DAKWAH DI KOMUNITAS SINKRETIS PENGANUT AJARAN
SAMIN
( Studi Kasus Di Klopoduwur Blora Jawa Tengah)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Komunikasi Dan Penyiaran Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel
Oleh :
Sadin Subekti NIM. F07213097
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
vii
ABSTRAK
Sadin Subekti , Januari 2016, Dakwah di Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin (Studi Kasus Di Klopoduwur Blora).
Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman yang dimiliki, menjadikan kebudayaan yang satu dengan lainya menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi kebudayaan lain. Masyarakat komunitas sinkretis penganut ajaran Samin, adalah salah satu yang memiliki keanekaragaman tersebut. Kelompok Samin yang dipimpin oleh Samin Surosentiko melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda, karena dipaksa membayar pajak, disuruh kerja paksa membangun jalan,dan tanam paksa. Selain melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda Masyarakat pengikut Samin juga mempunyai ajaran tentang kehidupan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Sumber Pendidikan Mental Agama Allah merupakan salah satu cara untuk melakukan dakwah, sehingga manusia memiliki Iman yang kokoh dan berkepribadian sempurna, Masyarakat Samin terkenal dengan kejujurannya, memiliki sikap gotong royong. Itu adalah modal yang besar bagi kehidupan manusia dan sekaligus membantu pemerintah dalam menangani kemerosotan moral. kebodohan, kemiskinan, ketakutan, keterbelakangan, dan krisis moral yang terjadi di masyarakat sebagai bentuk dakwah. Dakwah di masyarakat Samin desa Klopoduwur kabupaten Blora adalah merupakan cara untuk menggali kearifan lokal dan seberapa besar pengaruhnya terhadap para da'i melakukan pembinaan mental melalui agama Islam.
Penelitian ini berusaha mencari jawaban atas tiga pokok permasalahan utama, yaitu bagaimana penerapan ajaran-ajaran yang disampaikan para da'i dan tokoh masyarakat untuk mewujudkan dakwah sesuai kebutuhan masyarakat Samin. Kedua memberi gambaran bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan para da'i, serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam berdakwah. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan dakwah transformative. Peneliti perlu terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara, dan dokumentasi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dakwah yang dilakukan para da'i sangatlah tepat karena tokoh masyarakat Samin selalu mendatangkan para da'i yang paham tentang latarbelakang budaya lokal setempat.
viii
ABSTRACT
SadinSubekti, January 2016, Preachingin the Community of Syncretic Adherents of Samin Doctrine (Case Study InKlopoduwurBlora).
The cultures in Indonesia are diverse, because Indonesia is an archipelagic nation that spread from Sabang to Merauke. Diversity that owned, making culture with one another produces a different understanding for other cultures. Society of syncretic community adherents of Samindoctrine, is one that has such diversity. The group of Samin led by SaminSurosentikowas resisted to the colonial Dutch, because they are being forced to pay taxes, prompting to forced-work to build roads, and cultivation. In addition to resisted to Dutch colonial, society of Samin followers also have doctrine on human life to God Almighty,
Source of Mental Education on God Religion is one way to do preaching, so that people have a strong faith and perfect personality. Community of Saminis famous by their honesty, and has an attitude of mutual cooperation. It is a large capital for human life and also assists the government in addressing moral decline, stupidity, poverty, fear, ignorance, and moral crisis in society as a form of preaching. Preachingin the community of Saminon village of Klopoduwur district of Blora is a great way to explore the local wisdom and how great the influence to the Preachers to perform mental development through Islam religion.
This study tried to find answers to three main subject matter, these are how the application of the teachings presented by Preacherand community leaders to realize the preachingaccording to Samin community needs. Second, it gives a picture of preaching forms that conducted by Preacher, as well as the supporting factors and inhibiting factors in preaching. This research is a qualitative research with transformative preaching approach. Researcher need to go directly to field to obtain the necessary data. Data collected by direct observation, interviews, and documentation.
This study concluded that the preaching that conducted by Preachers are appropriatedbecause the leaders of Samin community always bring the Preachers who know about the background of local culture.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
COVER DALAM………..…….……….….i
PERNYATAAN KEASLIAN……….……….…ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………….….……….……iii
PENGESAHAN TEAM PENGUJI………….……….iv
PEDOMAN TRANSLITERASI……….……….….v
MOTTO………..……….……….…vi
ABSTRACT………...……….…vii
KATA PENGANTAR……….……….…ix
DAFTAR ISI………..………..………xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……….…1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ……….… 12
C. Rumusan Masalah …………...………. 13
D. Tujuan Penelitian ……….………. 13
E. Kegunaan Penelitian ……….14
F. Penelitian Terdahulu ………14
G. Sistematika Pembahasan ………16
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Dakwah ………18
1. Pengertian Dakwah………18
B. Macam-Macam Dakwah………..19
a. Dakwah bi al-Lisan ………...19
xii
c. Dakwah bi al-Qalam ……….19
C. Ajaran Samin……… 20
D. Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin ………. 20
E. Strategi Dakwah ………..…23
F. Strategi Dakwah Pada Masyarakat Sinkretis ……… 27
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian………33
B. Lokasi Penelitian ………35
C. Obyek Penelitian ………. 36
D. Sumber Data………..36
E. Metode Pengumpulan Data………37
a.Observasi……….37
b. Wawancara………38
c.Dokumentasi ………..39
D.Analisa Data ……….40
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Penganut Penganut Ajaran Samin ………...42
1. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Klopoduwur…….………42
2. Letak Geografis ………...…………..………43
3. Keadaan Demografis ……….47
4. Keadaan Sosial ……….. . ………49
5. Keadaan Sosial Budaya………...53
6. Keadaan Sosial Keagamaan………57
7. Kondisi Sosial Politik ………63
8. Keadaan Sosial Pendidikan ………67
9. Perubahan Sosial…...….………68
xiii
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan..………..70
1. Strategi Dakwah Para Da'i di Komunitas Samin…………..………...70
a. Perbanyak Sarana Ibadah………75
b. Adanya Penceramah………...75
c. Berdakwah Meningkatkan Ekonomi………..76
d. Sarana Ibadah……….76
e. Berdayakan Ekonomi……….…….81
f. Peran Kyai dalam Dakwah dan Organisasi Islam….………….….84
g. Organisasi Islam (Muslimat NU)..………..…………...86
2. Respon Komunitas Penganut Ajaran Samin ………....87
3. Faktor Pendukung dan Penghambat ……….…89
C. Pembahasan a. Faktor Pemahaman agama ...91
b. Faktor Sejarah...92
c. Faktor Ekonomi...92
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………....………..………94
B. Saran ……….………...………96
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia khususnya pulau Jawa, telah mengembangkan sebuah
budaya literer dan religius yang canggih serta di perintah kaum elit yang
berpikiran cukup maju jauh sebelum Islam tercatat muncul untuk pertama kalinya
dalam masyarakat Jawa pada abad ke 14. Peradaban yang lebih tua ini diilhami
gagasan-gagasan Hindu serta Budhis dan meninggalkan beragam warisan dalam
rupa seni, arsitektur, literatur, dan pemikiran yang hingga kini masih membuat,
baik masyarakat jawa sendiri maupun kalangan luar, terpesona.1
Sebelum abad 14 para penyebar agama Islam sampai ke Jawa dan terdapat
orang Jawa yang masuk Islam, tapi yang perlu diketahui bahwa bukti pertama
dari kaum Muslim Jawa adalah penemuan beberapa nisan yang mulai tahun 1368
M. Nisan-nisan tersebut menjadi semacam catatan kematian orang-orang Jawa
yang berasal dari kalangan bangsawan, anggota keluarga kerajaan, kerabat dekat
istana raja Majapahit di Jawa Timur yang di perintah kaum Hindu dan Budha,
pada masa kejayaannya, yang memeluk agama Islam.2
Menurut para ahli pulau Jawa bagian pesisir utara, banyak bukti-bukti
tentang sejarah Islam masuk ke Jawa sebelum abad ke 13, seperti makamnya Siti
1
M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa, Sejarah Islamisasi, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2013), hal. 29
2
xv
Fatimah binti Maimun bin Hibbatullah wafat pada tahun 495 H / 1102 M3.
Syeikh Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 12 Rabiul Awwal 822 H./8
april 1419 M di Gresik,4 Sementara agama Islam masuk ke Kabupaten Blora
melalui Adipati Haryo Penangsang, di daerah Jipang Kecamatan Cepu Kabupaten
Blora, yang di bimbing langsung/ maupun tidak langsung oleh Sunan Kudus.
Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
yang letaknya berada di sebelah timur kota Semarang, jarak tempuh dari kota
Semarang ke Kabupaten Blora kurang lebih 127 kilometer, apabila ditempuh
dari kota Bojonegoro Jawa Timur kurang lebih 40 kilometer, sekaligus
berbatasan langsung dengan Jawa Timur khususnya kabupaten Bojonegoro5.
Wilayah Kabupaten Blora terdiri dari dataran rendah dan perbukitan dengan
ketinggian 200-280 meter diatas permukaan laut. Bagian utara merupakan
kawasan perbukitan, bagian yang tak terpisahkan dari pegunungan kapur di
bagian utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan
bagian dari pegunungan kendeng yang membentang dari bagian timur Semarang
hingga kabupaten Lamongan Jawa Timur.6
3
Maman Abdul Daliel dan Sayid Husein Al-Murtadho, Keteladanan dan Perjuangan Wali Songo dalam menyiarkan agama Islam di Tanah Jawa, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012), hal. 20
4
Ibid. , hal. 48
5
Atlas Global Indonesia Dunia, hal.30
6
xvi
Kabupaten Blora terdiri dari perbukitan dan pegunungan dan separuh dari
wilayah Blora adalah hutan jati yang sangat berkualitas dan terbaik di Indonesia,7
terutama dibagian timur, utara, dan selatan. Dataran rendah dibagian tengah
umumnya merupakan areal persawahan dan juga ladang yang menjadi pekerjaan
masyarakat Kabupaten Blora. Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora
merupakan daerah krisis air, baik untuk air minum maupun untuk irigasi pada
musim kemarau.8
Krisis air biasa melanda daerah pegunungan kapur, sementara pada musim
banjir rawan tanah longsor. Kabupaten Blora yang beribukota di Blora serta
memiliki luas wilayah 840. 380 Km persegi dan jumlah penduduk pada th. 2010,
sebesar 2.623 jiwa, dan 16 Kecamatan, 294 Desa,9 juga terkenal dengan perang
antara Adipati Haryo Penangsang yaitu Adipati di Jipang Panolan sekitar
Kecamatan Cepu Kabupaten Blora dengan Danang Sutowijoyo dari Pajang
(Sukoharjo).
Di samping terkenal dengan hutan jatinya, terkenal dengan tayub, seperti di
Kecamatan Jepon, juga kesenian ketoprak, yang terkenal adalah kesenian
ketoprak di kelurahan Pulo dan ketoprak dari Dusun Thengklik Kecamatan
Randublatung Kabupaten Blora.10 Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
7
Giyarto, Selayang Pandang Jawa Tengah, dan R. Priyo Sanyoto, Brigadir Jenderal TNI AD (Purnawirawan) Pemerhati budaya kejawen, Samin, (Semarang gigihpustakamandiri,2014), hal. xxvii
8
Wawancara dengan Diana Utami Kepala Desa Klopoduwur Kabupaten Blora
9“tp:Global Atlas, Indonesia-Dunia, tt. “t.th.” hal. 31. 10
xvii
Kabupaten Blora adalah pekerja keras terutama dalam soal bertani/bercocok
tanam dan berladang di sawah atau di kebun. Dalam kehidupan sehari-hari ada
komunitas masyarakat yang unik yaitu di Kecamatan Randublatung, Kecamatan
Menden, Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Cepu dan lainnya,
semuanya masuk wilayah Kabupaten Blora yaitu tentang mayarakat Samin atau
pengikut saminisme (sedulur sikep). Komunitas pengikut ajaran Samin ini sampai di beberapa Kabupaten seperti di Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Pati,
Kabupaten Grobogan, Kabupaten Jepara, serta Kabupaten Kudus.11
Komunitas pengikut ajaran Samin adalah kelompok masyarakat yang
menganut ajaran Saminisme. Ajaran Saminisme muncul akibat atau reaksi
terhadap pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang terhadap
orang-orang pribumi.12 Perlawanan yang dilakukan tidak secara fisik/ perlawanan
dengan kekerasan tetapi dengan cara melakukan penentangan terhadap segala
peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda atau
pemerintah dalam negeri, seperti misalnya dengan tidak membayar pajak.
Kemudian dalam perlawanan tersebut komunitas Saminisme membuat
aturan-aturan tersendiri, adat istiadat serta memiliki kebiasaan tersendiri dalam
kehidupan sehari-hari. Kelompok ini di pelopori dan sekaligus pendiri Saminisme
yaitu Samin Surosentiko.13 Ada yang menyebut Samin Surontiko, atau Raden
11 Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin, Samin Mitisisme Petani di Tengah Pergolakan, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014), hal.146
12
Mustofa Bisri, disampaikan dalam buku , Samin, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014), hal. xix
13
xviii
Kohar. Tokoh ini lahir di Dusun Ploso Kelurahan Kediren Kecamatan
Randublatung, Kabupaten Blora pada tahun 1859 M, anak dari Raden
Surowijoyo, nama kecil Raden Surowijoyo adalah Surosentiko atau Suratmoko
yang juga di sebut Raden Aryo atau juga di sebut Samin sepuh. Samin
Surosentiko sendiri anak kedua dari lima bersaudara yang kesemuanya adalah
laki-laki, sehingga masyarakat sekitarnya menyebut pandawa lima, nama tokoh
dalam dunia pewayangan.14 Karena anak kedua , maka menurut tradisi lisan,
seperti di kutip dr. Cipto,15 oleh penduduk setempat Samin di identikan dengan
werkudoro atau Bima di dalam Dunia pewayangan.
Komunitas pengikut ajaran Samin memiliki sifat yang kurang bagus bagi
pemerintah kolonial Belanda maupun penguasa pribumi yaitu : orang samin identik dengan bodoh yang tidak berbudaya dan harus di jahui.16 Teapi justru komunitas Samin (Sedulur sikep)17 memiliki strategi dalam rangka melawan kesewenang-wenangan kolonial Belanda yaitu dengan cara yang berbeda, Dia
tidak melawan dengan memberontak tapi dengan cara membangkang, tidak
mentaati aturan-aturan yang mereka anggap merugikan diri mereka.18 Yang
lebih menarik adalah cara pembangkangan itu yang aneh, mereka
14 Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin, Samin Mistisisme Petani di tengah Pergolakan, (Semarang : Gigih pustaka mandiri, 2014), hal.124
15
Harry J. Benda Lance Casles, op cit, halaman 210 dikutip dari Anis Sholeh Ba’sayain, Samin Misistisme Petanidi Tengah Pergolakan, (Semarang :Gigihpustakamandiri 2014), halaman, 123
16Ganjar Pranowo, disampaikan dalam buku Anis Sholeh Ba’syain, Samin,
(Semarang : Gigih pustaka mandiri 2014), hal. Xi.
17
Giyarto, Selayang Pandang Jawa Tengah, (Klaten : Intan Pariwara,2008), halaman,31
18Mustofa Bisri, di sampaikan dalam buku Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin,
xix
mengembangkan nalar yang unik, yang membuat apa yang mereka lakukan tidak
serta merta bisa di anggap sebagai kesalahan. Caranya dengan membelokan
jawaban sedemikianrupa sehingga tujuan pertanyaan tidak tercapai. Artinya,
mereka menjawab tetapi sekaligus “tidak menjawab”.19
Pola yang demikian bagi
orang awam dianggap Samin itu bodoh tidak berbudaya, tidak tahu aturan dan
lain sebagainya, padahal itu perlawanan yang sangat elok, bahkan itu juga di
lakukan Nabi Ibrahim, as. ketika ditanya penguasa lalim mengenai istrinya,
beliau menjawab, “ Dia adalah saudaraaku”. Maksud Nabi Ibrahim adalah,
saudara sesama anak Nabi Adam, as.20
Pada dasarnya pengikut ajaran Samin adalah masyarakat sebagaimana
masyarakat yang lainnya yaitu sebagai petani yang lugu, jujur dan bersikap apa
adanya, bukan hanya kepada sesama manusia saja, tetapi dengan Alam semesta
tempat mereka hidup juga ramah. Pengikut ajaran Samin menjujung tinggi
nilai-nilai tersebut,21 Ini juga berlaku untuk masyarakat komunitas pengikut ajaran
Samin yang ada di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah yang menganut sistem
tata nilai yang berlaku di masyarakat tersebut, baik cara bergaul, bersosial,
berinteraksi, berdagang, berorganisasi, berladang ke kebun, ke sawah maupun ke
hutan, dan mengedepankan sikap jujur, pekerja keras tidak mengenal putus asa,
sebagaimana orang-orang di wilayah Propinsi Jawa Tengah.
19
Ibid,. Hal. xx
20
Ibid,. Hal. xx
21
xx
Setiap manusia apapun latar belakangnya, pasti memiliki potensi budaya
yang baik dan yang buruk didalam dirinya. Untuk potensi budaya yang buruk,
tentu harus di kurangi atau diperkecil bahkan kalau bisa dihilangkan sama sekali,
seperti budaya mengambil milik orang, suka berbohong dan lain-lain. Sementara
budaya yang baik adalah budaya yang mencerminkan dan sekaligus
meningkatkan nilai tambah untuk dirinya maupun nilai tambah untuk orang lain.
Tapi kalau mereka tampak aneh itu buka kandungan nilai luhur yang sudah luntur
pada komunitas masyarakat Samin, melainkan strategi dalam kontek melawan
penjajah kolonial Belanda, yang di anggap merugikan kaum pribumi.22
Dalam
pergaulan sehari-hari komunitas samin terikat dalam berbagai sistem dan nilai.
Sisitem dapat diartikan sebagai aturan atau norma yang disepakati bersama, baik
tertulis ataupun tidak tertulis. Sistem ini didasarkan pada bahasa, struktur sosial,
dan kekerabatan.
Tiap-tiap sistem nilai mengatur antara yang baik dan yang buruk atau yang
boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Sistem nilai inilah yang mewarnai
kehidupan komunitas penganut ajaran Samin. Ini berlaku juga pada siapapun
yang mengikuti ajaran Samin yang ada di Kabupaten Blora yang selalu
melakukan kegiatan yang bersifat gotong-royong, atau bekerjasama tanpa
pamrih, seperti mendirikan rumah, bercocok tanam, melakukan pernikahan,
ketika tetangganya mengalami kesulitan, maka banyak yang mendatangi
22
xxi
membantu baik secara materiel maupun sprituil, tanpa dikomando. Itu adalah
nilai-nilai budaya kebaikan yang ada pada masyarakat suku samin, hingga
sekarang ini. Namun akibat tergerus perkembangan zaman, dan perkembangan
tekhnologi yang makin maju, budaya ini mulai luntur.
Meskipun demikian aktivitas/kegiatan-kegiatan kebaikan yang dilakukan
masyarakat samin ini bukanlah didapat dari satu sumber, ajaran agama, tetapi
diperoleh dari berbagai ajaran agama, seperti ada yang diperoleh dari agama
Islam, seperti yasinan tahlilan,dari agama Hindu dan Budha, seperti pasang sesaji (sesajen) di atas tiang rumah, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada masyarakat penganut ajaran Samin itu sendiri. Sebagian para ahli mengatakan
bahwa Samin merupakan komunitas budaya. Dalam persepektif spiritualisme
jawa, Samin nyaris tidak pernah diakui, sebagai aliran kebatinan, kedua berbeda
dengan aliran kebatinan (kejawen) yang lainya menitik-beratkan pada mental, ruhani, budi pekerti dan sikap perilaku penganutnya, komunitas samin justru
telah melakukan gerakan sosial secara nyata.23
Pada awalnya gerakan Samin ini adalah gerakan untuk melawan penguasa
pribumi dan penjajah Belanda khususnya di wilayah Kabupaten Blora persisnya
di Kecamatan Randublatung, pada tahun 1870 saat itu Belanda dengan seenaknya
mematok tanah-tanah desa untuk memperluas Samin yang dipimpin oleh Samin
Surosentiko (1859). Perlawananya tidak dengan cara adu fisik (angkat senjata)
dengan Belanda, tetapi dengan cara tidak mau melaksanakan peraturan yang
23
xxii
dibuat oleh Belanda, seperti kewajiban membayar pajak. Pasca gerakan
Saminisme yaitu perlawanan terhadap Belanda yang mematok tanah wilayah
hutan milik masyarakat penganut ajaran Samin maka, gerakan ini terus
memperoleh pengikut yang terus bertambah, sehingga pada tahun 1890 mulai
dari Ploso Kediren, kemudian Klopoduwur Kab. Blora. Makin banyak.24 Pada
awalnyapun Belanda mengenggap ini adalah gerakan aliran kebatinan biasa,
sebagaimana banyaknya aliran-aliran yang ada di Jawa, tetapi mereka terkejut
setelah tahun 1903 Residen Rembang melaporkan pengikut Samin mencapai 722
orang tersebar di 34 desa dibagian selatan Kabupaten Blora dan Kabupaten
Bojonegoro, 4 tahun berikutnya 1907 pengikutnya mencapai 5000 orang. Saat
itulah Belanda mulai menangkapi pengikut samin surosentiko dan dimasukkan
dalam penjara. Pada tanggal 08 November 1907 Samin diangkat pengikutnya
sebagai Ratu adil, dengan gelar Prabu Panembahan suryongalam.
pada 40 hari setelah di angkat menjadi ratu adil, Samin Suryosentiko
bersama 8 orang pengikutnya ditangkap oleh asisten wedana Randublatung R.
Pranolo, Samin dibuang ke Sawahlunto (Sumatera Barat) dan meninggal dalam
pengasingan pada tahun 1914. Namun menurut pandangan orang samin (pengikut
samin) Dia tidak mati, tetapi moksa, dan menjadi penghuni kaswargan (surga).25
Disamping meyakini ajaran-ajaran yang lain, maka sehari-hari orang Samin
meyakini tiga ajaran yang bersifat lisan yaitu : Disamping ada tiga ajaran
24
Ibid. , Hal. 163
25
xxiii
tersebut diatas maka yang menjadi sandaran adalah agama sebagai pegangan
hidup/senjata hidup.26 Paham masyarakat suku samin tidak membeda-bedakan
agama.
Oleh karena itu komunitas pengikut ajaran Samin tidak mengingkari atau
membenci agama apapun yang terpenting adalah tabiatnya, yaitu jangan
mengganggu orang, jangan bertengkar ,jangan suka sakit iri hati, dan jangan suka
mengambil barang milik orang, bersikap sabar dan jangan sombong, manusia
hidup harus memahami hidupnya, sebab roh hanya satu dan dibawa abadi
selamanya, roh orang yang meninggal tidaklah hilang (musnah), melainkan
ibarat menanggalkan pakaiannya belaka. Berbicara harus jujur, kemudian harus
menjaga mulut dari perkataan-perkataan yang tidak baik, dan saling
menghormati, dan itulah ajaran Samin (sedulur sikep) yang diambil dari ajaran
nenek moyangnya juga dari agama Hindu Budha, serta dari tentu dari Islam
sendiri. Ajaran samin (sedulur sikep) juga berhubungan dengan kepercayaan pada syiwa Budha, namun juga muncul ajaran Tasawwuf Islam dari Syekh Siti Jenar
yang dikembangkan oleh Ki Ageng Pengging pada masa kerajaan Demak.27
Dalam upacara tradisi di pada komunitas Samin, antara lain nyadran,
(bersih desa), selamatan di sekitar sumur-sumur yang di anggap memberi sumber
air kehidupan, kemudian selamatan kehamilan, kelahiran, khitanan,
26
Ibid . , Hal. 164
27
xxiv
perkawinan,dan kematian ketika berdoa selalu menggunakan bahasa jawa dan
bahasa Arab.
Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah bahasa campuran, bahasa kawi
kasar, dialek setempat, dan bahasa jawa ngoko (bahasa jawa kasar). Bagi orang samin (sedulur sikep) menghormati orang lain tidak di lihat dari bahasa yang di gunakan, tapi sikap yang di tunjukkan hal yang paling mendasar. Orang Samin
memiliki kepribadian yang polos, jujur, hal ini bisa dilihat apabila ada tamu yang
datang ke rumahnya, mereka selalu menyuguhkan semua makanan yang ada, dan
tidak ada yang disimpannya.
Kemudian pengetahuan tentang nilai-nilai perkawinan adalah unik, mereka
menganggap bahwa perkawinan dapat belajar ilmu kasunyatan (kenyataan hidup) yang menekankan pada aspek kemanusiaannya, rasa sosialnya, kekeluargaan dan
tanggung–jawab.28 Masyarakat samin juga lebih suka disebut sebagai (sedulur sikep) yaitu orang yang memiliki sikap yang jujur, yang memiliki kepribadian baik dan polos apa adanya, sementara orang di luar kelompok samin menganggap
bahwa orang samin itu bodho, karena orang Samin tidak sekolah, yang tidak
mengetahui ilmu pengetahuan yang modern.
Fenomena dakwah komunitas penganut ajaran Samin adalah ketika
melakukan ajakan (dakwah) untuk hidup sesuai ajaran agama Islam, sementara
masyarakat sudah terlanjur meyakini suatu keyakinan tradisi yang berasal dari
28Ibid. , Anis Sholeh Ba’asyin serta Muhammad Anis Ba’asyin, Samin,
xxv
selain agama Islam, tentu ini memerlukan suatu strategi berdakwah sekaligus tata
cara penerapnnya dalam masyarakat Samin. Disisi lain masyarakat Samin adalah
masyarakat pejuang dalam membela tempat tinggalnya yang dirampas oleh
kolonial Belanda, dan membela segala sesuatu yang diyakininya itu benar,
termasuk dalam berbudaya dan beragama.
Hal ini menjadi sangat menarik ketika melakukan suatu penelitian, dalam
rangka untuk memperoleh informasi yang lebih ditail, sesuai fakta dilapangan,
berkaitan dengan masyarakat yang masih menganut kepercayaan (sinkretisme)
dari aspek nilai-nilai agama Islam, kemudian nilai-nilai dari agama yang lainnya,
menjadi nilai akulturasi (percampuran dari berbagai agama, dan kepercayaan
serta budaya setempat) yang ada dalam komunitas masyarakat Samin (sedulur sikep), dilihat dari bahasa yang digunakan, tapi dari sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi pada kajian tentang para da’i / Ustadz yang
melakukan ceramah agama pada pengikut Samin, yang ada di Kabupaten Blora,
yaitu di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, dan sekitarnya maupun yang
ada diwilayah lainnya. Oleh karena itu peneliti memfokuskan aspek pengikut
samin yang melakukan aktifitas dakwah agama, melalui aktifitas sosial, aktifitas
budaya, dan lainnya. Ini menarik karena mayoritas pengikut samin sekarang ini
xxvi
agamanya. Kalaupun ada yang menjalankan agamanya masih bersifat
mencampur-adukkan dengan agama lain (sinkretisme).
Ada juga pengikut samin saat ini, yang menjadi tokoh agama Islam (ustadz),
sekaligus pegawai Negeri dipemerintahan. Ini sangat menarik sesuai dengan
jurusan peneliti yaitu jurusan KPI, tentang dakwah.
C. Rumusan Masalah
Berpijak dari uraian pada latar belakang serta identifikasi dan batasan
masalah tersebut di atas, maka yang perlu diangkat dalam ilmu komunikasi Islam
( dakwah) pada komunitas masyarakat samin ini, adalah sebagaimana berikut ini
:
1. Bagaimanakah strategi dakwah yang dilakukan para da'i dalam berdakwah di
komunitas sinkretis penganut ajaran Samin?
2. Bagaimanakah respon komunitas sinkretis penganut ajaran Samin terhadap
proses dakwah di Desa Klopoduwur?
3. Apa faktor-faktor pendukung & penghambat proses dakwah di komunitas
penganut ajaran Samin?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah dalam rangka untuk mengetahui
permasalahan sebagaimana berikut :
1. Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan para da'i dan tokoh
masyarakat sesuai sasaran dan kebutuhan di komunitas masyarakat penganut
xxvii
2. Untuk mengetahui respon komunitas sinkretis penganut ajaran Samin terhadap
proses dakwah di Desa Klopoduwur.
3. Untuk mengetahui secara obyektif faktor apa saja sebagai penghambat
pelaksanaan dakwah, dan faktor-faktor apa saja sebagai pendukung
pelaksanaan dakwah pada masyarakat komunitas penganut ajaran Samin. E. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dan manfaat, sebagaimana
berikut: Meninjau ulang tentang pendapat para penulis dan juga sebagian
masyarakat pada umumnya yang mengatakan bahwa samin itu bodo,
menjengkelkan dan tidak taat peraturan29 serta berlaku seenaknya sendiri.
2. Secara Praktis
Secara praktisi, bisa di harapkan menjadi rujukan bagi para pengkaji maupun
penulis, budaya-budaya serta kearifan lokal yang ada di daerah-daerah di
seluruh pelosok Indonesia ini, dan sekaligus bentuk kepedulian terhadap
nilai-nilai kebaikan yang ada di Bumi pertiwi ini.
F. Penelitian Terdahulu
xxviii
Mengurai penelitian terdahulu maka menemukan beberapa buah buku
yang sangat sesuai dengan kajian di lapangan dan kesesuaian buku-buku yang
telah mengurai tentang komunitas masyarakat Samin sebagaimana berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Ahmad Chamzawi Umar, tentang
Perubahan dan perilaku Sosial, yaitu menekankan pada perilaku Sosial maupun
perubahan identitas pada komunitas Sinkretis Penganut ajaran Samin.
Perubahan perilaku sosial terjadi pada upacara perkawinan, kematian serta
perubahan dalam pemahaman terhadap agama. Penelitian ini berupaya untuk
memberikan jawaban yaitu:
a. Perubahan perilaku sosial bagi masyarakat sinkretis penganut ajaran Samin
di Desa Klopoduwur Kab. Blora, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Peneliti memberikan contoh tentang perubahan sosial seperti tata cara
perkawinan, tata cara kematian dan paham terhadap keagamaan dan
keyakinan, serta ketaatannya membayar pajak.
b. Perubahan sosial dalam hal identitas, bagi penganut sinkretis ajaran Samin
di Klopoduwur, sudah tidak mau lagi disebut wong Samin dalam konotasi
jelek yaitu wong Samin itu bodho, maka identitasnya dirubah menjadi orang
yang punya sikap (sedulur sikep).
2. Penelitian yang dilakukaan oleh Suhajis mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan
Ampel Surabaya tahun 2012 tentang "Kontruksi Pesan Dakwah Bi Al-Qalam
Melalui SMS Oleh Yayasan Al-Jihad Surabaya". (Kajian Teori Produksi
xxix
pesan SMS pada pendengarnya yang belum bisa hadir ketika ada pengajian di
Yayasan al-Jihad Surabaya. Maka berikutnya adalah untuk mengetahui ideologi
di balik wacana relitas sosial yang di presentasikan dalam SMS al-Jihad
Surabaya. Penelitian ini berupa memberikan jawaban kepada masyarakat yang
memiliki kesibukan dan khususnya yang tidak bisa mengikuti secara langsung
tiap ada pengajian di Yayasan al-Jihad Surabaya. Maka seseorang untuk belajar
agama tidak harus ada pada satu tempat, dimanapun berada pesan dakwah pasti
tersampaikan juga, melalui pesan dakwah bi al-Qalam dengan pesan SMS pada Yayasan al-Jihad. Peneliti memberikan contoh tentang tanya jawab masalah
hukum agama Islam, tentang Shalat, tentang puasa, tentang shodakoh, tentang
haji dan lain-lain.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan dalam tesis ini, peneliti membagi lima
bab yakni :
Bab I merupakan pendahuluan, yang mencakup latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.
Bab II menguraikan kajian pustaka dengan bahasan pengertian
komunitas penganut ajaran samin
Bab III, Metode Penelitian, mencakup pendekatan dan jenis penelitian,
xxx
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri geografis,
demografis, sosial budaya penganut ajaran Samin Kota Blora, peran kyai
dalam dakwah, peran ormas, respon komunitas sinkretis penganut ajaran
Samin, faktor pendukung dan penghambat dakwah di komunitas sinkretis,
xxxi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari
bahasa 'Arab yakni da'a yad'u, atau dakwah dalam bentuk isim masdar dari du'aa yang keduanya mempunyai arti sama yaitu ajakan, seruan atau panggilan. Asal kata du'aa bisa diartikan
bermacam-macam, tergantung kepada pemakainya dalam kalimat. Misalnya:
du'a dapat diartikan memanggil atau menyeru dia. Du'an lahu dengan arti mendoa'kan dia atau baginya.
Sedangkan menurut terminologi atau istilah ada beberapa
pengertian, dakwah adalah mengandung upaya menyebarluaskan
kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya.30
Sedangkan menurut Kustadi Suhandang, dakwah adalah bahwa
manusia diseru untuk mendakwahi orang lain untuk berbuat kebajikan
melakukan amar makruf nahi munkar berupa kontrol sosial.31
Secara umum dakwah adalah mengajak atau menyeru kepada
ajakan atau seruan kepada yang lebih baik.32
30
Mahmuddin, Manaemen dakwah Rasulullah, (Jakarta,Restu Ilahi,2004),hal. 6
31
Kustadi Suhandang,,Ilmu Dakwah, (Bandung, Remaja Rosdakarya 2013),hal.10
32
xxxii
Begitu juga didalam al-Qur'an, yang artinya, Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk.33
2. Macam-Macam Dakwah
Dakwah Islam dapat dikategorikan tiga macam 34yaitu:
a. Dakwah Bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan adalah dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, antara lain ceramah, khutbah, diskusi, metode ini sering digunakan para
da'i dan tokoh agama Islam dan lain-lain.
b. Dakwah bi al-Hal
Dakwah bi al-Hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan, contohnya melakukan donor darah untuk kemanusiaan,
mengumpulkan dana untuk korban musibah gunung meletus dan lain-lain.
c. Dakwah bi al-Qalam
Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan yang dilakukan
dengan cara menulis baik diinternet maupun disurat kabar, seperti Jawa
Pos, Surya, Kompas, Media Indonesia, Duta Masyarakat dan
lain-lain.Dakwah model ini jangkaunnya sangat luas. Kemudian diinternet juga
jangkauannya sangat lauas dan bisa didengarkan keseluruh penjuru Dunia.
33
Lihat an-Nahl :125
34
xxxiii
3. Ajaran Samin
Ajaran Samin atau disebut pergerakan Samin adalah salah satu suku
yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut
Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, dimana mereka
mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain
diluar kekerasan.35 Sedangkan menurut Ganjar Pranowo, mengatakan
bahwa gerakan Samin merupakan gerakan politik melawan penguasa
kolonial Belanda dengan menggunakan dengan menggunakan kearifan
lokal yang mudah dipahami dan nyaman diterapkan bagi para
pengikutnya, seningga gerakan politik tersebut berkembang dengan cepat
dan mengancam eksistensi penguasa kolonial36.
Kalau kita perhatikan bahwa apa yang diperjuangkan oleh Samin
Surosentiko dan para pengikutnya adalah salah satu kelompok yang juga
melakukan penolakan terhadap penjajah Negara Indonesia, hampir sama
dengan gerakan-gerakan yang lain di Indonesia, seperti gerakan Pangeran
Diponegoro bersama pengikutnya, para tokoh –tokoh di Indonesia yang
lainnya, hanya saja mungkin yang membedakan adalah bahwa gerakan
Samin Surosentiko dan para pengikutnya, menggunakan strategi yang
lebih sederhana, lebih mudah dipraktekan, tidak melakukan dengan
35
Wikipedia bahasa Indonesia, 14-10-2015
36
xxxiv
kekerasan secara fisik, dan lebih cenderung dengan cara tidak mentaati
aturan yang dianggap merugikan diri mereka, seperti tidak mau ditarik
pajak, dan lain-lain. Namun yang lebih menarik adalah ketika melakukan
pembangkangan, terhadap apa yang dianggap benar, mereka
menggunakan bahasa yang sangat unik, sehingga tidak bisa dikatakan itu
adalah sebuah kesalahan37
4. Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin
Didalam kamus Inggris – Indonesia komunitas berasal dari community
artinya golongan, pergaulan, masyarakat, ummat.38 Sedangkan kamus
besar bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud, sinkkretis adalah mencari
penyesuaian atau (keseimbangan) antara dua aliran agama dsb.39
Sedangkan menurut Prof. David Fernando Siagian, sinkretisme adalah
suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran
agama atau kepercayaan.40
Masyarakat penganut ajaran Samin di Klopoduwur adalah masyarakat
sebagaimana masyarakat di Pedesaan pada umumnya, yang selalu
menjujung dan mengedepankan nilai-nilai kejujuran, bekerja keras saling
tolong menolong antar warga setempat, dan itu adalah merupakan bagian
ajaran yang tak terpisahkan dari masyarakat pengikut Samin, menggali
37
Mustafa Bisri (Gus Mus), simapaikan dalam buku, Anis Sholeh Ba'asyin dan Muhammad Anis Ba'asyin, Samin Mistisisme Petani ditengah Pergolakan, ( Semarang: Gigih Pustaka mandiri,2014), hal. xx
38
E. Pino T.wittermans, Kamus Inggris – Indonesia,(Jakarta:PT Pradnya Paramita,1980),hal.78
39
http:kbbi.web.id/sinkkretis,tgl.13/8/2015
40
xxxv
nilai-nilai lama yang baik, dan menerima nilai-nilai yang baru yang lebih
baik lagi.41
Dalam kehidupan di alam dunia ini semua adalah saudara – saudara
manusia, termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan, bahkan syetanpun saudara
manusia, akan tetapi syetan adalah saudara yang membangkang kepada
Allah swt.42
Dikarenakan semua itu saudara, maka terciptalah suatu kehidupan
yang harmoni, antara sesama makhluk Allah swt, dengan sang Pencipta
alam seisinya ini. Bagi pengikut Samin pergi kemanapun mereka tidak
takut walaupun pada malam hari ditengah hutan yang tidak ada lampunya
sama sekali, karena mereka menganggap apa yang ada disekitarnya adalah
saudara (sedulur).
Bagi pengikut Samin tidak ada istilah pada suatu tempat itu angker
misalnya atau mitos misalnya, jangan lewat disitu karena disitu ada
penunggunya nanti akan mengalami kecelakaan. Dan apabila itu dianggap
benar karena angker ada penunggunya, tapi yang ada disitu adalah
dianggap saudara, sehingga tidak mungkin mengganggu, kecuali mereka
melakukan sesuatu yang memang dilarang tetapi dilanggar.
41
Wawancara dengan setyo Agus widodo tokoh masyarakat Samin dan mantan pejabat kepala Desa Klopoduwur.tanggal, 25/07/2015
42
xxxvi
5. Strategi Dakwah
Sebelum berbicara lebih lanjut tentang strategi dakwah, maka perlu
diketahuhi terlebih dulu apa itu definisi dakwah? Secara terminologi
dakwah menurut Sayyid Qutb, adalah mengajak, / menyeru kepada orang
lain untuk masuk kedalam sabil (jalan) Allah swt. Bukan untuk mengikuti da’i atau orang lain atau sekelompok orang.43
Tentu pengertian tentang
dakwah masih banyak lagi, dan banyak kita temukan dibeberapa buku
yang menulis tentang dakwah, sebagaimana hal tersebut dibawah ini,
1. Islam adalah agama dakwah yakni agama yang mengandung upaya
menyebarluaskan kebenaraan dan mengajak orang lain untuk
mempercayainya, sehingga semangat memperjuangkan kebenaran itu,
tidak pernah padam dalam jiwa umat manusia yang beriman kepada
Allah Swt.44
2. Didalam al-Qur’an Allah swt. Perintahkan untuk berdakwah yaitu
ن ۡل
لإ ع ۡ ي َمأ ۡم ِم
ۡي ۡلٱ
ب
مۡأي
ف ۡ ۡلٱ
ۡ ۡ ي
نع
ۡلٱ
مه ك ٓ لْ أ
ۡ ۡلٱ
٤٠١
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.45(QS. Ali Imran:104)
43
Wahyu Ilahi, Komunikasi dakwah, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),Hal.14.
44
, Mahmuddin, Manaemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi,2004), Hal. 6.
45
xxxvii
3. Pengertian tentang dakwah terdapat dua istilah yaitu dakwah Islamiah
atau di’ayah Islam dan dakwah, pengertian dakwah Islamiah mengacu
pada seruan Islam atau panggilan Islam. Sedangkan pengertian
dakwah mengandung arti kewajiban sebagai kaum Muslimin untuk
memanggil umat manusia dengan melakukan dakwah Islamiah
tersebut.46
4. Pengertian dakwah adalah (da’a: Arab) yaitu memanggil atau
mengajak sesuatu, dalam pengertian mengajak ke jalan Tuhan, dengan
maksud yaitu mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk
berislam, memeluk agama Islam dan mengamalkan Islam.47 Tentu
umat manusia hanya bisa menyeru atau mengajak terhadap yang lainya
untuk Berislam, akan tetapi tidak punya kemampuan untuk
mengislamkan manusia, karena itu bagian dari hidayah Allah swt.
Sebagaimana firmanNya dalam al-Qur’an yang berbunyi,
ءٓ ي نم ۡ ي ََٱ َن ل تۡ ۡحأ ۡنم ۡ ت ا كَنإ
ني ۡ ۡلٱب م ۡعأ ه
٦
56. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.48(QS. Al-ashash:56).
46
, Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah,(Bandung:Remaja Kosdakarya,2013), Hal. 12-13.
47
Shonhadji Sholeh, Sosiologi Dakwah,(Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press,2011), Hal. 35. 48
,Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang:Tanjung Mas Inti,
xxxviii
5. Al-Qur’an mendefinisikan dakwah adalah sebagai upaya untuk
menyeru umat manusia menuju jalan Tuhan dengan cara bijak, tutur
kata yang tepat, atau dengan cara mujadalah (dialok yang sehat).49 Dakwah yang demikian ini dimaksudkan agar umat manusia
senantiasa melakukan perkara baik (amar ma’ruf ) dan meninggalkan
segala tindak dan laku yang munkar ( nahi munkar). Dari hal tersebut diatas bisa diartikan bahwa ilmu dakwah adalah, ilmu tentang menyeru
/mengajak manusia menuju jalan Tuhan. Al-Qur’an menyatakan
bahwa jalan Tuhan itu jamak, tidak tunggal.
6. Menurut A.H. Hasanuddin, dakwah adalah menyampaikan isi
pernyataan ajaran Allah swt. Dan RasulNya kepada umat manusia, dan
kedudukan masalah pokok dakwah adalah wajib hukumnya.50
7. Bagi masyarakat pengikut ajaran Samin di Desa Klopoduwur,
Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, yang memiliki ajaran dari
Samin Surosentiko, dengan berbagai aturan-aturan, maka ketika para
Ustadz dan Kyai-kyai yang mendakwahkan ajaran agama Islam,
menjadikan sesuatu yang baru. Sehingga tatanan-tatanan yang sudah
mapan bertahun-tahun lamanya mengalami perubahan, meskipun tidak
seluruhnya.
49
Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah,(Yogyakarta:Teras, 2006), 50
xxxix
Tatanan yang berubah itu seperti adat perkawinan, yang dulu
tidak mau dicatat di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, sekarang
sudah mau dicatat dan menggunakan cara-cara yang Islami, contoh
yang lain lagi yaitu, pada zaman dulu masyarakat Samin ketika ada
yang meninggal Dunia hanya dimasukkan di liang lahat tanpa dikafani
dan dimandikan serta di doakan. Tetapi sekarang tidak ada cara-cara
seperti dulu lagi, sehingga apabila ada kematian selalu mengundang
Modin (tokoh agama Islam di Desa Klopoduwur.51
Ini menunjukkan bahwa masyarakat pengikut ajaran Samin
tidak anti hal-hal yang datangnya dari luar, manakala hal itu baik,
bahkan lebih baik, maka mereka akan mengikuti hal tersebtut. Bagi
para pendakwah sendiri, harus memiliki bekal atau materi yang sesuai
dengan kondisi dan keadaan masyarakat penganut ajaran Samin di
desa Klopoduwur, sehingga memudahkan para Da’i untuk
menyampaikan materinya sesuai harapan masyarakat setempat.
Bagi para penyuluh agama Islam yang akan mendarmabaktikan
tenaga dan pikiran, serta ilmunya maka mempelajari tentang sosiologi
masyarakat penganut ajaran Samin adalah hal yang penting, karenanya
kita tidak mau dalam perjuangan itu menjadi sia-sia karena kurang
memperhatikan aspek ontologi bagi masyarakat Samin di Desa
51
xl
Klopoduwur. Apalagi beradakwah adalah perbuatan mulya disisi Allah
Swt. Sebagaimana sabda Nabi Saw.
6. Strategi Dakwah Pada Masyarakat Sinkkretis
Menurut (Van den Ban, 1988 : 321), Strategi dakwah adalah “
Strategy is way to achieved cleary specitied goals with a combination of miens a nd in a certain time period. By anticipating we try to predict what
the appointment(s), one self andl or nature can do.”52
Artinya : Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan yang jelas,
ditentukan dengan kombinasi, sarana tertentu, dengan mengantisipasi,
kami mencoba untuk memprediksi komitmen dari dan atau alam dapat
melakukannya.
Sedangkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud,
sinkkretis adalah mencari penyesuaian atau ( keseimbangan dsb.) antara
dua aliran agama dsb.53
Sedangkan menurut Prof. David Fernando Siagian, sinkretisme adalah
suatu proses perpaduan dari beberapa paham atau aliran agama atau
kepercayaan. Pada saat ini sekarang ini bahwa teori – teori strategi
konvensional itu seringkali dipakai kaum kapitalis itu adalah merupakan
hasil dari strategi dakwah agama Islam, seperti terjadi pada zaman para
52
Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, (Malang:UMM Pres,2010), Hal.127
53
xli
Wali atau para Sunan di Indonesia / Wali Songo yang menyebarkan agama
Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa.
Menurut istilah metode berasal dari bahasa inggris, yaitu method,
yang berarti systemic arrangement ( penataan yang sistematis ), ordely procedure (prosedur yang rapi), mode of handling intelletual problema
(cara penanganan masalah yang cerdik)54 Jadi kalau disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan metode itu adalah cara menyususn tatanan kerja
yang rapih, guna menangani suatu masalah.
Apabila dihubungkan dengan metode dakwah adalah cara melakukan
kegiatan dakwah, guna menghasilkan manusia yang Islami, kalau
dihubungkan dengan ilmu komunikasi adalah cara berkomunikasi guna
menyusun kegiatan dakwah yang berhasil dan efektif.55 Kemudian
strategi dakwah atau metode dakwah adalah merupakan cara untuk
menyesuaikan kondisi atau keadaan serta tema yang relevan, dimana dia
berdakwah, didalam al-Qur’an Allah swt berirman :
يه ي َلٱب م ۡل ج ۖ
ۡلٱ ع ۡ ۡلٱ ۡ ۡلٱب كِب لي س لإ ۡ ٱ
ۡلٱب م ۡعأ ه ۦه ي س نع َلض ن ب م ۡعأ ه كَب َ إ ن ۡحأ
ني ۡ
٤٢٦
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125 )54
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung:Remaja Rodakarya,2013),Hal.166
55
xlii
Dalam ayat al-Qur’an tersebut terkandung 3 (tiga) hal dalam melakukan
strategi dakwah agama Islam pada masyarakat ( Mad’u) yaitu :
1. Hikmah,
2. Mau’idhah hasanah (Pengajaran yang baik)
3. Mujadalah (berdebat atau diskusi)
Kata hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dan batil.56 Sedangkan menurut Syeikh bin
‘Asyur dalam tafsirnya Attahrir wa-Atanwir menjelaskan, Maksud
‘hikmah’ adalah pengetahuan yang sudah paten, (baku), yakni jauh dari
kesalahan.57 Jika seorang Ustadz / Ustadzah mampu menjalankan strategi
dakwah dengan hikmah maka baginya tidak terlalu sulit untuk mencapai
keberhasilan dalam berdakwah.
Begitu pula Utusan Allah SWT,yaitu Nabi Muhammad Saw
melakukan strategi dakwah secara arif dan bijaksana, sehingga melalui
beliau, Allah memberi rahmat kepada hamba utusanNya dan
meyelamatkan umatnya dari perbuatan yang tidak baik menuju keesaan
Allah SWT semata. Strategi Nabi Muhammad Saw. Sangat berguna sekali
dalam menyukseskan dakwahnya, yaitu untuk membangun akhlaq
56
Al-Qur’an Tafsir Per kata al-Ahkam, (Jakarta:PT. Suara Agung Jakarta,2013), hal. 282
57
xliii
manusia yang menghamba hanya kepada Allah SWT semata. membangun
dan menguatkan sekaligus mengembangkan agama Islam di negara beliau.
Sedangkan yang dimaksud ‘mau’idzhah’ adalah tutur kata yang
dirasakan lembut oleh lawan bicara (Pendengar).58 Yang artinya
menggunakan bahasa yang santun sesuai dengan bahasa yang dikuasai
masyarakat setempat,. Ini juga digunakan oleh Nabi Muhammad
Saw.ketika berdakwah bahkan Nabi Muhammad Saw.menggunakan
perumpamaan-perumpamaan ketika beliau bertutur kata seperti salah satu
contoh didalam HadithNya, yang artinya :
“ Mukmin yang satu dengan Mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, yang satu sama lain saling menguatkan” (HR. Bukhari
dan Muslim).59
Maksud sabda Nabi Muhammad saw, nilai persatuan dan kesatuan
antara umat Islam satu dengan umat Islam yang lain adalah sangat
penting. Didalam al-Qur’an.60 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
58
Ibid., hal. 282
59
Ahmad Yani, 53 Materi Khotbah Ber-Jangka,( Jakarta:al-Qalam,2008),hal.189
60
xliv
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.
Makna Berdebat ( Mujadalah ), yaitu memberikan argumentasi yang benar dan memberikan koreksi atas hal – hal yang salah. Dan diantara
yang lebih baik adalah membantah dengan indirect speech, yaitu redaksi tidak langsungdan tidak mengarah (secara personal, sehingga menyakiti
perasaan lawan).61 Didalam al-Qur’an Allah Swt. Berfirman :
ف
نِم ۡح
ََٱ
ظي غ ً ف ت ك ۡ ل ۖۡم ل ت ل
بۡ ۡلٱ
َ
ْ وُ ن
ۡنم
ف ۖكل ۡ ح
ف ۡعٱ
ۡم ۡ ع
ۡ ۡغ ۡسٱ
يف ۡمه ۡ ش ۡم ل
ۖ ۡم ۡۡٱ
ت ۡم ع إف
ۡلَك ف
ع
ََٱ
َ إ
ََٱ
وب ي
ِك ۡلٱ
ني
٤٦١
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali – Imran : 159 )
Bermusyawarah adalah untuk tidak melakukan debat yang menjurus
kurang baik bagi kedua belah pihak, kita sebagai sesama Muslim tidak
boleh saling menjatuhkan satu sama lain. Berdebatlah tetapi dengan cara
yang baik dan bijaksana, dan tetap dalam bingkai Islam yang Rahmatan Lilalamin (Rahmat bagi Alam semesta).
61
xlv
Ketiga hal tersebut dapat dijadikan cara berdakwah dengan lisan
maupun tulisan perbuatan nyata kepada masyarakat. Seperti membangun
Masjid, membangun Mushallah, membangun, sekolah madrasah, serta
xlvi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan suatu metode serta langkah-langkah yang
dilakukan dengan penjelasan secara aplikatif yaitu memakai metode
kualitatif. Tentu penulis menggunakan metode ini dengan pertimbangan
bahwa kasus yang diteliti merupakan sesuatu yang memerlukan
pengamatan secara langsung dan bukan menggunakan model dengan
angka-angka. Kemudian berikutnya adalah pendekatan dengan metode
kualitatif mempermudah peneliti apabila berhadapan dengan kenyataan
yang ada dilapangan, dan yang paling penting adalah adanya kedekatan
hubungan emosional, baik dari aspek lahir maupun batin, bahkan
kedekatannya bagaikan saudaranya sendiri, antara peneliti dan responden,
sehingga menghasilkan suatu data yang autentik serta mendalam.
Penelitian dengan metode kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis bersifat
xlvii
dari pada generalisasi62. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting), atau juga sebagai penelitian ethnografhi, karena
pada awalnya penelitian bidang antropologi budaya, disebut penelitian
kualitatif karena data yang terkumpul dan anilisnya lebih bersifat
kualitatif.63
Sedangkan menurut Adnan Mahdi, Mujahidin, pengertian penelitian
kualitatif yang disebut juga penelitian naturalistik, karena penelitiannya
selalu dilakukan dalam keadaan yang alamiah, tanpa rekayasa atau diatur
sebelumnya.64 Sedangkan data kualitatif adalah sebuah data yang
dinyatakan dalam bentuk bukan angka. Contoh jenis kelamin (pria atau
wanita), latar belakang pendidikan seseorang ( MA, SMA,SMK,),
kemudian jenis pekerjaan ( Petani, PNS,TNI, Pedagang).65
Sedangkan sasaran dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang
berlaku sebagai prisip-prinsip umum yang hidup dalam masyarakat.
Gejala-gejala tersebut dilihat dari kesatuan bulat yang menyeluruh,
sehingga pendekatan kualitatif sering disebut sebagai pendekatan holistik
terhadap suatu gejala sosial.66
62
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 9.
63
Ibid., hal. 8.
64
Adnan Mahdi, Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun, Skripdi, Tesis, Dan disertasi, (Bandung:Alfabet,2014), hal. 123.
65
Abdul Muhid, Analisa Statistik Lima langkah Praktis analisis Statistik Dengan SPSS or Windows,
(Sidoarjo: Zifatama, LemLit, 2012), hal. 2.
66
xlviii
Berdasarkan pendapat diatas, pada prinsipnya bahwa penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif
berupa kata-kata yang ditulis dari orang yang diwawancarai dan perilaku
orang yang diamati secara alamiah dalam sebuah budaya atau kelompok
sosial untuk dimaknai atau ditafsirkan dalam perspektif para pelakunya.
Sedangkan yang dimaksud dengan alami adalah perilaku seperti
kebiasaannya sehari-hari dalam berkomunikasi dengan tetangga yang lain,
tanpa adanya rekayasa atau dibuat-buat. Selain itu dalam penelitian
dengan metode kualitatif juga tidak lepas dari hubungan individu-individu
yang diteliti baik dari aspek budayanya, atau aspek adat-istiadatnya, atau
aspek bahasa yang memiliki ciri khas tertentu dan lain-lainnya.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Klopoduwur Kecamatan
Banjarejo Kabupaten Blora Jawa Tengah. Alasan memilih lokasi tersebut
adalah disamping tanah kelahiran peneliti, juga paham Saminisme yang
unik masih bertahan hingga sekarang, bahkan menjadi ikon Kabupaten
Blora, ini bisa dilihat sebuah foto besar terpampang di Kantor Bupati
Blora beserta nama Mbah Samin surosentiko, dan setiap hari kamis
pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Blora memakai seragam model
Mbah Samin surosentiko yaitu celana hitam dan baju hitam berserta ikat
xlix
C. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah Masyarakat penganut ajaran Samin di Desa
Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, yang masih memegang ajaran
Samin,terutama para pemangku adat Samin. Kemudian obyek penelitian
lain adalah tokoh masyarakat dan Kepala Desa Klopoduwur yang berperan
sangat sentral bagi kesejahteraan pada masyarakat penganut ajaran Samin
dan beberapa tokoh agama Islam.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Informan kunci (key inorman), yaitu tokoh masyarakat pengikut Samin, seperti tokoh pemangku adat masyarakat Samin, kemudian
Kepala Desa yang masih menjabat, atau para mantan Kepala desa
Klopoduwur yang juga pengikut Samin, kemudian para tokoh agama
Islam, seperti Kyai, atau Ustadz, baik yang asli dari desa setempat
maupun yang tidak asli sebagai penduduk setempat, akan tetapi selalu
memberikan pengajian secara rutin yang ada di desa Klopoduwur.
2. Tempat dan peristiwa, seperti Masjid, Kantor Kepala Desa, atau
Pendopo pertemuan sedulur Sikep, kemudian Makam Mbah Engkrek,
serta pengikutnya, dimana peneliti memperoleh data,
3. Sumber data berikutnya adalah berupa dokumen, baik berupa film,
atau dalam bentuk foto, seperti foto makam Mbah Samin Engkrek
l
sedulur sikep yang ada di Karang pace, kemudian dokumen yang ada
di Kantor kepala Desa, dokumen sebuah Masjid yang memiliki sejarah
berhubungan dengan Mbah Samin Engkrek, dan dokumen yang lain
yang berkaitan dengan persitiwa yang lainnya.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode dalam pengumpulan data, meliputi 3 (tiga) hal kegiatan yaitu :
Proses memasuki lokasi, kemudian berada dilokasi penelitian dan terakhir
tahap pengumpulan data. . Berikutnya data dikumpulkan dengan
menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu :
1. Observasi
Secara bebas bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan pada
hal-hal yang diselidiki. Penggunaan cara ini dengan alasan diantaranya,
adalah teknik observasi merupakan penelitian yang melakukan observasi
menyeluruh pada sebuah latar belakang tertentu tanpa sedikitpun
merubahnya.67 Kemudian dengan observasi peneliti dapat mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Observasi juga
dapat dilakukan untuk mengecek data apabila terjadi ketidaksamaan dari
hasil wawancara.
67
Adnan Mahdi,Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, & disertasi,
li
2. Wawancara ( Interview)
Metode wawancara mendalam adalah yang digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalah yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.68
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,
dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun dengan wawancara melalui telepon. Wawancara lebih merupakan sebuah
percakapan dibanding sebuah peristiwa yang formal dalam kategori
respon yang bisa perkirakan.
Dalam Wawancara peneliti mengelola beberapa topik umum untuk
membuka persepektif partisipan, tetapi peneliti harus menghormati
bagaimana partisipan membentuk aturan-aturan responya. Bahan
pembicaraan yang diutarakan tidak melulu pada soal penelitian yang
dilakukan tetapi bisa tentang problem-problem yang lain, sehingga bisa
membuat suasana hubungan dengan para informan menjadi cair.
Pertanyaan dilakukan dalam bentuk yang umum dulu, baru kemudian
dapat dikembangkan menurut respon jawaban responden tetapi tidak
68
lii
keluar dari topik yang dibicarakan. Dengan demikian responden akan
bisa memberikan informasi secara terbuka dan mendalam. Dalam
penelitian kualitatif data yang diperoleh adalah data yang dinyatakan
dalam keadaan sebagaimana adanya, tidak ada rekayasa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa masa lalu, dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, searah
kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan.69 Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa,
film, VCD, kaset dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi, dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Hasil penelitian observasi dan wawancara akan lebih kredibel apabila
didukung oleh dokumen-dokumen baik berupa foto, catatan sejarah, karya
tulis yang ilmiah dan akademik. Maka paling tidak ada 3 (tiga) macam
kegunanaan dokumentasi yaitu :
a) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, dan perbandingan.
b) Dokumen sebagai bagian dari sumber untuk menghasilkan
kesesuaian antara observasi dan wawancara.
69
liii
c) Pengkajian melalui dokumentasi akan menghasilkan sekaligus
mengembangkan penemuan-penemuan lebih lanjut.
Dokumentasi yang digunakan disini adalah dokumentasi berupa
naskah-naskan, foto-foto, dan lain-lain yang diperoleh dari Kelurahan
setempat.
F. Analisa Data
Dalam penelitian dengan metode kualitatif ini, teknik analisa data
yang digunakan sudah jelas yaitu, diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.70
Dalam analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa: " Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, ieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding off them and to enable you to present what you have discovered to other" Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dengan mudah
dipahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.71
Kemudian Analisa data dengan metode kualitatif menurut Spardley
(1980), juga bisa dilakukan dengan langkah-langkah,
1. Memilih situasi sosial (place, actor, activity)
70
Ibid., hal. 243.
71
liv
2. Melaksanakan observasi partisipan.
3. Mencatat hasil observasi dan wawancara
4. Melakukan observasi deskriptif.
5. Melakukan analisis domain, yaitu memperoleh gambaran yang umum
dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial.
6. Melakukan observasi terfokus.
7. Melakukan analisis taksonomi, yaitu domain yang dipilih tersebut
selanjtnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui strutur
internalnya.
8. Melakukan observasi terseleksi
9. Melakukan observasi komponensial. Yaitu mencari ciri-ciri spesipik
pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskanantar
elemen.72
10. Melakukan analisis tema
11. Temuan Budaya.73
12. Menulis laporan penelitian kualitatif.
72
Ibid., hal. 255.
73
lv
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Penganut Ajaran Samin
1. Secara Geografis dan Demografis
Blora memiliki semboyan Mustika, ini bisa dilihat dan ditemukan
hampir disetiap sudut kota Blora, terutama jalan protokol atau jalan raya
yang ada di wilayah kabupaten Blora. Mustika merupakan singkatan
Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah, Kontinyu, Aman. Semboyan ini
sudah melekat sebagai identitas masyarakat Blora untuk membangun
daerahnya.74
Pandangan umum tentang kabupaten Blora, maka tidak terlepas dari
kontek sejarah kabupaten Blora, yaitu sebagai komunitas Samin. Ini
dikarenakan penduduk kabupaten Blora adalah penganut ajaran