• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kedudukan Matematika dalam Kurikulum Pendidikan Ekonomi Studi Kasus S-1 Pendidikan Ekonomi FKIP- UKSW T1 162008705 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kedudukan Matematika dalam Kurikulum Pendidikan Ekonomi Studi Kasus S-1 Pendidikan Ekonomi FKIP- UKSW T1 162008705 BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi ranah utama dalam pembentukan generasi bangsa

yang berkualitas. Dikatakan demikian karena pendidikan menjadi tempat transfer

of knowledge, dengan tidak melupakan pembentukan karakter yang memiliki

integritas, serta memiliki ketrampilan soft skill yang memadai. Pendidikan hingga

kini masih diharapkan ada dalam peran ideal tersebut. Pembentukan Generasi

bangsa berkualitas pada pengetahuan dan pemikirannya, karakternya serta skill

untuk hidup di tengah berbagai tantangan dan peluang.

Pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia

(SDM) kekinian dan juga di masa mendatang. Artinya pendidikan dilaksanakan

dalam analisis kebutuhan pasar di masa kini namun visioner untuk kebutuhan di

masa mendatang. Dapat dikatakan pendidikan tidak hanya menyediakan

kebutuhan pasar, tetapi juga SDM yang siap menciptakan pasar di masa

mendatang. Di Indonesia pendidikan dasar menjadi target pemerintah untuk setiap

warga negara mendapat fasilitas pendidikan, salah satunya dengan pendidikan

gratis. ( UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 11)

Sekolah Menegah Atas (SMA) atau sederajat sekarang ini menjadi

tingkatan yang mungkin dipunyai setiap warga negara, karena dianggap sudah

(2)

dunia kerja. Bila dilihat secara mendalam mengenai tantangan masa depan jurusan

di SMA/sederajat dibuat klasifikasi mengenai penjurusan yang dapat dipilih siswa

terkait dengan kemampuan dan minat. Sebagai contoh di SMA, penjurusan yang

sering ada dan dipakai adalah jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Klasifikasi ini sudah tentu beberapa mata pelajaran

(mapel) berbeda seperti Biologi, Fisika, Kimia yang hanya diperoleh pada jurusan

IPA, dan contoh lain seperti Ekonomi, Sosiologi yang hanya dipelajari pada

jurusan IPS. Juga ada mata pelajaran yang sama antara kedua jurusan seperti

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika.

Terkait dengan pelajaran matematika, di kalangan masyarakat sementara

ini banyak orang tua dan bahkan siswa-siswi di pendidikan dasar dan menengah

yang beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Oleh

karena itu ketika diadakan penjurusan di SMA, orang menganggap jurusan IPA

lebih hebat dari jurusan yang lain termasuk juga jurusan IPS. Hal ini karena di

jurusan IPA terdapat beberpa pelajaran yang terkait dengan matematika lebih

banyak. Bahkan beberapa orang tua lebih menginginkan anaknya masuk jurusan

IPA. Anggapan keliru ini membuat para siswa-siswi yang termasuk jurusan IPS

semakin takut dengan matematika.

Jurusan IPS di SMA, salah satu mata pelajaran utama adalah ekonomi.

Sesuai dengan desain kurikulum SMA/SMK/MA, lulusan

SMA/SMK/MA/SMALB disiapkan untuk “melanjutkan ke pendidikan

(3)

mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri” (Standar Kompetensi Lulusan

Satuan Pendidikan).

Itu berarti mata pelajaran ekonomi di SMA/SMK/MA diberikan sebagai persiapan

untuk memasuki Fakultas Ekonomi di Perguruan Tinggi. Selain Fakultas

Ekonomi, di Perguruan Tinggi ada pula IKIP/FKIP-Program Studi Pendidikan

Ekonomi yang tujuannya menyiapkan calon guru ekonomi di sekolah. Sehingga

penekanan dari kurikulum di Pendidikan Ekonomi adalah menghasilkan tenaga

kependidikan dan non kependidikan S1 dan So yang professional, bukan sebagai

ahli ekonomi yang menjadi output dari Fakultas Ekonomi.

Menarik bahwa dalam kurikulum IKIP/FKIP-Program Studi Pendidikan

Ekonomi juga terdapat mata kuliah matematika, bahkan mata kuliah lain yang

menggunakan beberapa teknik analisis matematika dalam memahami teori

ekonomi. Menurut sejarahnya, masuknya matematika sebagai alat bantu ke dalam

ilmu ekonomi sejak para ekonom bersimpati terhadap tori ekonomi neoklasik

yang merepresentasikan teori ekonomi dengan formulasi matematika. Sebelum

matematika digunakan secara luas, “teori ekonomi hanya mngandalkan analisis

grafik, namun analisis ini terbatas hanya dua dimensi karena visualisasi lebih dari

dua dimensi tidak mudah dipahami. Baru setelah tahun 1950, seiring

berpindahnya para ahli-ahli matematika menjadi akademisi ekonomi sperti

Kenneth Arrow, Gerrad Debreu, Frank Hahn dan Hildenbrandt” (Nachrowi,

2007). Lebih lanjut lagi, Chiang dan Wainwright (2006:2) mengatakan bahwa

(4)

menggunakan simbol-simbol matematika dan logika matematika dalam

merumuskan teori ekonomi dan permasalahan dalam ilmu ekonomi.

Bila dilihat matematika sebagai mata pelajaran tergolong dalam mata

pelajaran eksata yang analisis dan penarikan kesimpulannya menggunakan logika

deduktif, berbeda dengan ekonomi sebagai mata pelajaran yang tergolong dalam

kelompok ilmu sosial yang mana fokus perhatiannya adalah tingkah laku manusia

dalam hubungannya dengan manusia yang lain. Tingkah laku ini sulit diramalkan

kecuali perilaku kelompok (manusia) yang tunduk pada kaidah jumlah besar

secara statistik. (Lipsey, at all, 1995 : 35)

Pembelajaran ekonomi di Universitas Kristen Satya Wacana selain

Fakultas Ekonomi ada juga program studi Pendidikan Ekonomi, yang menjadi

salah satu dari program studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Sebelumnya dikenal sebagai Program Studi Pendidikan Dunia Usaha (PDU).

Perubahan nama dari PDU menjadi Pendidikan Ekonomi sebagai upaya

penyesuaian dengan SK Menteri No. 0217/U/1995 tentang kurikulum yang

berlaku secara Nasional Program Sarjana Pendidikan.

Kompetensi lulusan yang hendak dikembangkan pada Pendidikan

Ekonomi adalah sosok utuh guru SMP/MTs, SMU/MA, SMK/MAK. Sekolah

dengan kompetensi profesionalnya, terdiri atas empat kemampuan (a) mengenal

secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani, (b) menguasai konsep,

prosedur dan prinsip ekonomi, (c) mampu melaksanakan pembelajaran yang

mendidik (d) mengembangkan kemampuan professional secara berkelanjutan.

(5)

Selain kompetensi lulusan, Pendidikan Ekonomi juga mempersiapkan

lulusan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Menguasai kompetensi umum minimal profesi keguruan yang berorientasi

pada bidang studi ekonomi koperasi, pemasaran, perkantoran dan

akuntansi bagi peserta didik pada setting pendidikan formal dan non

formal.

b. Menguasai bidang studi ekonomi dan metodologi pembelajaran di

SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK.

c. Memiliki kemampuan penguasaan bidang teknologi informasi dan

komunikasi pendidikan serta ketrampilan bahasa Inggris.

d. Mampu menjadi Sarjana pengelola bisnis yang memiliki dasar

kemampuan profesional dalam manajemen dan operasi bisnis pada dunia

usaha.

e. Mampu menjadi Sarjana pengelola bisnis yang mempunyai kompetensi

dasar pengetahuan ekonomi dan bidang-bidang konsentrasi tertentu.

(Katalog PE, Tahun 2010 : 3)

Jadi spesifikasi lulusan Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW adalah menjadi

seorang guru yang menguasai ilmu ekonomi untuk siswa SMP/SMA/SMK/MA.

Hal ini jauh berbeda dengan lulusan Fakultas Ekonomi yang berorientasi menjadi

manager perusahaan, akuntan dan ekonom. Otomatis pula kedalaman materi

ekonomi yang diperoleh berbeda.

Fakta riil yang terjadi pada Pendidikan Ekomi FKIP-UKSW dalam

(6)

yang memadai. Karena tidak dapat dipungkiri sekarang ini, nilai masih merupakan

penggambaran kuantitatif dari kualitas seorang mahasiswa. Data sementara yang

penulis peroleh IPK lulusan ada pada kisaran 2,18 hingga 3,48. Mereka yang

mencapai IPK tersebut kebanyakan dibantu dari nilai pada kelompok matakuliah

Pengembangan Kepribadian (MPK) dan kelompok matakuliah Keilmuan dan

Kepribadian (MKK). Sedangkan pada kelompok Matakuliah Prilaku Berkarya

(MPB) nilai yang diperoleh justru hanya berada dalam ketegori cukup. Ternyata

dalam pengamatan sementara penulis, mahasiswa Pendidikan Ekonomi

FKIP-UKSW secara umum mengalami kesulitan pada matakuliah matematika dan

matakuliah lain yang menggunakan analisis matematika. Banyak mahasiswa yang

harus mengulanginya dua hingga tiga kali untuk mendapatkan nilai cukup.

Bila dilihat kelulusan dari Pendidikan Ekonomi, diharapkan mempunyai

kompetensi lulusan dan mampu bersaing dalam dunia pekerjaan, tetapi menjadi

masalah adalah berdasarkan penagamatan sementara lulusan dari Pendidikan

Ekonomi FKIP-UKSW mempunyai indeks prestasi kumulatif (IPK) yang kurang.

Sementara penerimaan calon pegawai negeri sipil (PNS) dan di beberapa instansi

yang menerima pelamar menggunakan indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai

salah satu syarat mutlak untuk lolos seleksi.

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, bila dilihat pada lingkungan

Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW ditemukan beberapa gejala sebagai berikut :

1. Beberapa mahasiswa Pendidikan Ekonomi merasa kesulitan memahami

materi kuliah mana kala masuk dalam teknik analisis matematika atau

(7)

2. Ada mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang IP semester > 2.00, tetapi

untuk mata kuliah matematika ekonomi atau mata kuliah lain yang

menggunakan matematika sebagai alat analisis, mendapatkan nilai berkisar

kurang dari BC.

3. Ada beberapa mahasiswa yang nilai mata kuliah matematika dan mata

kuliah yang menggunakan matematika sebagai alat analisis nilainya A dan

B tetapi nilai tersebut diperoleh setelah mengulang yang ke dua atau ke

tiga.

Melihat kondisi yang demikian, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh

bagaimana kedudukan matematika dalam kurikulum S1-Pendidikan Ekonomi dan

seberapa jauh kontribusi mata kuliah matematika dan mata kuliah yang

menggunakan tekhnik analisis matematika dalam menentukan besaran IPK.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah, maka dirumuskan

beberapa permamasalahan yang akan dilihat dalam penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah kedudukan matematika dalam kurikulum S1-Pendidikan

Ekonomi ?

2. Bagaimanakah kontribusi mata kuliah matematika dan mata kuliah yang

(8)

1.3 TujuanPenelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimanakah kedudukan matematika dalam kurikulum S-1 Pendidikan

ekonomi.

2. Bagaimanakah kontribusi matakuliah matematika dan mata kuliah yang

menggunakan teknik analisis matematika dalam menentukan besaran IPK.

1.4 Signifikansi Penelitian

1. Sigifikansi Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan pendapat dari Chiang dan Wainwright

yang mengatakan “matematika dalam ekonomi adalah suatu pendekatan dengan

simbol-simbol dan logika matematika dalam merumuskan teori ekonomi dan

permasalahan dalam ilmu ekonomi

2. Signifikansi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan buat Program

Studi Pendidikan Ekononomi FKIP-UKSW terkait dengan Kedudukan

Matakuliah Matematika dan Matakuliah yang menggunakan Matematika sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puslitkes Atmajaya dengan Rifka Annisa (Hayati, 1999), tampak bahwa 76% dari 125 korban yang berkonsultasi ke RAWCC

Three central questions or research questions, are formulated as followed: (1) How does daily Koran SINDO totally censure news on President Trump’s anti-immigrant

Teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tunggal, dan ganda.Dalam teknik penerjemahan tunggal, penerjemah hanya

Sehubungan dengan evaluasi dokumen prakualifikasi pekerjaan Pembuatan Rencana Induk Bandara Nunukan Tahun Anggaran 2013, dengan ini mengundang Direktur/Wakil Direktur

sama yang tahun pada dan wilayah di penduduk Jumlah yah suatu wila di u tertentu kurun wakt pada yah suatu wila di lain kesehatan pelayanan sarana dan

Untuk itu manajemen harus secara bersungguh-sungguh memper-hatikan dan memperlakukan karyawan dengan menghargai potensi prestasinya.Penggunaan arah dan jalur proses dan

Reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai

Gaya pemaparan tafsir semacam ini merupakan temuan yang cukup unik, karena mufassir Indonesia sebelumnya lebih tertarik untuk menerangkan ayat-ayat al-Qur’an secara