• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, FIRM SIZE AND DIVIDEND

POLICY ON FIRM VALUE (Studies in Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2010-2012)

By

Heral Viryando Maki

The purpose of this research was to determine the effect of corporate social responsibility, corporate governance, leverage, firm size and dividend policy on firm value. The sample in this research consisted of 20 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2010-2012. The sample was selected using purposive sampling. Data were analyzed using multiple linear regression with panel data approach that uses statistical test equipment Eviews 7. The results of this research showed that the ability of explanation by the variation of the five independent variables on firm value by 20%, while the remaining 80% are influenced by other factors outside of this research. F test result showed that the corporate social responsibility, corporate governance, leverage, firm size and dividend policy simultaneously significant effect on firm value. T test results showed that the good corporate governance and leverage partially significant effect on firm value, while corporate social responsibility, firm size and dividend policy partially not significant effect on firm value.

(2)

i ABSTRAK

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN

DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2010-2012)

Oleh

Heral Viryando Maki

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Sampel dipilih menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan pendekatan data panel yang menggunakan alat uji statistik Eviews 7. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan penjelasan oleh variasi dari lima variabel independen tersebut terhadap nilai perusahaan sebesar 20%, sedangkan sisanya 80% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Hasil uji F menunjukkan bahwa corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji T menunjukkan bahwa good corporate governance dan leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan corporate social responsibility, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

(3)

GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

Oleh

Heral Viryando Maki

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN

DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2012)

Oleh

HERAL VIRYANDO MAKI

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

viii

DAFTAR GAMBAR

(6)

iii

2.3 Corporate Social Responsibility ... 18

2.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibility ... 18

2.3.2 Ruang Lingkup Corporate Social Resposibility ... 20

2.3.3 Manfaat Corporate Social Responsibility ... 21

2.3.4 Dimensi-Dimensi Corporate Social Responsibility ... 24

2.4 Good Corporate Governance ... 26

2.4.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 26

2.4.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 28

2.4.3 Manfaat Good Corporate Governance ... 29

(7)

iv

3.6.2.1 Corporate Social Responsibility ... 53

3.6.2.2 Good Corporate Governance ... 57

3.6.2.3 Leverage ... 57

3.6.2.4 Ukuran Perusahaan ... 58

3.6.2.5 Kebijakan Dividen ... 58

3.7 Teknik Analisis Data ... 60

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 60

3.7.2 Analisis Regresi Berganda Model Panel Data ... 60

(8)

v

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 90

4.3 Hasil Analisis Data ... 92

4.4 Analisis Regresi Model Panel Data ... 106

4.4.1 Uji Chow ... 107

4.7 Keterbatasan Penelitian ... 129

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...…... 131

(9)
(10)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 38

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 47

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 59

Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 68

Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 91

Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Perusahaan ... 93

Tabel 4.3 Perhitungan Corporate Social Responsibility ... 96

Tabel 4.4 Perhitungan Good Corporate Governance... 98

Tabel 4.5 Perhitungan Leverage ... 100

Tabel 4.6 Perhitungan Ukuran Perusahaan ... 102

Tabel 4.7 Perhitungan Kebijakan Dividen ... 105

Tabel 4.8 Hasil Pooled Least Square atau Common ... 107

Tabel 4.9 Uji Chow atau Likelihood Ratio Test ... 108

Tabel 4.10 Uji Hausman ... 109

Tabel 4.11 Uji Regresi Berganda Model Random Effect ... 109

Tabel 4.12 Uji Determinasi ... 112

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji F ... 114

(11)
(12)

MOTTO

Bukan karena berbagai hal itu sulit hingga kita tidak berani,

melainkan karena kita tidak berani hingga berbagai hal menjadi sulit

(Heral Viryando Maki)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita

menyesali apa yang belum kita capai

(Heral Viryando Maki)

Harta adalah pelayan kita bukan majikan kita, maka dari itu jangan jadikan

harta seperti majikan kita

(Imam Ghozali)

Banyak kegagalan dalam hidup ini karena banyak orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat menyerah

(13)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap

Alhamdulillahhirobbil’alamin

Kupersembahkan karya terbaikku ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hero Ferry Maki, S.E. dan Ibu

Ramlah yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa untuk

kesuksesanku

Kedua adikku Shintia Ramadhon Maki dan Izqo Seprian Maki yang

aku sayangi, tetap semangat belajar agar bisa meraih cita-cita kalian

Seluruh Keluarga Besarku Tercinta

Dosen Pembimbing dan Penguji yang sangat berjasa dalam

membimbing dan mengajariku selama ini

Seluruh sahabat-sahabat terbaikku yang selalu mendukungku

Almamaterku Universitas Lampung

dan, untuk

(14)
(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19 September 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Hero Ferry Maki dan Ibu Ramlah.

Latar belakang pendidikan yang telah dijalankan yaitu penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Widya Karya pada tahun 1999 di Bandar Lampung, Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Rawa Laut (Teladan) Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Perintis 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.

(16)

SANWACANA

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Implementasi Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen

Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis (S.A.B.) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Selesainya penulisan skripsi ini juga berkat motivasi dan pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(17)

4. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Penguji penelitian ini. Terimakasih untuk semua masukan, saran serta perbaikan yang Bapak berikan.

6. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung serta Dosen Pembimbing Utama. Terimakasih atas kesediaanya untuk membimbing, memberikan saran dan kritik selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menempuh studi di Universitas Lampung.

8. Ibu Mertayana selaku staff jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Terima kasih atas waktu untuk berbagi keluh kesah selama menyelesaikan skripsi ini. 9. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

(18)

mamah”

12. Rizki Amelia Putri, “terima kasih telah menemani dan memberikan semangat serta dukungan dan doa selama ini”.

13. Sahabat-sahabatku sejak awal perkuliahaan Made, Inggrid, Erika, Iam, Yudha, Gede. “Terima kasih atas segala dukungannya selama ini, kita harus

sering-sering kumpul nih hehe, semoga kalian sukses. Aamiin”.

14. Sahabat-sahabatku para gadis cetaarrr Vivi, Baya, Mbul, Ivone, Hotma. “Terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga kalian sukses, aamiin”.

15. Sahabat-sahabatku para bujang yang juga satu Clan, nyookkk. Adin (Adin_Sholih), Danis (Dans), Damar (Croco Mumet), Jupri (Kevin Bolton), Mawan (DOM), Niko (Ponari), Oci (Bang Ocidatang), Rafi (Nasi Padang), Ronok (Sandking), Umam (Gambreng), Vito (!:Vito99:!), Yayi (Yayi lah), “terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga skripsi kalian lancar dan

sukses kedepannya. Aamiin”.

16. Sahabat Angkatan 2011, Agung, Anas, Tommi, Willy, Andre, Habibi, Ade, Bekti, Ratu, Maul, Ratih, Iyoy, Agnes, Vera, Nabilla, Rika, Sendy, Nanda, Loli, Intan, Riko, Bambang, William, dan lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. “Terima kasih atas kebersamaannya selama ini, sukses terus buat

angkatan kita”.

(19)

meminjamkan printernya hahaha. “Terus jaga silaturahmi yang sudah kita jalin”

19. Sahabat KKN Desa Titiwangi, Gilang, Mbot, Doi, Tita, Acil, Herdiani, Esti dan Hesti. “Terus jaga silaturahmi yang sudah kita jalin”.

20. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

21. Terimakasih untuk almamaterku tercinta.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 14 Maret 2015 Penulis

(20)
(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pesatnya perkembangan dunia bisnis menyebabkan perusahaan harus mampu bersaing dengan para pesaing-pesaing bisnisnya dan harus mampu bertahan hidup dari ketatnya persaingan tersebut. Ketatnya persaingan inilah yang menyebabkan perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja dan berinovasi dengan produk-produk yang dimilikinya. Untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kinerja serta memperkenalkan produk kepada konsumen, maka perusahaan memerlukan dana yang lebih.

(22)

Tujuan utama perusahaan yang telah go public, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan (Sari dan Abundanti, 2014). Pandangan investor pada tingkat keberhasilan perusahaan terlihat melalui nilai perusahaan. Semakin tingginya nilai perusahaan karena tingginya harga saham akan membuat investor percaya pada kinerja perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Untuk meningkatkan kepercayan dan meyakinkan para investor untuk berinvestasi, sangat penting bagi perusahaan yang telah go public melaporkan laporan keuangan dan laporan tahunan kepada bursa efek, investor dan publik sebagai dasar keputusan berinvestasi.

Ada berberapa aspek yang dapat mengukur nilai perusahaan, salah satunya ialah harga saham perusahaan karena memperlihatkan penilaian investor secara keseluruhan atas ekuitas yang dimiliki (Hariani, 2012). Harga saham menunjukan kinerja manajemen perusahaan serta penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar. Maka dengan memaksimalkan harga pasar saham sama dengan memaksimalkan nilai pasar perusahaan karena nilai perusahaan dapat diproksikan dengan harga saham. Harga saham juga dapat menunjukkan semua informasi yang relevan dari suatu perusahaan dan apabila terdapat informasi baru pasar akan bereaksi.

(23)

sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, berdasarkan hal tersebut muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif tersebut.

Secara teoritis Corporate Social Responsibility merupakan inti dari etika bisnis, dimana suatu perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal kepada pemegang saham (shareholders), tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Semua itu tidak terlepas dari kenyatan bahwa suatu perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan bertahan serta memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak (Azheri, 2011).

CSR merupakan perwujudan pertanggungjawaban perusahaan atas dampak lingkungan sebagai aktivitas usahanya. Banyak perusahaan di Indonesia yang terlibat konflik dengan masyarakat karena tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya, seperti kasus lumpur Lapindo di Porong, konflik masyarakat Papua dengan PT Freeport Indonesia, konflik masyarakat Aceh dengan Exxon Mobile yang mengelola gas bumi di Arun, pencemaran lingkungan oleh Newmont di Teluk Buyat, dan lain sebagainya.

(24)

komunitas (4 perusahaan). Survei ini juga mengungkapkan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat tergantung pada keinginan pihak manajemen perusahaan (Azheri, 2011).

Selain Corporate Sosial Responsibility (CSR), Good Corporate Governance (GCG) juga dapat meningkatkan nilai tambah karena dengan menerapkan Good Corporate Governance, diharapkan perusahaan akan memiliki kinerja yang baik

sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan yang mampu memberikan keuntungan bagi pemegang saham atau pemilik perusahaan. GCG dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham atau pemilik modal, komisaris atau dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Adapun Center for European Policy Study (CEPS), memformulasikan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan.

(25)

ekonomi di berbagai negara, telah memusatkan perhatian kepada pentingnya corporate governance.

Nilai perusahaan dapat juga diukur dengan menggunakan kebijakan hutang pada perusahaan karena dengan hutang yang semakin tinggi menyebabkan nilai perusahaan menjadi turun. Hal ini terjadi karena investor menilai bahwa hutang yang tinggi menyebabkan risiko yang besar pula terhadap pengembalian investasi. Hutang akan menimbulkan beban tetap berupa bunga yang harus dibayarkan perusahaan yang menyebabkan laba menjadi menurun dan modal pemegang saham ikut menurun.

Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh

hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin besar leverage memperlihatkan risiko investasi yang semakin besar pula, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki leverage yang rendah memiliki risiko yang rendah pula. Peningkatan leverage dapat memberikan dua macam signal, yaitu berita baik (good news) sekaligus berita buruk (bad news). Berita baik jika peningkatan leverage menunjukkan kemampuan manajemen untuk meningkatkan nilai.

Sebalikanya, menunjukkan berita buruk jika manajer melakukan peningkatan leverage karena terpaksa dan bukan karena alasan efisiensi (Novaes, 2002).

(26)

size, total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Selain itu ukuran perusahaan

menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, maka semakin dikenal oleh masyarakat yang artinya semakin mudah untuk mendapatkan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan.

Ukuran dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar kecilnya suatu objek. Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan perusahaan maupun organisasi, maka ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu perusahaan maupun organisasi. Untuk itu pengertian selanjutnya mengenai ukuran perusahaan adalah sesuatu yang dapat mengukur nilai dari besar atau kecilnya suatu perusahaan. Wedari (2006) dalam Eka (2010) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan adalah peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar akan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba yang tinggi. Sedangkan pada perusahaan kecil akan memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, nilai buku yang kecil dan laba yang rendah.

(27)

tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Kebijakan dividen merupakan salah satu aspek penting dalam tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Manajemen memiliki dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih setelah pajak atau Earnings After Tax (EAT), yaitu membaginya kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan sebagai laba ditahan. Biasanya, sebagian EAT dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali. Oleh karena itu, manajemen harus membuat kebijakan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen tersebut.

Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana internal yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Tetapi dengan membagikan dividen pun, perusahaan dapat mengurangi biaya agensi dikarenakan mengurangi jumlah arus kas perusahaan yang seringkali digunakan oleh manajer untuk digunakan secara tidak efisien.

(28)

Perusahaan industri manufaktur dalam penelitian digunakan menjadi objek penelitian. Hal ini dikarenakan industri ini memuat informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Implementasi Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut: 1. Apakah corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

2. Apakah good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

3. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

(29)

6. Apakah corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan. 4. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai

perusahaan.

5. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.

6. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen secara simultan terhadap nilai perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

(30)

2. Bagi investor diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal sebagai bahan evaluasi. 3. Bagi kalangan akademis sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Stakeholders Theory

Stakeholders merupakan semua pihak baik internal maupun eksternal yang

mempunyai hubungan yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Batasan stakeholders tersebut mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholders, karena mereka adalah pihak yang dipengaruhi dan mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholders bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat mengeleminasi legitimasi stakeholders (Adam C. H, 2002 dalam Hadi, 2011).

(32)

Membantu manajemen perusahaan mengerti lingkungan stakeholders mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efisien diantara keberadaan hubungan-hubungan lingkungan perusahaan mereka merupakan tujuan utama dari teori stakeholders. Akan tetapi tujuan yang lebih luas stakeholders adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam memaksimalkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholders.

Diharapkan melalui stakeholders theory pihak manajemen perusahaan akan memasukkan nilai-nilai moralitas dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas usahanya. Berdasarkan penjelasaan tersebut, semakin jelaslah bahwa stakeholders theory adalah suatu pendekatan yang didasarkan atas bagaimana mengamati, mengidentifikasi dan menjelaskan secara analitis tentang berbagai unsur yang dijadikan dasar dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan dalam menjalankan aktivitas usaha. Kemudian dilakukan pemetaan terhadap hubungan-hubungan yang terjalin dalam kegiatan bisnis.

Pada umumnya hal imi dilakukan sebagai upaya menunjukan siapa saja yang mempunyai kepentingan, terkait, dan terlibat dalam kegiatan bisnis. Akhirnya tujuan bisnis akan bermuara pada satu tujuan yang bersifat imperatif. Dalam arti kata bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan stakeholders dengan aktivitas dunia usaha terjamin, diperhatikan dan dihargai

(33)

2.1.2 Agency Theory

Para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Brigham dan Houston, 2006).

Tujuan dari pemisahaan pengelolaan dari kepemilian perusahan, yaitu agar pemilik perusahaan memperolah keuntungan yang semaksimal mungkin dangan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolalanya perusahaan oleh tenaga-tenaga perofesional. Meraka tenaga-tenaga-tenaga-tenaga perofesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan, sehingga dalam hal ini para profesional tersebut berperan sebagai agennya pemegang saham. Semakin besar perusahaan yang dikeloa memperoleh laba semakin besar pula keuntungan yang didapatkan agen.

(34)

Dengan memiliki tujuan yang berbeda, bisa menyebabkan munculnya masalah pada pihak-pihak yang bersangkutan dalam hubungan keagenan (agency relationship). Pemilik modal menginginkan bertambahnya kekayaan dan

kesejahteraan para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer, sehingga munculah konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer (agen). Pemilik lebih tertarik untuk memaksimalkan return dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya (Darwis, 2009).

Didasarkan pada adanya fenomena pemisahaan antara pemilik perusahaan dengan manajer yang mengelola perusahaan yang menyebabkan munculnya agency theory. Fakta-fakta empiris memperlihatkan bahwa para manajer tidak selamanya bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan, melainkan terkadang terjadi bahwa para pengelola perusahaan (direksi dan manajer) bertindak mengejar kepentingan mereka sendiri. Perkembangan selanjutnya agency theory memperoleh tanggapan lebih luas karena dipandang lebih memperlihatkan kenyataan yang ada. Beragam pemikiran menyangkut corporate governance berkembang dengan betumpu pada agency theory yang di mana pengelolaan perusahaan harus dikendalikan dan diawasi untuk memastikan pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuaan yang berlaku (Solihin, 2009).

(35)

tersebut maka dibentuk dewan komisaris yang merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pemilik untuk meyakinkan bahwa manajemen dapat mengelola perusahaan dengan baik adalah dengan corporate governance yang tepat. Dengan corporate governance yang tepat diharapkan manajemen melakukan tanggungjawabnya yang sesuai dengan kepentingan pemilik.

2.1.3 Bird-in-the-hand Theory

Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner yang menganggap bahwa dividen yang diterima merupakan sesuatu yang sudah pasti di tangan sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan capital gains. Mereka juga berpendapat bahwa investor lebih menyukai dividen karena lebih pasti pendapatannya, daripada mengharapkan sesuatu pendapatan yang belum pasti jika menginvestasikan kembali dividen pada investasi tertentu. Penganut teori bird-in-the-hand ini lebih meyukai pembayaran dividen tinggi karena akhirnya dapat menghasilkan harga saham yang juga tinggi (Ambarwati, 2010).

Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada

menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk

capital gain” memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para

pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset.

(36)

diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.

2.2 Nilai Perusahaan

Nilai Perusahaan merupakan nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan terlihat dari harga pasar sahamnya (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Sedangkan menurut Nurlela dan Islahudin (2008) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat memberikan kesejahteraan pemegang saham secara maksimal apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kesejahteraan pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan, para pemodal memberikan pengelolaan perusahaan kepada para profesional yang diposisikan sebagai manajer maupun komisaris.

Harga pasar dari saham perusahaan yang dibentuk oleh penjual dan pembeli saat melakukan transaksi disebut nilai pasar perusahaan, dikarenakan harga pasar saham dianggap merefleksikan nilai aset perusahaan yang sesungguhnya. Peluang-peluang investasi mempengaruhi nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham. Dengan adanya peluang investasi dapat menandakan hal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

(37)

adalah memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Dengan nilai perusahaan yang maksimal sangat berarti bagi perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Salah satu cara yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin pada tahun 1967. Jika Tobin’s Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika Tobin’s Q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Jadi Tobin’s Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya (Herawati, 2007).

Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalam Hariani, 2012).

Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

(38)

semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004 dalam Hariani, 2010).

2.3 Corporate Social Responsibility

2.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Belum ada pengertian secara global mengenai CSR yang disepakati oleh semua pihak, karena pengertian CSR dan komponen CSR dapat berbeda-beda di negara-negara atau daerah yang lain. Pengertian yang dikemukakan oleh banyak ahli, praktisi dan peneliti memang belum memiliki kesamaan, tetapi dalam banyak hal memiliki kesamaan esensi. Darwin (2004) dalam Ramadhani (2012) menyebutkan bahwa Corporate Social Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan integrasinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum. CSR merupakan bagaimana perusahaan harus mampu mengelola bisnis operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan.

(39)

Komisi Eropa (2001) dalam Mardikanto (2014) mendefinisikan CSR sebagai sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis dan dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan secara sukarela yang berikut semakin menyadarkan bahwa perilaku bertanggungjawab mengarah pada keberhasilan bisnis yang berkelanjutan. CSR adalah tentang mengelola perubahan di tingkat perusahaan secara sosial bertanggungjawab yang dapat dilihat dalam dua dimensi yang berbeda:

1. Internal; yang bertanggungjawab sosial praktik yang terutama berhubungan dengan karyawan dan terikat dengan isu-isu seperti investasi dalam perubahan modal, kesehatan dan keselamatan serta manajemen manusia, sementara praktik-praktik lingkungan yang bertanggungjawab terkauit terutama untuk pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan sumber daya lainnya dalam produksi.

2. Eksternal; CSR di luar perusahaan dengan masyarakat setempat dan melibatkan berbagai stakeholders seperti mitra bisnis, pemasok, pelanggan, otoritas publik dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mewakili masyarakat lokal serta lingkungan.

Menurut Tony Hayward (2005) dalam Mardikanto (2014) tanggungjawab dimulai dari keinginan perusahaan untuk dapat sustainable beroperasi lebih lama, mengikuti kemajuan yang ada dan dapat terus bertahan dalam bisnis selama beberapa dekade. Jika sebuah perusahaan berupaya menjadi sustainable maka harus melakukan dua hal:

(40)

2. Harus dipercaya dan didukung oleh semua pihak yang berhubungan dengan bisnis yang dijalankan (pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat, pengamat, media dan kalangan seperti LSM).

2.3.2 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility

Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap kepentingan para stakeholders dalam arti luas daripada sekedar kepentingan perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik suatu perusahaan mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai keutungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan pihak yang terkait. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan dari usahanya yang mempunyai dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan lingkungan di mana perusahaan melakukan aktivitasnya. Sehingga secara posotif, hal ini bermakna bahwa setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan memperhatikan kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik.

Berkaitan dengan hal tersebut, John Elkingston mengelompokan CSR atas tiga

aspek yang lebih dikenal dengan istilah “Triple Bottom Line (3BL)”. Ketiga

(41)

Bila dikaitkan antara 3BL dengan “triple P” dapat disimpulkan bahwa “Profit

sebagai wujud aspek ekonomi, “Planet” sebagai aspek lingkungan dan “People

sebagai aspek sosial.

Pada sisi lain Brodshaw dan Vogel dalam Azheri (2011) menyatakan ada tiga dimensi yang harus diperhatikan, sehubungan dengan ruang lingkup CSR yaitu: 1. Corporate philantrophy adalah usaha-usaha amal yang dilakukan oleh suatu

perusahaan, di mana usaha-usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal perusahaan. Usaha-usaha amal ini dapat berupa tanggapan langsung perusahaan atas permintaan dari luar perusahaan atau juga berupa pembentukan suatu badan tertentu, seperti yayasan untuk mengelola usaha amal tersebut.

2. Corporate responsibility adalah usaha sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan ketika sedang mengejar profitabilitas sebagai tujuan perusahan. 3. Corporate policy berkaitan erat dengan bagaimana hubungan perusahaan

dengan pemerintah yang berkaitan dengan posisi tawar suatu perusahaan dengan adanya berbagai kebijaksanaan pemerintah yang memengaruhi perusahaan maupun masyarakat secara keseluruhan.

2.3.3 Manfaat Corporate Social Responsibility Bagi Perusahaan

(42)

perusahaan melalui kegiatan CSR yang dilakukannya dan bertujuan untuk menciptakan keuntungan bagi perusahaan tersebut.

Menurut Wibisono (2007) dalam Satria (2013) ada sepuluh manfaat yang diperoleh perusahaan dari pelaksanaan CSR yaitu:

1. Mendongkrak Reputasi dan Citra Perusahaan

Perbuatan yang destruktif pasti akan menurunkan reputasi dan citra perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak reputasi dan citra positif perusahaan. Reputasi dan citra positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan.

2. Mendapatkan Ijin/Lisensi Sosial untuk Beroperasi

Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan sehingga mereka akan memberikan keleluasaan kepada perusahaan untuk menjalankan bisnisnya.

3. Mengurangi Risiko Bisnis Perusahaan

(43)

4. Memperlebar Akses Sumber Daya Operasional Perusahaan

Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan kompetitif perusahaan yang dapat mempermudah jalan menuju sumber daya yang dibutuhkan perusahaan.

5. Membuka Peluang Pasar yang Lebih Luas

Investasi yang ditanamkan untuk pelaksanaan CSR dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar, termasuk di dalamnya menembus pangsa pasar baru.

6. Mengurangi Biaya-Biaya

Banyak contoh penghematan biaya yang terjadi dari pelaksanaan CSR. Misalnya dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi akan mampu menghemat biaya produksi di samping juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan.

7. Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholders

Implementasi CSR akan membantu menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholder sehingga mampu meningkatkan kepercayaan stakeholder kepada perusahaan.

8. Memperbaiki Hubungan dengan Pemerintah

Perusahaan yang melaksanakan CSR pada dasarnya akan meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

9. Meningkatkan Motivasi dan Produktifitas Karyawan

(44)

kebanggan tersendiri bagi karyawan sehingga akan meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja mereka.

10.Kesempatan Perusahaan untuk Mendapatkan Penghargaan (Award)

Banyaknya penghargaan yang diberikan kepada para pelaku CSR sekarang ini akan menambah kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan penghargaan.

2.3.4 Dimensi-Dimensi Corporate Social Responsibility

Ketika banyak akademisi memandang CSR secara nondimensional yang melihat aktivitas CSR secara keseluruhan, beberapa akademisi berpendapat bahwa CSR sebenarnya terdiri dari berbagai macam dimensi yang masing-masing mencerminkan kelompok aktivitas CSR yang berbeda. Meskipun demikian, tidak terdapat dimensi CSR yang diterima secara umum dan berlaku secara universal.

Pendapat mengenai dimensi CSR yang pertama kali dikemukakan oleh Carrol (1979) dalam Satria (2013), yang menyatakan bahwa aktivitas sukarela yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu etika (ethical) dan kemanusiaan (philanthropic). Tanggung jawab etika mengacu pada aktivitas perusahaan yang tidak diatur oleh hukum tetapi diharapkan oleh masyarakat agar perusahaan melakukannya, sementara tanggung jawab kemanusiaan mencakup tindakan bebas yang melebihi ekspektasi masyarakat.

(45)

1. Tanggungjawab Ekonomi

Tanggung jawab ekonomi adalah tanggung jawab sosial perusahaan yang utama dan yang paling penting, merupakan pondasi dasar dari ketiga tanggung jawab yang lainnya, dimana perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menyediakan barang atau jasa yang diinginkan masyarakat dan menjualnya demi memperoleh keuntungan.

2. Tanggungjawab Hukum

Tanggung jawab hukum semata-mata berhubungan dengan tanggung jawab ekonomi dan mencerminkan ekspektasi masyarakat terhadap perusahaan untuk memenuhi tugas ekonominya dengan batasan yang diatur oleh hukum.

3. Tanggungjawab Etika

Tanggung jawab etika dari perusahaan meliputi segala aktivitas dan praktik yang diharapkan atau dilarang oleh masyarakat meskipun hal tersebut tidak diatur oleh hukum. Dalam hal ini, perusahaan memiliki kewenangan untuk menghindari hal-hal yang merugikan dan melakukan apa yang benar, tepat, dan wajar.

4. Tanggungjawab Kemanusiaan

Tanggung jawab kemanusiaan menyangkut segala sesuatu yang tidak diamanatkan secara nyata oleh masyarakat, yang bergantung pada keputusan dan pilihan masing-masing. Meskipun demikian, perusahaan diharapkan untuk memberikan kontribusi keuangan dan SDM untuk masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupannya.

(46)

menggunakan kerangka stakeholder, yaitu suatu kerangka yang menilai bagaimana perusahaan mengelola hubungannya dengan stakeholder utama. Stakeholder utama yang dimaksud adalah individu, kelompok, dan/atau institusi yang tanpa partisipasi secara terus menerus dari mereka, perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Stakeholder utama meliputi pemegang saham/pemilik, pegawai, pemasok, pelanggan, dan stakeholder publik seperti masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan perbedaan hak-hak dan kepentingan untuk masing-masing stakeholder utama dalam perusahaan, maka perusahaan perlu menerapkan berbagai macam aktivitas dan kebijakan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing stakeholder demi mencapai kinerja keuangan yang lebih baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap stakeholder utama yang berbeda menunjukkan dimensi CSR yang berbeda pula.

Berdasarkan analisis terhadap definisi CSR yang ada, Dahlsrud (2006) dalam Satria (2013) memberikan pendapatnya mengenai dimensi CSR. Menurutnya, ada lima dimensi CSR yaitu lingkungan (environmental), sosial (social), ekonomi (economic), stakeholder, dan kesukarelaan (voluntariness).

2.4 Good Corporate Governance (GCG) 2.4.1 Pengertian Good Corporate Govenance

(47)

pengawas dan direksi) sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang yang berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Definisi menurut Cadbury mengatakan bahwa Good Corporate Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Sedangkan Center for European Policy Study (CEPS), memformulasikan Good Corporate Governance adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan GCG sebagai:

”The structure through whichshareholders, directors, managers, set of the board

objectives of the company, the means ofattaining those objectives and monitoring

performance.”

Menurut IICG (2010) dalam Laila (2011) ada dua penyebab yang mendorong munculnya isu tentang GCG yaitu:

(48)

menggunakan strategi dan sistem pengendalian yang prima untuk mempertahankan kesinambungannya.

2. Semakin banyak dan kompleksnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, termasuk rumitnya pola ownership structures, sehingga berimplikasi terhadap manajemen stakeholders.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, GCG memiliki prinsip sebagai berikut (Solihin, 2009):

1. Transparansi (transparency), untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (accuntability), perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

(49)

4. Responsibilitas (responsibility), perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate governance.

5. Independensi (independency), untuk melancarkan pelaksanaan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

2.4.3 Manfaat Good Corporate Governance

Dengan adanya penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu (Riswari, 2012):

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shareholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

(50)

5. Penerapan prinsip good corporate governance ini adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.

2.5 Ukuran Perusahaan

Sebuah perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan besar, jika kekayaan yang dimilikinya juga besar. Sebaliknya, perusahaan tersebut dikatakan kecil, jika kekayaan yang dimilikinya adalah sedikit. Biasanya masyarakat akan menilai besar kecilnya perusahaan dengan melihat bentuk fisik perusahaan. Dapat dibenarkan bahwa perusahaan yang dari luar terlihat megah dan besar diartikan sebagai perusahaan berskala besar. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki kekayaan yang besar.

Ukuran perusahaan adalah peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar akan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba yang tinggi. Sedangkan pada perusahaan kecil akan memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, nilai buku yang kecil dan laba yang rendah (Wedari, 2006 dalam Eka, 2010).

Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam Sulistiono (2010), kategori ukuran perusahaan ada 3 yaitu:

(51)

hasil penjualan tahunan lebih dari 300.000.000,- sampai dengan paling banyak 2.500.000.000,-.

2. Perusahaan Menengah yaitu perusahaan dapat dikategorikan perusahaan menengah apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan paling banyak 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak 50.000.000.000,-.

3. Perusahaan Besar, yaitu perusahaan dapat dikategorikan perusahaan besar apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 50.000.000.000,-.

(52)

2.6 Leverage

Leverage merupakan suatu alat penting dalam pengukuran efektivitas penggunaaan utang perusahaan. Dengan mengunakan leverage, perusahaaan tidak hanya dapat memperoleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, karena leverage keuangan berarti perusahaan membebankan risiko kepada pemegang saham sehingga memengaruhi return saham (Weston dan Copeland, 1999 dalam Prasetyorini, 2013).

Konsep leverage ini penting bagi investor dalam membuat pertimbangan penilaian saham. Para investor umumnya cenderug menghindari risiko. Risiko yang timbul dalam penggunan financial leverage disebut dengan financial risk yaitu risiko tambahan yang dibebankan kepada pemegang saham sebagai hasil penggunaan utang oleh perusahaan. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko keuangannya dan sebaliknya (Home dan Marchwicz, 2005 dalam Prasetyorini, 2013).

(53)

Weston dan Copeland (1992) dalam Analisa (2011) mengatakan bahwa salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Leverage sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari resiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Perusahan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko leverage yang lebih kecil.

Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingakan dengan total asetnya. Karena leverage merupakan rasio yang menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan, maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan aset yang tinggi namun resiko leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan aset tinggi tersebut di dapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila perusahaan tidak dapat melunasi kewajibanya tepat waktu.

2.7 Kebijakan Dividen

(54)

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna membiayai investasi perusahaan di masa mendatang.

Keuntungan bersih pada umumnya dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali. Artinya manajemen harus membuat keputusan berapa besar bagian yang harus dibagikan dalam bentuk dividen. Keputusan ini disebut sebagai kebijakan dividen. Pembagian dividen sering dikaitkan kepada kemakmuran pemegang saham sedangkan ditahan sebagai laba ditahan digunakan sebagai biaya pertumbuhan perusahaan itu sendiri (Ambarwati, 2010).

Menurut Ambarwati (2010) keputusan yang diambil oleh manajemen terkait pembayaran dividen adalah meliputi elemen-elemen:

a. Dividen yang akan dibayarkan apakah dividen rendah atau dividen tinggi, hal ini akan sangat tergantung pada preferensi pemegang saham perusahaan yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

b. Dividen yang akan dibayarkan bersifat stabil atau tidak stabil, hal ini harus diputuskan dengan baik karena menyangkut minat investor dimasa yang akan datang.

c. Dividen yang akan dibayarkan apakah setiap tahun atau periodik.

d. Apakah kebijakan dividen untuk dibagikan harus diumumkan, biasanya memang diumumkan lewat surat resmi ataupun surat kabar.

(55)

kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Laba perusahaan yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang digunakan peneliti adalah:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Analisa (2011) dengan menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sample dan diperoleh sebanyak 13 perusahaan. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis serta analisis berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, (2) leverage mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, (3) profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan (4) kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan seluruh variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kemudian hasil estimasi regresi menunjukkan kemampuan prediksi dari 4 variabel independen tersebut terhadap nilai perusahaan sebesar 61%, sedangkan sisanya 39% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model yang tidak dimasukan dalam analisis ini.

2. Penelitian yang dilakukan Riswari (2012) menggunakan sampel perusahaan sektor non financial pada tahun 2008-2009 dengan menggunakan metode purposive sampling. Total sampel sebanyak 35 perusahaan dengan dua tahun

(56)

analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah confirmatory factor analisis, uji asumsi klasik, kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility dan corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan serta corporate governance merupakan variabel pemoderasi antara corporate social responsibility dan nilai perusahaan. Sedangkan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

(57)

terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010.

4. Penelitian yang dilakukan Mardiyati et al (2012) menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010. Metode pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling. Dengan jumlah sampel sebanyak 78 perusahaan. Penelitian ini diuji dengan aplikasi SPSS. Penelitian ini menggunakan metode kuadrat terkecil yang menunjukkan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan utang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh positif signifikan. Selain itu, penelitian ini menggunakan kepemilikan manajerial sebagai variabel kontrol yang bisa mengubah satu variabel independen, terdapat: koefisien kebijakan utang terhadap nilai perusahaan. Jadi, kebijakan utang berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, variabel DPR, DER dan ROE berpengaruh signifikan terhadap PBV dan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel kontrol, variabel DPR, DER, ROE dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap PBV.

(58)

(ICMD) tahun 2009-2011. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan pada nilai perusahaan, 2) profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan 3) ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Secara ringkas, penelitian terdahulu di atas dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Analisa

perusahaan, dan (4) kebijakan dividen mempunyai pengaruh variabel kontrol size dan leverage

2) Pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol size, jenis industri, profitabilitas, dan leverage

(59)

4. Mardiyati

Terdapat beberapa perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, peneliti menambahkan beberapa variabel sehingga variabel yang digunakan lebih banyak. Terdapat juga perbedaan pada perusahaan yang dijadikan populasi, pada penelitian ini perusahaan yang dijadikan populasi adalah perusahan manufaktur yang belum pernah dilakukan pada peneliti sebelumnya. Selain itu periode waktu yang digunakan berbeda. Sehingga memungkinkan memberikan hasil penelitian yang berbeda.

2.9 Kerangka Pemikiran

(60)

harga saham memperlihatkan bahwa nilai perusahaan meningkat. Nilai perusahaan memiliki arti penting bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaa berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

Menurut teori stakeholders, manajemen organisasi diharapkan melakukan kegiatan yang dianggap penting oleh stakeholders. Teori ini mengatakan bahwa seluruh stakeholders mempunyai hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana kegiatan organisasi memengaruhi mereka, bahkan mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak bisa secara langsung melakukan peran konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi.

Didasarkan pada adanya fenomena pemisahaan antara pemilik perusahaan dengan manajer yang mengelola perusahaan yang menyebabkan munculnya agency theory. Fakta-fakta empiris memperlihatkan bahwa para manajer tidak selamanya

bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan, melainkan terkadang terjadi bahwa para pengelola perusahaan (direksi dan manajer) bertindak mengejar kepentingan mereka sendiri. Perkembangan selanjutnya agency theory memperoleh tanggapan lebih luas karena dipandang lebih memperlihatkan kenyataan yang ada.

Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada

menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk

capital gain” memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para

(61)

pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mencoba untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi nilai suatu perusahaan. Dalam penelitian ini corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran

perusahaan, dan kebijakan dividen merupakan variabel-variabel yang diduga dapat memengaruhi nilai perusahaan.

(62)

Good corporate governance sebagai suatu sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan berbagai partisipan dalam menentukan arah dan kinerja perusahaan. Tujuan good corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi stakeholders. Good corporate governance yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Penerapan good corporate governance juga dapat diketahui dari harga saham perusahaan yang bersedia dibayar oleh investor. Jadi jika penerapan good corporate governance dilakukan secara efektif maka dapat meningkatkan harga saham yang juga akan meningkatkan nilai perusahaan.

Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Apabila total hutang perusahaan lebih besar dari pada total aset yang dimiliki perusahaan dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak solvabel. Dengan semakin tingginya rasio leverage memperlihatkan semakin besarnya dana yang disediakan oleh kreditur. Hal tersebut akan membuat investor berhati-hati untuk berinvestasi di perusahaan yang rasio leveragenya tinggi karena semakin tinggi rasio leveragenya semakin tinggi pula resiko investasinya.

(63)

ekspektasi yang besar terhadap perusahaan besar. Ekspektasi insvestor berupa perolehan dividen dari perusahaan tersebut. Peningkatan permintaan saham perusahaan akan dapat memacu pada peningkatan harga saham di pasar modal. Peningkatan harga saham menunjukkan bahwa nilai perusahaan juga meningkat.

(64)

Gambar 2.1 Model Pemikiran

2.10 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

1. Ho1 : Corporate social responsibility berpengaruh tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan.

Ha1 : Corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

2. Ho2 : Good corporate governance berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Corporate Social Responsibility (X1)

Good Corporate Governance (X2)

Leverage (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

Kebijakan Dividen (X5)

(65)

Ha2 : Good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

3. Ho3 : Leverage berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Ha3 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Ho4 : Ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Ha4 : Ukuran perusaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Ho5 : Kebijakan deviden berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Ha5 : Kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

6. Ho6 : Corporate social responsibility, good corporate governance, leverage,

ukuran perusahaan, kebijakan dividen secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Ha6 : Corporate social responsibility, good corporate governance, leverage,

(66)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini tipe yang digunakan adalah tipe penelitian explanatory research. Penelitian explanatory research yaitu suatu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel-variabel yang ada, yaitu variabel dependen (nilai perusahaan) dan variabel independen (corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen) melalui uji hipotesis (Usman dan Akbar, 2008).

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

(67)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti. Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012.

2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan annual report secara rutin dan konsisten selama periode 2010-2012.

3. Perusahaan menyediakan informasi yang dibutuhan sesuai dengan variabel penelitian.

Berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas maka diperoleh 20 perusahaan yang memenuhi kriteria yang yang kemudian akan dijadikan sampel penelitian. Perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria

No Perusahaan Kode

1 PT Astra International Tbk ASII

2 PT Delta Djakarta Tbk DLTA

3 PT Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA

4 PT Fast Food Indonesia Tbk FAST

5 PT Gudang Garam Tbk GGRM

6 PT HM Sampoerna Tbk HMSP

7 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP

8 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

9 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP

(68)

11 PT Kalbe Farma Tbk KLBF

12 PT Lionmesh Prima Tbk LMSH

13 PT Merck Tbk MERK

14 PT Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI

15 PT Mayora Indah Tbk MYOR

16 PT Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI

17 PT Sierad Produce Tbk SIPD

18 PT Mandom Indonesia Tbk TCID

19 PT Surya Toto Indonesia Tbk TOTO

20 PT Unilever Indonesia Tbk UNVR

Sumber : Bursa Efek Indonesia

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tidak diperoleh secara langsung dari institusi yang bersangkutan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012. Diperoleh dari situs www.sahamok.com, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id periode 2010-2012.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Menurut Sugiyono (2008) metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melihat dan mempelajari catatan-catatan atau dokumentasi perusahaan (data sekunder) yang sudah berlalu. Dalam penelitian ini berasal dari www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.sahamok.com.

3.5 Definisi Konseptual

Gambar

Gambar 2.1 Model Pemikiran
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
tabel statistik deskriptif yang menunjukkan hasil pengukuran mean, nilai minimal

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana disebutkan dalam paoal 19 Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), bahwa pendaftaran tanah antara lain meliputi pemberian surat-aurat tonda bukti hak yang berla-.. ku

Traversing more complex structures is also simple if they are homogenous (that is, each level of nesting contains the same type of reference and we don't have other data types

Dari hasil penelitian terhadap siswa SD Inpres Tiwoho yang berusia 9-12 tahun dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara promosi kesehatan

Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran pembuatan pola dasar badan wanita melalui penggunaan job sheet pada mata diklat pembuatan pola dasar

Senyawa metabolit sekunder dari daun tanaman rukam diisolasi dengan menggunakan metode flash chromatography terhadap fraksi 6 yang didapatkan dari hasil VLC

Sebelum investor memberikan nilai kepada perusahaan yang terkandung di dalam price earning ratio , seorang investor yang baik tentunya harus memperhitungkan

Perancahan Rakan Sebaya : Aktiviti antara ahli-ahli kumpulan dalam mengutip data, menyemak, memantau, membimbing, memberi tunjuk ajar, serta menyumbang idea dan maklumbalas

Jika Penawar yang Berjaya ingkar dalam mematuhi mana-mana syarat di atas atau membayar apa-apa wang yang harus dibayar, maka Pihak Pemegang Serahhak/Pemberi Pinjaman boleh (tanpa