198 J Bina Cendekia Keb. Vol. 2, No. 1, April 2016
Related of knowledge and characteristics of pregnant women with chronic
energy deficiency in health public center at mauk tangerang 2015
Romadloni Ahmad1, Moudy E.U Djami2§, Siti Desi Agustina2 1 Bina Permata Medika School Of Health Sciences
Corespondence address:
1§ Bina Husada Tangerang Midwifery Academy, Jl. Kutai Raya No.1 Bencongan Kelapa Dua, Tangerang,
Indonesia. Telp.+622155655372 Fax.+622155655378. Email : [email protected]
Terbit 10 Oktober 2016 Submit 23 September 2016
Diterima 03 Oktober 2016
Abstract
Background: Globally, approximately one in eight pregnant women worldwide are chronic of
energy. The impact of this condition can caused in pregnant women are susceptible to disease, difficult and long labor, premature delivery and postpartum hemorrhage, while the fetus was low birth weight (LBW). This research aims to determine the relationship of knowledge and characteristics of pregnant women with Chronic Energy Deficiency (CED) in the Health Public Center, Mauk, Tangerang.
Methods: This research was an analytic study by using case control design. The population in this
research were all pregnant women registered in Primary Health care Mauk both experienced CED and pregnant women who do not experience CED, and samples were taken using accidental sampling technique as many as 624respondents, and the statistic analysis was used Chi Square test.
Results: The results were obtained good knowledge majority (41.9%), revenue >Rp.2.710.000
(53.2%), secondary education (58.1%), working mothers (58.1%), nuli/primiparous (48.4%), the age of majority respondents aged> 35 years (50%), the level of basic education (45.2%), work outside the home (52.4%), multiparous (57.1%), and less knowledge level (59.5%). Chi-square test results there is a relationship of knowledge andCEDin pregnant women (P value = 0.006), income and CED(P 0.002), and occupation and CED (P 0.021).
Conclusions: Advice can be given that health professionals can be more active in providing
counseling or health education especially about nutrition for pregnant women in order, can hit the high incidence of CED in pregnant women.
Keywords: CED, education, income, knowledge, occupation, and parity
Abstrak
Latar belakang: Secara global sekitar satu dari delapan orang ibu hamil di seluruh dunia kekurangan energi kronis. Dampak yang diakibatkan KEK pada ibu hamil adalah mudah terserang penyakit, persalinan sulit danlama, persalinan prematur serta perdarahan postpartum, sedangkan pada janin adalah BBLR.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu hamil dengan kekurangan energi kronis di Puskesmas Mauk Tangerang.
Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Mauk baik yang mengalami KEK maupun ibu hamil yang tidak mengalami KEK, dan sampel diambil menggunakan tehnik accidental sampling sebanyak 62responden. Uji statistik menggunakan Chi
Square.
Hasil: Hasil penelitian diperoleh mayoritas pengetahuan baik (41,9%), pendapatan > Rp. 2.710.000 (53,2%), pendidikan menengah (58,1%), ibu bekerja (58,1%), nuli/ primipara (48,4%), usia responden mayoritas berusia > 35 th (50%), tingkat pendidikan dasar (45,2%), bekerja di luar rumah (52,4%), multipara (57,1%), dan tingkat pengetahuan kurang (59,5%). Hasil uji chi-square terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian KEK (P 0,006), terdapat hubungan pendapatan dengan kejadian KEK (nilai P 0,002), dan terdapat hubungan pekerjaan dengan kejadian KEK (P 0,021).
Kesimpulan: Saran yang dapat diberikan agar tenaga kesehatan dapat lebih aktif lagi memberikan konseling atau pendidikan kesehatan terlebih mengenai gizi bagi ibu hamil agar, dapat menekan tingginya angka kejadian KEK pada ibu hamil.
Kata kunci: Kejadian asfiksia neonatorum, kejadian preeklampsia
Cited:
Ahmad R, Djami MEU, Agustina SD. Related of knowladge and characteristics of pregnant women with chronic energy deficiency in health public center at mauk tangerang 2015. Jurnal Bina Cendekia Kebidanan 2016;2(2):198-204
199 J Bina Cendekia Keb. Vol. 2, No. 1, April 2016
Pendahuluan
Nutrisi yang adekuat adalah satu pilar yang fundamental bagi manusia agar bisa hidup, sehat dan berkembang. Semua manusia membutuhkan jumlah nutrisi yang seimbang agar fungsi fisilogis dalam tubuh dapat bekerja dengan baik. Ibu hamil mutlak memerlukan nutrisi yang optimal baik kuantitas maupun kualitas, karan masa kehamilan adalah salah satu masa yang kritis dalam kehidupan seorang perempuan. Ibu hamil memerlukan nutrisi yang optimal agar dapat mendukung pertumbuhan janin yang dikandungnya.1
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Karena itu, kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Kekurangan Energi Kronis merupakan suatu keadaan di mana status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro. Kebutuhan wanita hamil akan meningkat dari biasanya dimana pertukaran dari hampir semua bahan itu terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Karena peningkatan jumlah konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan menyebabkan malnutrisi atau biasa disebut KEK.2
Banyak ibu hamil menderita defisiensi energy kronis, kenaikan berat badan yang buruk selama kehamilan, anemia, dan defisiensi mikronutrien lainnya, serta infeksi seperti HIV dan malaria. Hal ini diperberat dengan layanan obstetrik yang tidak memadai yang memberikan kontribusi terhadap tingginya tingkat kematian ibu dan output kelahiran yang buruk.3
Secara global 842.000.000 orang atau sekitar satu dari delapan orang wanita ibu
hamil di seluruh dunia kekurangan energi kronis. Asia memiliki jumlah terbesar dari itu semua, meskipun jumlah gizi telah menurun17% sejak 1990-1992. Di India terdapat dari hasil penelitian yang dilaporkan oleh Davgun dkk (2014), dari 210 ibu hamil terdapat 21,3% yang menderita kekurangan energi kronis.4
Di Indonesia tahun 2013 ibu hamil dengan KEK 31,3%, angka ini menurun dari tahun 2010 yang mencapai 38,5%. Di Propinsi Banten pada tahun 2008 masih terdapat 18% wanita yang menunjukkan resiko Kurang Energi Kronis (KEK) dan sedikit menurun dari tahun 2007 yang besarnya 19,1%. Sedangkan di Kabupaten Tangerang angka kejadian KEK tahun 2008 sebesar 16,3%, angka ini mengalami sedikit penurunan dari kejadian KEK di tahun 2007 yang mencapai angka 17%. Bila dipisahkan menurut status tempat tinggal, pada tahun 2008 wanita resiko KEK yang tinggal di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada yang di perdesaan.5
Bukti evidens menunjukan bahwa gizi ibu yang tidak memadai menyebabkan peningkatan risiko konsekuensi jangka pendek seperti; Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) /Intra Uterine Growth Restriction (IUGR), berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, morbiditas dan kematian bayi. Sebaliknya asupan nutrisi yang berlebihan selama kehamilan dapat
menyebabkan beberapa komplikasi
kehamilan seperti, preeklamsia, diabetes gestasional, makrosomia, distosia dan meningkatnya prevalensi bedah sesar.6
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menangani KEK antara lain adalah peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk ketahanan pangan tingkat rumah tangga dengan melalui Instruksi Presiden No. 8 tahun 1999 melalui Gerakan Nasional Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi.7
Menurut Sahoo dan Panda (2006), insiden kekurangan makanan akibat kebiasaan makan dan pola makan yang kurang baik selama kehamilan lebih tinggi
200 J Bina Cendekia Keb. Vol. 2, No. 1, April 2016
pada ibu hamil dibandingkan pada setiap tahap dari siklus hidup.8 Hal ini menunjukkan bahwa, pengetahuan terhadap gizi yang baik sebagai salah satu faktor yang menentukan perubahan kebiasaan diet yang sehat, penting untuk mendorong wanita hamil dalam meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat selama hamil.9 Hal yang sama disampaikan oleh Rao dkk (2010) dari penelitian yang di lakukan di India bahwa bahwa tidak tersampaikannya informasi tentang diet dan nutrisi yang tepat paga ibu hamil baik pada ibu menyusui maupun tak
menyusui menyebabkan terjadinya
kekurangan nutrisi sepanjang daur kehidupan.10
Kondisi yang tidak jauh berbeda terjad di Indonesia. Peneltian Kalsum dkk
menyampaikan bahwa kurangnya
pengetahuan terkait diet dan asupan nutrisi yang benar terjad di Indonesia. Di Indonesia pada tahun 2007, 13,6% ibu dengan usia reproduksi (13-45 tahun) beresiko mengalami KEK, Di Propinsi Sulawesi Selatan 16,5% beresiko KEK pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 31,2% pada tahun 2013.11
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Mauk pada Bulan Agustus 2015, diperoleh data ada 312 ibu hamil (18,6%) dari 1.681 ibu hamil pada tahun 2014. Angka in lebih tinggi dari angka nasional. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan karakteristik ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Mauk Kabupaten Tangerang Tahun 2015.
Metodologi
Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan kelompok kasus adalah 31 orang ibu hamil KEK dan 31 orang ibu hamil yang tidak KEK sehingga total sampel sebesar 62 orang responden. Besar sampel diperoleh menggunakan rumus beda proporsi dari Lemeshow (1997).12 Pengambilan sampel menggunakan teknik non probality sampling yaitu kuota
sampling. Instrument penelitian
menggunakan kuesioner yang dirancang
berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya yakni r hitung lebih dari r tabel dan Cronbach Alpha = 0,745.13 Uji statistik menggunakan uji chi square.14
Hasil
Penelitian ini menunjukan bahwa lebih banyak responden memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar (41,9%), pendapatan > Rp. 2.710.000 yaitu sebesar 53,2%, pendidikan menengah sebesar 58,1%, ibu bekerja sebesar 58,1%, dan nuli/primipara sebesar 48,4%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan dan Karakteristik
Responden Variabel Frekuensi % Pengetahuan Kurang Cukup Baik 11 25 26 17,7 40,3 41,9 Pendapatan < Rp. 2.710.000 > Rp. 2.710.000 29 33 46,8 53,2 Pendidikan Ibu Dasar Menengah Tinggi 24 36 2 38,7 58,1 3,2 Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja 26 36 41,9 58,1 Paritas Grandemulti Multipara Nuli/primipara 3 29 30 4,8 46,8 48,4
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji chi square diperoleh hasil penelitian terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p 0,000) dimana responden dengan pengetahuan kurang lebih banyak yang menderita KEK dibanding responden dengan pengetahuan baik (90,9% vs 84%). Pada faktor pendapatan ditemukan hubungan antara pendapatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p 0,002) namun terlihat bahwa justru responden atau keluarga dengan pendapatan > dari UMR (Rp.2.710.000)
201 J Bina Cendekia Keb. Vol. 2, No. 1, April 2016
lebih banyak yang menderita KEK dibanding responden / keluarga dengan pendapatan ≥ UMR (72,4% vs 30,3%). Pendidikan tidak terbukti berhubungan dengankejadian KEK pada ibu hamil (nilai p = 0,059) tetapi secara proporsi pendidikan dasar lebih banyak yang mengalami KEK dibanding pendidikan menengah dan tidak ada KEK pada responden yang berpendidikan tidak ditemukan lagi (66% vs 41,7% vs 0%). Pada faktor pekerjaan terbukti berhubungan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p =
0,021), dengan propirsi ibu hamil dengan KEK lebih banyak terdapat pada kelompok ibu bekerja disbanding ibu tidak bekerja (60,2% vs 36,1%). Pada faktor paritas tidak ditemukan berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p = 0,778) tetapi proporsi KEK lebih banyak terdapat pada kelompok grandemultipara diikuti dengan multipara dan paling sedikit pada kelompok nulipara/primipara (66,7% vs 51,7% vs 46,7%). Selengkeapnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Hubungan Pengetahuan dan Karakteristik Ibu dengan Kejadian KEK
Variabel KEK (%) Tidak
KEK (%) Jumlah (%) Nilai p Pengetahuan Kurang Cukup Baik 10 (90,9) 21 (84) 0 (0) 1 (9,1) 4 (16) 26 (100) 11 (100) 25 (100) 26 (100) 0,000 Pendapatan < UMR ≥ UMR 21 (72,4) 10 (30,3) 23 (69,7) 8 (27,6) 29 (100) 33 (100) 0,002 Pendidikan Dasar Menengah Tinggi 16 (66,7) 15 (41,7) 0 (0) 8 (33,3) 21 (58,3) 2 (100) 24 (100) 36 (100) 2 (100) 0,059 Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 18 (69,2) 13 (36,1) 23 (63,9) 8 (30,8) 26 (100) 36 (100) 0,021 Paritas Grandemultipara Multipara Nuli/Primipara 2 (66,7) 15 (51,7) 14 (46,7) 1 (33,3) 14 (48,3) 16 (53,3) 3 (100) 29 (100) 30 (100) 0,778 Pembahasan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan faktor pengetahuan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p 0,000) dimana responden dengan pengetahuan kurang lebih banyak yang menderita KEK dibanding responden dengan pengetahuan baik (90,9% vs 84%).Jadi semakin baik tingkat pengetahaun ibu hamil, semakin baik juga status gizinya sehingga dapat memcegah dirinya mengalami KEK selama hamil. Hal ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Makhfudli (2009) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk perilaku setiap individu, termasuk perilaku kesehatan individu tersebut. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lama
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.15
Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian sebelumnya yang disampaikan oleh Daba dkk (2013) di Ethiopia bahwa tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi asupan nutrisi selama kehamilan. Faktor kovariat penentu tingkat pengetahuan ibu sendiri antara lain pendapatan atau status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan.6
Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Gao dkk dari penelitian yang dilakukan di Cina, bahwa status gizi yang kurang dialami oleh ibu hamil di daerah urban, karena minimnya informasi terkait nutrisi, sehingga perlu diberikan edukasi yang
202 J Bina Cendekia Keb. Vol. 2, No. 1, April 2016
adekuat agar mereka dapat mengkonsumsi nutrisi yang baik sejak masa prekonsepsi.16
Dari data dan informasi di atas terlihat jelas bahwa pengetahuan ibu hamil atau lebih tepatnya pengetahuan wanita usia reproduksi tentang asupan nutrisi yang sehat penting untuk ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kalsum dkk (2014) yang melaporkan bahwa kejadian malnutrisi sudah dialami para perempuan sejak masa prekonsepsi bahkan sejak usia sekolah. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempersiapkan kehamilan yang yang sehat,
baik bagiibu maupun janin yang
dikandungnya.11
Dalam penelitian ini membuktikan bahwa faktor pendapatan mempunyai hubungan antara pendapatan dengan kejadian KEK pada ibu hamil ( nilai p 0,002) namun terlihat bahwa responden atau keluarga dengan pendapatan > dari UMR (Rp.2.710.000) lebih banyak yang menderita KEK dibanding responden / keluarga dengan pendapatan ≥ UMR (72,4% vs 30,3%). Kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi ibu hamil di Kunama, Ethiopia dari laporan penelitian yang disampaikan oleh Abraham dkk (2015) bahwa ketidakmampuan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang sehat bagi ibu hamil disebabkan oleh ketidakmampuan secara ekonomi, yang menjadi faktor prediktor independen terhadap kejadian KEK pada ibu hamil (OR 2,15 (IK 95% 1,05 – 4,41).17
Jelas bahwa masalah gizi bukan hanya disebabkanoleh satu faktor, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi seperti status sosial ekonomi. Untuk mengatasi masalah ini, tidak hanya di bebankan kepada petugas kesehatan baik itu ahli gizi, dokter, bidan, perawat dan profesi kesehatan lainnya, tetapi pemerintah dan masyarakat lainnyapun turut bertanggung jawab untuk dapat bahu membahu mengatasi masalah ini.
Faktor pendidikan ditemukan tidak berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p=0,059), namun demikian
secara proporsi pendidikan dasar lebih banyak yang mengalami KEK dibanding pendidikan menengah. Dan konsisten bahwa tidak ada KEK pada responden yang berpendidikan tinggi (66% vs 41,7% vs 0%). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu semakin baik status gizinya sehingga dapat mencegah terjadinya KEK pada saat hamil.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang disampaikan oleh Daba dkk bahwa tingkat pendidikan ibu hamil berhubungan dengan pengetahuannya tentang nutrisi sehingga mampu mencegah terjadinya KEK (OR 4 IK 95% 2,35-7,06).6 Hal yang sama dilaporkan oleh Kotut dkk dari penelitian yang dilakukan di Kenya tahun 2014 bahwa proporsi ibu dengan pendidikan rendah lebih banyak yang mengalami KEK dibandingkan dengan ibu dengan pendidikan tinggi (57% vs 8%).18
Penelitian lain yang mengupas tentang pendidikan ibu adalah ibu dengan tingkat pendidikan tinggi oleh Kulasekaran di India,
melaporkan bahwa pendidikan ibu
merupakan faktor protektif terhadap status nutrisi yang buruk baik bagi diri sendiri maupun keluarganya. Anak pra sekolah yang mengalami KEK juga berasal dari ibu dengan pendidikan rendah.19
Hal ini dapat dimungkinkan karena dengan pendidikan ibu yang baik dapat memampukan ibu mengakses informasi yang luas untuk dapat mengelola keuangan keluarga dan gizi keluarganya, sehingga kecukupan nutrisi dalam keluarga dapat terpenuhi. Penddikan tinggi yang dimiliki oleh ibu juga dapat memungkinkan ibu membantu menopang ekonomi keluarga dengan bekerja secara formal maupun informal sehingga keluarga lebih mampu
menyediakan bahan makanan yang
diperlukan.
Hasil penelitian ini menunjukan faktor pekerjaan berhubungan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p=0,021), dengan propirsi ibu hamil dengan KEK lebih banyak terdapat pada kelompok ibu bekerja disbanding ibu tidak bekerja (60,2% vs 36,1%). Hal ini
203 J Bina Cendekia Keb. Vol. 2, No. 1, April 2016
sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Kotut dkk (2014) bahwa proporsi ibu yang bekerja lebih sedikit yang mengalami KEK dibanding ibu yang tidak bekerja secara formal (2% vs 68%).18 kondisi ini dapat terjadi karena ibu yang bekerja
memungkinkan menambah pendapatan
keluarga, sehingga dapat membantu
menyediakan bahan makanan yang
mempunyai nilai gizi yang diperlukan semua anggota keluarga termasuk ibu hamil itu sendiri.
Faktor paritas dalam penelitian ini ditemukan tidak berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil (nilai p = 0,778) tetapi proporsi KEK lebih banyak terdapat pada kelompok grandemultipara diikuti dengan multipara dan paling sedikit pada kelompok nulipara/primipara (66,7% vs 51,7% vs 46,7%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Bitew dan Telake (2010) dalam DHS Working Papers di Ethiopia bahwa ibu dengan paritas yang banyak (≥ 5) lebih banyak yang mengalami KEK dibanding dengan paritas 1-2 kali (di daerah urban 1-27,1% vs 1-21% dan di daerah rural 30% vs 27,3 %; nilai p= 0,000).20
Dapat dipahami bahwa ibu dengan paritas tinggi akan mempunyai anggota keluarga yang lebih banyak atau keluarga besar, sehingga akan lebih banyak
membutuhkan bahan makanan untuk
dikonsumsi. Hal ini akan diperberat jika daya beli rendah yang disebabkan oleh kemampuan ekonomi yang rendah. Kondisi ini diperburuk jika ibu tidak bekerja untuk menambah income keluarga karena harus merawat anak-anaknya yang banyak, sehingga suami menjadi satu-satunya pencari nafkah. Jika kemampuan suami secara finansial rendah, maka siklus ini akan terus berlanjut dan tidak menutup kemungkian banyak anggota keluarga yangmengalami malnutrisi.
Kesimpulan dan saran
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara faktor pengetahuan, pendapatan, dan pekerjaan terhadap kejadian KEK pada ibu hamil. Sedangkan faktor pendidikan ibu dan paritas tidak terbukti berhubungan dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Kejadian KEK pada ibu hamil terjadi karena kondisi malnutrisi yang sudah sejak lama dialami bahkan sejak masa sekolah. Kondisi malnutrisi terutama KEK pada ibu hamil tidak dapat diatasi oleh petugas kesehatan saja, namun perlu dukungan dari berbagai lapisan masyarakat dan juga pemerintah, agar upaya menurunkan angka KEK pada ibu hamil dapat diatasi. Petugas kesehatan terutama bidan berwenang dalam upaya promotif dan preventif. Oleh karena itu pemberian edukasi yang optimal tentang nutrisi yang baik dalam siklus kehidupan bahkan sejak masa remaja perlu dilakukan.
Referensi
1. World Bank. Repositioning Nutrition as central to development: A strategy for large scale action, The International Bank for Reconstruction and Development. Washington DC, USA: World Bank; 2006.
2. Rahmaniar A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil di Tampa Padang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2011. 3. Huffman S, Sehner E, Harvey P, Martin L, Piwoz
E, Ndure K, et al. Essential health sector actions to improve maternal nutrition in Africa: The Linkage Project; 2001.
4. Devgun P, Mahajan SL, Gill KP. Prevalence of chronic energy deficiency and socio demographic profile of women in slums of Amritsar city, Punjab, India. International JOurnal of Research in Health Sciences. 2014;2(2):527-32.
5. Dinas Kesehatan Kabu[aten Tangerang. PRofil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Tangerang: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang; 2013.
6. Daba G, Beyene F, Fekadu H, Raroma W. Assessment of knowledge of pregnant mothers on mathernal nutrition and association factors in Guto Gida Woreda, East Wollega Zone, Ethiopia. J Nuts Food Sci. 2013;3(6).
204 J Bina Cendekia Keb. Vol. 2, No. 1, April 2016
7. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2010.
8. Sahoo S, Panda B. A study of nutrition status of pregnant women of some villages in Balasore Distric, Orissa. J Hum Ecol. 2006;20(3):227-32. 9. O'Brien G, Davies M. Nutrition knowledge and
bady mass index. Health Educ Res. 2007;22:571-5.
10. Rao KM, Balakkrisna N, Arlappa N, Laxmaiah A, Brahmam GNV. Diet and nutritional status of women in India. J Hum Ecol. 2010;29(3):165-70. 11. Kalsum U, Sutrisna B, Djuwita R, Achadi EL,
Jahari AB. A new alternative indicator for chronic energy deficiency in women of childbearing age in Indonesia JHealth Science Indones. 2014;5(2). 12. Lemeshow A, al e. Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan. Kusnanto, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1997.
13. Hastono SP. Analisis Data Kesehatan, Basic Data Analysis for Health Research Training. Depok: Universitas Indonesia; 2007.
14. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
15. Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
16. Gao H, Stiller CK, Scherbaum V, Biesalski HK, Wang Q, Hormann E, et al. Dietary intake and food habits of pregnant women residing in urban and rural areas of Deyang City, Sichuan Province, China. Nutrients. 2013;5:2933-54.
17. Abraham S, Miruts G, Shumye a. Magnitude of chronic energy deficiency and its associated factors among women of reproductive age in the Kunama population, Tigray, Ethiopia in 2014. BMC Nutrition. 2015;1(12).
18. Kotut J, Wafula S, ettyang G, Mbagaya G. Protein-energy malnutrition among women of child bearing age in Semi Arid areas of Keiyo District, Kenya. Advances in Life Sciences and Technology. 2014;24(80-91).
19. Kulasekaran RA. Influence of mother's chronic energy deficiency on the nutritionalstatus of preschool children in Empowered Action Group states in India. International Journal of Nutrition, Pharmacology, Neurogical Diseases. 2(3):198-209.
20. Bitew FH, Telake DS. DHS Working Papers: Undernutrion among women in Ethiopia. Addis Ababa, Ethiopia: Demographic and Health Researc, USAID; 2010.