• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA JAJANAN MAKANANYANG DIJUAL DI AREA PASAR BAMBARU KOTA PALU DANPEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI | Putri | EJIP BIOL 9367 30581 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA JAJANAN MAKANANYANG DIJUAL DI AREA PASAR BAMBARU KOTA PALU DANPEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI | Putri | EJIP BIOL 9367 30581 1 SM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN

RHODAMIN

B PADA JAJANAN MAKANAN

YANG DIJUAL DI AREA PASAR BAMBARU KOTA PALU DAN

PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Aticha Anata Putri1, Fatmah Dhafir2, Abd. Hakim Laenggeng2 1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD 2Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD Email: Tichaputri@yahoo.com

ABSTRAK

Artikel ini dikembangkan dari penelitian skripsi yang bertujuan untuk bertujuan untuk menganalisis kandunganrhodaminB pada jajanan makanan yang dijual di area pasar Bambaru kota Palu, sampel penelitian diambil secara acak dari 3 penjual jajanan makanan (kue) dengan jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 13 sampel, jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif diuji menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang dideteksi secara visual maupun menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm menunjukkan hasil penelitian bahwa tidak terdapat kandungan rhodamin B karena tidak terdapat sampel yang menyamai ataupun mendekati dengan memiliki perbedaan 0,01-0,02 dengan nilai Rf larutan standar sedangkan untuk hasil analisis media dinyatakan layak untuk disajikan dalam bentuk informasi media pembelajaran berupa poster.

(2)

ANALYSIS RHODAMI B CONTENT OF THE SNACKS FOODS IN BAMBARU MARKET AREA PALU CITY AND ITS UTILIZATION AS A MEDIUM OF LEARNING BIOLOGY

Aticha Anata Putri1, Fatmah Dhafir2, Abd. Hakim Laenggeng2

1StudentBiology Study Program Major Education MIPA FKIP 2LectureBiology Study Program Major Education MIPA FKIP E-mail: tichaputri@yahoo.com

ABSTRACT

Rhodamin B including synthetic dyes are banned its use in food, because it can cause damage to organs, but often abused uses such as in cosmetics and foods on the market. This study aimed to analysis rhodamin B content of the snacks foods in Bambaru market area Palu City. Type of research in qualitative descriptive, the sampling is done randomly from 3 seller snacks with sample number 13, testing using the thin layer chromatography methods which detect visually and using UV light with a wavelength of 254 nm. The result of research showed that there is no rodamin B content in the samples, because it is not found to the same samples or approaching the 0,01 – 0,02 range with standard solutions Rf value, whereas media analysis results are feasible for the information presented in the form of instructional media such as posters.

(3)

PENDAHULUAN

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan kesehatan (Cahyadi, 2008). Penentuan mutu bahan pangan umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor seperti cita rasa, tekstur dan nilai gizinya juga sifat mikrobiologis. Sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata (Cahyadi, 2005).

Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan setelah aroma. Aroma yang wangi, rasa yang lezat dan tekstur yang lembut bisa jadi akan diabaikan jika warna dari makanan itu tidak menarik atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari makanan tersebut (Gardjito, 2006). Saat ini marak ditemukan makanan khususnya yang dikonsumsi anak-anak tidak memenuhi persyaratan dan mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan.

Zat pewarna sintetik yang dilarang penggunaannya dalam makanan salah

satunya adalah rhodaminB, biasa digunakan sebagai pewarna tekstil, tetapi banyak pedagang yang menyalahgunakannya untuk mewarnai makanan.RhodaminB sangat larut dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam asam hidroklorida dan natrium hidroksida.

Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah.

RhodaminB dapat digunakan untuk pewarna kulit, kapas, woll, serat kulit kayu, nilon, serat asetat, kertas, tinta, vernis, sabun dan bulu (Wirasto, 2008).

(4)

makanan dengan paduan warna cantik dan bentuk yang menarik serta cita rasa yang dapat mengguga selera, dengan melihat perpaduan warna yang menarik tersebutlah sehingga menimbulkan pemikiran penulis untuk mengambil suatu penelitian yang berjudul analisis kandungan rhodamain B pada jajanan yang dijual di area pasar Bambaru kota Palu dan memanfaatkannnya sebagai sumber informasi dengan menampilkannya dalam media pembelajaran berupa poster.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis), teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random Sampling). Sampel penelitian yang diambil merupakanan sampel kue yang memiliki warnan merah mencolok yang dijual di area pasar Bambaru kota Palu.

Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisi kualitatif. Analisis kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf.

Dengan perhitungan nilai Rf didasarkan atas

rumus (Gritteret al, 1991):

Keterangan: Rf (range frekuensi) = Faktor retensi

Hasil penelitian dimanfaatkan sebagai media pembelajaran berupa poster yang sebelumnya telah divalidasi oleh tim ahli dan 29 orang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui media tersebut layak digunakan atau tidak dengan menggunakan rumus persentasi hasil penilaian dan kategori persentase kelayakan media pembelajaran adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002)

Rumus Presentase Hasil Penilaian = Kategori presentase kelayakan media pembelajaran.

1) Hasil Penelitian Rhodamin B pada Jajanan Makanan secara Kualitatif

(5)

diperoleh yaitu 0,92, selanjutnya untuk data identifikasi ke-13 sampel di sajikan dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 1. Perhitungan Harga Rf dengan Menggunakan KLT Sampel Makanan (kue) Penjual1

Tabel 2. Perhitungan Harga Rf dengan Menggunakan KLT Sampel Makanan (kue) Penjual 2

Tabel 3. Perhitungan Harga Rf dengan Menggunakan KLT Sampel Makanan (kue) Penjual 3

Perhitungan nilai Rf =larutan standar dan ke-13 sampel yang diuji diperoleh nilai Rf pada larutan standar yaitu 0,92 sedangkan nilai Rf ke 13 sampel yaitu pada penjual pertama untuk kode sampel P1S1

0,87, P1S2 0,79, P1S3 0,83, P1S4 0,75, P1S5

0,81 dapat dilihat pada tabel 4, untuk penjual kedua dengan kode sampel P2S1

0,80, P2S2 0,76, P2S3 0,78, P2S4 0,76, P2S5

0,82, P2S6 0,89 dapat dilihat pada Tabel 5

dan untuk penjual ketiga dengan kode

sampel P3S1 0,88 dan P3S2 0,68 yang dapat

dilihat pada Tabel 6. Sampel kue dapat dikatakan positif apabila nilai Rf-nya menyamai ataupun mendekati harga Rf larutan standar atau nilai Rf sampel hanya berbeda 0,01/0,02 dari nilai Rf larutan standar sedangkan pada ke-13 sampel yang telah dihitung nilai Rf-nya, tidak ditemukan sampel yang menyamai ataupun mendekati nilai dengan perbedaan 0,01/0,02 dari nilai Rf standar, hal ini menandakan bahwa dalam parameter perhitungan harga Rf untuk ke-13 sampel yang diuji dikatakan negatif mengandung bahan pewarna sintetik

rhodaminB.

Tabel 4. Pemeriksaan Warna untuk Sampel Makanan (kue) Penjual 1

(6)

Tabel 5. Pemeriksaan Warna untuk Sampel Makanan (kue) Penjual 2

Pemeriksaan warna secara visual maupun dengan menggunakan lampu UV, yang ditunjukkan pada Tabel 2, sampel makanan untuk penjual 2 menunjukkan hasil berbeda pada penjual pertama yaitu pada penjual kedua dari 6 sampel yang ada, terdapat 4 sampel yang memperlihatkan warna merah muda secara visual dan orange atau kuning dengan lampu UV dengan kode sampel P2S1 (Bolu kukus a), P2S2 (Bolu

kukus b), P2S4 (Bolu kukus d) dan P2S5

(Bolu kukus e) yang menyatakan ke-4 sampel tersebut positif mengandung rhodaminB.

Tabel 6. Pemeriksaan Warna untuk Sampel Makanan (kue) Penjual 3

Pemeriksaan warna secara visual maupun dengan menggunakan lampu UV, yang ditunjukkan pada Tabel 3, sampel makanan untuk penjual 3 diperoleh hasil bahwa terdapat 1 sampel yang

memperlihatkan warna merah muda secara visual dan orange atau kuning dengan lampu UV dengan kode sampel P3S1(Bolu kukus a)

yang menyatakan sampel tersebut positif mengandung rhodaminB.

2) Hasil Analisis Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa poster. Analisis media pembelajaran dilakukan dengan menguji kelayakan poster dengan melakukan validasi poster oleh tim dosen ahli isi, media dan desain pada, serta 29 orang mahasiswa yang berperan sebagai validator sehingga dapat diperoleh hasil yang disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 7. Persentase Kelayakan Media

Pembelajaran oleh Ahli Isi

(7)

Tabel 8. Persentase Kelayakan Media Pembelajaran oleh Ahli Desain

Tabel 8 presentase kelayakan diatas yang dilakukan oleh ahli desain (dosen) menyatakan bahwa media poster tersebut cukup layak digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan jumlah persentase yang diperoleh sebesar 70,66%.

Tabel 9. Persentase Kelayakan Media Pembelajaran oleh Ahli Media

Tabel 9 presentase kelayakan diatas yang dilakukan oleh ahli media (dosen)

menyatakan bahwa media poster tersebut layak digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan jumlah persentase yang diperoleh sebesar 80%.

Tabel 10. Persentase Kelayakan Media Pembelajaran oleh Mahasiswa

Setelah dilakukan validasi media terhadap poster oleh tim ahli dengan melihat kriteria bagian isi, desain dan media pada poster, selanjutnya dilakukan validasi kembali oleh 29 orang mahasiswa sehingga diperoleh nilai persentase sebesar 82,8% dapat dilihat pada Tabel 4.10 atau dapat dikatakan layak digunakan sebagai sumber belajar dan mampu dijadikan sebagai penunjang proses pembelajaran.

PEMBAHASAN

(8)

boga, rumah makan/restoran dan hotel (Kemenkes RI, 2003). Pedagang jajanan kue yang ada di area pasar Bambaru yang merupakan tempat pengumpulan sampel, menjual berbagai macam jenis dan bentuk kue yang unik serta warna yang beragam yang dapat menarik mata siapa saja yang melihatnya, hampir semua jenis dan bentuk maupun warna kue yang mereka jual cenderung sama, tetapi warna dan bentuk yang unik itu tidak menjamin kualitas maupun keamanan kue yang mereka jual. Pedagang jajanan kue di area pasar Bambaru ini mulai berjualan pagi hari hingga sore hari.

Rhodamin B merupakan zat pewarna yang tersedia di pasar yang digunakan dalam industri tekstil dan kertas, akan tetapi zat ini sering disalahgunakan sebagai zat pewarna makanan dan kosmetik diberbagai Negara. Rhodamin B merupakan zat kimia berbahaya yang tidak boleh dicampur dengan makanan karena dinyatakan berbahaya bagi manusia serta bersifat

karsinogenik. (Depkes, 1985). Rhodamin B merupakan salah satu zat warna sintetik yang dilarang penggunaannya dalam makanan dan dinyatakan sebagai bahan yang berbahaya menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 karena dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organ, tetapi rhodamin

B seringkali disalahgunakan penggunaanya pada makanan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak terdapat sampel yang mengandung

rhodamin B seperti yang telah dicurigai, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai Rf ke-13 sampel yang menyatakan tidak terdapat sampel yang menyamai ataupun berbeda 0,01-0,02 dengan nilai Rf larutan standar. Menurut Lipsy (2010), nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam menidentifikasi suatu senyawa, yang mana jika hasil identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memilki karakteristik yang sama atau mirip, sedangkan jika nilai Rf-nya berbeda maka senyawa tersebut dapat dikatakan bukan senyawa yang sama.

(9)

mempengaruhi hasil warna yang terbentuk, diantaranya kemungkinan warna yang terbentuk pada plat merupakan kandungan lemak dalam sampel karena sifat dari plat KLT itu sendiri dapat memisahkan senyawa lipid serta dapat juga disebabkan afinitas dari pewarna makanan alami ataupun sintetik yang lain dan bukan dari afinitas dari pewarnarhodaminB karena banyak pewarna alami ataupun sintetik yang memiliki warna merah menyerupairhodaminB.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Sitanggang dkk (2013), bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui kadar

rhodaminB pada jajanan pasar yang beredar di kota Pekanbaru dengan menggunakan metode yang sama dengan hasil yang ditunjukkan bahwa 11 sampel yang diperoleh dari 4 lokasi di kota Pekanbaru tidak mengandungan rhodamin B dan wanteks, dengan membandingkan waktu retensi antara sampel dengan baku pembanding rhodamin B dan wanteks, namun dari sampel yang dianalisis dengan HPLC diduga menggunakan pewarnalain yang merupakan senyawa baru dan bukan merupakan pewarna rhodaminB. Kemudian dilakukan lagi oleh Karimah dkk (2014), dengan tujuan untuk menganalisis zat pewarna sintetik pada pangan jajanan di SD kompleks Lariangbangi Makassar menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji tidak mengandung zat sintetik rhodamin B, pemeriksaan rhodamin B

menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT).

Warna merah muda hingga warna merah mencolok pada makanan yang dijual oleh pedagang jajanan, khususnya di area pasar Bambaru kota Palu dapat diartikan bahwa tidak semua makanan jajanan mengandung zat pewarna berbahaya yang dilarang oleh pemerintah sepertirhodaminB, namun ada beberapa sampel yang hanya dapat dikatakan mengarah positif mengandung rhodamin B sekalipun belum terbukti dengan nilai Rf dan masih dinyatakan negatif tetapi tetap saja masyarakat harus lebih memilih-milih dalam membeli jajanan, dengan memperhatikan kebersihan maupun keamanan makanan yang akan di beli. Rhodamin B merupakan salah satu zat warna sintetik yang dilarang penggunaannya dalam makanan dan dinyatakan sebagai bahan yang berbahaya menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 karena dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran organ, tetapi rhodamin B seringkali disalahgunakan penggunaanya pada makanan.

2. Analisis Media Pembelajaran

(10)

sering terjadi dalam kehidupan masyarakat dan perlu adanya media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kewaspadaan dalam memilih maupun membeli makanan jajanan. Sehingga dalam penelitian ini peneliti memilih media berupa poster untuk menyampaikan hasil penelitian.

Prinsip dari sebuah poster merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan dan dibuat dalam ukuran besar dengan panjang 100 dan lebar 50 cm, bertujuan untuk menarik perhatian, membujuk, memotifasi atau memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu (Sudjana dan Rivai, 2013). Sehingga, penulis membuat sebuah poster untuk menyajikan data hasil penelitian, yang sebelumnya telah diuji kelayakan oleh 3 orang dosen ahli dan 29 orang mahasiswa yang terdiri dari kelompok besar dan kecil. Hasil uji kelayakan poster menyatakan bahwa poster layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan persentase keseluruhan adalah 79,3%. Poster yang baik harus dinamis dan menonjolkan kualitas. Poster harus sederhana tidak memerlukan pemikiran bagi pengamat secara terinci, harus cukup kuat menarik perhatian, bila tidak, akan hilang kegunaannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat kandungan zat pewarna sintetik rhodamin B pada jajanan yang dijual di area pasar Bambaru kota Palu yang ditunjukkan oleh nilai Rf ke 13 sampel yang menyatakan tidak terdapat sampel yang menyamai ataupun memiliki perbedaan 0,01/0,02 dengan nilai Rf larutan standar. 2. Media pembelajaran tentang analisis kandungan zat pewarna sintetik

rhodamin B pada jajanan yang dijual di area pasar Bambaru kota Palu layak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan saran sebagai brikut:

1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui berbagai jenis pewarna yang ditambahkan ke dalam makanan jajanan yang beredar di pasaran maupun di tokoh-tokoh kue lainnya.

2. Disarakan agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan berbagai metode yang lebih akurat untuk mendapatkan hasil penelitian yang signifikan.

(11)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Cahyadi, W. (2005). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Cetakan I, Jakarta: Bumi Aksara. Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek

Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Kesehatan. (1985). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/PER/X/88. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Ditjen POM RI. (2001). Metode Analisis PPOMN.Ditjen POM Jakarta.

Gardjito, M., Murdiati, A., dan Aini, N. (2006). “Mikroenkapsulasi -karoten Buah Labu Kuning dengan Enkapsulan Whey dan Karbohidrat. Jurnal Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta. 2, (1), 1-10.

Gritter, R. J., J. M. Bobbit, and A. E. Schwarting. (1991). Pengantar Kromatografi. Ed. 2, Terjemahan Kokasih Padmawinata. Bandung: ITB. Lipsy, P. (2010). Thin Layer

Chromatography Characterization of the Active Ingredients In Excerdrin And Anacin. USA. Department of Chemistry and Chemical Biology, Steven Intitute of Technology.

Sudjana, N., dan Rivai, A. (2013). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Wirasto. (2008). Analisis Rhodamin B dan Methanil Yellow dalam Minuman Jajanan Anak SD di Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis

Tipis. Skripsi pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 1. Perhitungan Harga Rf dengan
Tabel 7. Persentase Kelayakan MediaPembelajaran oleh Ahli Isi
Tabel 8. Persentase Kelayakan Media

Referensi

Dokumen terkait

Hak dari penjual menerima harga barang yang telah dijualnya dari pihak pembeli sesuai dengan kesepakatan harga antara kedua belah pihak. Begitu pula hak dari

Bagaimanapun keadaan yang sudah di tata rapi oleh Pemerintah Desa Wonosari masih ada permasalahan yang muncul ketika Pemerintah Desa Wonosari sudah banyak melakukan

TT = Dummy-muuttuja, joka saa arvon 1, jos yritys on hyväksytyn tilintarkastajan tarkastama tai arvon 0, jos yritys on maallikon tarkastama; LnKoko = yrityksen kokoa

Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon I dan Pemohon II, orang tua kandung Pemohon I tidak dapat didengar keterangannya, karena Ibu kandung Pemohon I telah

Inclusion criteria in this study were children aged 10–14 years, diagnosed as suffering from thalassemia major, able to communicate, able to stand and walk without supports, able

Membuat sistem pengambilan keputusan yang optimal dengan beberapa kriteria menggunakan fuzzy multi- criteria decision making untuk memilih lokasi. penempatan pemancar stasiun

Struktur case ini dapat meringkaskan alur logika yang terjadi apabila diaplikasikan pada pada alur seleksi yang memiliki lebih dari 2 kondisi. Berikut adalah