• Tidak ada hasil yang ditemukan

10.Paper Kolokium 2012 Lainea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "10.Paper Kolokium 2012 Lainea"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE

SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dikdik Risdianto, Arif Munandar, Sriwidodo, Hari Prasetya

Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

Jl. Soekarno Hatta 444, Bandung, 40254 Telp. +62 22 5202698

Kata Kunci :

Panas Bumi, Lainea, anomali panas dangkal, aliran panas, mineralisasi

SARI

Secara administratif daerah survei anomali panas dangkal berada di Kecamatan Lainea, Kabupaten

Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah panas bumi Lainea secara umum berada pada

tata-nan geologi yang didominasi oleh batuan Metamorf dan endapan rombakan.

Litologi terdiri dari batuan malihan Sabak berumur Pra-Tersier, batuan Meta-gamping kristalin yang

berumur pra-Tersier, batuan endapan rombakan (reworked) yang tersusun oleh komponen-komponen

batuan lebih tua, tidak padu, berumur Kuarter.

Terdapat gejala mineralis asi berupa urat-urat kuarsa dan mineral-mineral sulida, yang menandakan

adanya gejala hidrotermal fosil. Alterasi hidrotermal sangat intensif di zone mineralisasi berupa ubahan

clay atau argillic

Gejala panas bumi diperlihatkan oleh sejumlah manifestasi panas bumi berupa mata air panas dengan

temperatur mencapai 80

o

C di Sungai Lainea, tanah panas serta zona alterasi mineral lempung yang

ter-masuk dalam zona argillik dengan penyebaran yang cukup luas di sekitar Sungai Landai.

Penentuan wilayah prospek berdasarkan data geokimia Merkuri (Hg) mengalami kesulitan karena

ter-dapat ambiguitas konsentrasi Hg yang berasal dari aktiitas hidrotermal fosil dan aktif, untuk mengatasi

masalah ini survei aliran panas dilakukan untuk melokalisir zona panas yang masih aktif yang hampir

seluruhnya berimpit dengan zone mineralisasi. Dari hasil survei ini dihasilkan zona anomali panas seluas

(2)

1. Pendahuluan

Daerah Panas Bumi Lainea berada di Kecama-tan Lainea, Kabupaten Konawe SelaKecama-tan, Provinsi Sulawesi Tenggara, atau secara geo-grafis berada diantara 04o 1501“ - 04o 2550“ LS dan 122o 28‘ 41” - 122o 43’ 34” BT Berjarak lebih kurang 50 km dari ibu kota Provinsi Selawesi Tenggara, Kendari (Gambar 1).

Survei anomali panas dangkal di daerah ini dilakukan untuk melokalisir daerah anomali yang masih mempunyai temperatur relatif lebih tinggi dengan lokasi lainnya yang diasumsikan merupakan bagian dari sistem panas bumi yang terdapat dipermukaan.

Survei ini juga dilakukan untuk mengoreksi beberapa anomali yang terdapat di daerah ini berupa anomali geokimia (distribusi Merkuri) dan anomali geofisika (geomagnet).

Terdapat ambiguitas dalam interpretasi geokimia dan geofisika di daerah panas bumi ini, apakah anomali yang terjadi sebagai akibat dari sistem panas bumi masa lampau (fosil) atau sistem panas bumi yang masih aktif meng-ingat di daerah ini terdapat mineralisasi yang cukup intensif.

2. Landasan Geosain

2.1 Geologi

Secara regional Daerah Lainea terletak pada lingkungan metamorf mandala Buton-Cukang Besi. Batuan tertua yang terbentuk di daerah ini

adalah satuan metamorf yang berumur Trias.

Litologi daerah Panas Bumi Lainea tersu-sun oleh batuan metamorf yang berumur pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier dan dikelompokkan menjadi 7 satuan batuan, yaitu satuan batuan metamorf, satuan meta-ba-tugamping, satuan meta-batupasir, satuan batupasir non-karbonatan, satuan batupasir gampingan, satuan konglomerat, dan endapan alluvium.

Selain itu terdapat juga batuan ubahan hasil ubahan hidrotermal yang didominasi oleh ubahan bersifat argilik yang dicirikan oleh mineral lempung atau argilik.

Struktur utama yang berkembang di daerah penyelidikan dan mengontrol sistem panas bumi Lainea adalah sesar normal Boro-boro yeng berarah baratlaut-tenggara, sesar men-datar Kaindi, Landai, Amowolo, Lainea dan sesar Rumbalaka (Gambar 2).

2.2 Geokimia

Manifestasi panas bumi yang berkembang ada-lah mata air panas, tanah panas dan batuan ubahan, selain itu terdapat juga bualan gas yang berasosiasi dengan batuan ubahan yang tercium bau gas H2S yang cukup kuat.

(3)

dengan air meteorik sangat besar. Sedangkan data isotop Oksigen-18 dan deuterium menun-jukkan bahwa mata air panas Landai dan Lainea mengalami interaksi dengan batuan samping selama bergerak dari reservoir menuju permu-kaan Gambar 3 dan 4.

Hasil perhitungan temperatur bawah per-mukaan berdasarkan metode Na-K-Ca menunjukkan 200 oC, hal ini dilakukan dengan pertimbangan kadar ion Ca yang cukup tinggi.

Penyebaran unsur Merkuri (Hg) yang tinggi terletak di sekitar lokasi air panas Lainea, Lan-dai, Amowolo dan Kaendi memanjang ke arah timur laut daerah penyelidikan, yang berasosi-asi dengan arah struktur timurlaut-baratdaya, sedangkan Hg 500-1000 ppb tersebar di seba-gian kecil daerah penyelidikan, sementara Hg <500 ppb tersebar mendominasi daerah peny-elidikan.

2.3 Geofisika

Hasil pemetaan anomali sisa dari data gaya berat, memperlihatkan daerah yang menarik berada di sekitar sebaran mata air panas, baik mata air panas lainea, mata air panas Landai, maupun mata air panas Kaindi. Hal ini ditunjuk-kan dengan terlihatnya sebaran anomali tinggi di sekitar daerah tersebut, dimana anomali tinggi ini diinterpretasikan sebagai respon dari batuan yang cukup segar dan memiliki densi-tas tinggi. Batuan ini diperkirakan merupakan kubah intrusi yang tidak muncul ke permukaan dan dapat menjadi sumber panas bagi sistem panas bumi di daerah ini.

Sedangkan dari metode geomagnet

menunjuk-kan distribusi nilai kemagnetan yang rendah berasosiasi dengan keberadaan manifestasi panas bumi berupa batuan ubahan dan tanah panas, sehingga zone anomali bersifat lokal saja di sekitar manifestasi panas bumi.

Hasil kompilasi metode geologi, geokimia dan geofisika dalam Gambar 5, luas areal prospek mencapai 15 km2, dengan cadangan potensi terduga ~ 90 MWe.

3. Metode Survei

Secara garis besar metode survei anom-ali panas dangkal terdiri dari pengukuran temperatur dasar lubang pada sumur penga-matan dengan kedalaman antara 5 hingga 10 m, pengeboran dilakukan dengan mengguna-kan alat bor portable berupa mesin bor power rig atau dengan menggunakan bor tangan.

4. Hasil Survei

Penentuan titik bor pengukuran berdasarkan pertimbangan anomali geologi, geokimia serta geofisika manifestasi permukaan. Dari hasil survei ini diperoleh sebanyak 38 titik lubang bor pengamatan dengan kedalam lubang antara 5 – 10 meter (Gambar 6).

(4)

lubang sampai stabil (tidak ada kenaikkan/ penurun temperatur), dan 3) Pengukuran saat

probe temperatur dinaikkan.

Hasil pengukuran temperatur dasar lubang adalah berkisar antara 29,63 hingga 65,33 oC dengan rata-rata adalah 37,07 oC.

Litologi yang menyusun lubang pengamatan secara umum terdiri dari lapukan batuan sabak, batuan ubahan, meta-gamping serta batuan endapan permukaan berupa aluvial yang bersi-fat lepas dengan komponen batuan rombakan batuan di daerah hulu sungai.

4.1 Peta Distribusi Temperatur

Temperatur dasar lubang pengamatan meru-pakan salah satu parameter penting dalam survei aliran panas di suatu daerah panas bumi. Temperatur yang terukur adalah temperatur dari hasil perambatan panas secara konduktif melalui media padat yaitu batuan atau tanah dari bawah permukaan menuju permukaan.

Dari hasil pengukuran diketahui temperatur dasar lubang berkisar antara 29,63 oC hingga 65,33 oC dengan rata-rata 37,07 oC. Nilai 29,63 oC merupakan nilai minimal temperatur yang

terukur di lubang LN-21 yang berada diluar daerah prospek, sedangkan 65,33 oC adalah nilai maksimum yang didapat dari dasar lubang LN-12 yang berada di manifestasi permukaan berupa tanah panas dan batuan ubahan Kali Landai.

Distribusi temperatur dasar lubang di daerah penyelidikan terlihat pada Gambar 7, darihasil perhitungan statistik dengan menggunakan

grafik probabilitas diperoleh nilai ambang atau

background sebesar 35 oC, sehingga tempera-tur yang mempunyai nilai lebih tinggi dari 35 oC adalah temperatur anomali.

Terlihat bahwa penyebaran zona anomali tem-peratur lebih dari 35 oC berada pada tiga lokasi yaitu di bagian barat, bagian tengah, dan bagian timur lokasi penyelidikan. Anomali di bagian barat terletak di lereng sebelah barat Sungai Kaindi, yang tersusun oleh batuan metamorf Sabak serta batuan ubahan. Anomali di bagian tengah terletak di Daerah Kali Landai, beraso-siasi dengan manifestasi permukaan berupa mata air panas dan tanah panas, yang tersusun oleh batuan metamorf sabak dan meta gamp-ing kristalin, sedangkan anomali di bagian timur berasosiasi dengan manifestasi permu-kaan Kali Lainea yang mempunyai manifestasi berupa tanah panas dan mata air panas. Total luas areal daerah anomali di bagian barat, ten-gah dan timur mencapai 10 km2.

4.2 Peta Landaian Suhu Permukaan

Gradien termal atau landaian suhu adalah suatu nilai yang menunjukkan besarnya kenaikan temperatur ( oC atau oK ) pada setiap penu-runan kedalaman ( m atau km ). Akan tetapi dalam survei ini nilai landaian suhu yang ter-ukur hanya di bagian permukaan saja, sehingga nilainya tidak dapat disetarakan dengan nilai landaian suhu dari hasil pengukuran pengebo-ran dalam.

(5)

sebesar 1,6 oC/m maka nilai gradien termal yang lebih tinggi dari 1,6 oC/m merupakan anomali.

Terlihat bahwa secara umum zona anomali ter-dapat di bagian barat tengah dan timur. Nilai gradien termal yang terukur berkisar antara 0,004 hingga 5,58 oC/m dengan rata – rata 1,28 ± 0,02 oC/m. Seperti halnya pada penyebaran temperatur dasar lubang, zona anomali gradien termal yang terdapat di bagian barat bera-sosiasi dengan batuan metamorf sabak dan batuan ubahan serta berasosiasi juga dengan manifestasi panas bumi berupa mata air panas di sepanjang Sungai Kaindi. Zona anomali di bagian tengah berasosiasi dengan batuan met-amorf sabak dan meta gamping kristalin serta manifestasi permukaan berupa mata air panas dan tanah panas di sekitar Sungai Landai. Zona anomali di sebelah timur memiliki pola yang sama dengan distribusi temperatur dasar lubang, yaitu berasosiasi dengan manifestasi permukaan berupa tanah panas dan mata air panas di sekitar Sungai Lainea.

Total luas zona anomali gradien termal didae-rah penyelidikan dengan mengambil nilai latar 1,6 oC/m adalah 9 km2.

5. Diskusi

Daerah penyelidikan secara geologi terdiri dari batuan metamorf atau malihan yang didomi-nasi oleh sabak (slate), metagamping kristalin, dan endapan rombakan. Di beberapa lokasi terdapat mineralisasi yang berasosiasi dengan zona ubahan berupa silisifikasi dan mineral sekunder berupa lempung.

Hasil pengukuran temperatur dasar sumur pengamatan menunjukkan bahwa zona anomali temperatur terdapat di tiga lokasi yaitu diseb-elah barat, tengah, dan di bagian timur. Zona anomali ini diambil dari nilai latar sekitar 35 oC.

Hasil kompilasi antara peta geologi dan peta anomali geokimia (Merkuri) serta geofisika menunjukkan bahwa anomali temperatur san-gat berkorelasi dengan baik.

Pengukuran landaian suhu permukaan meng-hasilkan beberapa spot daerah anomali di bagian barat, bagian tengah dan bagian timur. Di bagian barat terdapat tiga spot kecil yang masih saling berdekatan dan masih di areal Sungai Kaindi dan Amowolo.

Di bagian tengah terdapat dua spot zona anom-ali yang terpisah secara gradual berarah utara selatan, tetapi bila dibandingkan antara dua

spot tadi yang di sebelah selatan lebih besar dari pada yang di utara. Di bagian timur zona anomali gradien termal permukaan terpusat di sekitar manifestasi Sungai Lainea.

Hasil kompilasi dengan peta geologi, geofisika dan peta penyebaran Merkuri menunjukkan bahwa ketiga zona anolami gradien termal permukaan tersebut sangat menarik, karena saling berkorelasi satu sama lain.

(6)

hidroter-mal, struktur-struktur geologi serta kontrol litologi.

Luas daerah anomali hasil kompilasi diperoleh areal seluas 10 km2. Zona anomali di bagian tengah dinilai lebih bagus dibandingkan zona anomali lainnya, karena didukung oleh serang-kaian manifestasi panas bumi permukaan yang menarik, diantaranya tanah panas, mata air panas, bualan gas serta batuan ubahan dengan luas areal yang cukup luas.

6. Kesimpulan

• Temperatur dasar lubang bor berkisar antara 29,63 – 65,33 oC, dengan tempera-tur tertinggi berada di lokasi LN-12 yaitu di Sungai Landai.

• Nilai landaian suhu permukaan berkisar antara 0,004 – 5,58 oC/m, dengan nilai tert-inggi berada di titik LN-25, yaitu di daerah Lainea.

• Pola anomali termal daerah Panas Bumi Lainea meliputi tiga kelompok manifestasi permukaan yaitu Kaindi, Landai, dan Lainea dengan luas areal 10 km2.

• Pola anomali gradien thermal hanya berupa spot-spot di seputar manifestasi permukaan, areal yang paling luas berada di kelompok manifestasi S. Landai dengan luas areal 2 km2.

• Kompilasi zona anomali 3-G dan survei aliran panas menghasilkan daerah pros-pek dengan luas 10 km2 yang berasosiasi dengan litologi batuan malihan (sabak dan

meta gamping).

7. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh staf dan karyawan di Pusat Sumber Daya Geologi, atas dukungan dalam penulisan tulisan ini terutama dalam hal penyediaan data.

8. Daftar Pustaka

• Bachri, S., dan Alzwar,M., (1975), Kegiatan Inventarisasi Kenampakan Gejala Panas bumi di Daerah Sulawesi Selatan, Dinas Vulkanologi, Bandung, unpubl.

• Fournier, R.O., (1981), Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal Sys-tem : Principles and Case Histories”. John Willey & Sons, New York.

• Giggenbach, W.F., (1988), Geothermal Sol-ute Equilibria Deviation of Na – K - Mg – Ca Geo Indicators, Geochemica Acta 52, 2749 – 2765.

• Mahon K., Ellis, A.J., (1977), Chemistry and Geothermal system, Academic Press, Inc. Orlando.

• Ratman,N. dkk. (1993), Geologi lembar Mamuju, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Rybach, L., dan Muffler, L. J. P. (1981), Geo-thermal Systems: Principles and Case Histories,

(7)

• Simandjuntak, T.O., dkk. (1993), Geologi lembar Mamuju, Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

• Tim Survei Terpadu (2010), Survei Ter-padu Geologi Geokimia Daerah Panas Bumi Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Pusat Sumber Daya Geologi.

(8)

Gambar 1 Peta lokasi daerah panas bumi Lainea

(9)

Gambar 3 Diagram segitiga Cl-HCO3-SO4 Gambar 4 Diagram segitiga Na-K-Mg

(10)

Gambar 6 Peta distribusi titik pengeboran

(11)

Gambar 8 Peta distribusi nilai landaian suhu permukaan

(12)

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi daerah panas bumi Lainea
Gambar 5 Peta kompilasi anomali geofisika dan geokimia
Gambar 6  Peta distribusi titik pengeboran
Gambar 8  Peta distribusi nilai landaian suhu permukaan

Referensi

Dokumen terkait

Berger bersama-sama dengan Thomas Luckman menyebutkan proses terciptanya konstruksi realitas sosial melalui adanya tiga tahap, yakni Eksternalisasi (penyesuaian diri dengan

Pada umumnya, sistem pemesanan taksi terdiri dari dua proses bisnis besar, yaitu proses pemesanan itu sendiri dan proses penyebaran pesanan. Tabel 3.1 berisi daftar proses bisnis

1) Pendidik menjelaskan materi hal-hal yang termasuk cinta tanah air. 2) Warga belajar menulis soal dan jawaban yang telah dicontohkan. 3) Warga belajar mengerjakan beberapa

Karenanya, Tuhan melalui sifat Qidam menghadirkan harapan baru bagi manusia untuk menjadikan masa lalu sebagai pijakan hidup agar jika terjadi kesalahan tidak salah

Data biofisik lahan yang diamati meliputi curah hujan, sifat-sifat tanah yang meliputi struktur tanah, tekstur tanah, kandungan bahan organik, permeabilitas,

Reformasi pendidikan melalui islamisasi pengetahuan modern Reformasi pendidikan melalui Islamisasi ilmu pengetahuan modern yang telah disinggung diatas adalah memadukan

Universitas Trilogi mendesain Prodi PGSD dengan rancangan kurikulum dan program kegiatan perkuliahan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dalam pengajaran,

(pada digit pertama, semua angka punya kemungkinan yang sama untuk ditempatkan, karena ada empat angka, maka ada 4 kemungkinan, selanjutnya pada digit kedua ada 3 kemungkinan