SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMMAD AZHIM SULTHANI D01212042
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
Kata Kunci: Pengembangan, Meme Comic, Media, Aqidah Akhlak
Latar belakang penelitian ini adalah Kebanyakan anak pada zaman sekarang yang kategorinya adalah seorang siswa tahu yang namanya teknologi . Mereka juga sangat mengenal akrab dengan yang namanya sosial media . Sosial media saat ini sangatlah beragam , mulai dari Facebook , BBM , Instagram , Twitter dan lain sebagainya . Salah satu gambar atau foto yang sering dibagikan di sosial media adalah meme . Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis di MTs Mujahidin Mojokerto , pembelajaran Aqidah Akhlak yang dilaksanakan masih bersifat verbalis dan berpusat pada guru. Dari hasil observasi penulis pada siswa kelas VIII dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sangat menyukai gambar-gambar yang banyak dibagikan di sosial media , mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk bermain gadget baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga diharapkan dengan adanya media pembelajaran yang berbasis sosial media pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dapat membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar . . Oleh karena itu, diadakanlah penelitian tentang “Pengembangan Meme Comic Sebagai Media Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto”.
Penelitian ini bertujuan : Mengembangkan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dan Mengetahui kelayakan produk media meme comic pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Adapun Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang mengambil latar di. MTs Mujahidin Mojokerto Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi, wawancara (interview), dokumentasi, dan penyebaran kuisioner. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik reseaech an development
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, pengembangan dan penggunaan
viii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
ABSTRAK ... iv
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 8
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 8
H. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II KAJIAN TEORI ... 11
A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran dan Meme Comic ... 11
1. Penertian Media Pembelajaran ... 11
2. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran ... 14
ix
1. Penngertian Aqidah Akhlak ... 26
2. Dasar Aqidah Akhlaq ... 28
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 30
4. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak ... 31
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 32
6. Standar Kompetensi dan Kajian Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 32
7. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak ... 33
C. Penelitian Pengembangan ... 36
1. Penngertian Penelitian Pengembangan ... 37
2. Prosedur Pengembangan ... 37
D. Kerangka Berfikir ... 40
E. Pertanyaan Penelitian... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Desain Penelitian ... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
C. Objek Penelitian ... 43
D. Instrumen Pengumpulan Data ... 43
E. Validitas Instrumen ... 45
F. Reabilitas Instrumen... 48
1. Reliabilitas Konsistensi Antar Rater ... 49
2. Reliabilitas Koefisien Alfa Cronbach ... 50
G. Pengembangan Media ... 52
1. Potensi dan Masalah ... 52
2. Pengumpulan Data ... 52
3. Desain Media ... 54
x
8. Produk Media Gambar ... 60
H. Teknik Analisis Data ... 60
1. Analisis Uji Kelayakan Media ... 60
2. Analisis Uji Efektifitas Media ... 62
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN ... 64
A. Hasil Pengembangan ... 64
1. Potensi dan Masalah ... 64
2. Pengumpulan Data ... 64
3. Desain Media Gambar Meme ... 67
4. Validasi Media ... 67
5. Uji Coba Media(Uji Kelayakan Dan Efektifitas Media)... 72
6. Revisi Media ... 74
7. Produk Media Gambar ... 74
B. Pembahasan ... 78
BAB VI PENUTUP ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 86
1
A. Latar Belakang
Dewasa ini, para siswa lebih banyak bermain sosial media daripada
membaca buku. Menurut mereka membaca buku adalah suatu hal yang
membosankan. Pendapat mereka dapat dibenarkan, dikarenakan buku-buku
pelajaran yang ada sekarang memiliki tampilan yang sangat membosankan,
kurang interaktif dan cenderung kurang mengakomodir daya khayal imajinasi
siswa yang sangat luas .
Kebanyakan anak pada zaman sekarang yang kategorinya adalah
seorang siswa tahu yang namanya teknologi. Mereka juga sangat mengenal
akrab dengan yang namanya sosial media. Sosial media saat ini sangatlah
beragam, mulai dari Facebook, BBM, Instagram, Twitter dan lain sebagainya.
Mereka beralasan bahwa sosial media dapat dijadikan alat untuk refreshing saat
jenuh dalam belajar.
Sosial media sangat erat kaitannya dengan gambar atau foto yang
digunakan pemilik sosial media tersebut untuk menunjukan identitasnya.
Bahkan ada banyak sosial media yang memungkinkan pemiliknya untuk
mengunggah beberapa gambar atau foto. Gambar atau foto tersebut dapat
mulai dari motifasi, kegiatan keseharian sampai humor dan lelucon. Oleh sebab
itu, akan sangat menyenangkan sekali ketika dapat berbagi pesan dengan
mudah menggunakan sosial media
Salah satu gambar atau foto yang sering dibagikan di sosial media
adalah meme. Meme merupakan contoh ungkapan hati yang dituaangkan
melalui tulisan, gambar atau gabungan dari keduanya. Meme disampaikan
dengan bahasa yang sangat singkat namun sangat berisi dan kaya akan makna.
Ada juga gambar atau foto yang sering dibagikan di sosial media yang
berbentuk meme comic. Meme comic adalah gabungan dari beberapa meme
yang membentuk sebuah cerita
Dengan logika yang lebih sederhana, dapat kita pahami bahwa
penyebaran atau pengembangbiakan meme dilakukan dengan cara replikasi dari
meme-meme yang sudah ada. Artinya, meme terus menerus melakukan replikasi
melalui suatu kebiasaan atau gagasan tertentu sehingga menjadi pola yang
berulang-ulang dan pada akhirnya membentuk sebuah pola kebudayaan dalam
skala besar. Akan tetapi, sifat dari meme ini tidak hanya mereplikasi, meme
juga mengalami proses evolusi atau perubahan dari waktu ke waktu, dan
bersamaan dengan itu meme juga berusaha untuk bertahan dari pengaruh
meme-meme yang baru
Para pembuat meme ini biasanya akan mengambil gambar atau foto dari
internet lalu melengkapinya dengan teks, atau dengan mengurangi dan
tergantung kesesuaian konteks informasi apa yang ingin disampaikan oleh
pembuatnya. Setelah proses penciptaan selesai, meme foto atau gambar akan
disebar dan menyebar melalui layanan share, retweet, atau repost di media
social
Meme dapat dikatakan sebuah fenomena tersendiri di dunia sosial
media. Kehadiran berbagai jenis sosial media juga mendorong fenomena baru
ini berkembang dengan cepat. Hal ini dikarenakan meme biasanya akan
disebarkan melalui sosial media seperti Twitter, Facebook, Path, 9Gag, dan
lain-lain. Sebagai informasi, di Indonesia terdapat salah satu komunitas meme
yang cukup besar, yakni Meme Comic Indonesia
Citra sosial media di masyarakat masih dipandang sebagai media yang
menghibur dibanding sebagai media pembelajaran. Sifat dasar sosial media
yang memang didesain sedemikian rupa sehingga membuat ketagihan
(addicted) dan menyenangkan (fun) bagi mereka yang gemar menggunakan
sosial media ini dapat berdampak negatif apabila digunakan secara berlebihan
dan tidak bersifat edukasional. Untuk itu perlu dikembangkan sebuah meme
maupun meme comic yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa agar tertarik dalam belajar.
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat
memberikan pengaruh yang kuat pada berbagai bidang kehidupan, salah
satunya adalah bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan ini komputer
pembelajaran. Dari berberapa penelitian dapat diketahui bahwa dengan
penggunaan media yang melibatkan komputer ini dapat meningkatkan prestasi
dan motivasi belajar siswa.
Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan mata pelajaran yang selalu ada
pada setiap sekolah dibawah naungan Kemenag, baik itu MI, MTs maupun
MA. Materi pada mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih banyak pada penekana
teori dan dalil. Hal ini mengakibatkan siswa akan lebih cepat bosan karena
karena tidak dilengkapi dengan ilustrasi yang relevan, dengan adanya meme
maupun meme comic yang memiliki nilai edukasi diharapkan siswa akan
belajar sambil bermain sehingga mereka akan lebih merasa senang dan
bersemangat dalam belajar .
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di MTs Mujahidin
Mojokerto, pembelajaran Aqidah Akhlak yang dilaksanakan masih bersifat
verbalis dan berpusat pada guru. Oleh karena itu, diperlukan media
pembelajaran yang bersifat mandiri yang dapat membuat pembelajaran lebih
menarik. Salah satu alternatif media yang perlu dikembangkan adalah
penggunaan gambar yang dapat mengilustrasikan materi. Dapat diketahui
bahwa sebagian besar siswa sangat menyukai gambar-gambar yang banyak
dibagikan di sosial media, mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk
bermain gadget baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga diharapkan dengan
adanya media pembelajaran yang berbasis sosial media pada mata pelajaran
Dari berbagai hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
pengembangan dengan judul “Pengembangan Meme Cimic Sebagai Media
Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto .”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat ditemukan
rumusan masalah sebagai berikut
1. Bagaimana mengembangkan produk media meme comic pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak ?
2. Bagaimana kelayakan produk media meme comic pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan peneliti melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut
1. Mengembangkan produk media meme comic pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak.
2. Mengetahui kelayakan produk media meme comic pada mata pelajaran
Aqidah Akhlak.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan pengertian yang mengacu pada karater
variabel yang akan diteliti. Definisi operasional pada penelitian ini disusun
Penelitian pengembangan merupakan aktifitas riset dasar untuk
mendapatkan informasi kebutuhan pengguna (needs assessment), kemudian
dilanjutkan kegiatan pengembangan (development) untuk menghasilkan
produk dan menguji keefektifan produk. Meme comic sebagai media
pembelajaran adalah gambar media yang memiliki cerita dan mampu
menyampaikan pesan pembelajaran
Aqidah akhlak dalam penelitian ini dibatasi pada materi mata pelajaran
aqidah yang berlaku yaitu menghindari akhlak tercela mencakup sifat ananiyha,
ghadab, tamak, putus asa dan takabbur
Berdasarkan definisi beberapa istilah di atas, maka yang dimaksud
dengan pengembangan meme comic sebagai media pembelajaran aqidah
akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto adalah sebuah penelitian untuk
mengembangkaan sebuah produk meme comic menjadi sebuah media
pembelajaran aqidah akhlak menjadi media yang layak dalam proses
pembelajaran di MTs Mujahidin Mojokerto
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan oleh peneliti akan memberi manfaat
yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman siswa dalam
yang relevan dan konkrit yang dapat merangsang ide dalam
pembelajaran dan latihan desain
b. Memberikan peluang kepada siswa untuk mengoptimalkan
kemampuan dan kreativitasnya dalam memperoleh
pengetahuan, informasi dan berlatih keterampilan dalam rangka
pencapaian kompetensi yang diharapkan
2. Bagi Guru
a. Mengubah pola sikap pendidik dalam mengelola pembelajaran
yang memposisikan dirinya bukan saja sebagai
satu-satunya sumber belajar melainkan memposisikan diri
sebagai fasilitator, dan mediator yang fleksibel sehingga
kegiatan belajar yang dirancang akan menjadi lebih inovatif
dan bermakna
b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimangan untuk memilih dan
menggunakan media yang sesuai bagi peserta didik, sehingga
dapat memperingan beban pendidik
3. Bagi Sekolah
a. Mempersiapkan lulusan yang kreatif, dan selalu dapat
memanfaatkan lingkungannya sendiri sebagai sumber belajar
yang efektif
b. Mempersiapkan lulusan berkompetensi sesuai yang
F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi dari produk pengembangan meme comic sebagai media
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Produk yang dikembangkan adalah sebuah gambar dalam bentuk digital
maupun cetak yang dapat digunakan sebagai media siswa dalam
bermain sambil belajar.
2. Meme comic tersebut dikembangkan dengan program meme creator,
program photoshop atau media kertas
3. Meme comic tersebut mencakup materi untuk kelas VIII yang sesuai
dengan kurikulum yang berlaku di MTs Mujahidin Mojokerto,
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi yang digunakan peneliti pada pengembangan meme comic
sebagai media pembelajaran pada pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas
VIII di MTs Mujahidin Mojokerto adalah:
1. Validator materi atas hasil pengembangan memiliki pengalaman dan
kompeten dalam mengajarkan materi Aqidah Akhlak
2. Validator media atas hasil pengembangan memiliki pengalaman dan
kompeten dalam bidang media pembelajaran berbasis visual.
3. Butir-butir penilaian dalam angket validasi menggambarkan penilaian
yang menyeluruh (komprehensif).
4. Validasi yang dilakukan mencerminkan keadaan sebenar-benarnya dan
Pada pengembangan meme comic sebagai media pembelajaran Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII di MTs Mujahidin Mojokerto, peneliti
hanya membatasi pada:
1. Materi yang dikembangkan dalam produk pengembangan disesuaikan
dengan silabus yang berlaku di MTs Mujahidin Mojokerto
2. Produk yang dikembangkan bukan ditujukan untuk menggantikan
media buku atau lembar kerja siswa dalam pembelajaran, namun
sebagai media tambahan dalam belajar agar siswa tidak bosan.
3. Model pengembangan produk yang digunakan adalah model
pengembangan Dick & Carei yang telah dimodifikasi untuk disesuaikan
dengan pengembangan yang akan dilakukan.
4. Mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti, uji validasi yang
dilakukan hanya validasi formatif atau validasi logis, yaitu menguji
kesesuaian isi bahan ajar yang dikembangkan dengan materi yang
tercakup dalam kurikulum dan kemenarikan bahan ajar secara umum,
tidak diujicobakan dalam pembelajaran di kelas. Validitas produk yang
dihasilkan terbatas pada uji ahli materi, uji ahli media dan uji coba
pengguna pada kelompok kecil.
H. Sistematika Pembahasan
Adapun isi dan sistematika skripsi hasil penelitian pengembangan ini
terdiri atas lima bab yang saling berkaitan dan dapat di jelaskan sebagai berikut
Bab satu memuat tentang pendahuluan mencakup: latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah. Tujuan penelitian, manfaat
penelitian, spesifikasi produk yang diinginkan. asumsi dan keterbatasan
pengembangan dan yang terakhir adalah sistematika penelitian.
Bab dua berisi Kajian pustaka memuat tentang tinjauan tentang media
pembelajaran dan meme comic. Tinjauan tentang mata pelajaran aqidah akhlak.
Teori-teori yang memuat penelitian pengembangan. Kerangka berfifir dan yang
terakhir adalah pertanyaan penelitian.
Bab tiga berisi metode penelitian memuat tentang desain penelitian.
Tempat dan waktu penelitian. Objek penelitian. Instrumen pengumpulan data.
Validitas instrumen. Reabilitas instrumen. Pengembangan media dan yang
terakhir adalah teknik analisis data.
Bab empat berisi Hasil pengembangan yang mencakup Potensi dan
Masalah. Pengumpulan Data. Desain Media Gambar Meme. Validasi Media.
Revisi Media. Uji Coba Media. Produk Media Gambar dan disertai dengan
pembahasan.
Bab lima berisi penutup terdiri dari kesimpulan dan saran yang
11
A. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran dan Meme Comic
1. Penertian Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar
mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah,
dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat
menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan
keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, media adalah 1 alat;
2 alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film,
poster, dan spanduk; 3 yang terletak di antara dua pihak (orang,
golongan, dan sebagainya): wayang bisa dipakai sebagai --
pendidikan; 4 perantara; penghubung; 5 zat hara yang mengandung
maupun yang dipadatkan dengan menambah gelatin untuk
menumbuhkan bakteri, sel, atau jaringan tumbuhan1
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa
Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerimapesan 2.
Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad ,
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi
dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Sedangkan menurut Criticos yang dikutip oleh
Daryanto media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan3.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran
maka media itu disebut Media Pembelajaran4
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),
2 Azhar
Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 3. 3
Daryanto, MediaPembelajaran, (Bandung: CV.YramaWidia, 2011) 4
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa dalam proses belajar
Media pembelajaran adalah sarana penyampaian pesan
pembelajaran kaitannya dengan model pembelajaran langsung
yaitu dengan cara guru berperan sebagai penyampai informasi dan
dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang
sesuai. Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan
macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga
media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat
dibuat oleh guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik.
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kegiatan proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media
tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan
tepat agar dapat digunakan sacara tepat guna.
Pada tingkat yang menyeluruh dan umum, pemilihan media
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini:
a. Objektivitas
Artinya, guru tidak boleh memilih suatu media
pengajaran atas kesenangan pribadi. Alangkah baiknya guru
meminta pandangan atau saran dari teman sejawat atau
melibatkan siswa di dalam memilih media pengajaran
b. Program pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada
anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik
isinya, strukturnya maupun kedalamannya.
c. Sasaran program
Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik
yang menerima informasi pengajaran melalui media
pembelajaran. Untuk itu maka media yang akan digunakan
harus dilihat kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak
didik
d. Situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi yang dimaksud meliputi situasi dan
kondisi sekolah serta situasi dan kondisi peserta didik yang
e. Kualitas teknik
Dari segi teknik media pengajaran yang akan
digunakan perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat
f. Efektifitas dan efisiensi penggunaan
Keefektifan berkenaan dengan hasil yang ingin dicapai,
sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil
tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi
apakah dengan menggunakan media tersebut informasi
pengajaran dapat diserap optimal oleh anak didik. Sedangkan
efisiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut
waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
tujuan tersebut sedikit mungkin.5
Di dalam pemilihan media pembelajaran ada beberapa kriteria
yang perlu di perhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Kesesuaian materi dengan media yang digunakan akan
berdampak pada hasil pembelajaran siswa.
5
c. Kondisi audien(siswa) dari segi subjek belajar menjadi
perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang
sesuai dengan kondisi anak.
d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru
mendesain sendiri media yang akan digunakan,
e. Media yang dipilih dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna,
f. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan harus
seimbang dengan hasil yang akan dicapai.6
g. Guru terampil menggunakannya. Apapun media itu, guru harus
mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran..
h. Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok
besar belum tentu efektif jika digunakan untuk kelompok kecil
atau perorangan.
i. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun
fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu..7
Secara umum prosedur pemilihan media pembelajaran ada
enam langkah, yaitu:
6
Asnawir dan M Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, ( Jakarta:Ciputat Pers,2002), hlm.15-16
7
a. Menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu
merupakan tujuan pembelajaran atau hanya sekedar
merupakan informasi atau hiburan
b. Menetapkan apakah media itu di rancang untuk keperluan
pembelajaran atau instruksional atau alat bantu mengajar
(peraga)
c. Menetapkan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar
tersebut akan digunakan strategi afektif, kognitif atau
psikomotorik.
d. Menetukan media yang sesuai dari kelompok media yang
cocok untuk strategi yang di pilih dengan mempertimbangkan
ketentuan atau criteria, kebijakan, fasilitas, kemampuan
produksi dan biaya
e. Mereview kembali kelemahan dan kelebihan media yang
dipilih, bila perlu mengkaji kembali alternatif-alternatif yang
ada
f. Perencanaan pengembangan dan produksi media tersebut8
3. Fungsi Media Pada Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki peran dan fungsi yang strategis
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan media
8
pembelajaran yang kaya dan bervariasi, tidak saja membuat motivasi
belajar meningkat, tetapi juga menjadikan hasil belajar lebih
bermakna.
Fungsi utama media pembelajaran ada;ah sebagai alat bantu
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan
belajar yang di tata dan diciptakan guru9.
Sebuah literature menyebutkan bermagai macam fungsi media
pembelajaran , diantaranya:
a. Menyajikan pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra
c. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi
dapat mengatasi sifat pasif pada peserta didik
d. Menyamakan pengalaman
e. Menimbulkan persamaan persepsi10
Secara umum peranan media pembelajaran adalah
memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan
pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus
peran media pembelajaran adalah penyampaian materi pembelajaran
dapat diseragamkan , proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
9
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 3. 10
menarik , proses pembelajaran menjadi lebih interaktif , efisiensi
dalam waktu dan tenaga , meningkatkan kualitas hasil belajar siswa ,
media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja , media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap
materi dan proses belajar , mengubah peran guru ke arah yang lebih
positif dan produktif.
4. Jenis Media Pembelajaran
Meskipun sudah banyak ragam dan format media yang
dikembangkan dan diproduksi untuk pembelajaran, namum pada
dasarnya media tersebut dapat di kelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu sebagai berikut :
a. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan hanya melibatkan pendengaran peserta
didik
b. Media visual adalah jenis media yang dugunakan hanya
mengandalkan indera penglihatan semata
c. Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan
d. Multimedia yaitu media yang melibatkan berbagai indera
dalam satu kegiatan pembeljaran11
Setiap jenis media memiliki karakteristik masing- masing dan
menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
belajar peserta didik.
5. Media Gambar Meme Comic
a. Pengertian Media Gambar Meme Comic
Sebuah meme (/ MIM / mim) adalah "ide, perilaku,
atau gaya yang menyebar dari orang ke orang dalam budaya"12.
Sebuah meme bertindak sebagai unit untuk membawa budaya
ide, simbol, atau praktek-praktek yang dapat ditularkan dari
satu pikiran ke yang lain melalui tulisan, ucapan, gerak tubuh,
ritual, atau fenomena imitable lain dengan tema tertentu .
Pendukung konsep menganggap meme sebagai analog budaya
untuk gen dalam bahwa mereka mereplikasi diri, bermutasi,
dan menanggapi tekanan selektif.
Rayandra Asyhar. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. (Jakarta: Gaung Persada. 2010). Hlm 52-53
12
dari μῖμος Mimos, "mime") diciptakan oleh ahli biologi
evolusi Inggris Richard Dawkins dalam The Selfish Gene
(1976) sebagai konsep untuk diskusi tentang evolusi prinsip
dalam menjelaskan penyebaran ide-ide dan fenomena budaya.
Contoh meme diberikan dalam buku termasuk melodi,
catchphrases, fashion, dan teknologi bangunan lengkungan.
Para pendukung berteori bahwa meme adalah fenomena
virus yang dapat berkembang dengan seleksi alam dengan cara
analog dengan evolusi biologis. Memes melakukan hal ini
melalui prosesvariasi, mutasi, kompetisi, dan warisan, yang
masing-masing mempengaruhi keberhasilan reproduksi meme
itu. Meme menyebar melalui perilaku yang mereka hasilkan di
host mereka. Meme yangmenyebarkan kurang subur bisa
menjadi punah, sementara yang lain dapat bertahan hidup,
penyebaran, dan (untuk lebih baik atau buruk) bermutasi.
Sebuah bidang studi yang disebut memetika muncul
pada 1990-an untuk mengeksplorasi konsep dan transmisi
meme dalam hal suatu model yang evolusioner.
Dunia maya saat ini sering kali diramaikan dengan
kehadiran gambar-gambar yang disertai tulisan atau yang biasa
ketika sosial media ramai-ramai menggunakan hastag
#SaveHajiLulung
Di era perkembangan teknologi seperti sekarang ini,
banyak meme yang tersebar di internet. Meme yang tersebar di
internet biasanya disebut dengan internet meme. Internet meme
adalah sesuatu yang menjadi terkenal dan tersebar melalui
internet, seperti gambar, video, atau bahkan orang. Sering kali
meme di internet muncul dalam bentuk gambar yang
dimodifikasi atau direplikasi dan disertai tulisan.
Para pembuat meme ini biasanya akan mengambil
gambar atau foto dari internet lalu melengkapinya dengan teks,
atau dengan mengurangi dan menambahkan elemen gambar
melalui proses olah digital sederhana, tergantung kesesuaian
konteks informasi apa yang ingin disampaikan oleh
pembuatnya. Setelah proses penciptaan selesai, meme foto atau
gambar akan disebar dan menyebar melalui layanan share,
retweet, atau repost di media sosial.
Meme sebenarnya memiliki banyak tujuan. Meme yang
banyak beredar di internet kebanyakan adalah meme yang
bersifat lucu dan meme yang bernada satir. Meme juga
mengekspresikan perasaan tertentu. Meme juga bukanlah
sekedar gambar yang diberikan tulisan.
Gambar tersebut juga dapat menggambarkan perasaan
atau suatu maksud tertentu yang ingin disampaikan oleh
pembuatnya. Misalnya, salah satu karakter meme yang popular
di Indonesia, Maddog yang menjadi salah satu karakter di Film
The Raid. Karakter Maddog dalam meme biasanya
menggambarkan sesuatu yang greget.
Meme dapat dikatakan sebuah fenomena tersendiri di
dunia sosial media. Kehadiran berbagai jenis sosial media juga
mendorong fenomena baru ini berkembang dengan cepat. Hal
ini dikarenakan meme biasanya akan disebarkan melalui sosial
media seperti Twitter, Facebook, Path, 9Gag, dan lain-lain.
Sebagai informasi, di Indonesia terdapat salah satu komunitas
meme yang cukup besar, yakni Meme Comic Indonesia
Meme Comic yang dipakai sebagai media pembelajaran
adalah sebuah gambar dua dimensi atau pandang diam yang
nantinya akan digunakan oleh peserta didik untuk
mengekspresika pengetahuan yang telah didapatkan
b. Kriteria Pemilihan Media Gambar Meme Comic
Sebuah literature menyebutkan gambar yang baik
1) Keaslian gambar, gambar menunjukkan situasi yang
sebenarnya seperti melihat keadaan benda
sesungguhnya
2) Kesederhanaan, kesederhanaan dalam warna
menimbulkan kesan tertentu yang mempunyai nilai
estetis secara murni dan mengandung nilai praktis
3) Bentuk item, mudah dipahamidapat digunakan pada
gambar dari majalah, surat kabar dan lain sebagainya
4) Perbuatan menunjukkan hal yang sedang melakukan
suatu perbuatan
5) Fotografi, gambar tidak terlalu terang atau gelap asal
da[at menarik dan efektif dalam pembelajaran
6) Artistic, gambar disesuaikan dengan tujuan yang
hendak igin dicapai13
c. Kelebihan dan Kekurangan Gambar Meme Comic
1) Kelebihan Gambar Meme Comic
Media gambar mempunyai keunggulan yang
diantaranya sudah umum digunakan, mudah
dimengerti, mudah dan murah didapat atau dibuat dan
banyak memberikan penjelasan daripada menggunakan
13
media verbal. Media gambar maupun foto dapat
memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya,
sehingga peserta didik mampu untuk mengingatnya
dengan lebih baik dibandingkan dengan media verbal.
Selain itu, media gamber juga dapat memecahkan
masalah yang ada dala media oral atau verbal, yakni
dengan hal keterbatasan daya ingat dalam bercerita atau
menjelaskan materi14
2) Kekurangan Gambar Meme Comic
Sebuah literatur menyebutkan beberapa
kelemahan yang terdapat pada media gambar, antara
lain
a) Media gambar tidak mampu terjangkau oleh
penglihatan jika pengajaran berlangsung di
dalam kelompok besar
b) Media gambar merupakan visual dua dimensi,
sehungga sulit menggambarkan detail objek
yang memiliki diga dimendi secara utuh
14
c) Media gambar tidah dapat memvisualisai objek
yang bergerak15
d. Prosedur PengembanganMedia Pembelajaran Gambar
Meme Comic
Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam
menyusun bahan ajar maupun media pembelajaran, preseur
tersebut meliputi:
1) Memahami standai isi dan standar kompetensi lulusan,
silabus, program semester dan rencana pelaksanaan
pembelajaran
2) Mengidentifikasi jenis materi pembelajaran
berdasarkan terhadap pemahaman poin sebelumnya
3) Melakukan pemetaan materi
4) Menetapkan bentuk penyajian
5) Menyusun struktur atau kerangka penyajian
6) Membaca buku atau sumber
7) Mendraf atau memburam bahan ajar
8) Merefisi atau menyunting bahan ajar
9) Mengujicoba bahan ajar
10)Merevisi dan menulis akhir atau finalisasi16
15
B. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
1. Penngertian Aqidah, Akhlak dan Aqidah Akhlak
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu
[َ دْقَع-َ دِقْعَي-ََدَقَع] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.
Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang
harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta
terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan
bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan
yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan
keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau
keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang
wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan
yang mengikat.
Sementara kata Akhlak juga berasal dari bahasa Arab, yaitu
[قلخ] jamaknya [قاخأ] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at,
watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa
16
Indonesia, dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, merupakan
sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan
itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut yang baik
atau Akhlakul karimah, atau mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan
spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut
tercela atau ul madzmumah.
Mata pelajaran AqidahAkhlak adalah disiplin ilmu yang
mempelajari kepercayaan atau keyakinantentang dasar-dasar ajaran
islam sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
Sedangkan menurut Deparemen Agama Direktorat
JendralKelembagaan Agama Islam, pendidikan Aqidah Akhlak adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, menghayatidan mengimani Allah SAW. Dan
merealisasikan dalam perilaku akhlak muliadalam kehidupan
sehari-hari melalui bimbingan, pengajaran, latihan,penggunaan pengalaman,
pembiasaan.
Aqidah Akhlak adalah bagian dari rumpun dari mata pelajaran
PAI(Pendidikan Agama Islam) yang memberikan pendidikan,
memegang teguhaqidah islam, memahami ajaran agama islam, dan
kehidupan sehari-hari denganmenekankan pada keimanan dan
penanaman akhlak terpuji, serta menghindariakhlak tercela.
Pembelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk mencetak
manusia yangparipurna (Insan Kamil), yaitu manusia yang tidak hanya
mementingkankehidupan dunia melainkan juga kehidupan akhirat
yang diyakini sebagaitujuan terakhir dalam semua kehidupan.
2. Dasar Aqidah Akhlak
Dasar aqidah adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan
sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al
Qur’an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang
menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan
manusia. Dasar aqidah yang pertama dan utama adalah Al Qur’an
dan. Ketika ditanya tentang aqidah Nabi Muhammad SAW, Siti
Aisyah berkata.” Dasar aqidah Nabi Muhammad SAW adalah Al
Qur’an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik
dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut
dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman
Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya
“Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami,
sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan.
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang
terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan
yang lurus.”
Dasar aqidah yang kedua bagi seorang muslim adalah
AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih
terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah
SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat
dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam
perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan
dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam
bidang keagamaan, pembelajaran itu juga diarahkan pada peneguhan
aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati
dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan
3. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam nya
yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang
Aqidah dan Akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan
terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT, serta ber mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah berfungsi untuk :
a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat ;
b. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT
serta Akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang
telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga ;
c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik
dan sosial melalui Aqidah Akhlak ;
d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam
e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif dari
lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya
sehari-hari ;
f. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan
Akhlak, serta sistem dan fungsionalnya ;
g. Penyaluran peserta didik untuk mendalami Aqidah pada
jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.
4. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak
a. Pembelajaran Aqidah dan merupakan mata pelajaran yang
dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam
agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.
b. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan
yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati
manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan
wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan
rukun iman yang enam
c. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak merupakan salah satu
rumpun mata pelajaran pembelajaran agama di madrasah
d. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak mengarahkan bagaimana
peserta didik dapat mengamalkan Aqidah dan Akhlak itu
e. Tujuan mata pelajaran Aqidah dan Akhlak adalah untuk
membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta memiliki Akhlak mulia. Tujuan inilah yang
sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad
SAW, untuk memperbaiki manusia.
5. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak
Cakupan kurikulum Pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah
Tsanawiyah meliputi:
a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat Wajib,
Mustahil dan Jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul
Allah, sifat-sifat dan Mu’jizat-Nya dan Hari Akhir.
b. Aspek Akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu,
ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang
kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah,
menepati janji dan bermusyawarah.
c. Aspek Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik,
namimah dan ghibah.
6. Standar Kompetensi dan Kajian Pembelajaran Aqidah Akhlak
Kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak berisi sekumpulan
kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama
menempuh pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah. Kompetensi ini
pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat aqidah serta
meningkatkan kualitas Akhlak sesuai dengan ajaran Islam.
Kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah
sudah tertulis
7. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam
suasana pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan:
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya
Allah SWT sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk
mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan mulia
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan
sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam
yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadist serta
dicontohkan oleh para ulama.
d. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran Aqidah dan Akhlak dengan pendekatan yang
memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai
e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik
dalam menghayati aqidah dan Akhlak mulia sehingga lebih
terkesan dalam jiwa peserta didik.
f. Fungsional, menyajikan materi Aqidah dan Akhlak yang
memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari dalam arti luas.
g. Keteladanan, yaitu pembelajaran yang menempatkan dan
memerankan guru serta komponen Madrasah lainnya sebagai
teladan; sebagai cerminan dari individu yang memiliki
keimanan teguh dan ber mulia.
Tabel 01 . Silabus Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII
NO KOMPETENSI
Metede penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa
Inggris disebut Research and Development (R&D) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
mengkaji keefektifat produk tersebut17.
17
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik
kesimpulan, penelitian dan pengembangan (R & D) dalam
pembelajaran adalah suatu penelitian untuk menghasilkan dan
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam proses
pembelajaran berdasarkan prosedur atau langkah-langkah kegiatan.
Produk-produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan
antara lain materi-materi pelatihan untuk guru, materi belajar untuk
siswa, media pembelajaran untuk memudahkan belajar, sistem
pembelajaran dan lain sebagainya.
2. Prosedur Pengembangan
Sebuah liteatur menyebutkan prosedur penelitian
pngembangan dapat dilakukan dengan lebih sederhana dengan
menggunakan 5 langkah utama, yaitu:
a. Melakukan analisis produk yang akan dkembangkan
b. Mengembangkan produk awal
c. Validasi ahli dan revisi
d. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk
e. Uji coba lapagan skala besar dan produk akhir
Menurut Sugiyono , langkah-langkah penelitian dan
a. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam data empirik.
Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan
memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah
penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.
b. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu
yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
c. Disain produk, yaitu penjelasan mengenai produk yang akan
dihasilkan.
d. Validasi disain, yaitu proses kegiatan untuk menilai apakah
rancangan produk secara rasional akan lebih efektif dari yang
lama atau tidak. Validasi disain dilakukan oleh para ahli atau
pakar yang berpengalaman untuk menilai produk baru tersebut,
sebelum fakta lapangan.
e. Revisi disain, yaitu memperbaiki disain produk oleh peneliti
berdasarkan hasil validasi oleh ahli.
f. Uji coba produk, yaitu melakukan pengujian penggunaan
produk untuk mengetahui efektifitas produk tersebut. Uji coba
dilakukan dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah
pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
g. Revisi produk, yaitu memperbaiki produk berdasarkan hasil uji
h. Uji coba pemakaian, yaitu menerapkan produk baru dalam
lingkup yang lebih luas.
i. Revisi produk, dilakukan apabila dalam pemakaian pada
lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan
kelemahan.
j. Produksi masal, yaitu apabila produk yang telah diuji coba
dinyatakan efektif dan layak dalam beberapa kali pengujian,
maka dapat dilakukan kerjasama dengan perusahaan untuk
memproduksi produk tersebut secara masal.18
Menurut beberapa pendapat di atas, prosedur penelitian
pengembangan media yang peneliti gunakan yaitu mengacu pada
Sugiyon meliputi analisis kebutuhan, pengumpulan data, desain
produk, validasi desain, revisi, uji coba produk, revisi, uji coba
pemakaian, revisi, produk masal
D. Kerangka Berfikir
Memahami materi pada mata pelajara Aqidah merupakan halyang
harus dilakukan oleh dida di MTs Mujahidin. Dikarenakan materi tersebut
erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, alam sekitarnya
dan manusia lainnya
18
Berdasarkan rendahnya minat peserta didik memehami materi pada
mata pelajara Aqidah yang disampaikan dengan cara verbalistik, maka
perlulah dikembangkan sebuah media yang diharapkan mampu meningkatkan
minat siswa yang juga nantinya akan meningkatkan nilai akademis maupun
perilaku peserta didik
Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran tergantung dari strategi
penampaiaan dan penggunaan media tersebut. Pembelajaran dengan
menggunakan media gambar dapat mempermudah pelajaran, memperjelas
penyajian mengetasi berbagai keterbatasan, meningkatkan motifasi dan minat
peserta didik dalam memahami materi pada mata pelajara Aqidah
Kriteria pemilihan media tersebut adalah dengan mempertimbangkan
tujuan pembelajaran, kondisi peserta didik, karakteristik media, strategi
pembelajaran, waktu dan biaya juga fungsi media tersebut dalam
pembelajaran
Media gambar yang dikembangkan, dibuat dengan sesuai prosedur
penyusunan pengembangan media gambar meliputi:
1. Identifikasi masalah, yaitu proses dimana kita meng identifikasi
beberapa masalah yang ada di sekolah untuk ditemukan solusinya
2. Perumusan tujuan, yaitu proses menetapkan tujuan dalam dalam
pembuatan suatu produk
3. Perumusan butir-butir materi, yaitu proses menyiapkan materi-materi
E. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pengembangan produk media gambar meme comic pada
mata pelajaran Aqidah di MTs Mujahidin Mojokerto
2. Bagaimana kelayakan produk media media gambar meme comic pada
42
A. Desain Penelitian
Penelitian Pengembangan Media Gambar ini merupakan jenis
Penelitian dan Pengembangan (Research and Development atau R & D).
Penelitian R & D adalah aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi
kebutuhan pengguna (needs assessment), kemudian dilanjutkan kegiatan
pengembangan (development) untuk menghasilkan produk dan menguji
keefektifan produk tersebut Dalam mengembangkan produk perlu adanya
desain, proses desain pengembangan software pembelajaran meliputi dua
aspek desain, yaitu aspek model ID (Instructional Design atau desain
instruksional) dan aspek isi pengajaran yang akan diberikan
R&D juga membutuhkan waktu relative panjang. Peneliti sering
membagi kegiatan penelitian dalam beberapa tahap. Pada umumnya, kegiatan
penelitian tahun pertama dirancang untuk mengidentifikasi masalah dan
merancang produk. Pada tahun berikutnya, kegiatan penelitian dilakukan
untuk mengimplementasikan rancangan produk pada pengguna.19
Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada
bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk elektronik,
19
seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut,
senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan
alat-alat rumah tangga yang modern diproduk dan dikembangkan melalui
penelitian dan pengembangan. Namun demikian metode penelitian dan
pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti
psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen dan lain-lain.20
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Mujahidin Mojokerto ,
sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai
Desember 2015 dan penelitian dilakukan pada ruang kelas VIII
C. Objek Penelitian
Ojek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs mujahidin mojokerto
tahun pelajaran 2015-2016
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”21
. Berdasarkan pada sasaran
yang akan dinilai, maka instrumen tes yang digunakan adalah tes unjuk kerja,
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.(Bandung, Alfabeta, 2013) h. 408
21
yaitu tes yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
mempelajari hal-hal sesuai yang akan diteskan.
Instrumen bukan tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
wawancara, observasi dan angket. wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti. Sedangkan observasi yaitu
teknik pengumpulan data yang tidak terbatas pada orang, tetapi juga
objek-objek alam yang lain. Teknik observasi yang digunakan pada penelitian ini
merupakan observasi berperan serta (participan observation), yaitu peneliti
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. “Angket atau kuesioner
(questionnaries), yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang ia ketahui”22.
Wawancara yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk
mengetahui keadaan pembelajaran dan kebutuhan terhadap pengembangan
media pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Mujahidin Mojokerto. Observasi
yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk mengetahui pelaksanaan
dan efektifitas pembelajaran sebelum pengembangan media. Sedangkan
instrumen angket yang digunakan pada penelitian ini berfungsi untuk
mengetahui penilaian terhadap pengembangan media pembelajaran pada uji
22
validasi dan kelayakan. Penggunaan instrumen pengumpulan data secara rinci
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 02 Instrumen Pengumpulan Data
No. Kegiatan Bentuk
Instrumen
Fungsi Responden
1 Pengumpulan data Wawancara Mengetahui keadaan pembelajaran dan
2 Validasi media Angket Mengetahui validasi ahli
terhadap media
Ahli media Ahli materi Guru
3 Kelayakan media Angket Mengetahui penilaian
kelayakan terhadap media
Siswa
4 Uji efektifitas media
Tes tulis Mengukur pemahaman siswa terhadap materi
Siswa
E. Validitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto validitas keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan
diukur23. Suharsimi Arikunto membedakan atas dua macam validitas yaitu
validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis merupakan validitas yang
23
diperoleh melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dapat
dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Sedangkan validitas empiris
adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat
empiris. Sebuah instrumen dikatan memiliki validitas empiris jika hasilnya
sesuai dengan pengalaman. Berdasarkan dua jenis validitas tersebut dikenal 4
validitas yaitu : validitas isi, validitas konstrak, validitas ada sekarang dan
validitas prediktif.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan
validitas konstruk. Untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat dari
ahli (judgment experts). Butir instrumen disusun dan dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing dan guru, kemudian meminta pertimbangan dari para ahli
untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistematis apakah butir-butir instrumen
tersebut telah mewakili apa yang hendak diukur.
Langkah-langkah perhitungan untuk mengetahui validitas penilaian
kelayakan media dan kriteria penilaian unjuk kerja berdasarkan dari hasil
validasi judgment expert yang telah mengisi lembar check list adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan jumlah kelas interval, yakni 2 karena membutuhkan
jawaban yang pasti dengan menggunakan skala Guttman ya dan tidak.
Jawaban ya dengan skor 1 dan tidak dengan skor 0.
2. Menentukan Rentang Skor, yaitu Skor maksimum dan Skor Minimum
4. Menentukan kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar.
Untuk menentukan kelayakan dari lembar penilaian tersebut lebih
jelasnya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 03 Kriteria Kualitas Lembar Penilaian
Kriteria kualitas penilaian
Kategori Penilaian Interval Nilai
Layak
Hasil validasi lembar penelitian kelayakan media berdasarkan
pendapat dari judgment expert diperoleh skor minimum 0 x 10 = 0, skor
maksimum 1 x 10 = 10, jumlah panjang kelas 5 dan panjang kelas nterval = 2
sehingga pengkategorian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 04 Kriteria Kelayakan Media Gambar ditinjau dari Ahli Media
Jumlah
100 %
Berdasarkan tabel di atas, media gambar bila dilihat pada kualitas
media pembelajaran ditinjau dari ahi media termasuk dalam kategori layak.
Hasil validasi lembar penilaian unjuk kerja berdasarkan pendapat dari
judgment expert diperoleh skor minimum 0 x 12 = 0, skor maksimum 1 x 12 =
12, jumlah panjang kelas = 2 dan panjang kelas interval = 6 sehingga
pengkatagorian yang diperoleh adalah sebagai berikut
Tabel 05 Kriteria Kelayakan Lembar Penilaian Unjuk Kerja
Kategori Penilaian Interval Nilai
Jumlah Persentase
Responden
Layak 6 ≤ S ≤ 12
3 100 %
Tidak Layak 0 ≤ S ≤ 5
0 0 %
Jumlah
100 %
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lembar
penilaian unjuk kerja layak dan dapat digunakan sebagai alat penilaian
F. Reabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor yang
pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen
(equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang
berbeda.24
Reliabilitas juga disebut dengan keandalan instrumen, syarat
keandalan suatu instrumen yang menuntut keajegan atau stabilitas hasil
pengamatan dengan instrumen (pengukuran), apabila dilakukan pengamatan
beberapa kali, hasil tersebut tidak berubah dan akan sama
Reliabilitas menunjuk pada tingkat keandalan, reliabel sebagai
instrumen yang cukup baik dan mampu mengungkap data. Menurut Sugiyono
pengujian reliabilitas dengan interval consistenc, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja25. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan Reliabilitas Konsistensi Antar Rater dan Reliabilitas Koefisien
Alfa Cronbach yaitu
1. Reliabilitas Konsistensi Antar Rater
Reliabilitas konsistensi antar rater adalah prosedur pemberian
skor terhadap suatu instrumen yang dilakukan oleh beberapa orang
rater dan menurut Wahyu Widhiarso reliabilitas antar rater atau
kesepakatan antar rater digunakan untuk menilai konsistensi dari rater
24
Anastasia, A & Susana Urbina. Psychological Testing. (New Jersey: Prentice-Hall Inc. 1997.) 25
dalam menilai suatu obyek. Semakin banyak kemiripan hasil penilaian
antar rater dengan rater lainnya, maka koefisien yang dihasilkan tinggi.
Reliabilitas konsistensi antar rater berfungsi sebagai penilai
pemberi skor instrumen. Instrumen yang digunakan berbentuk angket
dengan cara checklist dan skor penilaian yaitu 1 untuk layak dan 0
untuk tidak layak, setelah diperoleh hasil pengukurannya kemudian
dihitung dengan penilaian kriteria kelayakan.
Berdasarkan hasil perhitungan dari beberapa rater yaitu 3 ahli
media diperoleh rerata 10, dan 3 ahli materi diperoleh 12 sehingga
dapat diartikan media gambar tersebut sebelum dilakukan untuk
pengambilan data pada uji coba produk telah valid (layak) dan reliabel
(andal).
2. Reliabilitas Koefisien Alfa Cronbach
Reliabilitas koefisien alfa cronbach digunakan untuk menguji
keandalan instrumen nontes dengan gradasi skor 1-4. Besarnya indeks
keandalan instrumen sama atau lebih besar dari 0,70 (≥ 0,70) maka
dapat dikatakan reliabel (Djemari Mardapi, 2008:122). Reliabilitas
koefisien Alfa Cronbach dilakukan untuk menguji keterbacaan siswa
kelas VIII pada produk media gambar. Rumus Alfa Cronbach yang
digunakan adalah sebagai berikut
{
Dimana = reliabilitas
Dimana = total variansi
= variansi item
= jumlah kuadrat seluruh skor item
= jumlah kuadrat subjek
n = jumlah skor
Nilai koefisien Alfa Cronbach yang benar apabila rhirung ≥ 0,3.
Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien menurut sugiyono
(2006: 257), dijelsakan pada table berikut tentang pedoman
Interpretasi Koefisien Alfa Cronbach
Tabel 06 Pedoman Interpretasi Koefisien Alfa Cronbach
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
Dalam penelitian ini, penghitungan nilai validitas dan reliabilitas
menggunakan program SPSS 16 for Windows untuk menguji instrumen angket
kelayakan media oleh siswa. Karena menggunakan program SPSS, maka
untuk melihat validitas setiap pertanyaan akan dilihat pada kolom Corrected
Item-Total Correlation. Jika nilai Corrected Item-Total Correlation lebih
besar dari rtabel (0,361), maka pertanyaan tersebut dikatakan valid. Untuk
reliabilitas akan dilihat pada tabel reliability statistics. Jika nilai Cronbach’s
alpha lebih dari 0,7 (>0,7), maka semua pertanyaan tersebut dapat dikatakan
reliabel.
Berdasarkan hasil hitung uji reliabilitas keterbacaan dengan rumus
Alfa Cronbach diperoleh hasil 0,743 maka dapat dikatakan bahwa instrumen
tersebut reliabel.
G. Pengembangan Media
Berdasarkan uraian pada kajian teori Bab II. D. 2. tentang prosedur
pengembangan media, langkah-langkah pengembangan media R & D menurut
Sugiyono meliputi; 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) disain
media, 4) validasi media, 5) revisi media, 6) uji coba media (uji kelayakan), 7)
revisi media, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi media serta 10) media. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar dibawah ini tentang
langkah-langkah pengembangan media
Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan
memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan
antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah dapat menjadi
potensi jika didayagunakan
2. Pengumpulan Data
Untuk mengetahui informasi di lapangan, diperlukan
pengumpulan data sebagai analisis kebutuhan khususnya pada
pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas VIII MTs Mujahidin Mojokerto.
Pengumpulan data bertujuan untuk mengetahui apakah pengembangan
media pembelajaran dapat diterima atau tidak dalam pembelajaran di
MTs Mujahidin Mojokerto. Identifikasi masalah dilakukan dengan
wawancara dan observasi kelas
a. Wawancara (Interview)
Pada penelitian pengembangan media pembelajaran ini,
teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan untuk
mengetahui keadaan pembelajaran dan kebutuhan terhadap
pengembangan media pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs
Mujahidin Mojokerto. Wawancara dilakukan kepada dua
sumber, yaitu guru dan siswa. Wawancara dilakukan secara
tidak terstruktur, yaitu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data tidak menyiapkan instrumen penelitian secara