• Tidak ada hasil yang ditemukan

rosiding Seminar Nasional Urgensi Pend. Kebencanaan di Indo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "rosiding Seminar Nasional Urgensi Pend. Kebencanaan di Indo."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

lsBN

978-979-1 5709-3-0

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

URGENSI

PENDIDIKAN

KEBENCANAAN

DI

INDONESIA

FAKULTAS

ILITIU

SOSIAL DAN

EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

J

DAFTAR ISI

KapanPembelajaranMitigasiBencanaakanDilaksanakan?

Oleh: Suhodi Purvvontoro

Stondord Operating Procedure (SOP) Mitigasi Bencana OIeh: Sunorto

Modet Penyuluhan

Mitigasi

Bencana Berbasis Trauma: Belajar Pada Masyarakat Di Daerah Rentan Tsunami Pantai selatan Jawa Timur

Oteh: Ketut ProsetYo

Mitigasi Bencana melalui Penataan kelembagaan dalam Pengelolaan DAS Bengawan Solo

Oteh: SetYo Nugroha

Analisis Resiko dan strategiPenanganan Bencana Gempa Bumidi Desa Cikelet, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut

Olehz Hendro

Murtionto

Kearifan Lokaldalam Menghadapi Bencana Alam oleh: Hostutl ...-...

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dalam Mitigasi Bencana Berbasis sosial Budaya

Oteh: Nurul Khotimoh

Pemahaman Masyarakat tentang Mitigasi Bencana

oleh:DyahRespotiSuryoSdonAdhityalrvanPristanto...

Pengetahuan Multibahaya: lmplementasinya sebagai Mitigasi Bencana Alam melalui Pendidikan Geografi

oleh: Arif Ashari ...

Belaiar dari Bantul..lntegrasi PenanggulanSan Resiko Bahaya (PRB) dalam

Mata Pelaiaran;

oteh: HY. Agus Murdiastomo

Pendidikan Mitigasi Bencana di Sekolah lnklusi

oleh: Puianingsih don NurAzizdh

""""""

Peran Sosial Kapital dalam rangka Pengendalian Degradasi dan Erosi Tanah

Oleh : Didik Toryono .-..'...'

lamplran:

o

Presentasi Power Point

o

Tanya Jawab Seminar

L-T4

t5-15

L7

-34

35-46

47

-62

63

-72

73

-84

85-92

93 - 106

LO7 - 118

119

-

L32

133

-L46

r47

-

166
(3)

PROSIDING SEMILOKA NASIONAL "URGENSI PENDIDIKAN MITIGASI BENCANff 11dan 12 Mei 2011

BETAIAR

DARI BANTUL:

INTEGRASI

PRB

DAIAM

MATA PEIA'ARAN

Oleh:

H.Y. Agus Murdlastomo

Jurusan Sejarah

Fakultas llmu Sosial dan Ekonomi - Universitas Negeri Yogyakarta

hy.agusm urd iyastomo@yahoo.com

Abstrak

tndonesia merupakon negara

yong

secora geologis renton terhodap bencano alam. Hal itu telah terbuki dengon banyaknyo bencana

olam, baik gempo bumi don tsunami, gunung meletus, baniir, don tanah

longsor. Bencuna itu terJadi silih berganti darl satu daeroh ke daerah lain.

Bencana yang terjadi selolu membowo korban, balk harta benda maupun

jiwa

yong meloyong. Penangonon bencona biasonya hanyo terhenti setelah tahop rehabilitasi saja, sedang mitigasi dan slago hompir tidak pernah dilakukan. Eerkditan dengon banyaknya bencano yang teriadi

perlu adonya pemikiron dan tindokan nyato dari berbagai pihok untuk membertkqn penyadoron pada mosyarokot okan adonya bohayo bencona olam, don pemahomon otos pengurangdn rislko bencano. Diharapkon dengan pemohaman atas pengurangan risiko bencano dapat mengurangi

korban

jiwo.

Soloh sotu alternotif untuk memberikan penyadoran akan

oncomon bencana alom don pemahoman pengurongan risiko bencono adalah menanomkan pemahoman

itu

seiak dini. Bonyok pilihan pilihon strategi yang bisa ditempkan, tetopl potut untuk dipertimbangkan adalah mengintegrasikan materi pengurongon risiko bencono ke dalom mata pelojaron.

Koto kund

:

Bencona Alom, Mitlgasi, Pendidikan.

Pendahuluan

lndonesia disebut sebagai negara yang

rentan

akan

bencana,

hal

ini

dimungkinkan

karena letak

lndonesia

yang

berada

di

atas pertemuan

antara

lempeng

Eurasia/ Asia Tenggara, Pasifik,

dan Hindia

Belanda. Selain

itu

juga keberadaan

deretan

gunung berapi

mulai

ujung Pulau Sumatera hingga Papua,

menambah

daftar

panjang ancaman

timbulnya

bencana

alam.

Berangkat dari situasi tersebut maka bencana yang berupa Gempa Bumi pasti

terjadi

hanya saJa

tidak dapat diperkirakan kapan akan terjadi. Demikian pula halnya dengan Gunung

(4)

F

I

t

Prosiding Semiloko Nasionol'lJrgensi

Pendtdikan Mitigosi Bencono

berapi suatu saat akan meretus,

walau

intensitasnya

tidak

diketahui

pasti'

bisa

ringan,

tetapi

a.o.,lur.

berat. ueoir dari

itu

f".o_.T

demografi'

sosial' dan

ekonomi

di tndonesi.l i"nveuabkan

t.ngg.ptn

dan penanganan bencana belum

memadai, seningg; menyebabtcan tingginya

resiko bencana' Hal

ini

tampak pada

banyaknya korban

iiwa

dan kerugian JJa"on

teriadi

bencana di lndonesia seperti

gempa dan tsunami Ji

a."r,

pada bulan Desember 2004

yang korbannya mencapai

165.T03jiwa,dankerugiansebesar43trilyun..u"T:.Yogyakartamei2005,

memakan korban

seb"ny.t

s.7t6Jiwa

dan kerugian diperkirakan mencapai

29'L

trilyun,danbencana-bencanalainv.ne,"r.hmemakankorbandenganiumlah

yangfantastis' .

..

--GunungBerapimemberikanancamanyangberantai,erupsiyangberarti

gunung memuntahkan material

,;;;;"

ancaman

bagi semua makhluk hidup

disekitarnya,begitupuladengansemburanawanpanasyangmencapais00.C

mampum"mpo,.kporandaka",.",*,"uanyangdilaluinya.Gempavulkanik,dan

tremor

Juga

dapat

mengakiu.*.n

i.*h

longsor'

Ancaman

seperti

itu

masih

ditambah

o"nerl-rn..r.n

lahar dinein,

ttnt

kala teriadi huian di puncak gunung

yangbarusaiameletus,kadang.n.-.'.nlahardinginberlangsungdalamwaKu

panjang,

a"'rtnt'ng

jumlah material

yang menumpuk'

Ancamantersebutsangat,utitaip",kirakankapanterjadinya,tetapiselama

ini iika bencana itu datang maka

r"i.,u't"*akan

korban iiwa' yang kadang sangat

banyak. Jatuhnya korban

0.r",,,

lurlah

yang besar pada umumnya

karena

masyarakat

tidak

mengenali

.o.ny.1.nda-tanda

alam' sebelum bencana datang

sehingga bisa menghindar. Di saat

f"n..n.

terjadi seringkari masyarakat tidak siap'

tidak tahu harus berbuat apa, dan

0."n,

akibatnya t.o,uan beriatuhan karena tidak

*.'t:ffil::T":::o'l"n'"t'nu'n

terhadap

ancaman bencana'

akan

menumbuhkan kesadaran daram

diri

masyarakat, sehingga

selalu sadar dan siap

iikateriadibencana.Masalahnyabagaimanaagarpengetahuanpenguranganrisiko

bencana dipahami seiak

dini

ot"t

,i.rvarakat

di

daerah rawan bencana' Dengan

demikiandiharapkansetiapo,"nn'"ngertibagaimanaharusbertindakdengan

tepatiirauencanadatangsehinggadapatmengurangirisikobencana,sekurang.

kurangnya bisa menyelamatkan

oii"t.

sendiri dari bencana yang datang'

(5)

H.Y.Agus Murdiastomo: Eelajor dari .., (holamon: 707-778)

Ancaman Bencana Alam

Bencana alam yang banyak

terjadi

pada umumnya adalah bencana geologi, dan'yang termasuk bencana geologi menurut Subagyo Pramumijoyo dan Dwikorita

Karnawati (2006) menyebutkan

antara lain

gempa

bumi dan

tsunami, gerakan

tanah dan banjir, dan letusan gunungapi yang kesemuanya merugikan manusia.

1.

GempabumldanTsunaml

Gempabumi adalah

getaran

di

permukaan

bumi

/

tanah

yang teriadi

karena

pelepasan

energi

secara

tiba-tiba oleh batuan yang

berada

di

bawah

permukaan atau seperti diterangkan di atas karena batuan mengalami pematahan

atau pensesaran. Gempabumi bisa merusak melalui dua cara,

yaitu

langsung dari

getarannya yang memberikan

efek

gaya horisontal,

dan

secara

tidak

langsung melal u i li q uefo cti o n (Chand ler, t97 7 : 157-1811.

Tsunami, kata

ini

berasal

dari

Jepang,

tsu berarti

pelabuhan, nami berarti gelombang. Tsunami dipergunakan

untuk

gelombang pasang

yang

memasuki

pelabuhan. Pada

laut

lepas, misal

teriadi

gelombang pasang sebesar

8

m tetapi

begitu

memasuki daerah pelabuhan yang menyempit

tinggi

gelombang pasang menJadi 30 m. Tsunami blasa

teriadijika

gempabumi berada di dasar laut dengan

pergerakan/pensesaran vertikal yang cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika

terjadi letusan gunungapidi laut atau terjadi longsoran di laut.

2.

Gerakan Tanah dan Banilr

Bencana alam seperti gerakan tanah,

terutama

longsor, dapat

terjadi

pada

berbagai skala dan kecepatan. Banjir dan longsor sering teriadi hampir bersamaan dan disebabkan oleh hujan yang sangat lebat yang di dalam gerakan tanah disebut sebagai unsur pemicu. Pemicu gerakan tanah yang

lain

adalah gempabumi dan

semakin umum adalah akibat ulah manusia.

Ada dua faktor penting di dalam menentukan tipe-tipe gerakan tanah, yaitu:

kecepatan gerakannya

dan

kandungan

air

di

dalam materi yang

mengalami

gerakan

tanah.

fipe-tipe

gerakan

tanah tersebut

adalah

jatuhan (follsl,

aliran

(flowsl, longsoran lslidesl, dan amble san lsubsidencel.

Jatuhan

terjadi

bila suatu masa batuan pada suatu ketinggian terpisah dari batuan induknya, bisa oleh karena kekar

(jolntl,

bidang perlapisan, iatuh bebas dan
(6)

ProsldingSemilokaNasionol"llrgenstPendidikanMitigasiBencona

setelah mengenai tanah masa batuan tersebut kemudian menggelinding' Pemicu

jatuhan bisa karena hujan lebat, gempabumidan beberapa penyebab lain'

Aliran

adalah gerakan tanah yang berperilaku seperti

fluida'

Material yang

mengalir bisa berukuran bongkah sampai dengan lempung; dengan atau tanpa

kandungan air.

Longsoran

dapat

dibedakan

menjadi dua, yaitu

longsoran rotasional dan longsoran planar/translational. Longsoran rotasional inilah yang umum diiumpai'

longsoran

bergerak melalui bidang rotasional yang

sumbunya

sejaiar

dengan

lereng

batuan. Longsoran translasional

terjadi

pada bidang yang lemah seperti bidang sesar/patahan, bidang kekar, lapisan yang kaya akan lempung, atau terjadi

pada batuan keras berada di atas batuan yang lunak'

Amblesan

atau tanah

bergerak

ke

bawah bisa disebabkan

oleh

kompaksi

sedimen

di

bawahnya, pemompaan air/minyak, ataupun karena rongga

di

bawah tanah, iadi bukan karena tetonika ataupun volkanisme'

3.

letusanGunungaPi

Letusan gunungapijuga merupakan ancaman bagi masyarakat yang tinggaldi

wilayah sekitarnya. Pengaruhnya secara keruangan bisa dibatasi tergantung jenis

dan besar letusannya. seperti gunung Merapi yang disertai peralatan pemantau

yangcukup,aKivitasnyabisadipantaumenitdemimeniLsehinggakorbanjiwa

bisa diminimalkan (Katili & Siswowidjoio, 1994)'

Bahayagunungapidapatdibagimenjadidua,yaitubahayalangsung(primer}

dan

bahaya

ikutan

(sekunder). Bahaya langsung dapat

terjadi

karena lemparan

batuan/bom, aliran lava dan hembusan letusan seperti hembusan awan pijar' gas beracun

dan huian

abu yang

pekat.

Bahaya

ikutan

adalah bahaya yang timbul karena aliran lumpur yang tercampur dengan batuan

(sudrajat'

2000)' Aliran ini

berupa banjir dan sering kali disebut sebagai lahar, baik yang masih panas ataupun

yang sudah mendingin. Aliran lahar mengikuti lereng gunungapi' Lahar terbentuk

dari

batuan yang dilemparkan dari pusat letusan, baik berupa bom' abu ataupun

longsoran kubah lava.

Air

huian yang

turun

bersamaan dengan letusan ataupun

sesudahnya menimbulkan lahar yang dapat menyapu perkampungan' persawahan ataupu n iembatan-je m bata n'

(7)

,

H.Y.Agus Murdiastomo: Belajar dari ... (halaman:

I07ilB)

Kilas Sefarah Pengamatan Gunung Merapl

Untuk wilayah Yogyakarta ancaman bencana yang nampak nyata di samping

ancaman

gempa

bumi dan

tsunami

adalah

letusan

Gunung

Merapi.

A.

Ratdomopurbo (2006) menyatakan bahwa;

Perhatian

pada aktivitas

Gunung

Merapi

terjadi

sesudah

letusan

Gunung

Kelut tahun

1919. Banyaknya korban

letusan Gunung Kelut

waktu itu

yang mencapai lebih

dari

5000 orang membuat

pemerintah Hindia Belanda membentuk institusiyang memantau gunungapi pada

tahun

1920

yaitu

Volcanologisch Onderzoek Hal

ini

merupakan perkembangan

dari Komisi-Vulkanologiyang dibentuk pada tahun 1918. Setelah institusitersebut

terbentuk,

pemantauan

gunungapi mulai bersifat

sistematis

dan

terprogram. selanjutnya, Gunung Merapi menjadi salah satu gunung yang mendapat perhatian

besar

oleh

pemerintah

Hindia

Belanda mengingat aktivitasnya yang

tinggi

dan

sering meletus. Mulai dekade 1920-an tersebut Pos Pengamatan mulaidibangun di Gunung Merapi yaitu Pos Maron tahun 1922 yang berlokasi

diJurangjero

(hancur

oleh letusan tahun 19301, Pos Ngepos dan Pos Babadan tahun 1930. Pos Babadan

dan

Ngepos adalah Pos Pengamatan Gunung

Merapi yang

dibangun sebelum Kemerdekaan dan masih difungsikan sampaisaat ini.

Laporan-laporan

tentang

akivitas

Gunung Merapi sebelum

tahun

1920

bersifat laporan penelitian individual oleh para ahli Belanda dan Jerman. Diskripsi

ilmiah pertama tentang Merapi ditulis oleh

Franz

Wilhelm

Junghuhn

di

tahun 1953-1954. (Junghuhn dikenal sebagai penemu kina). Dari tulisan Junghuhn dan

sketsa-sketsa

tentang

Gunung

Merapi

yang dibuatnya,

(waku itu

belum ada

fotografi)

sulit

dikenali apakah Junghuhn

ini

seorang

ahli

geologi

atau

biologi.

Beberapa erupsi Gunung

Merapi

di

abad 18, diuraikan

oleh

ahli-ahli

waktu

itu walaupun tidak

terlalu

rinci, yaitu erupsi

tahun

L768, L786,1791 dan 1797 telah

banyak memakan korban.

Junghuhn

dan Crawfurd

(residen

Jogja|

menyebut

adanya letusan besar

Merapidiabad

sebelumnya yaitu

ditahun

liil.

Pada abad 19 terdapat penulis penting tentang Merapi selain Junghuhn yaitu Verbeek (1885). Verbeek adalah Kepala Pertambangan Hindia Belanda yang juga

seorang geolog. Tulisannya

tentang

Letusan Gunung Krakatau 1883 yang

terbit

pada tahun 1885 menjadiacuan penting. Verbeek juga banyak memberikan ulasan

mengenai

letusan

Gunung

Merapi

1872. Ahli-ahli geologi

mulai

banyak

berdatangan ke lndonesia di awal abad 2O seperti Kemmerling Escher, Hartmann

(resident), Neumann

van

Padang,

dan

van

Bemmelen. Mereka adalah peneliti
(8)

Prosiding Semiloko Nosionol "tJrgensi Pendidikan Mitigasi Bencano

yangbanyakbekerjadiGunungMerapidanmemberikanpengetahuandasar

tentang karakteristik Gunung Merapi'

Penanganan Bencana

Ketika

bencana

alam terjadi, tindakan antisipatif dan

penanganan selalu

terlambat,

sehingga mengakibatkan

timbulnya korban' berupa harta

benda

maupun

jiwa.

Masalah klasik

yang muncul

adalah bagaimana mengumpulkan

dana, dan bantuan sesera disalurkan,

aktivitas.seo:"i

1*

T".nitot,l::11t:1t

t"tt"

ketika terJadi bencana. Artlnya pada umumnya kita hanya sibuk pada fase tanggap

darurat dan

kemudian sedikit pada fase rehabilitasi

d1

rekonstrusi' Di sisi

lain

seharusnya manajemen bencana

alam

terdiri

dari

4

fase' yaitu: fase

tanggap

darurat

lresponses), fase rehabilitasi/rekonstruksi' fase mitigasi'

dan fase siap siaga

atauwaspada(prevention&prepardness}.Padakenyataannyasangatjarangkita

berfikir

hingga memasuki

fase

mitigasi, yang

artinya

bagaimana meminimalkan

korban dan kerugian akibat bencana alam, apalagi pada fase siaga'

teclti

.9ad1 bencana yang disebabkan'oleh gunungapi' walaupun gejala bencana geologi

pun

belumtampak,tetapikegiatanpadafasesiagasangatmenentukan,antaralain

untukmenekanjumlahkorban,semakinbaikfasesiagadisiapkansemakinsedikit

jumlah korban yang Jatuh. Pada fase siaga

ini

dilakukan pemetaan daerah-daerah

yangrawanterhadapbencanaalam,dilakukanpenataanruangdengan

menentukan

daerah

pemukiman

dan daerah mana yang

tidak

diperkenankan

sebagai

hunian.

Di

daerah

hunian

diperlukan persyaratan

riin

mendirikan

bangunan, sehingga

iiin

mendirikan bangun bangunan

juga

merupakan

jaminan

bahwa bangunan akan tahan

terhadap

bencana alam

tertentu'

selain

itu

tidak

kalah pentingnya adalah pendidikan

kepada

masyarakat

tentang

proses

dan

karakter geologi daerah yang dihuni, walaupun bencana geologi saat

itu

belum

menJadi ancaman.

Materi tentang

pendidikan

kepada

masyarakat.ditekankan

bahwalndonesiamenuruttatanangeologinyamemangmerupakandaerahyang

aktif dan

merupakan daerah gempabumi,

dan

proses

alam

yang

sedang

berlangsung tidaklah mungkin bisa dihentikan. Manusia yang hidup

pada tatanan

geologi

seperti

di

lndonesia haruslah beradaptasi dengan

alam'

dan mengend

tanda-tanda yang

diberikannya'

.

,.,-^-Persoalannyakemudian,menyadarkanmasyarakatataskemungklnan

terjadinyabencanayangsewaktu.waktudapatterjaditidaklahmudah,dandi

(9)

H.Y,Agus Murdiostomo: Beloior dari .., (holoman: 707-778)

lain

masyarakat

juga mudah lupa akan

bencana

yang

mengancam kehidupan

mereka.

Kemungknan

lain yang

menyebabkan

mereka

mengabaikan ancaman

bencana, semata-mata karena

tuntutan

ekonomi. Mereka

tidak

mempunyai

ketrampilan lain kecuali ketrampilan yang mereka

miliki

selama

ini,

dan terbukti

mampu

untuk

menghidupi keluarganya seperti

menambang

pasir, bertani

di

kawasan berbahaya, walau harus bersanding dengan bahaya. Jika terjadi bencana

seperti yang terjadi pada Gunung Merapi 2010, seolah mereka sudah kapok,tetapi seperti ungkapan kapok lambok, setelah bahaya reda mereka kembali lagi ke desa masing-masing walau harta benda mereka sudah luluh lantak. Mereka lupa bahwa

ada bahaya laten yang mengancam, dan bencana alam akan

terjadi

lagi, dalam

waktu yang tidak dapat dipastikan.

Penyadaran kepada masyarakat

tidak

ada kata

lain

harus dilakukan secara

terus

menerus, secara

periodik

baik melalui penyuluhan, maupun simulasi, agar

masyarakat

selalu ingat akan

adanya ancaman. Persoalannya kemudian untuk menyelenggarakan kegiatan selepas tahap rehabilitasi dana sudah tidak ada lagi.

Oleh karena

itu

perlu dicari alternatif

cara

agar

proses penyadaran

dan

atau

pembelajaran

pada

rnasyarakat

akan risiko

bencana

dapat

berlangsung terus-menerus, tetapidengan biaya yang rendah. Untuk hal ini rasanya kita pertu belajar

dari Bantul

yang

telah

berhasil

menyusun

perda tentang

kebencanaan, yang

kemudian menjadi payung hukum bagi sekolah-sekolah untuk memasukan materi

pengunngan risiko bencana {PRB} dalam proses belajar.

Tidak dipungkiri bahwa

pemerintah sebenarnya

telah

menaruh perhatian

yang cukup besar terhadap bencana, mengingat begitu banyak bencana teriadi di berbagai provinsi, dan seluruhnya memakan korban harta benda

dan

jiwa

yang

begitu banyak. Perhatian pemerintah tenvujud dalam

penyusunan

Unadang-Undang

Peraturan-peraturan,

dan

rencana

aksi nasional

pengurangan risiko bencana, bahkan sekarang pemerintah Juga telah membentuk BNPB, dan BPBD di

daerah. Dalam mewujudkan

rencana

aksi

pengurangan

risiko

bencana, maka

ditempuh melalui 4 pilar Yaitu,

L.

Diberlakukannya kebijakan,

peraturan

dan

kerangka

kerja

regulasi

pengurangan risiko bencana.

2.

Diperkuatnya kelembagaan pengurangan

risiko

bencana

dan

kemitraan diantara mereka
(10)

ProsidingSemllokaNosionol"lJrgenslPendidtkonMitigasiBencono,

3.Dipahaminyarisikobencanadantindakanyangdapatdiambiluntuk

mengurangi

risiko tersebut oleh

masyarakat,

dan

mengambil kebiJakan

melalui pendidikan dan penyadaran publik

4.

Didemonstrasikannya pengurangan

risiko

bencana sebagai

bagian

dari

program Pembangunan' '

5.

Melalui empat

pilar

tersebut

masyarakat

luas, lembaga

pemerintah'

maupunperusahaanmelaluidanaCsRyangmerekamilikiakandapat

berbuat banyak, untuk mengurangi risiko bencana'

Penglntegraslan

Materi

PRB dalam Mata Pelafaran

Bantul merupakan daerah

terparah

ketika

teriadi

bencana gempa bumi 27

Mei 2006, korban

iiwa

menca pa

4.L4!,dan

kerusakan rumah ata tanah mencapai

71.683

(Satkorlak DIY). Dengan pengalaman

pahit akibat

bencana

itulah

maka

Bantul

mempunyai kehendak

kuat untuk

berusaha mengurangi

risiko

bencana'

Berbagai macam cara dtempuh untuk menyadarkan masyarakat atas bahaya yang

mengancam

ketika

teriadi

bencana. Pemerintah daerah merangkul

berbagai

lembagatermasuklembagaswadayamasyarakat(lsM}untukakifmemberi

penyuluhan kepada kelompok-kelompok masyarakat melalui desa' atau komunitas

tertentu.

Selain

itu

pemahaman

iuga

dilakukan melalui sekolah-sekolah' karena

para

guru dan

murid-muridnya merupakan sasaran antara yang strategis untuk

mensosialisasikan

materi

pengurangan rislko bencana'

strategi

sosialisasi melalui

sekolah dianggap sebagai cara yang murah, tetapi mampu menjangkau masyarakat luas, dari berbagai laPisan'

Strategiitu,kemudianmembukapeluangbagiparaakademisikhususnya

yang berasal dari LPTK untuk

turut

ambil bagian untuk mengabdikan pengetahuan'

atau

kompetensi

yang dimiliki

kepada

masyarakat'

untuk

itu

dinas terkait di

Bantul, melakukan kerjasama dengan LPTK (dalam hal ini LPM UNY) untuk melatih

guru.gurumengintegrasikanmateriPRBkedalammatapelajaran.Kerjasama

tersebut telah menghasilkan naskah akademik perda tentang pengintegrasian

PRB

kedalammatapelajaran,sehinggakedepanmateriPRBakanmasukdalam

berbagai

mata

pelajaran secara

terpadu.

Diharapkan

dengan

demiklan

pemahaman

tentang risiko

bencana

dapat tersebar luas melalui

murid-murld

sekolah, kepada orang

tua,

saudara-saudara, dan tetangganya. Dengan

demikian

(11)

H.Y.Agus Murdiostomo: Eelajor dari ,,. (haloman: 707-778)

diharapkan jika terjadi bencana, mereka sadar, bertindak rasional, dan tidak panilq sehingga seku rang-kurangnya mampu menyelamatkan dirinya sendiri

Materi

pengurangan

risiko

bencana sesungguhnya

sangat luwes

untuk diintegrasikan ke berbagai mata pelajaran, tanpa harus mengurangicapaian materi

pokok mata

pelajaran.

Pengintegrasian

muatan

PRB

dengan

muatan

mata

pelajaran pokok,

muatan lokal atau

ekstra kurikuler, dilakukan secara terpadu,

menyatu,

saling

terkait

dan

berkelanjutan

secara

harmonis.

Selain

itu pengintegrasian

juga

mempertimbangkan SK

dan

KD mata pelajaran

pokok,

sehingga dalam pengintegrasian juga harus dipertimbangkan keberadaan sumber

daya guru yang akan melakanakan. Hal

ini

penting,

karena pengintegrasian

membawa

konskwensi

administratif,

materi

PRB

tidak

dapat

hanya

ditempel-tempelkan

saja,

tetapi

harus

betul-betul menyatu,

menyeluruh,

dan

berkesinambungan,

yaitu

seiak menyiapkan

materi

yang

dipilih,

merencanakan,

melakanakan, hingga evaluasi

pembelajaran.

Pelaksanaan pengintegrasian fuga

harus mengacu pada Permen Mendiknas No.

41

Tahun 2007 tentang standard

proses,

bahwa

proses pembelajaran

untuk

mencapai

KD dilakukan

secara

interaktif, inspiratif,

menyenangkan,

menantang dan

memotivasi peserta didik

untuk

berpartisipasi

aktif.

Sehubungan dengan

itu

pembelajaran harus dirancang

dengan memberikan

ruang yang cukup bagi

pengembangan

kreativitas

dan

kemandirian sesuai bakat, mlnat, perkembangan fisik, dan psikologis peserta didik. Metode yang digunakan juga harus mempertimbangkan karakteristik peserta didik

dan mata pelajaran, yang meliputi proses ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Pengintegrasian materi PRB dapat dilakukan dengan berbagai mata pelajaran

pokok, muatan lokal, dan

ektra

kurikuler.

Persoalannya kemudian diperlukan

adanya langkah-langkah sistematis dan trategis, yang dimulai

dari

pemahaman

para

guru

akan

materi PR$

sehingga mereka

dapat memilih materi

PRB yang

hendak diintegrasikan secara

tepat.

Kemudian

dapat

menyusun

perencanaan

secara

terpadu

agar materi

PRB

tersampaikan

secara

menyeluruh,

dan

berkesinambungan.

tangkah-La ngkah Penglntegrasian

Pemerintah Pusat melalui Puskur telah menerbitkan modul tentang bencana,

baik gunung meletus, banjir,

tanah

longsor, gempa

bumi,

dan tsunami.
(12)

F;

t1 ;l"

ProsidingsemtbkaNoslonol"lJrgensiPendidikonMftigastBencono'

modultersebutmemuatinformasitentangbencanasecaraumum,sehinggaagar

dalampenggunaannyamenjadilebihtepat,makamodultersebutperlu

disesuaikan dengan keadaan setempat' sehubungan dengan

hal

itu

maka dalam

pengintegrasianPRBdalammatapelaiaransebaiknyamengikutilangkah-langkah

sebagai berikut:

1.

Telaah lsi ModulTerbitan PUSKUR

Modul

perlu

di

telaah dalam

hal

(a) konteks;

meliputi

sistematika

'

loyout

danformatmodul.(b)content;meliputimaterikebencanaan,untuk

disesuaikan dengan situasi setempat

2.

Menentukan Strategi Pengintegrasian

untuk

menentukan

strategi

kiranya

perlu

diadakan diskusi

terbatas

diantaraparaguru,Y?ngterfokuspadamateriPRBdanmaterimata

pelajaran,maupunekskuldenganmaksudmengidentifikasimateridariPRB

dan Mata

pelajaran

y.nu

J.p.t

diintegrasikan.

Kemudian

dari

hasil

idetifikasidilakukanpencermatanSKdanKDuntukmenentukanstrategi

pengintegrasiannyaagartidakmengurangimateridalamkurikulum.

setelahitudisusunsilabusyagterintegrasidenganPRB,dengan

mempertimbangkanSKdanKD,yangpenjabarannyadisesuaikandengan

materipokok,kegiatanpemebelaiaran,indikator,penilaian,alokasiwaKu,

bahan dan alat belaiar'

3.

PenYusunan RPP

Rencana pembelaiaran merupakan

langkah

awal

dari

manajemen

pembelaiaran,vangberisikebijakanstrategitentangpelakanaan

pembelajaran yang

iendat

dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu

terdapatkomponentuiuan'bahanaiar'metode'media'alatevaluasi'dan

alokasiwaKusetiaplangkahkegiatan,yangsatudanyanglainselalusaling

terkait.Komponen.komponentersebut,diintegrasikandenganmateriatau nilai.nilaiPRB.RPPdisusununtuksetiapKDyangdilaksanakandalamsatu

kalipertemuanataulebih.GurumerancangpenggalanRPPuntuksatu

pertemuandisesuaikandenganpenjadwalansatuanpendidikan.RPP

terintegrasiPRBdengandemikianselaludisesuaikandenganKDyang

relevan.

(13)

H.Y.Agus Murdiostomo: Belajar dori ,.. (hdloman:107118)

Penutup

Pengintegrasian PRB ke dalam mata pelajaran pokok, akan menanamkan

pemaharnan tentang ancarnan bahaya benc,ana

alan

tepada.fserta

didik. Artinya

sejak

dini

mereka

telah

dikenalkan pada ancaman

itu.

Alam

di

mana mereka

berada telah.mernberi kehkluBan, dan sekaligus ancaman, tetapi ancarnan bukan

untuk

dilawan, melainkan

untuk

dikenali,

sehingga

perilaku alam

termasuk kemurkaannya dapat diantisipasi.

Ancaman kemurkaan

alam seperti

gempa

bumi dan

letusan gunungapi

boleh dikata pasti

teriadi,

hanya kapan hal

itu

terjadi tidak ada yang tahu dengan

pasti

sehingga ancaman

itu

dilupakan.

Di

daerah rawan bahkan banyak orang

beraktivitas,

hal

itu

dilakukan bukan hanya untuk kesenangan,

tetapijuga

karena

untuk

pemenuhan kebutuhan, sehingga tanpa sadar mereka telah merusak dam

yang

telah

memberikan

kehidupan kepada

mereka.

Kerusakan

alam

semakin

memperbesar risiko jika teriadi bencana. Oleh sebab itu usaha untuk menyadarkan

dan mengingatkan masyarakat

di

daerah rawan

bencana

harus selalu dilakukan,

dan proses penyadaran dilakanakan secara terus menerus. Salah satu cara yang yang dapat dilakukan secara sistematis dan efektif adalah melalui pengintegrasian PRB ke dalam

Mata

Pelaiaran, baik

di

sekolah asar, maupun sekolah menengah, sehingga pemahaman PRB dapat ditanamkan sejak dini.

Daftar Pustaka

Abbott, P. 1., (20041, Noturol Disoster. Fourth Edition. New York : McGraw Hill, Higher Education.

A. Ratdomopurbo. (2006). "sejarah Aktivitas G. Merapi" Makalah Diskusi NosionalL

Otonomi Doeroh Dolom Perspektif Seioroh.Yogyakarta : BalaiKajian Sejarah

dan Nilaitradisional.

Campy

M.

&

Macaire

JJ. (1939).

G€ologte

des

Formotions

Superficlelles:

G€odynomique, faciils, utilisotion, Paris : Masson.

Chandler R. J. (1977). The application

of

Soil Mechanics Methods

to the

Study

of

Slopes, in Applied Qeomorphology, edited by HailsJ. R., Amsterdam : Elsevier.

Katili, J.A.

&

S.S. Siswowidjojo. (1994). Pemantouan Gunungopi

di

Filipina don

Indonesia,t.k. : lkatan Ahli Geologi lndonesia.

(14)

prosiding semitoka Nasional "lJrgensi Pendidikon Mitigasi Bencona"

Karnawati,D.(2005}.BencondAto.m1erokonMossaanohditndonesiadonUpoya

penonggulorgi,ornyo,yogyakarta'rluiut."

Teknik Geologi, Fakultas

Teknik'

Universitas Gadiah Mada'

Kartasasmita, p.s. & Kusmiatlc.y..q0o-5]

i'y1t:''^?::'::1t":'lliiiii,ililXlT",

'|1,?,'lnJi;,.1;tr';]i'il";;!';!:ii:'y::If,?,lTillll1ff,

illll'ffi

Tf:;X;tffi ilfi

ffi

;#;;"*-LembagarrmuPensetahuan

fi;

lndonesia.

subagyoPramumijovodalryi\o1ti:,::y1*.',;t;t'1"H'ffi

,ltil"ff 'T:ffi

Hr:::illffi

,THJil;Til;'l:x*:ii:::fi

lt,iff::X":,:^^

';':;:tr;::;:;^''[ilifi

';;;;*';i'is"i"'t'danNi'airradisionar'

r r-l--r^ . ll

,ror.or.al

"'o*,l.

seputor

*unungopi don

Gempobumr',

Jakarta

:

Adiat Sudradiat,

Yeats, R.S.,

K.

Sieh,

&

C,R'Allen'

(1997)'

The Geology

oI

Eonhquokes' New York :

Oxford University Press'

sekorah siaga Bencar?, (2010-2011), "Belaiar Dari

Jogja". LaPoran Kegiatan

Tim SeKolan )laga

sekolah siaga Bencana. Yogyakarta : LPM-UNY'

Referensi

Dokumen terkait

Dengan asumsi perolehan suara terbanyak akan menjadi gubernur, siapakah calon yang pasti akan menjadi gubernur di propinsi tersebut.. Tidak ada

Dari evaluasi terhadap beberapa galur kacang hijau, diperoleh tiga galur yang memberikan hasil tinggi yaitu VC 3012B, VC 2750, dan EVO 947, masing-masing dengan sifat agak peka

Seperti tak kenal menyerah pada saat pendudukan Jepang mereka kembali mencoba untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional, namun sekali lagi upaya itu mendapat halangan

Skrining fitokimia dari ekstrak tanaman menunjukkan terdapatnya kandungan alkaloid, flavonoid, kuinon, triterpenoid, dan tannin pada kedua sampel.. Sandoricum

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sebuah sistem otentikasi pada sebuah perangkat yang dapat membedakan suara manusia yang satu dengan yang lain dan

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH PANITIA PELAKSANA PERINGATAN SUMDAWAN TAHUN 2016 Sekretariat: Kampus FHIS Undiksha Jalan Udayana No.11 Singaraja-Bali

Melihat perawat yang bekerja di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang masih banyak lulusan D3, dengan beban kerja yang ada, serta melihat beberapa fenomena yang

Untuk mencatu pelanggan di suatu tempat yang jumlahnya lebih dari satu orang, saluran kabel yang ada digabung atau dihimpun manjadi satu baik atas tamah ataupun bawah tanah