• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KOMPETENSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MUTU LAYANAN TUTOR DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI :Studi Deskriptif dan Korelasional Pada Kelompok Bermain Kota Bengkulu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KOMPETENSI DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MUTU LAYANAN TUTOR DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI :Studi Deskriptif dan Korelasional Pada Kelompok Bermain Kota Bengkulu."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PANGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Kerangka Pikir ... 11

H. Definisi Operasional ... 13

BAB II. LANDASAN TEORI A. Konsep Kompetensi ... 17

1. Pengertian Kompetensi ... 17

2. Kebutuhan terhadap Kompetensi ... 19

3. Kompetensi Tutor PAUD ... 28

4. Fungsi dan Manfaat Kompetensi ... 34

B. Konsep Motivasi Berprestasi ... 35

1. Teori Motivasi ... 35

2. Pengertian Motivasi Berprestasi ... 40

3. Karakteristik Motivasi Berprestasi ... 41

(2)

1. Tinjauan Umum tentang Mutu Layanan ... 42

a. Definisi Mutu ... 42

b. Definisi Layanan dan Mutu Layanan ... 46

2. Pembelajaran Anak Usia Dini ... 52

3. Tugas Tutor dalam Pembelajaran ... 53

4. Program Kelompok Bermain ... 54

D. Referensi Penelitian ... 56

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 58

B. Populasi dan Sampel ... 61

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 64

D. Langkah-langkah Penelitian ... 66

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 76

F. Langkah-langkah Pengolahan dan Penulisan Laporan ... 84

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 86

B. Gambaran Umum Profil Responden ... 90

C. Pengolahan Data ... 92

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 135

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi ... 31

Tabel 3.1 Penjabaran Variabel Penelitian ... 67

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel ... 76

Tabel 3.3 Analisis Varians (ANAVA) regresi sederhana ... 80

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 90

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 91

Tabel 4.3 Deskripsi Harga Rata-rata Untuk Setiap Variabel ... 93

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Distribusi ... 94

Tabel 4.5 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 ... 97

Tabel 4.6 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X2 ... 99

Tabel 4.7 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X3 ... 101

Tabel 4.8 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X4 ... 103

Tabel 4.9 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X5 ... 106

Tabel 4.10 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 X1, X2, X3, dan X4, ... 109

Tabel 4.11 Analisis Variansi Uji Depedensi da Linieritas Y atas X1 X1, X2, X3, X4, dan X5 ... 112

Tabel 4.12 Data Statistik Penelitian ... 113

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 13

Gambar 2.1 Alur Pengembangan Kompetensi PAUD ... 33

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 60

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Anak merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa

depan bangsa. Merupakan keharusan kita bersama untuk memberikan hak-hak

anak sedini mungkin untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sebagai

individu yang sehat jasmani, rohani, dan sosial serta mampu memanfaatkan potensi

yang dimilikinya. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tumbuh

kembang anak adalah dengan melayani dan memenuhi kebutuhan anak secara

holistik meliputi asupan gizi, kesehatan, dan pendidikan yang memadai.

Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor

bawaan (hereditas) dan faktor lingkungan yang termaksud didalamnya intervensi

pendidikan.

Pendidikan formal maupun nonformal merupakan lembaga yang berperan

utama sebagai kunci untuk mempersiapkan kebutuhan masa depan bangsa

berdasarkan aspek intelektual, dan memadukan aspek keterampilan dengan

kepribadian. Dalam penyelenggaraan pendidikan, tutor merupakan sosok utama

yang mengemban tugas mempersiapkan masa depan anak.

Hasil penelitian Osborn, White dan Bloom ( Yusuf, 2000) mengemukakan

bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0 – 4 tahun mencapai 50%,

hingga usia 8 tahun mencapai 80%, dan genap 100% setelah anak berusia 18 tahun.

Berdasarkan penelitian di atas, maka tidaklah berlebihan apabila para ahli

(6)

seumur hidup. Dalam kaitan ini upaya stimulus dari lingkungan sangat diperlukan

anak dalam mengembangkan potensi kecerdasanya. Maka upaya pendidikan

sebagai bentuk stimulasi psikososial sedini dan seoptimal mungkin pada anak usia

dini menjadi hal yang sangat penting.

Pentingnya stimulasi yang tepat sejak dini terhadap anak juga didasarkan atas

evidensi ilmiah bahwa otak anak hanya mau menerima rangsangan spesifik yang

diberikan pada satu waktu tertentu. Bila kesempatan tersebut terlewatkan, maka

akan membuat anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar. Seorang

bayi yang baru lahir memiliki kurang lebih 100 milyar sel otak. Ini menunjukkan

bahwa selama sembilan bulan kehamilan, setiap menit dalam pertumbuhan otak

minimal diproduksi 250.000 sel otak. Sel-sel otak dibentuk berdasarkan stimulasi

dari luar. Setiap sel otak saling berhubungan dengan lebih dari 15.000 simpul

syaraf elekrik kimia yang sangat rumit. Sel-sel syaraf ini harus rutin distimulasi

dan didayagunakan supaya terus berkembang jumlahnya. Jika tidak, jumlahnya

akan semakin berkurang atau fungsinya akan ditapiskan untuk dialihkan ke

tugas-tugas lain diluar pengembangan kecerdasan. Proses penepisan ini akan terus

berlangsung hingga usia pubertas, yaitu pada saat berhentinya pertumbuhan sel-sel

syaraf di otak (Oberland, 2000). Oleh sebab itu pada usia 0 – 6 tahun merupakan

periode terpenting untuk merangsang pertumbuhan otak anak melalui pembelajaran

yang deselenggarakan oleh berbagai program layanan Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD).

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan

bagi anak usia dini yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah

pertumbuhan dan perkembangan sembilan aspek kecerdasan anak (Multiple

(7)

musical, kinestetik, naturalistik, interpersonal, intrapersonal dan spiritual (Jurnal

PAUD, 2010).

Menurut Undang- undang no 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1 Pasal 28 ayat 4, menjelaskan bahwa :

Pendididikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut.

Menyadari betapa pentingnya stimulasi dini bagi perkembangan anak,

pemerintah secara serius telah menetapkan berbagai kebijakan yang melandasi

pentingnya pendidikan anak usia dini dan merancang berbagai program pendidikan

anak usia dini, namun pada kenyataannya hingga tahun 2007 jumlah mutu layanan

pendidikan anak usia dini masih rendah. Penyebabnya antara lain adalah masih

rendahnya kesadaran orang tua, keluarga, dan masyarakat terhadap pentingnya

layanan pendidikan bagi anak usia sejak dini serta masih terbatasnya jumlah

lembaga layanan pendidikan anak usia dini, khususnya pendidikan anan usia dini

Nonformal yang mampu menjangkau masyarakat pedesaan (Direktorat PAUD,

2008)

Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan di luar

sekolah adalah program Kelompok Bermain. Pelaksanaan dan pengembangan

pendidikan kelompok bermain dilatar belakangi oleh suatu kenyataan bahwa anak

usia dini yang terlayani pendidikan pra-sekolah masih rendah. Kelompok bermain

adalah layanan pendidikan anak usia dini bagi anak usia 3–6 tahun yang berfungsi

untuk meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan,

keterampilan yang diperlukan bagi anak didik dalam menyesuaikan diri dengan

(8)

pembelajaran dalam kelompok bermain memegang peranan penting dalam

mengembangkan potensi yang dimiliki anak, dirangsang dan dieksplorasi melalui

proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan pembelajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan anak, dengan cara melalui bermain sambil belajar.

Mutu hasil belajar kelompok bermain, seperti halnya program pendidikan luar

sekolah manapun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sudjana (2003:34)

menjelaskan bahwa mutu keluaran pembelajaran dipengaruhi oleh masukan

mentah (raw input), masukan sarana (instrument input), masukan lain (other input),

dan proses pembelajaran. Tutor sebagai salah faktor dalam masukan sarana,

mempunyai konstribusi dan peran stategis dalam proses pembelajaran. Oleh karena

itu tutor dituntut aktif dalam menciptakan situasi proses pembelajaran yang

menuntut peserta didik untuk aktif belajar, karena pada hakekatnya yang belajar itu

peserta didik bukan pihak lain.

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak pada kelompok bermain, sangatlah bergantung pada peran

tutor untuk meningkatkan mutu layanan dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Secara ideal ketenagaan pendidikan anak usia dini mencakup seluruh orang tua

yang memiliki anak usia dini, akan tetapi pada saat penyelenggaraan pendidikan

anak usia dini dilembagakan dengan mengikuti aturan dan program terstruktur,

maka para tutorlah yang memiliki andil besar dalam meningkatkan mutu layanan

dalam proses pembelajaran anak usia dini.

Kenyataan dilapangan menunjukkan, kemampuan tutor pada kelompok

bermain sangat beragam, hal ini berdampak terhadap mutu layanan pembelajaran

anak usia dini. Para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan

(9)

motivasi tutor dalam mengajar masih kurang, sehingga output yang

dihasilkannyapun masih rendah, sementara itu tuntutan masyarakat akan pelayanan

pendidikan anak usia dini yang bermutu semakin mendesak. Kenyataan mutu tutor

yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dilihat dari latar belakang

pendidikan tutor, pengalaman, kompetensi, motivasi, keterampilan dan lain

sebagainya. Dengan demikian mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada

kelompok bermain masih sangat perlu ditingkatkan.

B. Identifikasi Masalah

Berhubungan dengan peningkatan mutu layanan pembelajaran anak usia dini,

ada banyak cara yang dilakukan. Keterampilan dalam mengajar sebagai salah satu

penunjang mutu layanan dalam pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu

kompetensi dasar yang wajib dimiliki oleh seorang tutor yang professional. Dalam

pengembangan proses pembelajaran anak usia dini, seorang tutor harus memiliki

empat kompetensi dasar yaitu : 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi

kepribadian, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial. Untuk itu karena

tugas dan peran tenaga tutor anak usia dini sangatlah mulia dan memerlukan

perhatian serta kesabaran, maka sangat diharapkan tutor yang bermutu yang

memiliki kemampuan kompetensi yang komplit sesuai dengan Peraturan

Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, sehingga dapat

meningkatkan kinerja tutor dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran anak

usia dini.

Selain memiliki kemampuan kompetensi yang komplit bagi seorang pendidik,

abilitas dan motivasi adalah faktor-faktor yang berinteraksi dengan kinerja, dimana

(10)

yang dapat meningkatkan mutu layanan pembelajaran anak usia dini dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi sebagai keadaan pada diri seseorang

(individu) yang mendorong individu tersebut melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 1998: 164). Tutor yang mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi akan bekerja dengan sebaik-baiknya, menyelesaikan tugas

penting dengan luar biasa, dan berpikiran akan kemajuan kariernya. Di samping itu

motivasi juga dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa

melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan pekerjaan dengan

sempurna, dengan demikian tutor kelompok bermain mempunyai motivasi

berprestasi yang tinggi dapat mendorong meningkatkan mutu layanan pada

pembelajaran anak usia dini. Hal ini sesuai dengan pendapat Mitchel dan Larson

dalam Danimin (2005: 9) tentang pengaruh kecakapan dan motivasi pada kinerja.

Mereka mengatakan bahwa kecakapan tanpa motivasi, dan motivasi tanpa

kecakapan tidak akan menghasilkan output yang tinggi. Artinya disini bisa

dikatakan bahwa output yang baik akan memberikan dampak yang baik pula

terhadap gambaran mutu layanan pembelajaran yang dilakukan..

Persoalan mendasar saat ini adalah rendahnya mutu pelayanan yang diberikan

oleh tutor dalam proses pembelajaran anak usia dini yang diakibatkan oleh

keterbatasan kemampuan tutor dalam menciptakan kondisi belajar yang

menyenangkan bagi anak usia dini yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi

dan motivasi berprestasi tutor itu sendiri. Masalah-masalah tersebut tampak terlihat

dari kenyataan yang ada dilapangan yang menunjukan bahwa masih sangat banyak

tutor pendidikan anak usia dini khususnya pada kelompok bermain yang masih

berkualifikasi SMP atau SMA, ini dapat dilihat bahwa akademik tutor pendidikan

(11)

berdampak pada kemampuan kompetensi yang dimiliki oleh tutor pendidikan anak

usia dini khususnya pada kelompok bermain belum optimal sesuai dengan standar

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tutor yang profesional.

Menyikapi permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada

pendalaman kompetensi tutor dan motivasi berprestasi dalam meningkatkan mutu

layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, selanjutnya

masalah yang diajukan dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan

kompetensi tutor dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran

anak usia dini pada kelompok bermain di Kota Bengkulu ?

Agar penelitian ini lebih terfokus, secara operasional permasalahan tersebut

dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik dengan mutu

layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

2. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi kepribadian tutor dengan

mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi profesional dengan mutu

layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

4. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi hubungan sosial tutor dengan

mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

5. Bagaimana hubungan antara motivasi berprestasi dengan mutu layanan

(12)

6. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor,

tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor

dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

7. Bagaimana hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor,

tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor

serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia

dini pada kelompok bermain ?

D. Hipotesis

Berdasarkan pola fikir yang digunakan, hipotesis yang harus diuji dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi pedagogik

dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi kepribadian

tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok

bermain

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi professional

dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi hubungan sosial

tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok

bermain

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan mutu

(13)

6. Terdapat hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik, kepribadian tutor,

tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi hubungan sosial tutor

dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain ?

7. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kompetensi pedagogik,

kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi

hubungan sosial tutor serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan

pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik

dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

2. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi

kepribadian tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada

kelompok bermain.

3. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi

profesional dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok

bermain.

4. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi hubungan

sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok

bermain.

5. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara motivasi berprestasi dengan

mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

6. Untuk memperolah gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik,

(14)

hubungan sosial tutor dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini pada

kelompok bermain ?

7. Untuk memperoleh gambaran hubungan antara tingkat kompetensi pedagogik,

kepribadian tutor, tingkat kompetensi profesional dan tingkat kompetensi

hubungan sosial tutor serta motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan

pembelajaran anak usia dini pada kelompok bermain.

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan

dan kajian pendidikan nonformal, khususnya berkaitan dengan mutu

layanan bagi anak usia dini.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengayaan terhadap

kajian teoritis tentang mutu layanan pembelajaran anak usia dini program

kelompok bermain dan hubungannya dengan kompetensi dan motivasi

berprestasi tutor.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian bagi tutor terhadap

implementasi kemampuan kompetensi dan motivasi berprestasi yang ada

dalam melaksanakan tugas dan perannya sehingga memperoleh kepuasan

kerja. Hal ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk menambah

atau memperbaiki sistem kerja sehingga dapat meningkatkan mutu mutu

layanan pembelajaran anak usia dini.

2. Bagi penyelenggara program kelompok bermain, sebagai bahan masukan

(15)

dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki

sistem dalam proses pembelajaran anak usia dini.

G. Kerangka Pikir

Dalam pendidikan nonformal, tutor sebagai komponen mikro penentu

dominan pendidikan haruslah bermutu dan berkinerja baik dalam era globalisasi

dengan berusaha menguasai berbagai teknologi informasi dan komunikasi, karena

salah satu aspek yang mengalami perubahan dahsyat dalam era globalisasi adalah

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta transportasi yang membuat

dunia ini terasa semakin sempit. Tutor sebagai komponen mikro penentu mutu

pendidikan dalam sistem pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat

strategis dalam proses pembelajaran secara khusus dan dalam proses pendidikan

secara umum.

Pengelolaan dan proses pembelajaran dengan tutor sebagai inti dari proses

pendidikan secara keseluruhan dengan tutor sebagai pemegang utama. Dengan

demikian tutor memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas

dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya dan berdampak kepada mutu

layanan yang diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran anak usia

dini. Sebagai konsekuensi dari betapa pentingnya peranan seorang tutor dalam

proses pembelajaran anak usia dini, dia harus selalu berusaha meningkatkan

kualitas kompetensinya, karena tutor yang berkompoten akan mampu menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya

sehingga hasil belajar peserta didik berada dalam tingkat optimal.

Selain dibutuhkannya tutor yang berkompoten dengan memiliki keempat

(16)

pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, motivasi berprestasi tutor dari

individu tutor itu sendiri juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap mutu

layanan yang diberikan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Malayu

Hasibuan (1994 : 137) mengemukakan bahwa untuk mendorong orang untuk dapat

bekerja lebih produktif maka perlu mengetahui motif seseorang (tutor) bekerja dan

aneka ragam kebutuhan yang dicapai dari hasil kerjanya. Dengan demikian untuk

mendapatkan tutor yang kualifid dan dapat memberikan pelayanan yang baik

dalam proses pembelajaran anak usia dini, maka perlu sekali memaksimalkan

standar kompetensi dasar yang harus dimilki oleh seorang tutor yang terdiri dari :

1) kompetensi pedagogik; 2) kompetensi kepribadian; 3) kompetensi profesional;

dan 4) kompetensi sosial, serta memberikan dorongan motivasi berprestasi

terhadap tutor PAUD dalam meningkatkan mutu layanan dalam proses

pembelajaran anak usia dini.

Keterkaitan antar komponen penelitian ini dalam kerangka pemikiran

dapat digambarkan secara praktis mengenai hubungan kompetensi dan

motivasi berprestasi tutor terhadap mutu layanan dalam pembelajaran anak usia

(17)

Input Proses Output

Feed back

Gambar 1.1 Kerangka pikir

H . Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan permasalahan

penelitian, berikut ini dikemukakan definisi operasional beberapa istilah yang

berkaitan dengan komponen yang terlibat dalam penelitian ini.

1. Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi dapat pula

dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui

pendidikan atau latihan (Herry, 1998). Dalam penelitian ini kompetensi yang

dimaksud yaitu kompetensi yang diarahkan pada para guru atau tutor. Seorang

guru di samping senantiasa dituntut untuk mengembangkan pribadi dan profesional

dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, seseorang guru harus

mampu mengembangkan empat aspek kompetensi bagi yaitu mencakup

kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Kompetensi pedagogik

ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi

kaidah-kaidah pedagogik. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki Kemampuan kompetensi 1.Pedagodik 2.Kepribadian 3.Profesional 4.Sosial Motivasi berprestasi - Tanggung jawab - Keinginan berprestasi - Berpikir antisipatif - Kreatifitas

- Keinginan mencapai tujuan

- Berani mengambil resiko

Kinerja tutor

Mutu layanan dalam proses pembelajaran Anak usia dini

- T, tangible (berwujud) - E, emphaty (empati) - R, responsivenes (daya

tanggap)

(18)

oleh seorang tutor berkenaan dengan pribadi yang arif, beraklak mulia, dan

menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial ialah kemampuan tutor

dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan semua pihak termasuk kepada

peserta didik, dan kompetensi profesional ialah kemampuan tutor dalam

menunjukan keahliannya sebagai seorang tutor yang profesional. Adapun Indikator

setiap kompetensi tutor adalah sebagai berikut : 1) Kompetensi Pedagogik yaitu

merencanakan kegiatan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.

Melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan, dan

Melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan

perlindungan. 2) Kompetensi Kepribadian yaitu Bersikap dan berperilaku sesuai

dengan kebutuhan psikologis anak. Bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma

agama, budaya dan keyakinan anak. Menampilkan diri sebagai pribadi yang

berbudi pekerti luhur. 3) Kompetensi Profesional yaitu Memahami tahapan

perkembangan anak. Memahami pertumbuhan dan perkembangan anak.

Memahami pemberian rangsangan pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan.

Membangun kerja sama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuhan dan

perlindungan anak. 4) Kompetensi Sosial yaitu Beradaptasi dengan lingkungan dan

Berkomunikasi secara efektif

2. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang

terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau

berbuat. Menurut Abdulhak (1996 : 11-12) motivasi secara hipotesis merupakan

sebuah definisi yang mengungkapkan tingkah laku manusia yang memiliki

hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini motivasi berprestasi yang di maksud

adalah daya dorong pada seorang individu untuk melaksanakan pekerjaan, dengan

mengatasi segala hambatan dan tantangan dalam mencapai kebutuhan dan tujuan

tertentu dengan hasil yang terbaik. Dorongan tersebut dapat datang dari dalam diri

seseorang (instrinsik) dan dapat juga berasal dari luar diri seseorang (ekstrinstik)

dalam melaksanakan proses pembelajaran anak usia dini. Adapun Indikator

(19)

individuKeinginan berprestasi, 2) Berpikir antisipatif, 3) Berkreatifitas untuk

mencapai tujuan, 4) Keinginan mencapai tujuan, 5) Berani mengambil resiko

3. Mutu layanan pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, keinginan dan

kepuasan setiap peserta didik terhadap mutu layanan yang diberikan oleh tutor

dalam proses pembelajaran anak usia dini. Indikator mutu layanan terdiri atas : (1)

tangible, yaitu : layanan pembelajaran melalui sarana dan prasarana atau fasilitas,

dalam hal ini terkait dengan media pembelajaran yang dikembangkan dan dibuat

oleh tutor yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar; (2) emphaty,

yaitu: sikap tegas, tetapi penuh perhatian terhadap peserta didik atau dapat

merasakan seperti yang dirasakan peserta didik. Sikap dan perhatian dari tutor

ataupun pengelola seperti menghadapi keluhan peserta didik dalam proses

pembelajaran anak usia dini; (3) responsiveness, yaitu kesanggupan atau kesiapan

tutor untuk membantu dan menyediakan layanan cepat dan tepat, serta tanggap

terhadap keinginan dan kebutuhan peserta didik. Tutor mampu menyuguhkan menu

pembelajaran yang sistematis dalam proses pembelajaran kepada warga belajar;

(4) reliability, yaitu kemampuan dan keandalan untuk menyediakan layanan yang

terpercaya. Tutor dapat diuji tingkat keprofesionalannya dalam pelaksanaan proses

pembelajaran anak usia dini, sehingga tumbuh kepercayaan dan kepuasan atau

kesenangan yang dirasakan oleh peserta didik; dan (5) assurance, yaitu

kemampuan dalam memberikan jaminan dan keramahan serta sopan santun tutor,

dan stakeholders lainnya dalam proses pembelajaran anak usia dini. performa tutor

haruslah muncul dalam tataran akademik, kepribadian, sosial, dan profesional

dalam proses pembelajaran anak usia dini.

4. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (Yuliani Nurani

(20)

seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain

yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan

yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana pendekatan

kuantitatif merupakan penelitian empirik yang datanya dikumpulkan dan disajikan

dalam bentuk angka. Analisa terhadap fokus permasalahan dilakukan dengan

menggunakan metode analisis deskriptif korelasional. Metode deskriptif adalah

suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kusioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data

dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kusioner. Setelah

data diperolah kemudian hasilnya akan dipaparkan secara dekriptif dan pada akhir

penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal

penelitian (Effendi, 2003: 3). Sedangkan Arikunto (1998: 10) mengemukakan

bahwa metode deskriptif menjelaskan penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dan

saat terjadinya, maka penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau

menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi). Tujuan

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki (Nazir, 1998: 63).

Sedangkan penelitian korelasional ialah penelitian yang menggambarkan

dan menafsirkan data yang ada, kemudian dilanjutkan dengan analisis dan

interprestasi tentang arti data. Melalui analisis tersebut diharapkan diperoleh

(22)

bahwa tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauhmana

variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi-variasi-variasi pada satu atau lebih

faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Penelitian korelasional

memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara

serentak. Menurut Sugiono (2003: 170-172) analisis deskritif inferensial digunakan

untuk menganalisa data sampel dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk polulasi, sehingga memerlukan uji

signifikan.

Sedangkan menurut Trisnamansyah (2010:12) penelitian korelasional

berkaitan dengan pengukuran hubungan-hubungan di antara dua variabel atau

lebih. Jenis penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi untuk mengukur

hubungan-hubungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi sejauhmana

variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau

lebih faktor lainnya berdasarkan pada koefisien korelasi. Ukuran hubungan adalah

pernyataan tentang derajat asosiasi antara variabel-variabel yang dikaji, korelasinya

bisa positif atau negatif.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan metode analisis

deskriptif korelasioanl cocok digunakan dalam penelitian ini karena dimaksudkan

untuk mengungkapkan hubungan antara variabel tingkat kompetensi pedagogik

( X1 ), variabel tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), variabel tingkat kompetensi

professional ( X3 ), variabel tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan

variabel motivasi berprestasi ( X5 ) dengan mutu layanan pembelajaran anak usia

dini ( Y ). Berikut ini dapat digambarkan lingkup kajian penelitian tentang

(23)

pembelajaran anak usia dini. Supaya lebih jelasnya, keterkaitan variabel-variabel

penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 desain penelitian sebagai berikut :

Keterangan:

X1 : Tingkat kompetensi pedagogik

X2 : Tingkat kompetensi kepribadian

X3 : Tingkat kompetensi professional

X4 : Tingkat kompetensi hubungan sosial

X5 : Motivasi berprestasi

Y : Mutu layanan pembelajaran

Gambar 3.1

Desain Penelitian

X 1

X 2

X 3

X 4

X 5

(24)

B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002: 57).

Nazir (1988: 3) mengatakan populasi adalah berkenaan dengan data, bukan

orang atau bendanya. Kemudian menurut (Hamdani, 1995: 141) populasi adalah

totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran

kualitatif maupun kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai

sekelompok objek yang lengkap.

Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu

wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitannya

dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian populasi adalah keseluruhan

objek penelitian, baik berupa benda, tempat, maupun symbol-simbol yang dapat

dijadikan sebagai sumber data. Karena penelitian ini berhubungan dengan

kemampuan tutor anak usia dini dalam hal ini kelompok bermain, maka yang

menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah pendidik (tutor) di setiap

kelompok bermain Kota Bengkulu yaitu sebanyak 67 lembaga kelompok

bermain yaitu sebanyak 297 tutor.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti menyangkut

karakteristik dan jumlahnya (Arikunto,1993: 104) sampel penelitian ini diambil

dengan menggunakan probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel

yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk

(25)

yaitu hubungan kompetensi dan motivasi berprestasi tutor dengan mutu layanan

pembelajaran anak usia dini, sehingga untuk menghindari adanya distorsi hasil

penelitian, maka pengambilan sampel dikerjakan memakai teknik Simple

Random Sampling (sampling acak sederhana)

Sutaryat (2010: 7) menjelaskan teknik sampling acak sederhana adalah

cara pengambilan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam

populasi. Teknik ini dilakukan jika polulasi bersifat homogen, dilakukan dengan

cara undian atau dengan menggunakan daftar bilangan acak.

Arikunto (1996: 107) mengemukakan bahwa untuk sekedar encer-ancer

apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar,

dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% tau lebih.

Memperhatikan pertanyaan di atas menurut Surakhman (1994: 100)

menyarankan, apabila ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100

(seratus), pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi.

Apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000 (seribu), maka

ukuran sampel diharapkan sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.

Dalam penelitian ini jumlah anggota populasi sebanyak 297 orang tutor.

Merujuk pada pendapat di atas maka penentuan jumlah sampel diambil

dari 15 % dari ukuran populasi dapat dirumuskan sebagai berikut :

S = 15% + 1000 – n . (50% - 15%)

(26)

Keterangan :

S = Jumlah sampel yang diambil

n = Jumlah anggota populasi

berdasarkan rumus diatas, maka pengambilan sampel dapat diperoleh

dengan perhitungan sebagai berikut :

S = 15% + 1000 – n . (50% - 15%) 1000-100

S = 15% + 1000 – 297 . (50% -15%) 1000 – 100

= 15% + 703 . (50%-15%) 900

= 15% + 0,781 . (35%)

= 15% + 27,335%

= 42,335%

Jadi, jumlah sampel sebesar 297 x 42,335% = 125,39 = 125 responden

Bertolak dari kondisi-kondisi tersebut, maka mutu penelitian tidak selalu

ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar

teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya

(Nasution,1991: 135).

Sedangkan untuk pembagian besarnya sampel yang harus diambil dari tiap

kelompok bermain (Play Group) digunakan alokasi proposional

( proporsional Allocation), yaitu :

n

i

=

X

n

N

Keterangan :

n i : Jumlah sampel untuk Kelompok bermain ke-i

(27)

N : Jumlah populasi keseluruhan ( semua Kelompok bermain)

n : Jumlah sampel keseluruhan ( semua kelompok bermain)

Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh ukuran sampel untuk

tutor kelompok bermain (play group) di Kota Bengkulu sebanyak 125 orang

tutor.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Berdasarkan rumusan masalah dan agar dapat menguji hipotesisnya, maka

memerlukan alat pengumpul data (instrument pengumpulan data). Untuk penelitian

ini data-data yang diperlukan, sesuai dengan fokus permasalahan penelitian

dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan menggunakan kuisioner serta

dokumentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Trisnamansyah (2007: 42)

menyatakan bahwa “Kita mengenal beberapa teknik pengumpulan data, yaitu

wawancara, angket, observasi, tes, skala, studi documenter, dll”. Kuisioner

digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel-variabel

seperti variabel bebas (X) yakni tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ), tingkat

kompetensi kepribadian ( X2 ), tingkat kompetensi professional ( X3 ), tingkat

kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan variabel motivasi berprestasi (X5),

sedangkan untuk variabel terikat yakni mutu layanan pembelajaran anak usia dini

( Y ). Selain menggunakan kuisioner juga menggunakan observasi dan

catatan-catatan atau dokumentasi tentang motivasi kerja tutor yang menjadi responden

dalam penelitian ini.

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik utnuk mendapatkan keterangan atau

(28)

tutor dan masyarakat sekitar. Hasil wawancara sangat bermanfaat terutama

untuk membuat instrument pengumpulan data.

b. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dapat dilakukan secara

pengamatan langsung, sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan

pencatatan terhadap gejala yang diteliti. Kegunaan teknik observasi di dalam

penelitian ini adalah untuk mengamati langsung kemampuan kompetensi dan

motivasi dari tutor yang ada di setiap kelompok bermain.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui hasil laporan atau

tulisan yang resmi. Data dikumpulkan dengan pencatatan melalui arsip-arsip

laporan.

d. Angket atau Kuisioner

Angket yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk tertutup.

Angket atau kuisioner digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan

hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang diterima lebih

lengkap, akurat dan konsisten. Bahan-bahan untuk penyusunan kuisioner ini

juga dikumpulkan dari berbagai sumber wawancara, observasi, dan

dokumentasi.

Pertimbangan utama memilih alat pengumpulan data tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat

dianalisa dan diolah secara statistik

b. Dengan alat pengumpulan data tersebut sangat memungkinkan memperoleh

(29)

c. Penelitian ini dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu,

biaya, dan tenaga.

D.Langkah-langkah Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap persiapan ; tahap dimana peneliti melakukan penjajakan dan pengkajian

terhadap fokus masalah penelitian, menentukan populasi dan sampel,

kelengkapan administrasi, studi pendahuluan, penyusunan instrument

pengumpulan data serta kelengkapan-kelengkapan lainnya.

2. Pengumpulan data merupakan tahapan dimana peneliti melakukan

pengumpulan data dengan menggunakan alat pengumpulan data yaitu kuisioner

yang telah divalidasi dan direvisi

3. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian sebagai bentuk

pertanggung jawaban. Data-data diolah dan dianalisis dengan menggunakan

prosedur statistik.

Berikut ini secara rinci dikemukakan proses perumusan instrument kuisioner

dan pengolahan data yang terkumpul.

1. Penyusunan Kuisioner

Untuk mengungkapkan hubungan tingkat kompetensi pedagogik ( X1 ),

tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ), tingkat kompetensi professional ( X3 ),

tingkat kompetensi hubungan sosial ( X4 ), dan motivasi berprestasi (X5),

dengan mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ). Digunakan skal

tertentu untuk meminta seseorang atau responden agar memberikan jawaban

(30)

Setiap statemen disusun berdasarkan penjabaran elemen-elemen yang

terkandung dalam setiap variabel penelitian. Dalam hal ini hasil wawancara dan

observasi serta studi kepustakaan yang dilakukan sebelumnya sangat

mendukung dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan yang ada

dalam kuisioner. Penjabaran setiap variabel tersebut terlihat seperti pada tabel

[image:30.595.102.510.227.763.2]

berikut :

Tabel 3.1

Penjabaran variabel penelitian

Variabel penelitian Indikator Jumlah item

Variabel tingkat

kompetensi pedagogik

(X1)

a. Merencanakan kegiatan program

pendidikan, pengasuhan, dan

perlindungan.

b. Melaksanakan proses

pendidikan, pengasuhan, dan

perlindungan

c. Melaksanakan penilaian terhadap

proses dan hasil pendidikan,

pengasuhan, dan perlindungan.

4 butir

7 butir

4 butir

variabel tingkat

kompetensi kepribadian

(X2)

a. Bersikap dan berperilaku sesuai

dengan kebutuhan psikologis

anak.

b. Bersikap dan berperilaku sesuai

dengan norma agama, budaya

dan keyakinan anak.

c. Menampilkan diri sebagai

pribadi yang berbudi pekerti

luhur.

6 butir

3 butir

3 butir

variabel tingkat

kompetensi

professional

a. Memahami tahapan

perkembangan anak.

b. Memahami pertumbuhan dan

5 butir

(31)

( X3) perkembangan anak.

c. Memahami pemberian

rangsangan pendidikan,

pengasuhan, dan perlindungan.

d. Membangun kerja sama dengan

orang tua dalam pendidikan,

pengasuhan dan perlindungan

anak.

4 butir

4 butir

variabel tingkat

kompetensi hubungan

sosial

(X4)

a. Beradaptasi dengan lingkungan

b. Berkomunikasi secara efektif

8 butir

3 butir

Variabel motivasi

berprestasi

(X5)

a. Tanggung jawab secara individu

b. Keinginan berprestasi

c. Berpikir antisipatif

d. Berkreatifitas untuk mencapai

tujuan

e. Keinginan mencapai tujuan

f. Berani mengambil resiko

3 butir 5 butir 5 butir 4 butir 5 butir 4 butir

Variabel mutu layanan

pembelajaran anak usia

dini

( Y )

a. Tangible (Berwujud)

b. Empathy (Empati)

c. Responsiveness (Daya tanggap)

d. Reliability (Keandalan)

e. Assurance (Jaminan)

9 butir

7 butir

4 butir

7 butir

4 butir

Alat ukur penelitian ini berbentuk angket, dengan tingkat pengukuran ordinal.

Kategori jawaban terdiri atas 5 (lima) tingkatan. Untuk analisis secara kuantitatif,

maka alternatif jawaban tersebut dapat diberi skor dan nilai 1 sampai 5 sebagai

(32)

Variabel kompetensi pedagogik (X1), kompetensi kepribadian

(X2), kompetensi profesional (X3), dan kompetensi hubungan sosial (X4),

alternatif jawabannya yaitu :

5 = Sangat Baik

4 = Baik

3 = Cukup Baik

2 = Kurang Baik

1 = Tidak Baik

Variabel motivasi berprestasi (X5), dan variabel mutu layanan pembelajaran anak

usia dini (Y), alternatif jawabannya yaitu :

5 = Selalu

4 = Sering

3 = Kadang-kadang

2 = Jarang

1 = Tidak Pernah

2. Uji coba validitas dan reliabilitas intrumen

Sebelum instrument diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka

terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan

reabilitas setiap item kuisioner. Dilakukan dengan dua cara yaitu melalui

justifikasi pakar dan melalui uji coba pada sampel dengan karakteristik yang

sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari pelaksanaan

uji coba instrument penelitian adalah untuk menguji validitas dan reabilitas

intrumen tersebut.

Secara garis besar langkah-langkah penyusunan dan pengembangan

(33)

1)Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep dari

variabel yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk dari

variabel tersebut. Konstruk pada dasarnya adalah bangun pengertian dari

suatu konsep yang dirumuskan oleh peneliti

2)Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator

variabel yang sesungguhnya telah tertuang secara eksplisit pada rumusan

konstruk variabel pada langkah 1

3)Membuat kisi-kisi instrument dalam bentuk tabel spesifikasi yang

memuat dimensi, indikator, nomor butir, dan jumlah butir untuk setiap

dimensi dan indikator

4)Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan

kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan, misalnya dari

rendah ke tinggi, dari negatif ke positif, dari dependen ke independen,

dan sebagainya.

5)Menulis butir-butir instrument yang dapat berbentuk pernyataan atau

pertanyaan. Biasanya butir instrument yang dibuat terdiri dari atas dua

kelompok. Butir positif adalah pernyataan mengenai ciri atau keadaan,

sikap atau persepsi yang positif, sedangkan butir negatif adalah

pernyataan mengenai cirri atau keadaan, persepsi atau sikap negatif.

6)Butir-butir yang ditulis merupakan konsep instrument yang harus melalui

proses validasi, baik validasi teoritik maupun empirik.

7)Tahap validasi pertama adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan

pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh

(34)

indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh

butir-butir instrument yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.

8)Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan hasil

panel

9)Setelah konsep instrument dianggap valid secara teoritik atau secara

konseptual, dilakukanlah penggadaan instrument secara terbatas untuk

keperluan uji coba

10) Uji coba instrument dilapangan merupakan bagian dari proses validasi

empirik. Melalui uji caba tersebut, instrument diberikan kepada sejumlah

responden sebagai uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau

equivalen dengan karakteristik polulasi penelitian. Jawaban responden

dari uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji

validitas empiris atau validitas kriteria dari instrument yang

dikembangkan.

11) Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan kriteria baik

kriteria internal maupun eksternal. Kriteria internal adalah instrument itu

sendiri sebagai suatu kesatuan yang dijadikan kriteria, sedangkan kriteria

eksternal adalah instrument atau hasil ukur tertentu di luar istrumen yang

dijadikan sebagai kriteria

12) Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid

atau tidaknya sebuah butir atau seperangkat instrument. Jika

menggunakan kriteria internal yaitu skor total sebagai kriteria, maka

keputusan pengujian adalah mengenai valid atau tidaknya butir

instrument dan proses pengujiannya bisa disebut analisis butir, sedangkan

(35)

diluar instrument yang dijadikan kriteria, maka keputusan pengujiannya

adalah mengenai valid atau tidaknya perangkat instrument sabagai suatu

kesatuan.

13) Untuk kriteria internal atau validitas internal berdasakan analisis butir

maka butir- butir yang tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki untuk diuji

coba ulang, sedangkan butir-butir yang valid dirakit kembali menjadi

sebuah perangkat instrument untuk melihat kembali validitas kontennya

berdasarkan kisi-kisi. Jika secara kontenen butir-butir yang valid tersebut

dianggap valid atau memenuhi syarat, maka perangkat instrument yang

terakhir ini menjadi instrument vital yang akan digunakan untuk

mengukur variabel penelitian.

14) Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas

dengan rentangan nilai (0 - 1) adalah besaran yang menunjukan kualias

atau konsistensi hasil ukur instrument. Makin tinggi koefisien reliabilitas,

maka makin tinggi pula kualitas instrument tersebut. Mengenai batas nilai

koefisian yang dianggap layak btergantung pada presisi yang dikendaki

oleh suatu penelitian. Untuk itu, dapat merujuk pendapat-pendapat yang

sudah ada, karena secara acak tidak ada tabel atau distribusi statistik

mengenai angka reliabilitas yang dapat dijadikan rujukan.

15) Perakitan butir-butir instrument yang valid untuk dijadikan instrument

final.

a. Uji validitas intrumen penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Uji valididtas setiap iterm

(36)

ini peneliti menggunakan rumus korelasi product moment r dari pearson

dengan taraf signifikan 5 %. Artinya : butir pertanyaan dinyatakan signifikan

[image:36.595.101.507.227.646.2]

jika koefisien korelasi pada uji signifikansi nilai t hitung lebih besar dari t

tabel. Rumes yang digunakan adalah :

Rumus Pearson Product Moment

r

x y

= n

x

i

y

i

- (

x

i

) (

y

i

)

∑ xi

xi

∑ yi

yi

Keterangan :

r = koefisien korelasi

Xi jumlah skor nilai butir faktor dari seluruh responden

Uji coba

&

'

(

jumlah skor total seluruh butir atau kedua faktor

Dari keseluruhan responden uji coba.

N = Jumlah sampel

Selanjutnya dihitung Uji-t dengan rumus sebagai berikut :

t

hitung

= r

2

Dimana :

√1 ,

thitung =Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi

n = Jumlah responden

Menurut Sudjana ( 1986: 377) jika thitung - ttabel maka item dianggap valid, dan sebaliknya apabila thitung . ttabel maka butir item tersebut dianggap tidak valid. Hasil uji validitas berdasarkan perhitungan statistik

(37)

Untuk uji coba dilaksanakan pada tempat yang berbeda yaitu di

Kabupatan Bengkulu tengah dengan karakteristik sampel uji coba diambil

dari tutor yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel

penelitian yang sesungguhnya. Jumlah sampel uji coba sebanyak 25 orang,

berikut perhitungan dengan menggunakan excel.

Hasil uji coba intrumen yaitu sebagai berikut : Jumlah item uji coba

variabel kompetensi pedagogik (X1) = 15 buah item. Setelah dianalisis

dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu

item no : 3, 4, 6, dan 11. Dengan demikian ke-4 item ini dibuang. Jadi,

jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 11 item.

Jumlah item uji coba variabel kompetensi kepribadian (X2) = 12 buah

item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat

item yang gugur yaitu item no : 8. Dengan demikian satu item ini dibuang.

Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 11 item.

Jumlah item uji coba variabel kompetensi preofesional (X3) = 20 buah

item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat

item yang gugur yaitu item no : 3. Dengan demikian hanya satu item yang

dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak

19 item.

Jumlah item uji coba variabel kompetensi hubungan sosial (X4) = 15

buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak

terdapat item yang gugur. Dengan demikian kesemua item tersebut akan

disebar pada responden.

Jumlah item uji coba variabel motivasi berprestasi tutor (X5) = 26

(38)

terdapat item yang gugur yaitu item no : 3, 9, 10, 17, 19, 20, 22, 23, dan 25.

Dengan demikian ke-9 item ini dibuang. Jadi, jumlah item yang akan disebar

pada responden yaitu sebanyak 17 item.

Jumlah item uji coba variabel mutu layanan pembelajaran anak usia

dini (Y) = 32 buah item. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan

reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8,

10, 11, 12, 14, 26, . Dengan demikian ke-2 item ini dibuang. Jadi, jumlah

item yang akan disebar pada responden yaitu sebanyak 20 item.

b. Uji reliabilitas instrument penelitian

Reabilitas menunjukan kepada suatu pengertian bahwa sesuatu

instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Reliabilitas mendukung validitas dan merupakan syarat bagi validitas.

Reliabilitas berkaitan dengan sejauh mana suatu pengukuran bebas dari

kesalahan acak atau tidak stabil. Reliabilitas tidak sebaik penentuan

validitas, tetapi lebih mudah dicapai (Cooper dan Emory: 1996). Dalam

melakukan uji reliabilitas digunakan pendekatan (α) alpha cronbach dimana

pengujian reliabilitas alpha cronbach dilakukan utnk jenis data interval atau

esay.

Rumus koefisien reliabilitas Alpha cronbach :

R

i

=

/0 /

{1-

∑ 1(

2

132

}

Dimana :

k = mean kuadrat antara subjek

∑ si = mean kuadrat kesalahan

(39)

Dengan kriteria uji : bila nilai (α) alpha cronbach > 0,06, maka

instrument dikatakat reliabel (Sekaran, 2003)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPS maka

[image:39.595.99.555.227.642.2]

diperoleh tingkat reliabilitas alat ukur penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.2

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS X1, X2, X3, X4, X5 DAN Y

NO Variabel

Coefisient Alpha

Nilai

Alpha Keputusan

Penelitian Cronbach Cronbach

1 Kompetensi Pedagogik ( X1 ) 0.82 0.6 Reliabel

2 Kompetensi Kepribadian ( X2 ) 0.826 0.6 Reliabel

3 Kompetensi Profesional ( X3 ) 0.877 0.6 Reliabel

4 Kompetensi Hub Sosial ( X4 ) 0.886 0.6 Reliabel

5 Motivasi Berprestasi Tutor ( X5 ) 0.848 0.6 Reliabel

6 Mutu Layanan ( Y ) 0.856 0.6 Reliabel

E.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengelola dan menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan statistik. Teknik statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif dan

statistik inferensial. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan hasil

pengolahan data tentang variabel-variabel penelitian, yaitu variabel variabel tingkat

kompetensi pedagogik ( X1 ), variabel tingkat kompetensi kepribadian ( X2 ),

variabel tingkat kompetensi professional ( X3 ), variabel tingkat kompetensi

hubungan sosial ( X4 ), dan variabel motivasi berprestasi ( X5 ) sebagai variabel

bebas (independen) dan mutu layanan pembelajaran anak usia dini ( Y ) sebagai

veriabel terikat (dependen) sedangkan statistik inferensial dimaksudkan untuk

menguji hipotesis penelitian dan generalisasi (Sudjana,1989: 126).

Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu mengadakan pengolahan

(40)

pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk

pengkajian lebih lanjut. Langkah-langkah pengolahan data yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

1)Memeriksa dan memilih data yang terkumpul berdasarkan jenisnya

2)Mentally data yang diperoleh dari responden

3)Memberikan skor pada setiap angket responden dengan cara menjumlahkan

bobot nilai setiap item angket responden untuk setiap variabel

4)Memasukan skor ke dalam tabel yang telah dibuat sesuai dengan keperluan

Kemudian untuk menganalisis data yang sudah diolah tersebut, penulis

menggunakan uji normalitas, analisis regresi dan analisis korelasi sederhana,

analisis regresi dan analisis korelasi ganda (multiple).

1. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi Skor Setiap Variabel Penelitian

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi

Kuadrat ( χ2) menurut Sugiono, 1992) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1)Mencari rentang variabel X ( X1, X2, X3, X4, X5 ) dan variabel Y dengan rumus:

Rentang (R) = skor tertinggi - skor terendah

2)Menentukan banyaknya kelas interval, dengan rumus :

BK = 1 + 3,3 Log n

3)Menentukan panjang kelas interval (p) dengan cara :

P = Rentang (R) : banyak kelas

4)Mencari harga rata-rata berdasarkan data bergolong, yang dapat diperoleh

dengan rumus :

4 = ∑ 56 76

∑ 56

(41)

S = 5 8

20 ∑ 58 2

0

6)Melakukan uji normalitas distribusi data dengan rumus Chi Kuadrat :

χ O E

E

Dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Membuat distribusi frekuensi

2. Mencara batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor atas kanan

interval.

3. Mencari nilai Z dengan rumus :

Zi = ;60 ;

<

Keterangan :

Xi = Skor batas kelas interval

X = Rata-rata untuk distribusi

s = Simpangan baku

4. Mencari luas daerah dari O ke Z dari daftar F (luas daerah di bawah kurva

dari O ke Z)

5. Mencari luas kelas internal dengan mencari selisih antara luas O ke Z yang

berdekatan untuk nilai Z sejenis dan menambahkan untuk nilai Z

berlawanan.

6. Mencari frekuensi yang diharapkan (Ei) yang diperoleh dengan mengalihkan

luas kelas interval dengan n.

7. Memasukkan frekuensi observasi sesuai dengan distribusi yang telah dibuat

(42)

8. Mencari nilai χ2 sesuai dengan rumus yang telah ditetapkan

9. Menentukan keberartian harga χ2hitung dengan cara membandingkan harga

χ2tabel, dengan ketentuan : Jika hargai χ2hitung - χ2tabel maka data tidak berdistribusi normal, tetapi juga sebaliknya jika Jika harga χ2hitung .

χ2tabel maka data distribusi normal.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan perhitungan

statistik yang menggunakan rumus analisis regresi linier sederhana, analisis

koefisien korelasi sederhana, analisis regresi multiple, dan analisis koefisien

korelasi multiple.

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mencari pola hubungan

fungsional antara variabel X1 dengan variabel Y, variabel X2 dengan variabel

Y, variabel X3 dengan variabel Y, variabel X4 dengan variabel Y, dan variabel

X5 dengan variabel Y. Adapun persamaan regresi linier sederhana dinyatakan

dengan :

Ŷ = a + bX (sugiono, 2009 : 261)

Keterangan :

Ŷ = harga variabel Y yang diramalkan

a = Koefisien intersep ( harga konstan apabila X sama dengan nol)

b = Koefisien regresi (harga yang menunjukan perubahan akan terjadi pada Y

apabila X bertambah 1 satuan )

X = harga variabel X (X1, X2, X3, X4, dan X5)

[image:42.595.103.512.212.636.2]
(43)

Harga b

=

∑ ;=0 ∑ ; ∑ =

∑ ;2 ∑ ; 2

Harga a = > - bX

Untuk menguji koefisien regresi sederhana maka dilakukan analisis varians

dengan mengacu pada tabel anava seperti dikemukakan oleh Sugiono ( 2009 :

[image:43.595.97.507.228.701.2]

266)

Tabel 3.3

Analisis varians (ANAVA) dalam regresi sederhana

Sumber varians DK JK RJK F

Total N ∑ Y 2 ∑ Y 2

koefisien (a) 1 ∑ Y

n ∑ Yn

S

ABC

D

EF1 Regresi b/a 1 JK reg = JK (b/a) S2reg = JK

(b/a)

Residu (sisa) n-2 JKres = JK (S)

S

2

res

=

GH I0

Tuna cocok k-2 JK (TC)

S

2TC

=

JK LM

K0

S

D

NO

P

Galat n-k JK ( E )

S

2G

=

GH Q0R

Keterangan : JK (T) = Jumlah kuadrat total

JK (a) = Jumlah kuadrat koefisien a

JKreg = Jumlah kuadrat regresi (b/a)

JKres = Jumlah kuadrat residu/sisa

JK (TC)= Jumlah kuadrat tuna cocok

(44)

Untuk mencari daftar Anava di atas, perlu dicari hal-hal sebagai berikut :

a) Mencari jumlah kuadrat

1. JK (T) = ∑ Y 2

2. JK a ∑ =2

3. JK reg = b U∑ XY ∑ ; ∑ = V

4. JKres = JK (T) – JK (a) – JKreg

5. JK (TC) = ∑ Y2 – = 2

6. JK (G) = JKres - JK (TC)

b) Mencari signifikan regresi dengan cara membandingkan nilai Fhitung (S2reg

/S2res) dengan Ftabel dimana dk regresi menjadi pembilang dan dk residu

menjadi penyebut. Kriteria pengujian adalah : jika Fhitung - dari Ftabel maka regresi Y atas X (X1, X2, X3, X4, X5) adalah signifikan, dan sebaliknya

jika jika Fhitung. dari Ftabel maka regresi Y atas X tidak signifikan.

c) (S2TC /S2G) dimana dk tuna cocok menjadi pembilang dan dk

galat/kekeliruan menjadi penyebutnya. Kriteria pengujian adalah jika

Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka persamaan regresi Y atas X berpola

linier, jika sebaliknya maka persamaan regresi Y atas X tidak berpola

liniar.

2. Analisis Regresi Linear Ganda (multiple)

Analisis ini digunakan untuk mencari pola hubungan antara variabel bebas

(X1, X2, X3, X4, X5) dengan variabel Y. Adapun persamaan regresi multiple

dinyatakan sebagai berikut :

Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

(45)

Ŷ = Harga variabel Y yang diperkirakan

a = Koefisien intersep (harga konstan apanila X1 dan X2 sama dengan nol)

b1 = Koefisien regresi untuk X1 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X1 bertambah 1 satuan dan X2, X3, X4, X5 konstan)

b2 = Koefisien regresi untuk X2 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X2 bertambah 1 satuan dan X1, X3, X4, X5 konstan)

b3 = Koefisien regresi untuk X3 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X3 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X4, X5 konstan)

b4 = Koefisien regresi untuk X4 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X4 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X3, X5 konstan)

b5 = Koefisien regresi untuk X5 (harga yang menunjukan perubahan akan

terjadi pada Y apabila X5 bertambah 1 satuan dan X1, X2, X3, X4 konstan)

Untuk memperoleh besarnya harga-harga di atas diperoleh dengan

menggunakan program SPSS dengan analisis regresi. Selanjutnya untuk

menguji koefisien regresi linier ganda tersebut digunakan statistik uji F dengan

rumus :

F = GHWXY/ R

GHWX[ / 0R0

( Sudjana. 1992 : 335)

Jika harga Fhitung lebih besar dari Ftabel (Fhitung -Ftabel) maka regresi Y atas X1 X2 adalah signifikan.

3. Analisis Korelasi Sederhana

Korelasi (r) dalam korelasi sederhana dapat digunakan untuk menghitung

derajat hubungan antara variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y, X3 dengan Y, X4

dengan Y, X5 dengan Y, dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat

(46)

Statistik koefisien korelasi yang diberi symbol

r

xy atau disingkat

r

dapat

digunakan untuk menghitung koefisien korelasi dari kedua variabel tersebut

dengan rumus :

r

xy = ∑ \]0 ∑ \ ∑ ]

^_' ∑ \2 – ∑ ] 2 ab' ∑ ]20 ∑ ] 2c (Sugiono, 1997)

Selanjutnya utnuk mengetahui besarnya determinasi yang terjadi oleh

variabel X (X1, X2, X3, X4, atau X5) terhadap variabel Y dihitung dengan rumus :

r

2

x 100 %

(dinyatakan dalam prosentase).

Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikan) sederhana, dilakukan

dengan menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut :

t

=

E √'0

√ 0E

Hasil perhitungan ( thitung) selanjutnya dibandingkan dengan harga (ttabel)

dengan dk = n – 2 pada tingkat kepercayaan 95 %. Kriteria pengujian adalah

apabila harga thitung - ttabel maka korelasi yang terjadi antara variabel X dan variabel Y adalah signifikan dan sebaliknya apabila thitung . ttabel maka korelasi antar variabel X dan variabel Y tidak signifikan.

4. Analisis Korelasi Multiple

Analisis korelasi dalam regresi multiple dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui besarnya hubungan yang terjadi antara variabel X (X1, X2, X3, X4,

dan X5) dengan variabel Y.

Korelasi dalam regresi multiple adalah korelasi antara Y dengan X1, X2, X3,

X4, dan X5 secara bersama-sama. Notasi yang diberikan adalah Ry 12 atau

(47)

R2 = GH ABC

∑ d2

R = √e (Sudjana : 1992)

Pengujian keberartian koefisien korelasi (signifikan) dilakukan dengan

menggunakan statistik F pada taraf nyata (f sebesar 0,05 dengan db : k dan n – k – 1.

Rumus untuk uji keberartian korelasi ganda (R) tersebut adalah sebagai

berikut :

F = g

2/ R

0 g2 / –R0

Kesimpulan diambil kriteria apabila harga Fhitung - dibandingkan dengan Ftabel yaitu Fhitung lebih besar dari Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

F. Langkah-langkah Pengolahan Data dan Penulisan Laporan

Adapun serangkaian langkah kegiatan dalam mengolah dan menganalisis data

hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Memeriksa angket, kegiatan ini dilakukan untuk menyakini bahwa data yang

masuk benar-benar dapat diolah, kelengkapan semua data yang masuk memenuhi

persyaratan dan dapat diolah

2. Memberi skor yaitu menghitung jumlah skor yang diperoleh dari m

Gambar

Gambar  2.1  Alur Pengembangan Kompetensi PAUD ......................................  33
Gambar 1.1 Kerangka pikir
Gambar  3.1               Desain  Penelitian
Tabel  3.1 Penjabaran variabel penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Artikel ini dikembangkan dari penelitian skripsi yang bertujuan untuk bertujuan untuk menganalisis kandungan rhodamin B pada jajanan makanan yang dijual di area pasar Bambaru kota

Bahkan beberapa literature menyebutkan bahwa tujuan pengukuran kinerja tidak hanya untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan ini berjalan, tetapi juga dapat membuat

Terdapat perbedaan kadar kuersetin ekstrak daun dan akar tanaman sambung nyawa (Gynura procumbens [Lour.] Merr.) pada kultivasi hidroponik sistem DFT dan

memecahkan permasalahan matematika pada sub bab aritmatika sosial yang ditinjau berdasarkan perbedaan gender. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII F dengan

aktualisasi diri siswa dengan penggunaan media graffiti dalam

peserta didik. Instrumen evaluasi harus memiliki kualitas dan kuantitas yang memadai. Soal UN belum memiliki kualitas yang memadai. Guru Sekolah Dasar masih ada yang belum

[r]

TELAH MELAKSANAKAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PADA TANGGAL 25 FEBRUARI 2018 DAN 11 MARET 2018. Diperiksa