29
A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Subjek penelitian ini ialah siswa SMA kelas 3 (XII) dengan jumlah 229 siswa yang terdiri dari 80 siswa laki-laki, 148 siswa perempuan dan 1 siswa yang tidak mengisi kolom jenis kelamin.
SMA Negeri 1 Sangatta Utara dalam proses pembelajarannya terus berupaya agar mampu untuk berprestasi dan menjadi sekolah yang dapat dibanggakan oleh Kutai Timur dengan sederet prestasi baik dalam bidang akademik, non akademik maupun sosial kemasyarakatan.
Dalam kegiatan proses pembelajarannya, para guru di SMA Negeri 1 Sangatta Utara juga melibatkan orangtua siswa atau wali murid untuk terus mengikuti perkembangan anak-anak mereka selama belajar di sekolah. Contohnya, pada setiap awal tahun pembelajaran, khusus untuk para orangtua/wali murid dari seluruh siswa kelas 10 (X) diundang oleh pihak sekolah untuk menginformasikan terkait proses pembelajaran yang akan dilalui anak-anaknya selama 3 tahun ke depan. Selain itu pembahasan tersebut juga terkait hal-hal yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran selama bersekolah di SMA Negeri 1 Sangatta Utara.
Bagi siswa kelas 12 (XII) pula, seluruh orangtuanya/wali murid juga diundang setiap bulan Januari terkait persiapan intensif belajar yang akan dilaksanakan oleh siswa kelas 12 seperti les persiapan menjelang Ujian Nasional. Orangtua juga diajak berdiskusi apakah ingin memasukkan anaknya ke lembaga kursus untuk persiapan ujian atau tidak. Ada pula sosialisasi yang diberikan oleh sekolah kepada orangtua/wali murid terkait berbagai informasi dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Kalimantan Timur dan di daerah lainnya. Sehingga orangtua bisa memiliki pandangan apakah anak-anaknya akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak serta pemberitahuan mengenai berbagai jurusan yang dapat dipilih sesuai kemampuan dan minat dari siswa.
Undangan yang diberikan kepada orangtua tidak hanya terkait dua hal di atas, namun ada pula undangan khusus yang diberikan kepada orangtua dengan siswa berprestasi dan bagi siswa yang membutuhkan perhatian khusus. Perhatian khusus di sini bisa dimaksudkan bila ada masalah atau kejadian-kejadian yang tidak terduga selama proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Sangatta Utara. Semua kegiatan yang dilakukan oleh sekolah untuk melibatkan orangtua di dalam kegiatan akademik siswa ini mendapatkan respon yang antusias. Meskipun kadang kala ada pula orangtua/wali murid dari siswa-siswa yang tidak bisa hadir pada berbagai undangan tersebut dikarenakan kesibukan orangtua atau keadaan kedua orangtua yang sedang bekerja sehingga kesulitan untuk melakukan proses perizinan. Di Sangatta Utara sendiri, selain para ayah yang rata-rata bekerja sebagai karyawan di berbagai perusahaan, para ibu juga kadang bekerja sebagai seorang karyawan ataupun berwirausaha.
Tabel 5
Jumlah Siswa yang Tercatat Aktif di SMA Negeri 1 Sangatta Utara (2013-2015) Tahun
KELAS
Jumlah
X XI XII
IPA IPS Bahasa IPA IPS Bahasa IPA IPS Bahasa
2015 146 138 22 152 99 28 145 111 841
2014 154 103 28 142 112 145 92 776
2013 143 120 148 91 129 100 731
Tabel 6
Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Sangatta Utara Jenis-Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Ketaqwaan Prestasi Junior Indonesia Majalah Dinding Bola Voli
Karya Ilmiah Tae Kwon Do
Teater Paduan Suara
Seni Tari dan Seni Rupa Band
Pramuka Smansa Conversation Club
Palang Merah Remaja Futsal
Paskibraka Laskar Peduli Lingkungan
Basket Bulu Tangkis
2. Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian ini meliputi persiapan administrasi dan persiapan alat ukur. Berikut adalah penjelasan secara detail dari masing-masing persiapan yang dilakukan :
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi dilakukan dengan pengurusan surat perizinan untuk melakukan pengambilan data di sekolah. Surat permohonan izin ini dikeluarkan oleh Dekan FPSB UII dengan nomor surat 649/Dek/70/Div.Umum&RT/VII/2015 tertanggal 02 Juli 2015.
b. Persiapan Alat Ukur
Persiapan alat ukur ialah penyusunan alat ukur penelitian yakni dengan menggunakan tiga skala. Pertama ialah skala Student Engagement in School
Questionnaire (SESQ) dari Hart, dkk (2011) dengan jumlah 33 aitem Skala ini
terdiri dari 3 dimensi utama yakni affective engagement (liking for learning dan
liking for school), behavioral engagement (effort and persistence dan extracurricular) dan cognitive engagement. Kedua ialah skala Parental Acceptance Subscale of Parental Acceptance-Rejection Questionnaire: Child Version (PAS-PARQ-Child Version) dari Rohner dan Khaleque (2005) dengan
jumlah 9 aitem. Skala ini terdiri dari satu aspek yakni warmth/affection. Ketiga ialah skala Reynolds Short-Form of Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (Reynolds Short Form of MCSDS) dari Reynold dan Gerbasi (1982) dengan berisi 11 aitem. Terdiri dari dimensi menyetujui yang disukai dan menolak yang tidak disukai.
Proses persiapan alat ukur ini dimulai dengan proses penerjemahan aitem-aitem pada skala SESQ, PAS-PARQ-Child Version dan Reynolds Short Form of MCSDS dari bahasa inggris ke bahasa indonesia dengan bantuan Cambridge
Dictionary Online. Kemudian setiap pernyataan pada aitem dimodifikasi menjadi
bentuk pertanyaan dan digabungkan menjadi satu pada sebuah booklet kuesioner. Pada booklet kuesioner juga diberikan petunjuk cara pengerjaannya sehingga memberikan kemudahan subjek untuk menjawabnya. Selanjutnya untuk keperluan penyebaran data, booklet kuesioner di copy sebanyak jumlah subjek yang ingin dikenai penelitian.
Tabel 7
Hasil Evaluasi Alat Ukur Student Engagement in School Questionnaire (SESQ)
Dimensi Domain Nomor Aitem Jumlah
Aitem Cronbach's Alpha Affective Liking For Learning 1, 2, 3, 4, 5* 5 0.867 Liking For School 6, 7, 8, 9 4 Behavior Effort and Persistence 10, 11, 12, 13**, 14*, 15*, 16*, 17, 18 9 Extracurricular 19, 20, 21 3 Cognitive 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33 12 Jumlah 33 Keterangan : * : aitem unfavourable ** : aitem yang digugurkan
Skala Parental Acceptance Subscale of Parental Acceptance-Rejection
Questionnaire: Child Version (PAS-PARQ-Child Version) dari Rohner &
Khaleque (2005) terdiri dari dimensi warmth/affection karena fokus penelitian ini ialah pada penerimaan orangtuanya saja.
Tabel 8
Hasil Evaluasi Alat Ukur Parental Acceptance Subscale of Parental
Acceptance-Rejection Questionnaire: Child Version (PAS-PARQ-Child Version) pada Ayah
dan Ibu
Dimensi Nomor Aitem Jumlah Aitem Cronbach's Alpha Penerimaan Orangtua pada Ayah Penerimaan Orangtua pada Ibu Warmth/ Affection 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 18 9 0.875 0.849
Skala Reynolds Short Form of Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (Reynold & Gerbasi, 1982). Terdiri dari 2 (dua) aspek yakni : menyetujui yang disukai dan menolak yang tidak disukai. Skala ini berisi 11 aitem.
Tabel 9
Hasil Evaluasi Alat Ukur Reynolds Short Form of Marlowe-Crowne Social
Desirability Scale (Reynolds Short Form of MCSDS)
Dimensi Nomor Aitem Jumlah Aitem
Cronbach's Alpha
Menyetujui yang disukai 1, 2, 3, 5, 6, 9, 6
0.581 Menolak yang tidak disukai 4, 7, 8, 10, 11, 5
Jumlah 11
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-6 Agustus 2015 dengan melibatkan 229 siswa di SMA Negeri 1 Sangatta Utara. Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner di setiap kelas 3 (XII) di SMA Negeri 1 Sangatta Utara. Setiap subjek diberikan angket yang telah diberi petunjuk cara mengerjakan sehingga dapat mempermudah dalam mengisi kuesionernya.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini ialah siswa kelas 3 (XII) di SMA Negeri 1 Sangatta Utara baik berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan. Didapatkan hasil bahwa jumlah siswa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Usia subjek berkisar dari usia 16 hingga 19 tahun. Berikut gambaran mengenai subjek penelitian :
Tabel 10
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 80 34.90%
Perempuan 148 64.60%
tidak menjawab 1 0.40%
Total 129 100.00%
Tabel 11
Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
16 31 13.50% 17 145 63.30% 18 16 7.00% 19 2 0.90% tidak menjawab 35 15.30% Total 229 100.00% Tabel 12
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kegiatan yang Diikuti Jenis Kegiatan Jumlah Persentase
Olahraga 47 20.50%
Seni dan Budaya 17
7.40% Keagamaan/Rohani 23
10.00% Intra Sekolah dan
Ekstrakurikuler Pelajaran 80 34.90% Lain-Lain 5 2.20% tidak menjawab 57 24.90% Total 229 100.00%
Berdasarakan Tabel 11 dan 12, dapat dilihat bahwa usia terbanyak pada subjek penelitian ialah pada usia 17 tahun dengan persentase 63.30% dan kegiatan
yang paling diminati ialah kegiatan intra sekolah dan ekstrakurikuler pelajaran sekolah dengan persentase 34.90%.
2. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat
student engagement siswa dan penerimaan orangtua pada ayah dan ibu. Berikut
hasil data penelitian yang didapat : Tabel 13
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian Mean Standar Deviasi
Student Engagement 3.58 0.39
Penerimaan Orangtua Ayah 3.61 0.81
Ibu 3.98 0.69
Berdasarkan Tabel 13 di atas, dapat dilihat bahwa penerimaan orangtua pada ibu memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan penerimaan orangtua pada ayah dan student engagement dengan nilai rata-rata 3.98.
Peneliti juga melakukan kategorisasi dengan pendekatan persentil untuk memperoleh informasi mengenai keadaan subjek ke dalam 5 (lima) kategori. Rumus norma kategorisasi yang digunakan oleh penelitian ini ialah :
Tabel 14
Norma Kategorisasi Variabel Penelitian
Kategori Rumus Norma Variabel Penelitian Student Engagement Penerimaan Orangtua pada Ayah Penerimaan Orangtua pada Ibu Sangat Rendah X<P20 X<3.2188 X<3.0000 X<3.4444 Rendah P20≤X<P40 3.2188≤X<3.4688 3.0000≤X<3.5556 3.4444≤X<3.9556 Sedang P40≤X<P60 3.4688≤X<3.6875 3.5556≤X<3.8889 3.9556≤X<4.3333 Tinggi P60≤X≤P80 3.6875≤X≤3.9063 3.8889≤X≤4.3111 4.3333≤X≤4.5556 Sangat Tinggi X>P80 X>3.9063 X>4.3111 X>4.5556
Berdasarkan norma kategorisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Tabel 14), maka subjek pada penelitian ini dapat dikategorisasikan ke dalam 5 (lima) kategori pada masing-masing variabel penelitian.
Tabel 15
Deskripsi Psikologis Subjek Penelitian
Kategorisasi Variabel Penelitian Student Engagement Penerimaan Orangtua pada Ayah Penerimaan Orangtua pada Ibu F % F % F % Sangat Rendah (X<P20) 40 17.50% 44 19.60% 42 18.34% Rendah (P20≤X<P40) 51 22.27% 38 16.60% 49 21.40% Sedang (P40≤X<P60) 37 16.15% 41 17.90% 40 17.46% Tinggi (P60≤X≤P80) 55 24.01% 57 24.90% 38 16.60% Sangat Tinggi (X>P80) 46 20.08% 45 19.66% 59 25.76% Berdasarkan Tabel 15 di atas, memperlihatkan persentase tertinggi dalam variabel student engagement termasuk kategori tinggi (24.01%), pada variabel penerimaan orangtua pada ayah termasuk kategori tinggi (24.90%) dan pada variabel penerimaan orangtua pada ibu termasuk kategori sangat tinggi (25.76%).
3. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Sebaran
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data yang didapatkan terdistribusi normal atau tidak. Sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikasi dari statistic test of normality (Kolmogorov-Smirnof) lebih besar dari 0.05 (Sig>0.05) dan data tidak berdistribusi normal bila nilai signifikansi kurang dari 0.05 (Sig<0.05).
Tabel 16
Uji Asumsi Normalitas Sebaran Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Kolmogorov-Smirnov
Kategori Statistic df Sig.
Student Engagement .046 224 .200* Normal
Penerimaan Orangtua pada Ayah .128 224 .000 Tidak Normal Penerimaan Orangtua pada Ibu .112 224 .000 Tidak Normal Berdasarkan Tabel 16 di atas, pada hasil uji normalitas menunjukkan bahwa penyebaran data untuk variabel student engagement terdistribusi normal dengan nilai signifikansi sebesar 0.200 (Sig>0.05) sedangkan untuk variabel penerimaan orangtua pada ayah dan ibu tidak terdistribusi normal dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (Sig<0.05).
b. Uji Linieritas Hubungan
Uji linieritas hubungan dilakukan untuk menguji antara variabel independen dan variabel dependen apakah membentuk garis linier (lurus) atau tidak. Kedua variabel dikatakan linier bila nilai signifikansi dari F Linearity lebih kecil dari 0.05 (Sig<0.05) dan akan semakin kuat bila nilai signifikansi dari F Deviation from Linearity lebih besar dari 0.05 (Sig>0.05).
Tabel 17
Hasil Uji Lineritas Student Engagement dan Penerimaan Orangtua pada Ayah dan Ibu
Variabel Penelitian F Sig.
Student Engagement * Penerimaan
Orangtua pada Ayah
Linearity 8.209 0.005
Deviation from Linearity 1.863 0.004
Student Engagement * Penerimaan
Orangtua pada Ibu
Linearity 21.886 0,000
Berdasarkan Tabel 17 diatas, pada hasil uji linieritas menunjukkan nilai F sebesar 8.209 dan nilai signifikansi sebesar 0.005 (Sig<0.05) dan dapat disimpulkan bahwa hubungan antara student engagement dan penerimaan orangtua pada ayah memenuhi asumsi linieritas. Begitu juga hubungan antara
student engagement dan penerimaan orangtua pada ibu dengan nilai F sebesar
21.886 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 (Sig<0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara student engagement dan penerimaan orangtua pada ibu juga memenuhi asumsi linieritas.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji korelasi antar kedua variabel. Pada penelitian ini, peneliti juga menghitung koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (r2), dan interpretasi. Koefisien deteriminasi (r2) digunakan untuk menunjukkan proporsi variabilitas pada satu variabel yang dapat ditentukan dari hubungannya dengan variabel lain. Perhitungan ini dilakukan secara manual dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan rujukan dari Cohen (1988) yang menetapkan 3 (tiga) klasifikasi makna koefisien determinasi (r2).
Uji korelasi pada penelitian ini tidak menggunakan product moment
Pearson melainkan menggunakan Spearman’s Rank dikarenakan dua asumsi
terkait normalitas sebaran tidak terpenuhi karena adanya data yang tidak terdistribusi normal.
Tabel 18
Hasil Uji Hipotesis dan Effect Size
Variabel Penelitian r r2 % Kategori
Student Engagement *
Penerimaan Orangtua pada Ayah
0.224** 0.050176 5.02% small effect size
Student Engagement *
Penerimaan Orangtua pada Ibu 0.328
** 0.107584 10.76% medium effect
size Student Engagement * Social
Desirability 0.203
** 0.041209 4.12% small effect size
Social Desirability *
Penerimaan Orangtua pada Ayah
0.167** 0.027889 2.79% small effect size
Social Desirability *
Penerimaan Orangtua pada Ibu 0.203
** 0.041209 4.12% small effect size **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Berdasarkan Tabel 18 di atas, dari hasil estimasi effect size mengindikasikan bahwa penerimaan orangtua pada ayah dan ibu memiliki small
effect size dan medium effect size terhadap student engagement karena mampu
menjelaskan varian penerimaan ayah sebesar 5.02% dan penerimaan ibu sebesar 10.76%. Kemudian social desirability juga memiliki small effect size terhadap penerimaan ayah dan ibu karena mampu menjelaskan varian penerimaan ayah sebesar 2.79% dan penerimaan ibu sebesar 4.12%.
Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan analisis tambahan terkait hubungan penerimaan orangtua dan student engagement dengan mempertimbangkan aspek demografik, yakni berdasarkan gender.
Tabel 19
Hasil Analisis Tambahan Berdasarkan Gender Variabel Penelitian Gender Laki-laki Perempuan r r2 % r r2 % Student Engagement*Penerimaan
Orangtua pada Ayah
0.047 0.002209 0.22% 0.315** 0.099225 9.92%
Student
Engagement*Penerimaan
Orangtua pada Ibu
0.167 0.027889 2.79% 0.383** 0.146689 14.67% Student Engagement*Social Desirability 0.197* 0.038809 3.88% 0.213** 0.045369 4.54% Social Desirability*Penerimaan
Orangtua pada Ayah
0.079 0.006241 0.62% 0.213** 0.045369 4.54%
Social
Desirability*Penerimaan
Orangtua pada Ibu
0.072 0.005184 0.52% 0.256** 0.065536 6.56% *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed)
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Berdasarkan Tabel 19 di atas, menunjukkan kekuatan hubungan antara kedua variabel bervariasi menurut faktor gender. Kemampuan penerimaan orangtua pada pada ayah dan ibu dalam menjelaskan variasi student engagement lebih kuat pada siswa perempuan dengan 14.67% untuk penerimaan ibu dan 9.92% untuk penerimaan ayah, dibandingkan siswa laki-laki yang hanya 2.79% untuk penerimaan ibu dan 0.22% untuk penerimaan ayah. Kemudian social
desirability mampu menjelaskan lebih kuat pada siswa perempuan dengan 6.56%
untuk penerimaan ibu dan 4.54% untuk penerimaan ayah dibandingkan pada siswa laki-laki.
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian yang ingin mengetahui adanya hubungan antara penerimaan orangtua pada ayah dan ibu dengan student engagement mendapatkan dukungan empirik dalam penelitian ini. Hipotesis peneltian yang berbunyi akan ada hubungan positif antara penerimaan orangtua pada ayah dan ibu dengan
student engagement, diterima (lihat Tabel 18). Ini artinya tinggi rendahnya student engagement siswa secara signifikan dapat dijelaskan dari sejauhmana siswa
merasa diterima oleh orangtua mereka.
Berdasarkan kategorisasi yang didapatkan dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa untuk variabel student engagement terdapat 24.01% yang termasuk kategori tinggi dengan jumlah subjek 55 orang. Persentase variabel penerimaan orangtua pada ayah yang termasuk kategori tinggi ialah sebesar 24.90% dengan jumlah subjek 57 orang dan pada variabel penerimaan orangtua pada ibu yang termasuk kategori sangat tinggi ialah sebesar 25.76% dengan jumlah subjek 59 orang sehingga dapat diartikan bahwa subjek penelitian memiliki penerimaan orangtua pada ayah dan ibu yang tinggi dengan diikuti
student engagement yang tinggi pula.
Student engagement memiliki efek positif terhadap siswa di sekolah
seperti yang dikemukakan oleh Skinner dan Belmount (Chapman, 2003; Saeed & Zygier, 2012) bahwa siswa yang terlibat akan memiliki emosi yang lebih positif sehingga siswa mampu menunjukkan keterlibatannya seperti memberikan usaha yang lebih dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Akibatnya, menurut Jessor dan Jessor (Bempechat & Shernoff, 2012) dampak negatif dari
disengagement seperti keterlibatan dalam berbagai perilaku yang bermasalah di
sekolah, dapat dikurangi.
Christenson dan Thurlow (Furlong & Christenson, 2008) menyatakan
student engagement dapat ditingkatkan dengan adanya motivasi dari orangtua
karena menurut Bempechat dan Shernoff (2012) motivasi yang didapatkan akan mempengaruhi bagaimana siswa menghadapi proses pembelajaran dan tugas-tugas yang diberikan. Selain motivasi, student engagement juga dapat meningkat seiring dengan meningkatnya hubungan suportif dari orangtua yang ditunjukkan dengan penerimaan dari orangtua kepada anak-anak mereka (Taylor & Parsons, 2011).
Orangtua yang menerima akan menunjukkan cinta dan perhatiannya secara verbal atau nonverbal seperti memeluk dan memuji agar anaknya merasa bahwa ia dicintai dan diterima oleh orangtuanya (Jagodic & Kerestes, 1997). Akibatnya, akan muncul persepsi anak mengenai penerimaan, kehangatan dan kepedulian dari orangtuanya (Kazarian, Moghnie, & Martin, 2010) yang akan memberikan dampak penting bagi motivasi siswa untuk belajar dan hal tersebut menyebabkan anak mampu mengekspresikan keterlibatannya ketika berada di sekolah (Bempechat & Shernoff, 2012). Keterlibatan di sekolah inilah yang dapat diwujudkan oleh siswa melalui perilaku yang dimunculkannya di sekolah, afeksi, dan proses kognitif siswa dalam proses pembelajaran (Fredricks, dkk, 2004).
Selain mengeskpresikan keterlibatannya selama di sekolah, efek dari penerimaan orangtua ini akan berdampak pula pada tingginya pencapaian akademik anak ketika di sekolah (Lakshmi & Arora, 2006). Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Furrer dan Skinner (2003) bahwa student engagement yang ditunjukkan oleh siswa mampu mempengaruhi pencapaian akademik mereka di sekolah. Remaja yang menganggap orangtua mereka mencintai mereka, menerima, dan mendukung akan menyebabkan performansi siswa akan lebih memuaskan ditambah lagi dengan adanya perlakuan yang hangat dan demokratis yang menurut Steinberg, Elmen, dan Mounts (Lakshmi & Arora, 2006) dapat mengembangkan sikap yang lebih positif pada pencapaian akademik siswa. Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa berbagai perilaku yang orangtua tunjukkan kepada anak-anaknya akan mempengaruhi pencapaian akademik siswa ketika di sekolah.
Untuk membahas mengenai hal-hal positif yang dilakukan orangtua kepada anak-anaknya seperti penerimaan dari orangtua kepada anak-anak mereka dapat dijelaskan dengan teori dari Rohner dan Khaleque (2002) mengenai
parental rejection theory (PART). Pada teori ini, parental acceptance-rejection mengacu pada dua dimensi dari parental warmth yakni parental acceptance pada sisi positif dan parental rejection pada sisi negatif. Penerimaan
orangtua merujuk pada cinta, perhatian kepedulian, kenyamanan, dukungan yang orangtua dapat merasakan dan mengekspresikannya kepada anak-anak mereka. Menurut Rohner (Jagodic & Kerestes, 1997) teori ini juga dapat menjelaskan konsekuensi yang berdampak pada perilaku, proses kognitif dan perkembangan emosi pada anak-anak mereka.
Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan ketika penerimaan orangtua kepada anak diberikan maka akan berdampak positif
terhadap kegiatan akademik siswa di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Antunes dan Fontaine (2004) dalam judulnya “Adolescent’s perception of their
parent’s attitudes towards academic performance: Their relation with academic performance, academic self-concept and global self-esteem” menemukan bahwa
persepsi remaja terhadap sikap dari orangtuanya dapat memprediksi mengenai
self-esteem, dan konsep diri akademik yang dapat mempengaruhi pula
performansi akademik mereka di sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan McGrath dan Repetti (2000) dalam mengevaluasi performansi akademik, siswa juga dipengaruhi bagaimana persepsi mereka kepada perilaku orangtuanya karena siswa tidak hanya melihat dari performansi mereka di sekolah tetapi juga dari
feedback yang diberikan orangtua ketika mereka memahami apakah mereka telah
baik atau tidak selama di sekolah. Penelitian lain yang juga yang membuktikan bahwa perilaku orangtua terkait penerimaan akan berdampak pada performansi akademik siswa yakni pada penelitian oleh Lakshmi dan Arora (2006) dalam judul “Perceived parental behavior as related to student’s academic school
success and competence” yang menemukan bahwa penerimaan orangtua dan
dorongan yang diberikan berkorelasi positif dengan kesuksesan dan kompetensi akademik di sekolah
Dari berbagai informasi di atas menunjukkan bahwa orangtua memainkan peran penting dalam setiap aspek kehidupan anak terutama dalam hal pendidikannya. Bagaimana sikap, perilaku dan perkataan orangtua turut mempengaruhi bagaimana tingkah laku, cara berpikir, dan emosi pada anak. Hubungan yang dibangun antara orangtua dan anak pun juga turut mempengaruhi
bagaimana emosi anak dan kesuksesan mereka di sekolah. Hubungan yang suportif serta memberikan emosi yang positif pada anak akan mampu meningkatkan motivasinya sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat dengan kegiatan pembelajaran yang ia lalui (Bempechat & Shernoff, 2012). Hubungan yang diciptakan dengan kehangatan dan kepedulian akan menimbulkan persepsi dari anak bahwa mereka dicintai oleh orangtuanya dan hal ini dapat meningkatkan performansi akademik mereka sekaligus mampu untuk meningkatkan kesuksesan akademik siswa di sekolah.
Tingginya performansi akademik di sekolah menjadi cermin dari siswa yang memiliki keterlibatan di dalam kegiatan pembelajaran yang dilalui. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Sirin dan Rogers-Sirin (Mo & Singh, 2008) yang menyatakan bahwa performansi siswa dapat meningkat seiring dengan keterlibatan perilaku dan afeksi (behavioral dan emotional engagement) yang berkorelasi dengan kuatnya hubungan orangtua dengan siswa. Dampak negatif bila siswa tidak terlibat dengan kegiatan di sekolahnya akan menunjukkan prestasi yang rendah (Fredricks & McColskey, 2012) karena secara aspek behavioral anak sudah tidak ingin berpartisipasi dalam kegiatan di dalam kelas, aspek emotional anak menunjukkan perasaan bosan dan tidak nyaman dan aspek cognitive anak menunjukkan tidak adanya keinginan lebih untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Semua ketiga aspek tersebut menyatu yang kemudian menyebabkan anak merasa tidak ada keinginan lebih untuk berusaha di kegiatan belajarnya sehingga hal-hal tersebut mampu menyebabkan tidak akan meningkatnya kesuksesan akademik siswa di sekolah (Hart, dkk, 2011).
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti masih belum menemukan aspek-aspek student engagement yang lainnya yang mampu membedakan sumber-sumber engagemenet bagi siswa. Ketika seorang siswa dikatakan terlibat dengan kegiatan belajarnya, apakah mereka yang terlibat dengan kegiatan akademis di sekolah, mereka yang terlibat dengan kegiatan non akademis di sekolah, ataukah keduanya. Begitupun juga mengenai aspek afeksi, siswa yang dikatakan terlibat apakah siswa yang hanya mampu memiliki emosi positif terhadap diri sendiri dan lingkungannya atau siswa yang juga mampu membangun hubungan positif dengan orang lain di sekitarnya.
Dalam proses pelaksanaan dan analisa data, peneliti menemui sejumlah limitasi pula. Seperti pada proses pengumpulan data dengan kuesioner, peneliti menggunakan data demografik yang tidak terlalu relevan dengan penelitian ini seperti peneliti yang menanyakan status perkawinan subjek sehingga ada beberapa informasi penting lainnya yang tidak diketahui dari subjek penelitian seperti urutan kelahiran dan jumlah saudara kandung subjek penelitian. Selain itu, subjek pada penelitian ini hanya fokus pada kelas 3 (XII) saja, sedangkan bila melihat realitas di Indonesia sendiri, siswa kelas 3 (XII) sedang giat-giatnya mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Nasional di sekolah.