• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL. SULIS DIANA, M.Kes ELYANA MAFTICHA, S.ST, MM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL. SULIS DIANA, M.Kes ELYANA MAFTICHA, S.ST, MM."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL

SULIS DIANA, M.Kes ELYANA MAFTICHA, S.ST, MM.

(2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Lingkupan Hak Cipta: Pasal 2

Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatas menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana: Pasal 72

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000, 00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000, 00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000, 00 (lima ratus juta rupiah)

(3)

BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL

SULIS DIANA, M.Kes ELYANA MAFTICHA, S.ST, MM.

(4)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL Copyright © Sulis Diana, Elyana Mafticha Penulis: Sulis Diana, Elyana Mafticha Editor: Riza Perdana

Penata Letak: Muhammad Satria Aji Penata Sampul: Raditya Pramono

Sebagian materi sampul bersumber dari internet CV KEKATA GROUP

Kekata Publisher

kekatapublisher@gmail.com www.kekatapublisher.com Facebook: Kekata

Perum Triyagan Regency Blok A No 1, Mojolaban Cetakan Pertama, Maret 2017

Surakarta, Kekata Publisher, 2017 xii+130 hal; 14,8×21 cm

ISBN: 978-602-6613-33-2 Katalog Dalam Terbitan

Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa atas terselesaikannya buku dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Risiko Tinggi. Buku ini merupakan hasil penelitian Pemenang Hibah Penelitian Dosen Pemula yang didanai oleh Dikti dan digunakan sebagai buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil. Rasa terima kasih yang tak terhingga kami tujukan kepada:

1. Direktorat P2M Dirjen Dikti yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian berupa pemberian dana penelitian. 2. Koordinator Kopertis VII yang telah memberikan bimbingan

dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai dengan pelaksanaan penelitian

3. Kesbanglinmas Kab. Mojokerto atas ijinnya menggunakan Wilayah Kab. Mojokerto sebagai Tempat Penelitian.

4. Direktur Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto atas ijinnya sebagai tempat penelitian.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto atas ijinnya menggunakan wilayah sebagai tempat penelitian.

Buku ini sangat penting untuk dibaca bagi ibu hamil, calon ibu, suami, dan masyarakat umum. Buku ini membantu menyembuhkan hipertensi dengan pengobatan herbal yang aman untuk ibu hamil dan bayinya. Bahan-bahan juga sangat mudah didapat. Kami sangat menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, masukan dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan lebih lanjut.

Mojokerto, Maret 2017 Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN RISIKO TINGGI HIPERTENSI ... 1

A. Pendahuluan ... 4

B. Konsep Teori Kehamilan ... 4

C. Konsep Hipertensi ... 10

D. Konsep Hipertensi dalam Kehamilan ... 15

E. Konsep Deep Breathing Relaxation Teraphy ... 70

F. Kerangka Konseptual ... 75

BAB II ANALISIS DAN SINTESIS ... 77

A. Yoghurt dan Tekanan Darah ... 78

B. Kalium dan Tekanan Darah ... 78

C. Kalsium dan Tekanan Darah ... 81

D. Magnesium dan Tekanan Darah ... 84

E. Pengaruh Deep Breathing Relaxation Therapy terhadap Tekanan Darah ... 86

F. Pelaksanaan Deep Breathing Relaxation Therapy ... 94

(7)

vii DAFTAR PUSTAKA ... 124 GLOSARIUM ... 128 BIODATA PENULIS ... 130

(8)

viii

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL RISIKO-RISIKO TINGGI DALAM KEHAMILAN

PRODI D III KEBIDANAN POLTEKKES MAJAPAHIT MOJOKERTO Mata Kuliah : Asuhan Kehamilan

Kode Mata Kuliah : BD 302

Program studi : D III Kebidanan

Bobot : 5 SKS (T: 2, P: 3)

Semester : III

Mata kuliah Prasyarat :

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan

2. Biologi Dasar dan Biologi Perkembangan 3. Kesehatan Reproduksi

TINJAUAN MATA KULIAH

Tujuan Mata Kuliah : Memberi pemahaman kepada mahasiswa tentang risiko tinggi asuhan persalinan pada ibu hamil Hipertensi. a. Diskripsi Singkat Mata Kuliah : Mata kuliah ini akan

memberikan gambaran realistik apa yang harus dikerjakan para bidan ketika menghadapi ibu hamil risiko tinggi dengan hipertensi yang sedang akan masuk tahap persalinan, berbagai keterampilan yang harus diterapkan pada siswa untuk memberikan asuhan kebidanan dan berbagai standar kinerja suatu profesi. Materi dalam mata kuliah ini membahas tentang pengetahuan penanganan hipertensi dengan cara non farmakologi.

Mahasiswa akan diajarkan materi tentang pengobatan alternatif/non farmakologi (yoghurt, napas dalam dan seduhan teh rosella) untuk penurunan tekanan darah. Mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsep asuhan non farmakologi tersebut. Selain melalui kuliah di kelas, mahasiswa akan melakukan praktikum penyajian dan analisis data menggunakan laboratorium untuk membuat yoghurt, latihan napas dalam,

(9)

ix dan seduhan teh rosella. Berdasarkan modul dan kemudian mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah secara mandiri. Masalah-masalah tersebut akan diambil dari masalah nyata dari lapangan, atau masalah yang dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah di bidang kesehatan masyarakat. Bagi seseorang yang akan bekerja sebagai bidan di masyarakat akan mendapatkan permasalahan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, bidan harus siap menghadapi permasalahan ketika mendapatkan ibu hamil risiko tinggi.

b. Manfaat Mata Kuliah bagi Mahasiswa

Mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir diperlukan dalam kurikulum pendidikan bidan untuk mendukung pencapaian standar kompetensi profesi bidan, yaitu: “Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat”. Sehingga diharapkan dengan keterampilan identifikasi diagnosis, penyajian data dan analisis serta mahasiswa mampu melakukan evaluasi yang terhadap pengelolaan pelayanan ibu hamil dengan risiko tinggi. pelaksanaan pencatatan, dan pelaporan serta pemantauan kesehatan ibu dan anak melalui PWS-KIA sehingga dapat menemukan inti masalah dan cara pemecahan yang efektif dengan mengintervensi keterkaitan antara variabel pelayanan tersebut.

c. Petunjuk Penggunaan Buku Ajar

Modul pembelajaran ini akan berfungsi dengan baik jika didampingi dengan buku petunjuk praktikum dan/atau buku lembar kerja yang disusun berdasarkan kompetensi-kompetensi kritis dalam ilmu kebidanan yang diperlukan sebagai prasyarat untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh bidan profesional. Oleh karena itu, dalam mempelajari modul ini, setiap tahap kegiatan belajar sebaiknya diikuti dengan kegiatan praktikum dan penugasan, menggunakan buku

(10)

x

petunjuk praktikum dan/atau buku lembar kerja yang telah tersedia. Dalam mempelajari modul ini, hendaknya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mempelajari dengan saksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan, sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. 2. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa

tugas. Tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya.

3. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci jawaban yang tertera di bagian akhir setiap kegiatan belajar.

4. Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan belajar tahap berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali, baru melaksanakan tes formatif lagi.

5. Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu dilakukan konsultasi khusus dengan dosen.

Diharapkan agar petunjuk-petunjuk di atas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga para mahasiswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan. Perlu diingat bahwa sumber belajar untuk

(11)

xi “Student Centered Learning” bersifat multi dimensi, sehingga diperlukan sumber-sumber belajar lain yang dapat mendukung sumber belajar ini. Karena di samping learning

source by design (seperti modul ini), seharusnya digunakan

pula learning source by utilization yang banyak kita dapatkan di lingkungan sekitar kita. SCL juga mengandalkan keragaman model pembelajaran, sehingga model-model pembelajaran inovatif lainnya yang mungkin belum diintegrasikan dalam modul ini dapat pula digunakan untuk mendukung terwujudnya capaian pembelajaran.

d. Standar Kompetensi : Memahami tentang konsep dasar asuhan kehamilan risiko tinggi hipertensi secara non farmakologi.

e. Kompetensi Dasar:

1. Menjelaskan pengertian hipertensi dalam kehamilan.

2. Menjelaskan pengobatan non farmakologi hipertensi dalam kehamilan.

3. Menjelaskan tentang yoghurt. 4. Menjelaskan tentang napas dalam. 5. Menjelaskan tentang seduhan teh rosella.

(12)
(13)

BAB I

KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN

RISIKO TINGGI HIPERTENSI

(14)

2 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

a. Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kehamilan risiko tinggi secara non farmakologi.

b. Indikator :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kehamilan 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian hipertensi 3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep hipertensi

dalam kehamilan.

4. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi hipertensi dalam kehamilan.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan terapi antihipertensi untuk ibu hamil.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan terapi secara farmakologi.

7. Mahasiswa mampu menjelaskan terapi secara non farmakologi.

Gambaran Umum Materi : Konsep dasar asuhan kehamilan risiko tinggi dengan hipertensi yang meliputi pembahasan tentang mahasiswa mampu menjelaskan pengertian hipertensi, mahasiswa mampu menjelaskan konsep hipertensi dalam kehamilan, mahasiswa mampu menyebutkan etiologi hipertensi dalam kehamilan, mahasiswa mampu menjelaskan terapi antihipertensi untuk ibu hamil, mahasiswa mampu menjelaskan terapi secara farmakologi, mahasiswa mampu menjelaskan terapi secara non farmakologi. Materi ini merupakan dasar yang harus dikuasai oleh mahasiswa sebelum melanjutkan pemahaman pada materi selanjutnya. Pertanyaan tentang mengapa bidan sebagai tenaga profesional asuhan kehamilan perlu mempelajari mungkin akan selalu terngiang dalam pemikiran mahasiswa. Meskipun tugas bidan adalah

(15)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 3 memberikan pelayanan kepada ibu hamil, memantau perkembangan kehamilan ibu serta memonitoring status kesehatan bayi dan balita sudah cukup berat dan membutuhkan semangat yang ekstra kuat dalam mempelajari materi, namun harus mampu untuk menolong persalinan yang patologi.

c. Relevansi terhadap Pengetahuan Mahasiswa

Seorang bidan hendaknya menguasai seluruh kompetensi kebidanan dengan baik. Beberapa di antaranya yang harus dikuasai jika mahasiswa menguasai konsep dasar kehamilan, persalinan, dan nifas. Selain itu untuk menangani kasus asuhan kebidanan yang patologi bidan harus menguasai materi dasar agar dapat memberikan asuhan kehamilan dengan benar dan tidak terjadi komplikasi baik bagi ibu ataupun janinnya. Seorang mahasiswa yang menguasai konsep dasar kehamilan dengan baik akan mampu mengambil keputusan dan tindakan yang tepat. Oleh sebab itu, maka, asuhan kehamilan hendaknya disayangi oleh semua mahasiswa jika saudara menyayangi profesi bidan. Sehingga Program Pemerintah untuk mencegah kematian ibu dan bayi sehingga menurunkan angka kematian ibu bisa turun.

(16)

4 | Sulis Diana & Elyana Mafticha A. Pendahuluan

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 515% penyulit kehamilan (Sarwono, 2010). Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2011) proporsi kasus untuk hipertensi esensial (primer) pada perempuan adalah 57,62. Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007, dalam Hernawati, 2011). Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah kebidanan yang belum dapat dipecahkan dengan tuntas (Fadlun, Achmad Feryanto, 2012:49).

Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian (Cunningham et al., 2010: 653). Penggunaan terapi antihipertensi masih menuai kontroversi, karena metode ini tidak berhasil meningkatkan hasil akhir bagi ibu atau janin secara bermakna (Fraser dan Cooper, 2011). Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia (Sarwono, 2010: 542).

Salah satu tindakan yang dapat diberikan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan pengobatan non farmakologi (yoghurt). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (diet). Penatalaksanaan non farmakologis sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Yogiantoro, 2006). Penurunan tekanan darah ibu akibat terapi farmakologi dapat merugikan pertumbuhan janin (Cunningham dkk., 2005: 653).

B. Konsep Teori Kehamilan a. Definisi Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dan saat

(17)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 5 fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2010).

Kehamilan yaitu dimulainya dari hari pertama haid terakhir (HPHT) atau Last Menstruasi Period (LMP) sampai permulaan dan persalinan yang sebenarnya yaitu 280 hari, 40 minggu, 9 bulan 7 hari (Hani, 2010). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Dewi, 2011).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo. 2009).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Tresnawati, F. 2012).

b. Etiologi

Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi terjadinya gamet (telur dan sperma), Ovulasi (pelepasan telur), penggabungan antara sel telur dan

sperma, kemudian embrio berimplantasi di dalam uterus

(18)

6 | Sulis Diana & Elyana Mafticha 1) Ovum

Ovum dianggap subur setelah ovulasi selama

24 jam. Pada waktu ovulasi sel telur yang sudah matang akan dilepas dari ovarium. Gerakan menyapu oleh frimbria tuba uteri dan ditangkap oleh

infundibulum. Selanjutnya akan masuk ke dalam amnulae dan ovum yang mungkin ditangkap infundibulum tuba yang berlawanan yang disebut

dengan midrasi eksterna. Ovum dapat dibuahi dalam 12 jam setelah ovulasi dan akan mati apabila tidak segera dibuahi selama 12 jam (Kusmiyati dkk., 2009). 2) Spermatozoa

Spermatozoa dapat mencapai di ampula

sekitar satu jam dan ampula merupakan temapat

fertilisasi. Hanya beberapa ratus sperma yang akan

mencapai tempat ini. Sprema hanya bisa bertahan sampai empat hari, sprematozoa dibagi menjadi 3 antara lain:

a) Kaput b) Ekor

c) Bagianstilindrik (gabungan badan dan ekor ) (Kusmiyati dkk.,2009).

3) Fertilisasi

Merupakan terjadinya pertemuan antara sel mani dan sel telur dan terjadi hanya di ampula tuba. Syarat kehamilan: spermatozoa, ovum, pembuahan

ovum, dan nidasi hasil dari konsepsi. Dengan adanya fertilisasi ovum akan menjadi premukleus betina dan spermatozoa melepas ekornya menjadi promukleus

jantan dan akhirnya keduanya melebur di tengah-tengah sitoplasma sel telur dan terjadinya zigot, awal sebuah kehidupan baru manusia (Kusmiyati dkk., 2009).

(19)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 7 4) Nidasi (Implantasi)

Nidasi merupakan tertanamamnya sel telur

yang sudah dibuahi ke dalam endrometrium. Sel telur yang sudah dibuahi akan membelah diri berbentuk bola pada padat yang terdiri dari sel-sel yang disebut

blastomer. Pada hari ke-3 bola tersebut berdiri 16 sel blastomer disebut morula. Pada hari ke-4 di dalam

bola tersebut terbentuk rongga yang disebut blastula (Kusmiyati dkk., 2009).

Terjadinya kehamilan antara lain:

a) Pembuahan terjadinya pertemuan antar sel telur dengan spermatozoa pria.

b) Zigot (pembelahan sel dari hasil pembuhan tersebut).

c) Nidasi terjadinya implantasi pada lapisan dinding kavum uteri pertumbuhan dan perkembangan zigot, embrio, janin menjadi individu baru (Sukarni K and ZH, 2013). 5) Proses

Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahann (konsepsi). Pembuahan atau konsepsi sering disebut fertilisasi. Fertilisasi adalah penyatuan sperma laki-laki dengan ovum perempuan. Spermatozoa merupakan sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang sehingga memungkinkan untuk bergerak ke dalam media cair dan dapat mempertahankan fertilisasinya selama 2 sampai 4 hari. Sel telur (ovum) akan hidup maksimal 48 jam setelah ovulasi. Oleh karena itu agar fertilisasi berhasil, senggama harus dilakukan dalam waktu 5 hari di sekitar ovulasi.

Pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang distimulasi oleh hormon estrogen ini terjadi di sepertiga saluran telur (tuba fallopi). Sementara

(20)

8 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

penghambatan pertemuan antara sel telur dengan sel sperma pada dua per tiga bagian dari saluran telur dilakukan oleh hormon progesterone. Pada saat ovulasi, ovum akan didorong keluar dari folikel deGraf dan kemudian ditangkap oleh fimbriae. Jutaan sperma harus berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke tuba fallopi. Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma dihancurkan oleh mucus (lender) asam di vagina, uterus, dan tuba fallopi. Di antara beberapa sel sperma yang bertahan hidup, hanya satu yang dapat masuk menembus dan membuahi ovum. Setelah terjadi pembuahan, membran ovum segera mengeras untuk mencegah sel sperma lain masuk.

Proses pembuahan tidak lepas dari sistem reproduksi pria dan wanita. Reproduksi atau seksualitas adalah suatu karakter yang menjadi bagian dari manusia dan dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikologis individu. Pembuahan akan dimulai dengan terbentuknya zigot setelah inti sel telur bertemu dengan inti sel sperma. Sel sperma akan mengeluarkan tiga enzim utama yaitu corona

penetrating enzyme (CPE), akrosin, dan hialuronidase.

Setelah satu sel sperma masuk, maka sel telur akan membentuk membran (selaput) proteksi (perlindungan) agar sel sperma yang ke-2 (sel sperma yang lainnya) tidak dapat lagi menembus sel telur (membran ovum mengeras). Persaingan (kompetisi) sangat sportif, dimana 40% sel sperma mati, 30% sel sperma abnormal, 30% bersaing antara 15% sel sperma ke ovum kanan dan atau ke ovum kiri sampai akhirnya sel sperma tinggal 2,5% yang akan membuahi ovum (dibutuhkan hanya 1 sel sperma untuk membuahi ovum).

(21)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 9 Ovum yang sudah dibuahi (zigot) memerlukan waktu 6 sampai 8 hari untuk berjalan ke dalam uterus. Selama perjalanan tersebut, zigot berkembang melalui pembelahan sel yang sederhana setiap 12 sampai 15 jam sekali, namun ukurannya tidak berubah. Ketika mencapai uterus, zigot yang merupakan massa sel disebut morula kemudian terpisah menjadi dua lapisan yaitu massa sel luar dan massa sel dalam yang disebut blastokist. Sekitar 10 hari setelah terjadi fertilisasi ovum, blastokist akan menanamkan dirinya dalam endometrium yang disebut dengan implantasi. Begitu implantasi terjadi, lapisan uterus (desidua) akan menyelimuti blastokist dan kehamilan terbentuk.

Massa sel luar dari blastokist disebut trofoblast. Trofoblast ini akan melekatkan ovum pada desidua dan berkembang menjadi plasenta serta korion. Dinding massa sel dalam akan berkembang menjadi embrio, tali pusat, dan amnion. Selanjutnya sel-sel trofoblast menyekresikan hormon sendiri yaitu

choronic gonadotrophin hormone (HCG) ke dalam

aliran darah ibu yang hamil tersebut. Pengukuran HCG dalam urine merupakan pemeriksaan pertama menegakkan kehamilan.

Jika ovum yang sudah masak tidak dibuahi oleh sperma, jaringan penyusun dinding rahim yang telah menebal dan mengandung banyak pembuluh darah akan rusak dan luruh/runtuh. Bersama-bersama dengan ovum yang tidak dibuahi, jaringan tersebut dikeluarkan dari tubuh lewat vagina dalam proses yang disebut menstruasi (haid) (Hutahaean. 2013).

(22)

10 | Sulis Diana & Elyana Mafticha C. Konsep Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan sistole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal (tekanan sistole di atas 140 mmHg, di atas 90 mmHg) (Murwani, 2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat (Wikipedia, 2013). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang langsung secara terus menerus (Brashers, 2007).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat sistemik atau berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu yang lama. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui proses yang berlangsung cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan tinggi permanen yang disebut hipertensi (Lingga, 2012).

b. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Sering disebut juga hipertensi idiopatik dan terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang memengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2000; Brunner & Suddarth, 2001 dan Rusdi, 2009).

Golongan hipertensi lainnya yaitu hipertensi sekunder atau hipertensi renal yang terdapat sekitar 5 % kasus.

(23)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 11 Penyebabnya seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan, dan lain sebagainya (Schrier, 2000; Brunner & Suddarth, 2001 dan Rusdi, 2009).

Sekitar 90% penyebab hipertensi belum diketahui dengan pasti yang disebut dengan hipertensi primer atau esensial. Sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal serta penyebab lain (Muttaqin, 2009).

c. Faktor Risiko Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Sedangkan, faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti merokok, obesitas, obat-obatan, stres, aktivitas fisik, dan asupan (Gray et al., 2005 dan Rusdi, 2009).

d. Gejala Klinis Hipertensi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan perawatan hipertensi dapat menurunkan

(24)

12 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

jumlah morbiditas dan mortalitas (Brunner & Suddarth, 2001; Julius, 2008; dan Rusdi, 2009).

e. Patofisiologi Hipertensi

Kaplan menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yaitu curah jantung dan tahanan perifer. Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap kenormalan tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil dan jika terjadi peningkatan konsentrasi yang lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol dan menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray, et al. 2005).

Selain pengaruh curah jantung dan tahanan perifer, faktor lain yang berperan dalam pengendalian tekanan darah antara lain sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom, disfungsi endothelium, substansi vasoaktif, hiperkoagulasi, serta disfungsi diastolic (Gray et al., 2005).

Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam memengaruhi curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Hal lain yang ikut dalam pengaturan tekanan darah adalah refleks baroreseptor dengan mekanis di bawah ini. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya menurun (vasokonstriksi), tahanan perifer meningkat. Bila diameternya meningkat (vasodilatasi) tahanan perifer akan menurun (Mutaqqin, 2009).

Bagi kebanyakan orang dengan hipertensi esensial (primer), peningkatan resistensi terhadap aliran darah (resistensi perifer total) bertanggung jawab atas tekanan yang tinggi itu sementara curah jantung tetap normal. Ada bukti bahwa beberapa orang muda yang menderita

(25)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 13 prahipertensi atau “hipertensi perbatasan” memiliki curah jantung yang tinggi, denyut jantung meningkat, dan resistensi perifer yang normal. Kondisi ini disebut sebagai hipertensi perbatasan hiperkinetik. Para penderita ini mengembangkan fitur yang khas dari hipertensi esensial tetap di kemudian hari saat curah jantung menurun dan resistensi perifer meningkat seiring bertambahnya usia. Masih diperdebatkan apakah pola ini biasa dialami oleh semua orang yang pada akhirnya mengalami hipertensi. Peningkatan resistensi perifer pada hipertensi tetap terutama disebabkan oleh penyempitan struktur arteri dan arteriol kecil. Penurunan jumlah atau kepadatan pembuluh kapiler juga bisa ikut berperan dalam resistensi perifer. Hipertensi juga dikaitkan dengan penurunan kelenturan vena perifer, yang bisa meningkatkan venous return (volume darah yang kembali ke jantung), meningkatkan preload jantung, dan akhirnya menyebabkan disfungsi diastolik. Masih belum jelas apakah peningkatan konstriksi aktif pembuluh darah memegang peranan dalam hipertensi esensial (Wikipedia, 2013).

f. Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah penyakit ginjal kronis, penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal jantung), otak (stroke, Transient Ischemic Attack/TIA), penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2006).

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stres oksidatif, down

regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain.

(26)

14 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekskresi Transforming

Growth Factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006).

g. Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (diet). Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Yogiantoro, 2006).

Tujuan dari penatalaksanaan diet, antara lain membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal, mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral, menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah, mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan diabetes melitus (Yogiantoro, 2006).

Cara Menurunkan Tekanan Darah Tinggi pada Ibu Hamil 1. Diet pola makan

Penyebab hipertensi umumnya adalah akibat pola diet dalam hal ini pola makan yang tidak baik. Beberapa makanan seperti makanan yang mengandung banyak lemak dan tinggi garam seperti makanan fast food termasuk salah satu faktor menyebabkan mudahnya ibu hamil mengalami hipertensi. Oleh karenanya, ibu hamil sebaiknya menhindari dulu mengkonsumsi makanan seperti itu, jika mungkin terasa berat, ibu hamil boleh mencoba mengurangi porsi atau frekuensi makan makanan tersebut secara perlahan-lahan dulu.

Makanan tinggi lemah memiliki molekul besar dan di dalam darah akan terbawa sesuai dengan aliran darah.

(27)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 15 Akibatnya kandungan lemak jahat kemudian akan terakumulasi menyebabkan trombosis pada pembuluh darah. Dimana pembuluh darah akan terkumpul plak-plak lemak di sepanjang dindingnya, sehingga dalam waktu panjang akan membuat aliran darah menjadi sempit. Teorinya mirip seperti saluran selang yang memiliki lubang sempit cenderung memiliki arus air yang deras dibanding dengan selang dengan lubang yang besar. Mekanisme tersebut menyebabkan terjadinya hipertensi bahkan bisa menyebabkan stroke.

Pola konsumsi garam atau makanan cepat saji banyak juga menggunakan penyedap rasa tambahan. Akibatnya makanan-makanan tersebut mengandung banyak sekali geram natrium. Sifat garam natrium adalah menarik cairan sehingga menjadi bertumpuk. Akibatnya dalam sistem sirkulasi darah, natrium akan menarik cairan ke dalam sirkulasi darah dan menyebabkan jumlah cairan yang banyak dan terjadi kenaikan tekanan cairan dalam spekulasi terhadap pembuluh darah.

Oleh sebab itu, bagi ibu hamil sebaiknya mengurangi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan mengandung garam yang banyak terutama paling sering seperti makananan cepat saji atau

fast food. Ibu hamil sebaiknya mulai mengganti cemilan

dengan buah-buahan, atau menambahkan buah-buahan dalam menu makanan, sehingga membuat makanan lebih sehat serta memberikan rasa kenyang sebagai pengganti ngemil terutama ngemil makanan atau snack yang mengandung banyak penyedap rasa

D. Konsep Hipertensi dalam Kehamilan 1. Pengertian

Hipertensi pada kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik

(28)

16 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

≥90 mmHg. Signifikasi setiap pengukuran tekanan darah berhubungan dengan usia gestasi dalam kehamilan dan umumnya semakin awal hipertensi terjadi dalam kehamilan, semakin besar kemungkinan hipertensi tersebut menjadi kronis, (Robson dan Waugh, 2011: 28).

Hipertensi pada kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Signifikasi setiap pengukuran tekanan darah berhubungan dengan usia gestasi dalam kehamilan dan umumnya semakin awal hipertensi terjadi dalam kehamilan, semakin besar kemungkinan hipertensi tersebut menjadi kronis, (Robson dan Waugh, 2011: 28).

Hipertensi kronis adalah hipertensi yang diketahui sebelum kehamilan atau peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg sebelum usia gestasi 20 minggu, dan berlanjut hingga 6 minggu setelah melahirkan (Fraser dan Cooper, 2009).

Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang terjadi tanpa tanda lain pre-eklamsia. Didiagnosis jika setelah beristirahat, tekanan darah ibu meningkat >140/90 mmHg pada sedikitnya dua kali pemeriksaan, tidak lebih dari 1 minggu setelah minggu ke-20 kehamilan pada wanita yang diketahui normotensif. Hipertensi yang didiagnosis untuk pertama kalinya pada kehamilan dan tidak membaik pada masa pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi gestasional (Fraser dan Cooper, 2009). Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria (Cunningham, 2005). Kadang-kadang tekanan darah tinggi sudah muncul sebelum kehamilan. Dalam kasus lain, tekanan darah tinggi menjadi semakin berkembang selama kehamilan. Beberapa di antara yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:

(29)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 17 Tabel 1. Jenis Tekanan Darah Tinggi

Jenis tekanan darah tinggi

Keterangan dari jenis tekanan darah tinggi

Hipertensi

gestasional

Wanita dengan hipertensi gestasional biasanya

mengalami tekanan darah tinggi setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada protein yang berlebih dalam urine atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ. Beberapa wanita hamil dengan hipertensi gestasional akhirnya darah tingginya

berkembang menjadi pre-eklamsia. Hipertensi kronis Hipertensi kronis adalah tekanan

darah tinggi yang ada sebelum kehamilan atau terjadi sebelum 20 minggu kehamilan. Tetapi karena tekanan darah tinggi, biasanya tidak memiliki gejala, mungkin akan sulit untuk menentukan kapan terjadinya tekanan darah tinggi ini.

Hipertensi kronis dengan pre-eklamsia

Kondisi ini terjadi pada wanita dengan tekanan darah tinggi kronis sebelum kehamilan yang kemudian berkembang bertambah buru. Tekanan darah tinggi ini disertai dengan ditemukannya protein dalam urine atau adanya komplikasi lain selama kehamilan. Preeklamsia Kadang-kadang hipertensi kronis

(30)

18 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

menyebabkan preeklamsia.

Komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan pada sistem organ lain biasanya setelah 20 minggu kehamilan.

Jika tidak diobati, preeklampsia dapat menyebabkan hal yang serius bahkan fatal seperti komplikasi bagi ibu dan bayi. Sebelumnya,

preeklamsia didiagnosis ketika seorang wanita hamil memiliki tekanan darah tinggi dan ditemukan protein dalam urinnya. Namun, para ahli sekarang tahu bahwa itu bisa terjadi preeklamsia, meski tidak memiliki tanda-tanda protein dalam urine.

Preeklamsia kadang-kadang berkembang tanpa gejala. Tekanan darah tinggi dapat berkembang secara perlahan, namun lebih sering terjadi secara mendadak.

Pemantauan tekanan darah adalah bagian penting dari perawatan kehamilan, karena tanda pertama preeklampsia umumnya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dari 140/90 (mm Hg) atau lebih besar. Tekanan darah tinggi selama kehamilan menimbulkan berbagai risiko, di antaranya:

(31)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 19 a. Penurunan aliran darah ke plasenta

Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah bayi akan kekurangan oksigen dan gizi ibu hamil yang dikonsumsi, sehingga asupan menjadi lebih sedikit. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi lambat, sehingga dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah atau kemungkinan untuk lahir prematur. Prematur sendiri dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada bayi.

b. Placental abruption

Preeklamsia sendiri dapat meningkatkan risiko placental abruption, di mana plasentanya terpisah dari dinding dalam rahim sebelum kelahiran. Abruption parah dapat menyebabkan perdarahan berat dan kerusakan pada plasenta, yang dapat mengancam jiwa ibu dan perkembangan janin. c. Persalinan prematur

Dalam proses kehamilan, kesadaran dan perawatan pada awal kehamilan diperlukan untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam nyawa karena persalinan yang prematur.

d. Penyakit kardiovaskular di masa depan Mengalami preeklampsia meningkatkan risiko jantung dan menyebabkan penyakit pembuluh darah di masa depan (kardiovaskular). Risiko ini bisa menjadi lebih besar jika seorang ibu sudah memiliki preeklampsia lebih dari sekali atau sudah pernah mengalami kelahiran prematur. Untuk meminimalkan risiko ini, setelah melahirkan seorang ibu hamil dapat

(32)

20 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

mencoba untuk menjaga berat badan ideal, makan berbagai buah-buahan dan sayuran, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok.

Seorang wanita dikatakan mengalami hipertensi pada kehamilan jika tekanan darahnya di atas 140/90 mm Hg. Ada beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan, antara lain hipertensi kronik, hipertensi kronik dengan praeklamsia, hipertensi gestasional, praeklamsia dan eklamsia.

a. Hipertensi kronik. Jika hipertensi terjadi sebelum Anda hamil atau lima bulan sebelum hamil, maka kondisi tersebut disebut hipertensi kronik. Kebanyakan wanita tidak mengetahui dirinya mengalami hipertensi kronik karena memang tidak menyebabkan gejala. Tanpa disadari hal tersebut akan terbawa ketika Anda hamil.

b. Hipertensi kronik dengan praeklamsia. Ini adalah kondisi ketika hipertensi kronik tidak ditangani dengan baik atau telah memburuk sehingga lanjut hingga saat hamil. Protein juga ditemukan pada urine Anda.

c. Hipertensi gestasional. Anda mengalami hipertensi jenis ini ketika tekanan darah Anda meningkat setelah lima bulan kehamilan. Tidak ada kandungan protein pada urine atau tanda-tanda rusaknya organ pada tubuh ketika Anda mengidap hipertensi gestasional.

d. Praeklamsia. Tiga kondisi yang telah disebutkan di atas berpotensi berubah menjadi preeklamsia, terutama jika tidak ditangani dengan benar. Kondisi ini adalah adanya tekanan darah tinggi yang menyebabkan rusaknya organ pada tubuh dan ditemukannya protein dalam urine. Biasanya kondisi ini terjadi setelah lima bulan kehamilan. e. Tanda-tanda Anda masuk ke tahapan ini adalah merasakan

sakit kepala yang tidak tertahankan, nyeri perut bagian atas sebelah kanan, mual, muntah, sesak napas, penglihatan

(33)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 21 memudar, jumlah urine menurun, kadar trombosit menurun, atau organ hati tidak berfungsi dengan baik. f. Eklamsia. Eklamsia terjadi ketika ibu hamil dengan kondisi

praeklamsia mengalami kejang-kejang. Ini adalah kondisi terparah terkait hipertensi dalam kehamilan.

Tekanan darah tinggi dan kehamilan tidak selalu berarti kondisi yang berbahaya. Inilah yang perlu diketahui ibu hamil agar lebih meningkatkan kesadaran merawat diri sendiri. Jika seorang ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) selama kehamilan apakah membutuhkan perawatan khusus? Berikut ini, kita ulas penjelasan pakar dari Society of Obstetric

Medicine. Inilah yang akan dibahas kali ini.

Pre-eklamsia–merupakan hipertensi yang didiagnosis berdasarkan proteinuria, jika proteinuria >1+ada pemeriksaan dipstik atau >0,3g/L protein dalam pesimen urine tangkapan bersih yang diperiksa secara acak atau eksresi 0,3 g protein / 24 jam. Jika tidak terdapat proteinuria, dicurigai terjadi pre-eklamsia jika hipertensi disertai dengan gejala, seperti sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri abdomen/epigastrik, atau perubahan biokimia, terutama jumlah trombosit yang rendah dan kadar enzim hati yang tidak normal (seperti Alanin Aminotransferase (ALT), Asparat Aminotrasferase (AST), dan Gamma Glutamil Transpeptidase (GGT)). Tanda-tanda dan gejala tersebut yang disertai tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg dan proteinuria 2+ atau 3+ dengan dipstik menunjukkan bentuk penyakit yang lebih berat (Fraser dan Cooper, 2009).

Eklamsia–didefinisikan sebagai awitan baru konfulsi selama

kehamilan atau pascapartum yang tidak berkaitan dengan kondisi patologis serebral yang terjadi pada ibu yang menderita pre-eklamsia (Fraser dan Cooper, 2009).

Pre-eklamsia yang terjadi pada hipertensi kronis–hal ini dapat terjadi pada ibu yang mengalami hipertensi sejak sebelum kehamilan (<20 minggu) yang menderita; Proteinuria baru (>0,3

(34)

22 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

g/24 jam), peningkatan tiba-tiba hipertensi yang sudah ada sebelumnya dan proteinuria, trombositopenia, serta enzim hati abnormal (Fraser dan Cooper, 2009).

Peningkatan tambahan pada tekanan darah tidak termasuk dalam sistem klasifikasi ini. Namun demikian, National High Blood

Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (2000) menyatakan bahwa ibu yang mengalami

peningkatan tekanan darah sistolik 30mmHg atau diastolik 15 mmHg memerlukan observasi ketat, terutama jika terjadi juga proteiuria dan hiperurikemia (peningkatan kadar asam urat) (Fraser dan Cooper, 2009).

Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan kesakitan pada ibu termasuk kejang eklampsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut dan penggumpalan atau pengentalan darah di dalam pembuluh darah, pada janin dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur (Fadlun dan Feryanto, 2012:49).

Praeklamsia lebih berpotensi terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil, mengandung pada usia muda (di bawah 20 tahun) atau mengandung pada usia tua (di atas 40 tahun), memiliki ibu (kandung atau mertua) atau saudara dengan riwayat penyakit hipertensi terkait kehamilan, memiliki kelebihan berat badan, mengandung bayi kembar, atau memiliki riwayat penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau masalah ginjal.

Dampak negatif yang timbul akibat hipertensi yang tidak ditangani dengan baik, bisa berdampak negatif bagi bayi dan Anda sendiri.

a. Aliran darah ke plasenta berkurang. Kondisi ini bisa membuat bayi dalam kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.

b. Pertumbuhan janin terhambat. Janin yang tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi bisa menghambat proses

(35)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 23 pertumbuhan janin, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau lahir secara prematur.

c. Kelahiran prematur. Demi menyelamatkan nyawa Anda dan si Kecil, kadang dokter akan menyarankan kelahiran bayi secara prematur. Caranya dengan jalan induksi atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk mencegah eklamsia dan komplikasi lainnya.

d. Abrupsio plasenta. Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda akan rusak. Anda juga akan mengalami pendarahan yang hebat. Kedua hal ini bisa membahayakan nyawa Anda dan si Kecil.

e. Bayi meninggal dalam kandungan. Kondisi ini bisa saja terjadi pada masa hamil lima bulan atau lebih. Bayi meninggal dalam kandungan karena tidak mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan, seperti oksigen dan nutrisi, selayaknya bayi yang dikandung oleh ibu dengan tekanan darah normal.

f. Berkembangnya penyakit kardiovaskular. Jika Anda sudah sampai pada tahap praeklamsia, maka Anda berisiko terkena penyakit kardiovaskular setelah melahirkan, khususnya jika Anda melahirkan bayi secara prematur. Namun Anda bisa meminimalisasi risiko dengan menjalani gaya hidup sehat usai melahirkan.

2. Etiologi

Plasenta biasanya dianggap sebagai penyebab utama gangguan hipertensif pada kehamilan karena setelah kelahiran, penyakit ini berkurang. Studi awal oleh Robert & Redman (1993) mengidentifikasi bahwa plasentasi abnormal bisa merupakan salah satu peristiwa awal dari proses penyakit ini. Pada kehamilan normal, plasentasi melibatkan

(36)

24 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

invasi desidua oleh sinsititrofoblas. Selama awal kehamilan, dinding otot dan endotelium arteri spiral terkikis dan digantikan oleh trofoblas untuk memberikan lingkungan yang optimum bagi perkembangan blastosis. Fase kedua proses invasi ini terjadi antara gestasi minggu ke-16 dan ke-20 saat trofoblas mengikis miometrium arteri spiral. Hilangnya jaringan muskuloelastik ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang tidak dapat berkontraksi; oleh karena itu, sistem tekanan rendah dan aliran darah yang tinggi ke plasenta dihasilkan dengan perfusi plasenta yang maksimal (Sheppard & Bonnar 1989 dalam Fraser dan Cooper, 2009). Pada pre-eklamsia, invasi trofoblastik arteri spiral mengalami hambatan sehingga mengakibatkan penurunan perfusi plasenta, yang akhirnya dapat menyebabkan hipoksia plasenta.

Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa plasentasi abnormal disebabkan oleh respons imun maternal yang ditentukan secara genetik terhadap antigen janin, yang diambil dari ayah, dan diekspresikan dalam jaringan plasenta normal (Redman et al 1999, Robillard 2002 dalam Fraser dan Cooper, 2009). Data tambahan yang mendukung teori respons imun adalah tingginya insiden penyakit hipertensif pada primgravida, menurunnya prevelensi setelah pajanan jangka panjang terhadap sperma paternal (Robillard et al 1994), meningkatnya zat inflamasi pada sirkulasi maternal, dan indikasi patologis penolakan organ pada jaringan plasenta (Taylor 1997 dalam Fraser dan Cooper, 2009).

Plasentasi abnormal dan penurunan perfusi plasenta juga dapat terjadi pada kondisi yang berhubungan dengan mikrovaskular, misalnya diabetes, hipertensi, atau tromboflebilia. Hal ini dapat terjadi jika terdapat massa plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar atau penyakit trofoblastik gestasional (mola hidatidiformis). Ibu yang menderita penyakit ini berisiko tinggi mengalami

(37)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 25 eklamsia (Robert & Redman 1993 dalam Fraser dan Cooper, 2009).

Respons imun maternal memicu dilepaskannya satu faktor atau lebih yang merusak sel endotelial. Sel endotel membentuk endotelium yang melapisi sistem kardiovaskular dan rongga serosa tubuh. Sel tersebut berperan penting dalam mengatur transportasi kapiler, mengendalikan kontak lipid plasma, dan mengatur reaksivitas otot polos vaskular sebagai respons terhadap berbagai stimulus. Sel ini juga menyintesis beberapa zat, dua di antaranya—prostasiklin dan nitrogen oksidamerupakan mediator vasodilatasi dan menghambat agregasi trombosit yang mencegah terjadinya pembentukan bekuan darah. Kerusakan pada sel endotelial akan:

a. Mengurangi produksi prostasiklin dan nitrogen oksida (Seligman et al 1994 dalam Fraser dan Cooper, 2009) b. Meningkatkan sensitivitas vaskular terhadap

angiotensin II (zat yang mengendalikan tekanan darah dan ekskresi garam dan air dari tubuh)

c. Mengaktifkan mekanisme koagulasi dan produksi tromboksan (Tx), sebuah vasokonstriktor poten (Wang et al 1992 dalam Fraser dan Cooper, 2009)

d. Meningkatkan produksi lipid peroksida dan menurunkan produksi antioksidan yang disebut dengan ‘stres oksidatif’ (Walsh 1998 dalam Fraser dan Cooper, 2009

Efek gabungan berbagai peristiwa tersebut akan menyebabkan vasopasme dan peningkatan tekanan darah, koagulasi abnormal, dan trombosis, serta peningkatan permeabilitas endotelium yang akan menyebabkan edema, proteinuria, dan hipovolemia. Keadaan ini merupakan gamabaran karakteristik pre-eklamsia yang muncul pada tubuh sebagai perubahan patologis yang konsisten dengan gangguan multisistem (Fraser dan Cooper, 2009).

(38)

26 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Usia >18 Tahun menurut WHO

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal Normal tinggi Hipertensi: Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 <130 130-139 140-159 160-179 180-209 >210 <85 85-89 90-99 100-109 110-119 >120 (Ismudiati, 2003)

Pre-eklamsia―merupakan hipertensi yang didiagnosis

berdasarkan proteinuria, jika proteinuria >1+ ada pemeriksaan dipstik atau >0,3g/L protein dalam spesimen urine tangkapan bersih yang diperiksa secara acak atau eksresi 0,3 g protein / 24 jam. Jika tidak terdapat proteinuria, dicurigai terjadi pre-eklamsia jika hipertensi disertai dengan gejala, seperti sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri abdomen/epigastrik, atau perubahan biokimia, terutama jumlah trombosit yang rendah dan kadar enzim hati yang tidak normal (mis., Alanin Aminotransferase (ALT), Asparat Aminotrasferase (AST), dan Gamma Glutamil Transpeptidase (GGT)). Tanda-tanda dan gejala tersebut yang disertai tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >110 mmHg dan proteinuria 2+ atau 3+ dengan dipstik menunjukkan bentuk penyakit yang lebih berat.

(39)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 27

Eklamsia―didefinisikan sebagai awitan baru konfulsi

selama kehamilan atau pascapartum yang tidak berkaitan dengan kondisi patologis serebral yang terjadi pada ibu yang menderita pre-eklamsia.

Pre-eklamsia yang terjadi pada hipertensi kronis―hal ini

dapat terjadi pada ibu yang mengalami hipertensi sejak sebelum kehamilan (<20 minggu) yang menderita: (1) Proteinuria baru (>0,3 g/24 jam), (2) Peningkatan tiba-tiba hipertensi yang sudah ada sebelumnya dan proteinuria, (3) Trombositopenia, (4) Enzim hati abnormal.

Peningkatan tambahan pada tekanan darah tidak termasuk dalam sistem klasifikasi ini. Namun demikian,

National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (2000)

menyatakan bahwa ibu yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik 30mmHg atau diastolik 15 mmHg memerlukan observasi ketat, terutama jika terjadi juga proteiuria dan hiperurikemia (peningkatan kadar asam urat) (Fraser dan Cooper, 2009).

Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan kesakitan pada ibu termasuk kejang eklampsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut dan penggumpalan atau pengentalan darah di dalam pembuluh darah, pada janin dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur (Fadlun dan Feryanto, 2012:49).

Plasenta biasanya dianggap sebagai penyebab utama gangguan hipertensi pada kehamilan karena setelah kelahiran, penyakit ini berkurang. Studi awal oleh Robert & Redman (1993) mengidentifikasi bahwa plasentasi abnormal bisa merupakan salah satu peristiwa awal dari proses penyakit ini. Pada kehamilan normal, plasentasi melibatkan

(40)

28 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

invasi desidua oleh sinsititrofoblas. Selama awal kehamilan, dinding otot dan endotelium arteri spiral terkikis dan digantikan oleh trofoblas untuk memberikan lingkungan yang optimum bagi perkembangan blastosis. Fase kedua proses invasi ini terjadi antara gestasi minggu ke-16 dan ke-20 saat trofoblas mengikis miometrium arteri spiral. Hilangnya jaringan muskuloelastik ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang tidak dapat berkontraksi; oleh karena itu, sistem tekanan rendah dan aliran darah yang tinggi ke plasenta dihasilkan dengan perfusi plasenta yang maksimal (Sheppard & Bonnar 1989). Pada pre-eklamsia, invasi trofoblastik arteri spiral mengalami hambatan sehingga mengakibatkan penurunan perfusi plasenta, yang akhirnya dapat menyebabkan hipoksia plasenta.

Beberapa studi epidemiologi menunjukkan bahwa plasentasi abnormal disebabkan oleh respons imun maternal yang ditentukan secara genetik terhadap antigen janin, yang diambil dari ayah, dan diekspresikan dalam jaringan plasenta normal (Redman et al 1999, Robillard 2002). Data tambahan yang mendukung teori respons imun adalah tingginya insiden penyakit hipertensif pada primigravida, menurunnya prevelensi setelah pajanan jangka panjang terhadap sperma paternal (Robillard et al 1994), meningkatnya zat inflamasi pada sirkulasi maternal, dan indikasi patologis penolakan organ pada jaringan plasenta (Taylor 1997).

Plasentasi abnormal dan penurunan perfusi plasenta juga dapat terjadi pada kondisi yang berhubungan dengan mikrovaskuler, misalnya diabetes, hipertensi, atau tromboflebilia. Hal ini dapat terjadi jika terdapat massa plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar atau penyakit trofoblastik gestasional (mola hidatidiformis). Ibu yang menderita penyakit ini berisiko tinggi mengalami pre-eklamsia (Robert & Redman 1993).

(41)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 29 Respons imun maternal memicu dilepaskannya satu faktor atau lebih yang merusak sel endotelial. Sel endotel membentuk endotelium yang melapisi sistem kardiovaskular dan rongga serosa tubuh. Sel tersebut berperan penting dalam mengatur transportasi kapiler, mengendalikan kontak lipid plasma, dan mengatur reaktivitas otot polos vaskular sebagai respons terhadap berbagai stimulus. Sel ini juga menyintesis beberapa zat, dua di antaranya―prostasiklin dan nitrogen oksidamerupakan mediator vasodilatasi dan menghambat agregasi trombosit yang mencegah terjadinya pembentukan bekuan darah (Walsh 1998).

Efek gabungan berbagai peristiwa tersebut akan menyebabkan vasopasme dan peningkatan tekanan darah, koagulasi abnormal, dan trombosis, serta peningkatan permeabilitas endotelium yang akan menyebabkan edema, proteinuria, dan hipovolemia. Keadaan ini merupakan gambaran karakteristik pre-eklamsia yang muncul pada tubuh sebagai perubahan patologis yang konsisten dengan gangguan multisystem (Fraser dan Cooper, 2009).

Waspadai tanda dan gejala hipertensi kehamilan seperti berikut:

a. Ditemukannya kelebihan protein dalam urine (proteinuria) atau tanda-tanda tambahan masalah ginjal.

b. Sakit kepala yang parah.

c. Perubahan penglihatan, penglihatan menjadi kabur atau sensitivitas cahaya.

d. Nyeri pada perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk Anda di sisi kanan.

e. Mual atau muntah.

f. Urine dari buang air kecil menurun. g. Penurunan kadar trombosit dalam darah. h. Gangguan pada fungsi hati.

(42)

30 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

i. Sesak napas, hal ini disebabkan oleh cairan di paru-paru.

j. Kenaikan tiba-tiba pada berat badan dan pembengkakan (edema), khususnya di wajah dan tangan, sering menyertai preeklampsia. Tapi hal-hal ini juga terjadi di banyak kehamilan normal, sehingga kadang tidak dianggap sebagai tanda-tanda preeklampsia.

Gejala tekanan darah tinggi bumil:

1. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

Seperti yang kita ketahui, tekanan darah ibu hamil normalnya adalah di bawah 140/90 mmHg. Ketika tensi darah ibu hamil melebihi batas tersebut, maka hal ini sudah termasuk gejala bahwa ibu hamil mengalami darah tinggi.

2. Pengeluaran urine yang sangat sedikit

Jika ibu hamil tidak pernah buang air kecil, maka hal ini perlu diwaspadai sebagai salah satu gejala darah tinggi. Namun untuk mengetahuinya secara pasti, Anda dapat melakukan tes urine. Biasanya urine penderita darah tinggi ibu hamil juga mengandung protein.

3. Kenaikan berat badan yang tidak normal

Meskipun kenaikan berat badan merupakan hal yang normal dialami oleh ibu hamil, namun jika kenaikannya sangat berlebihan dan disertai dengan gejala lain, tentu hal ini perlu untuk diwaspadai.

4. Pembengkakan

Tanda yang paling terasa adalah terjadinya pembengkakan pada bagian tubuh seperti kaki, wajah dan bagian-bagian tubuh yang lain. Jika tanda-tanda di atas Anda alami, maka sebaiknya anda segera memeriksakan diri ke dokter.

(43)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 31 5. Gangguan aliran darah

Menurut penelitian para ahli, gangguan aliran darah menuju placenta bayi dapat menyebabkan tekanan darah ibu menjadi naik dan menimbulkan gejala-gejala darah tinggi yang lain. 6. Gizi buruk

Karena kurang asupan makanan bergizi, tubuh ibu hamil akan semakin menurun dan memicu kerusakan pada pembuluh darah plasenta yang dapat berakibat pada terjadinya tekanan darah tinggi pada ibu hamil.

7. Lemak berlebihan

Adanya kadar lemak yang terlalu tinggi ternyata juga dapat emicu terjadinya darah tinggi pada ibu hamil. Oleh karena itu sebaiknya para ibu hamil senantiasa menjaga makanan dan gaya hidupnya agar pertambahan berat badan yang terjadi masih di batas normal.

8. Gen

Selain penyebab-penyebab di atas, darah tinggi juga terjadi karena gen yang diturunkan dari orang tua. Jika masalah ini terjadi, yang dapat dilakukan adalah mengontrol gaya hidup dan makanan agar kondisi tidak semakin parah.

Cara Menurunkan Tekanan Darah Tinggi pada Ibu Hamil

Diet pola makan

Penyebab hipertensi umumnya adalah akibat pola diet dalam hal ini pola makan yang tidak baik. Beberapa makanan seperti makanan yang mengandung banyak lemak dan tinggi garam seperti makanan fast food termasuk salah satu faktor menyebabkan mudahnya ibu hamil mengalami hipertensi. Oleh karenanya, ibu hamil sebaiknya menhindari dulu mengkonsumsi makanan seperti itu, jika mungkin terasa berat, ibu hamil boleh mencoba mengurangi porsi atau frekuensi makan makanan tersebut secara perlahan-lahan dulu.

(44)

32 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

Makanan tinggi lemak memiliki molekul besar dan di dalam darah akan terbawa sesuai dengan aliran darah. Akibatnya kandungan lemak jahat kemudian akan terakumulasi menyebabkan trombosis pada pembuluh darah. Dimana pembuluh darah akan terkumpul plak-plak lemak di sepanjang dindingnya, sehingga dalam waktu panjang akan membuat aliran darah menjadi sempit. Teorinya mirip seperti saluran selang yang memiliki lubang sempit cenderung memiliki arus air yang deras dibanding dengan selang dengan lubang yang besar. Mekanisme tersebut menyebabkan terjadinya hipertensi bahkan bisa menyebabkan stroke.

Pola konsumsi garam atau makanan cepat saji banyak juga menggunakan penyedap rasa tambahan. Akibatnya makanan-makanan tersebut mengandung banyak sekali geram natrium. Sifat garam natrium adalah menarik cairan sehingga menjadi bertumpuk. Akibatnya dalam sistem sirkulasi darah, natrium akan menarik cairan ke dalam sirkulasi darah dan menyebabkan jumlah cairan yang banyak dan terjadi kenaikan tekanan cairan dalam spekulasi terhadap pembuluh darah

Oleh sebab itu, bagi ibu hamil sebaiknya mengurangi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan mengandung garam yang banyak terutama paling sering seperti makananan cepat saji atau fast food. Ibu hamil sebaiknya mulai mengganti cemilan dengan buah-buahan, atau menambahkan buah-buahan dalam menu makanan, sehingga membuat makanan lebih sehat serta memberikan rasa kenyang sebagai pengganti ngemil terutama ngemil makanan atau snack yang mengandung banyak penyedap rasa.

3. Terapi Farmakologis untuk Ibu Hamil dengan Hipertensi

Penggunaan terapi antihipertensi sebagai profilaksis masih menuai kontroversi, karena metode ini tidak berhasil

(45)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 33 memperpanjang kehamilan atau meningkatkan hasil akhir bagi ibu atau janin secara bermakana. Akan tetapi, penggunaannya dianjurkan sebagai terapi jangka pendek untuk mencegah peningkatan tekanan darah dan hipertensi berat sehingga akan mengurangi risiko ibu mengalami hemoragi serebral.

Setiap obat yang dikonsumsi selama kehamilan dapat memengaruhi bayi. Meskipun beberapa obat yang digunakan dapat menurunkan tekanan darah menurut dokter dianggap aman selama kehamilan, Enzyme Inhibitor

Angiotensin-Converting (ACE), Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dan

renin inhibitor umumnya dihindari selama kehamilan. Pengobatan ini penting, namun risiko serangan jantung, stroke, dan masalah lain yang terkait dengan tekanan darah tinggi tidak hilang bisa selama kehamilan. Tekanan darah tinggi dapat berbahaya bagi bayi. Jika ibu hamil memerlukan obat-obatan untuk mengontrol tekanan darah selama kehamilan, dokter akan meresepkan obat yang paling aman pada dosis yang paling tepat. Minum obat persis seperti yang ditentukan.

a. Metildopa adalah obat yang paling banyak digunakan pada ibu yang menderita hipertensi gastasional ringan sampai sedang

b. Penyekat alfa dan beta, seperti labelatol. Atenolol tidak dianjurkan untuk pertumbuhan penggunaan jangka panjang karena akan sangat mengganggu janin (Fraser, 2011)

Sibai dkk (1987) melakukan sebuah studi acak yang dirancang dengan baik untuk mengevaluasi efektifitas labetalol dan rawat inap dibandingkan dengan hanya rawat inap. Mereka mengevaluasi 200 wanita nulipara dengan preeklamsia yang didiagnosis antara 26 dan 35 minggu. Walaupun wanita yang mendapat labetolol secara bermakna memperlihatkan tekanan darah yang lebih rendah, tidak

(46)

34 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

terdapat perbedaan anatra kelompok untuk rerata perpanjangan kehamilan, usia gestasi saat melahirkan, atau berat lahir. Angka section caesarea setara, demikian juga jumlah bayi yang perlu dirawat di ruang perawatan khusus. Bayi dengan hambatan pertumbuhan dua kali lebih sering dijumpai pada wanita yang mendapat labetolol dibandingkan dengan yang hanya rawat inap (19 persen).

Terdapat penelitian lain yang dilakukan untuk membandingkan obat penghambat-β, labetolol, atau penyekat saluran kalsium (calcium channel blocker) nifedipin atau isradipin, dengan placebo. Tidak ada satupun dari peneltian ini yang memperlihatkan manfaat terapi anithipertensi. Von Dadelzon (2000) melukan suatu meta-analisis yang mencakup berbagai uji yang sudah disebutkan di atas untuk menentukan hubungan antara pertumbuhan janin dengan terapi antihipertensi.

Para peneliti ini menyimpulkan bahwa penurunan tekanan darah ibu akibat terapi dapat merugikan pertumbuhan janin (Cunningham dkk., 2005: 653). Jika seorang ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi maka memerlukan konsultasi juga seperti kepada dokter keluarga atau ahli jantung. Mereka akan mengevaluasi seberapa baik ibu hamil mengelola tekanan darah tingginya dan mempertimbangkan perubahan pengobatan yang mungkin perlu sebelum hamil. Jika ibu hamil kelebihan berat badan, dokter mungkin menyarankan mengurangi berat badan berlebih sebelum mencoba untuk hamil.

Penyebab hipertensi pada kehamilan: Meski penyebab pasti hipertensi pada kehamilan belum dapat diketahui secara jelas, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan hipertensi pada ibu hamil.

a. Hipertensi kronik sebelum kehamilan b. Kehamilan pertama

(47)

Asuhan Kebidanan Ibu Hamil| 35 d. Riwayat terjadinya pre-eklampsia dalam suatu

keluarga

e. Riwayat penyakit kecing manis

f. Kelainan ginjal sebelum kehamilan berlangsung g. Kehamilan pada usia dengan risiko tinggi, yaitu

pada usia muda atau usia 30 menjelang 40 tahun. Gejala yang dirasakan penderita hipertensi pada ibu hamil:

a. Gejala Subjektif―gejala yang dapat dirasakan penderita gejala-gejalanya meliputi:

1) Sakit kepala 2) Sakit pada ulu hati

3) Gangguan penglihatan bahkan dapat menjadi kebutaan

b. Gejala Objektif―gejala yang tidak dapat dirasakan penderita, tetapi ditunjukan berdasarkan pada pemeriksaan. Berikut gejalanya:

1) Kenaikan tekanan darah, gejala ini adalah gejala paling awal muncul

2) Terjadinya pembengkakan atau odema. Pembengkakan ini biasanya terjadi pada jari tangan dan mata yang biasanya menetap dan sering diikuti dengan penambahan berat badan.

3) Terjadinya peningkatan kadar protein dalam urine atau proteinuri

Hipertensi pada ibu hamil biasanya hilang setelah proses persalinan namun pada penderita yang sudah memiliki riwayat hipertensi sebelumnya, hipertensi dalam kehamilan juga dapat menetap. Jika berat badan tidak dapat turun atau terjadinya obesitas. Selain itu, juga dapat dikarenakan pengobatan yang dijalani tidak akurat.

(48)

36 | Sulis Diana & Elyana Mafticha

Pengobatan tepat untuk hipertensi pada ibu hamil. Tujuan utama pengobatan hipertensi pada ibu hamil adalah agar tidak terjadi eklampsia juga untuk mencegah kemungkinan anak lahir dalam keadaan cacat dan mencegah menetapnya hipertensi.

Berikut dasar pengobatan pada hipertensi ibu hamil. a. Istirahat

b. Diet rendah garam

c. Obat-obat anti-hipertensi bagi kehamilan

d. Induksi persalinan apabila apabila umur kehamilan belum selesai

e. Kontrol secara teratur, minimal 2 minggu sekali. Satu-satunya jalan untuk segera mengakhiri kehamilan pada ibu hamil adalah dengan induksi persalinan atau operasi cesar. (Referensi: Hidup

bahagia dengan hipertensi)

4. Terapi Non Farmakologis a. Konsumsi Yoghurt

Susu yang telah difermentasikan menjadi yoghurt merupakan menu istimewa yang layak Anda pilih. Fermentasi susu dengan bakteri lactobacillus membuat nutrisi yang dikandungnya dapat dimanfaatkan tubuh lebih optimal daripada susu yang tidak difermentasi. Keunggulan yoghurt terletak pada asam amino yang dimilikinya. Fermentasi susu oleh bakteri membuat casein berubah menjadi tripeptida. Bakteri lactobacillus mengurai protein susu tersebut menjadi dua tipe fragmen tripeptida (isoleusin – prolin – prolin, dan valin – prolin – prolin). Kedua jenis tripeptida ini memiliki kemampuan yang sangat baik untuk menurunkan aktivitas angiotensin converting ezym, yaitu enzim yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Gambar

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Usia &gt;18 Tahun   menurut WHO
Tabel 6.  Kandungan zat gizi rata-rata dalam yoghurt  Daftar  nutrien  susu  dan  yoghurt  (sumber:  Nutribase  Online   Nutritional   Database,  http://www.nutribase.com  dalam  Widodo,  2013)
Gambar 2.1. Bahan teh rosella kering
Tabel 7. Tingkat Kesadaran

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah peserta sebanyak 19 kader, pengetahuan kader tentang gizi anak mengalami peningkatan dari rata- rata 61,8 menjadi 93,7 dan telah dilakukan monitoring kegiatan untuk

Maka kerangka konseptual yang digunakan dalam kajian ini ialah meninjau sejauh mana penguasaan Jumlaṯ Ismiyyaṯ dan Jumlaṯ Fi'liyyaṯ dalam kalangan pelajar

Jika kedua referensi di atas membahas tentang variasi makna partikel dan variasi makan adnominal ending dengan target bahasa Korea sebagai bahasa asing oleh orang

Pada tipe EB distrofik prognosisnya sulit ditentukan, karena gejala klinisnya lebih berat dari EB simpleks tetapi lebih ringan dari EB junctional, tetapi khusus pada EB

kanker payudara, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut apakah terdapat hubungan antara derajat diferensiasi histopatologik dengan rekurensi kanker

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ALAMAT SKPD: SEKRETARIAT

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy)..

Uji Aktivitas Antibakteri Air Perasan Jeruk Nipis ( Citrus aurantifolia, Swingle ) terhadap Pertumbuhan Shigella dysenteriae Secara In Vitro.. Metodologi