• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAKWAH DI KOMUNITAS SINKRETIS PENGANUT AJARAN SAMIN : STUDI KASUS DI KLOPODUWUR BLORA JAWA TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAKWAH DI KOMUNITAS SINKRETIS PENGANUT AJARAN SAMIN : STUDI KASUS DI KLOPODUWUR BLORA JAWA TENGAH."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH DI KOMUNITAS SINKRETIS PENGANUT AJARAN

SAMIN

( Studi Kasus Di Klopoduwur Blora Jawa Tengah)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Komunikasi Dan Penyiaran Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel

Oleh :

Sadin Subekti NIM. F07213097

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

vii

ABSTRAK

Sadin Subekti , Januari 2016, Dakwah di Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin (Studi Kasus Di Klopoduwur Blora).

Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman yang dimiliki, menjadikan kebudayaan yang satu dengan lainya menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi kebudayaan lain. Masyarakat komunitas sinkretis penganut ajaran Samin, adalah salah satu yang memiliki keanekaragaman tersebut. Kelompok Samin yang dipimpin oleh Samin Surosentiko melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda, karena dipaksa membayar pajak, disuruh kerja paksa membangun jalan,dan tanam paksa. Selain melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda Masyarakat pengikut Samin juga mempunyai ajaran tentang kehidupan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Sumber Pendidikan Mental Agama Allah merupakan salah satu cara untuk melakukan dakwah, sehingga manusia memiliki Iman yang kokoh dan berkepribadian sempurna, Masyarakat Samin terkenal dengan kejujurannya, memiliki sikap gotong royong. Itu adalah modal yang besar bagi kehidupan manusia dan sekaligus membantu pemerintah dalam menangani kemerosotan moral. kebodohan, kemiskinan, ketakutan, keterbelakangan, dan krisis moral yang terjadi di masyarakat sebagai bentuk dakwah. Dakwah di masyarakat Samin desa Klopoduwur kabupaten Blora adalah merupakan cara untuk menggali kearifan lokal dan seberapa besar pengaruhnya terhadap para da'i melakukan pembinaan mental melalui agama Islam.

Penelitian ini berusaha mencari jawaban atas tiga pokok permasalahan utama, yaitu bagaimana penerapan ajaran-ajaran yang disampaikan para da'i dan tokoh masyarakat untuk mewujudkan dakwah sesuai kebutuhan masyarakat Samin. Kedua memberi gambaran bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan para da'i, serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam berdakwah. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan dakwah transformative. Peneliti perlu terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara, dan dokumentasi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dakwah yang dilakukan para da'i sangatlah tepat karena tokoh masyarakat Samin selalu mendatangkan para da'i yang paham tentang latarbelakang budaya lokal setempat.

(6)

viii

ABSTRACT

SadinSubekti, January 2016, Preachingin the Community of Syncretic Adherents of Samin Doctrine (Case Study InKlopoduwurBlora).

The cultures in Indonesia are diverse, because Indonesia is an archipelagic nation that spread from Sabang to Merauke. Diversity that owned, making culture with one another produces a different understanding for other cultures. Society of syncretic community adherents of Samindoctrine, is one that has such diversity. The group of Samin led by SaminSurosentikowas resisted to the colonial Dutch, because they are being forced to pay taxes, prompting to forced-work to build roads, and cultivation. In addition to resisted to Dutch colonial, society of Samin followers also have doctrine on human life to God Almighty,

Source of Mental Education on God Religion is one way to do preaching, so that people have a strong faith and perfect personality. Community of Saminis famous by their honesty, and has an attitude of mutual cooperation. It is a large capital for human life and also assists the government in addressing moral decline, stupidity, poverty, fear, ignorance, and moral crisis in society as a form of preaching. Preachingin the community of Saminon village of Klopoduwur district of Blora is a great way to explore the local wisdom and how great the influence to the Preachers to perform mental development through Islam religion.

This study tried to find answers to three main subject matter, these are how the application of the teachings presented by Preacherand community leaders to realize the preachingaccording to Samin community needs. Second, it gives a picture of preaching forms that conducted by Preacher, as well as the supporting factors and inhibiting factors in preaching. This research is a qualitative research with transformative preaching approach. Researcher need to go directly to field to obtain the necessary data. Data collected by direct observation, interviews, and documentation.

This study concluded that the preaching that conducted by Preachers are appropriatedbecause the leaders of Samin community always bring the Preachers who know about the background of local culture.

(7)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

COVER DALAM………..…….……….….i

PERNYATAAN KEASLIAN……….……….…ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………….….……….……iii

PENGESAHAN TEAM PENGUJI………….……….iv

PEDOMAN TRANSLITERASI……….……….….v

MOTTO………..……….……….…vi

ABSTRACT………...……….…vii

KATA PENGANTAR……….……….…ix

DAFTAR ISI………..………..………xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……….…1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ……….… 12

C. Rumusan Masalah …………...………. 13

D. Tujuan Penelitian ……….………. 13

E. Kegunaan Penelitian ……….14

F. Penelitian Terdahulu ………14

G. Sistematika Pembahasan ………16

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Dakwah ………18

1. Pengertian Dakwah………18

B. Macam-Macam Dakwah………..19

a. Dakwah bi al-Lisan ………...19

(8)

xii

c. Dakwah bi al-Qalam ……….19

C. Ajaran Samin……… 20

D. Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin ………. 20

E. Strategi Dakwah ………..…23

F. Strategi Dakwah Pada Masyarakat Sinkretis ……… 27

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian………33

B. Lokasi Penelitian ………35

C. Obyek Penelitian ………. 36

D. Sumber Data………..36

E. Metode Pengumpulan Data………37

a.Observasi……….37

b. Wawancara………38

c.Dokumentasi ………..39

D.Analisa Data ……….40

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Penganut Penganut Ajaran Samin ………...42

1. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Klopoduwur…….………42

2. Letak Geografis ………...…………..………43

3. Keadaan Demografis ……….47

4. Keadaan Sosial ……….. . ………49

5. Keadaan Sosial Budaya………...53

6. Keadaan Sosial Keagamaan………57

7. Kondisi Sosial Politik ………63

8. Keadaan Sosial Pendidikan ………67

9. Perubahan Sosial…...….………68

(9)

xiii

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan..………..70

1. Strategi Dakwah Para Da'i di Komunitas Samin…………..………...70

a. Perbanyak Sarana Ibadah………75

b. Adanya Penceramah………...75

c. Berdakwah Meningkatkan Ekonomi………..76

d. Sarana Ibadah……….76

e. Berdayakan Ekonomi……….…….81

f. Peran Kyai dalam Dakwah dan Organisasi Islam….………….….84

g. Organisasi Islam (Muslimat NU)..………..…………...86

2. Respon Komunitas Penganut Ajaran Samin ………....87

3. Faktor Pendukung dan Penghambat ……….…89

C. Pembahasan a. Faktor Pemahaman agama ...91

b. Faktor Sejarah...92

c. Faktor Ekonomi...92

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan………....………..………94

B. Saran ……….………...………96

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(10)

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia khususnya pulau Jawa, telah mengembangkan sebuah

budaya literer dan religius yang canggih serta di perintah kaum elit yang

berpikiran cukup maju jauh sebelum Islam tercatat muncul untuk pertama kalinya

dalam masyarakat Jawa pada abad ke 14. Peradaban yang lebih tua ini diilhami

gagasan-gagasan Hindu serta Budhis dan meninggalkan beragam warisan dalam

rupa seni, arsitektur, literatur, dan pemikiran yang hingga kini masih membuat,

baik masyarakat jawa sendiri maupun kalangan luar, terpesona.1

Sebelum abad 14 para penyebar agama Islam sampai ke Jawa dan terdapat

orang Jawa yang masuk Islam, tapi yang perlu diketahui bahwa bukti pertama

dari kaum Muslim Jawa adalah penemuan beberapa nisan yang mulai tahun 1368

M. Nisan-nisan tersebut menjadi semacam catatan kematian orang-orang Jawa

yang berasal dari kalangan bangsawan, anggota keluarga kerajaan, kerabat dekat

istana raja Majapahit di Jawa Timur yang di perintah kaum Hindu dan Budha,

pada masa kejayaannya, yang memeluk agama Islam.2

Menurut para ahli pulau Jawa bagian pesisir utara, banyak bukti-bukti

tentang sejarah Islam masuk ke Jawa sebelum abad ke 13, seperti makamnya Siti

1

M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa, Sejarah Islamisasi, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2013), hal. 29

2

(11)

xv

Fatimah binti Maimun bin Hibbatullah wafat pada tahun 495 H / 1102 M3.

Syeikh Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 12 Rabiul Awwal 822 H./8

april 1419 M di Gresik,4 Sementara agama Islam masuk ke Kabupaten Blora

melalui Adipati Haryo Penangsang, di daerah Jipang Kecamatan Cepu Kabupaten

Blora, yang di bimbing langsung/ maupun tidak langsung oleh Sunan Kudus.

Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah

yang letaknya berada di sebelah timur kota Semarang, jarak tempuh dari kota

Semarang ke Kabupaten Blora kurang lebih 127 kilometer, apabila ditempuh

dari kota Bojonegoro Jawa Timur kurang lebih 40 kilometer, sekaligus

berbatasan langsung dengan Jawa Timur khususnya kabupaten Bojonegoro5.

Wilayah Kabupaten Blora terdiri dari dataran rendah dan perbukitan dengan

ketinggian 200-280 meter diatas permukaan laut. Bagian utara merupakan

kawasan perbukitan, bagian yang tak terpisahkan dari pegunungan kapur di

bagian utara. Bagian selatan juga berupa perbukitan kapur yang merupakan

bagian dari pegunungan kendeng yang membentang dari bagian timur Semarang

hingga kabupaten Lamongan Jawa Timur.6

3

Maman Abdul Daliel dan Sayid Husein Al-Murtadho, Keteladanan dan Perjuangan Wali Songo dalam menyiarkan agama Islam di Tanah Jawa, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012), hal. 20

4

Ibid. , hal. 48

5

Atlas Global Indonesia Dunia, hal.30

6

(12)

xvi

Kabupaten Blora terdiri dari perbukitan dan pegunungan dan separuh dari

wilayah Blora adalah hutan jati yang sangat berkualitas dan terbaik di Indonesia,7

terutama dibagian timur, utara, dan selatan. Dataran rendah dibagian tengah

umumnya merupakan areal persawahan dan juga ladang yang menjadi pekerjaan

masyarakat Kabupaten Blora. Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora

merupakan daerah krisis air, baik untuk air minum maupun untuk irigasi pada

musim kemarau.8

Krisis air biasa melanda daerah pegunungan kapur, sementara pada musim

banjir rawan tanah longsor. Kabupaten Blora yang beribukota di Blora serta

memiliki luas wilayah 840. 380 Km persegi dan jumlah penduduk pada th. 2010,

sebesar 2.623 jiwa, dan 16 Kecamatan, 294 Desa,9 juga terkenal dengan perang

antara Adipati Haryo Penangsang yaitu Adipati di Jipang Panolan sekitar

Kecamatan Cepu Kabupaten Blora dengan Danang Sutowijoyo dari Pajang

(Sukoharjo).

Di samping terkenal dengan hutan jatinya, terkenal dengan tayub, seperti di

Kecamatan Jepon, juga kesenian ketoprak, yang terkenal adalah kesenian

ketoprak di kelurahan Pulo dan ketoprak dari Dusun Thengklik Kecamatan

Randublatung Kabupaten Blora.10 Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

7

Giyarto, Selayang Pandang Jawa Tengah, dan R. Priyo Sanyoto, Brigadir Jenderal TNI AD (Purnawirawan) Pemerhati budaya kejawen, Samin, (Semarang gigihpustakamandiri,2014), hal. xxvii

8

Wawancara dengan Diana Utami Kepala Desa Klopoduwur Kabupaten Blora

9“tp:Global Atlas, Indonesia-Dunia, tt. “t.th.” hal. 31. 10

(13)

xvii

Kabupaten Blora adalah pekerja keras terutama dalam soal bertani/bercocok

tanam dan berladang di sawah atau di kebun. Dalam kehidupan sehari-hari ada

komunitas masyarakat yang unik yaitu di Kecamatan Randublatung, Kecamatan

Menden, Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, Kecamatan Cepu dan lainnya,

semuanya masuk wilayah Kabupaten Blora yaitu tentang mayarakat Samin atau

pengikut saminisme (sedulur sikep). Komunitas pengikut ajaran Samin ini sampai di beberapa Kabupaten seperti di Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Pati,

Kabupaten Grobogan, Kabupaten Jepara, serta Kabupaten Kudus.11

Komunitas pengikut ajaran Samin adalah kelompok masyarakat yang

menganut ajaran Saminisme. Ajaran Saminisme muncul akibat atau reaksi

terhadap pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang terhadap

orang-orang pribumi.12 Perlawanan yang dilakukan tidak secara fisik/ perlawanan

dengan kekerasan tetapi dengan cara melakukan penentangan terhadap segala

peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda atau

pemerintah dalam negeri, seperti misalnya dengan tidak membayar pajak.

Kemudian dalam perlawanan tersebut komunitas Saminisme membuat

aturan-aturan tersendiri, adat istiadat serta memiliki kebiasaan tersendiri dalam

kehidupan sehari-hari. Kelompok ini di pelopori dan sekaligus pendiri Saminisme

yaitu Samin Surosentiko.13 Ada yang menyebut Samin Surontiko, atau Raden

11 Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin, Samin Mitisisme Petani di Tengah Pergolakan, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014), hal.146

12

Mustofa Bisri, disampaikan dalam buku , Samin, (Semarang : Gigihpustaka Mandiri 2014), hal. xix

13

(14)

xviii

Kohar. Tokoh ini lahir di Dusun Ploso Kelurahan Kediren Kecamatan

Randublatung, Kabupaten Blora pada tahun 1859 M, anak dari Raden

Surowijoyo, nama kecil Raden Surowijoyo adalah Surosentiko atau Suratmoko

yang juga di sebut Raden Aryo atau juga di sebut Samin sepuh. Samin

Surosentiko sendiri anak kedua dari lima bersaudara yang kesemuanya adalah

laki-laki, sehingga masyarakat sekitarnya menyebut pandawa lima, nama tokoh

dalam dunia pewayangan.14 Karena anak kedua , maka menurut tradisi lisan,

seperti di kutip dr. Cipto,15 oleh penduduk setempat Samin di identikan dengan

werkudoro atau Bima di dalam Dunia pewayangan.

Komunitas pengikut ajaran Samin memiliki sifat yang kurang bagus bagi

pemerintah kolonial Belanda maupun penguasa pribumi yaitu : orang samin identik dengan bodoh yang tidak berbudaya dan harus di jahui.16 Teapi justru komunitas Samin (Sedulur sikep)17 memiliki strategi dalam rangka melawan kesewenang-wenangan kolonial Belanda yaitu dengan cara yang berbeda, Dia

tidak melawan dengan memberontak tapi dengan cara membangkang, tidak

mentaati aturan-aturan yang mereka anggap merugikan diri mereka.18 Yang

lebih menarik adalah cara pembangkangan itu yang aneh, mereka

14 Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin, Samin Mistisisme Petani di tengah Pergolakan, (Semarang : Gigih pustaka mandiri, 2014), hal.124

15

Harry J. Benda Lance Casles, op cit, halaman 210 dikutip dari Anis Sholeh Ba’sayain, Samin Misistisme Petanidi Tengah Pergolakan, (Semarang :Gigihpustakamandiri 2014), halaman, 123

16Ganjar Pranowo, disampaikan dalam buku Anis Sholeh Ba’syain, Samin,

(Semarang : Gigih pustaka mandiri 2014), hal. Xi.

17

Giyarto, Selayang Pandang Jawa Tengah, (Klaten : Intan Pariwara,2008), halaman,31

18Mustofa Bisri, di sampaikan dalam buku Anis Sholeh Ba’asyin dan Muhammad Anis Ba’asyin,

(15)

xix

mengembangkan nalar yang unik, yang membuat apa yang mereka lakukan tidak

serta merta bisa di anggap sebagai kesalahan. Caranya dengan membelokan

jawaban sedemikianrupa sehingga tujuan pertanyaan tidak tercapai. Artinya,

mereka menjawab tetapi sekaligus “tidak menjawab”.19

Pola yang demikian bagi

orang awam dianggap Samin itu bodoh tidak berbudaya, tidak tahu aturan dan

lain sebagainya, padahal itu perlawanan yang sangat elok, bahkan itu juga di

lakukan Nabi Ibrahim, as. ketika ditanya penguasa lalim mengenai istrinya,

beliau menjawab, “ Dia adalah saudaraaku”. Maksud Nabi Ibrahim adalah,

saudara sesama anak Nabi Adam, as.20

Pada dasarnya pengikut ajaran Samin adalah masyarakat sebagaimana

masyarakat yang lainnya yaitu sebagai petani yang lugu, jujur dan bersikap apa

adanya, bukan hanya kepada sesama manusia saja, tetapi dengan Alam semesta

tempat mereka hidup juga ramah. Pengikut ajaran Samin menjujung tinggi

nilai-nilai tersebut,21 Ini juga berlaku untuk masyarakat komunitas pengikut ajaran

Samin yang ada di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah yang menganut sistem

tata nilai yang berlaku di masyarakat tersebut, baik cara bergaul, bersosial,

berinteraksi, berdagang, berorganisasi, berladang ke kebun, ke sawah maupun ke

hutan, dan mengedepankan sikap jujur, pekerja keras tidak mengenal putus asa,

sebagaimana orang-orang di wilayah Propinsi Jawa Tengah.

19

Ibid,. Hal. xx

20

Ibid,. Hal. xx

21

(16)

xx

Setiap manusia apapun latar belakangnya, pasti memiliki potensi budaya

yang baik dan yang buruk didalam dirinya. Untuk potensi budaya yang buruk,

tentu harus di kurangi atau diperkecil bahkan kalau bisa dihilangkan sama sekali,

seperti budaya mengambil milik orang, suka berbohong dan lain-lain. Sementara

budaya yang baik adalah budaya yang mencerminkan dan sekaligus

meningkatkan nilai tambah untuk dirinya maupun nilai tambah untuk orang lain.

Tapi kalau mereka tampak aneh itu buka kandungan nilai luhur yang sudah luntur

pada komunitas masyarakat Samin, melainkan strategi dalam kontek melawan

penjajah kolonial Belanda, yang di anggap merugikan kaum pribumi.22

Dalam

pergaulan sehari-hari komunitas samin terikat dalam berbagai sistem dan nilai.

Sisitem dapat diartikan sebagai aturan atau norma yang disepakati bersama, baik

tertulis ataupun tidak tertulis. Sistem ini didasarkan pada bahasa, struktur sosial,

dan kekerabatan.

Tiap-tiap sistem nilai mengatur antara yang baik dan yang buruk atau yang

boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Sistem nilai inilah yang mewarnai

kehidupan komunitas penganut ajaran Samin. Ini berlaku juga pada siapapun

yang mengikuti ajaran Samin yang ada di Kabupaten Blora yang selalu

melakukan kegiatan yang bersifat gotong-royong, atau bekerjasama tanpa

pamrih, seperti mendirikan rumah, bercocok tanam, melakukan pernikahan,

ketika tetangganya mengalami kesulitan, maka banyak yang mendatangi

22

(17)

xxi

membantu baik secara materiel maupun sprituil, tanpa dikomando. Itu adalah

nilai-nilai budaya kebaikan yang ada pada masyarakat suku samin, hingga

sekarang ini. Namun akibat tergerus perkembangan zaman, dan perkembangan

tekhnologi yang makin maju, budaya ini mulai luntur.

Meskipun demikian aktivitas/kegiatan-kegiatan kebaikan yang dilakukan

masyarakat samin ini bukanlah didapat dari satu sumber, ajaran agama, tetapi

diperoleh dari berbagai ajaran agama, seperti ada yang diperoleh dari agama

Islam, seperti yasinan tahlilan,dari agama Hindu dan Budha, seperti pasang sesaji (sesajen) di atas tiang rumah, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada masyarakat penganut ajaran Samin itu sendiri. Sebagian para ahli mengatakan

bahwa Samin merupakan komunitas budaya. Dalam persepektif spiritualisme

jawa, Samin nyaris tidak pernah diakui, sebagai aliran kebatinan, kedua berbeda

dengan aliran kebatinan (kejawen) yang lainya menitik-beratkan pada mental, ruhani, budi pekerti dan sikap perilaku penganutnya, komunitas samin justru

telah melakukan gerakan sosial secara nyata.23

Pada awalnya gerakan Samin ini adalah gerakan untuk melawan penguasa

pribumi dan penjajah Belanda khususnya di wilayah Kabupaten Blora persisnya

di Kecamatan Randublatung, pada tahun 1870 saat itu Belanda dengan seenaknya

mematok tanah-tanah desa untuk memperluas Samin yang dipimpin oleh Samin

Surosentiko (1859). Perlawananya tidak dengan cara adu fisik (angkat senjata)

dengan Belanda, tetapi dengan cara tidak mau melaksanakan peraturan yang

23

(18)

xxii

dibuat oleh Belanda, seperti kewajiban membayar pajak. Pasca gerakan

Saminisme yaitu perlawanan terhadap Belanda yang mematok tanah wilayah

hutan milik masyarakat penganut ajaran Samin maka, gerakan ini terus

memperoleh pengikut yang terus bertambah, sehingga pada tahun 1890 mulai

dari Ploso Kediren, kemudian Klopoduwur Kab. Blora. Makin banyak.24 Pada

awalnyapun Belanda mengenggap ini adalah gerakan aliran kebatinan biasa,

sebagaimana banyaknya aliran-aliran yang ada di Jawa, tetapi mereka terkejut

setelah tahun 1903 Residen Rembang melaporkan pengikut Samin mencapai 722

orang tersebar di 34 desa dibagian selatan Kabupaten Blora dan Kabupaten

Bojonegoro, 4 tahun berikutnya 1907 pengikutnya mencapai 5000 orang. Saat

itulah Belanda mulai menangkapi pengikut samin surosentiko dan dimasukkan

dalam penjara. Pada tanggal 08 November 1907 Samin diangkat pengikutnya

sebagai Ratu adil, dengan gelar Prabu Panembahan suryongalam.

pada 40 hari setelah di angkat menjadi ratu adil, Samin Suryosentiko

bersama 8 orang pengikutnya ditangkap oleh asisten wedana Randublatung R.

Pranolo, Samin dibuang ke Sawahlunto (Sumatera Barat) dan meninggal dalam

pengasingan pada tahun 1914. Namun menurut pandangan orang samin (pengikut

samin) Dia tidak mati, tetapi moksa, dan menjadi penghuni kaswargan (surga).25

Disamping meyakini ajaran-ajaran yang lain, maka sehari-hari orang Samin

meyakini tiga ajaran yang bersifat lisan yaitu : Disamping ada tiga ajaran

24

Ibid. , Hal. 163

25

(19)

xxiii

tersebut diatas maka yang menjadi sandaran adalah agama sebagai pegangan

hidup/senjata hidup.26 Paham masyarakat suku samin tidak membeda-bedakan

agama.

Oleh karena itu komunitas pengikut ajaran Samin tidak mengingkari atau

membenci agama apapun yang terpenting adalah tabiatnya, yaitu jangan

mengganggu orang, jangan bertengkar ,jangan suka sakit iri hati, dan jangan suka

mengambil barang milik orang, bersikap sabar dan jangan sombong, manusia

hidup harus memahami hidupnya, sebab roh hanya satu dan dibawa abadi

selamanya, roh orang yang meninggal tidaklah hilang (musnah), melainkan

ibarat menanggalkan pakaiannya belaka. Berbicara harus jujur, kemudian harus

menjaga mulut dari perkataan-perkataan yang tidak baik, dan saling

menghormati, dan itulah ajaran Samin (sedulur sikep) yang diambil dari ajaran

nenek moyangnya juga dari agama Hindu Budha, serta dari tentu dari Islam

sendiri. Ajaran samin (sedulur sikep) juga berhubungan dengan kepercayaan pada syiwa Budha, namun juga muncul ajaran Tasawwuf Islam dari Syekh Siti Jenar

yang dikembangkan oleh Ki Ageng Pengging pada masa kerajaan Demak.27

Dalam upacara tradisi di pada komunitas Samin, antara lain nyadran,

(bersih desa), selamatan di sekitar sumur-sumur yang di anggap memberi sumber

air kehidupan, kemudian selamatan kehamilan, kelahiran, khitanan,

26

Ibid . , Hal. 164

27

(20)

xxiv

perkawinan,dan kematian ketika berdoa selalu menggunakan bahasa jawa dan

bahasa Arab.

Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah bahasa campuran, bahasa kawi

kasar, dialek setempat, dan bahasa jawa ngoko (bahasa jawa kasar). Bagi orang samin (sedulur sikep) menghormati orang lain tidak di lihat dari bahasa yang di gunakan, tapi sikap yang di tunjukkan hal yang paling mendasar. Orang Samin

memiliki kepribadian yang polos, jujur, hal ini bisa dilihat apabila ada tamu yang

datang ke rumahnya, mereka selalu menyuguhkan semua makanan yang ada, dan

tidak ada yang disimpannya.

Kemudian pengetahuan tentang nilai-nilai perkawinan adalah unik, mereka

menganggap bahwa perkawinan dapat belajar ilmu kasunyatan (kenyataan hidup) yang menekankan pada aspek kemanusiaannya, rasa sosialnya, kekeluargaan dan

tanggung–jawab.28 Masyarakat samin juga lebih suka disebut sebagai (sedulur sikep) yaitu orang yang memiliki sikap yang jujur, yang memiliki kepribadian baik dan polos apa adanya, sementara orang di luar kelompok samin menganggap

bahwa orang samin itu bodho, karena orang Samin tidak sekolah, yang tidak

mengetahui ilmu pengetahuan yang modern.

Fenomena dakwah komunitas penganut ajaran Samin adalah ketika

melakukan ajakan (dakwah) untuk hidup sesuai ajaran agama Islam, sementara

masyarakat sudah terlanjur meyakini suatu keyakinan tradisi yang berasal dari

28Ibid. , Anis Sholeh Ba’asyin serta Muhammad Anis Ba’asyin, Samin,

(21)

xxv

selain agama Islam, tentu ini memerlukan suatu strategi berdakwah sekaligus tata

cara penerapnnya dalam masyarakat Samin. Disisi lain masyarakat Samin adalah

masyarakat pejuang dalam membela tempat tinggalnya yang dirampas oleh

kolonial Belanda, dan membela segala sesuatu yang diyakininya itu benar,

termasuk dalam berbudaya dan beragama.

Hal ini menjadi sangat menarik ketika melakukan suatu penelitian, dalam

rangka untuk memperoleh informasi yang lebih ditail, sesuai fakta dilapangan,

berkaitan dengan masyarakat yang masih menganut kepercayaan (sinkretisme)

dari aspek nilai-nilai agama Islam, kemudian nilai-nilai dari agama yang lainnya,

menjadi nilai akulturasi (percampuran dari berbagai agama, dan kepercayaan

serta budaya setempat) yang ada dalam komunitas masyarakat Samin (sedulur sikep), dilihat dari bahasa yang digunakan, tapi dari sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada kajian tentang para da’i / Ustadz yang

melakukan ceramah agama pada pengikut Samin, yang ada di Kabupaten Blora,

yaitu di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, dan sekitarnya maupun yang

ada diwilayah lainnya. Oleh karena itu peneliti memfokuskan aspek pengikut

samin yang melakukan aktifitas dakwah agama, melalui aktifitas sosial, aktifitas

budaya, dan lainnya. Ini menarik karena mayoritas pengikut samin sekarang ini

(22)

xxvi

agamanya. Kalaupun ada yang menjalankan agamanya masih bersifat

mencampur-adukkan dengan agama lain (sinkretisme).

Ada juga pengikut samin saat ini, yang menjadi tokoh agama Islam (ustadz),

sekaligus pegawai Negeri dipemerintahan. Ini sangat menarik sesuai dengan

jurusan peneliti yaitu jurusan KPI, tentang dakwah.

C. Rumusan Masalah

Berpijak dari uraian pada latar belakang serta identifikasi dan batasan

masalah tersebut di atas, maka yang perlu diangkat dalam ilmu komunikasi Islam

( dakwah) pada komunitas masyarakat samin ini, adalah sebagaimana berikut ini

:

1. Bagaimanakah strategi dakwah yang dilakukan para da'i dalam berdakwah di

komunitas sinkretis penganut ajaran Samin?

2. Bagaimanakah respon komunitas sinkretis penganut ajaran Samin terhadap

proses dakwah di Desa Klopoduwur?

3. Apa faktor-faktor pendukung & penghambat proses dakwah di komunitas

penganut ajaran Samin?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah dalam rangka untuk mengetahui

permasalahan sebagaimana berikut :

1. Untuk mengetahui strategi dakwah yang dilakukan para da'i dan tokoh

masyarakat sesuai sasaran dan kebutuhan di komunitas masyarakat penganut

(23)

xxvii

2. Untuk mengetahui respon komunitas sinkretis penganut ajaran Samin terhadap

proses dakwah di Desa Klopoduwur.

3. Untuk mengetahui secara obyektif faktor apa saja sebagai penghambat

pelaksanaan dakwah, dan faktor-faktor apa saja sebagai pendukung

pelaksanaan dakwah pada masyarakat komunitas penganut ajaran Samin. E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dan manfaat, sebagaimana

berikut: Meninjau ulang tentang pendapat para penulis dan juga sebagian

masyarakat pada umumnya yang mengatakan bahwa samin itu bodo,

menjengkelkan dan tidak taat peraturan29 serta berlaku seenaknya sendiri.

2. Secara Praktis

Secara praktisi, bisa di harapkan menjadi rujukan bagi para pengkaji maupun

penulis, budaya-budaya serta kearifan lokal yang ada di daerah-daerah di

seluruh pelosok Indonesia ini, dan sekaligus bentuk kepedulian terhadap

nilai-nilai kebaikan yang ada di Bumi pertiwi ini.

F. Penelitian Terdahulu

(24)

xxviii

Mengurai penelitian terdahulu maka menemukan beberapa buah buku

yang sangat sesuai dengan kajian di lapangan dan kesesuaian buku-buku yang

telah mengurai tentang komunitas masyarakat Samin sebagaimana berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Ahmad Chamzawi Umar, tentang

Perubahan dan perilaku Sosial, yaitu menekankan pada perilaku Sosial maupun

perubahan identitas pada komunitas Sinkretis Penganut ajaran Samin.

Perubahan perilaku sosial terjadi pada upacara perkawinan, kematian serta

perubahan dalam pemahaman terhadap agama. Penelitian ini berupaya untuk

memberikan jawaban yaitu:

a. Perubahan perilaku sosial bagi masyarakat sinkretis penganut ajaran Samin

di Desa Klopoduwur Kab. Blora, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Peneliti memberikan contoh tentang perubahan sosial seperti tata cara

perkawinan, tata cara kematian dan paham terhadap keagamaan dan

keyakinan, serta ketaatannya membayar pajak.

b. Perubahan sosial dalam hal identitas, bagi penganut sinkretis ajaran Samin

di Klopoduwur, sudah tidak mau lagi disebut wong Samin dalam konotasi

jelek yaitu wong Samin itu bodho, maka identitasnya dirubah menjadi orang

yang punya sikap (sedulur sikep).

2. Penelitian yang dilakukaan oleh Suhajis mahasiswa Pascasarjana IAIN Sunan

Ampel Surabaya tahun 2012 tentang "Kontruksi Pesan Dakwah Bi Al-Qalam

Melalui SMS Oleh Yayasan Al-Jihad Surabaya". (Kajian Teori Produksi

(25)

xxix

pesan SMS pada pendengarnya yang belum bisa hadir ketika ada pengajian di

Yayasan al-Jihad Surabaya. Maka berikutnya adalah untuk mengetahui ideologi

di balik wacana relitas sosial yang di presentasikan dalam SMS al-Jihad

Surabaya. Penelitian ini berupa memberikan jawaban kepada masyarakat yang

memiliki kesibukan dan khususnya yang tidak bisa mengikuti secara langsung

tiap ada pengajian di Yayasan al-Jihad Surabaya. Maka seseorang untuk belajar

agama tidak harus ada pada satu tempat, dimanapun berada pesan dakwah pasti

tersampaikan juga, melalui pesan dakwah bi al-Qalam dengan pesan SMS pada Yayasan al-Jihad. Peneliti memberikan contoh tentang tanya jawab masalah

hukum agama Islam, tentang Shalat, tentang puasa, tentang shodakoh, tentang

haji dan lain-lain.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam tesis ini, peneliti membagi lima

bab yakni :

Bab I merupakan pendahuluan, yang mencakup latar belakang

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab II menguraikan kajian pustaka dengan bahasan pengertian

komunitas penganut ajaran samin

Bab III, Metode Penelitian, mencakup pendekatan dan jenis penelitian,

(26)

xxx

Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri geografis,

demografis, sosial budaya penganut ajaran Samin Kota Blora, peran kyai

dalam dakwah, peran ormas, respon komunitas sinkretis penganut ajaran

Samin, faktor pendukung dan penghambat dakwah di komunitas sinkretis,

(27)

xxxi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari

bahasa 'Arab yakni da'a yad'u, atau dakwah dalam bentuk isim masdar dari du'aa yang keduanya mempunyai arti sama yaitu ajakan, seruan atau panggilan. Asal kata du'aa bisa diartikan

bermacam-macam, tergantung kepada pemakainya dalam kalimat. Misalnya:

du'a dapat diartikan memanggil atau menyeru dia. Du'an lahu dengan arti mendoa'kan dia atau baginya.

Sedangkan menurut terminologi atau istilah ada beberapa

pengertian, dakwah adalah mengandung upaya menyebarluaskan

kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya.30

Sedangkan menurut Kustadi Suhandang, dakwah adalah bahwa

manusia diseru untuk mendakwahi orang lain untuk berbuat kebajikan

melakukan amar makruf nahi munkar berupa kontrol sosial.31

Secara umum dakwah adalah mengajak atau menyeru kepada

ajakan atau seruan kepada yang lebih baik.32

30

Mahmuddin, Manaemen dakwah Rasulullah, (Jakarta,Restu Ilahi,2004),hal. 6

31

Kustadi Suhandang,,Ilmu Dakwah, (Bandung, Remaja Rosdakarya 2013),hal.10

32

(28)

xxxii

Begitu juga didalam al-Qur'an, yang artinya, Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk.33

2. Macam-Macam Dakwah

Dakwah Islam dapat dikategorikan tiga macam 34yaitu:

a. Dakwah Bi al-lisan

Dakwah bi al-lisan adalah dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, antara lain ceramah, khutbah, diskusi, metode ini sering digunakan para

da'i dan tokoh agama Islam dan lain-lain.

b. Dakwah bi al-Hal

Dakwah bi al-Hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan, contohnya melakukan donor darah untuk kemanusiaan,

mengumpulkan dana untuk korban musibah gunung meletus dan lain-lain.

c. Dakwah bi al-Qalam

Dakwah bi al-Qalam adalah dakwah melalui tulisan yang dilakukan

dengan cara menulis baik diinternet maupun disurat kabar, seperti Jawa

Pos, Surya, Kompas, Media Indonesia, Duta Masyarakat dan

lain-lain.Dakwah model ini jangkaunnya sangat luas. Kemudian diinternet juga

jangkauannya sangat lauas dan bisa didengarkan keseluruh penjuru Dunia.

33

Lihat an-Nahl :125

34

(29)

xxxiii

3. Ajaran Samin

Ajaran Samin atau disebut pergerakan Samin adalah salah satu suku

yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut

Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, dimana mereka

mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain

diluar kekerasan.35 Sedangkan menurut Ganjar Pranowo, mengatakan

bahwa gerakan Samin merupakan gerakan politik melawan penguasa

kolonial Belanda dengan menggunakan dengan menggunakan kearifan

lokal yang mudah dipahami dan nyaman diterapkan bagi para

pengikutnya, seningga gerakan politik tersebut berkembang dengan cepat

dan mengancam eksistensi penguasa kolonial36.

Kalau kita perhatikan bahwa apa yang diperjuangkan oleh Samin

Surosentiko dan para pengikutnya adalah salah satu kelompok yang juga

melakukan penolakan terhadap penjajah Negara Indonesia, hampir sama

dengan gerakan-gerakan yang lain di Indonesia, seperti gerakan Pangeran

Diponegoro bersama pengikutnya, para tokoh –tokoh di Indonesia yang

lainnya, hanya saja mungkin yang membedakan adalah bahwa gerakan

Samin Surosentiko dan para pengikutnya, menggunakan strategi yang

lebih sederhana, lebih mudah dipraktekan, tidak melakukan dengan

35

Wikipedia bahasa Indonesia, 14-10-2015

36

(30)

xxxiv

kekerasan secara fisik, dan lebih cenderung dengan cara tidak mentaati

aturan yang dianggap merugikan diri mereka, seperti tidak mau ditarik

pajak, dan lain-lain. Namun yang lebih menarik adalah ketika melakukan

pembangkangan, terhadap apa yang dianggap benar, mereka

menggunakan bahasa yang sangat unik, sehingga tidak bisa dikatakan itu

adalah sebuah kesalahan37

4. Komunitas Sinkretis Penganut Ajaran Samin

Didalam kamus Inggris – Indonesia komunitas berasal dari community

artinya golongan, pergaulan, masyarakat, ummat.38 Sedangkan kamus

besar bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud, sinkkretis adalah mencari

penyesuaian atau (keseimbangan) antara dua aliran agama dsb.39

Sedangkan menurut Prof. David Fernando Siagian, sinkretisme adalah

suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran

agama atau kepercayaan.40

Masyarakat penganut ajaran Samin di Klopoduwur adalah masyarakat

sebagaimana masyarakat di Pedesaan pada umumnya, yang selalu

menjujung dan mengedepankan nilai-nilai kejujuran, bekerja keras saling

tolong menolong antar warga setempat, dan itu adalah merupakan bagian

ajaran yang tak terpisahkan dari masyarakat pengikut Samin, menggali

37

Mustafa Bisri (Gus Mus), simapaikan dalam buku, Anis Sholeh Ba'asyin dan Muhammad Anis Ba'asyin, Samin Mistisisme Petani ditengah Pergolakan, ( Semarang: Gigih Pustaka mandiri,2014), hal. xx

38

E. Pino T.wittermans, Kamus Inggris – Indonesia,(Jakarta:PT Pradnya Paramita,1980),hal.78

39

http:kbbi.web.id/sinkkretis,tgl.13/8/2015

40

(31)

xxxv

nilai-nilai lama yang baik, dan menerima nilai-nilai yang baru yang lebih

baik lagi.41

Dalam kehidupan di alam dunia ini semua adalah saudara – saudara

manusia, termasuk tumbuh-tumbuhan, hewan, bahkan syetanpun saudara

manusia, akan tetapi syetan adalah saudara yang membangkang kepada

Allah swt.42

Dikarenakan semua itu saudara, maka terciptalah suatu kehidupan

yang harmoni, antara sesama makhluk Allah swt, dengan sang Pencipta

alam seisinya ini. Bagi pengikut Samin pergi kemanapun mereka tidak

takut walaupun pada malam hari ditengah hutan yang tidak ada lampunya

sama sekali, karena mereka menganggap apa yang ada disekitarnya adalah

saudara (sedulur).

Bagi pengikut Samin tidak ada istilah pada suatu tempat itu angker

misalnya atau mitos misalnya, jangan lewat disitu karena disitu ada

penunggunya nanti akan mengalami kecelakaan. Dan apabila itu dianggap

benar karena angker ada penunggunya, tapi yang ada disitu adalah

dianggap saudara, sehingga tidak mungkin mengganggu, kecuali mereka

melakukan sesuatu yang memang dilarang tetapi dilanggar.

41

Wawancara dengan setyo Agus widodo tokoh masyarakat Samin dan mantan pejabat kepala Desa Klopoduwur.tanggal, 25/07/2015

42

(32)

xxxvi

5. Strategi Dakwah

Sebelum berbicara lebih lanjut tentang strategi dakwah, maka perlu

diketahuhi terlebih dulu apa itu definisi dakwah? Secara terminologi

dakwah menurut Sayyid Qutb, adalah mengajak, / menyeru kepada orang

lain untuk masuk kedalam sabil (jalan) Allah swt. Bukan untuk mengikuti da’i atau orang lain atau sekelompok orang.43

Tentu pengertian tentang

dakwah masih banyak lagi, dan banyak kita temukan dibeberapa buku

yang menulis tentang dakwah, sebagaimana hal tersebut dibawah ini,

1. Islam adalah agama dakwah yakni agama yang mengandung upaya

menyebarluaskan kebenaraan dan mengajak orang lain untuk

mempercayainya, sehingga semangat memperjuangkan kebenaran itu,

tidak pernah padam dalam jiwa umat manusia yang beriman kepada

Allah Swt.44

2. Didalam al-Qur’an Allah swt. Perintahkan untuk berdakwah yaitu

ن ۡل

لإ ع ۡ ي َمأ ۡم ِم

ۡي ۡلٱ

ب

مۡأي

ف ۡ ۡلٱ

ۡ ۡ ي

نع

ۡلٱ

مه ك ٓ لْ أ

ۡ ۡلٱ

٤٠١

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.45(QS. Ali Imran:104)

43

Wahyu Ilahi, Komunikasi dakwah, (Bandung:Remaja Rosdakarya,2010),Hal.14.

44

, Mahmuddin, Manaemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi,2004), Hal. 6.

45

(33)

xxxvii

3. Pengertian tentang dakwah terdapat dua istilah yaitu dakwah Islamiah

atau di’ayah Islam dan dakwah, pengertian dakwah Islamiah mengacu

pada seruan Islam atau panggilan Islam. Sedangkan pengertian

dakwah mengandung arti kewajiban sebagai kaum Muslimin untuk

memanggil umat manusia dengan melakukan dakwah Islamiah

tersebut.46

4. Pengertian dakwah adalah (da’a: Arab) yaitu memanggil atau

mengajak sesuatu, dalam pengertian mengajak ke jalan Tuhan, dengan

maksud yaitu mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk

berislam, memeluk agama Islam dan mengamalkan Islam.47 Tentu

umat manusia hanya bisa menyeru atau mengajak terhadap yang lainya

untuk Berislam, akan tetapi tidak punya kemampuan untuk

mengislamkan manusia, karena itu bagian dari hidayah Allah swt.

Sebagaimana firmanNya dalam al-Qur’an yang berbunyi,

ءٓ ي نم ۡ ي ََٱ َن ل تۡ ۡحأ ۡنم ۡ ت ا كَنإ

ني ۡ ۡلٱب م ۡعأ ه

٦

56. Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.48(QS. Al-ashash:56).

46

, Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah,(Bandung:Remaja Kosdakarya,2013), Hal. 12-13.

47

Shonhadji Sholeh, Sosiologi Dakwah,(Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press,2011), Hal. 35. 48

,Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang:Tanjung Mas Inti,

(34)

xxxviii

5. Al-Qur’an mendefinisikan dakwah adalah sebagai upaya untuk

menyeru umat manusia menuju jalan Tuhan dengan cara bijak, tutur

kata yang tepat, atau dengan cara mujadalah (dialok yang sehat).49 Dakwah yang demikian ini dimaksudkan agar umat manusia

senantiasa melakukan perkara baik (amar ma’ruf ) dan meninggalkan

segala tindak dan laku yang munkar ( nahi munkar). Dari hal tersebut diatas bisa diartikan bahwa ilmu dakwah adalah, ilmu tentang menyeru

/mengajak manusia menuju jalan Tuhan. Al-Qur’an menyatakan

bahwa jalan Tuhan itu jamak, tidak tunggal.

6. Menurut A.H. Hasanuddin, dakwah adalah menyampaikan isi

pernyataan ajaran Allah swt. Dan RasulNya kepada umat manusia, dan

kedudukan masalah pokok dakwah adalah wajib hukumnya.50

7. Bagi masyarakat pengikut ajaran Samin di Desa Klopoduwur,

Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, yang memiliki ajaran dari

Samin Surosentiko, dengan berbagai aturan-aturan, maka ketika para

Ustadz dan Kyai-kyai yang mendakwahkan ajaran agama Islam,

menjadikan sesuatu yang baru. Sehingga tatanan-tatanan yang sudah

mapan bertahun-tahun lamanya mengalami perubahan, meskipun tidak

seluruhnya.

49

Suisyanto, Pengantar Filsafat Dakwah,(Yogyakarta:Teras, 2006), 50

(35)

xxxix

Tatanan yang berubah itu seperti adat perkawinan, yang dulu

tidak mau dicatat di Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, sekarang

sudah mau dicatat dan menggunakan cara-cara yang Islami, contoh

yang lain lagi yaitu, pada zaman dulu masyarakat Samin ketika ada

yang meninggal Dunia hanya dimasukkan di liang lahat tanpa dikafani

dan dimandikan serta di doakan. Tetapi sekarang tidak ada cara-cara

seperti dulu lagi, sehingga apabila ada kematian selalu mengundang

Modin (tokoh agama Islam di Desa Klopoduwur.51

Ini menunjukkan bahwa masyarakat pengikut ajaran Samin

tidak anti hal-hal yang datangnya dari luar, manakala hal itu baik,

bahkan lebih baik, maka mereka akan mengikuti hal tersebtut. Bagi

para pendakwah sendiri, harus memiliki bekal atau materi yang sesuai

dengan kondisi dan keadaan masyarakat penganut ajaran Samin di

desa Klopoduwur, sehingga memudahkan para Da’i untuk

menyampaikan materinya sesuai harapan masyarakat setempat.

Bagi para penyuluh agama Islam yang akan mendarmabaktikan

tenaga dan pikiran, serta ilmunya maka mempelajari tentang sosiologi

masyarakat penganut ajaran Samin adalah hal yang penting, karenanya

kita tidak mau dalam perjuangan itu menjadi sia-sia karena kurang

memperhatikan aspek ontologi bagi masyarakat Samin di Desa

51

(36)

xl

Klopoduwur. Apalagi beradakwah adalah perbuatan mulya disisi Allah

Swt. Sebagaimana sabda Nabi Saw.

6. Strategi Dakwah Pada Masyarakat Sinkkretis

Menurut (Van den Ban, 1988 : 321), Strategi dakwah adalah

Strategy is way to achieved cleary specitied goals with a combination of miens a nd in a certain time period. By anticipating we try to predict what

the appointment(s), one self andl or nature can do.”52

Artinya : Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan yang jelas,

ditentukan dengan kombinasi, sarana tertentu, dengan mengantisipasi,

kami mencoba untuk memprediksi komitmen dari dan atau alam dapat

melakukannya.

Sedangkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud,

sinkkretis adalah mencari penyesuaian atau ( keseimbangan dsb.) antara

dua aliran agama dsb.53

Sedangkan menurut Prof. David Fernando Siagian, sinkretisme adalah

suatu proses perpaduan dari beberapa paham atau aliran agama atau

kepercayaan. Pada saat ini sekarang ini bahwa teori – teori strategi

konvensional itu seringkali dipakai kaum kapitalis itu adalah merupakan

hasil dari strategi dakwah agama Islam, seperti terjadi pada zaman para

52

Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, (Malang:UMM Pres,2010), Hal.127

53

(37)

xli

Wali atau para Sunan di Indonesia / Wali Songo yang menyebarkan agama

Islam di Indonesia khususnya di tanah Jawa.

Menurut istilah metode berasal dari bahasa inggris, yaitu method,

yang berarti systemic arrangement ( penataan yang sistematis ), ordely procedure (prosedur yang rapi), mode of handling intelletual problema

(cara penanganan masalah yang cerdik)54 Jadi kalau disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan metode itu adalah cara menyususn tatanan kerja

yang rapih, guna menangani suatu masalah.

Apabila dihubungkan dengan metode dakwah adalah cara melakukan

kegiatan dakwah, guna menghasilkan manusia yang Islami, kalau

dihubungkan dengan ilmu komunikasi adalah cara berkomunikasi guna

menyusun kegiatan dakwah yang berhasil dan efektif.55 Kemudian

strategi dakwah atau metode dakwah adalah merupakan cara untuk

menyesuaikan kondisi atau keadaan serta tema yang relevan, dimana dia

berdakwah, didalam al-Qur’an Allah swt berirman :

يه ي َلٱب م ۡل ج ۖ

ۡلٱ ع ۡ ۡلٱ ۡ ۡلٱب كِب لي س لإ ۡ ٱ

ۡلٱب م ۡعأ ه ۦه ي س نع َلض ن ب م ۡعأ ه كَب َ إ ن ۡحأ

ني ۡ

٤٢٦

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125 )

54

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung:Remaja Rodakarya,2013),Hal.166

55

(38)

xlii

Dalam ayat al-Qur’an tersebut terkandung 3 (tiga) hal dalam melakukan

strategi dakwah agama Islam pada masyarakat ( Mad’u) yaitu :

1. Hikmah,

2. Mau’idhah hasanah (Pengajaran yang baik)

3. Mujadalah (berdebat atau diskusi)

Kata hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat

membedakan antara yang hak dan batil.56 Sedangkan menurut Syeikh bin

‘Asyur dalam tafsirnya Attahrir wa-Atanwir menjelaskan, Maksud

‘hikmah’ adalah pengetahuan yang sudah paten, (baku), yakni jauh dari

kesalahan.57 Jika seorang Ustadz / Ustadzah mampu menjalankan strategi

dakwah dengan hikmah maka baginya tidak terlalu sulit untuk mencapai

keberhasilan dalam berdakwah.

Begitu pula Utusan Allah SWT,yaitu Nabi Muhammad Saw

melakukan strategi dakwah secara arif dan bijaksana, sehingga melalui

beliau, Allah memberi rahmat kepada hamba utusanNya dan

meyelamatkan umatnya dari perbuatan yang tidak baik menuju keesaan

Allah SWT semata. Strategi Nabi Muhammad Saw. Sangat berguna sekali

dalam menyukseskan dakwahnya, yaitu untuk membangun akhlaq

56

Al-Qur’an Tafsir Per kata al-Ahkam, (Jakarta:PT. Suara Agung Jakarta,2013), hal. 282

57

(39)

xliii

manusia yang menghamba hanya kepada Allah SWT semata. membangun

dan menguatkan sekaligus mengembangkan agama Islam di negara beliau.

Sedangkan yang dimaksud ‘mau’idzhah’ adalah tutur kata yang

dirasakan lembut oleh lawan bicara (Pendengar).58 Yang artinya

menggunakan bahasa yang santun sesuai dengan bahasa yang dikuasai

masyarakat setempat,. Ini juga digunakan oleh Nabi Muhammad

Saw.ketika berdakwah bahkan Nabi Muhammad Saw.menggunakan

perumpamaan-perumpamaan ketika beliau bertutur kata seperti salah satu

contoh didalam HadithNya, yang artinya :

“ Mukmin yang satu dengan Mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, yang satu sama lain saling menguatkan” (HR. Bukhari

dan Muslim).59

Maksud sabda Nabi Muhammad saw, nilai persatuan dan kesatuan

antara umat Islam satu dengan umat Islam yang lain adalah sangat

penting. Didalam al-Qur’an.60 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada

tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan

nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)

bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu

karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada

di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.

58

Ibid., hal. 282

59

Ahmad Yani, 53 Materi Khotbah Ber-Jangka,( Jakarta:al-Qalam,2008),hal.189

60

(40)

xliv

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu

mendapat petunjuk.

Makna Berdebat ( Mujadalah ), yaitu memberikan argumentasi yang benar dan memberikan koreksi atas hal – hal yang salah. Dan diantara

yang lebih baik adalah membantah dengan indirect speech, yaitu redaksi tidak langsungdan tidak mengarah (secara personal, sehingga menyakiti

perasaan lawan).61 Didalam al-Qur’an Allah Swt. Berfirman :

ف

نِم ۡح

ََٱ

ظي غ ً ف ت ك ۡ ل ۖۡم ل ت ل

بۡ ۡلٱ

َ

ْ وُ ن

ۡنم

ف ۖكل ۡ ح

ف ۡعٱ

ۡم ۡ ع

ۡ ۡغ ۡسٱ

يف ۡمه ۡ ش ۡم ل

ۖ ۡم ۡۡٱ

ت ۡم ع إف

ۡلَك ف

ع

ََٱ

َ إ

ََٱ

وب ي

ِك ۡلٱ

ني

٤٦١

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali – Imran : 159 )

Bermusyawarah adalah untuk tidak melakukan debat yang menjurus

kurang baik bagi kedua belah pihak, kita sebagai sesama Muslim tidak

boleh saling menjatuhkan satu sama lain. Berdebatlah tetapi dengan cara

yang baik dan bijaksana, dan tetap dalam bingkai Islam yang Rahmatan Lilalamin (Rahmat bagi Alam semesta).

61

(41)

xlv

Ketiga hal tersebut dapat dijadikan cara berdakwah dengan lisan

maupun tulisan perbuatan nyata kepada masyarakat. Seperti membangun

Masjid, membangun Mushallah, membangun, sekolah madrasah, serta

(42)

xlvi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan suatu metode serta langkah-langkah yang

dilakukan dengan penjelasan secara aplikatif yaitu memakai metode

kualitatif. Tentu penulis menggunakan metode ini dengan pertimbangan

bahwa kasus yang diteliti merupakan sesuatu yang memerlukan

pengamatan secara langsung dan bukan menggunakan model dengan

angka-angka. Kemudian berikutnya adalah pendekatan dengan metode

kualitatif mempermudah peneliti apabila berhadapan dengan kenyataan

yang ada dilapangan, dan yang paling penting adalah adanya kedekatan

hubungan emosional, baik dari aspek lahir maupun batin, bahkan

kedekatannya bagaikan saudaranya sendiri, antara peneliti dan responden,

sehingga menghasilkan suatu data yang autentik serta mendalam.

Penelitian dengan metode kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis bersifat

(43)

xlvii

dari pada generalisasi62. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting), atau juga sebagai penelitian ethnografhi, karena

pada awalnya penelitian bidang antropologi budaya, disebut penelitian

kualitatif karena data yang terkumpul dan anilisnya lebih bersifat

kualitatif.63

Sedangkan menurut Adnan Mahdi, Mujahidin, pengertian penelitian

kualitatif yang disebut juga penelitian naturalistik, karena penelitiannya

selalu dilakukan dalam keadaan yang alamiah, tanpa rekayasa atau diatur

sebelumnya.64 Sedangkan data kualitatif adalah sebuah data yang

dinyatakan dalam bentuk bukan angka. Contoh jenis kelamin (pria atau

wanita), latar belakang pendidikan seseorang ( MA, SMA,SMK,),

kemudian jenis pekerjaan ( Petani, PNS,TNI, Pedagang).65

Sedangkan sasaran dari pendekatan kualitatif adalah pola-pola yang

berlaku sebagai prisip-prinsip umum yang hidup dalam masyarakat.

Gejala-gejala tersebut dilihat dari kesatuan bulat yang menyeluruh,

sehingga pendekatan kualitatif sering disebut sebagai pendekatan holistik

terhadap suatu gejala sosial.66

62

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 9.

63

Ibid., hal. 8.

64

Adnan Mahdi, Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun, Skripdi, Tesis, Dan disertasi, (Bandung:Alfabet,2014), hal. 123.

65

Abdul Muhid, Analisa Statistik Lima langkah Praktis analisis Statistik Dengan SPSS or Windows,

(Sidoarjo: Zifatama, LemLit, 2012), hal. 2.

66

(44)

xlviii

Berdasarkan pendapat diatas, pada prinsipnya bahwa penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif

berupa kata-kata yang ditulis dari orang yang diwawancarai dan perilaku

orang yang diamati secara alamiah dalam sebuah budaya atau kelompok

sosial untuk dimaknai atau ditafsirkan dalam perspektif para pelakunya.

Sedangkan yang dimaksud dengan alami adalah perilaku seperti

kebiasaannya sehari-hari dalam berkomunikasi dengan tetangga yang lain,

tanpa adanya rekayasa atau dibuat-buat. Selain itu dalam penelitian

dengan metode kualitatif juga tidak lepas dari hubungan individu-individu

yang diteliti baik dari aspek budayanya, atau aspek adat-istiadatnya, atau

aspek bahasa yang memiliki ciri khas tertentu dan lain-lainnya.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Klopoduwur Kecamatan

Banjarejo Kabupaten Blora Jawa Tengah. Alasan memilih lokasi tersebut

adalah disamping tanah kelahiran peneliti, juga paham Saminisme yang

unik masih bertahan hingga sekarang, bahkan menjadi ikon Kabupaten

Blora, ini bisa dilihat sebuah foto besar terpampang di Kantor Bupati

Blora beserta nama Mbah Samin surosentiko, dan setiap hari kamis

pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Blora memakai seragam model

Mbah Samin surosentiko yaitu celana hitam dan baju hitam berserta ikat

(45)

xlix

C. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah Masyarakat penganut ajaran Samin di Desa

Klopoduwur Kecamatan Banjarejo, yang masih memegang ajaran

Samin,terutama para pemangku adat Samin. Kemudian obyek penelitian

lain adalah tokoh masyarakat dan Kepala Desa Klopoduwur yang berperan

sangat sentral bagi kesejahteraan pada masyarakat penganut ajaran Samin

dan beberapa tokoh agama Islam.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Informan kunci (key inorman), yaitu tokoh masyarakat pengikut Samin, seperti tokoh pemangku adat masyarakat Samin, kemudian

Kepala Desa yang masih menjabat, atau para mantan Kepala desa

Klopoduwur yang juga pengikut Samin, kemudian para tokoh agama

Islam, seperti Kyai, atau Ustadz, baik yang asli dari desa setempat

maupun yang tidak asli sebagai penduduk setempat, akan tetapi selalu

memberikan pengajian secara rutin yang ada di desa Klopoduwur.

2. Tempat dan peristiwa, seperti Masjid, Kantor Kepala Desa, atau

Pendopo pertemuan sedulur Sikep, kemudian Makam Mbah Engkrek,

serta pengikutnya, dimana peneliti memperoleh data,

3. Sumber data berikutnya adalah berupa dokumen, baik berupa film,

atau dalam bentuk foto, seperti foto makam Mbah Samin Engkrek

(46)

l

sedulur sikep yang ada di Karang pace, kemudian dokumen yang ada

di Kantor kepala Desa, dokumen sebuah Masjid yang memiliki sejarah

berhubungan dengan Mbah Samin Engkrek, dan dokumen yang lain

yang berkaitan dengan persitiwa yang lainnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode dalam pengumpulan data, meliputi 3 (tiga) hal kegiatan yaitu :

Proses memasuki lokasi, kemudian berada dilokasi penelitian dan terakhir

tahap pengumpulan data. . Berikutnya data dikumpulkan dengan

menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu :

1. Observasi

Secara bebas bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan pada

hal-hal yang diselidiki. Penggunaan cara ini dengan alasan diantaranya,

adalah teknik observasi merupakan penelitian yang melakukan observasi

menyeluruh pada sebuah latar belakang tertentu tanpa sedikitpun

merubahnya.67 Kemudian dengan observasi peneliti dapat mencatat

peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional

maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Observasi juga

dapat dilakukan untuk mengecek data apabila terjadi ketidaksamaan dari

hasil wawancara.

67

Adnan Mahdi,Mujahidin, Panduan Penelitian Praktis Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, & disertasi,

(47)

li

2. Wawancara ( Interview)

Metode wawancara mendalam adalah yang digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

untuk menemukan permasalah yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.68

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,

dan dapat dilakukan dengan tatap muka (face to face) maupun dengan wawancara melalui telepon. Wawancara lebih merupakan sebuah

percakapan dibanding sebuah peristiwa yang formal dalam kategori

respon yang bisa perkirakan.

Dalam Wawancara peneliti mengelola beberapa topik umum untuk

membuka persepektif partisipan, tetapi peneliti harus menghormati

bagaimana partisipan membentuk aturan-aturan responya. Bahan

pembicaraan yang diutarakan tidak melulu pada soal penelitian yang

dilakukan tetapi bisa tentang problem-problem yang lain, sehingga bisa

membuat suasana hubungan dengan para informan menjadi cair.

Pertanyaan dilakukan dalam bentuk yang umum dulu, baru kemudian

dapat dikembangkan menurut respon jawaban responden tetapi tidak

68

(48)

lii

keluar dari topik yang dibicarakan. Dengan demikian responden akan

bisa memberikan informasi secara terbuka dan mendalam. Dalam

penelitian kualitatif data yang diperoleh adalah data yang dinyatakan

dalam keadaan sebagaimana adanya, tidak ada rekayasa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa masa lalu, dokumen

bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, searah

kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan.69 Dokumen yang berbentuk gambar misalnya, foto, gambar hidup, sketsa,

film, VCD, kaset dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi, dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Hasil penelitian observasi dan wawancara akan lebih kredibel apabila

didukung oleh dokumen-dokumen baik berupa foto, catatan sejarah, karya

tulis yang ilmiah dan akademik. Maka paling tidak ada 3 (tiga) macam

kegunanaan dokumentasi yaitu :

a) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, dan perbandingan.

b) Dokumen sebagai bagian dari sumber untuk menghasilkan

kesesuaian antara observasi dan wawancara.

69

(49)

liii

c) Pengkajian melalui dokumentasi akan menghasilkan sekaligus

mengembangkan penemuan-penemuan lebih lanjut.

Dokumentasi yang digunakan disini adalah dokumentasi berupa

naskah-naskan, foto-foto, dan lain-lain yang diperoleh dari Kelurahan

setempat.

F. Analisa Data

Dalam penelitian dengan metode kualitatif ini, teknik analisa data

yang digunakan sudah jelas yaitu, diarahkan untuk menjawab rumusan

masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.70

Dalam analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa: " Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, ieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding off them and to enable you to present what you have discovered to other" Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dengan mudah

dipahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.71

Kemudian Analisa data dengan metode kualitatif menurut Spardley

(1980), juga bisa dilakukan dengan langkah-langkah,

1. Memilih situasi sosial (place, actor, activity)

70

Ibid., hal. 243.

71

(50)

liv

2. Melaksanakan observasi partisipan.

3. Mencatat hasil observasi dan wawancara

4. Melakukan observasi deskriptif.

5. Melakukan analisis domain, yaitu memperoleh gambaran yang umum

dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial.

6. Melakukan observasi terfokus.

7. Melakukan analisis taksonomi, yaitu domain yang dipilih tersebut

selanjtnya dijabarkan menjadi lebih rinci, untuk mengetahui strutur

internalnya.

8. Melakukan observasi terseleksi

9. Melakukan observasi komponensial. Yaitu mencari ciri-ciri spesipik

pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskanantar

elemen.72

10. Melakukan analisis tema

11. Temuan Budaya.73

12. Menulis laporan penelitian kualitatif.

72

Ibid., hal. 255.

73

(51)

lv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Penganut Ajaran Samin

1. Secara Geografis dan Demografis

Blora memiliki semboyan Mustika, ini bisa dilihat dan ditemukan

hampir disetiap sudut kota Blora, terutama jalan protokol atau jalan raya

yang ada di wilayah kabupaten Blora. Mustika merupakan singkatan

Maju, Unggul, Sehat, Tertib, Indah, Kontinyu, Aman. Semboyan ini

sudah melekat sebagai identitas masyarakat Blora untuk membangun

daerahnya.74

Pandangan umum tentang kabupaten Blora, maka tidak terlepas dari

kontek sejarah kabupaten Blora, yaitu sebagai komunitas Samin. Ini

dikarenakan penduduk kabupaten Blora adalah penganut ajaran

Gambar

  Tabel 4.1 Nama – Nama Kepala Desa Klopoduwur sejak Tahun. 1911
Tabel : 4.2
Tabel :  4. 3
Tabel : 4. 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan perusahan menanggung Pajak Penghasilan karyawannya membuat jumlah penghasilan bersih yang diterima karyawan tetap sebesar Rp 102.497.590,-, berdasarkan Pasal 9

Seperti diketahui bahwa hampir semua posisi menari dari relief yang ada tersebut dengan sikap tungkai membuka keluar; kaki kanan ditekuk, lutut ke arah

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran VAK dapat dijadikan alternatif dalam mengembangkan kemampuan penalaran matematis pada materi

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Negeri Plaosan 1 Pada materi operasi hitung

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Bapa di surga yang telah melimpahkan kasih dan karuniannya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar

Dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan iklim ilmiah di perguruan tinggi di Indonesia, paham disrupsi menjadi pencerahan yang menyingkap dua fenomen yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan optimum logam Fe dan Pb dari air limbah laboratorium terjadi pada berat 11 gram dan konsentrasi 0,4M serta 0,5 M5. Untuk

Variasi sifat tinggi, diameter dan kekokohan semai dari semai jabon dari pro- venan Ogan Ilir dan Lombok Barat tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan kondisi geo- grafis,