• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENERAPAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL DALAM KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK KHUSUS HIPERTENSI RSUP DR.M.DJAMIL PADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PENERAPAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL DALAM KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK KHUSUS HIPERTENSI RSUP DR.M.DJAMIL PADANG."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

GAMBARAN PENERAPAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL

DALAM KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI DI

POLIKLINIK KHUSUS HIPERTENSI RSUP

DR.M.DJAMIL PADANG

Penelitian Keperawatan Komunitas

LUSIANA SAFITRI

BP.1010322013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)

vii

Gambaran Penerapan Teori Health Belief Model Dalam Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Poliklinik Khusus Hipertensi Rsup Dr.M.Djamil Padang

ABSTRAK

Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan juga asosiasinya terhadap kejadian PKV seperti penyakit jantung dan stroke. Keefektifan penanganan berkelanjutan atau terapi ditentukan oleh kepatuhan. Namun sekitar 50%-70% pasien hipertensi tidak patuh terhadap pengobatan hipertensi yang dianjurkan. Health belief model (HBM) adalah teori yang paling banyak dipakai untuk mempelajari perilaku kepatuhan yang merupakan konsep pengembangan dalam bidang kepatuhan berhubungan dengan interaksi perilaku dengan kepercayaan kesehatan seseorang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan penerapan dari teori Health Belief Model dalam kepatuhan pasien hipertensi di poliklinik khusus hipertensi Rsup Dr.M.Djamil Padang, yang terdiri dari persepsi kerentanan, persepsi, keseriusan, persepsi manfaat, persepsi rintangan, dan isyarat untuk bertindak. Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan jumlah sample sebanyak 180 responden dengan teknik purposive sampling. Analisa data dengan menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 58,9% reponden memiliki persepsi positf terhadap kerentanan akan mengalami resiko dari penyakit hipertensi, 51,7% responden memiliki persepsi negatif terhadap keseriusan dari penyakit hipertensi yang diderita, 61,7% responden memiliki persepsi positif mengenai manfaat dari mematuhi pengobatan hipertensi, lebih dari separuh (56,7%) responden memiliki persepsi negatif mengenai rintangan untuk mematuhi pengobatan hipertensi, 55% responden memiliki isyarat untuk bertindak yang positif untuk mematuhi pengobatan hipertensi. Perawat / dokter harus memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien pada setiap kunjungan klinik disesuaikan dengan persepsi pasien yang dapat mengganggu atau dapat meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatn hipertensi.

(3)

viii

Preview Application of the Health Belief Model Theory In Patient Compliance Hypertension Hypertension In Special Polyclinic Hospital Dr.M.Djamil Padang

ABSTRACT

Hypertension is one of the non-communicable diseases that became a health problem throughout the world because of the high prevalence and their association with CVD events such as heart disease and stroke. The effectiveness of ongoing treatment or therapy is determined by adherence. However, about 50% -70% of patients with hypertension do not adhere to the recommended treatment. Health belief model (HBM) is the most widely used theory to study the compliance behavior which is the concept of development in the field of compliance associated with behavioral interactions with one's health beliefs. The research objective is to describe described the application of the theory of the Health Belief Model in a hypertensive patient compliance in hypertensive clinic Dr.M.Djamil Hospital Padang, that consists of the perceived susceptibility, perceived seriousness, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action. The study design was descriptive cross sectional aproach, A total of 180 patients were included in the study; the study used purposive random sampling. Analysis of data using the univariate analysis. The results showed 58.9% of respondents have a positive perception of susceptibility will experienced the risk of hypertension, 51.7% of respondents had a negative perception of the seriousness of the suffered hypertension, 61.7% of respondents have a positive perception of the benefits of treatment compliance , more than half (56.7%) of respondents had negative perceptions regarding barriers of treatment compliance, 55% of respondents have a positive cues to action to comply with the treatment. Nurse / physician must provide health education to patients at each clinic visit and adapted to patient's perception that may disrupt or may improve adherence to hypertensive treatment

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan kejadian penyakit tidak menular berhubungan dengan peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang makin modern, pertumbuhan populasi dan peningkatan usia harapan hidup (Kemenkes RI, 2012).

Di dunia, penyakit tidak menular telah menyumbang 3 juta kematian pada tahun 2005 dimana 60% kematian diantaranya terjadi pada penduduk berumur dibawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah Penyakit Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization

mengestimasi di dunia terdapat 1/3 (15,3 juta) kematian yang disebabkan oleh Penyakit Kardiovaskuler (PKV) yang terjadi di negara berkembang dan negara yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

(5)

2

Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003 yang mana berlaku untuk umur ≥18 tahun (Kemenkes RI,

2013). Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia karena prevalensinya yang tinggi dan juga asosiasinya terhadap kejadian PKV seperti penyakit jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian NHANES III (The Third National Health and Nutrition Examination Survey), hipertensi mampu meningkatkan resiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan resiko sroke sebesar 24% (Brown, 2000).

Menurut catatan WHO tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan dua per-tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Prevalensi hipertensi diperkirakan akan terus meningkat, dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Sementara itu, prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan hasil survei dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), hipertensi merupakan penyakit kategori tidak menular yang menempati urutan pertama pada rawatan jalan dan peringkat kedua pada layanan rawat inap (Kemenkes, 2012).

(6)

3

bawah 50 tahun yang terkena hipertensi dan menderita komplikasi stroke sehingga banyak dijumpai kematian mendadak ataudisfungsi gerak, bicara dan memori.

Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi diantaranya usia, jenis kelamin, keturunan (genetik), kegemukan, stress, aktivitas fisik, merokok, pola konsumsi (konsumsi alkohol yang berlebihan, konsumsi garam yang berlebihan), dan diet yang tidak seimbang (Lipoeto, 2006). Faktor resiko ini dapat dikendalikan dengan melakukan penanganan terhadap pasien hipertensi. Penangan yang berkelanjutan diantaranya terapi pengobatan dan pengaturan makan serta gaya hidup. Langkah terpenting yang harus dilakukan adalah mengikuti gaya hidup sehat dan mengkonsumsi obat sesuai petunjuk dokter (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).

Keefektifan penanganan berkelanjutan atau terapi ditentukan oleh kepatuhan (Poskota News, 2012). Tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap terapi akan meningkatkan efektivitas pengobatan serta mencegah dampak buruk dari penyakit ini. Kepatuhan terhadap terapi dalam jangka panjang mampu menurunkan morbiditas dan mortalitas penderitanya. Dengan patuh minum obat antihipertensi dan patuh terhadap diet hipertensi, maka dapat mencegah kerusakan organ dan menurunkan resiko kerusakan organ yang dapat memicu terjadinya kematian (Yayasan Jantung Indonesia, 2006).

Menurut Sunarto (2007) dalam Suhadi (2011), masyarakat pada umumnya belum peduli terhadap tekanan darahnya, dan diperkirakan sebesar 76% kejadian hipertensi dimasyarakat belum terdiagnosis. Kondisi ini menyebabkan hipertensi di masyarakat sebagai pembunuh diam atau The Silent Killer, karena hipertensi pada umumnya terjadi tanpa gejala apapun atau asimptomatis. Hal ini

(7)

4

menderita hipertensi tersebut jatuh kedalam kondisi komplikasi yang berbahaya

seperti penyakit gagal jantung, gagal ginjal dan stroke sehingga dapat

menyebabkan kematian mendadak.

Penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa sekitar 50%-70% pasien tidak patuh terhadap pengobatan hipertensi yang dianjurkan (Morsiky, 2010). Kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sementara di negara berkembang kemungkinan jauh lebih rendah. Rendahnya kepatuhan terhadap terapi penyakit hipertensi ini berpotensi menjadi penghalang tercapainya tekanan darah yang terkontrol dan dapat dihubungkan dengan peningkatan biaya pengobatan/rawat inap serta komplikasi penyakitjantung (WHO, 2003).

Banyak teori yang telah digunakan untuk mempelajari perilaku kepatuhan yaitu antara lain health belief model, theory of reasoned action, theory of planned behavior, integrated behavioral, dan health belief model adalah yang paling sering digunakan (Glanz, 2008; Walker, 2004; Hayden, 2009). Health

belief model (HBM) adalah suatu konsep pengembangan dalam bidang kepatuhan

(8)

5

Menurut teori health belief model, seseorang akan patuh melakukan modifikasi gaya hidup dan minum obat antihipertensi apabila terdapat 5 komponen persepsi sebagai berikut: merasa rentan terhadap risiko terkena penyakit hipertensi atau komplikasi dari hipertensi yang tidak terkontrol seperti serangan jantung, gagal ginjal, atau stroke (komponen persepsi kerentanan); berpendapat bahwa hipertensi merupakan penyakit yang serius dapat menyebabkan morbiditas, kecacatan atau kematian (komponen persepsi keseriusan penyakit); merasa yakin bahwa manfaat pengobatan dan perubahan gaya hidup lebih besar daripada hambatan untuk melakukannya (komponen persepsi hambatan); merasa bahwa perubahan gaya hidup dan minum obat antihipertensi adalah perilaku yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan (komponen persepsi manfaat); munculnya tanda-tanda dan gejala penyakit, iklan media massa atau pendidikan kesehatan yang efektif diarahkan pada kelompok sasaran seperti dari program radio, program televisi, dan saran dari saudara, teman dan penyedia layanan kesehatan (komponen isyarat untuk bertindak) (Joho, 2012).

Rumah sakit Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit terbesar di Sumatra Barat dan sebagai rumah sakit rujukan di wilayah Sumatera Bagian Tengah (Sumatera Barat, Riau dan Jambi) (Wikipedia.org). Berdasarkan data dari rekamedik RSUP Dr.M.Djamil Padang, penyakit hipertensi menempati urutan ketiga dari penyakit terbanyak kategori rawat jalan, selama tahun 2013 terdapat 2.401 pasien yang berkunjung ke poliklinik RSUP Dr.M.Djamil Padang (Data Rekamedik RSUP Dr. M. Djamil, 2013).

(9)

6

melakukan wawancara pada 5 orang pasien yang menderita hipertensi diperoleh informasi antara lain: 2 orang klien tidak teratur minum obat karena terkadang lupa jadwal minum obat; 4 orang menghentikan pengobatan sendiri jika tidak ada keluhan hipertensi yang dirasakan. Masalah lain terkait gaya hidup diantaranya adalah ke 5 orang klien sulit untuk menghindari konsumsi makanan yang dimasak dengan garam serta suka mengkonsumsi makanan yang berlemak dan bersantan sehingga sulit mengontrol asupan diet hipertensi; dan juga alasan kesibukan sehingga tidak ada waktu untuk berolahraga.

Berdasarkan penjelasan diatas dan didukung oleh berbagai data dan sumber, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran

penerapan teori health belief model dalam kepatuhan pasien hipertensi di poliklinik khusus hipertensi RSUP dr.M.Djamil Padang”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “bagaimana gambaran penerapan teori health

belief model dalam kepatuhan pasien hipertensi di poliklinik khusus hipertensi RSUP dr.M.Djamil Padang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penerapan teori health belief model

(10)

7 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dari persepsi kerentanan yang dirasakan pada responden.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi persepsi keseriusan penyakit yang dirasakan pada responden.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dari persepsi manfaat yang dirasakan pada responden.

d. Untuk mengetahui distribusi frekuansi persepsi hambatan yang dirasakan pada responden.

(11)

8 D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dan tenaga kesehatan lainnya khususnya di RSUP Dr. M. Djamil dalam merencanakan program promosi kesehatan yang lebih efektif guna meningkatkan kepatuhan pada pasien hipertensi baik kepatuhan minum obat antihipertensi maupun kepatuhan dalam memodifikasi gaya hidup.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur bagi mahasiswa dan institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas dengan tinjauan ilmu keperawatan berupa promosi kesehataan, untuk meningkatkan kepatuhan pada pasien hipertensi melalui pendekatan teori

health belief model.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Mariatul Qibtiyah, Pengaruh Pendekatan Moral Reasoning terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Di SMP Negeri 1

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kualitas hidup dengan pengambilan keputusan untuk mengikuti kegiatan pada lansia dalam

Reliabilitas termasuk kategori tinggi (dapat menggambarkan keajeg- an kemampuan siswa); Validitas bu- tir soal instrumen asesmen dominan memiliki validitas soal kategori

Penulis membuat perancangan buku panduan untuk membantu wisatawan memberikan informasi mengenai objek wisata di Bogor... Kurangnya informasi mengenai objek wisata Bogor

Jadi berdasarkan rekapitulasi tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelanggan GarudaMiles sangat setuju dengan pernyataan yang ada pada kuesioner yang

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan dan temperatur tuang pada AMC berpenguat pasir silika dengan bahan tambah magnesium

Hasil analisis menggunakan uji t didapatkan bahwa hasil penelitian pembuatan pulp serabut sawit skala laboratorium dengan skala ganda menunjukkan hasil yang tidak

1. Berdasarkan perhitungan Offered Bit Quantity dan kapasitas informasi per sel, untuk bisa melayani kebutuhan layanan UMTS diwilayah pelayanan Bandung untuk daerah urban pada