Jasmani terhadap pengembangan nilai-nilai sosial siswa serta mana diantara kedua model pembelajaran tersebut yang paling efektif dalam mengembangkan nilai-nilai sosial siswa pada aspek kedisiplinan dan kerjasama. Adapun masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut : ”Apakah model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD (Student Teams Achievement

Divisions) dan Jigsaw dalam Pendidikan Jasmani berpengaruh terhadap

(20)

1. Apakah pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD (Student Teams

Achievement Divisions) memiliki pegaruh yang lebih baik terhadap

pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di SMP 14 Kota Serang Banten?

2. Apakah pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di SMP 14 Kota Serang Banten?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan

Jigsaw terhadap pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di

SMP 14 Kota Serang Banten?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah sekaligus memperoleh gambaran tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD dan Jigsaw dalam Pendidikan Jasmani terhadap pengembangan nilai-nilai sosial siswa serta mana diantara kedua model pembelajaran tersebut yang paling efektif dalam mengembangkan nilai-nilai sosial siswa pada aspek kedisiplinan dan kerjasama.

2. Tujuan Khusus

(21)

a. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD

(Student Teams Achievement Divisions) terhadap pengembangan nilai sosial

(disiplin dan kerjasama) siswa di SMP 14 Kota Serang Banten.

b. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw terhadap pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di SMP 14 Kota Serang Banten.

c. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan

Jigsaw terhadap pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di

SMP 14 Kota Serang Banten? 3. Tujuan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang berharga dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani untuk meningkatkan nilai-nilai sosial dan mampu mengembangkannya terhadap pelaksanaan pengajaran.

4. Tujuan Praktis

Penelitian ini juga memberikan sumbangan yang praktis bagi para guru pendidikan jasmani dalam meningkatkan model pembelajaran dan memberikan keleluasaan pada siswa untuk belajar lebih banyak lagi.

D. Definisi Operasional

(22)

1. Pengaruh

Menurut Poerwadarminta (1976:731) yaitu : “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang berkuasa atau yang berkekuatan“. Sedangkan yang dimaksud pengaruh dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik STAD dan Jigsaw terhadap pengembangan nilai-nilai sosial di SMP Negeri 14 Kota Serang.

2. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah proses ajar melalui aktifitas jasmani dan sekaligus pula sebagai proses ajar untuk menguasai keterampilan jasmani. Tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan pribadi secara menyeluruh (holistik) maksudnya, cakupan pembinaan tertuju bukan hanya pada aspek jasmaniah saja, tetapi juga mental dan rohani. Secara spesifik tujuannya meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moril spiritual.

3. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Wikipedia (2009).

4. Pembelajaran Kooperatif

(23)

pengetahuannya melalui keterampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen.

5. Pembelajaran Kooperatif STAD

Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD (Student Team Achievement

Division) adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar

kelompok, di mana siswa secara aktif melakukan diskusi, kerjasama, saling membantu, dan semua anggota kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama.

6. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw merupakan pembelajaran dengan menekankan kegiatan belajar kelompok. Pada model ini terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

7. Disiplin dan Kerjasama

(24)

E. Anggapan Dasar atau Asumsi

Anggapan dasar merupakan suatu titik tolak pendapat dalam menilai suatu bahasan dengan menelusuri gejala yang akan diamati dalam suatu penelitian. Lebih lanjut Riduwan (2009:30) mengemukakan bahwa :

Fungsi Asumsi dalam sebuah tesis merupakan titik pangkal penelitian dalam rangka penulisan tesis. Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran peneliti sendiri. Apapun materinya asumsi tersebut harus sudah merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya.

Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dan Jigsaw.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara". Terdapat beberapa hal yang perlu ditanggapi dari konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut.

1. Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang terencana,

(25)

3. Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya,

4. Akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan siswa memiliki kecerdasan, serta memiliki keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dalam proses pembelajaran secara efektif perlu ditunjang dengan beberapa aspek salah satunya adalah pembelajaran melalui strategi yang diterapkan guru. Guru sebagai pelaksana harus dapat menentukan pilihannya dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau yang menunjang tercapainya tujuan. dalam penelitian ini terpokus pada bagaimana penerapan strategi pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD dan Jigsaw dalam mengembangkan nilai-nilai sosial (disiplin dan kerjasama) pada diri siswa. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dikaji mengenai kekurangan dan kelebihan dari kedua dengan teknik pembelajaran tersebut.

a) Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik STAD 1) Kelemahan

(26)

(a) Pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.

(b) Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.

(c) Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.

(d) Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.

(e) Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

2) Kelebihan

Meskipun ada banyak kelemahan yang timbul, menurut Soewarso (1998:17) pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD juga memiliki keuntungan yaitu:

(a) Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.

(b) Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

(c) Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.

(d) Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi serta menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. (e) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan

(27)

(f) Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya.

(g) Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

b) Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Jigsaw

Adapun kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif dengan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut:

1) Kelemahan

(a) Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. (b) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal

jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

(c) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.

2) Kelebihan

(a) Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda.

(b) Menerapkan bimbingan sesama teman. (c) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi. (d) Memperbaiki kehadiran.

(28)

(f) Sikap apatis berkurang.

(g) Pemahaman materi lebih mendalam. (h) Meningkatkan motivasi belajar.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang dimaksudkan sebagai tuntutan dalam penyelidikan. Mengenai batasan hal ini Nasution (1987:78) memberikan batasan sebagai berikut: “Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”. Sedangkan Kartono (1990:78) lebih konkrit menjelaskan sebagai berikut: “Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya dengan jalan riset”. Berdasarkan pada pemaparan anggapan dasar di atas, maka dalam penelitian ini penulis dapat ajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:

1) Terdapat pengaruh yang lebih baik dari pembelajaran kooperatif dengan teknik STAD terhadap pengembangan nilai-nilai sosial di SMPN 14 Kota Serang. 2) Terdapat pengaruh yang lebih baik dari pembelajaran kooperatif dengan teknik

Jigsaw terhadap pengembangan nilai-nilai sosial di SMPN 14 Kota Serang.

(29)

G. Metode Penelitian

Metode merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan, dan mengumpulkan hasil penelitian melalui cara tertentu dengan mengikuti langkah-langkah prosedural.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Surakhmad (1982:149) menjelaskan tentang metode eksperimen ini sebagai berikut: “Dalam arti kata yang luas, bereksperimen ialah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat sesuatu hasil. Hasil itu akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki”.

Desain penelitian ini adalah the static Group Pretest-postest. Lutan (2001:9.15) menyatakan bahwa :

(30)

H. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan di lingkungan SMP 14 Kota Serang Banten.

2. Populasi

Arikunto (1998:115) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Lebih jauh lagi Sukardi (2003:53) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 14 Kota Serang Banten tahun ajaran 2010/2011, terdiri dari 8 kelas dengan masing-masing kelas berjumlah 40 orang sehingga jumlah populasi sebesar 320 orang .

3. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Lutan (2001:5.1) menyebutkan bahwa : “Sampel adalah kelompok yang digunakan dalam penelitian dimana informasi itu diperoleh”. Pendapat lain dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2000:221), bahwa: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki”. Karena populasi penelitian ini terdiri dari kelas-kelas yang berjumlah 8 kelas maka penulis mengambil sampel dalam penelitian ini menggunakan cara cluster random sampling. Mengenai cluster random sampling Lutan (2001:5.11) menyatakan, bahwa, “Pemilihan kelompok-kelompok atau

(31)

sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari populasi yaitu

(32)

93 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian

Pada proses penelitian hendaknya dapat menentukan suatu metode penelitian yang akan digunakan, hal ini berdasarkan pada suatu pemahaman bahwa metode penelitian dapat dijadikan suatu cara atau langkah untuk memperoleh suatu data, menganalisis data, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil dari sasaran serta tujuan penelitian yang dilakukan. Dalam mencapai tujuan yang diinginkan pada penelitian yang dilakukan maka penting sekali bagi peneliti untuk memilih metode penelitian yang tepat sebagai metode penelitian yang akan dipakai.

(33)

dengan tujuan penelitian serta adanya kesesuaian antara waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang akan dicapai pada suatu penelitian tidak terjadi penyimpangan.

Sehubungan dengan masalah yang penulis ungkapkan dalam penelitian ini, yaitu perbedaan pengaruh antara pendekatan strategi pembelajaran tehnik STAD dan Jigsaw dalam memupuk sikap kerjasama dan disiplin pada diri siswa, maka metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian eksperimen.

Desain penelitian ini adalah the static Group Pretest-postest. Lutan (2001:9.15) menyatakan bahwa : “Desain ini digunakan dua kelompok yang sudah ada atau utuh. Kelompok ini seringkali dinamakan static group, oleh karena itu nama tersebut digunakan dalam desain ini”. Perbandingan dibuat diantara kelompok yang menerima perlakuan yang berbeda dan diberikan tes awal dan tes akhir.

Model ini digunakan atas dasar pertimbangan yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Berdasarkan batasan tersebut dalam hal ini penulis ingin mengetahui pengaruh dari sebuah treatmen atau perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif teknik STAD (Student Teams Achievement Divisions) dan Jigsaw terhadap pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di SMP 14 Kota Serang Banten. Selain itu pula penulis ingin mengetahui perbedaan yang signifikan antara pengaruh pembelajaran kooperatif dengan tehnik STAD (Student Teams

(34)

pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di SMP 14 Kota Serang Banten.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengambil waktu dan tempat sebagai berikut: 1) Waktu: dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011.

2) Tempat penelitian dilaksanakan di SMP 14 Kota Serang Banten.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sebagai fakta yang akan diteliti, maka dalam penelitian ini melibatkan populasi dan sampel. Dari populasi dan sampel inilah selanjutnya akan mendapatkan data serta keterangan yang dapat dijadikan sebagai informasi jawaban terhadap permasalahan penelitian. Arikunto (1998:115) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Lebih jauh lagi Sukardi (2003:53) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 320 siswa yang berada di kelas VII SMP 14 Kota Serang Banten tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari 8 kelas, dengan masing-masing kelas berjumlah 40 siswa.

2. Sampel

(35)

sampel penelitian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:62) bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi”. Selanjutnya, berkenaan dengan penentuan jumlah sampel, Surakhmad (1990:100) menjelaskan bahwa: “Apabila jumlah populasi di bawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50% dan di atas seribu sebesar 15%”. Berkaitan dengan penentuan jumlah sampel, dalam penelitian ini penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (1992:107) yang menjelaskan bahwa: “Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Dalam hal ini penulis mengambil sampel sebesar 25 % dari populasi. Dengan demikian jumlah sampel yang diambil adalah 25% X 320 adalah 80 orang.

Selanjutnya karena sampel yang akan diambil berupa kelas, maka teknik pengambilan sampelnya mempergunakan teknik cluster random sampling. Dalam hal ini Lutan (2001:5.11) menyatakan, bahwa, “Pemilihan kelompok-kelompok atau clusters dari subyek dan bukannya individu-individu disebut dengan cluster

random sampling. Berdasarkan hasil pengundian kelas VII-A dan VII-C menjadi

sampel dalam penelitian ini.

(36)

Tabel 3.1

Proporsional Pengambilan Sampel Penelitian

Kelas Jumlah

Siswa Keterangan Perlakuan

VII-A 40 Orang Sampel Penelitian Pembelajaran kooperatif teknik STAD

VII-C 40 Orang Sampel Penelitian Pembelajaran kooperatif teknik

Jigsaw

Jumlah 80 orang

D. Desain Penelitian 1. Desain Penelitian

Agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan, maka diperlukan desain penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian the static Group Pretest-postest. Lutan (2001:9.15) menyatakan bahwa, “Desain ini digunakan dua kelompok yang sudah ada atau utuh. Kelompok ini seringkali dinamakan static group,eksperimen yaitu pre tes, post tes, grup desain”. Adapun desain penelitian yang penulis rancang adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 The static Group Pretest-postest (Sumber Arikunto 1993:77)

t1 x1 t2

(37)

Keterangan :

t1 : Tes Awal (pre test)

t2 : Tes Akhir (post test)

X1 : Kelompok A (Pendekatan pembelajaran kooperatif tehnik STAD)

X2 : Kelompok B (Pendekatan pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw)

2. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini penulis merencanakan penelitian sebagaimana ditunjukkan bagan 3.1 berikut:

Bagan 3.2

(Langkah-langkah Penelitian) Populasi

Sampel

Tes Awal

KELOMPOK B

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw

KELOMPOK A

Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tehnik STAD

Tes Akhir

Pengolahan dan Analisis Data

(38)

E. Variabel Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis terfokus pada beberapa variabel yang akan diteliti. Adapun beberapa variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Variabel bebas penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tehnik STAD

(Student Teams Achievement Divisions) dan pembelajaran kooperatif tehnik

Jigsaw pada mata pelajaran penjas.

2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengembangan nilai sosial (disiplin dan kerjasama) siswa di SMP 14 Kota Serang Banten.

3) Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Slavin 1995:73) merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui ketrampilan proses. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang kemampuannya heterogen.

4) Pembelajaran Kooperatif STAD

(39)

5) Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw merupakan pembelajaran dengan menekankan kegiatan belajar kelompok. Pada model ini terdapat dua macam kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.

6) Disiplin dan Kerjasama

Elis (1956), dikutip oleh Tim PJKR UPI (2003:29) menjelaskan bahwa: "Disiplin diartikan sebagai proses dari keterkaitan ancaman dan hukuman, dari sisi lain erat pula kaitannya dengan pengawasan atau control dalam proses belajar". Adapun terkait kerjasama, Polak M. (1985), dikutip oleh Tim PJKR UPI (2003:50) menjelaskan bahwa: "Kerjasama atau kooperasi (cooperation) adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama serta tujuan bersama".

F. Instrumen Penelitian

Untuk menghasilkan data dalam penelitian ini, dapat digunakan alat pengumpul data atau yang disebut instrumen penelitian. Data tersebut didapat dari hasil pengukuran dan pengetesan melalui alat pengumpulan data. Berkaitan penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang dilakukan berkaitan dengan pengukuran variabel penelitian, di antaranya:

a. Persiapan Pengumpulan Data

(40)

brosur atau lembaran formulir yang berisi beberapa pernyataan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Mengenai batasan angket ini dikemukakan oleh Kartono (1990:217) sebagai berikut:

Angket atau kuesioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak) dengan cara menyebar formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada subyek untuk mendapat jawaban atau tanggapan (respon) tertulis seperlunya.

Sedangkan Surakhmad (1989:180) lebih lanjut menjelaskan sebagai berikut:

Sedangkan teknik pemakaian yang wajar terbatas pada pengumpulan pendapat (sering disebut opiner) atau pada pengumpulan fakta yang memang diketahui oleh sampel, yang tak dapat diperoleh dengan jalan lain. Angket bersifat komparatif, dalam arti kata bahwa sampel atau yang disebut juga responden, diharapkan kerjasama dalam penyisihan waktu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita secara tertulis, sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan.

Dari batasan tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa angket adalah suatu alat untuk penyelidikan mengenai suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum melaluli satu set pertanyaan yang berurusan dengan masalah penyelidikan untuk mendapatkan fakta yang diketahui oleh responden.

b. Pelaksanaan Pengumpulan Data

(41)

kisi-kisi variabel yang akan diukur. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun kuestioner tersebut adalah:

1) Studi literatur

Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang valid mengenai konsep serta ruang lingkup variabel pengembangan nilai sosial siswa (kerjasama dan disiplin) di SMPN 14 Serang Banten serta prinsip-prinsip penyusunan skala alat ukur.

2) Penyusunan spesifikasi alat ukur

Dalam menyusun spesifikasi alat ukur, terdapat beberapa rumusan spesifik yang harus dibuat di antaranya kisi-kisi. Kisi-kisi memegang peranan penting dalam penyusunan kuestioner, hal tersebut berfungsi sebagai pedoman penulisan pertanyaan yang dapat menggambarkan kontruksi variabel. Berikut merupakan beberapa kisi-kisi yang disusun berkaitan dengan angket yang akan digunakan dalam penelitian.

Tabel 3.2

Kisi-kisi angket pengembangan nilai sosial siswa (kerjasama dan disiplin) di SMPN 14 Serang Banten

Variabel Indikator Sub Indikator No Item

Pertanyaan

+ -

Kerjasama a. Mewujudkan Kepentingan

1. Mencapai kepentingan

yang sama 1,2 3

2. Mendapat keadilan yang

sama 4

3. Mencapai tujuan yang

(42)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Indikator Sub Indikator No Item

Pertanyaan

3. Memperhatikan pelajaran

yang disampaikan guru 27 29

(43)

atau soal dalam angket. Butir-butir soal atau pertanyaan tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia. Alternatif jawaban yang digunakan dalam angket ini adalah skala sikap likert. Sudjana dan Ibrahim (1989:107) mengungkapkan:

Skala likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan ada dua kategori, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negative. Salah satu skala sikap sering digunakan dalam penelitian adalah skala likert.

Lebih lanjut lagi Sudjana dan Ibrahim (1989:108) menjelaskan bahwa: “Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subyek selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah”. Berdasarkan batasan tersebut selanjutnya dilakukan penskoran dengan skor baku yang menunjuk pada penjelasan likert yang telah diuji skala oleh penulis, dimana untuk jawaban positif yaitu selalu = 5, sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, dan tidak pernah = 1. Sebaliknya untuk kategori pernyataan negatif selalu = 1, sering = 2, kadang-kadang = 3, jarang = 4, dan tidak pernah = 5. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

(44)

3) Uji coba angket

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, angket ini diuji cobakan kepada 40 siswa kelas VII SMPN 14 Kota Serang Banten yang tidak termasuk dalam subyek penelitian. Pelaksanaan uji coba yang dimaksud untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas alat ukur yang telah disusun sehingga diketahui valid dan tidaknya alat ukur tersebut dipergunakan sebagai alat pengukuran data.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Pernyataan 1. Uji Validitas

Instrumen yang baik, salah satu syarat yang harus dimiliki adalah instrumen tersebut harus valid. Arikunto (1998:43) menyatakan bahwa: “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan”. Untuk mencari validitas butir soal tes digunakan kriteria pembanding yang berasal dari alat ukur itu sendiri. Caranya adalah dengan jalan mengkorelasikan skor jawaban dari tiap-tiap butir dengan skor total butir. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas alat pengumpul data adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar dari Pearson (Sugiyono,2008:228). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

}

rs = koefisien korelasi product moment dari Pearson

(45)

Y = skor total

N = jumlah responden

Selanjutnya, untuk melihat signifikansinya dilakukan dengan mendistribusikan rumus uji t dari Sugiyono (2008:230), yaitu:

)

dengan kriteria : Jika thitung > ttabel, maka butir item valid dan signifikan. (

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas sustu tes berhubungan dengan ketepatan tes sebagai alat pengumpul data, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (2002:154) bahwa :

“Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, tidak bersifat tendensius, dapat dipercaya, datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya hingga berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama.

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus

alpha dari Cronbach yang dikutip Arikunto (2002:171) sebagai berikut:

2

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal

σb2

(46)

Selanjutnya, dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0.05, nilai reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan diperbandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan = n – 1. Denagan ketentuan : Jika ri > rtabel → reliabel

Jika ri ≤ rtabel → tidak reliabel

H. Analisis Ketercapaian Skor

Analisis ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi tinggi rendahnya skor responden atas masing-masing variabel penelitian melalui perhitungan persentase ketercapaian skor maksimal dari skor ideal dengan rumus:

Skor Ketercapaian = Keterangan :

Skor total = skor total yang diraih

Skor ideal = Jumlah soal x bobot maksimal x jumlah responden

Selanjutnya, kriteria tinggi rendahnya nilai-nilai sosial siswa yang diukur berdasarkan skor persentase ketercapaian ini dibandingkan dengan kriteria yang dibuat berdasarkan pedoman norma absolut sebagaimana berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Konversi

Rentang Kategori

(Mi + 1,5 SDi) - (Mi + 3,0 SDi) Sangat Tinggi/Baik (Mi + 0,5 SDi) - (Mi + 1,5 SDi) Tinggi/Baik

(47)

Skor Maksimal Ideal (SMI) = 100

Rata-rata Ideal (MI) = ½ SMI = ½ x 100 = 50 St. Dev. Ideal (SDI) = 1/3 MI = 1/3 x 50 = 16,67

Dengan demikian, didapat pedoman konversi norma absolut yang didapat adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Pedoman konversi norma absolute

Rentang Kategori

75,1 – 100,0 Sangat Baik

58,4 – 75,0 Baik

41,7 – 58,3 Cukup/Sedang

25,1 – 41,6 Kurang

0,0 – 25,0 Sangat Kurang

I. Prosedur Pengolahan Data

Untuk mengetahui hasil dari permasalahan penelitian yang penulis ukur, selanjutnya penulis lakukan dengan pengolahan terhadap data. Adapun proses pengolahan data penulis tempuh dengan melakukan proses penghitungan secara statistikal.

1. Menghitung rata-rata tiap variable penelitian yang dikutip dari Sugiyono (2008:49), dengan rumus :

n X X = ∑ i

Keterangan :

X = Skor rata-rata yang dicari

i

X = Jumlah skor mentah

(48)

2. Menghitung nilai simpangan baku yang dikutip dari Sudjana (2005:94)

= Jumlah kuadrat skor mentah

n = Banyaknya sampel

3. Uji normalitas

Dalam menguji normalitas disusun langkah-langkah sebagi berikut:

a. Pengamatan Xi, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Zi, Z2, …, Zn dengan

menggunakan rumus dari Sugiyono (2008:77), sebagai berikut :

b. Untuk tiap bilangan ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, c. kemudian dihitung F (Zi) = P (Z<Zi).

d. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn dengan menggunakan rumus yang

lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi). e. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

f. Ambil angka terbesar dari harga-harga mutlak tersebut selanjutnya harga tersebut dinyatakan dengan harga Lo.

g. Untuk menerima hipotesis, maka kita bandingkan nilai Lo ini dengan nilai kritis L untuk uji liliefors, dengan taraf nyata a = 0,05 dengan kriteria adalah

X1 – X

(49)

tolak hipotesisi Ho bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan lebih kecil dari nilai L dari daftar nilai kritis uji liliefors, maka dalam hal ini hipotesisi Ho diterima.

4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (1989:250)

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1;V2) dengan taraf nyata (α) =

0,05.

5. Uji Rata-rata Satu Pihak, dengan pendekatan rumus:

Keterangan :

t = Nilai t hitung yang dicari

D = Rata-rata nilai beda

D2 = kuadrat nilai beda N = Jumlah sampel

6. Uji signifikansi perbedaan dua rata-rata satu pihak dengan rumus :

(50)

Keterangan : =

2

S Simpangan baku gabungan =

1

n Jumlah sampel kelompok 1 =

2

n Jumlah sampel kelompok 2 =

2

x

S Varians tes awal =

2

y

S Varians tes akhir =

X Skor rata-rata tes awal =

Y Skor rata-rata tes akhir

Kriteria pengujian adalah diterima hipotesis Ha, jika t1αt di mana

α

− 1

(51)

137 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan bab-bab sebelumnya yaitu mulai dari pemaparan latar belakang masalah, perumusan penelitian, serta pengajuan hipotesis. Kemudian pemahaman pada kajian teori, penerapan metode penelitian, serta pengolahan data dengan analisis penghutungan statistik, maka dalam penelitian ini penulis menemukan jawaban sebagai akhir dari penelitian yang penulis lakukan. Selanjutnya beberapa jawaban yang ada, penulis rumuskan dalam bab kesimpulan sebagai akhir dari penelitian yang telah dilakukan. Adapun beberapa kesimpulan penelitian tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Strategi pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan nilai sosial siswa (kerjasama dan disiplin) pada siswa SMPN 14 Kota Serang Banten.

2. Strategi pembelajaran Jigsaw memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terhadap pengembangan nilai sosial siswa (kerjasama dan disiplin) pada siswa SMPN 14 Kota Serang Banten.

(52)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, yang mencoba mengungkap tentang tingkat perbedaan pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif tehnik Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan strategi pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw terhadap pengembangan sikap sosial (kerjasama dan disiplin) siswa di SMPN 14 Kota Serang Banten, secara analisis ternyata pengaruh kedua metode pembelajaran tersebut telah memberikan hasil yang signifikan, oleh sebab itu kedua metode tersebut sudah dapat diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah khususnya dalam program pendidikan jasmani. Untuk itu penulis merekomendasikan beberapa hal, yaitu :

a. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai informasi serta masukan keilmuan dan kepustakaan dalam proses penyampaian materi bahan ajar pada mata pelajaran penjaskes di sekolah .

b. Bagi guru pendidikan jasmani pada saat melakukan pengajaran, dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif baik teknik STAD (Student

Teams Achievement Divisions) maupun Jigsaw, karena dipandang efektif dan

efesien dalam mengembangkan nilai-nilai sosial siswa.

Gambar

Gambar 2.1: Skema proses pembelajaran Muska Mosston   .......................
Tabel 4.11:
Tabel 3.1 Proporsional Pengambilan Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pengembangan nilai sosial siswa (kerjasama dan disiplin)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apabila memperhatikan Core bussines (M. Bryson, 1995 : 87) dalam kaitannya dengan kewenangan akademik sekolahdan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah, maka, tujuan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/CK-03/POKJA/2015 tanggal 24 April 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Pembangunan Pos Jaga, Gapura

Pada saat pengguna melakukan verifikasi pada alat sidik jari, maka mesin sidik jari tersebut akan memeriksa apakah sidik jari yang baru saja discan cocok dengan salah satu sidik

[r]

1) Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga. 2) Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat. 5) Penghematan sumber-sumber yang tersedia. Dengan pengertian dan

mengumumkan sebagai penyedia barang dengan pengadaan langsung untuk paket.. pekerjaan Pengadaan Peralatan Kesehatan Gudang Farmasi adalah

[r]

Pada preamble 1972 Biological Weapons Convention, dinyatakan bahwa negara anggota daripada konvensi “diyakinkan akan pentingnya penyingkiran senjata-senjata pemusnah massal yang