DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abduljabar, B. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Abduljabar, B. dan Kusumah, J. (2010). Modul Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bahagia, Y. dan Mujianto, S. (2010). Fasilitas dan Perlengkapan Penjas. Bandung: FPOK UPI
Bahagia, Y. dan Suherman, A. (2000). Prinsip-Prinsip Pengembangan dan
ModifikasiCabang Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Djamarah, Syaiful. (2010). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Samsudin. (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
SMA/MA. Prenada Media Group
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Penjas. Bandung: Bintang Warli Artika
Sukintaka. (1992). Teori Bermain Untuk D.2 PGSD Penjaskes. Depdikbup Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Supandi. (1999). Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB dan FPOK
Supartono. (2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Bandung: DEPDIKNAS
Supartono. (2000). Media Pembelajaran. Bandung: DEPDIKNAS
Sumber Lain
Bahagia, Yoyo. (2012) dalam http://www.scribd.com/doc/88504332/ Pengembangan-Media-Pembelajaran-Penjas-Buku
Ika. (2009) dalam http://ikadam23.wordpress.com/2009/11/06/penerapan-teknologi-pembelajaran-dalam-penjas/
Izran. (2010) dalam http://rival.student.umm.ac.id/download-as-pdf/umm_blog_article_12.pdf
Soenardi. (1988) dalam http://sparta-sport.blogspot.com/2009/11/modifikasi-penjas.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu hal
yang wajib dilaksanakan oleh setiap sekolah, karena pendidikan jasmani
bisa meningkatkan keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis dan
keterampilan sosial siswa. Pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai
pendidikan yang dilaksanakan melalui aktivitas jasmani, permainan atau
olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun
menurut Abduljabar (2008:27) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani
adalah proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan
penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani tidak hanya menjadi
salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan saja, akan tetapi
pendidikan jasmani juga mempunyai tujuan tersendiri yaitu
mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial), dan
psikomotor (keterampilan gerak). Jadi dalam hal ini pendidikan jasmani
mempunyai tujuan yang bersifat menyeluruh. Pembelajaran pendidikan
jasmani tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
melakukan tugas gerak yang diberikan guru serta bisa berprilaku jujur dan
taat pada saat mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani.
Dalam pendidikan jasmani terdapat ruang lingkup yang harus
diperhatikan oleh pelaksananya. Berikut ruang lingkup yang dikutip
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu (a) aktivitas
pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran
jasmani dan bentuk postur tubuh, (b) aktivitas senam meliputi:
ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat
dan senam lantai, (c) aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi,
SKJ dan senam aerobik, (d) aktivitas air meliputi: permainan air,
keterampilan bergerak di air, keselamatan air dan renang, (d) pendidikan
luar sekolah meliputi: piknik/karya wisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah dan mendaki gunung, (e) permainan dan olahraga
meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan
lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis,
dan beladiri, serta aktivitas lainnya, (f) kesehatan meliputi: penanaman
budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait
dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat,
memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat
cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam
Menurut Soenardi (1988:59) dalam
http://sparta-sport-blogspot.com/2009/11/modifikasi-penjas.html tujuan pendidikan jasmani
adalah memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar bagaimana
bergerak secara terampil dan cekatan, memberi kesempatan kepada anak
didik untuk memahami berbagai pengaruh dan akibat keterlibatan mereka
dalam kegiatan jasmani yang menggembirakan, membantu anak didik
untuk memadukan keterampilan baru yang dibutuhkan dengan
pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya, dan meningkatkan
kemampuan anak didik untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilan mereka secara rasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani maka seorang guru
pendidikan jasmani harus terlebih dahulu mengetahui keadaan yang ada
disekolah. Yang dimaksud dengan keadaan tersebut adalah keadaan
fasilitas olahraga yang ada di sekolah serta harus mengetahui karakteristik
peserta didik yang akan diajarnya. Selain itu juga tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani yang dirumuskan oleh guru dalam proses belajar
mengajar harus sesuai dengan tujuan kurikulum. Pembelajaran pendidikan
jasmani berbeda dengan pembelajaran lainnya yang bersifat teoritis.
Kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani lebih mengutamakan aktivitas
fisik dalam bentuk permainan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi
dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani seorang guru akan
membutuhkan sarana dan prasarana untuk digunakan pada setiap
mempengaruhi partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
pendidikan jasmani. Dengan prasarana yang lengkap juga dapat
mempermudah dan memperlancar aktivitas kegiatan pendidikan jasmani,
sehingga siswa akan lebih banyak bergerak untuk melakukan tugas yang
diberikan guru.
Media pembelajaran Briggs (1977) yang dikutip oleh Supartono
(2000:6) adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran
seperti: buku, film, video dan sebagainya. Alat tersebut bisa membantu
guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan pembelajaran, karena setiap
pembelajaran pendidikan jasmani tentu tidak selamanya dilaksanakan di
luar kelas/lapangan, hal ini bisa saja terjadi karena kondisi lapangan yang
tidak memungkinkan untuk dipakai atau bisa juga terjadi hujan ketika jam
pelajaran berlangsung. Untuk menyampaikan materi di dalam kelas,
misalkan akan menyampaikan materi rangkaian gerak lari gawang, guru
bisa menggunakan media video, cara seperti ini bisa dilihat jelas oleh
siswa dan bisa diulang beberapa kali, sehingga apabila siswa melakukan
kesalahan pada saat memperaktikan gerakannya bisa dikoreksi.
Masalah umum yang sering dihadapi seorang guru pendidikan
jasmani di sekolah adalah kurangnya sarana dan prasarana. Pengertian
sarana menurut Bahagia yang di kutip dalam situs internet
(www.scribid.com) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan atau
prasarana adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah jalannya proses
pembelajaran pendidikan jasmani. Untuk melaksanakan pembelajaran
pendidikan jasmani yang efektif seorang guru membutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai agar pembelajaran bisa sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Akan tetapi keterbatasan alat diduga seringkali
menghambat guru dalam melaksanakan pembelajaran dan pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya, banyaknya siswa yang
mengikuti pembelajaran tidak didukung oleh fasilitas, sehingga siswa
seringkali menunggu giliran untuk menggunakan alat yang ada, ini tentu
akan mengakibatkan pengalaman gerak siswa berkurang. Hal ini selaras
dengan pengertian modifikasi yang dikemukakan oleh Lutan (1988) yang
dikutip oleh Bahagia (2010:29):
Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Dalam hal ini seorang guru dituntut harus melakukan modifikasi
alat pembelajaran, ini dilakukan untuk menambah alat pembelajaran yang
kurang, sehingga peserta didik mendapatkan kesempatan untuk
menggunakan alat yang dibutuhkan pada saat pembelajaran berlangsung
tanpa harus menunggu giliran. Dengan dilakukannya modifikasi alat
pembelajaran pendidikan jasmani maka peserta didik dapat berpartisipasi
ditetapkan akan dengan mudah tercapai karena waktu belajar peserta didik
meningkat. Sehingga peserta didik bisa melakukan tugas geraknya dengan
baik.
Jumlah waktu aktif belajar (JWAB) menurut Lutan dan Suherman
(2000:45-46) adalah
Jumlah waktu aktif belajar merupakan ciri pembelajaran yang efektif. Perencanaan jumlah waktu aktif belajar akan terkait langsung dengan waktu yang diperlukan untuk aspek lain, misal: pemanasan, penjelasan, demonstrasi, termasuk strategi atau style yang digunakan. Oleh karena itu akan lebik baik apabila dari sejak awal guru merencanakan pemanfaatan waktu untuk masing-masing aspek dengan curahan waktu terbanyak ditekankan pada waktu aktif belajar.
Berdasarkan uraian di atas Jumlah waktu aktif belajar (JWAB)
siswa sangat berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan,
sehingga seorang guru pendidikan jasmani sejatinya harus bisa
memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Oleh karena itu aktivitas siswa
harus lebih banyak ditekankan untuk belajar, bukan untuk menunggu
menggunakan alat.
Dari gambaran tersebut penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian tentang modifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan kurangnya alat pembelajaran yang ada, penulis akan mencoba
memodifikasi alat yang akan digunakan pada setiap pembelajaran,
sehingga diharapkan bisa meningkatkan jumlah waktu aktif belajar
B. Identifikasi Masalah
Berdasakan latar belakang mengenai permasalahan di atas, penulis
akan mencoba mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Diduga kurangnya alat pembelajaran menyebabkan siswa banyak
menunggu pada saat pembelajaran pendidikan jasmani
berlangsung.
2. Diduga kurangnya jumlah waktu aktif belajar (JWAB) siswa akan
berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan
jasmani.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas adalah
kurangnya alat dan fasilitas untuk melaksanakan pembelajaran pendidikan
jasmani, penulis akan mengemukakan masalah tentang modifikasi alat
pembelajaran pendidikan jasmani terhadap jumlah waktu aktif belajar
(JWAB) siswa.
Untuk menjawab masalah tersebut, akan ditempuh dengan cara
merumuskan masalah sebagai berikut :
“Sampai sejauh mana modifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani
D. Tujuan Penelitan
Sesuai latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis
uraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah
pengaruh tentang modifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani
terhadap jumlah waktu aktif belajar (JWAB) siswa di SMP Laboratorium
Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
E. Batasan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi ruang
lingkup penelitian agar tidak terlalu luas. Penulis hanya membatasi pada
pokok bahasan yang berkaitan saja. Adapun pembatasan ruang lingkup
dalam penelitian ini, batasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini berisi tentang pengaruh modifikasi alat pembelajaran
pendidikan jasmani terhadap jumlah waktu aktif belajar (JWAB) siswa
di SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung.
2. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu modifikasi alat pembelajaran
pendidikan jasmani.
3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah waktu aktif belajar
4. Populasi dan sampel yang akan diambil adalah siswa SMP
Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Bandung.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yang
diharapkan penulis melalui penelitian ini adalah bisa diambil manfaatnya
tentang cara melakukan modifikasi alat pembelajaran pendidikan jasmani.
Adapun manfaat-manfaat dari penelitian ini yang penulis harapkan
adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, bisa dijadikan bahan inspirasi bagi guru
pendidikan jasmani dalam melakukan modifikasi alat
pembelajaran.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk sekolah dalam
meningkatkan jumlah peralatan yang ada.
3. Sebagai pengalaman dan masukan bagi penulis ketika menjadi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh modifikasi alat pembelajaran terhadap jumlah waktu aktif belajar
pendidikan jasmani di SMP Laboratium Percontohan UPI.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Waktu : Mulai dari bulan agustussampai dengan oktober 2012.
Tempat : SMP laboratorium percontohan UPI
Jalan Senjayaguru Kampus Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung 40154.
C. Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:2) “metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah unutk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu.Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2012:72) bahwa “metode
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
yang terkendalikan”.
Metode penelitian ini merupakan suatu percobaan yang diberikan
untuk mencari hasil dari percobaan tersebut. Jadi dalam hal ini, pada
metode penelitian eksperimen harus ada perlakuan (treatment) yang
diberikan, perlakuan yang akan diberikan dalam penelitian ini adalah
memberikan alat pembelajaran penjas yang telah dimodifikasi.
Sugiyono (2012:39) “variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Maka berdasarkan penjelasan tersebut, yang
terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen atau bebas
Menurut sugiyono (2012:39) “varibel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah modifikasi alat pembelajaran.
2. Variabel dependen atau terikat
Menurut sugiyono (2012:39) “variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah
D. Desain Penelitian
Sugiyono (2012:42) menjelaskan bahwa desain penelitian atau
paradigma penelitian diartikan sebagai “pola pikir yang menunjukkan
hubungan variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis
dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori
yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis,
dan teknik analisis statistik yang akan digunakan”.
Desain yang akan digunakan pada penelitian ini adalah One-Group
Pretest-posttest Design. Dalam disain penelitian ini terdapat pretest (tes
awal), sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan
dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest Design
Keteranagan:
O1 : tes awal
O2 : tes akhir
Adapun prosedur penelitian yang akan peneliti tempuh dalam
upaya pengambilan data, peneliti akan menempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
Gambar 3.2
Langkah-Langkah Prosedur Penelitian
Populasi
Sampel
Tes Awal
Tes Akhir Pembelajaran Penjas menggunakan Modifikasi Alat
Pengolahan Data
E. Populasi dan Sampel
Populasi menurut Sugiyono (2012:117) adalah “wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas
atau karakteristik tertetu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Data merupakan salah satu hal yang
terpenting yang tidak boleh diabaikan, karena itu untuk memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian ini sumbernya harus jelas. Artinya
sumber data harus diperoleh dari suatu kelompok yang menjadi objek
penelitian. Kelompok tersebut lazim disebut populasi dan sampel. Populasi
didalam penelitian ini yaitu SMP Laboratorium Percontohan UPI.
Sedangkan sampel merupakan seluruh anggota populasi. Sugiyono
(2012:118) mengungkapkan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena
pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII (Delapan) SMP
Laboratorium Percontohan UPI. Karena populasinya lebih dari 100 orang
maka peneliti mengambil 10-15% sampel dari keseluruhan populasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134) yang mengemukakan
Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
dan VIII yang semuanya berjumlah 198 orang siswa. Menurut penjelasan
di atas, maka penulis akan mengambil sampel 10% dari populasi yang ada.
Jadi sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 orang
siswa. Sampel sendiri diambil melalui teknik simple random sampling.
Teknik ini sendiri bisa dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012:82).
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:102) instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Untuk mengetahui pengaruh dari modifikasi alat pembelajaran
terhadap jumlah waktu aktif belajar penjas, penulis akan menggunakan
instrumen penelitian penampilan mengajar. Instrumen observasi ini
menggabungkan dua tujuan, yaitu untuk mengetahui pemanfaatan waktu
aktif belajar gerak dan proporsi jumlah siswa dalam belajar gerak. Selain
itu juga, dalam instrumen ini terdapat alokasi fokus dan siswa fokus.
menggunakan poin alokasi fokus. Menurut Suherman (2009:32) insrtumen
penelitian ini sebelumnya pernah digunakan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga
(Komnas Penjasor) pada tiga kota besar di Indonesia (Surabaya, jakarta,
Padang) pada tahun 2007.
Data yang diambil dalam penelitian akan menggunakan lembar
observasi. Langkah-langkah pelaksanaan observasi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Hidupkan stopwatch sejak dari awal hingga akhir pembelajaran.
2. Berikan tanda cek (X) pada kolom stopwatch sesuai dengan
berkurangnya waktu dalam stopwatch.
3. Berikan tanda cek (X) pada kolom alokasi fokus segera setelah guru
menyuruh siswa melakukan aktivitas fisik fokus tujuan.
Kolom yang akan digunakan instrumen penelitian adalah berupa
gambaran hitungan menit dari mulai menit pertama sampai dengan menit
akhir. Jumlah menit yang berada dalam kolom ini disesuaikan dengan jam
pelajaran penjas yang telah ditentukan oleh pihak kurikulum yang ada
disekolah. Untuk mempermudah dalam melihat siapa yang aktif mengikuti
pembelajaran pada setiap menitnya, maka penulis akan memberikan
nomor dada yang disesuaikan dengan nomor absen yang ada pada absensi
kelas. Sedangkan untuk menentukan berapa jumlah siswa yang terlibat
aktif dalam pembelajaran maka harus menuliskan nomor urut siswa
G. Teknik analisis data
Agar penulis dapat membuktikan kebenaran hipotesis yang telah
dibuat, maka data yang telah terkumpul dari hasil penelitan akan dianalisis
dengan menggunakan pendekatan statistik.
1. Mencari nilai rata-rata
x =
Ʃ
xiKeterangan: x = rata-rata suatu kelompok
Ʃ
xi = jumlah sampel suatu kelompokxi = nilai data
n = jumlah sampel
2. Mencari Simpangan Baku
S =
Keterangan: S = simpangan baku yang dicari
Ʃ
(x + x)2 = jumlah kuadrat nilai data dikurangrata-rata
n = jumlah sampel
n
� −1
3. Menguji Normalitas
Tujuan menguji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data
dari hasil pengukuran tersebut terdistribusi normal atau tidak. Menguji
normalitas data ini dengan menggunakan uji Liliefors. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, .... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, .... Zn
dengan menggunakan rumus:
Zi =xi−x S
b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung F (Z1) = P (Z.Z1)
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, .... Zn
Ʃ
Z1. Jika proporsi inidinyatakan S (Zi), maka:
S (Zi) = banyaknya Z1, Z2, .... Zn
Ʃ
Z1d. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga
mutlaknya
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut (L0)
f. Kriteria adalah ditolak nol nahwa populasi berdistrisbusi normal
jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan melebihi Ltabel dari
4. Uji Homogenitas
Menguji homogenitas dua variabel adalah variansi dari tes awal
dan tes akhir baik kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol.
Menguji homogenitas data setiap butir dengan rumus:
F=
Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis jika Fhitung
lebih kecil dari Ftabel dengan deraat kebebasan = (V1.V2) dengan α = 0.05.
5. Menguji t
Maksudnya untuk mengjui kesamaan dua rata-rata antara tes awal
dan tes akhir. Untuk menguji kesamaan dua rata-rata ini ditentukan oleh
pengujian normalitas. Jika setelah diuji normalitas ternyata terdistribusi
normal, baru kemudian dilakuakn uji t yaitu menguji kesamaan dua
rata-rata dengan uji dua pihak.
Proses untuk uji t sebagai berikut:
a. Menghitung simpangan baku gabungan (S) dengan rumus:
Sgab2 = (n - 1)S12 + (n - 1)S22
n1+n2-2
Keterangan: S = simpangan baku gabungan
S12= varians pada tes awal Variansi terbesar
S22= varians pada tes akhir
n1= jumlah siswa pada tes awal
n2= jumlah siswa pada tes akhir
b. Mencari nilai t dengan rumus:
t =
Keterangan: t = distribusi t
S = simpangan baku
x1 = rata-rata skor pretest
x2 = rata-rata skor posttest
n1 = jumlah siswa pada tes awal
n2 = jumlah siswa pada tes akhir
c. Membandingkan nilai t hitung yang telah dicari dengan ttable
dengan derajat kebebasan n1+n2-2 dan taraf nyata α=0,05
d. Uji t dengan kriteria pengujian adalah H0 diterima jika
ttabel<tthitung<ttabel dengan kata lain jika nilai thitung berada diantara
ttabel dan ttabel maka hipotesis nol. H0 diterima, artinya treatment
�� �1
1+ 1 n2
e. Sebaliknya jika nilai thitung tidak terletak diantara ttabel dan ttabel
maka hipotesis nol tidak diterima, artinya treatment yang diberikan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi temuan pada bab sebelumnya, dengan
perolehan data pada tes awal 22,5% untuk managemen (M), 23,7% untuk
instruksi (I), 37% untuk waktu aktif (A), dan 16,18% untuk lain-lain (W).
Sedangkan pada saat melakukan tes akhir data yang diperoleh 11,25% untuk
managemen (M), 8,75% untuk instruksi (I), 75% untuk waktu aktif (A), dan
5,12% untuk lain-lain (W).Perolehan data tersebut menunjukan bahwa adanya
penurunan waktu dalam aspek managemen (M) dan instruksi (I) yang
berpengaruh terhadap peningkatan pada aspek waktu aktif (A). Dari uraian
tersebut dan hasil pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut: "modifikasi alat pemebelajaran memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap jumlah waktu aktif belajar penjas siswa di SMP Laboratorium
Percontohan UPI".
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh telah dirumuskan baik berupa
hasil penelitian, pembahasan hasilnya, maupun beberapa kesimpulan, maka
1. Dalam memodifikasi alat pembelajaran penjas, bentuk dan ukuran harus
dibuat semirip mungkin dengan bentuk aslinya, sehingga dalam
penggunaannya nanti siswa tidak terlalu banyak bertanya tentang
penggunaan alat modifikasi dan guru tidak terlalu banyak menjelaskan
bagaimana penggunaan alat modifikasi tersebut. Hal ini dapat
membuang waktu belajar siswa berkurang.
2. Aspek keantusiasan siswa harus lebih diperhatikan, karena apabila
penggunaan alat modifikasi membuat siswa tidak antusias akan
DAFTAR ISI
BABIIKERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS ... 10
A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 10
1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 10
2. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 12
3. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 13
B. Fasilitas dan Perlengkapan Penjas ... 14
1. Fasilitas Penjas ... 14
2. Perlengkapan Penjas ... 16
3. Pengembangan Sarana dan Prasarana di Sekolah ... 16
E. Jumlah Waktu Aktif Belajar... 29
F. Anggapan Dasar ... 33
G. Hipotesis ... 33
BABIII METODOLOGI PENELITIAN ... 36
A. Tujuan Penelitian ... 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
C. Metode Penelitian... 36
D. Desain Penelitian ... 38
E. Populasi dan Sampel ... 40
F. Instrumen Penelitian Data ... 41
G. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 48
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 48
B. Diskusi Penemuan ... 55
BABV KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... ... 59
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Penghitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku Hasil
Tes awal dan Tes Akhir ... 52
Tabel 4.2DataHasil Pengujian Normalitas (Liliefors) Tes Awal Dan Tes
Akhir ... 53
Tabel 4.3 Data Hasil Penghitungan Pengujian Homogenitas (kesamaan dua
variansi) Tes Awal dan Tes Akhir ... 53
Tabel 4.4 Data Hasil Perhitungan Uji Signifikan Du Rata-Rata (Uji Dua
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Gambar Time Analysis ... 31
Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest ... 48
Gambar 3.2 Langkah-Langkah Prosedur Penelitian ... 39
Gambar 4.1 Diagram Tes Awal Pembelajaran ... 49
DAFTAR LAMPIRAN
A. Perlakuan (treatment)
B. Instrumen Penilaian Waktu Aktif Belajar Terhadap Penampilan Mengajar
Penjas
C. Sampel Penelitian
D. Hasil Tes Awal Pembelajaran Penjas
E. Hasil Tes Akhir Pembelajaran Penjas
F. Hasil Perghitungan Uji Normalitas Liliefors Tes Awal
G. Hasil Perghitungan Uji Normalitas Liliefors Tes Akhir
H. Hasil Perghitungan Uji Homogenitas
I. Hasil Penghitungan Uji Signifikan dan Pengujian Hipotesis
J. Daftar Distribusi Z
K. Daftar Nilai Kritis L
L. Daftar Distribusi F
M. Daftar Nilai Distribusi t
N. Program Pembelajaran
O. Alat Pembelajaran Modifikasi
P. Foto Proses Pembelajaran Penjas
Q. Surat Penelitian
R. Surat Keputusan (SK) Pengesahan Judul Dan Penunjukkan Dosen
Pembimbing Skripsi