EVALUASI PELAKSANAAN MP3EI
Pengaruh MP3EI terhadap Mata Pencaharian dan
Hak – Hak Dasar Masyarakat
FGD ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL (OMS)
• Pada tanggal 27 Mei 2011, pemerintah melaunching
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI).
• Not Business as Usual?
• MP3EI berbasis pada pembangunan enam koridor
ekonomi (regional based development)
• Muncul efek MP3EI terhadap masyarakat dan
pemerintahan di daerah seperti sinkronisasi kebijakan,
konflik lahan, ketahanan pangan, penguasaan ekonomi
oleh kelompok kapitalis melalui skema PPP,
ketenagakerjaan dan lain – lain.
1. Koridor Ekonomi Sumatera memiliki tema pembangunan sebagai
“sentra produksi dan pengolahan
hasil bumi dan lumbung energy nasional”
.
2. Koridor Ekonomi Jawa memiliki tema pembangunan sebagai
“pendorong industry dan jasa nasional”
.
3. Koridor Ekonomi Kalimantan memiliki tema pembangunan sebagai
“pusat produksi dan pengolahan
hasil tambang dan lumbung energy nasional”
.
4. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki tema pembangunan sebagai
“pusat produksi dan pengolahan hasil
pertanian, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nasional”
.
5. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai “
pintu gerbang pariwisata
dan pendukung pangan nasional
”.
6. Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku memiliki tema pembangunan sebagai “
pusat
pengembangan pangan, perikanan, energy dan pertambangan nasional”
Aktivitas Ekonomi
Koridor Ekonomi
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali – Nusa Tenggara
Papua – Kep. Maluku
Steel © ©
Food and beverages ©
Textiles © Transportation equipment © Shipping © © Nickel © © Copper © Bauxite © Palm oil © © Rubber © Food agriculture © © Tourism © ICT © Coal © ©
Oil and gas © © ©
Jabodetabek area © Sunda SNS area © Defense equipment © Animal husbandry © Timber © Cocoa © Fishery © © ©
Koridor
Ekonomi
Nilai Investasi
(Rp. Triliun)
Persentase
(%)
Sumatera
714
18
Jawa
1.290
32
Kalimantan
945
24
Sulawesi
309
8
Bali
–
Nusa
Tenggara
133
3
Papua
–
Kep.
Maluku
622
15
Total
4.012
100
Pemerintah
401
10
BUMN
722
18
Sektor Swasta
2.046
51
PPP
843
21
Total
4.012
100
Koridor
Ekonomi
Nilai Investasi
(Rp. Triliun)
Persentase
(%)
Steel 100 2.49Food and beverages 25 0.62
Textiles 9 0.22 Transportation equipment 32 0.80 Shipping 16 0.40 Nickel 183 4.56 Copper 197 4.91 Bauxite 137 3.41 Palm oil 92 2.29 Rubber 3 0.07 Food agriculture 108 2.69 Tourism 58 1.45 ICT 4 0.10 Coal 213 5.31
Oil and gas 463 11.54
Jabodetabek area 352 8.77 Sunda SNS area 150 3.74 Defense equipment 2 0.05 Animal husbandry 7 0.17 Timber 32 0.80 Cocoa 1 0.02 Fishery 41 1.02
Total Main Activities 2.226 55.48 Infrastructure 1.786 44.52 Total Investment 4.012 100.00
KEBUTUHAN INVESTASI (AWAL)
PROYEK MP3EI DI GROUNDBREAKING, PER 2013
AGENDA RISET
EFEK MP3EI
TERHADAP
MATA
PENCAHARIAN
DAN HAK
DASAR
Ketahanan
pangan
Kapitalisme
- PPP
Konflik
Lahan
Keterbukaan
Pasar Kerja
TAHAPAN PELAKSANAAN RISET
1
Literature Review
2
FGD Pemda, OMS, dan Komunitas di Sulawesi Selatan
3
FGD dan Indepth Interview Pemda, OMS dan Komunitas di NTT
4
Forum Konsultasi Publik (FKP) Evaluasi MP3EI dengan Bappenas dan OMS
5
Indepth Interview Kemenko Perekonomian dan Bappenas
6
FGD OMS
MP3EI DAN KETAHANAN
PANGAN
• Tiga koridor utama dalam system ketahanan pangan
dalam MP3EI; KE Sulawesi, KE Bali – Nusa Tenggara dan
KE Papua – Maluku
• Dua koridor untuk mendukung ketahanan energy
berbasis bahan bakar nabati; KE Sumatera dan KE
Kalimantan
• MP3EI dan dukungan terhadap kapitalisme pertanian
• Hilangnya hak – hak petani dan cengkraman korporasi
• Eksploitasi terhadap lingkungan dan tenaga kerja
• Mempesersempit akses wanita pada komunitas petani
terhadap sumber – sumber mata pencaharian
• Krisis terhadap pangan dan ancaman kelaparan
PRASYARAT MENCAPAI KETAHANAN PANGAN MENURUT MP3EI
1. Ketahanan pangan memperhatikan dimensi konsumsi dan produksi;
2. Pangan tersedia secara mencukupi dan merata bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sehat dan produktif;
3. Upaya diversifikasi konsumsi pangan terjadi jika pendapatan masyarakat
meningkat dan produk pangan dihargai sesuai dengan nilai ekonominya;
4. Diversifikasi produksi pangan terutama tepung-tepungan, disesuaikan
dengan potensi produksi pangan daerah;
5. Pembangunan sentra produksi pangan baru berskala ekonomi luas di
Luar Jawa;
6. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan kegiatan penelitan dan
pengembangan khususnya untuk bibit maupun teknologi pasca panen
TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM
Komoditi
Pertanian
Koridor Ekonomi
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Bali – Nusa
Tenggara
Papua –
Maluku
Kelapa sawit
Karet
Tanaman pangan
Peternakan
Kakao
Perikanan
• Koridor Jawa merupakan koridor yang paling potensi sebagai sentra pangan
nasional, tapi justru koridor ekonomi Jawa tidak ditetapkan sebagai koridor
yang focus pada sector pangan.
• Distribusi konsumen (penduduk) berada pada Pulau Jawa dan Pulau
Suamtera, hampir 70% penduduk Indonesia berada di dua pulau ini. Artinya,
kebutuhan pangan terkosentrasi pada dua pulau ini. Ketika produksi jauh dari
konsumen (penduduk) maka resiko terjadinya kerawanan pangan semakin
besar.
• Pilihan komoditi pangan dalam tiga koridor tersebut justru berorientasi pada
ekspor dan bukan memenuhi konsumsi pangan masyarakat local. Ini akan
menimbulkan masalah terhadap system keseimbangan pangan masyarakat.
• Pengembangan sentra pangan di tiga koridor tersebut lebih diarahkan pada
industrialisasi pangan, dimana pemerintah mendorong korporasi atau pemilik
modal besar untuk terlibat dalam industry ini. Kebijakan ini akan menciptakan
dominasi korporasi sehingga cenderung akan menciptakan liberalisasi pangan
yang beresiko terhadap kerawanan pangan.
SEMAKIN MENURUNNYA KONTRIBUSI PERTANIAN TERHADAP
PEREKONOMIAN
TRANSFORMASI STRUKTURAL YANG SALAH
No
Sub Sektor
Rumah Tangga Usaha Pertanian (000)
ST 2003
ST 2013
Perubahan
Absolut
%
Sektor Pertanian
31,232.18
26,135.47
(5,096.72)
(16.32)
Sub Sektor:
1 Tanaman Pangan
18,708.05
17,728.16
(979.89)
(5.24)
Padi
14,206.36
14,147.86
(58.49)
(0.41)
Palawija
10,941.92
8,624.23
(2,317.69)
(21.18)
2 Holtikultura
16,937.62
10,602.14
(6,335.48)
(37.40)
3 Perkebunan
14,128.54
12,770.57
(1,357.97)
(9.61)
4 Peternakan
18,595.82
12,969.21
(5,626.62)
(30.26)
5 Perikanan
2,489.68
1,975.25
(514.43)
(20.66)
Budidaya Ikan
985.42
1,187.60
202.19
20.52
Penangkapan Ikan
1,569.05
864.51
(704.54)
(44.90)
6 Kehutanan
6,827.94
6,782.96
(44.98)
(0.66)
7 Jasa Pertanian
1,846.14
1,078.31
(767.83)
(41.59)
BESARNYA PETANI GUREM
FAKTOR KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT
Variabel
Model 1
(Makanan + Non Makanan)
Model 2
(Makanan)
Konstanta
11.471
(8.618)
7.375
(5.894)
PDRB Perkapita (X1)
0.083
(1.185)
0.199
(3.070)
MYS (X2)
0.249
(0.610)
0.835
(2.240)
Kemiskinan (X3)
-0.278
(-3.080)
-0.013
(-0.154)
Produksi beras (X4)
-
-0.018
(-0.794)
R-Square
0.436
0.448
Durbin Watson
1.463
1.467
F
6.706
4.865
1 2 3 1InX
InX
InX
InY
1 2 3 42
InX
InX
InX
InX
InY
DAERAH RAWAN PANGAN
KETERGANTUNGAN TERHADAP IMPOR
Komoditi
2012
Per September 2013
Volume
(Ton)
Nilai
(US$. Juta)
Volume
(Ton)
Nilai
(US$. Juta)
Pangan
13,345,737
6,297
9,058,766
3,897
Holtikultura
2,138,764
1,813
1,296,374
1,261
Perkebunan
1,571,363
3,112
1,049,136
1,951
Peternakan
1,201,742
2,698
857,696
2,068
Total
18,257,606
13,920
12,261,971
9,177
IMPOR BEBERAPA KOMODITI
• Pembangunan Mega Proyek selalu menimbulkan konflik terhadap lahan. Ex.
Pembangunan KE di Malaysia; di Brasil; Thailand; Sungai Mekong dan lainnya.
• Studi Sophie Chao (2013) menunjukan banyak konflik lahan di Indonesia merupakan
konsekwensi dari banyaknya akuisisi lahan oleh pihak swasta dan lemahnya pengaturan
lahan karena maraknya praktek – praktek korupsi di system birokrasi terutama di institusi
pertanahan.
• Desain MP3EI adalah membuka peluang bagi swasta untuk akuisisi lahan masyarakat.
• Pembangunan infrastruktur dipacu dengan mengeluarkan UU No. 2/2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
• MP3EI diarahkan untuk mendorong pengembangan industry kelapa sawit, sector ini
merupakan penyumbang konflik lahan terbesar di Indonesia.
• MP3EI membingkai regulasi – regulasi yang selama ini menjadi penyebab munculnya
konflik lahan di Indonesia seperti UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, UU No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan
Batu Bara, UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, UU No. 18 tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, UU. No. 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau
– pulau Kecil, dan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI, INFRASTRUKTU DAN
PEMBEBASAN LAHAN
No Nama Proyek Jumlah Lahan Dibebaskan (Ha)
Status Proyek
Nilai Proyek (US$. Juta)
1 Pembangunan Rel Kereta Api Soekarno Hatta Int’ Airport – Manggarai 845 PPP 2.570
2 Pembangunan Terminal Gedebage 30 PPP 133
3 Revitalisasi Stasiun Kereta Api Yogyakarta 62,6 PPP 828,6
4 Pembangunan Jembatan Selat Sunda 1.740 PPP 25.000
5 Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung 975 PPP 353
6 Pembangunan Jalan Tol Tanjung Priuk 89,6 PPP 612,5
7 Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda 792 PPP 1.200 8 Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung – Palembang - Betung 893 PPP 836,1 9 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bekasi 0,8 PPP 20 10 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bali 8 PPP 218 11 Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Bogor – Depok 56 PPP 40 12 Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Surakarta 17 PPP 30 13 Pembangunan Pelabuhan Internasional Maloy – Kalimantan Timur 200 PPP 1.780 14 Perluasan Pelabuhan International Tanjung Priuk di Cilamaya, Kerawang 150 PPP 1.135 15 Perluasan Pelabuhan Internasional Tanjung Sauh – Batam 150 PPP 805 16 Pembangunan Bandara Internasional Baru di Bali 1.120 PPP 510 17 Pembangunan Bandara Internasional Kulonprogo 637 PPP 500 18 Pembangunan Rel Kereta Api Pulau Baai – Muara Enim 1.840 PPP 3.000
19 Pembangunan MRT Surabaya 392,8 PPP 1.170
20 Pembangunan Monorail Bandung 412,8 PPP 2.868
21 Pembangunan Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan 482,2 PPP 1.015
22 Pembangunan Jalan Tol Pandaan – Malang 300,9 PPP 420
23 Pembangunan Jalan Tol Pasir Koja – Soreang 120 PPP 47,2 24 Pembangunan Jakarta Sewage Treatment Plant 6,9 PPP 173,5 Sumber: Bappenas, 2013
KONFLIK LAHAN DI INDONESIA (STUDI KPA, 2013)
PENGUASAAN KORPORASI TERHADAP PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Luas Area Perkebunan Kelapa Sawit di
Indonesia
Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit di
Indonesia
CENGKRAMAN KORPORASI DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Perusahaan
Status Perusahaan
(Pemilik)
Luas Lahan
(Ha)
Astra Agro Lestari
Indonesia
272,994
Sinar Mas Group
Indonesia
278,400
IndoAgri
Indonesia
230,919
Wilmar Group
Singapura
186,623
PP London Sumatera Plantation
Indonesia
106,407
PTPN III
BUMN – Indonesia
105,290
PTPN IV
BUMN – Indonesia
136,737
PTPN V
BUMN – Indonesia
77,064
Bakrie Sumatera Plantation
Indonesia
103,288
Sampoerna Agro
Indonesia
114,827
Bumitama Agri
Singapura
113,383
Guthrie Berhad
Malaysia
221,685
Sime Darby
Malaysia
289,422
Tabung Haji Plantation
Malaysia
82,147
Kuala Lumpur Kepong
Malaysia
98,792
Golden Hope Plantation
Malaysia
12,883
Total
2,430,861
PETA KONFLIK LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(STUDI SAWIT WATCH)
MP3EI DAN CENGKRAMAN
• Rendahnya daya saing usaha di Indonesia diakibatkan oleh
minimnya infrastruktur (WEF, 2013).
• Keterbatasan APBN/APBD untuk membangun infrastruktur.
• Skema PPP bisa mengatasi persoalan pendanaan?
• PPP versi Indonesia v.s. PPP versi Malaysia.
• Bias pada sector swasta – peluang bagi swasta
mengeksploitasi sumberdaya alam.
• Rakyat dan lingkungan penerima efek terbesar.
• Maros Water Supply menjadi beban bagi konsumen karena
kenaikan biaya/tariff sedangkan Pemda tidak menerima bagi
hasil yang memadai.
PROYEK MP3EI DENGAN SKEMA PPP (FINAL)
1. Pembangunan Jalan Tol Tanjung Benoa – Bali : Kerusakan
lingkungan
2. Maros Water Supply : Kenaikan tariff dan memperkuat
cengkraman korporasi terhadap penyedian air bersih yang
sebenarnya kewajiban negara. Pemda tidak mendapatkan
penerimaan bagi hasil yang sesuai.
3. Lampung Water Supply : hilangnya hak – hak masyarakat
terhadap sumber air bersih di Lampung.
4. Umbulan Water Supply : beresiko terhadap penurunan debit
air dari sumber mata air Umbulan, kenaikan tariff, keuntungan
bagi penerimaan daerah
PROYEK PRIORITAS DAN STRATEGIS MP3EI DENGAN SKEMA PPP
No Nama Proyek Status
Proyek
Nilai Proyek (US$. Juta)
1 Pembangunan Rel Kereta Api Soekarno Hatta Int’ Airport – Manggarai PPP 2.570
2 Pembangunan Terminal Gedebage PPP 133
3 Revitalisasi Stasiun Kereta Api Yogyakarta PPP 828,6
4 Pembangunan Jembatan Selat Sunda PPP 25.000
5 Pembangunan Jalan Tol Manado – Bitung PPP 353
6 Pembangunan Jalan Tol Tanjung Priuk PPP 612,5
7 Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda PPP 1.200 8 Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung – Palembang - Betung PPP 836,1 9 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bekasi PPP 20 10 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bali PPP 218 11 Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Bogor – Depok PPP 40 12 Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir dan Pengolahan Sampah Surakarta PPP 30 13 Pembangunan Pelabuhan Internasional Maloy – Kalimantan Timur PPP 1.780 14 Perluasan Pelabuhan International Tanjung Priuk di Cilamaya, Kerawang PPP 1.135 15 Perluasan Pelabuhan Internasional Tanjung Sauh – Batam PPP 805 16 Pembangunan Bandara Internasional Baru di Bali PPP 510 17 Pembangunan Bandara Internasional Kulonprogo PPP 500 18 Pembangunan Rel Kereta Api Pulau Baai – Muara Enim PPP 3.000
19 Pembangunan MRT Surabaya PPP 1.170
20 Pembangunan Monorail Bandung PPP 2.868
21 Pembangunan Jalan Tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan PPP 1.015
22 Pembangunan Jalan Tol Pandaan – Malang PPP 420
23 Pembangunan Jalan Tol Pasir Koja – Soreang PPP 47,2 24 Pembangunan Jakarta Sewage Treatment Plant PPP 173,5 Sumber: Bappenas, 2013