• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Fraud Chapter 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Fraud Chapter 10"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FORENSIC ACCOUNTING & FRAUD EXAMINATION

FORENSIC ACCOUNTING & FRAUD EXAMINATION

“ Inquiring Method

“ Inquiring Method , Case Study, and Film Review

, Case Study, and Film Review“

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Forensic Accounting &

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Forensic Accounting &

Fraud Examination yang dibimbing oleh Gugus Irianto, SE. MSA. PhD. Akt.

Fraud Examination yang dibimbing oleh Gugus Irianto, SE. MSA. PhD. Akt.

Nama kelompok: Nama kelompok:

1.

1. Fita Fita Isfah Isfah Aini Aini 125020301111250203011110071007 2.

2. Annina Annina Maulida Maulida 125020301111250203011110171017 3.

3. Onwardani Onwardani Retrianti Retrianti A. A. Esthika Esthika 125020301111250203011110371037

Kelas:

Kelas: CB CB AkuntansiAkuntansi

JURUSAN AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

MALANG

2015

2015

(2)

“METODE PENYELIDIKAN DAN LAPORAN KECURANGAN ”

Pendahuluan

Dalam Metode Penyelidikan, Wawancara merupakan salah satu cara melakukan  penyilidikan terhadap tersangka atau saksi. Wawancara merupakan teknik untuk menginvestigasi dan menyelesaikan kecurangan. Wawancara sendiri merupakan sesi tanya  jawab yang dirancang secara sistematis untuk mendapatkan informasi. Wawancara juga

membantu memperoleh:

1) Informasi yang menjadi elemen penting penjahat.

2) Petunjuk untuk mengembangkan kasus dan mengumpulkan bukti lainnya. 3) Kerja sama korban dan saksi.

4) Informasi mengenai latar belakang pribadi dan motif saksi.

Wawancara dilakukan terhadap korban, orang yang menyampaikan pengaduan, para relasi, informan, klien atau pelanggan, tersangka, saksi ahli, aparat kepolisian, petugas administrasi, petugas kebersihan, rekan kerja, supervisor, teman atau pasangan tersangka yang merasa tidak puas, pemasok saat ini atau sebelumnya, dan siapapun yang mungkin membantu dalam proses investigasi. Ada tiga tipe interviewee (setiap tipe ditangani secara  berbeda):

1) Ramah: 2)  Netral

3) Bersikap memusuhi

Orang yang diwawancarai ( Interviewee) yang ramah tidak hanya sekedar (atau setidaknya tampak) membantu. Walaupun saksi yang ramah dapat membantu, investigator yang berpegalaman akan berhati-hati untuk menentukan motif mereka. Dalam beberapa motif, interviewee benar-benar berkeinginan tulus membantu. Namun, kemungkinan motif yang lain adalah keinginan untuk mendapatkan tersangka atau mengalihkan perhatian dari interviewee sebagai tersangka.

 Interviewee yang netral tidak memiliki kepentingan atau tidak akan merasa dirugikan dalam wawancara. Mereka tidak memiliki motif tersembunyi dan mereka biasanya merupakan interiew yang objektif dan membantu di antara semua tipe interviewee. Interviewee yan ramah dann netral dapat ditanyai kapan saja dan perjanjian dapat dibuat sebelumnya.

Interviewee yang bersikap memusuhi merupakan tipe yang paling sulit untuk diwawancarai.mereka sering kali memiliki hubungan dengan tersangka atau dengan tindak kejahtan. Sebaiknya ditanyai tanpa pemberitahuan terlebih dahulu untuk memberikan waktu yang lebih sedikit bagi Interviewee untuk mempersiapkan pembelaan.

(3)

Kar akter istik Wawancar a yang Bai k

Wawancara yang baik biasanya memiliki karakteristik umum diantaranya,

1) Dilakukan secara mendalam untuk mengungkapkan fakta yang relevan dan obyektif,

2) Berfokus pada informasi yang relevan dan segera mengalihkan pembicaraan dan informasi yang tidak relevan,

3) Wawancara sebaiknya dilakukan sedekat mungkin dengan waktu terjadinya  peristiwa yang sedang diselidiki. Agar memori interviewee tentang peristiwa yang

sedang diselidiki tidak hilang, karena ketika ada jeda waktu dimungkinkan daya ingat akan menjadi cacat dan rincian penting dapat hilang atau t erlupakan.

Kar akter istik Pewawancara yang baik

Pewawancara yang baik memiliki karakteristik yakni: memiliki kepribadian yang ramah,tidak memotong pembicaraan interviewee serta berinteraksi baik dengan orang lain, membantu orang-orang sekitar. Pewawancara yang sukses adalah orang yang dianggap nyaman untuk tempat berbagi informasi dengan orang lain. Orang yang diwawancarai harus memahami bahwa pewawancara berusaha untuk memperoleh fakta yang relevan saja dan tidak di luar itu. Selainitu dibutuhkan Profesionalisme dalam wawancara, pewawancara sebaiknya tepat waktu, berpakaian secara profesional dan adil dalam menangani responden.

Pemahaman terkait Reaksi terhadap Krisis

Gambar 1 Reaksi Terhadap krisis

Orang yang sedang mengalami krisis memiliki serangkaian reaksi yang dapat diprediksi.pewawancara yang memahami reaksi-reaksi ini lebih efektif dibanding  pewawancara yang tidak memahaminya. Dari model klasik diatas dapat diketahui  pemahaman reaksi individu terhadap krisis. Model ini berguna ketika mewawancarai

orang-orang tertentu dalam kasus.

Tahap pertama adalah penyangkalan yang berfungsi sebagai penahan setelah orang menerima berita yang tidak diharapkan atau mengejutkan. Pada tahap ini orang yang  berhubungan dengan kecurangan kemungkinan akan mengendalikan perasaan dan pikirannya

serta melakukan pembelaan yang tidak terlalu radikal.

Tahap kedua adalah kemarahan, dalam tahap ini kemarahan sulit di atasi karena kemarahan biasanya ditujukan ke segala arah dan diproyeksikan ke dalam lingkungan. Tahap ini adalahwaktu yang berbahaya untuk menyelesaikan kecurangan.

Ekuilibrium

Psikologis 1. Penyangkalan 2. Kemarahan 3. Rasionalisasi 4. Depresi

Ekuilibrium Psikologis

Baru

(4)

Tahap ketiga adalah rasionalisasi, dalam tahap ini orang berusaha untuk menjustifikasi tindakan tidak jujur atau meinimalkan kejahtan yang mereka lakukan. Wawancara dalam tahap ini sering kali tidak objektif dan dapat mengganggu upaya untuk mengungkapkan kebenaran, atau membahayakan upaya tuntutan hukum di masa yang akan datang.

Tahap keempat adalah depresi, depresi terjadi karena upaya untuk menyelesaikan  permaslahan gagal.

Tahap terakhir adalah penerimaan, dalam tahap ini setelah mengalami berbagai tahap secara berbeda orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap krisis kecurangan. Dimana mereka tidak lagi merasa depresi atau marah namun mereka memiliki pemahaman realitis mengenai apa yang terjadi. Tahap ini seringkali dipicu oleh pengetahuan terkait fakta mengenai kecurangan, termasuk pengetahuan mengenai motivasi pelaku. Selama tahap ini wawancara paling efektif dilakukan dan saksi merupakan orang yang palin korporatif.

Perencanaan Wawancara

Ketika akan melakukan wawancara,ikutilah rencana yang telah di buat untuk memastikan bahwa pewawancara mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan yang sesuai memungkinkan anda untuk mendapatkan banyak informasi dari wawancara yang dilakukan dilakukan dan untuk meminimalisir penggunaan waktu. Perencanaan tersebut termasuk memastikan sebanyak mungkin fakta yang ada sebelumnya terkait pelanggaran dan intervewee, serta menentukan tempat dan waktu yang kondusif untuk dilakukan wawancara, sehingga tujuan wawancara dapat tercapai.

Untuk memperoleh fakta mengenai pelanggaran dan Interview, lakukan tinjauan terhadap dokumen yang relevan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi lainmengenai faktor-faktor:

 Pelanggaran

1) Sifat hukum pelanggaran

2) Tanggal, waktu dan tempat kejadian 3) Cara kejahatan dilakukan

4) Motif yang memungkinkan 5) Semua bukti yang ada  Interviewee

1) Informasi latar belakang pribadi-usai, pendidikan, status perkawinan, dan sebagainya 2) Perilaku selama investigasi

3) Seluruh kondisi fisik atau mental, seperti penggunaan alkohol atau obat-obatan.

Biasanya, tempat yang paling baik untuk melakukan wawancara adalah dikantor atau tempat interview, sehingga interviewee dapat mengakses dokumen, data dab bukti lain yang dibutuhkan dengan nyaman.

(5)

Apabila menghadapi intervewee yang ramah atau netral, buatlah janji terlebih dahulu dan gunakan waktu yang cukup untuk wawancara. Ketika anda membuat janji, identifikasi informasi yang akan dibutuhkan interviewee. Usahakan untuk melakukan wawancara hanya kepada satu orang pada satu waktu.

Sikap Pewawancar a

1) Duduklah cukup dekat dengan interviewew tanpa meja atau apapun yang menghalangi.

2) Jangan berbicara dengan nada yang merendahkan interviewee.

3) Lebih hati-hati dengan hal-hal yang sensitif terkait persoalan pribadi seperti: jenis kelamin, ras, agama dan latar belakang etnis

4) Lakukan wawancara dengan cara profesional. Bersikap ramah untuk mencari kebenaran.

5) Hindari sikap otoriter; jangan mendominasi selama wawancara berlangsung. 6) Bersikap simpatik dan menghormati.

7) Berterima kasih kepada saksi atas waktu dan usaha untuk berkerjasama.

8) Sebisa mungkin jangan memperlihatkan kertas dan pensil selama wawancara. 9) Akhiri setiap wawancra yang kooeratif dengan mengungkapkan apresiasi anda.

Bah asa wawancar a

1) Gunakan pertanyaan pendek, terbatas pada satu topik yang dapat dipahami secara  jelas dan mudah

2) Tanyakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban naratif: bila perlu, hindari  pertanyaan dengan jawaban “ya “ atau “tidak”

3) Hindari pertanyaan yang mengarahkan pada sesuatu yang menjadi bagian dari  jawaban, yang sering disebut sebagai pertanyaan pengarah.

4) Mintalah saksi mata unuk membeikan dasar faktual untuk seluruh kesimpulan yang mereka nyatakan

5) Cegahlah saksi menjawab secara bertele-tele. Mintalah jawaban tegas dan pasti. 6) Jangan biarkan saksi mengarahkan anda untuk keluar dari topik.

7) Selama wawancara, kosentrasi lebih pada jawaban yang anda dengar, bukan pad  pertanyaan selanjutnya yang anda tanyakan.

8) Pahami setiap jawaban secara jelas sebelum anda melanjutkan. 9) Tetaplah memegang kendali sepenuhnya selama wawancara

10) Tunjukkan beberapa bukti tidak langsung tetapi jangan semuan ya.

Jeni s-Jeni s per tanyaan

Dalam wawancara, pewawancara menanyakan lima jenis pertanyaan: 1) Perkenalan:

Dalam tahap ini pewawancara menggunakan pertanyaan dengan dua tujuan yakni untuk memulai wawancara dan untuk membuat responden menyatakan  persetujuannya untuk bekerja sama. Disini pewawancara menyatakan tujuan

(6)

wawancara dan kemudian menanyakan pertanyaa yang mengarahkan responden supaya bersedia memberikan informasi. Mekanisme Perkenalan:

  Memberikan Perkenalan   Menciptakan Hubungan   Membuat Tema Wawancara   Mengamati Reaksi

  Mengembangkan Tema Wawancara

1. Mulai dengan Pertanyaan terkait Latar Belakang 2. Mengamati Perilaku Verbal dan Non verbal 3. Menanyakan pertanyaan yang tidak mengarah 4. Mengajukan Pertanyaan sensitif secara berhati-hati

M etodologi

  Membuat Kontak Fisik

  Menentukan Tujuan Wawancara

  Jangan Mewawancarai Lebih Dari satu Orang pada satu waktu   Melakukan Wawancara Pribadi

  Menanyakan Pertanyaan yang Tidak Sensitif   Memperoleh Komitmen atas Bantuan

  Membuat Pertanyaan Transional

  Mencari Persetujuan yang Berkelanjutan   Jangan Melanggar Jarak Tubuh

2) Informatif

Setelah dibuat format wawancara yang sesuai, pewawancara mulai mengumpulkan fakta. Disini pewawancara menanyakan secara berurutan pertanyaan terbuka, tertutup dan arahan sesuai dengan kebutuhan. Jika pewawancara yakin bahwa responden tidak jujur, buatlah wawancara selogis mungkin.

 Pertanyaan terbuka: membutuhkan respon yang panjang dan dapat dijawab dalam

 berbagia cara

 Pertanyaan tertutup: membutuhkan jawaban pasti (Ya) dan perlu kehati-hatian

dalam menanyakan kepada responden.

 Pertanyaan Pengaruh: berisi jawaban sebagai bagian dari pertanyaan yang

digunakan untuk mengkonfirmasi fakta yng telah diketahui.

 Pertanyaan Negatif- Ganda: pernyataan yang menghasilkan jawaban yang

 berlawanan dengan jawaban yang sebenarnya.

 Pertanyaan Komplek: pernyataan yang tidak mudah dipahami, mengandung lebih

dari satu subjek atau topik, serta membutuhkan lebih dari satu jawaban.

 Pertanyaan Perilaku: pertanyaan menegnai kondisi responden dan berkaitan

dengan perilakunya 3) Penilaian

(7)

Pertanyaan ini ditujukan untuk menentukan kredibilitas responden.Jika  pewawancara melihat dan menilai responden melakukan penipuan atau pernyataan

reponden tidak konsiten, berikan pertanyaan hipotesis dan tidak terkesan menuduh.

4) Penutup

Dalam hal ini pertanyaan tertentu akan ditanyakan untuk konfirmasi ulang fakta, memperoleh informasi yang belum didapat dan menjaga kesesuaian sikap. Menutup wawancara secara positif adalah suatu keharusan dalam wawancara informatif.

5) Upaya memperoleh pengakuan.

Wawancara untuk memperoleh pengakuan ditujukan untuk individu yang sudah pasti bersalah. Pertanyaan untuk memperoleh pengakuan diajukan dengan urutan yang didesain untuk membebaskan orang yang tidak bersalah dan mendorong orang terbukti bersalah untuk membuat pengakuan. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak  boleh melanggar hak dan dan keistimewaan.

Tahapan Wawancara untuk Memperoleh Pengakuan 1. Menuduh secara langsung

2. Mengamati reaksi 3. Mengulangi tuduhan 4. Menghentikan penyangkalan 5. Menunda 6. Interupsi 7. Pemberian alasan 8. Membuat rasionalisasi 9. Perlakuan yang tidak adil

10. Pengakuan yang tidak memadai

El emen-elemen Per cakapan

1) Ekspresi: Ekspresi yang natural (Spontan) dapat menjadi aset penting dalam melakukan wawancara

2) Persuasi: Usaha untuk meyakinkan orang lain

3) Terapi: Dalam melakukan wawancara membuat interviewee merasa diri mereka baik 4) Budaya: beberapa aspek percakapan merupakan budaya

5) Pertukaran Informasi: merupakan tujuan utama dalam melakukan wawancara.

Penghambat Komun ik asi

1) Pertimbangan penggunaan waktu

2) Ego yang terancam:beberapa responden memendam informasi karena terdapat ancaman.

3) Etiket: pernyataan yang dirasa tidak sesuai.

4) Trauma: perasaan tidak menyenangkan terkait pengalaman terhadap krisis. 5) Lupa: ketidakmampuan responden untuk mengingat kembali informasi tertentu. 6) Kekacauan Kronologis: terjadi terkait mengulas riwayat kasus.

(8)

7) Perilaku yang Tidak Sadar: dalam hal ini terkait untuk memperolah informasi mengenai perilaku tidak sadar seseorang

Penduku ng Komun ik asi

1) Pemenuhan Ekspektasi 2) Pengakuan 3) Pertimbangan Altruistis 4) Pemahaman Simpatis 5) Pengalaman Baru 6) Kataris

7) Kebutuhan akan Keberartian 8) Penghargaan Ekstrinsik

M engamati r eaksi Responden

 Komunikasi Proksemik

Penggunaan ruang antar pribadi untukmenyampaikan maksud.( jarak saat wawancara)  Komunikasi Kronemik

Ketika interviewee tidak memiliki keterkaitan dalam wawancaradapat dilihat ketika interviewee datangg terlambat.

 Komunikasi Kinetik

Bagaimana gerakan tubuh menyampaikan makna.  Komunikasi Paralinguisti

Jadi perbedaan pernyataan makna tergantung bagaimana seseornagn mengatakannya dengan volume, nada dan kualitas suara.

Uji Kejujuran

Metode lain yag juga dapat digunakan untuk mengumpelkan informasi mengenai kejujuran seseorang.

1) Pengujian secara Tertulis: pengujian subyektif untuk memperoleh informasi mengenai kejujuran dan kode etik pribadi seseorang.

2) Grafologi: ilmu tentang tulisan tangan untuk tujuan analisis karakter.

3) Analisis tekanan suara dan Poligraf: menetukan apakah seseorang berbohong atau mengatakan kebenaran dengan menggunakan alat mekanis yang terhubung ke orang tersebut.

(9)

STUDI KASUS 2

Soal

Ini adalah awal Senin pagi, dan Brian sedang bersiap untuk melakukan wawancara pertama sebagai pemeriksa kecurangan. Ia akan bertemu dengan Sue, pekerja pabrik yang sedang diinvestigasi perusahaan. Ia bukanlah tersangka atau diduga terkait dengan kecurangan.  Namanya muncul dalam wawancara dengan investigator lain sebagai sesorang yang mungkin dapat memberikan informasi tambahan. Mereka telah merencanakan untuk bertemu di kantor Brian, sehingga ia hanya mennggu kedatangannya.

“Halo,” ia mendengar seseorang berkata di pintunya yang setengah terbuka.”Saya Sue”

“Masuklah” ia menjawab dan tetap duduk di mejanya yang besar. Sue masuk dan mengambil kursi kosong di meja seberang meja Brian. “Biarkan Saya langsung ke poinnya” adalah kata -katanya selanjutnya. “Apakah anda mengetahui bebera pa bukti yang dapat dipercaya atau masuk akal bahwa dugaan penggelapan di tempat Anda benar- benar dapat dipertahnkan?” Setelah terdiam sejenak dan melihat kegelisahan pada wajah Sue, Brian bertanya “Apakah Anda tahu apa yang dimaksud penggelapan?”

“Ya.” Jawab Sue.

“Baiklah. Apakah Anda tahu siapa yang telah menggelapkan dari pemberi kerja Anda?” “Tidak.”

Sue menjadi gugup saat melihat Brian melakukan pencatatan. Brian melanjutkan “Secara spesifik, apakah Anda melihat Ralph melakukan kecurangan?”

“Tidak”

“Apakah anda yakin? Anda tahu ini merupakan masalah besar,” ia mengatakn sambil berdiri dan berkeliling ruangan. “Saya tidak bisa membayangkan mengapa sesorang mencuri dari  perusahaannya sendiri, tetapi ia pantas ditangkap jika terbukti melakukannya. Hal itu salah

dan buruk, dan hanya orang yang buruk yang akan melakukan ti ndakan seperti itu.” “Saya yakin.”

“Pernahkah Anda menggelapkan?” “Tidak.” Jawab Sue lagi

“Baiklah jika demikian. Saya tidak melihat alasan lain untuk melanjutkan. Selamat tinggal.” Sue berdiri, pamit, dan meninggalkan ruangan.

Pertanyaan

(10)

Jawaban:

Ada beberapa hal salah dilakukan oleh Brian dalam wawancaranya, diantaranya: 1. Sebagai pewawancara yang baik, Brian seharusnya

a. Memiliki kepribadian yang ramah. Namun, dalam ilustrasi kasus itu, ia terlihat kasar pada Sue.

 b. Pewawancara yang sukses adalah orang yang dianggap nyaman untuk tempat  berbagi informasi dengan orang lain, tetapi Brian tidak menunjukkan sikap

demikian yang justru mebuat Sue gugup dan gelisah ketika diberi pertanyaan. c. Sue, sebagai orang yang diwawancarai seolah belum benar-benar memahami

 bahwa ia adalah orang yang menjadi sumber untuk memperoleh fakta. d. Brian tidak menunjukkan sikap profesional sebagai investigator.

2. Di dalam wawancara ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan Brian tidak memperhatikannya. Hal tersebut ialah:

a. Sikap Pewawancara (Brian) tidak melakukan beberapa hal berikut:

Sikap yang seharusnya Sikap yang ditunjukkan oleh Brian Duduk cukup dekat dengan

interviewew tanpa meja atau apapun yang menghalangi.

Dalam kasus ini, Brian justru duduk sendiri membelakangi dan tidak menatap Sue.

Tidak berbicara dengan nada yang merendahkan interviewee.

Brian bertanya langsung pada Sua tanpa pembuka, bahkan seolah menuduh Sue secara langsung.

Lakukan wawancara dengan cara  profesional dan ramah.

Brian tidak menunjukkan  profesionalitasnya, dan berkata cukup

kasar pada Sue Pewawancara seharusnya

menghindari sikap otoriter; jangan mendominasi selama wawancara  berlangsung.

Brian terlalu mendominasi wawancara, sehingga Sue hanya menjawab dengan beberapa jawaban singkat dan menurut kami kurang informatif

Bersikap simpatik dan menghormati. Tidak ditunjukkan sikap tersebut oleh Brian, buktinya ia tidak peduli pada Sue yang terlihat gelisah

Berterima kasih kepada saksi atas waktu dan usaha untuk berkerjasama.

Brian mengakhiri wawancara begitu saja tanpa ada ada kata terima kasih  pada Sue

Akhiri setiap wawancra yang kooeratif dengan mengungkapkan apresiasi anda.

Tidak ada aprsiasi apapun dari Brian kepada Sue

 b. Bahasa wawancara

Bahasa yang seharusnya Bahasa yang digunakan oleh Brian Tanyakan pertanyaan yang Banyak pertanyaan yang dijawab

(11)

membutuhkan jawaban naratif: bila  perlu, hindari pertanyaan dengan  jawaban “ya “ atau “tidak”

dengan jawaban pendek oleh Sue dan Brian langsung men- judge dengan  pertanyaan lain tanpa memperdalam  jawaban yang diberikan

Hindari pertanyaan yang mengarahkan pada sesuatu yang menjadi bagian dari jawaban, yang sering disebut sebagai pertanyaan  pengarah.

Brian memberikan pertanyaan yang langsung menuduh Sue terlibat dalam kasus

Mintalah saksi mata untuk membeikan dasar faktual untuk seluruh kesimpulan yang mereka nyatakan

Tidak ada permintaan saksi atas  jawaban yang diberikan oleh Sue

Selama wawancara, kosentrasi lebih  pada jawaban yang didengar, bukan  pada pertanyaan selanjutnya yang

ditanyakan.

Brian langsung melanjutkan ke  pertanyaan selanjutnya meskipun ia  belum benar-benar mendapat jawaban  pasti dari Sue

Tetaplah memegang kendali sepenuhnya selama wawancara

Brian memang memegang kendali wawancara, tetapi justru membuatnya menguasai wawancara dan Sue tidak mendapat kesempatan untuk berbicara lebih

Tunjukkan beberapa bukti tidak langsung tetapi jangan semuanya.

Tidak ada bukti yang ditunjukkan oleh Brian atas pertanyaan yang ia  berikan

c. Ada beberapa jenis pertanyaan yang harus dilakukan oleh pewawancara, yaitu: Perkenalan, informatif, penilaian, penutup, upaya memperoleh pengakuan

Dalam wawancara antara Brian dan Sue, hal di atas tidak dilakukan perkenalan langsung to the point dan tidak ada perkenalan sedikitpun, tidak menciptakan hubungan, tidak ada pengamatan terhadap rekasi Sue. Begitu juga untuk penutup. Wawancara ini tidak efektif dan pada akhirnya Brian hanya mendapatkan informasi yang menurut kami kurang jelas dan tidak memberikan informasi yang mendalam mengenai kasus yang sedang diselidiki.

d. Beberapa peghambat komunikasi yang tidak diperhatikan oleh Brian, yaitu: 8) Pertimbangan penggunaan waktu

9) Ego yang terancam 10) Etiket

Seharusnya Brian sudah paham mengenai hal-hal yang mungkin menghambat dalam wawancara, tetapi ia tidak memperhatikannya dan tetap menjalankan wawancara begitu saja.

(12)

Review Film Primal Fear

Sinopsis

Chicago sontak digegerkan oleh sangkaan pembunuhan Uskup Chicago oleh anak altar, Aaron. Martin, sebagai pengacara terkemuka kota ini bersedia mendampingi Aaron tanpa  biaya. Sebagai tersangka Aaron tidak memiliki bukti kuat namun ia menyatakan dirinya  pingsan di TKP saat pembunuhan terjadi dan menduga ada orang ketiga. Pada persidangan Martin menghadapi Jaksa Penuntut, Janet, mantan kekasih dan rekan kerjanya dahulu di Kejaksaan Chicago. Berlalunya waktu muncul fakta walikota berniat mendirikan real estate mewah di lingkungan sekitar Katedral Chicago. Aaron ternyata memiliki dua kepribadian, anak altar yang santun dan anak jalanan yang kasar. Martin mengupayakan kliennya bisa  bebas dari persidangan dan hanya melalui proses evaluasi kejiwaan.

Modus Pelaku

Aaron disini berpura-pura memiliki dua kepribadian yaitu anak altar yang santun dan lugu (Aaron) dan anak jalanan yang kasar (Roy). Ia menyembunyikan motif pembunuhannya dengan cara mengaku bahwa dia pingsan saat kejadian dan dia meyakini bahwa dia melihat sebuah bayangan seseorang ketika sang uskup telah terbaring di lantai. Kemudian setelah dia melihat bayangan itu dia terjatuh pingsan. Dia membuat sebuah skenario bahwa yang melakukan pembunuhan bukanlah dia tapi orang ke tiga yaitu Roy (kepribadiannya yang lain). Pada akhir cerita terungkap bahwa sebenarnya semua itu hanyalah sebuah skenario yang dibuat oleh Aaron. Aaron tidak memiliki dua kepribadian karena kepribadian Aaron yang sebenarnya yaitu kasar dan pemarah yang tersimpan dalam dirinya.

Analisis Inquiry Methods Pada Filem Primal Fear

Pada Filem ini semua aspek Metode Penyelidikan sudah dilakukan sesuai prosedur mulai dari memenuhi Karakteristik Wawancara yang Baik, Karakteristik Pewawancara yang baik, melakukan Perencanaan Wawancara, Sikap Pewawancara, Bahasa Wawancara juga sudah sesuai prosedur. Elemen-elemen Percakapan yang digunakan pun sudah terpenuhi semua mulai dari Ekspresi, persuasi, terapi, budaya dan pertukaran informasi. Disini Interviewer  juga sudah melakukan usaha untuk mengatasi keterbatasan komunikasi yang ada pada

interviewee yaitu dengan cara meminta bantuan dari psikolog.

 Namun ada beberapa hal yang salah dari wawancara tersebut yaitu tujuan awal dari wawancara tersebut. Martin Vail (Richard Gere) merupakan seorang pengacara kondang dan sukses yang sedang berada di puncak kariernya, karena dia telah memenangkan beberapa kasus-kasus penting. Bahkan salah satu kliennya adalah seorang mafia terkenal di daerahnya tersebut. Pada saat kasus pembunuhan uskup ini terjadi, Martin sedang mengadakan wawancara dengan seorang reporter untuk keperluan profilnya yang akan ditampilkan di sebuah majalah. Pada saat itu tiba-tiba Martin tertarik utk menangani kasus ini. Sebab utamanya karena dia cukup senang dengan publikasi. Pembunuhan seorang  publik figure yg melibatkan seorang pemimpin agama pastinya mendapat atensi wartawan dan masyarakat

(13)

yang cukup banyak. Jadi tujuan wawancara tersebut salah, bukan semata-mata untuk menolong Aaron tapi hanya untuk menaikkan pamor, yang mengakibatkan informasi yang interviewer gali menjadi bias.

Selain itu hal yang kurang adalah interviewer tidak melakukan uji kejujuran sejak awal karena interviewer terlalu percaya kepada Aaron bahwa dia tidak bersalah sehingga pada akhirnya interviewer bisa dikelabui oleh interviewee (Aaron).

Pelajaran yang bisa diambil dari Filem Primal Fear

 Pada filem Primal Fear terdapat scene dimana Marty mengakatan ” Why gamble with

money when you can gamble with people’s lives? That was a joke. All right, I’ll tell you. I believe in the notion that people are innocent until proven guilty. I believe in that notion because I choose to believe in the basic goodness of people. I choose to  believe that not all crimes are committed by bad people. And I try to understand that some very, very good people do some very bad things.” Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Marty terlalu percaya kepada Aaron bahwa ia innocent . Meskipun Marty adalah pengacara Aaron tidak seharusnya Marty percaya 100% kepada Aaron, meskipun penampilan Aaron terlihat sangat lugu. Seharusny Marty tetap menyimpan rasa keraguan kepada Aaron agar dia tidak tertipu oleh wajah lugu Aaron.

 Pelaku kejahatan ada dimana-mana dan tidak selalu dilakukan oleh orang yang jahat

 bahkan orang yang baik pun bisa melakukan kejahatan.

 Tingkat religiusitas seseorang bukanlah menjadi jaminan untuk tidak melakukan

kejahatan. Aaron adalah seorang anak altar dimana dia berada pada lingkungan yang sangat religius dan hal itupun kurang lebih berdampak pada tingkat religiusitasnya.  Namun ternyata hal tersebut tidak menghalangi Aaron untuk melakukan tindak

kejahatan.

 Banyak alasan yang menjadi latar belakang terjadinya kriminalitas. Dalam hal ini

Aaron mendapatkan tekanan dari Uskup Agung, dia diminta untuk melakukan  perbuatan tidak menyenangkan oleh Uskup Agung sehingga hal tersebut memicu

(14)

Daftar Pustaka

Albecht, et al. (2006), Fraud Examination, South-Western, a division of Thomson learning Eko. 2010. Primal Fear. (Online)

(https://eanggadjaja.wordpress.com/2010/07/02/primal-fear/, diakses pada Sabtu, 2 Mei 2010)

Priantara, Diaz. 2013. Fraud Auditing & Investigation. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Gambar

Gambar 1 Reaksi Terhadap krisis

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis

bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, diamanatkan untuk melakukan

Aktivitas fisik yang berat (100%) dengan defisit tingkat berat asupan lemak (62%) serta defisit tingkat sedang asupan energi (55%) dan karbohidrat (62%) juga

Pada umumnya teperamen yang dirasakan atau diungkap seseorang melalui amarahnya berbeda-beda. Secara umum temperamen di bagi menjadi beberapa macam antara lain, sanguine

daerah medan menunjukkan adanya perbedaan tegangan yang kecil, Hal ini mendorong tumbuhnya kanal pelepasan muatan kearah plat. Bila muatan pada ujung elektroda yang

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,

mengacu pola asuh otoriter akan baik diterapkan kepada anak tunarungu terutama pada proses anak meraih prestasi sebagaimana ketiga siswa/i tersebut.. Pola asuh

Parameter yang divariasikan pada model yang digunakan adalah jarak antara silinder yang menggunakan helical strakes dengan splitter plate (G) dan lebar