DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PANGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Hipotesis ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 10
G. Kerangka Pikir ... 11
H. Definisi Operasional ... 13
BAB II. LANDASAN TEORI A. Konsep Kompetensi ... 17
1. Pengertian Kompetensi ... 17
2. Kebutuhan terhadap Kompetensi ... 19
3. Kompetensi Tutor PAUD ... 28
4. Fungsi dan Manfaat Kompetensi ... 34
B. Konsep Motivasi Berprestasi ... 35
1. Teori Motivasi ... 35
2. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 40
3. Karakteristik Motivasi Berprestasi ... 41
1. Tinjauan Umum tentang Mutu Layanan ... 42
a. Definisi Mutu ... 42
b. Definisi Layanan dan Mutu Layanan ... 46
2. Pembelajaran Anak Usia Dini ... 52
3. Tugas Tutor dalam Pembelajaran ... 53
4. Program Kelompok Bermain ... 54
D. Referensi Penelitian ... 56
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 58
B. Populasi dan Sampel ... 61
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 64
D. Langkah-langkah Penelitian ... 66
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 76
F. Langkah-langkah Pengolahan dan Penulisan Laporan ... 84
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 86
B. Gambaran Umum Profil Responden ... 90
C. Pengolahan Data ... 92
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 118
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 135
B. Saran ... 138
DAFTAR PUSTAKA ... 139
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi ... 31
Tabel 3.1 Penjabaran Variabel Penelitian ... 67
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel ... 76
Tabel 3.3 Analisis Varians (ANAVA) regresi sederhana ... 80
Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 90
Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 91
Tabel 4.3 Deskripsi Harga Rata-rata Untuk Setiap Variabel ... 93
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi ... 94
Tabel 4.5 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 ... 97
Tabel 4.6 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X2 ... 99
Tabel 4.7 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X3 ... 101
Tabel 4.8 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X4 ... 103
Tabel 4.9 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X5 ... 106
Tabel 4.10 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 X1, X2, X3, dan X4, ... 109
Tabel 4.11 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 X1, X2, X3, X4, dan X5 ... 112
Tabel 4.12 Data Statistik Penelitian ... 113
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 13
Gambar 2.1 Alur Pengembangan Kompetensi PAUD ... 33
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Anak merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa
depan bangsa. Merupakan keharusan kita bersama untuk memberikan hak-hak
anak sedini mungkin untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sebagai
individu yang sehat jasmani, rohani, dan sosial serta mampu memanfaatkan potensi
yang dimilikinya. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tumbuh
kembang anak adalah dengan melayani dan memenuhi kebutuhan anak secara
holistik meliputi asupan gizi, kesehatan, dan pendidikan yang memadai.
Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor
bawaan (hereditas) dan faktor lingkungan yang termaksud didalamnya intervensi
pendidikan.
Pendidikan formal maupun nonformal merupakan lembaga yang berperan
utama sebagai kunci untuk mempersiapkan kebutuhan masa depan bangsa
berdasarkan aspek intelektual, dan memadukan aspek keterampilan dengan
kepribadian. Dalam penyelenggaraan pendidikan, tutor merupakan sosok utama
yang mengemban tugas mempersiapkan masa depan anak.
Hasil penelitian Osborn, White dan Bloom ( Yusuf, 2000) mengemukakan
bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0 – 4 tahun mencapai 50%,
hingga usia 8 tahun mencapai 80%, dan genap 100% setelah anak berusia 18 tahun.
Berdasarkan penelitian di atas, maka tidaklah berlebihan apabila para ahli
seumur hidup. Dalam kaitan ini upaya stimulus dari lingkungan sangat diperlukan
anak dalam mengembangkan potensi kecerdasanya. Maka upaya pendidikan
sebagai bentuk stimulasi psikososial sedini dan seoptimal mungkin pada anak usia
dini menjadi hal yang sangat penting.
Pentingnya stimulasi yang tepat sejak dini terhadap anak juga didasarkan atas
evidensi ilmiah bahwa otak anak hanya mau menerima rangsangan spesifik yang
diberikan pada satu waktu tertentu. Bila kesempatan tersebut terlewatkan, maka
akan membuat anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar. Seorang
bayi yang baru lahir memiliki kurang lebih 100 milyar sel otak. Ini menunjukkan
bahwa selama sembilan bulan kehamilan, setiap menit dalam pertumbuhan otak
minimal diproduksi 250.000 sel otak. Sel-sel otak dibentuk berdasarkan stimulasi
dari luar. Setiap sel otak saling berhubungan dengan lebih dari 15.000 simpul
syaraf elekrik kimia yang sangat rumit. Sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi
dan didayagunakan supaya terus berkembang jumlahnya. Jika tidak, jumlahnya
akan semakin berkurang atau fungsinya akan ditapiskan untuk dialihkan ke
tugas-tugas lain diluar pengembangan kecerdasan. Proses penepisan ini akan terus
berlangsung hingga usia pubertas, yaitu pada saat berhentinya pertumbuhan sel-sel
syaraf di otak (Oberland, 2000). Oleh sebab itu pada usia 0 – 6 tahun merupakan
periode terpenting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui pembelajaran
yang deselenggarakan oleh berbagai program layanan Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD).
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan
bagi anak usia dini yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan sembilan aspek kecerdasan anak (Multiple
musical, kinestetik, naturalistik, interpersonal, intrapersonal dan spiritual (Jurnal
PAUD, 2010).
Menurut Undang- undang no 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 28 ayat 4, menjelaskan bahwa :
Pendididikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut.
Menyadari betapa pentingnya stimulasi dini bagi perkembangan anak,
pemerintah secara serius telah menetapkan berbagai kebijakan yang melandasi
pentingnya pendidikan anak usia dini dan merancang berbagai program pendidikan
anak usia dini, namun pada kenyataannya hingga tahun 2007 jumlah mutu layanan
pendidikan anak usia dini masih rendah. Penyebabnya antara lain adalah masih
rendahnya kesadaran orang tua, keluarga, dan masyarakat terhadap pentingnya
layanan pendidikan bagi anak usia sejak dini serta masih terbatasnya jumlah
lembaga layanan pendidikan anak usia dini, khususnya pendidikan anan usia dini
Nonformal yang mampu menjangkau masyarakat pedesaan (Direktorat PAUD,
2008)
Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan di luar
sekolah adalah program Kelompok Bermain. Pelaksanaan dan pengembangan
pendidikan kelompok bermain dilatar belakangi oleh suatu kenyataan bahwa anak
usia dini yang terlayani pendidikan pra-sekolah masih rendah. Kelompok bermain
adalah layanan pendidikan anak usia dini bagi anak usia 3–6 tahun yang berfungsi
untuk meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan yang diperlukan bagi anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
pembelajaran dalam kelompok bermain memegang peranan penting dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki anak, dirangsang dan dieksplorasi melalui
proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan anak, dengan cara melalui bermain sambil belajar.
Mutu hasil belajar kelompok bermain, seperti halnya program pendidikan luar
sekolah manapun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sudjana (2003:34)
menjelaskan bahwa mutu keluaran pembelajaran dipengaruhi oleh masukan
mentah (raw input), masukan sarana (instrument input), masukan lain (other input),
dan proses pembelajaran. Tutor sebagai salah faktor dalam masukan sarana,
mempunyai konstribusi dan peran stategis dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu tutor dituntut aktif dalam menciptakan situasi proses pembelajaran yang
menuntut peserta didik untuk aktif belajar, karena pada hakekatnya yang belajar itu
peserta didik bukan pihak lain.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak pada kelompok bermain, sangatlah bergantung pada peran
tutor untuk meningkatkan mutu layanan dalam proses pembelajaran anak usia dini.
Secara ideal ketenagaan pendidikan anak usia dini mencakup seluruh orang tua
yang memiliki anak usia dini, akan tetapi pada saat penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini dilembagakan dengan mengikuti aturan dan program terstruktur,
maka para tutorlah yang memiliki andil besar dalam meningkatkan mutu layanan
dalam proses pembelajaran anak usia dini.
Kenyataan dilapangan menunjukkan, kemampuan tutor pada kelompok
bermain sangat beragam, hal ini berdampak terhadap mutu layanan pembelajaran
anak usia dini. Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan
motivasi tutor dalam mengajar masih kurang, sehingga output yang
dihasilkannyapun masih rendah, sementara itu tuntutan masyarakat akan pelayanan
pendidikan anak usia dini yang bermutu semakin mendesak. Kenyataan mutu tutor
yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dilihat dari latar belakang
pendidikan tutor, pengalaman, kompetensi, motivasi, keterampilan dan lain
sebagainya. Dengan demikian mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada
kelompok bermain masih sangat perlu ditingkatkan.
B. Identifikasi Masalah
Berhubungan dengan peningkatan mutu layanan pembelajaran anak usia dini,
ada banyak cara yang dilakukan. Keterampilan dalam mengajar sebagai salah satu
penunjang mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu
kompetensi dasar yang wajib dimiliki oleh seorang tutor yang professional. Dalam
pengembangan proses pembelajaran anak usia dini, seorang tutor harus memiliki
empat kompetensi dasar yaitu : 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi
kepribadian, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial. Untuk itu karena
tugas dan peran tenaga tutor anak usia dini sangatlah mulia dan memerlukan
perhatian serta kesabaran, maka sangat diharapkan tutor yang bermutu yang
memiliki kemampuan kompetensi yang komplit sesuai dengan Peraturan
Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, sehingga dapat
meningkatkan kinerja tutor dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran anak
usia dini.
Selain memiliki kemampuan kompetensi yang komplit bagi seorang pendidik,
abilitas dan motivasi adalah faktor-faktor yang berinteraksi dengan kinerja, dimana
yang dapat meningkatkan mutu layanan pembelajaran anak usia dini dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi sebagai keadaan pada diri seseorang
(individu) yang mendorong individu tersebut melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 1998: 164). Tutor yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi akan bekerja dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas
penting dengan luar biasa, dan berpikiran akan kemajuan kariernya. Di samping itu
motivasi juga dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa
melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan pekerjaan dengan
sempurna, dengan demikian tutor kelompok bermain mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi dapat mendorong meningkatkan mutu layanan pada
pembelajaran anak usia dini. Hal ini sesuai dengan pendapat Mitchel dan Larson
dalam Danimin (2005: 9) tentang pengaruh kecakapan dan motivasi pada kinerja.
Mereka mengatakan bahwa kecakapan tanpa motivasi, dan motivasi tanpa
kecakapan tidak akan menghasilkan output yang tinggi. Artinya disini bisa
dikatakan bahwa output yang baik akan memberikan dampak yang baik pula
terhadap gambaran mutu layanan pembelajaran yang dilakukan..
Persoalan mendasar saat ini adalah rendahnya mutu pelayanan yang diberikan
oleh tutor dalam proses pembelajaran anak usia dini yang diakibatkan oleh
keterbatasan kemampuan tutor dalam menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan bagi anak usia dini yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi
dan motivasi berprestasi tutor itu sendiri. Masalah-masalah tersebut tampak terlihat
dari kenyataan yang ada dilapangan yang menunjukan bahwa masih sangat banyak
tutor pendidikan anak usia dini khususnya pada kelompok bermain yang masih
berkualifikasi SMP atau SMA, ini dapat dilihat bahwa akademik tutor pendidikan
berdampak pada kemampuan kompetensi yang dimiliki oleh tutor pendidikan anak
usia dini khususnya pada kelompok bermain belum optimal sesuai dengan standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tutor yang profesional.
Menyikapi permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada
pendalaman kompetensi tutor dan motivasi berprestasi dalam meningkatkan mutu
layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, selanjutnya
masalah yang diajukan dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan
kompetensi tutor dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran
anak usia dini pada kelompok bermain di Kota Bengkulu ?
Agar penelitian ini lebih terfokus, secara operasional permasalahan tersebut
dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik dengan mutu
layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?
2. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi kepribadian tutor dengan
mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain?
3. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi profesional dengan mutu
layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?
4. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi hubungan sosial tutor dengan
mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?
5. Bagaimana hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu layanan
6. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor,
tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor
dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?
7. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor,
tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor
serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia
dini pada kelompok bermain ?
D. Hipotesis
Berdasarkan pola fikir yang digunakan, hipotesis yang harus diuji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi pedagogik
dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi kepribadian
tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok
bermain
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi professional
dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi hubungan sosial
tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok
bermain
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan mutu
6. Terdapat hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor,
tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor
dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?
7. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi pedagogik,
kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi
hubungan sosial tutor serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan
pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik
dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.
2. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi
kepribadian tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada
kelompok bermain.
3. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi
profesional dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok
bermain.
4. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi hubungan
sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok
bermain.
5. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara motivasi berprestasi dengan
mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.
6. Untuk memperolah gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik,
hubungan sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada
kelompok bermain ?
7. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik,
kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi
hubungan sosial tutor serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan
pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan
dan kajian pendidikan nonformal, khususnya berkaitan dengan mutu
layanan bagi anak usia dini.
2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengayaan terhadap
kajian teoritis tentang mutu layanan pembelajaran anak usia dini program
kelompok bermain dan hubungannya dengan kompetensi dan motivasi
berprestasi tutor.
b. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi tutor terhadap
implementasi kemampuan kompetensi dan motivasi berprestasi yang ada
dalam melaksanakan tugas dan perannya sehingga memperoleh kepuasan
kerja. Hal ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah
atau memperbaiki sistem kerja sehingga dapat meningkatkan mutu mutu
layanan pembelajaran anak usia dini.
2. Bagi penyelenggara program kelompok bermain, sebagai bahan masukan
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki
sistem dalam proses pembelajaran anak usia dini.
G. Kerangka Pikir
Dalam pendidikan nonformal, tutor sebagai komponen mikro penentu
dominan pendidikan haruslah bermutu dan berkinerja baik dalam era globalisasi
dengan berusaha menguasai berbagai teknologi informasi dan komunikasi, karena
salah satu aspek yang mengalami perubahan dahsyat dalam era globalisasi adalah
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi yang membuat
dunia ini terasa semakin sempit. Tutor sebagai komponen mikro penentu mutu
pendidikan dalam sistem pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat
strategis dalam proses pembelajaran secara khusus dan dalam proses pendidikan
secara umum.
Pengelolaan dan proses pembelajaran dengan tutor sebagai inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan tutor sebagai pemegang utama. Dengan
demikian tutor memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas
dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya dan berdampak kepada mutu
layanan yang diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran anak usia
dini. Sebagai konsekuensi dari betapa pentingnya peranan seorang tutor dalam
proses pembelajaran anak usia dini, dia harus selalu berusaha meningkatkan
kualitas kompetensinya, karena tutor yang berkompoten akan mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar peserta didik berada dalam tingkat optimal.
Selain dibutuhkannya tutor yang berkompoten dengan memiliki keempat
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, motivasi berprestasi tutor dari
individu tutor itu sendiri juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap mutu
layanan yang diberikan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Malayu
Hasibuan (1994 : 137) mengemukakan bahwa untuk mendorong orang untuk dapat
bekerja lebih produktif maka perlu mengetahui motif seseorang (tutor) bekerja dan
aneka ragam kebutuhan yang dicapai dari hasil kerjanya. Dengan demikian untuk
mendapatkan tutor yang kualifid dan dapat memberikan pelayanan yang baik
dalam proses pembelajaran anak usia dini, maka perlu sekali memaksimalkan
standar kompetensi dasar yang harus dimilki oleh seorang tutor yang terdiri dari :
1) kompetensi pedagogik; 2) kompetensi kepribadian; 3) kompetensi profesional;
dan 4) kompetensi sosial, serta memberikan dorongan motivasi berprestasi
terhadap tutor PAUD dalam meningkatkan mutu layanan dalam proses
pembelajaran anak usia dini.
Keterkaitan antar komponen penelitian ini dalam kerangka pemikiran
dapat digambarkan secara praktis mengenai hubungan kompetensi dan
motivasi berprestasi tutor terhadap mutu layanan dalam pembelajaran anak usia
Input Proses Output
Feed back
Gambar 1.1 Kerangka pikir
H . Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan permasalahan
penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasional beberapa istilah yang
berkaitan dengan komponen yang terlibat dalam penelitian ini.
1. Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi dapat pula
dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui
pendidikan atau latihan (Herry, 1998). Dalam penelitian ini kompetensi yang
dimaksud yaitu kompetensi yang diarahkan pada para guru atau tutor. Seorang
guru di samping senantiasa dituntut untuk mengembangkan pribadi dan profesional
dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, seseorang guru harus
mampu mengembangkan empat aspek kompetensi bagi yaitu mencakup
kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Kompetensi pedagogik
ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi
kaidah-kaidah pedagogik. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki Kemampuan kompetensi 1.Pedagodik 2.Kepribadian 3.Profesional 4.Sosial Motivasi berprestasi - Tanggung jawab - Keinginan berprestasi - Berpikir antisipatif - Kreatifitas
- Keinginan mencapai tujuan
- Berani mengambil resiko
Kinerja tutor
Mutu layanan dalam proses pembelajaran Anak usia dini
- T, tangible (berwujud) - E, emphaty (empati) - R, responsivenes (daya
tanggap)
oleh seorang tutor berkenaan dengan pribadi yang arif, beraklak mulia, dan
menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial ialah kemampuan tutor
dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan semua pihak termasuk kepada
peserta didik, dan kompetensi profesional ialah kemampuan tutor dalam
menunjukan keahliannya sebagai seorang tutor yang profesional. Adapun Indikator
setiap kompetensi tutor adalah sebagai berikut : 1) Kompetensi Pedagogik yaitu
merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, dan
Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan. 2) Kompetensi Kepribadian yaitu Bersikap dan berperilaku sesuai
dengan kebutuhan psikologis anak. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma
agama, budaya dan keyakinan anak. Menampilkan diri sebagai pribadi yang
berbudi pekerti luhur. 3) Kompetensi Profesional yaitu Memahami tahapan
perkembangan anak. Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak.
Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.
Membangun kerja sama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan dan
perlindungan anak. 4) Kompetensi Sosial yaitu Beradaptasi dengan lingkungan dan
Berkomunikasi secara efektif
2. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang
terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Menurut Abdulhak (1996 : 11-12) motivasi secara hipotesis merupakan
sebuah definisi yang mengungkapkan tingkah laku manusia yang memiliki
hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini motivasi berprestasi yang di maksud
adalah daya dorong pada seorang individu untuk melaksanakan pekerjaan, dengan
mengatasi segala hambatan dan tantangan dalam mencapai kebutuhan dan tujuan
tertentu dengan hasil yang terbaik. Dorongan tersebut dapat datang dari dalam diri
seseorang (instrinsik) dan dapat juga berasal dari luar diri seseorang (ekstrinstik)
dalam melaksanakan proses pembelajaran anak usia dini. Adapun Indikator
individuKeinginan berprestasi, 2) Berpikir antisipatif, 3) Berkreatifitas untuk
mencapai tujuan, 4) Keinginan mencapai tujuan, 5) Berani mengambil resiko
3. Mutu layanan pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, keinginan dan
kepuasan setiap peserta didik terhadap mutu layanan yang diberikan oleh tutor
dalam proses pembelajaran anak usia dini. Indikator mutu layanan terdiri atas : (1)
tangible, yaitu : layanan pembelajaran melalui sarana dan prasarana atau fasilitas,
dalam hal ini terkait dengan media pembelajaran yang dikembangkan dan dibuat
oleh tutor yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; (2) emphaty,
yaitu: sikap tegas, tetapi penuh perhatian terhadap peserta didik atau dapat
merasakan seperti yang dirasakan peserta didik. Sikap dan perhatian dari tutor
ataupun pengelola seperti menghadapi keluhan peserta didik dalam proses
pembelajaran anak usia dini; (3) responsiveness, yaitu kesanggupan atau kesiapan
tutor untuk membantu dan menyediakan layanan cepat dan tepat, serta tanggap
terhadap keinginan dan kebutuhan peserta didik. Tutor mampu menyuguhkan menu
pembelajaran yang sistematis dalam proses pembelajaran kepada warga belajar;
(4) reliability, yaitu kemampuan dan keandalan untuk menyediakan layanan yang
terpercaya. Tutor dapat diuji tingkat keprofesionalannya dalam pelaksanaan proses
pembelajaran anak usia dini, sehingga tumbuh kepercayaan dan kepuasan atau
kesenangan yang dirasakan oleh peserta didik; dan (5) assurance, yaitu
kemampuan dalam memberikan jaminan dan keramahan serta sopan santun tutor,
dan stakeholders lainnya dalam proses pembelajaran anak usia dini. performa tutor
haruslah muncul dalam tataran akademik, kepribadian, sosial, dan profesional
dalam proses pembelajaran anak usia dini.
4. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (Yuliani Nurani
seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain
yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan
yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian empirik yang datanya dikumpulkan dan disajikan
dalam bentuk angka. Analisa terhadap fokus permasalahan dilakukan dengan
menggunakan metode analisis deskriptif korelasional. Metode deskriptif adalah
suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kusioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data
dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kusioner. Setelah
data diperolah kemudian hasilnya akan dipaparkan secara dekriptif dan pada akhir
penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal
penelitian (Effendi, 2003: 3). Sedangkan Arikunto (1998: 10) mengemukakan
bahwa metode deskriptif menjelaskan penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dan
saat terjadinya, maka penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau
menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi). Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki (Nazir, 1998: 63).
Sedangkan penelitian korelasional ialah penelitian yang menggambarkan
dan menafsirkan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan
interprestasi tentang arti data. Melalui analisis tersebut diharapkan diperoleh
bahwa tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauhmana
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi-variasi-variasi pada satu atau lebih
faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Penelitian korelasional
memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara
serentak. Menurut Sugiono (2003: 170-172) analisis deskritif inferensial digunakan
untuk menganalisa data sampel dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk polulasi, sehingga memerlukan uji
signifikan.
Sedangkan menurut Trisnamansyah (2010:12) penelitian korelasional
berkaitan dengan pengukuran hubungan-hubungan di antara dua variabel atau
lebih. Jenis penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi untuk mengukur
hubungan-hubungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi sejauhmana
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
lebih faktor lainnya berdasarkan pada koefisien korelasi. Ukuran hubungan adalah
pernyataan tentang derajat asosiasi antara variabel-variabel yang dikaji, korelasinya
bisa positif atau negatif.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan metode analisis
deskriptif korelasioanl cocok digunakan dalam penelitian ini karena dimaksudkan
untuk mengungkapkan hubungan antara variabel tingkat kompetensi pedagogik
( X1 ), variabel tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), variabel tingkat kompetensi
professional ( X3 ), variabel tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan
variabel motivasi berprestasi ( X5 ) dengan mutu layanan pembelajaran anak usia
dini ( Y ). Berikut ini dapat digambarkan lingkup kajian penelitian tentang
pembelajaran anak usia dini. Supaya lebih jelasnya, keterkaitan variabel-variabel
penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 desain penelitian sebagai berikut :
Keterangan:
X1 : Tingkat kompetensi pedagogik
X2 : Tingkat kompetensi kepribadian
X3 : Tingkat kompetensi professional
X4 : Tingkat kompetensi hubungan sosial
X5 : Motivasi berprestasi
Y : Mutu layanan pembelajaran
Gambar 3.1
Desain Penelitian
X 1
X 2
X 3
X 4
X 5
B.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002: 57).
Nazir (1988: 3) mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan
orang atau bendanya. Kemudian menurut (Hamdani, 1995: 141) populasi adalah
totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran
kualitatif maupun kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai
sekelompok objek yang lengkap.
Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitannya
dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian populasi adalah keseluruhan
objek penelitian, baik berupa benda, tempat, maupun symbol-simbol yang dapat
dijadikan sebagai sumber data. Karena penelitian ini berhubungan dengan
kemampuan tutor anak usia dini dalam hal ini kelompok bermain, maka yang
menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah pendidik (tutor) di setiap
kelompok bermain Kota Bengkulu yaitu sebanyak 67 lembaga kelompok
bermain yaitu sebanyak 297 tutor.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti menyangkut
karakteristik dan jumlahnya (Arikunto,1993: 104) sampel penelitian ini diambil
dengan menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
yaitu hubungan kompetensi dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan
pembelajaran anak usia dini, sehingga untuk menghindari adanya distorsi hasil
penelitian, maka pengambilan sampel dikerjakan memakai teknik Simple
Random Sampling (sampling acak sederhana)
Sutaryat (2010: 7) menjelaskan teknik sampling acak sederhana adalah
cara pengambilan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam
populasi. Teknik ini dilakukan jika polulasi bersifat homogen, dilakukan dengan
cara undian atau dengan menggunakan daftar bilangan acak.
Arikunto (1996: 107) mengemukakan bahwa untuk sekedar encer-ancer
apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar,
dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% tau lebih.
Memperhatikan pertanyaan di atas menurut Surakhman (1994: 100)
menyarankan, apabila ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100
(seratus), pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi.
Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000 (seribu), maka
ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.
Dalam penelitian ini jumlah anggota populasi sebanyak 297 orang tutor.
Merujuk pada pendapat di atas maka penentuan jumlah sampel diambil
dari 15 % dari ukuran populasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
S = 15% + 1000 – n . (50% - 15%)
Keterangan :
S = Jumlah sampel yang diambil
n = Jumlah anggota populasi
berdasarkan rumus diatas, maka pengambilan sampel dapat diperoleh
dengan perhitungan sebagai berikut :
S = 15% + 1000 – n . (50% - 15%) 1000-100
S = 15% + 1000 – 297 . (50% -15%) 1000 – 100
= 15% + 703 . (50%-15%) 900
= 15% + 0,781 . (35%)
= 15% + 27,335%
= 42,335%
Jadi, jumlah sampel sebesar 297 x 42,335% = 125,39 = 125 responden
Bertolak dari kondisi-kondisi tersebut, maka mutu penelitian tidak selalu
ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar
teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya
(Nasution,1991: 135).
Sedangkan untuk pembagian besarnya sampel yang harus diambil dari tiap
kelompok bermain (Play Group) digunakan alokasi proposional
( proporsional Allocation), yaitu :
n
i=
X
n
N
Keterangan :
n i : Jumlah sampel untuk Kelompok bermain ke-i
N : Jumlah populasi keseluruhan ( semua Kelompok bermain)
n : Jumlah sampel keseluruhan ( semua kelompok bermain)
Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh ukuran sampel untuk
tutor kelompok bermain (play group) di Kota Bengkulu sebanyak 125 orang
tutor.
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Berdasarkan rumusan masalah dan agar dapat menguji hipotesisnya, maka
memerlukan alat pengumpul data (instrument pengumpulan data). Untuk penelitian
ini data-data yang diperlukan, sesuai dengan fokus permasalahan penelitian
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan menggunakan kuisioner serta
dokumentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisnamansyah (2007: 42)
menyatakan bahwa “Kita mengenal beberapa teknik pengumpulan data, yaitu
wawancara, angket, observasi, tes, skala, studi documenter, dll”. Kuisioner
digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel-variabel
seperti variabel bebas (X) yakni tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ), tingkat
kompetensi kepribadian ( X2 ), tingkat kompetensi professional ( X3 ), tingkat
kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan variabel motivasi berprestasi (X5),
sedangkan untuk variabel terikat yakni mutu layanan pembelajaran anak usia dini
( Y ). Selain menggunakan kuisioner juga menggunakan observasi dan
catatan-catatan atau dokumentasi tentang motivasi kerja tutor yang menjadi responden
dalam penelitian ini.
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik utnuk mendapatkan keterangan atau
tutor dan masyarakat sekitar. Hasil wawancara sangat bermanfaat terutama
untuk membuat instrument pengumpulan data.
b. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data yang dapat dilakukan secara
pengamatan langsung, sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap gejala yang diteliti. Kegunaan teknik observasi di dalam
penelitian ini adalah untuk mengamati langsung kemampuan kompetensi dan
motivasi dari tutor yang ada di setiap kelompok bermain.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui hasil laporan atau
tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui arsip-arsip
laporan.
d. Angket atau Kuisioner
Angket yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk tertutup.
Angket atau kuisioner digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan
hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang diterima lebih
lengkap, akurat dan konsisten. Bahan-bahan untuk penyusunan kuisioner ini
juga dikumpulkan dari berbagai sumber wawancara, observasi, dan
dokumentasi.
Pertimbangan utama memilih alat pengumpulan data tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat
dianalisa dan diolah secara statistik
b. Dengan alat pengumpulan data tersebut sangat memungkinkan memperoleh
c. Penelitian ini dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu,
biaya, dan tenaga.
D.Langkah-langkah Penelitian
Secara umum penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap persiapan ; tahap dimana peneliti melakukan penjajakan dan pengkajian
terhadap fokus masalah penelitian, menentukan populasi dan sampel,
kelengkapan administrasi, studi pendahuluan, penyusunan instrument
pengumpulan data serta kelengkapan-kelengkapan lainnya.
2. Pengumpulan data merupakan tahapan dimana peneliti melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu kuisioner
yang telah divalidasi dan direvisi
3. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian sebagai bentuk
pertanggung jawaban. Data-data diolah dan dianalisis dengan menggunakan
prosedur statistik.
Berikut ini secara rinci dikemukakan proses perumusan instrument kuisioner
dan pengolahan data yang terkumpul.
1. Penyusunan Kuisioner
Untuk mengungkapkan hubungan tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ),
tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), tingkat kompetensi professional ( X3 ),
tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan motivasi berprestasi (X5),
dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ). Digunakan skal
tertentu untuk meminta seseorang atau responden agar memberikan jawaban
Setiap statemen disusun berdasarkan penjabaran elemen-elemen yang
terkandung dalam setiap variabel penelitian. Dalam hal ini hasil wawancara dan
observasi serta studi kepustakaan yang dilakukan sebelumnya sangat
mendukung dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan yang ada
dalam kuisioner. Penjabaran setiap variabel tersebut terlihat seperti pada tabel
[image:30.595.102.510.227.763.2]berikut :
Tabel 3.1
Penjabaran variabel penelitian
Variabel penelitian Indikator Jumlah item
Variabel tingkat
kompetensi pedagogik
(X1)
a. Merencanakan kegiatan program
pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan.
b. Melaksanakan proses
pendidikan, pengasuhan, dan
perlindungan
c. Melaksanakan penilaian terhadap
proses dan hasil pendidikan,
pengasuhan, dan perlindungan.
4 butir
7 butir
4 butir
variabel tingkat
kompetensi kepribadian
(X2)
a. Bersikap dan berperilaku sesuai
dengan kebutuhan psikologis
anak.
b. Bersikap dan berperilaku sesuai
dengan norma agama, budaya
dan keyakinan anak.
c. Menampilkan diri sebagai
pribadi yang berbudi pekerti
luhur.
6 butir
3 butir
3 butir
variabel tingkat
kompetensi
professional
a. Memahami tahapan
perkembangan anak.
b. Memahami pertumbuhan dan
5 butir
( X3) perkembangan anak.
c. Memahami pemberian
rangsangan pendidikan,
pengasuhan, dan perlindungan.
d. Membangun kerja sama dengan
orang tua dalam pendidikan,
pengasuhan dan perlindungan
anak.
4 butir
4 butir
variabel tingkat
kompetensi hubungan
sosial
(X4)
a. Beradaptasi dengan lingkungan
b. Berkomunikasi secara efektif
8 butir
3 butir
Variabel motivasi
berprestasi
(X5)
a. Tanggung jawab secara individu
b. Keinginan berprestasi
c. Berpikir antisipatif
d. Berkreatifitas untuk mencapai
tujuan
e. Keinginan mencapai tujuan
f. Berani mengambil resiko
3 butir 5 butir 5 butir 4 butir 5 butir 4 butir
Variabel mutu layanan
pembelajaran anak usia
dini
( Y )
a. Tangible (Berwujud)
b. Empathy (Empati)
c. Responsiveness (Daya tanggap)
d. Reliability (Keandalan)
e. Assurance (Jaminan)
9 butir
7 butir
4 butir
7 butir
4 butir
Alat ukur penelitian ini berbentuk angket, dengan tingkat pengukuran ordinal.
Kategori jawaban terdiri atas 5 (lima) tingkatan. Untuk analisis secara kuantitatif,
maka alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dan nilai 1 sampai 5 sebagai
Variabel kompetensi pedagogik (X1), kompetensi kepribadian
(X2), kompetensi profesional (X3), dan kompetensi hubungan sosial (X4),
alternatif jawabannya yaitu :
5 = Sangat Baik
4 = Baik
3 = Cukup Baik
2 = Kurang Baik
1 = Tidak Baik
Variabel motivasi berprestasi (X5), dan variabel mutu layanan pembelajaran anak
usia dini (Y), alternatif jawabannya yaitu :
5 = Selalu
4 = Sering
3 = Kadang-kadang
2 = Jarang
1 = Tidak Pernah
2. Uji coba validitas dan reliabilitas intrumen
Sebelum instrument diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka
terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan
reabilitas setiap item kuisioner. Dilakukan dengan dua cara yaitu melalui
justifikasi pakar dan melalui uji coba pada sampel dengan karakteristik yang
sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari pelaksanaan
uji coba instrument penelitian adalah untuk menguji validitas dan reabilitas
intrumen tersebut.
Secara garis besar langkah-langkah penyusunan dan pengembangan
1)Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari
variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari
variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari
suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti
2)Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator
variabel yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan
konstruk variabel pada langkah 1
3)Membuat kisi-kisi instrument dalam bentuk tabel spesifikasi yang
memuat dimensi, indikator, nomor butir, dan jumlah butir untuk setiap
dimensi dan indikator
4)Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan
kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari
rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dari dependen ke independen,
dan sebagainya.
5)Menulis butir-butir instrument yang dapat berbentuk pernyataan atau
pertanyaan. Biasanya butir instrument yang dibuat terdiri dari atas dua
kelompok. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan,
sikap atau persepsi yang positif, sedangkan butir negatif adalah
pernyataan mengenai cirri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif.
6)Butir-butir yang ditulis merupakan konsep instrument yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoritik maupun empirik.
7)Tahap validasi pertama adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan
pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh
indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh
butir-butir instrument yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
8)Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil
panel
9)Setelah konsep instrument dianggap valid secara teoritik atau secara
konseptual, dilakukanlah penggadaan instrument secara terbatas untuk
keperluan uji coba
10) Uji coba instrument dilapangan merupakan bagian dari proses validasi
empirik. Melalui uji caba tersebut, instrument diberikan kepada sejumlah
responden sebagai uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau
equivalen dengan karakteristik polulasi penelitian. Jawaban responden
dari uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji
validitas empiris atau validitas kriteria dari instrument yang
dikembangkan.
11) Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik
kriteria internal maupun eksternal. Kriteria internal adalah instrument itu
sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria, sedangkan kriteria
eksternal adalah instrument atau hasil ukur tertentu di luar istrumen yang
dijadikan sebagai kriteria
12) Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid
atau tidaknya sebuah butir atau seperangkat instrument. Jika
menggunakan kriteria internal yaitu skor total sebagai kriteria, maka
keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir
instrument dan proses pengujiannya bisa disebut analisis butir, sedangkan
diluar instrument yang dijadikan kriteria, maka keputusan pengujiannya
adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrument sabagai suatu
kesatuan.
13) Untuk kriteria internal atau validitas internal berdasakan analisis butir
maka butir- butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diuji
coba ulang, sedangkan butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi
sebuah perangkat instrument untuk melihat kembali validitas kontennya
berdasarkan kisi-kisi. Jika secara kontenen butir-butir yang valid tersebut
dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrument yang
terakhir ini menjadi instrument vital yang akan digunakan untuk
mengukur variabel penelitian.
14) Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas
dengan rentangan nilai (0 - 1) adalah besaran yang menunjukan kualias
atau konsistensi hasil ukur instrument. Makin tinggi koefisien reliabilitas,
maka makin tinggi pula kualitas instrument tersebut. Mengenai batas nilai
koefisian yang dianggap layak btergantung pada presisi yang dikendaki
oleh suatu penelitian. Untuk itu, dapat merujuk pendapat-pendapat yang
sudah ada, karena secara acak tidak ada tabel atau distribusi statistik
mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.
15) Perakitan butir-butir instrument yang valid untuk dijadikan instrument
final.
a. Uji validitas intrumen penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Uji valididtas setiap iterm
ini peneliti menggunakan rumus korelasi product moment r dari pearson
dengan taraf signifikan 5 %. Artinya : butir pertanyaan dinyatakan signifikan
[image:36.595.101.507.227.646.2]jika koefisien korelasi pada uji signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t
tabel. Rumes yang digunakan adalah :
Rumus Pearson Product Moment
r
x y= n
∑
x
iy
i- (
∑
x
i) (
∑
y
i)
∑ xi
xi
∑ yi
yi
Keterangan :
r = koefisien korelasi
Xi jumlah skor nilai butir faktor dari seluruh responden
Uji coba
&
'
(
jumlah skor total seluruh butir atau kedua faktor
Dari keseluruhan responden uji coba.
N = Jumlah sampel
Selanjutnya dihitung Uji-t dengan rumus sebagai berikut :
t
hitung= r
√
2
Dimana :√1 ,
thitung =Nilai tr = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah responden
Menurut Sudjana ( 1986: 377) jika thitung - ttabel maka item dianggap valid, dan sebaliknya apabila thitung . ttabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid. Hasil uji validitas berdasarkan perhitungan statistik
Untuk uji coba dilaksanakan pada tempat yang berbeda yaitu di
Kabupatan Bengkulu tengah dengan karakteristik sampel uji coba diambil
dari tutor yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel
penelitian yang sesungguhnya. Jumlah sampel uji coba sebanyak 25 orang,
berikut perhitungan dengan menggunakan excel.
Hasil uji coba intrumen yaitu sebagai berikut : Jumlah item uji coba
variabel kompetensi pedagogik (X1) = 15 buah item. Setelah dianalisis
dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu
item no : 3, 4, 6, dan 11. Dengan demikian ke-4 item ini dibuang. Jadi,
jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 11 item.
Jumlah item uji coba variabel kompetensi kepribadian (X2) = 12 buah
item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat
item yang gugur yaitu item no : 8. Dengan demikian satu item ini dibuang.
Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 11 item.
Jumlah item uji coba variabel kompetensi preofesional (X3) = 20 buah
item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat
item yang gugur yaitu item no : 3. Dengan demikian hanya satu item yang
dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak
19 item.
Jumlah item uji coba variabel kompetensi hubungan sosial (X4) = 15
buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak
terdapat item yang gugur. Dengan demikian kesemua item tersebut akan
disebar pada responden.
Jumlah item uji coba variabel motivasi berprestasi tutor (X5) = 26
terdapat item yang gugur yaitu item no : 3, 9, 10, 17, 19, 20, 22, 23, dan 25.
Dengan demikian ke-9 item ini dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar
pada responden yaitu sebanyak 17 item.
Jumlah item uji coba variabel mutu layanan pembelajaran anak usia
dini (Y) = 32 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan
reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8,
10, 11, 12, 14, 26, . Dengan demikian ke-2 item ini dibuang. Jadi, jumlah
item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 20 item.
b. Uji reliabilitas instrument penelitian
Reabilitas menunjukan kepada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Reliabilitas mendukung validitas dan merupakan syarat bagi validitas.
Reliabilitas berkaitan dengan sejauh mana suatu pengukuran bebas dari
kesalahan acak atau tidak stabil. Reliabilitas tidak sebaik penentuan
validitas, tetapi lebih mudah dicapai (Cooper dan Emory: 1996). Dalam
melakukan uji reliabilitas digunakan pendekatan (α) alpha cronbach dimana
pengujian reliabilitas alpha cronbach dilakukan utnk jenis data interval atau
esay.
Rumus koefisien reliabilitas Alpha cronbach :
R
i=
/0 /{1-
∑ 1(2
132
}
Dimana :
k = mean kuadrat antara subjek
∑ si = mean kuadrat kesalahan
Dengan kriteria uji : bila nilai (α) alpha cronbach > 0,06, maka
instrument dikatakat reliabel (Sekaran, 2003)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPS maka
[image:39.595.99.555.227.642.2]diperoleh tingkat reliabilitas alat ukur penelitian sebagai berikut :
Tabel 3.2
HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS X1, X2, X3, X4, X5 DAN Y
NO Variabel
Coefisient Alpha
Nilai
Alpha Keputusan
Penelitian Cronbach Cronbach
1 Kompetensi Pedagogik ( X1 ) 0.82 0.6 Reliabel
2 Kompetensi Kepribadian ( X2 ) 0.826 0.6 Reliabel
3 Kompetensi Profesional ( X3 ) 0.877 0.6 Reliabel
4 Kompetensi Hub Sosial ( X4 ) 0.886 0.6 Reliabel
5 Motivasi Berprestasi Tutor ( X5 ) 0.848 0.6 Reliabel
6 Mutu Layanan ( Y ) 0.856 0.6 Reliabel
E.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Untuk mengelola dan menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan statistik. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil
pengolahan data tentang variabel-variabel penelitian, yaitu variabel variabel tingkat
kompetensi pedagogik ( X1 ), variabel tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ),
variabel tingkat kompetensi professional ( X3 ), variabel tingkat kompetensi
hubungan sosial ( X4 ), dan variabel motivasi berprestasi ( X5 ) sebagai variabel
bebas (independen) dan mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ) sebagai
veriabel terikat (dependen) sedangkan statistik inferensial dimaksudkan untuk
menguji hipotesis penelitian dan generalisasi (Sudjana,1989: 126).
Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu mengadakan pengolahan
pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk
pengkajian lebih lanjut. Langkah-langkah pengolahan data yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1)Memeriksa dan memilih data yang terkumpul berdasarkan jenisnya
2)Mentally data yang diperoleh dari responden
3)Memberikan skor pada setiap angket responden dengan cara menjumlahkan
bobot nilai setiap item angket responden untuk setiap variabel
4)Memasukan skor ke dalam tabel yang telah dibuat sesuai dengan keperluan
Kemudian untuk menganalisis data yang sudah diolah tersebut, penulis
menggunakan uji normalitas, analisis regresi dan analisis korelasi sederhana,
analisis regresi dan analisis korelasi ganda (multiple).
1. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi Skor Setiap Variabel Penelitian
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi
Kuadrat ( χ2) menurut Sugiono, 1992) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)Mencari rentang variabel X ( X1, X2, X3, X4, X5 ) dan variabel Y dengan rumus:
Rentang (R) = skor tertinggi - skor terendah
2)Menentukan banyaknya kelas interval, dengan rumus :
BK = 1 + 3,3 Log n
3)Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara :
P = Rentang (R) : banyak kelas
4)Mencari harga rata-rata berdasarkan data bergolong, yang dapat diperoleh
dengan rumus :
4 = ∑ 56 76
∑ 56
S = 5 8
20 ∑ 58 2
0
6)Melakukan uji normalitas distribusi data dengan rumus Chi Kuadrat :
χ O E
E
Dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Membuat distribusi frekuensi
2. Mencara batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor atas kanan
interval.
3. Mencari nilai Z dengan rumus :
Zi = ;60 ;
<
Keterangan :
Xi = Skor batas kelas interval
X = Rata-rata untuk distribusi
s = Simpangan baku
4. Mencari luas daerah dari O ke Z dari daftar F (luas daerah di bawah kurva
dari O ke Z)
5. Mencari luas kelas internal dengan mencari selisih antara luas O ke Z yang
berdekatan untuk nilai Z sejenis dan menambahkan untuk nilai Z
berlawanan.
6. Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) yang diperoleh dengan mengalihkan
luas kelas interval dengan n.
7. Memasukkan frekuensi observasi sesuai dengan distribusi yang telah dibuat
8. Mencari nilai χ2 sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan
9. Menentukan keberartian harga χ2hitung dengan cara membandingkan harga
χ2tabel, dengan ketentuan : Jika hargai χ2hitung - χ2tabel maka data tidak berdistribusi normal, tetapi juga sebaliknya jika Jika harga χ2hitung .
χ2tabel maka data distribusi normal.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan perhitungan
statistik yang menggunakan rumus analisis regresi linier sederhana, analisis
koefisien korelasi sederhana, analisis regresi multiple, dan analisis koefisien
korelasi multiple.
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mencari pola hubungan
fungsional antara variabel X1 dengan variabel Y, variabel X2 dengan variabel
Y, variabel X3 dengan variabel Y, variabel X4 dengan variabel Y, dan variabel
X5 dengan variabel Y. Adapun persamaan regresi linier sederhana dinyatakan
dengan :
Ŷ = a + bX (sugiono, 2009 : 261)
Keterangan :
Ŷ = harga variabel Y yang diramalkan
a = Koefisien intersep ( harga konstan apabila X sama dengan nol)
b = Koefisien regresi (harga yang menunjukan perubahan akan terjadi pada Y
apabila X bertambah 1 satuan )
X = harga variabel X (X1, X2, X3, X4, dan X5)
[image:42.595.103.512.212.636.2]Harga b
=
∑ ;=0 ∑ ; ∑ =∑ ;2 ∑ ; 2
Harga a = > - bX
Untuk menguji koefisien regresi sederhana maka dilakukan analisis varians
dengan mengacu pada tabel anava seperti dikemukakan oleh Sugiono ( 2009 :
[image:43.595.97.507.228.701.2]266)
Tabel 3.3
Analisis varians (ANAVA) dalam regresi sederhana
Sumber varians DK JK RJK F
Total N ∑ Y 2 ∑ Y 2
koefisien (a) 1 ∑ Y
n ∑ Yn
S
ABCD
EF1 Regresi b/a 1 JK reg = JK (b/a) S2reg = JK(b/a)
Residu (sisa) n-2 JKres = JK (S)
S
2res
=
GH I0Tuna cocok k-2 JK (TC)
S
2TC=
JK LM
K0
S
D
NOP
Galat n-k JK ( E )
S
2G=
GH Q0RKeterangan : JK (T) = Jumlah kuadrat total
JK (a) = Jumlah kuadrat koefisien a
JKreg = Jumlah kuadrat regresi (b/a)
JKres = Jumlah kuadrat residu/sisa
JK (TC)= Jumlah kuadrat tuna cocok
Untuk mencari daftar Anava di atas, perlu dicari hal-hal sebagai berikut :
a) Mencari jumlah kuadrat
1. JK (T) = ∑ Y 2
2. JK a ∑ =2
3. JK reg = b U∑ XY ∑ ; ∑ = V
4. JKres = JK (T) – JK (a) – JKreg
5. JK (TC) = ∑ Y2 – = 2
6. JK (G) = JKres - JK (TC)
b) Mencari signifikan regresi dengan cara membandingkan nilai Fhitung (S2reg
/S2res) dengan Ftabel dimana dk regresi menjadi pembilang dan dk residu
menjadi penyebut. Kriteria pengujian adalah : jika Fhitung - dari Ftabel maka regresi Y atas X (X1, X2, X3, X4, X5) adalah signifikan, dan sebaliknya
jika jika Fhitung. dari Ftabel maka regresi Y atas X tidak signifikan.
c) (S2TC /S2G) dimana dk tuna cocok menjadi pembilang dan dk
galat/kekeliruan menjadi penyebutnya. Kriteria pengujian adalah jika
Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka persamaan regresi Y atas X berpola
linier, jika sebaliknya maka persamaan regresi Y atas X tidak berpola
liniar.
2. Analisis Regresi Linear Ganda (multiple)
Analisis ini digunakan untuk mencari pola hubungan antara variabel bebas
(X1, X2, X3, X4, X5) dengan variabel Y. Adapun persamaan regresi multiple
dinyatakan sebagai berikut :
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Ŷ = Harga variabel Y yang diperkirakan
a = Koefisien intersep (harga konstan apanila X1 dan X2 sama dengan nol)
b1 = Koefisien regresi untuk X1 (harga yang menunjukan perubahan akan
terjadi pada Y apabila X1 bertambah 1 satuan dan X2, X3, X4, X5 konstan)
b2 = Koefisien regresi untuk X2 (harga yang menunjukan perubahan akan
terjadi pada Y apabila X2 bertambah 1 satuan dan X1, X3, X4, X5 konstan)
b3 = Koefisien regresi untuk X3 (harga yang menunjukan perubahan akan
terjadi pada Y apabila X3 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X4, X5 konstan)
b4 = Koefisien regresi untuk X4 (harga yang menunjukan perubahan akan
terjadi pada Y apabila X4 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X3, X5 konstan)
b5 = Koefisien regresi untuk X5 (harga yang menunjukan perubahan akan
terjadi pada Y apabila X5 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X3, X4 konstan)
Untuk memperoleh besarnya harga-harga di atas diperoleh dengan
menggunakan program SPSS dengan analisis regresi. Selanjutnya untuk
menguji koefisien regresi linier ganda tersebut digunakan statistik uji F dengan
rumus :
F = GHWXY/ R
GHWX[ / 0R0
( Sudjana. 1992 : 335)
Jika harga Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung -Ftabel) maka regresi Y atas X1 X2 adalah signifikan.
3. Analisis Korelasi Sederhana
Korelasi (r) dalam korelasi sederhana dapat digunakan untuk menghitung
derajat hubungan antara variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y, X3 dengan Y, X4
dengan Y, X5 dengan Y, dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat
Statistik koefisien korelasi yang diberi symbol
r
xy atau disingkatr
dapatdigunakan untuk menghitung koefisien korelasi dari kedua variabel tersebut
dengan rumus :
r
xy = ∑ \]0 ∑ \ ∑ ]^_' ∑ \2 – ∑ ] 2 ab' ∑ ]20 ∑ ] 2c (Sugiono, 1997)
Selanjutnya utnuk mengetahui besarnya determinasi yang terjadi oleh
variabel X (X1, X2, X3, X4, atau X5) terhadap variabel Y dihitung dengan rumus :
r
2x 100 %
(dinyatakan dalam prosentase).Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikan) sederhana, dilakukan
dengan menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut :
t
=
E √'0√ 0E
Hasil perhitungan ( thitung) selanjutnya dibandingkan dengan harga (ttabel)
dengan dk = n – 2 pada tingkat kepercayaan 95 %. Kriteria pengujian adalah
apabila harga thitung - ttabel maka korelasi yang terjadi antara variabel X dan variabel Y adalah signifikan dan sebaliknya apabila thitung . ttabel maka korelasi antar variabel X dan variabel Y tidak signifikan.
4. Analisis Korelasi Multiple
Analisis korelasi dalam regresi multiple dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya hubungan yang terjadi antara variabel X (X1, X2, X3, X4,
dan X5) dengan variabel Y.
Korelasi dalam regresi multiple adalah korelasi antara Y dengan X1, X2, X3,
X4, dan X5 secara bersama-sama. Notasi yang diberikan adalah Ry 12 atau
R2 = GH ABC
∑ d2
R = √e (Sudjana : 1992)
Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikan) dilakukan dengan
menggunakan statistik F pada taraf nyata (f sebesar 0,05 dengan db : k dan n – k – 1.
Rumus untuk uji keberartian korelasi ganda (R) tersebut adalah sebagai
berikut :
F = g
2/ R
0 g2 / –R0
Kesimpulan diambil kriteria apabila harga Fhitung - dibandingkan dengan Ftabel yaitu Fhitung lebih besar dari Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
F. Langkah-langkah Pengolahan Data dan Penulisan Laporan
Adapun serangkaian langkah kegiatan dalam mengolah dan menganalisis data
hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Memeriksa angket, kegiatan ini dilakukan untuk menyakini bahwa data yang
masuk benar-benar dapat diolah, kelengkapan semua data yang masuk memenuhi
persyaratan dan dapat diolah
2. Memberi skor yaitu menghitung jumlah skor yang diperoleh dari m